• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kebiasaan Minum Air Putih dan Faktor Lainnya Dengan Asupan Air Total Pada Siswa-siswi SMP Negeri 1 Depok Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Kebiasaan Minum Air Putih dan Faktor Lainnya Dengan Asupan Air Total Pada Siswa-siswi SMP Negeri 1 Depok Tahun 2014"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Kebiasaan Minum Air Putih dan Faktor Lainnya Dengan

Asupan Air Total Pada Siswa-siswi SMP Negeri 1 Depok Tahun 2014

Pebriani Pakpahan, Kusharisupeni

Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

E-mail: pebriani.pakpahanfkmui@gmail.com

Abstrak

Air memiliki peranan yang penting bagi tubuh, namun seringkali menjadi hal yang dilupakan sehingga tanpa disadari banyak remaja yang mengalami dehidrasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan minum air putih dan faktor lainnya dengan asupan air total pada siswa/i di SMP Negeri 1 Depok tahun 2014. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2014 dengan melibatkan 195 responden kelas 8 di SMP Negeri 1 Depok yang didapat dengan total

sampling. Variabel independen yang diambil adalah karakteristik responden (jenis kelamin dan uang jajan),

status gizi, aktivitas fisik, pengetahuan gizi dan kebiasaan minum (berdasarkan waktu minum dan membawa bekal minuman ketika bepergian, kebiasaan minum air putih, berdasarkan jenis minuman yang tidak dianjurkan dan dianjurkan). Asupan air diperoleh dengan wawancara food recall 2x24 jam, variabel status gizi diperoleh dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan, sementara variabel lainnya diperoleh dengan pengisian kuesioner. Analisis bivariat dilakukan dengan uji chi-square. Sebanyak 53,3 % responden dengan asupan air total kurang dari 2000 ml/hari. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kebiasaan minum air putih merupakan satu-satunya variabel yang memiliki hubungan dengan asupan air total.

Kata kunci: air total, remaja, kebiasaan minum air putih

The Relationship Between Drinking Water Habits and Other Factors on the Total Water Intake in Junior High School 1 Depok Students in 2014

Abstract

Water has an important role for the body, but it is often ignored by adolescents. As a result, they become dehydrated unconsciously. The purpose of this study is to find out the relationship between drinking water habits and other factors on the total water intake in Junior High School 1 Depok students in 2014. The study was conducted on April 2014. It used cross-sectional design which was involving 195 respondents of eighth grade students in Junior High School 1 Depok. All respondents were obtained by a total sampling. The independent variables were the characteristics of respondents (gender and pocket money), nutritional status, physical activity, knowledge of nutrition, and drinking habits (based on drinking time and bringing drinks in traveling; drinking water; and the kind of beverages that are recommended or not recommended). The data about the total water intake for each respondent was obtained by food recall interview within 2x24 hours, and the nutritional status data was obtained by measuring weight and height. Moreover, the other variables were obtained by means of questionnaires. Bivariate analysis used chi-square test. From 195 respondents, 53.3% of them have a total water intake less than 2000 ml/day. Statistical tests show that only drinking water habits variable has relationship with a total water intake.

Keywords: total water, adolescent, drinking water habits

(2)

Pendahuluan

Air sangat penting bagi manusia. Manusia mungkin dapat bertahan hidup tanpa makan selama lebih dari 2 bulan, tetapi tanpa air, manusia hanya dapat bertahan selama 2-4 hari atau kurang dari seminggu (Daniels et al.,2010; Mahan et al.,2008; Williams et al., 2012; Winarno, 2004; Williams, 2002). Air memiliki peranan yang penting dalam tubuh, antara lain sebagai pelarut dan alat angkut, katalisator, pelumas, pengatur suhu tubuh, dan peredam benturan yang semuanya sangat berguna bagi kesehatan (Almatsier, 2009; Hardinsyah et al., 2009; Mahan et al.,2008; Williams et al., 2012). Namun, sehari-hari asupan air seringkali menjadi hal yang dilupakan oleh kebanyakan orang sehingga asupan air bagi tubuh tidak terpenuhi, padahal dampak dari kekurangan asupan air dapat mengakibatkan dehidrasi. Dehidrasi ringan dapat mengakibatkan efek yang merugikan pada kinerja mental, fungsi kognitif, dan performa fisik yang berakibat pada suasana hati yang tidak terkontrol, penurunan kemampuan untuk berkonsentrasi, mudah lelah, dan sakit kepala (Jen, 1999; Popkin et al., 2010; Whitney et al., 2011; Wilson & Morley, 2003; Ganio et al., 2011). Jika keadaan ini terus menerus dibiarkan, maka akan berlanjut pada keadaan dehidrasi yang lebih parah yang mengakibatkan meningkatnya risiko batu ginjal, penurunan kapasitas kelangsungan hidup dan pada akhirnya dapat menyebabkan kematian (Almatsier, 2009; Hui, 1985; Maughan, 2003; Popkin et al., 2010; Whitney et al.,2011; Williams et al., 2012). Di Amerika, berdasarkan analisis data The National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) tahun 2005-2010, sebanyak 87% perempuan dan 85% laki-laki usia 9-13 tahun asupan air total tidak memenuhi kecukupan air yang telah ditetapkan (Drewnowski et al., 2013). Penelitian di Singapura yang dilakukan oleh Politeknik Tamasek dan AFIC (1998) menyatakan bahwa kelompok usia remaja dan dewasa merupakan kelompok yang prevalensinya paling banyak mengalami kekurangan asupan air total dibandingkan kelompok usia lain (Briawan et al.,2011; Hardinsyah et al., 2009).

Di Indonesia, Penelitian Hardinsyah et al., 2009 menunjukkan bahwa pada usia remaja yang mengalami kekurangan asupan air total ringan didataran rendah sebesar 41,67%. Prevalensi pada remaja ini lebih tinggi dibandingkan usia dewasa yaitu sebesar 24%. Hasil survei awal yang dilakukan di SMP Negeri 1 Depok tahun 2014 didapatkan bahwa sebesar 55% remaja mengalami kekurangan asupan air total (Pakpahan, 2014). Hasil prevalensi kekurangan asupan air total ini lebih tinggi dibandingkan penelitian sebelumnya, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menghindari dampak dari kekurangan asupan air total. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai hubungan kebiasaan minum air putih dan faktor lainnya dengan asupan air total pada siswa/i SMP Negeri 1 Depok, diketahuinya

(3)

gambaran asupan air total pada siswa/i SMP Negeri 1 Depok, diketahuinya gambaran karakteristik responden (jenis kelamin dan uang jajan), status gizi (IMT/U), aktivitas fisik, pengetahuan gizi tentang air bagi tubuh, kebiasaan minum (berdasarkan waktu minum dan membawa bekal minuman ketika bepergian, kebiasaan minum air putih, berdasarkan jenis minuman yang tidak dianjurkan, berdasarkan jenis minuman yang dianjurkan) pada siswa/i SMP Negeri 1 Depok, diketahuinya hubungan antara karakteristik responden (jenis kelamin dan uang jajan), status gizi (IMT/U), aktivitas fisik, pengetahuan gizi tentang air bagi tubuh, kebiasaan minum (berdasarkan waktu minum dan membawa bekal minuman ketika bepergian, kebiasaan minum air putih, berdasarkan jenis minuman yang tidak dianjurkan, berdasarkan jenis minuman yang dianjurkan) dengan asupan air total pada siswa/i SMP Negeri 1 Depok.

