• Tidak ada hasil yang ditemukan

Plagiarism Checker X Originality Report

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Plagiarism Checker X Originality Report"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Plagiarism Checker X Originality Report

IMPLEMENTASI POLA PENATAAN PEKARANGAN TRADISIONAL BALI YANG DILANDASI OLEH KEARIFAN LOKAL TRI HITA KARANA DI SEKOLAH DAPAT MEMBANGUN

KARAKTER DAN BUDAYA KONSERVASI SISWA Dewa Nyoman Oka Pendidikan Biologi, FP MIPA, IKIP Saraswati, Tabanan, Bali e-mail: [email protected] Abstrak

“Tri Hita Karana” artinya tiga penyebab kesejahteraan dan kebahagiaan yang bersumber dari keseimbangan dan keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhan,

manusia dengan sesamanya, dan manusia dengan alam lingkungannya. Pola penataan pekarangan tradisional Bali secara garis besar dibagi menjadi 3 area (Tri Mandala).

“Parhyangan” atau “utama mandala” merupakan hulu pekarangan tempat dibangunnya

“Sanggah Pemrajan”, yaitu tempat manusia berhubungan dengan Tuhan. “Pawongan”

atau “madya mandala” merupakan bagian badan “pekarangan”.Pada area ini dibangun tempat tinggal, tempat manusia berhubungan dengan sesamanya. “Palemahan” atau

“nista mandala” merupakan bagian dari kaki “pekarangan”.

Pada area ini dibangun kandang ternak dan ditanam bebagai jenis tanaman, tempat manusia berhubungan dengan lingkungannya. Semua sekolah di Bali seharusnya

mengimplementasikan kearifan lokal “Tri Hita Karana”. pada area “Parhyangan” sekolah, di bangun pura sekolah yang dapat dimanfaatkan untuk membangun karakter siswa.

Di bagian “pawongan” sekolah dimanfaatkan sebagai tempat berlangsungsungnya proses pembelajaran dan tempat berinteraksinya seluruh warga sekolah. Pada bagian

“palemahan” sekolah dimanfaatkan sebagai tempat pembelajaran yang berkaitan dengan tanaman dan hewan serta hubungan timbal balik antara berbagai komunitas mahkluk hidup yang ada di “palemahan” dengan lingkungan abiotiknya sebagai obyek pembelajaran.

Similarity Found: 25%

Date: Selasa, April 17, 2018

Statistics: 704 words Plagiarized / 2814 Total words

Remarks: Medium Plagiarism Detected - Your Document needs Selective Improvement.

---

(2)

Karena digunakan sebagai obyek pembelajaran, diharapkan akan terbangun budaya konservasi untuk merawat dan melestarikan lingkungan alam sekolah. Kata kunci: tri hita karana, karakter, konservasi Abstract “Tri Hita Karana” means three causes of prosperity and happiness that comes from balance and harmonious relationship between humans and God, humans and neighbor, and humans with the natural environment.

Structuring the pattern of traditional Balinese courtyard broadly divided into three areas (Tri Mandala). “Parhyangan” or main “mandala” is upstream where he built “Sanggah Pemrajan”, where the man in touch with God. “Pawongan” or middle “mandala” is part of the body. in this area was built shelter, where people interact with each other.

“Palemahan” or insult “mandala” is part of the foot yard.

In this area cattle sheds built and planted trending plant species, where people interact with their environment. All schools in Bali should implement local wisdom “Tri Hita Karana”. “Parhyangan” or school’s temple, can be used to build the character of

students. At the school’s “pawongan” can be used as a learning process and interaction betwen school community.

At the school’s “palemahan” can used as a place of learning related to plants and animals as well as the interrelationships between the various communities living things that exist in the environment can be learning objects. Because it is used as an object of study, expected to be awakened conservation culture to care for and preserve of the school’s natural environment.

