• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUDIDAYA DAN PANEN. Budidaya Pakchoi Baby. Persiapan Lahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUDIDAYA DAN PANEN. Budidaya Pakchoi Baby. Persiapan Lahan"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BUDIDAYA DAN PANEN

Budidaya Pakchoi Baby Persiapan Lahan

Persiapan tanah sebelum penanaman dilakukan oleh bidang produksi PT. Saung Mirwan dan kelompok mitra tani. Pengolahan tanah di PT. Saung Mirwan dilakukan secara mekanik menggunakan mesin traktor (Gambar 1a), sedangkan mitra tani masih secara manual menggunakan cangkul. Pengolahan tanah yang pertama dilakukan adalah membalikkan tanah bekas pertanaman sebelumnya. Tanah-tanah yang masih berbentuk gumpalan perlu diremahkan agar lebih gembur dan halus. Setelah tanah menjadi gembur dilakukan perataan untuk selanjutnya dibuat bedengan. Bedengan yang dibuat oleh PT. Saung Mirwan memiliki kesamaan dalam ukuran lebar bedengan yaitu 1.2 m, sedangkan untuk ukuran panjang bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan setempat. Pupuk kandang diberikan sebelumnya (Gambar 1b), sehingga saat pengolahan tanah dilakukan bersamaan dengan pemupukan dasar. Pemupukan dasar yang dilakukan oleh bidang produksi PT. Saung Mirwan dan mitra tani dengan menggunakan pupuk kandang dari kotoran kambing dan kotoran ayam. Selain itu PT. Saung Mirwan juga menggunakan pupuk TSP dengan dosis 1 ton/ha.

(a) (b)

Gambar 1. (a) Pengolahan Tanah dengan Traktor, (b) Pemberian Pupuk Kandang Sebelum Pengolahan Tanah

(2)

Penanaman

Penanaman pakchoi baby di PT. Saung Mirwan menggunakan metode tanam langsung, yaitu suatu metode dengan mengolah lahan terlebih dahulu lalu dibuat lubang tanam kemudian benih dimasukkan ke dalam lubang yang telah ditentukan (Gambar 2a). Namun, mitra tani menanam pakchoi baby berbeda dengan PT. Saung Mirwan, kebanyakan dari mereka menanam dengan metode tidak langsung. Benih tidak langsung ditanam di lapangan tetapi disemai terlebih dahulu. Persemaian dilakukan di tanah dengan dibuat bedengan. Bibit pakchoi baby mulai dipindahtanam pada umur 3 minggu setelah semai (MSS). Sebelum dilakukan penanaman, baik PT. Saung Mirwan dan mitra petani menaburkan Furadan di lahan yang digunakan sebagai insektisida atau nematisida. Benih pakchoi baby yang digunakan dalam penanaman tidak diproduksi sendiri oleh perusahaan, melainkan benih dari perusahaan Takii & Co., Jepang (Gambar 2b). Benih yang digunakan oleh mitra tani sama dengan yang digunakan oleh PT. Saung Mirwan, sehingga tanaman yang dihasilkan seragam.

(a) (b)

Gambar 2. (a) Penanaman Pakchoi Baby pada Lubang Tanam, (b) Benih Pakchoi Baby yang Digunakan

Pola penanaman yang diterapkan oleh PT. Saung Mirwan yaitu pola tanam monokultur, sedangkan mitra tani ada yang menerapkan pola tanam monokultur dan ada pula pola tanam tumpang sari. Tumpang sari yang dilakukan oleh mitra tani berbeda-beda, contohnya pakchoi baby dengan edamame atau pakchoi baby dengan cabai. Bidang produksi PT. Saung Mirwan menanam pakchoi baby dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm, sedangkan mitra tani yang menerapkan pola tumpang sari menggunakan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Penanaman menggunakan satu benih per lubang dan satu bibit per lubang di mitra tani.

(3)

Namun, terdapat pula petani yang menanam dengan cara benih ditabur pada alur. Kebutuhan benih dengan sistem tabur ini lebih besar dibandingkan dengan penanaman pada lubang. Selain itu tanaman yang dihasilkan lebih kecil karena tanaman yang tumbuh saling berhimpitan.

Pemupukan yang dilakukan antara PT. Saung Mirwan berbeda dengan mitra tani. Aplikasi pupuk kandang di bidang produksi ada yang sebelum tanam dan saat tanam, sedangkan kebanyakan mitra tani mengaplikasikan sebelum tanam. Pupuk kandang yang digunakan adalah kotoran kambing dan kotoran ayam. PT. Saung Mirwan mengaplikasikan pupuk dari kotoran kambing sebelum tanam, sehingga ikut tercampur saat pengolahan tanah. Pupuk dari kotoran ayam diaplikasikan saat tanam. Pupuk ini ditaburkan di atas bedengan sebagai penutup, karena setelah benih dimasukkan ke dalam lubang tidak ditutup dengan tanah lagi (Gambar 3a). Setelah itu dilakukan penyiraman dengan cara pengkabutan (mist

irrigation) (Gambar 3b). Mitra tani menggunakan pupuk campuran dari kotoran

kambing dan kotoran ayam. Pupuk diberikan saat pengolahan tanah.

(a) (b)

Gambar 3. (a) Pemberian Pupuk Kotoran Ayam, (b) Penyiraman dengan Irigasi Kabut

Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman pakchoi baby dilakukan dengan melakukan penyiraman, penjarangan, penyulaman, penyiangan gulma, dan pemupukan. Penyiraman dilakukan sejak awal penanaman. PT. Saung Mirwan melakukan penyiraman untuk lahan sayuran dengan sistem irigasi kabut (mist irrigation), sedangkan mitra tani melakukan penyiramannya secara manual dengan menggunakan gembor. Bidang produksi PT. Saung Mirwan melakukan penyiraman tiga kali dalam sehari, tergantung cuaca dan kondisi tanah di lahan.