Tinjauan Teoritis

Asupan air yang kurang dari yang direkomendasikan dapat menjadi penyebab keprihatinan terhadap kesehatan (Drewnowski et al.,2013). Dalam hal ini terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan asupan air total seseorang antara lain:

Jenis Kelamin

Total air tubuh tidak berbeda nyata antara laki-laki dan perempuan sampai anak berusia 12 tahun, namun setelah usia tersebut, laki-laki akan lebih banyak kandungan air dalam tubuhnya dibandingkan perempuan (Hardinsyah et al., 2009; Kant et al.,2009; Kant & Graubard, 2010). Hal ini berkaitan dengan sel otot rangka yang banyak menyimpan cairan tubuh dan biasanya terdapat pada laki-laki. Sementara, sel lemak mengandung sedikit air dan hal ini terjadi pada perempan yang komposisi tubuhnya lebih banyak terdiri dari sel lemak dibanding laki-laki (Williams et al., 2012; Sawka, 2005; Wiseman, 2002). Asupan air total secara signifikan lebih tinggi pada laki-laki dari pada wanita (Bossingham, 2005; Moreno et al., 2013; Kant & Graubard, 2010; Kant et al., 2009).

Status Ekonomi (pendapatan-uang jajan)

Status ekonomi seseorang dapat dinilai dari pendapatan. Kurangnya pendapatan yang memadai akan mencegah pembelian makanan/minuman yang memadai pula, namun dengan uang yang banyak tidak akan menjamin diet yang memadai. Pendapatan menengah keatas tidak menutup kemungkinan pula untuk dapat mengalami malnutrition. Namun, dengan pendapatan yang tinggi dapat berefek pada kemampuan seseorang untuk membeli makanan yang memadai/ adekuat (Alford & Bogle, 1982). Besar kecilnya pemberian uang saku dari orangtua berhubungan dengan tingkat kelas sosial atau kelas sosioekonomi seseorang.

(4)

Tingkatan kelompok sosial tersebut berhubungan dengan pola konsumsi seseorang. Apabila tergolong kelompok sosial tinggi dengan pendidikan yang tinggi pula maka pola makannya akan cenderung lebih sehat (Gibney et al., 2004). Status sosial ekonomi berhubungan dengan asupan air total. Remaja yang tinggal dengan pendapatan rumah tangga yang tinggi biasanya lebih banyak mengonsumsi air (berasal dari minuman) (Drewnowski et al., 2013).

Status Gizi

Obesitas dapat menurunkan persentase air dalam tubuh hingga 45% (Guyton, 1976). Jumlah total air dalam tubuh pada orang dewasa yang kurus berkisar 60-70% dari berat badan; sementara seseorang yang mengalami obesitas memiliki jumlah total air tubuh berkisar 45-55% dari berat badan (Mahan et al., 2008). Seseorang yang mengalami obesitas, membutuhkan asupan air yang lebih banyak hal ini berkaitan dengan jumlah sel lemak dimana sel lemak lebih sedikit dalam menyimpan air dibandingkan sel otot (Almatsier, 2009; Wiseman, 2002). Dalam penelitian dinyatakan bahwa asupan air total lebih banyak dikonsumsi oleh remaja yang obes dibandingkan non obes; namun kejadian dehidrasi lebih banyak dialami oleh remaja obesitas (Kant et al., 2009; Kant et al., 2010).

Aktivitas fisik

Faktor aktivitas fisik sangat berperan terhadap asupan air total (Kant, 2009; Maughan, 2003). Manusia membutuhkan cukup air untuk menggantikan air yang hilang dari keringat, urin, serta pernapasan (Brown, 2011). Kebutuhan air seseorang bisa meningkat menjadi 1,5 L / 1.000 kkal, tergantung pada tingkat aktivitas dan kehilangan air. Pedoman yang dikeluarkan oleh the European Food Safety Authority (EFSA) menetapkan bahwa total asupan air yang tersedia harus 1,5 L / 1.000 kkal untuk bayi , 1,2 L / 1.000 kkal untuk balita , dan 1,0 L / 1.000 kkal untuk orang dewasa ( Drewnowski et al., 2013). Aktivitas fisik yang tinggi akan cepat meningkatkan kehilangan air dalam tubuh dengan cara; peningkatan kecepatan pernapasan sehingga kehilangan air melalui paru-paru sesuai dengan peningkatan kecepatan ventilasi; selain itu aktivitas dapat meningkatkan suhu tubuh yang akhirnya mengakibatkan pengeluaran keringat (Guyton, 1976; Williams et al., 2012). Berdasarkan data The National Health and Nutrition Examination Surveys NHANES tahun 2005-2006 yang diadakan oleh The national Center for Health Statistics (NCHS) pada usia 4-19 tahun bahwa aktivitas fisik memiliki hubungan yan lemah dengan asupan air putih tetapi tidak pada asupan minuman atau asupan air total (Kant et al., 2010). Sementara untuk usia ≥20 tahun,tingginya aktivitas fisik berhubungan dengan tingginya asupan air putih dan air total selain itu asupan dari minuman juga menambah asupan air total seseorang (Kant et al., 2009). Pada orang dewasa kebutuhan air meningkat menjadi 2,5 liter untuk aktivitas sedentary dan 3,2 liter untuk

(5)

aktivitas sedang, untuk dewasa yang lebih aktif yang tinggal di lingkungan panas memiliki kebutuhan air sekitar 6 liter (Sawka et al., 2005). Penelitian pada mahasiswa FKM UI menyatakan bahwa konsumsi air minum berhubungan dengan aktivitas fisik (Diyani, 2012). Pengetahuan gizi tentang air bagi tubuh

Dalam beberapa penelitian, dikatakan bahwa terdapat hubungan pengetahuan tentang air bagi tubuh dengan asupan air total dan atau air minum (Prayitno, 2012; Gustam, 2012). Penelitian pada mahasiswa di Depok menyatakan bahwa konsumsi air minum berhubungan dengan pengetahuan (Diyani, 2012; Rosmaida, 2011).

Kebiasaan minum

Kebiasaan minum yang baik dapat dinilai berdasarkan waktu minum dan membawa bekal minuman, kebiasaan minum air putih, kebiasaan minum berdasarkan jenis minuman yang tidak dianjurkan dan tidak dianjurkan. Berdasarkan survei di Prancis, kebiasaan minum berdasarkan waktu minum, biasanya dilakukan saat sarapan, makan siang dan makan malam (Bellisle et al.,2010). Kebiasaan minum sebelum makan dapat menjadi alternatif cara untuk mencegah terjadinya kekurangan asupan air total (Davy et al., 2008). Pada penelitian Briawan et al., 2011 didapat bahwa remaja memiliki kebiasaan minum (air putih) dalam waktu-waktu tertentu dimana sebesar 97,6% minum air putih setiap saat ketika merasa haus. Sebanyak 57,8% remaja minum air putih setelah pulang sekolah dan hanya 15,7% setelah berolahraga. Sebanyak 19,3% remaja minum setelah berolahraga, sebelum berangkat sekolah, pulang sekolah, sebelum tidur, dan ketika bangun tidur. Semakin sering frekuensi mengonsumsi air putih maka kebutuhan air total akan tercukupi. Selain itu, seseorang yang sering membawa bekal minuman berhubungan dengan asupan air total hariannya. Hal ini berkaitan dengan ketersediaan terhadap air minum sehingga kemampuan untuk memenuhi asupannya dapat terpenuhi dengan baik (Arisman,2009). Kebiasaan minum teh atau kopi tidak dapat menggantikan kebutuhan tubuh akan air murni. Meskipun teh atau kopi dan beberapa minuman soda mengandung air, namun dalam minuman tersebut terdapat kafein, dimana bersifat diuretik yang mampu mengeluarkan air lebih banyak dari tubuh (Batmanghelidj F., 2007; Brown, 2011). Namun, jika seseorang sering mengonsumsi susu dan jus, hal ini merupakan kebiasaan minum yang baik karena dapat memenuhi asupan kalsium dan serat bagi tubuh. Penelitian pada mahasiswa FKM UI menyatakan bahwa konsumsi air minum berhubungan dengan kebiasaan minum (Diyani, 2012). Dalam penelitian, terdapat hubungan kebiasaan minum dengan asupan air total seseorang (Bellisle et al., 2010).

