• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Akbar(2005:24) Manusia tidak bisa lepas dari kebutuhan akan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Akbar(2005:24) Manusia tidak bisa lepas dari kebutuhan akan"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Transportasi

2.1.1 Pengertian Tranportasi

Menurut Akbar(2005:24) Manusia tidak bisa lepas dari kebutuhan akan jasa, mobilitas manusia dalam era globalisasi ini menuntut adanya jasa angkutan yang memadai. Adapun transportasi ini merupakan bidang yang bergerak dalam jasa yang mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi aktivitas kehidupan manusia yang dalam tiap detiknya memerlukan waktu yang begitu padat untuk segala aktivitasnya.

Menurut Rustian kamaluddin(2003:13) pengertian transportasi berasal dari kata latin yaitu transportare, dimana trans berarti seberang atau sebelah lain dan portare berarti mengangkut atau membawa. Jadi, transportasi berarti mengangkut atau membawa (sesuatu) ke sebelah lain atau dari suatu tempat ke tempat lainnya. Dengan demikian, tranportasi dapat diberi definisi sebagai usaha dan kegiatan mengangkut atau membawa barang dan atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lainnya.

Usaha transportasi ini, bukan hanya berupa gerakan barang dan orang dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara dan kondisi yang statis tanpa perubahan, tetapi transportasi selalu diusahakan perbaikan dan kemajuannya sesuai dengan perkembangan peradapan dan teknologi. Dengan demikian transportasi selalu diusahakan perbaikan dan peningkatannya, sehingga tercapai efesiensinya yang

(2)

lebih baik. Ini berarti bahwa orang akan selalu berusaha mencapai efesiensi transportasi sehingga pengangkutan barang dan orang akan memakan waktu yang secepat mungkin dan dengan biaya sekecil mungkin.

Menurut Rustian Kamaluddin(2003:13) Ada berbagai rupa transportasi, namun demikian untuk setiap bentuk transportasi itu terdapat empat unsur pokok transportasi yaitu:

1. Jalan atau the Way;

2. Alat Angkut atau the Vehicle;

3. Tenaga Penggerak atau Motive Power; dan 4. Tenaga Pemberhentian atau Terminal.

Secara lebih jelasnya penulis uraikan sebagai berikut: 1. Jalan atau the Way;

Jalan merupakan suatu kebutuhan yang paling esensial dalam transportasi. Tanpa adanya jalan, tidak mungkin disediakan jasa transportasi bagi pemakainya. Jalan ditujukan dan disediakan sebagai basis bagi alat angkutan untuk bergerak dari suatu tempat asal ke tempat tujuannya. Unsur jalan berupa jalan raya, jalan kereta api, jalan air dan jalan udara.

Selanjutnya, jalan dapat diklasifikasikan menurut alam(natural) dan jalan buatan(artificial). Jalan alam merupakan pemberian alam dan karenanya tersedia bagi setiap orang tanpa(hampir tidak) adanya suatu beban ongkos bagi pemakainya, seperti: jalan setapak, sungai, danau,laut, dan (jalan) udara. Sedangkan jalan buatan adalah jalan yang dibangun melalui usaha manusia secara sadar dengan sejumlah dana investasi bagi pembiayaan tertentu untuk membuat konstruksi dan pemeliharaannya.

(3)

2. Alat Angkut atau the Vehicle;

Kendaraan dan alat angkutan pada umumnya merupakan unsur transportasi yang penting lainnya. Perkembangan dan kemajuan jalan dan alat angkutan merupakan dua unsur yang saling memerlukan atau berkaitan satu sama lain. Alat angkutan ini dapat dibagi dalam jenis- jenis alat angkutan jalan darat, angkutan jalan air, angkutan jalan udara. Angkutan jalan darat berupa gerobak, pedati, bendi, sepeda, sepeda motor, bus, truk, kereta api dan lain-lain. Alat angkutan melalui air dapat berupa rakit, sampan, kano, kapal layar, kapal uap, dan kapal mesin. Sedangkan alat angkutan udara adalah berbagai rupa jenis pesawat terbang.

3. Tenaga Penggerak atau Motive Power; dan

Yang dimaksud dengan tenaga penggerak di sini adalah tenaga atau energi yang dipergunakan untuk menarik atau mendorong alat angkutan. Untuk keperluan itu dapat dipergunakan tenaga manusia, binatang, tenaga uap, batu bara, BBM, tenaga diesel, dan tenaga tenaga listrik bahkan tenaga atom dan tenaga nuklir. Penggunaan berbagai rupa tenaga penggerak ini telah semakin berkembang sesuai dengan kemajuan dan pemakaian teknologinya di negara dan daerah bersangkutan.

4. Tenaga Pemberhentian atau Terminal.

Terminal adalah tempat dimana suatu perjalanan transportasi dimulai maupun berhenti atau berakhir sebagai tempat tujuannya. Karena itu di terminal disediakan berbagai fasilitas pelayanan umum, bongkar dan muat, dan lain-lain. Lebih lagi untuk terminal yang dibuat seperti stasiun kereta api,

(4)

Bandar udara, dan pelabuhan adalah perlu disediakan jasa-jasa pemakaian yang pantas dan menyenangkan bagi pemakainya.