(4)

Jika cuaca panas, pengairan dilakukan tiga kali dalam sehari, sedangkan jika cuaca mendung atau hujan pengairan dilakukan hanya satu atau dua kali dalam sehari tergantung kondisi tanah masih basah atau tidak. Mitra tani melakukan penyiraman tiga kali dalam seminggu. Perbedaan intensitas penyiraman ini disebabkan oleh perbedaan lokasi penanamannya. PT. Saung Mirwan menanam di dalam greenhouse, sedangkan mitra tani menanam di lahan luar. Selain dari penyiraman yang dilakukan oleh mitra tani, kebutuhan air diperoleh dari air hujan yang masuk ke dalam tanah. Akibatnya intensitas penyiraman mitra tani lebih rendah dibandingkan penanaman di dalam greenhouse yang dilakukan PT. Saung Mirwan. Penggunaan greenhouse menyebabkan air hujan tidak dapat masuk ke dalam tanah di lahan penanaman, sehingga tidak terdapat cadangan air. Oleh karena itu, penyiraman PT. Saung Mirwan harus dilakukan lebih sering agar tanaman tidak kekeringan.

Penjarangan tanaman hanya dilakukan oleh PT. Saung Mirwan karena penanaman langsung mungkin lebih dari satu benih per lubang tanam. Penjarangan dilakukan saat tanaman berumur 1 MST karena pada saat itu sudah muncul di permukaan tanah. Tujuan dari kegiatan ini adalah memelihara satu tanaman pada satu lubang tanam agar tanaman yang dihasilkan sesuai ukuran. Jika tidak dilakukan penjarangan maka tanaman yang tumbuh akan saling berhimpitan, sehingga dihasilkan tanaman yang ukurannya lebih kecil. Kegiatan penjarangan ini bersamaan dengan kegiatan penyulaman. Tanaman yang telah dicabut saat penjarangan, langsung dipindahkan secara hati-hati ke lubang yang tanamannya tidak tumbuh atau mati, sehingga tanaman tumbuh secara merata dan seragam. Kegiatan penjarangan dan penyulaman hanya dilakukan satu kali saat umur 1 MST tersebut. Mitra tani yang kebanyakan menanam dengan metode persemaian terlebih dahulu tidak melakukan kegiatan penjarangan, karena bibit yang ditanam hanya satu bibit per lubang tanam.

Kegiatan pemeliharaan selanjutnya adalah penyiangan gulma. Baik PT. Saung Mirwan maupun mitra tani melakukan kegiatan ini saat tanaman mulai berumur 2 MST hingga panen. Penyiangan gulma dilakukan 2 kali dalam satu minggu untuk mencegah pertumbuhan gulma yang dapat menghambat petumbuhan tanaman. Setelah dilakukan penyiangan gulma yang pertama

(5)

dilakukan pemupukan susulan. Pemupukan susulan yang dilakukan PT. Saung Mirwan dan mitra tani sama. Pupuk susulan yang digunakan adalah pupuk urea dengan dosis 500 kg/ha. Perbedaan cara budidaya pakchoi baby yang dilakukan oleh PT. Saung Mirwan dan mitra tani dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Perbedaan Budidaya Pakchoi Baby di PT. Saung Mirwan dan Mitra Tani

Tahapan Budidaya PT. Saung Mirwan Mitra Tani

Alat pengolahan tanah Traktor Cangkul

Pengolahan tanah Pembalikan tanah Pembalikan tanah

Metode penanaman Penanaman langsung Persemaian (pindah tanam 3 MSS)

Jarak tanam 10 cm x 10 cm 20 cm x 20 cm

Pola penanaman Monokultur Tumpang sari

Pupuk dasar TSP (1 ton/ha);

kotoran kambing (8.5 ton/ha); kotoran ayam (4.8 ton/ha)

Ayam+kambing (20.8 ton/ha)

Waktu aplikasi Sebelum tanam Sebelum tanam

Cara aplikasi pupuk Diolah dengan tanah;

disebar Diolah dengan tanah

Pupuk susulan Urea (500 kg/ha) Urea (500 kg/ha)

Waktu aplikasi 2 MST 2 MST

Cara aplikasi pupuk Disebar Disebar

Penjarangan 1 MST -

Penyulaman 1 MST -

Penyiangan 2 MST hingga panen 2 MST hingga panen

Penyiraman 3 x sehari 3 x seminggu

Sumber : Hasil Pengamatan dan Wawancara Keterangan : MSS : Minggu Setelah Semai

MST : Minggu Setelah Tanam

Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama utama yang menyerang tanaman pakchoi baby adalah ulat grayak (Spodoptera litura). Ulat ini membuat lubang pada daun dan suka bersembunyi di tempat yang lembab. Pada siang hari ulat bersembunyi dalam tanah dan menyerang tanaman pada malam hari. Biasanya banyak ulat bersama-sama pindah dari tanaman yang telah habis daunnya menuju ke tanaman lainnya. Selain itu, ditemui ulat Crocidolomia binotalis yang hidup secara bergerombol dan menyerang bagian pucuk daun. Hama lain pada tanaman pakchoi baby adalah

(6)

kutu loncat. Kutu ini menghisap cairan pada pucuk daun yang menggakibatkan daun menjadi berkerut. Gejala serangan ulat grayak dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Gejala Serangan Ulat Grayak

Penyakit yang menyerang tanaman pakchoi baby adalah semai roboh (Pythium sp.) dan busuk basah (Erwinia carotovora). Cendawan Pythium menyerang jaringan tanaman yang mengakibatkan semai akan roboh. Bila serangannya hebat, semai akan mati sebelum muncul di atas permukaan tanah. Timbulnya penyakit semai roboh akan lebih cepat terjadi bila temperatur dan kelembaban udara cukup tinggi. Penyakit busuk basah disebabkan oleh bakteri

Erwinia carotovora. Tanaman yang terserang penyakit ini akan menjadi lunak,

berlendir, baunya busuk, bila keadaan memungkinkan penyakit akan cepat sekali menjalar ke seluruh tubuh tanaman.