(6)

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan menggunakan studi kuantitatif dengan desain cross sectional (potong lintang) sectional dengan tujuan melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependennya pada siswa/i SMP Negeri 1 Depok. Populasi sampel dalam penelitian ini adalah siswa/i kelas 8 dengan kriteria inklusi yaitu responden berstatus sebagai siswa/i aktif tahun ajaran 2013/2014, bersedia untuk menjadi sampel penelitian, mengisi kuesioner dengan jelas dan lengkap. Sementara kriteria eksklusi yaitu, sudah pernah menjadi responden saat survei awal, responden sedang dalam kondisi sakit, responden sedang mengonsumsi obat-obatan berdasarkan resep dokter ataupun yang dijual bebas, responden yang tidak masuk sekolah pada saat penelitian berlangsung. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner, timbangan digital camry dan microtoise, form food recall 24 jam dan food model. Penelitian ini menggunakan data primer berupa data karakteristik individu (jenis kelamin dan uang jajan), antropometri, aktivitas fisik, pengetahuan gizi tentang air bagi tubuh, dan kebiasaan minum serta food recall 2x24 jam. Variabel dependen yaitu asupan air total didapatkan melalui wawancara food recall 2x 24 jam (weekend dan weekday) dan diolah dengan bantuan perangkat lunak yaitu NutriSurvey for Windows 2007. Variabel independen yaitu status gizi didapatkan dengan pengukuran antropometri meliputi penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan. Sementara variabel independen seperti karakteristik individu (jenis kelamin dan uang jajan), aktivitas fisik, pengetahuan gizi tentang air bagi tubuh, dan kebiasaan minum didapat melalui pengisian kuesioner. Kuesioner ini diperoleh melalui beberapa penelitian antara lain penelitian Hardinsyah et al (2009); Bellisle et al., 2010; dan Angesti (2013), sementara kuesioner aktivitas fisik diperoleh melalui Physical Activity Questionnaire for Children (PAQ-C) (Kowalski et al, 2004). Analisis data yang digunakan, yakni analisis univariat dan bivariat. Analisis data univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dan proporsi masing-masing variabel, yaitu dependen (asupan air total) dan independen (karakteristik individu (jenis kelamin dan uang jajan), status gizi, aktivitas fisik, pengetahuan gizi tentang air bagi tubuh, dan kebiasaan minum) sehingga diperoleh gambaran dari variabel yang diteliti. Analisis data bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Uji yang digunakan yaitu uji Chi-square (X2) untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang bermakna dari variabel dependen terhadap independen. Uji Chi-square (X2) ini dipakai karena variabel dependen dan independen termasuk dalam jenis variabel kategorik. Uji Chi-square (X2) digunakan dengan tingkat kepercayaan 95% dan nilai

(7)

α=0,05 yang berarti bila nilai p ≤0,05, maka perhitungan statistik bermakna (signifikan) yang berarti ada hubungan antara variabel independen dengan dependen (hipotesis nol (Ho) ditolak). Sementara jika nilai p> 0,05, maka hasil perhitungan statistik tidak bermakna yang berarti tidak ada hubungan antara variabel independen dengan dependen (hipotesis nol (Ho) gagal ditolak) (Sabri & Hastono, 2008).

Hasil Penelitian

Tabel 1 Distribusi Asupan Air Total Pada Responden di SMP Negeri 1 Depok Tahun 2014

Asupan Air Total n %

Cukup (≥2000 ml) 91 46,7

Kurang (<2000 ml) 104 53,3

Total 195 100

Asupan air total dikategorikan berdasarkan angka kecukupan gizi (AKG 2013) (Kemenkes, 2013). Dari hasil tersebut, yang mengalami kekurangan asupan air total lebih banyak yaitu sebesar 53,3% atau sebanyak 104 orang. Pada tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata asupan air total responden adalah 2018±579,3777 ml, dimana asupan air total paling sedikit adalah 925 ml dan yang terbanyak yaitu 4900,4 ml.

Tabel 2 Distribusi Asupan Air yang berasal dari Makanan dan Jenis Minuman pada Responden di SMP Negeri 1 Depok Tahun 2014

Jenis %

terhadap total air

Mean±SD Median Min-Maks

Makanan (ml) 24,75 499,50±178,87127 480,45 129,05-1145 Air Putih (ml) 56,98 1159±499,9385 1060 200-2669.5 Teh (ml) 7,92 159,915±227,8668 119,750 0-2155,5 Kopi (ml) 0,3 6,346±29,9824 0,000 0-233,9 Susu (ml) 5,9 119,069±149,5425 87,250 0-628,3 Jus (ml) 1,06 21,476±62,0067 0,000 0-419,2 Softdrink (ml) 0,59 11,956±52,5741 0,000 0-537,9 Minuman serbuk (ml) 2,5 49,703±109,1711 0,000 0-749,8 Total Air (ml) 100% 2018±579,3777 1927 925-4900,4

Pada tabel 2 terlihat bahwa asupan air putih merupakan jenis minuman yang paling banyak dikonsumsi responden dengan rata-rata 1159 ml perhari atau 56,98% dari asupan air total. Jumlah minimal asupan air putih yaitu 200 ml dan jumlah maksimal yaitu 2669,5 ml. Untuk jenis minuman lainnya, tidak semua responden mengonsumsi setiap minuman yang dapat dilihat dari jumlah minimal minuman yaitu 0 dan jumlah maksimal yang dikonsumsi bervariasi. Jenis minuman yang paling sedikit dikonsumsi yaitu kopi dengan rata-rata 6,346 ml per hari atau 0,3% dari asupan air total.

(8)

Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Analisis Univariat Variabel n % Jenis Kelamin Laki-laki 72 36,9 Perempuan 123 63,1 Total 195 100 Uang Jajan Tinggi (≥ Rp 10.000,00) 104 53,3 Rendah(<Rp 10.000,00) 91 46,7 Total 195 100

Status Gizi (IMT/U)

Sangat Kurus 2 1 Kurus 11 5,6 Normal 130 66,7 Gemuk 41 21 Sangat Gemuk 11 5,6 Total 195 100 Aktivitas Fisik Tinggi 100 51,3 Rendah 95 48,7 Total 195 100

