• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan industri global yang bersifat fenomenal. Pariwisata penting bagi negara karena menghasilkan devisa dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan industri global yang bersifat fenomenal. Pariwisata penting bagi negara karena menghasilkan devisa dan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Pariwisata merupakan industri global yang bersifat fenomenal. Perkembangan kepariwisataan dunia dari tahun ke tahun semakin meningkat baik dari jumlah wisatawan maupun jumlah pembelanjaannya. Bagi sebagian orang, berwisata menjadi kebutuhan dasar dan menjadi bagian dari privasi dan hak asasi manusia yang harus dihormati dan dilindungi.

Pariwisata penting bagi negara karena menghasilkan devisa dan menggerakkan ekonomi lokal. Beberapa musibah terjadi sejak tahun 2004 dan kabut tersebut menyelimuti perkembangan dunia pariwisata Indonesia. Pada akhir tahun 2004 terjadi tsunami di Aceh, pada tahun 2005 terjadi bom Bali dua, lalu berturut-turut terjadi musibah gempa di Jogjakarta dan di Sumatera Barat. Musibah yang terjadi di daerah unggulan pariwisata Jogjakarta, Bali, dan Sumatera Barat berakibat angka kunjungan wisatawan mancanegara turun.

Sektor pariwisata dapat dikatakan menjadi salah satu motor penggerak perekonomian nasional. Dari sektor pariwisata tersebut diperoleh dampak positif yang selain membantu meningkatkan devisa negara, menumbuhkan lapangan kerja, mengentaskan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat, melestarikan lingkungan

(2)

hidup serta meningkatkan ketahanan budaya. Jika pariwisata tidak ditangani secara professional maka akan menimbulkan dampak buruk yang antara lain rusaknya nilai seni dan budaya, kehancuran ekosistem dan lingkungan hidup serta pelanggaran terhadap norma agama, adat istiadat, kesusilan dan hak asasi manusia.

Oleh karenanya pemerintah beserta seluruh pemangku kepentingan pariwisata harus bersama-sama menyelenggarakan kepariwisataan dengan memperhatikan aspek-aspek sosial, budaya, lingkungan hidup dan kearifan lokal serta senantiasa menjunjung tinggi norma agama, tradisi, adat istiadat, kesusilaan dan hak asasi manusia, sehingga diperoleh nilai tambah yang tinggi. Selanjutnya dalam aspek ekonomi, kepariwisataan diharapkan mampu untuk memberdayakan masyarakat setempat, menumbuhkan potensi ekonomi daerah tujuan wisata dan memberikan efek menetes ke bawah yang memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat.

Indonesia adalah negara yang mempunyai banyak daerah tujuan wisata yang menarik untuk dikunjungi oleh turis, baik dari mancanegara ataupun lokal. Dan Sumatera Utara adalah salah satu propinsi yang mempunyai banyak obyek wisata yang sudah pasti juga mempunya potensi untuk dikembangkan. Selain karena keindahan alamnya Sumatera Utara juga memiliki banyak bangunan peninggalan sejarah yang dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Salah satu situs peninggalan Hindu-Buddha berupa candi terdapat di Sumatera Utara bagian Selatan tepatnya berlokasi di Desa Bahal,

(3)

Kecamatan Portibi, Kabupaten Padang lawas Utara disana terdapat sebuah situs percandian yang dinamakan sebagai situs Padang Lawas.

Situs ini merupakan salah satu situs penting dari masa pengaruh Hindu-Buddha (Klasik) di Indonesia yang berada di Pulau Sumatera. Areal situs ini secara administratif terletak di wilayah tiga kecamatan, yakni Kecamatan Batang Pane, Kecamatan Lubuk Barumun, dan Kecamatan Padang Bolak, Kabupaten Padang Lawas Utara.

Kepurbakalaan yang terdapat pada situs ini tersebar di sepanjang aliran Sungai Batang Pane, Sirumambe, dan Sungai Barumun, terdiri dari setidaknya enam belas kompleks percandian atau dalam bahasa setempat lebih dikenal sebagai biaro atau biara yang merupakan adopsi dari kata dalam Bahasa Sanskerta, vihara yang berarti tempat belajar mengajar dan ibadah khususnya bagi penganut agama Budha. Nama lain dari Candi Bahal ini sendiri adalah Candi Portibi. Portibi itu sendiri merupakan sebuah kata dalam bahasa batak yang berasal dari bahasa sansekerta atau Hindu. Portibi merupakan pelafalan Batak atas kata Pertiwi atau di India dikenal dengan nama Pritvi.