Gambar 5. Penyemprotan Pestisida pada Tanaman Pakchoi Baby

Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan PT. Saung Mirwan dan mitra tani pada tanaman pakchoi baby adalah dengan cara penyemprotan pestisida (Gambar 5). Penyemprotan pestisida pada pakchoi baby di PT. Saung Mirwan dilakukan dua kali dalam seminggu, yaitu pada hari Selasa dan Kamis. Waktu pelaksanaannya adalah sore hari sekitar pukul 15.00 WIB. Pestisida yang

(7)

digunakan terdiri atas golongan insektisida, fungisida, dan bakterisida. Jenis-jenis pestisida yang digunakan, dosis, serta kegunaanya dapat dilihat pada Lampiran 5. Pemanenan

Pemanenan pakchoi baby yang dilakukan antara PT. Saung Mirwan dengan mitra tani tidak berbeda. Keduanya memanen pakchoi baby pada saat umur tanaman 5 minggu (Gambar 6a). Mitra tani yang melakukan penanaman dengan metode persemaian terlebih dahulu, melakukan panen saat tanaman berumur 2 minggu di lapangan. Hal ini dilakukan karena bibit semai yang ditanam berumur 3 minggu di persemaian, sehingga total umur tanaman pakchoi yang dipanen 5 minggu.

Waktu pemanenan biasanya dilakukan pada pagi hari. Namun, ada kemungkinan panen dilakukan pada saat siang hari karena kegiatan panen yang dilakukan sejak pagi hari belum selesai sehingga tetap dilanjutkan pada siang harinya. Cara panen yang dilakukan oleh PT. Saung Mirwan dengan mitra tani sama, yaitu dengan memotong tanaman setinggi tanah (Gambar 6b). Alat yang digunakan untuk memotong adalah pisau. Perbedaan saat panen antara PT. Saung Mirwan dengan mitra tani adalah perlakuan terhadap tanaman sesaat setelah panen. Pekerja PT. Saung Mirwan langsung memasukkan hasil panen ke dalam kontainer plastik setelah dilakukan sortasi dan trimming, sedangkan mitra tani mengumpulkan hasil panen ke tempat yang teduh terlebih dahulu yang diangkut menggunakan karung (Gambar 7). Mitra tani juga melakukan trimming di lahan saat panen dilakukan. Setelah panen selesai dilakukan maka hasil panen siap diangkut ke divisi pengemasan.

(a) (b)

(8)

(a) (b)

Gambar 7. Kegiatan Panen oleh Mitra Tani : (a) Pengangkutan Hasil Panen ke Tempat Teduh, (b) Pengumpulan Hasil Panen di Tempat yang Teduh

Prestasi kerja penulis secara keseluruhan dalam budidaya pakchoi baby lebih rendah dibandingkan dengan prestasi kerja karyawan lapangan di PT. Saung Mirwan. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan keterampilan kerja antara penulis dan karyawan. Karyawan memiliki keterampilan kerja yang lebih tinggi karena telah memiliki pengalaman kerja rata-rata lebih dari 5 tahun kerja. Volume dan prestasi kerja karyawan lapang dan penulis dapat dilihat pada Lampiran 7.

Budidaya Tomat Cherry Persiapan Bahan Tanam

Benih merupakan salah satu pendukung keberhasilan produksi tomat, sehingga dalam pemilihan benih harus dilakukan dengan hati-hati. PT. Saung Mirwan tidak memproduksi benih tomat cherry yang digunakan dalam setiap penanamannya melainkan harus mengimpor dari luar negeri. Benih tomat cherry yang digunakan adalah varietas Cheresita yang merupakan benih hasil produksi perusahaan De Ruiter dari Belanda. Persentase tumbuh dari benih ini sebesar 85-90 %. Benih ini memiliki keseragaman bentuk, permukaan kulit bersih, tidak keriput, tidak cacat, warna kulit cerah, daya tumbuh baik, serta bebas dari hama dan penyakit. Alasan perusahaan memilih benih ini karena buah yang dihasilkan mempunyai bentuk, rasa, dan warna yang diinginkan konsumen. Selain itu tanaman yang tumbuh memiliki sifat tahan terhadap hama dan penyakit, sehingga mampu berproduksi dengan baik.

(9)

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 8. (a) Bangunan Pembibitan, (b) Tempat Penyemaian, (c) Kecambah yang Siap Dipindahkan ke Tray, (d) Pemindahan Kecambah Tomat Cherry

Penanaman tomat cherry dilakukan dengan metode tidak langsung, yaitu benih tidak langsung ditanam di lapangan tetapi disemai terlebih dahulu. Tujuan penyemaian ini adalah untuk mengurangi risiko rendahnya daya tumbuh benih jika langsung ditanam di lapangan. Penyemaian dilakukan di lokasi pembibitan yang atapnya diberi paranet (Gambar 8a). Tujuan pengunaan paranet adalah untuk mengurangi intensitas sinar matahari pada tanaman muda.