Pengetahuan Gizi tentang Air Bagi Tubuh

Tinggi 49 25,1

Sedang 129 66,2

Rendah 17 8,7

Total 195 100

Kebiasaan Minum Menurut Waktu Minum dan Kebiasaan Membawa Bekal Minuman

Baik 110 56,4

Kurang Baik 85 43,6

Total 195 100

Kebiasaan Minum Air Putih

Baik 109 55,9

Kurang Baik 86 44,1

Total 195 100

Kebiasaan Minum Menurut Jenis Minuman yang Tidak Dianjurkan

Baik 133 68,2

Kurang Baik 62 31,8

Total 195 100

Kebiasaan Minum Menurut Jenis Minuman yang Dianjurkan

Baik 138 70,8

Kurang Baik 57 29,2

Total 195 100

Pada tabel 3 terlihat bahwa responden terbanyak yaitu berjenis kelamin perempuan sebanyak 123 orang atau 63,1%. Sebanyak 104 orang (53,3%) memperoleh uang jajan ≥ Rp 10.000,00 per harinya (didapatkan dari nilai median) yang termasuk dalam kategori tinggi. Rata-rata uang jajan siswa/i adalah Rp 9.506,15 per hari. Uang jajan terendah adalah sebesar Rp 0 dan yang tertinggi adalah sebesar Rp 30.000,00 per hari. Sebanyak 130 orang atau 66,7% memiliki status gizi normal (-2 SD s/d +1SD). Status gizi responden di SMP Negeri 1 Depok menunjukkan bahwa rata-rata berstatus gizi normal (-0,0374 SD) dengan mediannya adalah 0,01 SD. Status gizi yang sangat kurus dengan nilai -3,49 SD dan yang sangat gemuk dengan

(9)

nilai +2,76 SD. Sebanyak 100 orang atau 51,3% termasuk dalam kategori aktivitas fisik tinggi. Sebanyak 49 orang (25,1%) memiliki pengetahuan gizi yang tinggi. Nilai rata-rata dari pengetahuan gizi tentang air bagi tubuh pada siswa/i SMP Negeri 1 Depok adalah 73,0769±9,61386. Tabel 3 juga menunjukkan sebagian besar memiliki kebiasaan minum yang baik jika dilihat berdasarkan waktu minum dan kebiasaan membawa bekal minuman ketika bepergian. Sebagian besar responden memiliki kebiasaan minum air putih yang baik (55,9%). Sebagian besar (70,8%) memiliki kebiasaan minum yang baik berdasarkan jenis minuman yang dianjurkan seperti susu dan jus dan sebagian besar (68,2%) memiliki kebiasaan minum yang baik berdasarkan jenis minuman yang tidak dianjurkan.

Tabel 4 Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat

Kebiasaan Minum Air Putih (per hari)

Baik 63 57,8 46 42,2 109 100 2,837 (1,573-5,117)

0,001* Kurang Baik 28 32,6 58 67,4 86 100

Kebiasaan Minum Berdasarkan Jenis Minuman yang Tidak Dianjurkan (Per Minggu) Baik 67 50,4 66 49,6 133 100 1,607

(0,870-2,969)

0,172 Kurang Baik 24 38,7 38 61,3 62 100

Kebiasaan Minum Berdasarkan Jenis Minuman yang Dianjurkan (Per Minggu) Baik 67 48,6 71 51,4 138 100 1,298

(0,696-2,419)

0,507 Kurang Baik 24 42,1 33 57,9 57 100

Total 91 46,7 104 53,3 195 100

Variabel Asupan Air Total Total OR

(95% CI) P value Cukup Kurang n % n % n % Jenis Kelamin Laki-laki 37 51,4 35 48,6 72 100 1,351 (0,754-2,421) 0,388 Perempuan 54 43,9 69 56,1 123 100 Uang Jajan (Rp) Tinggi (≥10000) 48 46,2 56 53,8 104 100 0,957 (0,544-1,682) 0,992 Rendah (<10000) 43 47,3 48 52,7 91 100

Status Gizi (IMT/U)

Non Obese 63 44,1 80 55,9 143 100 0,675 (0,357-1,277) 0,294 Obese 28 53,8 24 46,2 52 100 Aktivitas Fisik Tinggi (skor ≥18) 52 52 48 48 100 100 1,556 (0,883-2,741) 0,165 Rendah (skor <18) 39 41,1 56 58,9 95 100 Pengetahuan Gizi tentang Air Bagi Tubuh

Tinggi 26 53,1 23 46,9 49 100 1,409 (0,736-2,696) 0,384 Sedang/ Rendah 65 44,5 81 55,5 146 100

Kebiasaan Minum Berdasarkan Waktu & Membawa Bekal Minuman Ketika Bepergian (Per Minggu)

Baik 56 50,9 54 49,1 110 100 1,481 (0,837-2,623)

0,228 Kurang Baik 35 41,2 50 58,8 85 100

(10)

Tabel 4 menunjukkan proporsi responden dengan asupan air total cukup lebih tinggi pada laki-laki yaitu sebesar 51,4% dibandingkan perempuan yaitu sebesar 43,9%. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,388 yang dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan air total dengan jenis kelamin. Hasil penelitian berdasarkan uang jajan juga menunjukkan proporsi responden dengan asupan air total cukup lebih tinggi pada responden yang memiliki uang jajan rendah (<Rp 10.000,00) yaitu sebesar 47,3% dibandingkan responden yang memiliki uang jajan tinggi (46,2%). Dari hasil uji statistik menunjukkan hubungan yang tidak bermakna antara asupan air total dengan uang jajan yang ditandai dengan p value = 0,992.

Berdasarkan status gizi, proporsi responden dengan asupan air total cukup lebih tinggi pada responden dengan status gizi obese yaitu sebesar 53,8% dibandingkan responden dengan status gizi non obese (44,1%). Dari hasil uji statistik menunjukkan hubungan yang tidak bermakna antara asupan air total dengan status gizi (IMT/U) yang ditandai dengan p value = 0,294. Berdasarkan aktivitas fisik, hasil penelitian menunjukkan proporsi responden dengan asupan air total cukup lebih tinggi pada responden yang memiliki aktivitas fisik tinggi yaitu sebesar 52% dibandingkan responden yang memiliki aktivitas rendah yaitu sebesar 41,1%. Dari hasil uji statistik memperlihatkan hubungan yang tidak bermakna antara asupan air total dengan aktivitas fisik yang ditandai dengan p value = 0,165.

Berdasarkan pengetahuan gizi tentang air bagi tubuh, hasil penelitian menunjukkan proporsi responden dengan asupan air total cukup lebih tinggi pada responden yang pengetahuannya tinggi (skor>80%) yaitu sebesar 53,1% dibandingkan responden yang pengetahuannya sedang/rendah (skor ≤80%) yaitu sebesar 44,5%. Hasil uji statistik menunjukkan hubungan yang tidak bermakna antara asupan air total dengan aktivitas fisik yang ditandai dengan p value = 0,384.

Jika dilihat dari kebiasaan minum responden (berdasarkan waktu minum dan kebasaan membawa bekal ketika bepergian, kebiasaan minum air putih, kebiasaan minum berdasarkan jenis minuman yang tidak dianjurkan dan dianjurkan), terdapat kecenderungan bahwa reponden yang asupan air totalnya cukup lebih tinggi pada responden yang memiliki kebiasaan minum yang baik dibandingkan responden yang memiliki kebiasaan minum kurang baik, namun secara statistik hanya variabel kebiasaan minum air putih yang memiliki hubungan yang bermakna dengan asupan air total diitandai dengan p value <0,05. Nilai OR (Odds Ratio) yang dihasilkan adalah 2,837 yang artinya responden yang memiliki kebiasaan minum air putih yang baik berpeluang 2,837 kali atau 3 kali untuk mengonsumsi cukup air total dari pada responden yang memiliki kebisaan minum air putih yang kurang baik.