Kemudian mengenai konsep jasa transportasi, pada dasarnya kebutuhan akan jasa angkutan merupakan cerminan dari kebutuhan penduduk. Dimana semakin tingginya kegiatan ekonomi, sosial, kebudayaan, dan pendidikan mempunyai hubungan lurus dengan peningkatan kebutuhan sarana dan prasarana angkutan.

Pada dasarnya, pengangkutan atau pemindahan penumpang atau barang dengan transportasi adalah dengan maksud untuk dapat mencapai tempat tujuan dan menciptakan atau menaikkan utilitas dari barang yang diangkut. Utilitas yang dapat diciptakan oleh transportasi atau pengangkutan tersebut, khususnya untuk barang yang diangkut ada dua macam yaitu :

1. Utilitas Tempat atau Place Utility; dan 2. Utilitas Waktu atau Time Utility.

Secara lebih jelas dapat penulis uraikan sebagai berikut: 1. Utilitas Tempat atau Place Utility; dan

Utilitis tempat dalam hal ini adalah kenaikan atau tambahan nilai ekonomi atau nilai kegunaan dari suatu komoditi yang diciptakan dengan mengangkutnya dari suatu tempat, untuk memindahkan barang tersebut mempunyai kegunaan yang lebih kecil ke tempat dimana barang tersebut mempunyai kegunaan yang lebih besar. Dalam hubungan ini, place utility yang diciptakan biasanya diukur dengan uang yang pada dasarnya merupakan perbedaan harga barang tersebut pada tempat barang itu dihasilkan atau

(5)

utilitasnya rendah untuk dipindahkan ke suatu tempat barang itu diperlukan atau mempunyai utilitas yang tinggi dalam memenuhi kebutuhan manusia. 2. Utilitas Waktu atau Time Utility.

Transportasi akan menyebabkan terciptanya kesanggupan dari barang untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan menyediakan barang yang bersangkutan dibutuhkan dan waktu yang tepat ketika diperlukan. Dalam hal ini utilitas waktu adalah dengan melalui transportasi, barang-barang dapat dipindahkan ketempat tujuan tepat pada waktunya.

2.1.2 Klasifikasi Transportasi

Menurut Rustian Kamaluddin(2003:15) tranportasi dapat diklasifikasikan menurut macam atau jenis transportasinya yaitu:

1) Dari segi barang yang diangkut

2) Dari geografis transportasi itu berlangsung 3) Dari sudut teknik serta alat angkutannya

Secara lebih jelas dapat penulis uraikan sebagai berikut:

1) Dari segi barang yang diangkut, tansportasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a) Jasa angkutan penumpang (passenger), yaitu angkutan yang ditujukan untuk membantu kelancaran pergerakan orang dari suatu tempat ke tempat lainnya baik melalui darat, laut, maupun udara;

(6)

b) Jasa angkutan barang (goods), jasa ini ditujukan untuk mengangkut barang dari satu tempat ke tempat lain, baik melalui darat, laut, maupun udara; dan

c) Jasa angkutan pos (mail), yaitu jasa pengiriman surat kabar, berita, uang, dan barang dalam bentuk ukuran tertentu kepada pihak yang dituju.

2) Dari Sudut Geografis, jasa angkutan dapat dibagi menjadi : a) Angkutan antarbenua, misalnya dari Asia ke Afrika;

b) Angkutan antarnegara, misalnya dari Indonesia ke Amerika;

c) Angkutan antarpulau, misalnya dari Pulau Jawa ke Pulau Sumatera; d) Angkutan antardaerah, misalnya dari Jawa Barat ke Jawa Timur; e) Angkutan antarkota, misalnya dari dari Jakarta ke Bandung; dan

f) Angkutan di dalam kota, seperti oplet dan bus di kota-kota Medan, Jakarta, Surabaya dan seterusnya.

3) Dari sudut teknik serta alat angkutannya, transportasi dapat pula dirinci sebagai berikut:

a) Highway transportation, yaitu jasa angkutan melalui jalan raya, misalnya angkutan kota, truk, dan sedan;

b) Rail transportation, yaitu jasa angkutan melalui rel, baik yang berupa twin rail seperti kereta api, maupun berupa mono rail seperti kereta gantung; c) Island transportation, yaitu jasa angkutan melalui air, daratan, baik di

sungai, kanal, maupun danau. Alat yang biasa digunakan adalah perahu, kano, dan kapal motor;

(7)

d) Pipe line transportation, yaitu jasa angkutan melalui aliran pipa, seperti minyak bumi dan gas, serta air minum;

e) Ocean transportation, yaitu jasa angkutan melalui lautan dengan alat angkut berupa kapal laut, ferry, tanker, dan jet foil;

f) Air transportation, yaitu jasa angkutan melalui udara dengan alat angkut berupa pesawat terbang; dan

g) Rail dan road transportation, yaitu jasa angkutan ini sama-sama menggunakan jalan raya dan rel berada pada situasi dan kondisi yang sama.