Awalnya benih tomat cherry disemai dalam baki berukuran 40 cm x 25 cm x 5 cm dengan media arang sekam (Gambar 8b). Arang sekam yang digunakan sebagai media persemaian ini melalui tahap pengayakan terlebih dahulu sehingga medianya halus. Tujuan persemaian dengan menggunakan baki adalah hanya untuk mengecambahkan benih. Kecambah berumur 9 hari (Gambar 8c), dipindahkan ke tray ukuran 36 (Gambar 8d) atau pot berdiameter 10 cm. Bibit tomat berada dalam tray atau pot selama 12 hari. Pemberian larutan nutrisi dimulai sejak pemindahan kecambah tersebut. Komposisi larutan nutrisi yang diberikan sama dengan tanaman tomat yang telah ditanam di lapangan, namun dengan nilai Electric Coductivity (EC) yang lebih rendah karena dilakukan

(10)

pengenceran 2 kali lipat dari nutrisi tanaman yang diberikan di lapangan (1:1:600).

Persiapan Lahan

Lahan yang akan digunakan untuk pertanaman tomat cherry harus dibersihkan dan disterilkan terlebih dahulu. Persiapan lahan meliputi pembersihan dari sisa-sisa tanaman dan arang sekam bekas pertanaman sebelumnya dengan cara disapu hingga bersih. Setelah lantai bersih kemudian dicuci dengan cara menyikat lantai agar lumut dan sisa-sisa garam mineral yang melekat dapat dihilangkan. Kemudian lantai dibilas dengan air bersih menggunakan power

sprayer.

Kondisi lahan yang telah bersih tidak menjamin tanaman tomat cherry yang akan ditanam dapat terhindar dari serangan bibit penyakit yang tertinggal di lahan. Oleh karena itu, perlu dilakukan sterilisasi lantai. Bahan yang digunakan untuk sterilisasi lantai adalah formalin dengan konsentrasi 5 cc/l. Sterilisasi dilakukan dengan cara menyemprotkan larutan formalin tersebut ke lantai menggunakan power sprayer. Penyemprotan harus secara merata, dilakukan dengan berjalan mundur agar lantai yang telah steril tidak terinjak kembali oleh penyemprot.

Persiapan selanjutnya adalah persiapan media tanam di lahan. Media tanam yang digunakan untuk tanaman tomat cherry di PT. Saung Mirwan adalah arang sekam. Arang sekam yang digunakan diproduksi sendiri oleh perusahaan di bagian rumah pembakaran sekam. Sekam mentah yang akan dijadikan arang sekam diperoleh dengan cara membeli dari penggilingan padi atau tempat-tempat lain yang menyediakan sekam mentah. Pembelian dilakukan oleh divisi pengadaan non-sayur. Rasio pembakaran dari sekam mentah menjadi arang sekam sekitar 100 : 40, yaitu dari 100 karung sekam mentah dapat menghasilkan 40 karung arang sekam. Proses pembakaran di rumah pembakaran sekam dilakukan mulai pukul 15.00 WIB hingga keesokan harinya pukul 07.00 WIB. Cara pembakarannya adalah dengan menyalakan tungku api terlebih dahulu dengan bantuan kayu bakar di dalamnya. Selanjutnya sekam mentah diletakkan mengelilingi tungku api secara merata (Gambar 9a) dan proses pembakaran akan

(11)

selesai keesokan paginya. Sekam yang telah terbakar merata (Gambar 9b) disiram dengan air agar tidak terjadi abu sekam. Air yang digunakan adalah air yang berasal dari bawah permukaan karena bebas dari kotoran atau biji-bijian tanaman yang dapat menyebabkan gulma pada saat pertanaman.

(a) (b)

(c)

Gambar 9. (a) Kegiatan Pembakaran Sekam di Rumah Pembakaran Sekam, (b) Arang Sekam yang Sudah Jadi, (c) Pengisian Polibag dengan Arang Sekam

Wadah tanam yang digunakan untuk penanaman tomat cherry adalah polibag. Polibag yang digunakan berwarna hitam dengan ukuran 35 cm x 40 cm yang memiliki daya tampung arang sekam sebanyak 2-2.5 kg. Bagian bawah polibag diberi lubang yang berfungsi sebagai drainase. Sebelum polibag diisi dengan media terlebih dahulu direndam dalam larutan lysol agar wadah yang digunakan tersebut steril. Polibag diisi dengan arang sekam sebanyak 2/3 bagian (Gambar 9c). Polibag yang telah diisi kemudian disusun di lahan dengan jarak antar baris 120 cm dan jarak dalam baris 50 cm.

Penanaman

Penanaman tomat cherry ke polibag dilakukan saat bibit tomat telah berumur tiga minggu di persemaian (3 MSS). Bibit tomat yang telah siap

(12)

dipindahkan ke polibag dapat dilihat pada Gambar 10a. Tujuan pindah tanam ini adalah untuk pembesaran sehingga akan menghasilkan buah yang diharapkan baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Satu hari sebelum tanam, polibag diletakkan di greenhouse dan disiram dengan larutan pupuk dasar melalui irigasi tetes. Pemberian pupuk dasar bertujuan agar pada saat tanam media masih basah sehingga akar bibit tomat tidak mengalami stres kekeringan dan merangsang pertumbuhan akar agar tumbuh optimal. Komposisi pupuk dasar yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 9.