(11)

Pembahasan

Asupan Air Total

Berdasarkan pengukuran asupan air total pada siswa/i di SMP Negeri 1 Depok tahun 2014, menunjukkan terdapat 53,3% responden yang mengalami kekurangan asupan air total. Prevalensi kekurangan asupan air total ini tentu akan berpengaruh terhadap kesehatan seseorang. Kekurangan asupan air total akan berpengaruh pada proses pengangkutan zat gizi lain seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral ke seluruh bagian tubuh karena air berfungsi sebagai pelarut dan alat angkut zat gizi tersebut. Selain itu, kekurangan asupan air total ini akan berpengaruh pada kinerja mental, fungsi kognitif dan performa fisik responden (Jen, 1999; Popkin et al., 2010; Whitney et al., 2011; Wilson & Morley, 2003; Ganio et al., 2011) sehingga hal ini sangat penting untuk diperhatikan. Cut off point pada penelitian ini menurut Kemenkes, 2013 untuk usia 13-15 tahun yaitu 2000 ml, dimana penetapan ini sesuai dengan nilai median berat badan dan tinggi badan orang Indonesia dengan status gizi normal. Kebutuhan ini juga masih termasuk dalam kebutuhan yang cukup sesuai dengan yang telah ditetapkan dari Pesan Dasar Umum Gizi Seimbang (PUGS) untuk mengonsumsi minimal 2 liter (8 gelas) per hari. Pada tabel 2 disajikan distribusi asupan air yang berasal dari makanan dan jenis minuman pada responden yang terdiri dari makanan, air putih, teh, kopi, susu, jus, soft drink, dan minuman serbuk. Dari penelitian ini, hasil yang paling banyak yang sering dikonsumsi oleh responden berasal dari air putih dengan rata-rata 1159±499,9385 ml atau 56,98%. Hal ini sejalan dengan penelitian Bellisle, F et al, 2010; Diyani, 2012; Prayitno, 2012; Briawan et al.,2011 dan Rosmaida, 2011 dimana air putih merupakan konsumsi yang paling tinggi dibandingkan makanan dan jenis minuman lainnya. Jenis Kelamin

Menurut Kant et al., 2009; Kant & Graubard, 2010, kebutuhan air pada laki-laki lebih banyak dari pada perempuan. Pada hasil uji statistik, diperoleh nilai p>0,05 (p= 0,388) yang dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan air total dengan jenis kelamin. Hasil ini sejalan dengan penelitian Diyani, 2012 dan Rosmaida, 2011. Namun, jika dilihat dari persentase reponden yang kekurangan asupan air total antara laki-laki dan perempuan terdapat kecenderungan bahwa perempuan mengalami kekurangan asupan air total dibandingkan laki-laki. Hasil ini sejalan dengan penelitian Drewnowski et al., 2013, Bossingham, 2005, Briawan et al., 2011 dan Moreno et al., 2013 yang menyatakan bahwa asupan air total lebih tinggi pada laki-laki dari pada wanita. Selain itu, pernyataan tersebut diperkuat juga dengan penelitian dari data The National Health and Nutrition Examination Surveys (NHANES) tahun 2005-2006 yang diadakan oleh The national Center for Health

(12)

Statistics (NCHS) bahwa wanita dilaporkan lebih rendah mengonsumsi air total dibandingkan laki-laki (Kant & Graubard, 2010; Kant et al., 2009). Tidak ditemukannya hubungan secara statistik dalam penelitian ini juga kemungkinan disebabkan karena asupan air total yang kurang sudah tersebar hampir merata pada responden laki-laki dan perempuan. Proporsi asupan air total kurang pada laki-laki sebesar 48,6% sementara pada perempuan sebesar 56,1%. Selain itu, asupan air total tidak hanya berhubungan dengan jenis kelamin, tetapi banyak faktor yang mempengaruhinya yaitu salah satunya aktivitas fisik dimana kebutuhan air akan meningkat apabila aktivitas fisik yang dilakukan lebih tinggi (Whitney et al., 2011). Dalam penelitian ini, aktivitas fisik tidak jauh berbeda antara laki-laki dan perempuan.

Uang Jajan

Berdasarkan uang jajan, pada hasil uji statistik, diperoleh nilai p>0,05 (p= 0,992) yang dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan air total dengan uang jajan. Hasil ini sejalan dengan penelitian Goodman et al., 2013. Dilihat dari segi persentase, asupan air total kurang terjadi pada responden yang uang jajannya tinggi. Hal ini terjadi kemungkinan disebabkan karena uang jajan tersebut digunakan untuk membeli makanan atau minuman yang kandungan airnya rendah seperti jajanan keripik dan sejenisnya. Selain itu, responden dengan uang jajan yang tinggi, asupan air totalnya tidak terpenuhi kemungkinan disebabkan karena tidak pernah atau jarang membawa bekal minuman. Sementara beberapa responden yang uang jajannya rendah, asupan air totalnya mencukupi sesuai dengan kebutuhan kemungkinan disebabkan karena makanan dan minuman dibawa/dipersiapkan dari rumah dan atau makanan dan minuman yang dibeli tinggi kandungan airnya. Selain itu, hasil penelitian ini tidak berhubungan secara statistik mungkin juga disebabkan karena uang jajan yang dimaksud pada penelitian ini adalah uang jajan untuk membeli makanan dan minuman, sementara berdasarkan Skriptiana (2009) uang yang dimaksud adalah uang saku yang digunakan untuk keperluan baik transportasi atau membeli kebutuhan seperti alat tulis, dll. Menurut Alford & Bogle, 1982 dengan uang yang banyak tidak akan menjamin diet yang memadai. Pendapatan menengah keatas tidak menutup kemungkinan pula untuk dapat mengalami malnutrition. Namun, dengan pendapatan yang tinggi dapat berefek pada kemampuan seseorang untuk membeli makanan yang memadai/ adekuat.

Status Gizi (IMT/U)

Dari hasil analisis hubungan status gizi dengan asupan air total, didapatkan bahwa remaja dengan asupan air total kurang dan status gizi obese sebesar 46,2%. Pada hasil uji statistik, diperoleh nilai p>0,05 (p= 0,294) yang dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan air total dengan status gizi (IMT/U). Hasil ini sejalan dengan

(13)

penelitian Rosmaida, 2011. Jika dilihat dari persentasenya, dimana remaja yang berstatus gizi obese dengan asupan air cukup yaitu 53,8% sementara yang berstatus gizi non obese 44,1%; penelitian ini mendukung teori yang menyatakan bahwa seseorang yang mengalami obesitas, membutuhkan asupan air yang lebih banyak berkaitan dengan jumlah sel lemak dimana sel lemak lebih sedikit dalam menyimpan air dibandingkan sel otot (Almatsier, 2009; ; EFSA, 2010; Jen, 1999; Williams et al., 2012; Sawka, 2005; Wiseman, 2002). Kant et al., 2010 dalam penelitiannya menyatakan bahwa tingginya IMT/U berhubungan dengan meningkatnya asupan air total. Hal ini didukung juga dengan data NHANES 1999-2004 yang menyatakan tingginya asupan air putih oleh laki-laki berkaitan dengan IMT yang tinggi serta aktivitas fisik yang tinggi pula (kant et al., 2009). Asupan air total lebih banyak dikonsumsi oleh remaja yang obes dibandingkan non obes; namun kejadian dehidrasi lebih banyak dialami oleh remaja obesitas (Kant et al., 2010). Secara statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna, hal ini kemungkinan disebabkan karena pada penelitian ini, asupan air total yang kurang sudah tersebar hampir merata pada responden dengan status gizi obese dan non obese. Proporsi asupan air total kurang pada responden yang berstatus gizi non obese sebesar 55,9% sementara pada responden yang obese sebesar 46,2%.

Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik sangat berperan terhadap asupan air total (Kant, 2009; Maughan, 2003). Pada hasil uji statistik, diperoleh nilai p>0,05 (p= 0,165) yang dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan air total dengan aktivitas fisik. Hasil ini sejalan dengan penelitian Rosmaida,2011. Meskipun secara statistik tidak menunjukkan hubungan yang bermakna, namun jika dilihat dari persentasenya, penelitian ini sejalan dengan penelitian Kant et al., 2009; Kant et al.,2010 bahwa dengan aktivitas yang tinggi maka jumlah asupan air totalnya semakin banyak. Aktivitas fisik yang tinggi akan meningkatkan pengeluaran air dalam tubuh terutama melalui keringat yang memicu rasa haus sehingga mendorong seseorang untuk minum (Guyton, 1976; Williams et al., 2012). Hasil penelitian ini secara statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aktifitas fisik dan asupan air total kemungkinan oleh karena sebagian besar reponden tidak pernah (41,7%) atau jarang (55,8%) membawa bekal minuman ke sekolah, padahal aktivitas fisik responden tinggi, sehingga aktivitas fisik yang tinggi tidak menjamin asupan air totalnya tinggi, tetapi terdapat faktor lain seperti ketersediaan air minum untuk memenuhi kebutuhan air bagi responden tersebut.

(14)

Pengetahuan Tentang Air Bagi Tubuh

Hasil analisis hubungan antara pengetahuan tentang air bagi tubuh dengan asupan air total didapatkan bahwa pada responden dengan asupan air total kurang dengan pengetahuan rendah/sedang sebesar 55,5% sementara responden dengan pengetahuan tinggi sebesar 46,9%. Pada hasil uji statistik, diperoleh nilai p>0,05 (p= 0,384) yang dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan air total dengan pengetahuan gizi tentang air bagi tubuh. Dilihat dari perentase pengetahuan tersebut, hanya 25,1% responden yang memiliki pengetahuan tinggi tentang air bagi tubuh. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan pemahaman gizi pada remaja tentang air masih sangat kurang. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Hardinsyah et al., 2009, dimana remaja masih belum memahami fungsi air bagi tubuh, makanan sumber air dan kondisi yang menyebabkan tubuh perlu lebih banyak air, serta tanda mengalami dehidrasi. Penelitian ini berbeda dengan penelitian Prayitno, 2012, Diyani, 2012, Gustam, 2012 dan Rosmaida, 2010 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan pengetahuan tentang air bagi tubuh dengan asupan air total. Kemungkinan hal ini disebabkan karena tidak semua responden yang berpengetahuan tinggi mempraktekkan apa yang diketahuinya.

Kebiasaan Minum Menurut Waktu Dan Membawa Bekal Minuman Ketika Bepergian

Berdasarkan analisis hubungan kebiasaan minum menurut waktu dan membawa bekal minuman ketika bepergian dengan asupan air total, pada hasil uji statistik, diperoleh nilai p= 0,228 yang dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan air total dengan kebiasaan minum berdasarkan waktu minum dan kebiasaan membawa bekal minuman ketika bepergian. Namun, dilihat dari proporsinya, bahwa terdapat kecenderungan bahwa asupan air total cukup pada seseorang yang memiliki kebiasaan minum yang baik dibandingkan dengan kebiasaan minum yang kurang baik (Diyani, 2012 & Bellisle, F. et al., 2010). Tidak ditemukannya hubungan secara statistik dalam penelitian ini juga kemungkinan disebabkan karena asupan air total yang kurang sudah tersebar hampir merata pada responden yang memiliki kebiasaan minum (berdasarkan waktu dan membawa bekal minuman ketika bepergian) yang baik dan yang kurang baik. Proporsi asupan air total kurang pada kebiasaan minum yang baik sebesar 49,1% sementara pada responden yang kebiasaan minum kurang baik sebesar 58,8%.

Kebiasaan Minum Air Putih

Keinginan minum air tentunya lebih baik jika didasari kebiasaan minum tanpa harus menunggu haus yang merupakan adaptasi fisiologis. Dari analisis hubungan antara kebiasaan minum air putih dengan asupan air total diperoleh hasil bahwa remaja dengan asupan air total

(15)

kurang adalah remaja dengan kebiasaan minum air putih kurang baik yaitu sebesar 67,4%. Pada hasil uji statistik, diperoleh nilai p<0,05 (p= 0,001) yang dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara asupan air total dengan kebiasaan minum air putih. Nilai OR (Odds Ratio) yang dihasilkan adalah 2,837 yang artinya responden yang memiliki kebiasaan minum air putih yang baik berpeluang 2,837 kali atau 3 kali untuk mengonsumsi cukup air total dari pada responden yang memiliki kebiasaan minum air putih kurang baik. Hasil ini sejalan dengan penelitian Diyani, 2012 dan Bellisle et al., 2010 mengenai hubungan kebiasaan minum dengan asupan air bagi tubuh. Kebiasaan minum yang baik merupakan cara untuk mencegah terjadinya kekurangan asupan air total (Davy et al., 2008). Air putih merupakan pilihan terbaik untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Selain itu, peningkatan asupan air putih juga merupakan strategi untuk menurunkan asupan energi sehingga dapat mengontrol berat badan (Goodman, Alyson B., 2013).

Kebiasaan Minum Berdasarkan Jenis Minuman Yang Tidak Dianjurkan

Pada hasil uji statistik, diperoleh nilai p= 0,172 yang dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan air total dengan kebiasaan minum berdasarkan jenis minuman yang tidak dianjurkan. Dilihat dari proporsinya, bahwa terdapat kecenderungan bahwa asupan air total cukup pada seseorang yang memiliki kebiasaan minum yang baik dibandingkan dengan kebiasaan minum yang kurang baik (Diyani, 2012 & Bellisle, F. et al., 2010). Pada penelitian ini, kebanyakan responden mengonsumsi teh 1-3 kali dalam seminggu. Kebiasaan minum teh atau kopi tidak dapat menggantikan kebutuhan tubuh akan air murni. Meskipun teh atau kopi mengandung air, namun dalam minuman tersebut terdapat kafein, dimana bersifat diuretik yang mampu mengeluarkan air lebih banyak dari tubuh (Batmanghelidj F., 2007; Brown, 2011). Selain itu, lebih dari 40% responden juga suka mengonsumsi minuman serbuk dan minuman bersoda 1-3 kali seminggu padahal dalam minuman tersebut biasanya tinggi karbohidrat. Tinginya karbohidrat yang dikonsumsi dapat menghambat pengosongan lambung dan menunda rehidrasi dari jaringan tubuh sehingga air yang dikonsumsi terhambat kegunaannya dalam menggantikan cairan tubuh yang hilang. Pada beberapa minuman soda juga terdapat kafein yang bersifat diuretik (Brown, 2011; Wiseman, 2002). Selain itu, biasanya pada minuman serbuk ataupun jenis minuman berasa lainnya mengandung pemanis sintetis seperti sakarin dan siklamat yang dapat berdampak buruk bagi tubuh (seperti kanker kemih, dll) jika dikonsumsi secara berlebihan. Di Canada, penggunaan sakarin sudah dilarang, namun di Indonesia, sakarin diperbolehkan dengan kadar maksimum 300 mg/kg. Penggunaan siklamat juga hanya ditujukan untuk produk yang rendah kalori atau bagi penderita diabetes mellitus dan bukan untuk produk konsumsi umum