Key words: tri hita karana, character, conservation 215 Buku Prosiding Seminar Nasional 1. Pendahuluan Tri Hita Karana mengandung pengertian tiga penyebab kebahagiaan yang bersumber pada keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhannya, manusia dengan sesamanya, dan manusia dengan alam lingkungannya.

Dengan menerapkan falsafah tersebut diharapkan dapat menggantikan pandangan hidup modern yang lebih mengedepankan individualisme dan materialisme.

Membudayakan Tri Hita Karana akan dapat memupus pandangan yang mendorong konsumerisme, pertikaian dan gejolak. Prinsip pelaksanaannya harus seimbang, selaras antara satu dan lainnya.

Apabila keseimbangan tercapai, manusia akan hidup dengan menghindari diri pada segala tindakan buruk. Hidupnya akan seimbang, tenteram, dan damai. Pola penataan pekarangan tradisional Bali yang dilandasi oleh falasafah Tri Hita Karana secara garis besar dibagi menjadi 3 bagian (Tri Mandala) yaitu utama, madya dan nista mandala.

(3)

Utama mandala merupakan bagian kepala/ hulu dari pekarangan yang disucikan oleh orang Bali.

Di sini dibangun bangunan yang benilai utama seperti pemrajan/ Pura keluarga. Madya Mandala merupakan bagian badan/ tengah dari pekarangan di sini ditempatkan

bangunan yang bernilai madya seperti tempat tinggal penghuni. Nista Mandala merupakan bagian kaki/ hilir dari pekarangan pada bagian ini ditempatkan bangunan yang bernilai nista misalnya kandang ternak.

Di Nista Mandala selain dipelihara ternak juga tumbuh berbagai jenis tanaman

hortikultura. Populasi berbagai tanaman dan ternak berinteraksi satu sama dengan yang lainnya membentuk komunitas. Komonitas ini berinteraksi secara langsung atau tidak langsung dengan lingkungan abiotik membentuk sebuah ekosistem yang sangat dinamis.

Dari uraian di atas, timbul pertanyaan sebagai berikut. 1) Apakah pola penataan pekarangan tradisional Bali yang dilandasi oleh kearifan lokal (local wisdom) Tri Hita Karana sudah diimplentasikan di sekolah? 2) Apa manfaat implementasi pola penataan pekarangan tradisional Bali yang dilandasi kearifan lokal Tri Hita Karana bagi siswa? 2.

Pembahasan 2.1

Hakekat Tri Hita Karana Secara leksikal Tri Hita Karana berarti tiga penyebab kesejahteraan/ kebahagiaan. (Tri = tiga, Hita = sejahtera/ kebahagiaan, Karana = penyebab). Hakikat mendasar Tri Hita Karana mengandung pengertian tiga penyebab kesejahteraan itu bersumber pada keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhannya, manusia dengan sesamanya , dan manusia dengan alam lingkungannya.

Dengan menerapkan falsafah tersebut diharapkan dapat menggantikan pandangan hidup modern yang lebih mengedepankan individualisme dan materialisme.

Membudayakan Tri Hita Karana akan dapat memupus pandangan yang mendorong konsumerisme, pertikaian dan gejolak. Prinsip pelaksanaannya harus seimbang, selaras antara satu dan lainnya.

Apabila keseimbangan tercapai, manusia akan hidup dengan menghindari diri pada segala tindakan buruk. Hidupnya akan seimbang, tenteram, dan damai. Dalam hal hubungan manusia dengan lingkungannya manusia harus menyadari bahwa hidupnya sangat tergantung kepada lingkungannya. Oleh karena itu manusia harus selalu

memperhatikan situasi dan kondisi lingkungannya. Lingkungan harus selalu dijaga dan dipelihara serta tidak dirusak.

(4)

Lingkungan harus selalu bersih dan rapi. Lingkungan tidak boleh dikotori atau dirusak.