Pemindahan bibit dari tray harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak perakaran dan batang bibit yang masih muda tersebut. Sebelum bibit dikeluarkan dari tray, sebaiknya tray disiram terlebih dahulu dengan air agar akar bibit mudah diangkat dan tidak rusak. Pembuatan lubang tanam pada media arang sekam dilakukan sebelum bibit dikeluarkan dari tray. Lubang tanam yang dibuat dengan kedalaman sekitar 5-8 cm. Setelah dikeluarkan, bibit dimasukkan beserta medianya ke dalam lubang tanam yang telah dibuat dengan hati-hati agar batang dan akarnya tidak rusak. Selanjutnya lubang tanam ditutup dengan sedikit ditekan agar tanaman berdiri tegak. Jumlah bibit tomat yang ditanam dalam setiap polibag berjumlah dua bibit. Penanaman dilakukan jika lahan benar-benar telah disiapkan, yaitu meliputi sanitasi, pemasangan saluran irigasi, dan penyusunan polibag (Gambar 10b).

(a) (b)

Gambar 10. (a) Bibit Tomat yang Siap Dipindah ke Polibag, (b) Penanaman Tomat di Polibag

(13)

Tabel 9. Komposisi Pupuk Dasar per 1 000 liter

Komposisi Jumlah Satuan

Stok A HNO3 16 g CaNO3 1 243 g FeEDTA 7 g Stok B KH2PO4 170 g KNO3 339 g K2SO4 13 g MgSO4 554 g MnSO4 2 g ZnSO4 1 g Borax 4 g

Sumber : Bidang Produksi PT. Saung Mirwan

Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman tomat cherry yang dilakukan meliputi penyiraman, pemasangan tali ajir, pewiwilan, penyerbukan bantuan, pemangkasan daun bawah, dan pemotongan titik tumbuh. Budidaya tomat cherry di PT. Saung Mirwan dilakukan dengan sistem hidroponik, sehingga penyiraman yang dilakukan tidak hanya memberikan air tetapi dengan larutan nutrisi. Komposisi larutan nutrisi yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 10. Komposisi pupuk tersebut dilarutkan dalam 90 liter air untuk mencukupi kebutuhan selama satu minggu (Gambar 11a).

(a) (b)

Gambar 11. (a) Pembuatan Larutan Nutrisi Pekat, (b) Irigasi Tetes pada Tomat Cherry

(14)

Tabel 10. Komposisi Larutan Nutrisi Pekat Tomat per 27 000 liter

Komposisi Jumlah Satuan

Stok A CaNO3 24.8 kg FeEDTA 175 g Stok B MgSO4 12.0 kg KNO3 12.6 kg K2SO4 8.6 kg KH2PO4 4.4 kg Borax 77.0 g MNSO4 46.0 g ZnSO4 39.0 g Na2MoO4 3.3 g CuSO4 5.0 g

Sumber : Bidang Produksi PT. Saung Mirwan

Penyiraman dilakukan menggunakan sistem irigasi tetes (drip irrigation) (Gambar 11b) sebanyak empat kali dalam sehari, yaitu pada pukul 07.00, 11.00, 13.00, dan 15.00 WIB. Namun, penyiraman tersebut juga disesuaikan dengan kondisi cuaca. Jika kondisi cuaca panas atau cerah, maka penyiraman dilakukan sesuai jadwal tersebut. Sebaliknya jika cuaca berawan, maka penyiraman hanya dilakukan dua kali dalam sehari, misalnya pukul 07.00 dan 13.00 WIB tergantung kondisi media. Lamanya waktu penyiraman tergantung dengan banyaknya larutan nutrisi yang diberikan pada saat penyiraman. Tujuan penyiraman adalah untuk mempertahankan kondisi ketersediaan air pada media sehingga dapat mengimbangi transpirasi yang cukup tinggi.

Larutan nutrisi dialirkan dari nutrisi pusat yang bersumber dari tangki berkapasitas 3 000 l air. Jumlah larutan stok A dan stok B yang dilarutkan dalam tangki tersebut masing-masing adalah 10 l, sehingga perbandingan antara stok A, stok B, dan air adalah 1:1:300. Pencampuran larutan stok pada tangki dilakukan pada saat bersamaan dengan pengisian air agar pencampurannya merata. Larutan nutrisi akan mengalir dari tangki ke jaringan nutrisi hingga masuk ke lahan pertanaman di dalam greenhouse. Awalnya larutan nutrisi akan mengalir melalui pipa primer (HDPE 32 mm) terlebih dahulu. Setelah itu masuk ke pipa sekunder (LDPE 13 mm), tetapi sebelumnya larutan akan melalui kran pengontrol yang berfungsi untuk mengatur volume larutan nutrisi yang sampai ke tanaman. Setelah

(15)

melalui pipa sekunder, larutan masuk ke pipa tersier (LDPE 5 mm) dan berujung pada regulation stick (emitter) yang tertancap pada media dalam polibag. Skema dan lay out jaringan irigasi tetes dapat dilihat pada Lampiran 8 dan 9.

Jumlah larutan nutrisi yang diberikan pada tanaman perlu disesuaikan dengan umurnya. Tanaman tomat muda atau umur 0-2 MST diberi larutan sebanyak 50-100 ml, umur 2-4 MST sebanyak 150-250 ml, dan tanaman dewasa atau mulai berbunga sebanyak 250-400 ml pada setiap aplikasinya. Pengukuran volume yang diperoleh tanaman dilakukan dengan menggunakan gelas ukur yang diletakkan di samping salah satu polibag yang dijadikan sampel (Gambar 12a).

Emitter pada polibag sampel dimasukkan ke dalam gelas ukur sehingga larutan

nutrisi yang keluar dapat diketahui jumlahnya. Setelah itu larutan nutrisi dimasukkan kembali ke dalam polibag sampel. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan pada tanaman dewasa diketahui bahwa tanaman mendapatkan larutan nutrisi sebanyak 400 ml dalam waktu lima menit, sehingga dapat diketahui debit larutan yang keluar dari emitter yaitu 1.33 ml/detik.