Candi bahal ini terdiri dari III, yaitu candi bahal I, II, dan III yang letaknya terpisah beberapa meter. Bahal II berjarak kurang lebih 300 m dari bahal I dan bahal III kira-kira 100 meter dari jalan namun harus melewati rumah penduduk dan pematang sawah terlebih dahulu. Tiga bangunan candi yang mengandung nilai sejarah dan budaya ini tampak kurang terawat dan memprihatinkan nasibnya. Jangan membayangkan candi-candi itu seperti candi Prambanan atau Borobudur yang masih

(4)

dipergunakan hingga sekarang. Candi-candi di Situs Padang Lawas masa kini hanya sebagai monumen sejarah dan sudah tidak dipergunakan lagi sebagai sarana beribadat.

Berdasarkan sejumlah temuan yang didapatkan di situs ini, secara relatif biaro-biaro di Padang Lawas (Portibi) diperkirakan sudah berdiri sejak abad ke-11 M. Data yang dijadikan acuan terutama adalah tulisan-tulisan kuno pada prasasti-prasasti yang ditemukan di situs ini. Salah satu dari beberapa prasasti-prasasti itu adalah prasasti Gunung Tua, merupakan prasasti tertua yang ditemukan di situs ini, ditulis dalam aksara Jawa Kuna dan menggunakan bahasa Melayu Kuna, yang dipahatkan pada bagian belakang landasan sebuah patung yang diapit terbuat dari perunggu.

Saat ini sisa-sisa kejayaan kerajaan Panai itu masih dapat dilihat di situs Padang Lawas. Beberapa diantara biaro-biaro itu sudah dipugar seperti Biaro Bahal I dan Biaro Bahal II, Biaro Bahal III dan Biaro Sipamutung, sementara biaro-biaro lainnya karena kondisinya sudah teramat rusak mengakibatkan saat ini belum dapat di pugar. Candi Bahal ini keberadannya kurang diperhatikan. Candi peninggalan sejarah ini ramai dikunjungi wisatawan pada hari-hari libur atau hari-hari besar keagamaan (terutama umat Hindu dan Buddha). Padahal objek wisata sejarah ini jika dikembangkan akan mendatangkan PAD bagi Kabupaten Padang Lawas Utara.

Nama Candi Bahal yang dulunya pernah diagung-agungkan di Sumatra Utara dan memiliki nilai sejarah cukup tinggi itu, sekan-akan tampaknya kelihatan hilang ditelan zaman yang semakin terus berkembang seperti di era globalisasi. Bahkan, bisa jadi benda atau peninggalan bersejarah yang ada di negeri tercinta ini akan

(5)

semakin “terpuruk”, karena tidak lagi diperhatikan, dirawat dan dilestarikan oleh pemerintah.

Peninggalan nilai religius, yakni berupa Candi Bahal bisa jadi hanya satu yang terdapat di Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta) yang dulunya masuk ke dalam wilayah Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Selatan sebelum dilakukan pemekaran.Bangunan Candi Portibi tersebut tidak hanya kelihatan agak kumuh, tetapi juga kurang terawat dan tidak dilestarikan oleh pemerintah. Padahal bila Pemerintah benar-benar memperhatikan dan mengembangkan candi ini sebagai salah atu daerah tujuan wisata sudah pasti akan mendatangkan pendapatan untuk daerah itu sendiri dan juga bisa ikut mensejahterakan kehidupan masyarakat setempat. Karena itu kesadaran akan pentingnya melestarikan dan menjaga peninggalan sejarah tersebut harus ditanamkan pada masyarakat dan Pemerintah Daerah tersebut.

Selain itu promosi juga sangat dibutuhkan guna untuk memperkenalkan DTW ini. Untuk melakukan promosi memang bukan hal yang mudah dan murah. Akan membutuhkan banyak sekali biaya untuk mengangkat kelebihan dan keajaiban dari berbagai daerah terpencil di Indonesia yang berpotensi menjadi objek wisata. Kita juga sudah mengetahui bahwa mengharapkan dana dari pemerintah adalah suatu hal yang sangat sulit, dimana Anggaran pemerintah sendiri sangat terbatas dan belum mengarah kesana. Namun bila masyarakat dan Pemerintah Daerah benar-benar saling berkolaborasi untuk memajukan obyek wisata ini pasti obyek wisata sejarah Candi Bahal ini bisa berkembang.

(6)

Berdasarkan pemikiran tersebut maka penulis merasa tertarik untuk mengangkat judul “Upaya Pengembangan Candi Bahal Sebagai Obyek Wisata Sejarah di Kabupaten Padang Lawas Utara” dalam penulisan kertas karya ini. Hal tersebut dilatarbelakangi karena obyek wisata sejarah tersebut sangat berpotensi untuk di jadikan daerah tujuan wisata dan layak untuk dikelola serta dikembangkan. I.2 Pembatasan Masalah

Ada berbagai permasalahan yang ada di dunia pariwisata yang dapat dijadikan bahan untuk penulisan kertas karya. Berdasarkan hal tersebut maka penulis ingin membatasi dan meluruskan tujuan serta maksud mengingat ruang lingkup kepariwisataan yang sangat luas, sehingga penulis membuat batasan permasalahan dari judul ini. Adapun batasan permasalahannya yaitu sebagai berikut :

1. Apa pengertian dan fungsi Candi ?

2. Bagaimana Candi Bahal menjadi objek wisata ?

3. Apa upaya yang harus dilakukan untuk mengembangan Candi Bahal sebagai objek wisata sejarah di Kabupaten Padang Lawas Utara ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan kertas karya ini adalah untuk memperkenalkan potensi yang dimiliki oleh kawasan Candi Bahal sebagai objek wisata sejarah di Kabupaten Padang Lawas Utara yang layak untuk dikembangkan.