Hutan tidak boleh ditebang semuanya, binatang-binatang tidak boleh diburu seenaknya, karena dapat menganggu keseimbangan alam. Lingkungan justru harus dijaga kerapiannya, keserasiannya dan kelestariannya. Lingkungan yang ditata dengan rapi dan bersih akan menciptakan keindahan.

Keindahan lingkungan dapat menimbulkan rasa tenang dan tenteram dalam diri manusia. 216 2.2 Pola Penataan Pekarangan Tradisional Bali yang Dilandasi FasafahTri Hita Karana Pola penataan pekarangan tradisional Bali secara garis besar dibagi menjadi 3 bagian (Tri Mandala) yaitu: (1) Parhyangan/ utama mandala merupakan bagian

kepala/hulu dari pekarangan Inovasi Hasil Penelitian Pendidikan Dan Gagasan Kreatif yang disucikan oleh orang Bali. Di sini dibangun bangunan yang bernilai utama seperti Sanggah Pemrajan/ pura keluarga.

Dibangunnya Sanggah Pemrajan pada parhyangan/ utama mandala sebagai tempat yang suci, sakral, dan luhur dimaksudkan sebagai tempat dan wahana melakukan pemujaan kepada leluhur untuk mencapai tujuan keharmonisan hidup. Semua umat Hindu memiliki Sanggah Pemrajan dan meyakini sebagai bagian dari penghormatan kepada leluhur. Konsep ini kemudian menyebabkan adanya penghormatan kepada orang tua sebagai guru rupake dalam pendidikan informal di rumah atau keluarga.

Dengan adanya pemrajan dapat mengembangkan dan melestarikan budaya Agama Hindu, mengembangkan rasa keindahan dan kehalusan budhi pekerti. Kalau dikaitkan dengan alam semesta dan lintasan matahari, utama mandala letaknya di arah Gunung/

matahari terbit; (2) Pawongan/ madya mandala merupakan bagian badan/ tengah dari pekarangan disini ditempatkan bangunan yang bernilai madya seperti tempat tinggal penghuni.

Tempat tinggal atau rumah yang dibangun di pawongan/ madya mandala mempunyai makna untuk menjaga harmonisasi hubungan sesama manusia, pengembangan potensi diri, inisiatif dan kreativitas manusia, kebutuhan hidup bersama, tolong menolong, norma dan etika. Kalau dikaitkan dengan alam semesta dan lintasan matahari, madya mandala letaknya di dataran/ matahari mencapai titik kulminasi; (3) Palemahan/ nista mandala merupakan bagian kaki/ hilir dari pekarangan pada bagian ini ditempatkan bangunan yang bernilai nista misalnya kandang ternak.

Selain kandang ternak, di palemahan/ nista mandala mereka menanam berbagai jenis tanaman hortikultura seperti tanaman mangga, nangka, rambutan, manggis, durian, kelapa, wani, sentul, juwet, jambu biji dan lain-lainnya. Di samping itu di palemahan/

nista mandala juga dipelihara berbagai jenis hewan terutama ayam, itik, dolong, babi

(5)

dan sapi.

Berbagai proses daur ulang dan hubungan yang harmonis antara manusia dengan lingkungan berlangsung di sini. Hal ini dapat memberi manfaat ganda bagi manusia yaitu meningkatkan gisi dan pendapatan keluarga, tempat pembuangan sampah serta sumber oksigen. Kalau dikaitkan dengan alam semesta dan lintasan matahari, nista mandala letaknya di arah laut/ matahari terbenam.

Gambar 1 Konsep Tri Angga pada Alam Lingkungan (Adhika, 2004) 217 Buku Prosiding Seminar Nasional 2.3 Implementasi Pola Penataan Pekarangan Tradisional Bali yang Dilandasi Oleh Kearifan Lokal Tri Hita Karana Di Sekolahdapat Membangun Karakter dan Budaya Konservasi Siswa Menurut undang-undang sistem pendidikan nasional nomor 20 Tahun 2003, tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut perlu dilakukan berbagai upaya dan inovasi dalam proses pembelajaran.Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan mengimplementasikanpola penataan pekarangan tradisional Bali yang dilandasi oleh kearifan lokal Tri Hita Karana di sekolah.Pola penataan pekarangan sekolah di yang dilandasi falsafah Tri Hita Karana yang secara garis besar dibagi menjadi 3 bagian (Tri Mandala) yaitu (1) parahyangan/

utama mandala merupakan bagian kepala/ hulu dari pekarangan, di sini di bangun Pura Sekolah.