Electrical Conductivity (EC) merupakan kemampuan media

menghantarkan listrik dalam kaitannya dengan penyerapan unsur hara oleh tanaman. Tanaman menyerap unsur hara yang diberikan melalui larutan nutrisi dalam bentuk ion-ion. Ion tersebut akan saling berinteraksi membentuk garam-garam mineral. Pengukuran nilai EC dan pH dilakukan menggunakan EC meter (Gambar 12b). Nilai EC yang normal untuk tanaman tomat berkisar 1.5-2 mS/m, sedangkan untuk nilai pH yang normal berkisar antara 5.5-6.5. Pada kondisi tersebut tanaman dapat menyerap unsur hara yang diberikan melalui nutrisi secara optimal, sehingga nilainya harus tetap dipertahankan. Oleh karena itu pengukuran nilai EC dan pH pada larutan nutrisi tomat di bidang produksi seharusnya rutin dilakukan setiap satu minggu sekali. Namun, pada kenyataannya di lapangan tidak rutin dilaksanakan.

Pengukuran nilai EC pada media tanaman tomat dilakukan terhadap EC masuk dan EC keluar. EC masuk merupakan nilai EC dari larutan nutrisi yang akan diberikan ke tanaman, sedangkan nilai EC keluar merupakan nilai EC dari larutan nutrisi yang tidak terserap akar tanaman sehingga keluar dari polibag dan telah melewati media arang sekam. Whipker dan Cavins dalam Arif (2008)

(16)

menyatakan bahwa nilai EC larutan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan tanaman tumbuh lambat dan biaya produksi yang tinggi dalam proses budidaya. Sebaliknya, konsentrasi larutan nutrisi yang terlalu rendah akan menyebabkan produktivitas tanaman menurun. Oleh karena itu, pada larutan nutrisi dengan nilai EC yang tinggi perlu dilakukan pengenceran dengan penambahan volume air atau pengurangan larutan nutrisi pekat. Sebaliknya pada larutan nutrisi dengan nilai EC rendah perlu dilakukan pengurangan volume air atau penambahan larutan nutrisi pekat.

(a) (b)

Gambar 12. (a) Pengukuran Debit Larutan pada Saat Penyiraman, (b) EC meter

Tomat cherry memiliki pertumbuhan yang bersifat indeterminate, yaitu pertumbuhan yang tidak terbatas. Oleh karena itu, tanaman tomat cherry memerlukan penyangga agar tanaman tetap dapat tumbuh dengan tegak. Penyangga yang diberikan pada tanaman tomat cherry di PT. Saung Mirwan berupa tali ajir (Gambar 13). Tali ajir berfungsi untuk mempertahankan tanaman agar tidak rebah karena kelebihan beban saat berbuah, sehingga buah yang dihasilkan pun bersih karena tidak menyentuh lantai. Pemasangan tali ajir mulai dilakukan pada tanaman tomat berumur 2 MST hingga tanaman akan dibongkar. Tali ajir yang digunakan adalah benang kasur. Cara memasang tali ajir pada tanaman adalah dengan cara dililitkan pada batang tanaman dari kiri ke kanan. Tali ajir diikat pada batang dengan simpul hidup agar memudahkan pelepasan tali pada saat penaikan maupun penurunan tali tersebut. Pada saat tanaman berumur 5, 7, 9, dan 12 MST dilakukan penaikan tali ajir, kemudian saat tanaman berumur 14 MST tali ajir diturunkan kembali dan setiap satu minggu seterusnya hingga panen. Penaikan tali ajir dimaksudkan agar tanaman dan buah yang terbentuk tidak

(17)

sampai menyentuh tanah serta memudahkan saat pemeliharaan, sedangkan penurunan tali ajir dimaksudkan untuk memudahkan saat pemanenan dan pemotongan titik tumbuh.

Gambar 13. Pemasangan Tali Ajir pada Tanaman Tomat Cherry

Pewiwilan pada tomat cherry mulai dilakukan saat tanaman berumur 3 MST. Pewiwilan dilakukan dengan cara membuang tunas-tunas air, karena dapat mempengaruhi produksi buah pada tanaman tomat. Tunas air merupakan tunas yang bersifat tidak produktif dan banyak tumbuh di ketiak daun (Gambar 14). Pertumbuhan tunas air akan mengganggu pertumbuhan tanaman terutama pertumbuhan generatif karena sebagian besar hasil fotosintesis diserap oleh tunas air tersebut. Kegiatan ini dilakukan tiga kali dalam seminggu.

Proses penyerbukan yang terjadi pada tanaman tomat cherry dapat berlangsung secara alami. Namun, penyerbukan tanaman tomat di PT. Saung Mirwan dibantu dengan penyerbukan bantuan. Penyerbukan bantuan ini dilakukan karena pergerakan udara di dalam greenhouse umumnya terbatas dan kehadiran serangga penyerbuk juga jarang ada karena terisolasi dari udara luar. Jika penyerbukan bantuan ini tidak dilakukan, maka pembentukan buah sedikit terjadi. Penyerbukan bantuan dilakukan dengan cara memukul-mukul batang tanaman dengan menggunakan tongkat yang dilapisi dengan busa agar batang tidak terluka (Gambar 15). Kegiatan ini biasanya dilakukan setiap hari setelah ada cahaya matahari. Menurut Heddy et al. (1994) intensitas cahaya yang lemah atau suhu yang rendah pada tanaman tomat mengakibatkan tidak adanya penyerbukan. Kondisi ini mengubah struktur bunga, antera tidak mau membuka atau pecah pada

(18)

waktu stigma menerobos cincin antera. Penyerbukan bantuan biasanya dilakukan pada pukul 09.00 WIB.