(16)

(Cahyadi, 2006). Namun, berdasarkan penelitian di Bogor tahun 1989 bahwa hampir seluruh jenis es dan minuman ringan mengandung siklamat (Winarno,1994 dalam Cahyadi, 2006). Kebiasaan Minum Berdasarkan Jenis Minuman Yang Dianjurkan

Pada hasil uji statistik, diperoleh nilai p= 0,507 yang dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan air total dengan kebiasaan minum berdasarkan jenis minuman yang dianjurkan. Namun, dilihat dari proporsinya, terdapat kecenderungan bahwa asupan air total cukup pada seseorang yang memiliki kebiasaan minum yang baik dibandingkan dengan kebiasaan minum yang kurang baik (Diyani, 2012 & Bellisle, F. et al., 2010). Tidak ditemukannya hubungan secara statistik dalam penelitian ini juga kemungkinan disebabkan karena asupan air total yang kurang sudah tersebar hampir merata pada responden yang memiliki kebiasaan minum (berdasarkan jenis minuman yang dianjurkan) yang baik dan kurang baik. Proporsi asupan air total kurang pada kebiasaan minum yang baik sebesar 51,4% sementara pada responden yang kebiasaan minum kurang baik sebesar 57,9%.

Kesimpulan

Sebagian besar responden memiliki asupan air total (air yang berasal ari air putih, makanan dan minuman) yang kurang dari kebutuhan. Sebesar 63,1% responden berjenis kelamin perempuan; perempuan lebih banyak mengalami kekurangan asupan air total dibandingkan laki-laki. Terdapat 53,3% responden memiliki uang jajan dalam kategori tinggi (≥Rp 10.000,00), selain itu, sebesar 66,7% responden berstatus gizi normal. Sebesar 51,3% responden memiliki aktivitas fisik dalam kategori tinggi dan hanya sebesar 25,1% responden yang memiliki pengetahuan yang tinggi tentang air bagi kesehatan. Sebesar 56,4% responden yang memiliki kebiasaan minum yang baik berdasarkan waktu minum dan kebiasaan membawa bekal minuman. Terdapat 68,2% responden yang memiliki kebiasaan minum yang baik berdasarkan jenis minuman yang tidak dianjurkan serta sebesar 70,8% responden memiliki kebiasaan minum yang baik berdasarkan jenis minuman yang dianjurkan.

Berdasarkan hasil statistik tidak menunjukkan hubungan yang bermakna antara jenis kelamin, uang jajan, status gizi, aktivitas fisik, pengetahuan gizi tentang air bagi tubuh, kebiasaan minum berdasarkan waktu minum dan kebiasaan membawa bekal minuman ketika bepergian, kebiasaan minum berdasarkan jenis minuman yang tidak dianjurkan dan dianjurkan dengan asupan air total. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki kebiasaan minum air putih yang baik yaitu sebesar 55,9%. Berdasarkan uji statistik diketahui bahwa nilai p<0,05 (p=0,001) yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan minum air putih dengan asupan air total. Nilai odds ratio yaitu 2,837, hal ini berarti

(17)

bahwa responden yang memiliki kebiasaan minum air putih yang baik berpeluang 2,837 kali atau 3 kali untuk mengonsumsi cukup air total dari pada responden yang memiliki kebiasaan minum air putih kurang baik.

Saran

 Bagi siswa/i dianjurkan untuk meningkatkan pengetahuan melalui bacaan buku, poster, mading tentang kesehatan terutama mengenai pentingnya air bagi tubuh. Selain itu, dianjurkan untuk meningkatkan asupan air totalnya terutama berasal dari air putih (minimal 8 gelas per hari) serta makanan yang mengandung tinggi kandungan air (seperti buah dan sayur) setiap hari. Mengimbau untuk membawa bekal makanan yang tinggi kandungan air dan minuman setiap kali bepergian. Bagi yang berstatus gizi lebih sebaiknya membatasi minuman manis seperti minuman serbuk, soda.

 Pihak sekolah diharapkan memberikan edukasi mengenai zat gizi terutama tentang kegunaan air bagi tubuh agar dampak dari kekurangan asupan air total dapat diminimalisir yang dapat disampaikan melalui program ekstrakulikuler olahraga, program OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) seperti pembuatan mading/poster/sejenisnya tentang pentingnya air bagi tubuh. Selain itu, disarankan agar kantin sekolah menjual lebih banyak minuman seperti air putih, susu, dan jus dan meminimalisir untuk menjual minuman berasa karena mengandung tinggi gula.

 Penelitian ini dapat mendorong peneliti lain untuk meneliti tentang asupan air total yang saat ini masih sedikit jumlahnya sehingga dapat meningkatkan referensi ilmu pengetahuan. Lebih jauh lagi, agar bisa mengembangkan penelitian serupa mengenai asupan air total pada orang yang memiliki penyakit/dalam keadaan sakit.

Daftar Referensi

Alford, Betty B. & Bogle, Margaret L.. (1982). Nutrition During The Life Cycle.Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, N.J..

Almatsier, Sunita.(2009).Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama. Angesti, Annisa Nursita. (2013). Hubungan Status Gizi dan Faktor Lainnya dengan Status

Hidrasi pada Remaja di 3 SMA Kota Bekasi Tahun 2013. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Arisman.(2009). Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.

Batmanghelidj, F.(2007). Air untuk Kesehatan, Penyembuhan, dan Kehidupan (Water for Health). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

(18)

Briawan, D., R. Paramitha, & A. Kartika .(2011).Kebiasaan Konsumsi Minuman dan Asupan Cairan pada Anak Usia Sekolah di Perkotaan.Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6(3):186-191.

Briawan, Dodik, Sedayu, Tyas Rara, & Ekayanti, Ikeu. (2011). Kebiasaan Minum dan Asupan Cairan Remaja di perkotaan. Jurnal Gizi Klinik Indonesia Vol 8, No 1, Juli 2011: 36-41.

Brown, Judith E.,et al .(2011). Nutrition Through The Life Cycle Fourth Edition.USA:Wadsworth, Cengange Learning.

Bellisle,F.,et al.(2010). A Study of Fluid Intake From Beverages In A Sample of Healthy French Children, Adolescent and Adults.(2010).European Journal of Clinical Nutrition (2010) 64,350-355.

Bossingham,Mandi J., Carnell, Nadine S. & Campbel Wayne W. (2005). Water Balance, Hydration Status, and Fat-Free Mass Hydration in Younger and Older Adults. American Journal of Clinical Nutrition (2005); 81:1342-50.

Cahyadi, Wisnu. (2006). Analisis & Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: Bumi Aksara.

Daniels, Melissa C & Popkin, Barry M. (2010). The Impact of Water Intake On Energi Intake And Weight Status: A systematic Review. http://www.ncbi.nlm.nih.gov.

Davi, Brenda M., et al.(2008).Water Consumption Reduce Energy Intake at a Breakfast Meal in Obese Older Adults. J Am Diet Assoc. 2008 July; 108 (7):1236-1239. http://www.ncbi.nlm.nih.gov.

Diyani, Dika Aning. (2012). Hubungan Pengetahuan, Aktivitas Fisik, dan Faktor Lain Terhadap Konsumsi Air Minum pada Mahasiswa FKM UI Tahun 2012.Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Drewnowski, Adam, et al. (2013).Water and Beverage Consumption Among Children Age 4-13 In The United States: Analysis of 2005-2010 NHANES data. Nutrition Journal 204-13. EFSA (European Food Safety Authority).(2010). Scientific Opinion. EFSA Journal 2010; 8

(3) 1459.