Dibangunnya pura sekolah pada utama mandala sebagai tempat yang suci, sakral, dan luhur dimaksudkan sebagai tempat dan wahana melakukan pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk mencapai tujuan keharmonisan hidup. Keberadaan pura sekolah dapat meningkatkan pengintegrasian pola pikir, sikap hidup dan kecerdasan spiritual.

Dengan adanya pura sekolah siswa dapat mengembangkan dan melestarikan budaya Bali, mengembangkan rasa keindahan dan kehalusan budhi pekerti.

Parhyangan berupa pura sekolah sangat membantu penumbuhan keimanan, ketakwaan, budaya melayani, kebersamaan, saling menghormati, berbudaya kerja, budaya belajar, menghilangkan egoisme, merubah sifat eksklusif menjadi integratif, membangun kekuatan moral & keteguhan mental, cermat, pengembangan bakat minat seni budaya sebagai jati diri bangsa Indonesia; (2) pawongan/ madya mandala merupakan bagian badan/ tengah dari pekarangan di sini ditempatkan bangunan yang bernilai madya seperti ruangan pimpinan, ruangan guru, ruangan pegawai dan ruangan tempat siswa belajar.

(6)

Di sini akan terjadi harmonisasi hubungan sesama guru, sesama pegawai sesama siswa, guru dengan pegawai dan siswanya. Di sini juga terjadi pengembangan proses

pembelajaran, potensi diri, inisiatif dan kreativitas siswa. Harmonisasi kebutuhan hidup bersama, tolong menolong, norma dan etika; (3) palemahan/ nista mandala merupakan bagian kaki/ hilir dari pekarangan pada bagian ini ditempatkan bangunan ternak untuk percobaan dan kebun sekolah. Unsur palemahan meletakkan konsep keseimbangan dan harmonisasi hubungan antara manusia dengan alam.Pemanfaatan palemahan,

pengorganisasian palemahan, kesempatan hidup sehat, bugar, dan produktif bersama alam, kesejahteraan dari alam, pelestarian alam, pengindaran bencana alam.

Parhyangan berupa pura sekolah sangat membantu penumbuhan keimanan, ketakwaan, budaya melayani, kebersamaan, saling menghormati, berbudaya kerja, budaya belajar, menghilangkan egoisme, merubah sifat eksklusif menjadi integratif, membangun kekuatan moral & keteguhan mental, cermat, pengembangan bakat minat seni budaya sebagai jati diri bangsa Indonesia.Parhyangan pura sekolah sangat membantu

terbentuknya kesadaran ke Tuhan-an pada diri siswa sehingga mereka lebih merasa tenang, aman, pikirannya lebih terarah pada pelajaran di sekolah sehingga pendidikan di sekolah menjadi semakin kondusif.

Lingkungan pendidikan yang aman, nyaman, dan kondusif sangat membantu

pelaksanaan pendidikan berkualitas di sekolah.Hal ini sangat penting di tengah-tengah situasi pendidikan di Indonesia yang masih banyak mengalami gangguan kekerasan dan tawuran antar pelajar. Dalam bidang pengembangan kompetensi siswa, lingkungan belajar yang tenang, nyaman, aman, dan terkondisi baik secara sosial maupun secara akademis di laboratorium atau bengkel akan membantu dan mendukung siswa untuk mengembangkan ketrampilan/ skill secara kreatif.