Gambar 14. Tunas Air pada Tanaman Tomat Cherry yang Harus Dibuang

Gambar 15. Penyerbukan Bantuan dengan Cara Memukul-mukul Batang Tanaman Menggunakan Tongkat Dilapisi Busa

Kegiatan pemangkasan dilakukan terhadap daun bagian bawah yang telah menguning karena tua, layu, atau terkena penyakit. Kondisi daun yang rimbun juga dapat memicu perkembangan hama dan penyakit sehingga perlu dilakukan pemangkasan. Selain itu kegiatan pemangkasan ini dapat mengurangi transpirasi tanaman dan memudahkan dalam pengendalian hama dan penyakit. Pemangkasan daun bawah dimulai setelah tanaman panen pertama kali, yaitu pada daun-daun yang telah menyentuh lantai setelah penurunan ajir. Jumlah daun yang dipangkas sebanyak dua pelepah daun atau lebih, namun tidak terlalu banyak karena dapat mengakibatkan tanaman stres. Tanaman tomat cherry yang belum dan sudah dipangkas padat dilihat pada Gambar 16.

(19)

(a) (b)

Gambar 16. Kegiatan Pemangkasan Tanaman Tomat Cherry : (a) Sebelum Pemangkasan Daun Bawah, (b) Setelah Pemangkasan Daun Bawah

Umur ekonomis tanaman tomat cherry di PT. Saung Mirwan adalah 26 minggu. Setelah itu tanaman dibongkar untuk diganti lagi dengan tanaman yang baru. Sebelum tanaman dibongkar, pemotongan dilakukan pada titik tumbuh tanaman, sehingga pertumbuhan vegetatif tanaman terhenti dan nutrisi yang diberikan pada tanaman digunakan untuk pertumbuhan generatif atau pembentukan dan pematangan buah. Pemotongan ini bertujuan untuk memelihara buah terakhir pada tanaman agar dapat dipanen mencapai ukuran normal. Pemotongan titik tumbuh dilakukan tiga minggu sebelum tanaman dibongkar. Pemotongan titik tumbuh minimal dua pelepah daun di atas buah terakhir (Gambar 17). Jika masih muncul bunga maka bunga tersebut dibuang, karena hanya buah terakhir yang dipelihara sampai panen.

Gambar 17. Pemotongan Titik Tumbuh pada Umur 20 MST Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama yang menyerang tanaman tomat cherry adalah white fly (Bemisia

(20)

White fly menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan daun dan

menghasilkan embun madu yang menyebabkan daun menjadi keriput kecoklatan. Hama leafminer menyerang tanaman pada stadium larva dan dewasa dengan cara membuat alur gerakan pada bawah epidermis daun yang menyebabkan daun menjadi kering kuningan. Thrips menyerang tanaman pada bagian daun muda, bunga, dan buah. Hama ini biasanya menetap di bagian bawah daun. Ulat buah menyerang tanaman dengan cara memakan buah sehingga terbentuk lubang. Gejala pada tanaman yang disebabkan oleh hama dapat dilihat pada Gambar 18.

(a) (b

Gambar 18. Gejala Serangan : (a) Leafminer Berupa Corak Seperti Batik pada Daun, (b) Ulat Buah Berupa Lubang pada Buah Tomat Cherry

Penyakit yang menyerang tanaman tomat cherry dapat disebabkan oleh cendawan dan bakteri. Penyakit yang disebabkan oleh cendawan terdiri atas penyakit layu (Fusarium oxysporum), embun tepung (Peronospora parasitica), bercak daun (Cercospora sp.), dan busuk daun (Phytophthora infestans). Penyakit layu yang disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporium menyerang bibit di persemaian dan tanaman dewasa dengan gejala tanaman tampak layu. Bagian yang terserang akan lunak dan berair, tetapi tidak mengeluarkan cairan lendir berwarna putih dari bagian yang busuk tersebut. Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit embun tepung adalah pada permukaan daun atas tampak bercak nekrotik berwarna kekuningan dan jika daun dibalik tampak tepung berwarna putih keabu-abuan. Penyakit bercak daun memiliki gejala terjadi bercak klorosis berbentuk lingkaran, berwarna kuning dan terdapat bintik hitam pada bagian tengah lingkaran. Penyakit busuk daun menyerang semua tahap perkembangan tanaman. Gejala yang ditimbulkan yaitu adanya bercak hitam kecoklatan yang pada kondisi

(21)

lingkungan mendukung seperti kelembaban tinggi, dapat meluas dengan cepat sehingga menyebabkan kematian.

Penyakit pada tanaman tomat yang disebabkan oleh bakteri adalah penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh Pseudomonas solanacearum. Patogen dari penyakit ini menyerang jaringan pengangkut air sehingga translokasi air dan hara terganggu. Akibatnya tanaman menjadi layu, kuning, kerdil, dan akhirnya mati. Bagian tanaman yang busuk karena patogen ini mengeluarkan cairan berwarna putih seperti lendir.