Ganio, Matthew S., et al., (2011). Mild dehydration impairs cognitive performance and mood of men. British Journal of Nutrition (2011), 106, 1535–1543

Gibney, Michael J., et al., (2004). Gizi Kesehatan Masyarakat. (Palupi Widyastuti dan Erita Agustin Hardiyanti, penerjemah).Jakarta: EGC.

(19)

Goodman, Alyson B.(2013). Behaviors and Attitudes Associated With Low Drinking Water Intake Among US Adults, Food Attitudes and Behaviors Survey, 2007. Preventing Chronic Disease Public Health Research, Practice, and Policy 2013;10:120248.

Guyton, Arthur C.(1976).Buku Teks Fisiologi Kedokteran Edisi 5 Bagian 1. Jakarta: EGC Kedokteran.

Gutbrie, Helen A. & Mary Frances Picciano. 1995. Human Nutrition. Missouri: Mosby-Year Book,Inc.

Hardinsyah, et al. (2009). Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi yang Berbeda. PERGIZI PANGAN Indonesia, Departemen Gizi Masyarakat (Fakultas Ekologi Manusia, IPB) dan Danone Aqua Indonesia.

Hui, Y.H..(1985). Principles and Issues in Nutrition. Monterey, California: A Division of Wadsworth, Inc.

Jen, Susan.(1999). Food for Thought. USA: Hartland Publications A division of Hartland Institute.

Kant, Ashima K, et al.(2009).Intakes of Plain Water, Moisture in Food and Beverages, and Total Water in The Adult US Population-Nutritional, Meal Pattern, and Body Weight Correlates: National Health and Nutrition Examination Surveys 1999-2006. The American Journal of Clinical Nutrition.2009; 90:655-63.

Kemenkes (Kementrian Kesehatan) Republik Indonesia.(2013). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia.

Kant, Ashima K & Graubard ,Barry I. (2010).Contributors of Water Intake in US Children and Adolascents: Associations with Dietary and Meal Characteristics-National Health and Nutrition Examination Survey 2005-2006.The American Journal of Clinical Nutrition 2010; 92:887-96.

Kowalski, Kent C., Crocker, Peter R. E., & Donen, Rachel M.(2004). The Physical Activity Questionnaire for Older Children (PAQ-C) and Adolescents (PAQ-A) Manual.Canada: College of Kinesiology University of Saskatchewan.

Mahan, L.Kathleen, et al.(2008). Krause’s Food & Nutrition Therapy Edition 12. Canada: Sauders, an imprint of Elsevier Inc.

Maughan, RJ. (2003). Impact of Mild Dehidration on Wellness and on Exercise Performance.European Journal of Clinical Nutrition (2003) 57, Suppl 2, 519-523.

Moreno, Luis A., Altaba, Iris Iglesia, & Pasias, Alba M. Santaliestra. (2013). Fluid Intake of European Children and Adolescents. Nutr Today.2013;48(4S):S25-S30.

(20)

Popkin, et al.(2012).Patterns And Trends of Beverage Consumption Among Children And Adult In Great Britain,1986-2009. Br J Nutr; 108(3): 536-551. http://www.ncbi.nlm.nih.gov.

Popkin, Barry M., D’Anci ,Kristen E. & Rosenberg, Irwin H..(2010).Water, Hydration and Health.Nutr Rev.2010 August; 68(8): 439-458. http://www.ncbi.nlm.nih.gov.

Prayitno, Sigit Oktaviyani & Dieny, Fillah Fithra.(2012). Perbedaan Konsumsi Cairan dan Status Hidrasi pada Remaja Obesitas dan Non Obesitas. Artikel Penelitian. Semarang Universitas Diponegoro.

Rosmaida.(2011).Hubungan Faktor Internal dan Faktor Eksternal dengan Konsumsi Air Putih Pada Remaja Penghuni Asrama Mahasiswa UI Depok Tahun 2011. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Sabri, Luknis & Hastono, Susanto Priyo. (2008). Statistik Kesehatan.Jakarta: Rajawali Press Divisi Buku Perguruan Tinggi PT. Raja Grafindo Persada.

Sawka, Michael N., Cheuvront,, Samuel & Carter, Robert. (2005).Human Water Needs.Nutrition Reviews, Vol.63, No.6.

Sawka, M.N.. (2005). Dietary Reference Intakes for Water, Potassium, Sodium, Chloride, and Sulfate. U.S. Army Research Institue of Environmental Medicine Kansas Street. http://www.nap.edu/catalog/10925.html

Skriptiana, Noor Rizqi. (2009). Hubungan antara Pengetahuan, Teman Sebaya, Media Massa dan Faktor Lain dengan Konsumsi Minuman Ringan Berkarbonasi pada Siswa-siswi SMPIT Nurul Fikri Tahun 2009. Skripsi. Depok: FKM UI.

Whitney, Ellie & Rofles, Sharon Rady. (2011).Understanding Nutrition (12th edition).Wadsworth,Cengange Learning.

Williams, Lippincott & Wilkins. (2012). Ilmu Gizi Menjadi Sangat Mudah, Ed. 2 (Nutrition Made Incredibly Easy, 2nd Ed).Jakarta: EGC.

Williams, Melvin H.(2002). Nutrition For Health, Fitness & Sport Sixth Edition.The McGraw-Hill Companies, Inc.

Wilson M-MG & Morley, JE. (2003). Impaired cognitive function and mental performance in mild dehydration. European Journal of Clinical Nutrition (2003)57, Suppl2, S24-S29 & 2003 Nature Publishing Group.

Winarno, F.G.(2004).Kimia Pangan dan Gizi.Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama. Wiseman, Gerald. (2002). Nutrition and Health. New York: Taylor & Francis.

Gambar

Tabel 1 Distribusi Asupan Air Total Pada Responden    di SMP Negeri 1 Depok Tahun 2014
Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Analisis Univariat  Variabel  n   %  Jenis Kelamin  Laki-laki  72  36,9  Perempuan  123  63,1  Total  195  100  Uang Jajan   Tinggi (≥ Rp 10.000,00)  104  53,3  Rendah(&lt;Rp 10.000,00)  91  46,7  Total  195  100
Tabel 4 Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat

Referensi

Dokumen terkait

Hadis di atas, pada intinya agar umat Islam tidak apriori terhadap umat Yahudi dan Nasrani, akan tetapi harus melihatnya secara objektif, karena

 Kreativitas sebagai core competence akan membantu perusahaan menciptakan produk, jasa, proses, atau ide yang lebih baik atau lebih baru.... Sekarang ini masih banyak

Dari beberapa definisi kinerja, maka secara ringkas dapat dikatakan bahwa kinerja petugas surveilans adalah kesediaan seseorang petugas surveilans untuk

Rincian Angsuran U.Kuliah dan U.Pangkal Untuk Pendaftaran Gelombang 3 Langsung Lunas Angsuran Uang Kuliah Semester. Jenjang

Prevalence of Allergic Rhinitis based on World Health Organization (ARIA-WHO) questionnaire among Batch 2010 Students of the Faculty.. of Medicine

Data yang diperoleh merupakan pernyataan- pernyataan dari hasil wawancara dengan informan dan dianggap berpotensi dalam memberikan informasi yang relevan mengenai

pembelajaran Saintifik yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. c) Pengalaman belajar akan memfasilitasi peserta didik dalam mengembangkan sikap pengetahuan,

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh antara perilaku manajer atas isu manajemen lingkungan terhadap kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan variabel intervening