Keberadaan parhyangan pura sekolah sangat bermanfaat dalam peningkatan

pengintegrasian pola pikir dan sikap hidup bersih jasmani rokhani, gotong royong, kerja sama, ngayah, kekeluargaan, saling melayani, komunikasi, tanggungjawab, budaya belajar, pengembangan seni dan budaya, ekspresi karya seni, spiritual, dana punia. 218 Inovasi Hasil Penelitian Pendidikan Dan Gagasan Kreatif Pengembangan pendidikan dengan kearifan lokal Tri Hita Karana membutuhkan keharmonisan dan keseimbangan unsur manusia warga sekolah dalam pengembangan budaya belajar, budaya melayani, dan budaya kerja berdasarkan falsafah Tri Hita Karana dalam membangun

kesejahteraan, kedamaian, dan kebahagiaan bersama.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan sangat tepat digunakan sebagai basis inovasi dan pengembangan kualitas pendidikan untuk menjawab tantangan menurunnya nilai-nilai budaya untuk menghasilkan output pendidikan yang memiliki identitas dan daya saing

(7)

internasional. Keberlangsungan mutu dan relevansi pendidikan di Bali sangat ditentukan oleh kemampuan lembaga pendidikan dalam menerapkan kearifan lokal Bali secara terencana dan terprogram dengan tetap menyerap standar nasional dan internasional.

Sebagai salah satu kearifan lokal masyarakat Bali yang telah diakui oleh UNESCO, Tri Hita Karana adalah kristal bagi pengembangan pendidikan di Indonesia yang dapat dikembangkan secara global. Tri Hita Karana sangat baik digunakan sebagai framework pendidikan di Indonesia yang berfungsi sebagai penyaring pengaruh negatif globalisasi.

Tri Hita Karana dapat digunakan sebagai penguat dan pemupuk tumbuhnya pendidikan yang mengakar kepada kearifan lokal dengan perspektif global untuk pembangunan pendidikan berkelanjutan. Implementasi Tri Hita Karana di sekolah diharapkan dapat melahirkan manusia yang memiliki kemampuan mengelola hidup dengan baik dan benar.

Tanpa membangun karakter yang luhur pendidikan itu akan menimbulkan dosa sosial.

Kalau sekolah menyelenggarakan pendidikan untuk mengajar peserta didik hanya untuk mencari nafkah, maka pendidikan itu tidak akan membawa perbaikan hidup dalam masyarakat. Menyadari hal ini pendidikan harus diselenggarakan dengan nilai tambah moralitas dan kebudayaan Bali berlandaskan Tri Hita Karana.

Internalisasi ideologi Tri Hita Karana di sekolah sangat kuat terlihat dalam penataan dan pemanfaatan bangunan fasilitas gedung dan pura sekolah, penataan lingkungan areal sekolah, dan adanya unsur manusia atau warga sekolah.Semua sekolah di Bali mestinya dilengkapi dengan parhyangan berupa pura sekolah yang dibangun di bagian utama mandala sebagai lokasi hulu dari sekolah.

Unsur palemahan sebagai unsur ketiga dalam konsep Tri Hita Karana juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan di sekolah. Penataan kerindangan, keindahan dan kenyamanan sekolah dengan berbagai tanaman sangat mendukung program

pemerintah yang disebut dengan green school. Penghijaun dan penanaman tanaman hortikultura (tanamam buah-buahan, tanaman sayursayuaran, tanaman obata-obatan dan tanaman hias) memiliki nilai fungsi yang sangat tinggi.

Selain sebagai penghasil oksigen segar, memilikiki nilai seni, nilai ekonomi dan dapat menambah nilai gisi keluaraga tananam ternyata menjadi obyek belajar yang sangat bagus bagi siswa. Bukan hanya tanaman, hewan-hewan percobaan yang lucu yang dilepas di kebun sekolah juga dapat dipakai obyek belajar. Bahkan hubungan timbal balik secara langsung maupun tidak langsung antara berbagai komonitas hewan dan tanaman dengan lingkunan abiotiknya dapat digunakan sebagai media dalam

pembelajaran ekosistem. Di mana media pembelajaran ekosistem ini memiliki manfaat

(8)

sebagai berikut.