Selain penyakit yang disebabkan oleh cendawan dan bakteri, terdapat penyakit lain yang disebabkan oleh defisiensi unsur hara, yaitu busuk ujung buah (Blossom end rot) akibat defisiensi unsur Ca. Gejala yang ditimbulkan yaitu terdapat bercak pada ujung buah dan warna kulit menjadi coklat tua. Bercak tersebut menandakan jaringan yang berada di bawahnya mati, sehingga bagian tersebut cenderung matang lebih cepat. Pengendalian penyakit Blossom end rot adalah dengan penyemprotan tanaman menggunakan CaNO3 dengan konsentrasi 5-7 g/l. Pantastico dan Venter (1986) menyatakan bahwa selain pemberian Ca(NO3)2 untuk mengurangi penyakit ujung buah juga dapat dilakukan dengan pemberian gips atau penyemprotan CaCl2. Penyakit ini juga dapat disebabkan oleh kelebihan unsur K yang mengakibatkan kekurangan Ca. Gejala serangan penyakit pada tanaman tomat cherry dapat dilihat pada Gambar 19.

(a) (b)

Gambar 19. Gejala Penyakit : (a) Busuk Batang Akibat Bakteri

Pseudomonas solanacearum, (b) Penyakit Busuk Ujung

(22)

Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan PT. Saung Mirwan pada tanaman tomat cherry adalah dengan cara penyemprotan pestisida (Gambar 20). Penyemprotan pestisida pada tanaman tomat di PT. Saung Mirwan dilakukan dua kali dalam seminggu, yaitu pada hari Selasa dan Jumat. Waktu pelaksanaannya adalah sore hari sekitar pukul 15.00 WIB. Pestisida yang digunakan terdiri atas golongan insektisida, fungisida, dan bakterisida. Jenis-jenis pestisida yang digunakan, dosis, serta kegunaannya dapat dilihat pada Lampiran 6.

Gambar 20. Penyemprotan Pestisida pada Tanaman Tomat Pemanenan

Menurut Kader (1990) tujuan dari pemanenan adalah untuk mendapatkan komoditi dari kebun dengan tingkat kematangan yang baik agar kerusakan dan kehilangan hasil yang terjadi rendah. Tanaman tomat cherry di PT. Saung Mirwan biasanya mulai dipanen pada umur 8 MST. Namun, pada saat musim hujan biasanya umur panen lebih lama yaitu pada 9 MST. Buah yang dipanen saat berwarna kekuning-kuningan dengan tingkat kemasakan sekitar 80 % (Gambar 21a). Jika buah dipanen pada tingkat kemasakan 90 %, maka buah akan terlalu lunak pada saat pemasaran.

Pemanenan dapat dilakukan setiap hari atau dua hari sekali tergantung keadaan buah yang masak di lahan. Biasanya panen dilakukan pada pagi hari pukul 07.00-09.00 WIB. Cara panen tomat cherry adalah dengan memetik buah secara hati-hati agar tidak rusak dengan disertakan tangkai atau gagang buahnya (Gambar 21b). Tujuan pemanenan tomat cherry menggunakan tangkai atau gagang buah adalah untuk mengindikasikan lama simpan buah di divisi pengemasan. Tomat cherry yang dipanen dimasukkan ke dalam ember, kemudian

(23)

dipindahkan ke dalam keranjang untuk pengangkutan ke divisi pengemasan (Gambar 21c). (a) (b) (c)

Gambar 21. (a) Buah yang Siap Dipanen dengan Kriteria Warna Kekuning-kuningan, (b) Cara Panen Tomat Cherry dengan Cara Dipetik Disertai Tangkai Buahnya, (c) Pengumpulan Tomat Cherry dalam Wadah Kontainer Plastik Sebelum Dibawa ke Divisi Pengemasan

Prestasi kerja penulis secara keseluruhan dalam budidaya tomat cherry lebih rendah dibandingkan dengan prestasi kerja karyawan lapangan di PT. Saung Mirwan. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan keterampilan kerja antara penulis dan karyawan. Karyawan memiliki keterampilan kerja yang lebih tinggi karena telah memiliki pengalaman kerja rata-rata lebih dari 5 tahun kerja. Volume dan prestasi kerja karyawan lapang dan penulis dapat dilihat pada Lampiran 7.

Gambar

Gambar 1. (a) Pengolahan Tanah dengan Traktor, (b) Pemberian Pupuk  Kandang Sebelum Pengolahan Tanah
Gambar 2. (a) Penanaman Pakchoi Baby pada Lubang Tanam, (b) Benih  Pakchoi Baby yang Digunakan
Gambar 3. (a) Pemberian Pupuk Kotoran Ayam, (b) Penyiraman dengan  Irigasi Kabut
Tabel 8. Perbedaan Budidaya Pakchoi Baby di PT. Saung Mirwan dan  Mitra Tani
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nilai yang digunakan dalam penghitungan uji t paired t-test adalah nilai pretest dan posttest dari masing-masing kelompok (high pulley curls, low pulley curls, dan

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Emotional branding dan Experiential marketing Terhadap Loyalitas

penghambatnya juga bisa dari sana Jadi kalau orang tuaku mendukung ataupun mendidiknya dengan baik itu nanti akan membentuk sekolah tentang menunjukkan pendidikan pada anak dan

siswa untuk mengumpulkan tugas yang diberikan hari rabu,dan siswapun mengumpulkannya dimeja guru. Guru memulai pelajaran dengan menulis judul dipapan tulis, guru

Dimana, pemerintah Yaman sendiri tidak mampu melindungi rakyatnya dan melainkan melakukan tindak kekejaman pada rakyatnya, DK PBB selaku badan perdamaian dari

Kegunaan Praktis pada penelitian ini media sosial instagram sebagai bahan penelitian mahasiswa dari kalangan umum sebagai salah satu media tempat dimana netizen yang

Sedangkan hasil analisa statistik pada hipotesa 2 menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap suami terhadap hak-hak reproduksi perempuan dengan

Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengatahui etika guru dan siswa, untuk membentuk siswa yang