(7)

1.4 Manfaat Penulisan

1. Untuk memenuhi salah satu syarat ujian Diploma Program Studi Bidang Keahlian Usaha Wisata guna memperoleh gelar Diploma Ahli Madya Pariwisata yang diwajibkan oleh Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. 2. Memperkenalkan obyek wisata berpotensi yang dimiliki oleh Kabupaten

Padang Lawas Utara.

3. Menambah ilmu pengetahuan penulis dan memberikan informasi kepada pembaca tentang potensi Candi Bahal sebagai obyek wisata sejarah yang belum dikelola dengan baik.

4. Sebagai bahan kajian bagi Pemerinatah Daerah dan masyarakat setempat untuk mengelola dan menembangkan Candi Bahal yang merupakan obyek wisata yang potensial.

1.5 Metode Penulisan

Metode yang diterapkan oleh penulis untuk memperoleh data dan informasi dalam menyusun kertas karya, yaitu :

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Yaitu suatu pengumpulan data dan informasi yang diperlikan melalui perpustakaan ataupun literature seperti buku-buku, majalah, dan brosur yang yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam kertas karya ini.

(8)

2. Penelitan Lapangan (Field Research)

Yaitu pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan dengan cara melakukan penelitian langsung ke objek wisata yang bersangkutan serta mewawancarai masyarakat dan pihak yang terlibat dalam pengembangan objek wisata tersebut.

1.6 Sistematika Penulisan

Penyusunan kertas karya ini dibuat dengan sistematika sebagai berikut.: BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai alasan pemilihan judul, pembatasan masalah, tujuan penulisan, serta sistematika penulisan.

BAB II : URAIAN TEORITIS TENTANG CANDI

Dalam bab ini meliputi sejarah berdirinya candi, pengertian tentang candi, fungsi dari candi, perngertian objek wisata dan atraksi wisata, sarana dan prasarana pariwisata, serta dasar dan konsep pengembangan pariwisata. BAB III : GAMBARAN UMUM KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA

Bab ini memaparkan tentang gambaran umum, letak geografis, keadaan wilayah, sejarah, pembagian wilayah administratif, iklim, kependudukan dan mata pencaharian serta serta obyek wisata yang terdapat di Kabupaten Padang Lawas Utara.

(9)

BAB IV : UPAYA PENGEMBANGAN CANDI BAHAL SEBAGAI OBYEK WISATA SEJARAH DI KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA

Berisi informasi umum potensi wisata Candi Bahal yang terdapat di kecamatan Portibi, Kabupaten Padang Lawas Utara, serta pembahasan mengenai upaya pengembangan obyek wisata, sarana dan prasarana yang diperlukan, kendala yang dihadapi, dan dampak positif serta negatif dalam upaya pengembangan Candi Bahal sebagai obyek wisata sejarah di Kabupaten Padang Lawas Utara.

BAB V : PENUTUP

Merupakan bab penutup kertas karya yang berisikan kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan bagi orang tua dalam membina kecerdasan

Profit small or minus maximum level decent low level or zero Customer innovator mass market mass market laggard Competition scarce increase many competitors decrease Strategic

Semua siswa berasal dari Desa Ngadirejo Kecamatan Reban Kabupaten Batang. Mereka berasal dari latar belakang sosial dan ekonomi yang berbeda-beda. Sebagian besar

Lokasi produksinya tersebar cukup luas, baik dataran rendah maupun dataran tinggi dan dapat ditanam pada musim penghujan maupun musim kemarau (Moekasan et al .,

(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Tingkat II Badung Nomor 14 tahun 1982 tentang Larangan Mendirikan Bangun – Bangunan pada

a. Penataan kawasan kumuh. Rencana induk sistem proteksi kebakaran. Penataan bangunan dan lingkungan kawasan perdagangan. Penataan bangunan dan lingkungan kawasan perkantoran.

menggunakan teknik pembelajaran NHT dalam pembelajaran IPS lebih baik daripada hasil belajar IPS siswa yang mengikuti pelajaran dengan menggunakan teknik pembelajaran

Sehingga meskipun jumlah pasien menurun pada tahun 2011 namun jumlah pasien umum (bayar) meningkat sebagai salah satu indikator tingkat kemandirian masyarakat