(1) dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar. (2) dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya. (3) dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu.

(4) dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya.Oleh karena digunakan sebagai obyek belajar, maka siswa terikat perilaku memelihara dan merawat. Akibatnya siswa memiliki budaya konservasi untuk merawat dan melestarikan lingkungan alam sekolah. 219 Buku Prosiding Seminar Nasional 3. Simpulan 1.

T ri Hita Karana artinya tiga penyebab kesejahteraan dan kebahagiaan yang bersumber 220 dari keseimbangan dan keharmonisan hubungan antara: (1) manusia dengan Tuhan (parhyangan); (2) manusia dengan sesamanya (pawongan); (3) manusia dengan alam lingkungannya (palemahan). Harmonis berarti melakukan hal-hal yang mengandung kebaikan, kesucian yang dimulai dari pikiran, terucap dalam perkataan dan terlihat dalam tindakan/ perbuatan 2.

Pola penataan pekarangan tradisional Bali secara garis besar dibagi menjadi 3 bagian (Tri Mandala) yaitu (1) Parhyangan/ utama mandala merupakan bagian kepala/ hulu dari pekarangan yang disucikan oleh orang Bali. Di sini dibangun bangunan yang bernilai utama seperti sanggah pemrajan/ pura keluarga; (2) Pawongan/ madya mandala

merupakan bagian badan/ tengah dari pekarangan di sini ditempatkan bangunan yang bernilai madya seperti tempat tinggal penghuni; (3) Palemahan/ nista mandala

merupakan bagian kaki/ hilir dari pekarangan pada bagian ini ditempatkan bangunan yang bernilai nista misalnya kandang ternak.

Pada pekarangan tradisional Bali yang dilandasi kearifan lokal Tri Hita Karana akan terjadi hubungan yang sangat harmonis antatara manusia dengan Tuhan , manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam lingkungannya. 3. Semua sekolah di Bali semestinya mengimplementasikan kearifan lokal Tri Hita Karana di sekolah. Artinya sekolah dilengkapi dengan (1) Parhyangan berupa pura sekolah yang dibangun di bagian utama mandala sebagai lokasi hulu dari sekolah, dimanfaatkan untuk membangun karakter siswa; (2) Pawongan berupa gedung sekolah, dimanfaatkan sebagai tempat berlangsungsung proses pembelajaran dan tempat berinteraksinya

(9)

seluruh warga sekolah; (3) unsur palemahan sebagai unsur ketiga dalam konsep Tri Hita Karana juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan di sekolah dapat dimanfaatkan sebagai tempat pembelajaran, dengan menggunakan tanaman dan hewan serta

hubungan timbal balik antara berbagai komunitas mahluk hidup yang ada di palemahan dengan lingkungan abiotiknya sebagai obyek pembelajaran. Oleh karena digunakan sebagai obyek belajar, maka siswa terikat perilaku memelihara dan merawat.

Pada akhirnya mampu menumbuhkan budaya konservasi pada diri siswa dan warga sekolah untuk merawat dan melestarikan lingkungan alam mulai dari lingkungan sekolah mereka. 4. Daftar Pustaka Adhika, I M. (2004). Pola Penataan Ruang Unit Pekarangan di Desa Bongli Tabanan.Jurnal Pemukiman Natah, 2 (1): 1 – 55 Dwijendra, N.K.A. (2003). Perumahan dan Pemukiman Tradisional Bali. Jurnal Pemukiman “Natah,” 1 (1): 1 - 24 Equtari, K. E., Suhirman. (2016).

Pola Berkelanjutan Prisip Tri Hita Karana dalam penglolaan sumber Daya air untuk Pertanian Berbasis Subak di Kawasan Perkotaan (Studi Kasus: Subak ayung, Sbak gaji, Subak Seminyak, Kabupaten Badung, Provinsi Bali). Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota BSAPPK, 2 (1): 142 – 148 Mudra. I W. (2010).Rumah Tinggal Tradisional Bali dari Aspek Budaya dan Antropometri.Jurnal Seni Budaya, 26 (1): 95 – 106. Sudira. (2016).

Praksis Tri Hita Karana dalam Struktur dan Kultur Pendidikan Karakter Kejuruan pada SMK di Bali. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Wikipedea. (2013). Tri Hita Karana (online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Tri_Hita_Karana), diakses 9 April 2013.

INTERNET SOURCES:

--- 1% -

https://www.scribd.com/document/365511846/BUKU-PROSIDING-Seminar-Nasional-Ino vasi-Hasil-Penelitian-Pendidikan-Dan-Gagasan-Kreatif

<1% -

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/dr-putu-sudira-mp/067-artikel-buku-p ps-2014-putu-sudira-ptk-spirit-thk.pdf

<1% - https://www.scribd.com/doc/177822125/Arsitektur-Pertamanan-Bali

<1% - http://travelplusindonesia.blogspot.com/2013/03/

<1% - https://www.scribd.com/doc/162388015/Jurnal-Emasains-No-2

<1% - http://www.iep.utm.edu/envi-eth/

1% - https://es.scribd.com/doc/176846754/Makalah-Agama-Tri-Hita-Karana 1% - http://ulfamin.blogspot.com/2013/01/makalah-ahlak-terhadap-negara.html 1% - http://www.stpbi.ac.id/menu/4/Philosophy.html

2% -

(10)

http://www.beritahindu.com/2017/11/proses-penciptaan-alam-semesta-menurut.html 2% - http://hindumy.blogspot.com/2014/06/tri-hita-karana.html

1% - https://susannetwork.wordpress.com/2013/09/12/agama/

<1% - http://asosiasitradisilisan.blogspot.com/2012/

<1% - https://www.scribd.com/document/134264092/makalah-klmpok-4-docx

<1% - http://lista.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/19365/Hukum+Perjanjian.pdf

<1% -

http://hindualukta.blogspot.com/2015/09/mengenal-ajaran-sanata-dharma-hindu.html 1% -

http://www.academia.edu/15286854/DARI_SEBUAH_BENTENG_TRI_HITA_KARANA_SAM PAI_ROMANTISME_EVOLUSI_PUSH_and_PULL_FACTOR_PERKEMBANGAN_PANTAI_KUTA _BALI

<1% -

http://assilvabrena.blogspot.com/2014/05/hubungan-antara-ekologi-dengan-ilmu.html 1% - http://www.senaya.web.id/ketikan/rpk5.doc

<1% - https://wimerta.wordpress.com/2013/01/page/2/

7% -

http://studylib.net/doc/12708954/konsep-dan-praksis-pendidikan-hindu-berbasis-tri-hit a-karana

<1% -

https://tabassamsite.wordpress.com/2016/09/24/makalah-perkembangan-manusia/

<1% -

http://bahasa-mahasiswa.blogspot.co.id/2011/01/undang-undang-sisdiknas-sistem.html 1% -

https://paud-anakbermainbelajar.blogspot.com/2013/05/pedoman-penilaian-di-tk-dan- paud.html

<1% -

http://edhakidam.blogspot.co.id/2015/01/makalah-pengembangan-kurikulum-dalam.ht ml

<1% - http://jegegbagus-jegegbagus.blogspot.com/feeds/posts/default

<1% -

http://novanardy.blogspot.com/2011/01/bab-v-pendidikan-di-lingkungan-sekolah.html

<1% -

https://www.slideshare.net/ekostereo/materi-umum-17-peran-keluarga-dalam-pembela jaran-siswa

<1% -

https://jebongudik.blogspot.com/2012/03/fenomena-tawurankonflik-antar-pelajar.html 1% -

http://studylib.net/doc/12709002/kementerian-agama-institut-hindu-dharma-negeri-de npasar-p...

(11)

1% -

http://studylib.net/doc/12708987/laporan-tahunan-penelitian-strategis-nasional-tema-- penge...

1% - http://www.academia.edu/6261106/SMK_KEARIFAN_LOKAL_TRI_HITA_KARANA

<1% - https://ilmiahilmu.wordpress.com/page/12/

1% -

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/dr-putu-sudira-mp/93-cetak-biru-smk -thk-final.docx

<1% - https://issuu.com/denpostnews/docs/dps_3_juli_2012 1% - https://core.ac.uk/download/pdf/11058846.pdf

3% -

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131655274/019-Paradigma%20Pendidikan%20be rbasis%20Tri%20Hita%20Karana.pdf

<1% - http://newsinfo-world.blogspot.co.id/2011_08_17_archive.html 1% -

http://rizkynuradhikarahmah.blogspot.co.id/2014/12/manfaat-media-komunikasi-dalam.

html 1% -

http://skripsi-tarbiyahpai.blogspot.com/2014/06/pengertian-fungsi-manfaat-dan-maca m.html

1% -

http://andreewahyudi.blogspot.co.id/2012/09/pengertian-dan-manfaat-forum-diskusi.ht ml#!

<1% - https://www.scribd.com/doc/186669417/Modul-Paud

<1% - http://docplayer.info/55255350-Literasi-sastra-pengajarannya.html

<1% -

https://www.scribd.com/document/326706560/JURNAL-WIDYADARI-NO-20-TAHUN-XI V-OKTOBER-2016-pdf

1% - https://sites.google.com/site/jayapurahmhd/

1% -

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131655274/027-Pendidikan%20Menabur%20Nila i%20Luhur.pdf

<1% - https://bliexperience.wordpress.com/2016/03/11/kosmologi-arsitektur-etnik-bali/

<1% - http://majalahhinduraditya.blogspot.com/2011/04/

<1% -

http://docplayer.info/44140648-Laporan-penelitian-implementasi-tri-hita-karana-dalam -pariwisata-di-bali-studi-kasus-hotel-hotel-di-ubud-gianyar.html

<1% - http://bisnis-environment.blogspot.com/feeds/posts/default

Referensi

Dokumen terkait

Institusi Pengajian Tinggi Awam (IPTA) dan Institusi Pengajian Tinggi Swasta (IPTS) merupakan institusi-institusi yang menghasilkan pekeija separa mahir dan mahir dalam

Penelitian yang mendukung adalah penelitian yang dilakukan oleh Sholihah (2011) dimana hasil penelitiannya menunjukkan perubahan yang signifikan (adanya penuruna

Dari data hasil pengukuran krom tersebut, dapat dibuat grafik hubungan antara konsentrasi krom dengan jarak untuk setiap interval 3 jam yang dapat dilihat pada gambar B.l sampai

Al-Raghib Al-Isfahani menjelaskan bahwa hikmah adalah perolehan kebenaran dengan perantara ilmu dan akal, yang berasal dari Allah atau manusia. Jika berasal dari

memperkuat prinsip kekuasaan kehakiman yang merdeka berarti suatu Kekuasaan yang berdiri sendiri dan tidak dalam intervensi dari kekuasaan lainya dalam menjalankan

Hasilnya ditemukan beberapa faktor antara lain tema yang disajikan dalam buku tersebut sangat familiar, dirancang sesuai dengan kurikulum yang berkembang, durasi pembelajaran

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh tekanan, kesempatan, rasionalisasi, dan kemampuan ( fraud diamond) serta keserakahan, kebutuhan dan

Serta menggunakan metode Structural Equation Modelling (SEM) untuk menguji hipotesisnya. Adapun hasil analisis data pengujian hipotesisnya, sebagai berikut : 1) Perceived