2.2 Tarif

2.2.1 Pengertian Tarif

Bagi perusahaan industri, sebelum produk yang dikeluarkan kepada konsumen, terlebih dahulu menentukan harga jual dengan memperhitungkan biaya-biaya yang dikeluarkan dari mulai produksi hingga menyalurkan ke konsumen, seperti halnya perusahaan industri, perusahaan jasa juga menentukan besarnya harga jual ditentukan dengan tarif. Tarif angkutan menurut Rustian Kamaludin(2003: 84)” tarif angkutan adalah merupakan harga atas jasa-jasa yang dihasilkan yaitu harga(uang) yang harus dibayarkan oleh para pemakai jasa angkutan.” Pendapat ini juga didukung Menurut Sriyadi (1989:220): “Harga adalah nilai tukar suatu barang atau jasa, yaitu jumlah uang yang pembeli sanggup membayar kepada penjual untuk suatu barang tertentu. Dapat juga dikatakan,

(8)

harga adalah sejumlah nilai suatu barang atau barang yang oleh penjual diminta untuk dibayar oleh pembeli”.

Menurut Phillip Kotler (2002:522): “Harga adalah nilai yang tertera pada suatu produk dan beberapa sebagai penentu pilihan pembeli yang merupakan satu-satunya elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan.”

2.2.2 Teori Penetapan Harga

Menurut Rustian Kamaludin(2003:91) penetapan harga atau tarif angkutan lebih kompleks daripada penetapan barang-barang disuatu toko atau dipasar, yang mana persoalannya terutama hanya tergantung pada suatu hal yaitu objeknya atau apa barangnya. Akan tetapi, penetapan harga jasa transportasi tergantung:

a. Apa atau barang apa yang diangkut; dan

b. Di mana atau di antara tempat mana barang tersebut diangkut.

Menurut Sriyadi (1989:221) Suatu badan usaha menetapkan harga barang yang diproduksi dengan tujuan yang bermacam-macam. Penetapan harga suatu barang mungkin dengan tujuan untuk memperluas keikutsertaan pasar sehingga harga ditetapkan rendah. harga barang ditetapkan lebih tinggi karena bertujuan untuk mendapatkan laba yang lebih tinggi. Jadi ada dua tujuan utama penetapan harga, yaitu:

1. Meningkatkan penjualan dan memperluas pasar; dan 2. Meningkatkan kemungkinan mendapatkan laba. Tiga pendekatan dalam penetapan harga yaitu:

1. Berorientasi pada biaya pokok; 2. Berorientasi pada persaingan; dan 3. Berorientasi pada permintaan.

(9)

Semakin jelas tujuan perusahaan, semakin mudah untuk menetapkan harga. Menurut pendapat Kotler (2002:109) ada enam tujuan utama perusahaan melalui penetapan harga yaitu

1) Kelangsungan hidup (Survival);

2) laba sekarang maksimum (Maximum Current Profit);

3) Pendapatan sekarang maksimum (Maximum Current Revenue); 4) Pertumbuhan penjualan maksimum (Maximum Sales Growth); 5) Skimming pasar maksimum (Maximum Market Skimming); dan 6) Kepemimpinan kualitas produk ( Product Quality Leadership). 2.2.3 Dasar-dasar Penentuan Tarif Angkutan

Menurut Rustian Kamaludin (2003:84), Ditinjau dalam hubungannya dengan tarif angkutan dan sifat pelayanan jasanya, maka perusahaan atau usaha angkutan dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar yaitu (1) common carriers dan (2) contract carriers, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Common Carrier adalah perusahaan atau usaha angkutan umum yang

menentukan tarif angkutannya dengan suatu daftar tertentu, pada trayek yang telah ditetapkan, jadi common carier ini merupakan usaha angkutan umum; dan

2. Contract Carrier adalah perusahaan atau usaha angkutan yang

memberikan pelayanan jasanya bila diperlukan, sewanya atau tarifnya ditentukan oleh supply and demand secara langsung serta beroperasi pada trayek-trayek yang diperlukan oleh para pemakai dan yang bersedia dilayani oleh perusahaan angkutan bersangkutan. Dengan demikian, contract carrier merupakan usaha angkutan carteran melalui suatu kesepakatan dan perjanjian kedua belah pihak dalam penyediaan jasa dan pemakaiannya.

(10)

Dalam masalah tarif ini, meskipun dalam industri transportasi dipegang juga bahwa prinsip bahwa tarif juga dihubungkan dengan ongkos-ongkos yang harus dikeluarkan untuk memberikan pelayanan jasa yang bersangkutan. Tetapi pada dasarnya terdapat faktor lain yaitu value atau nilai yang diberikan pada jasa tersebut yang mempengaruhi cara dan dasar penentuan tarif angkutan yang bersangkutan.

Sehubungan dengan itu, pada prinsipnya tarif angkutan dipengaruhi dan ditentukan atas dua faktor utama yaitu sebagai berikut :

1. Cost of services atau ongkos menghasilkan jasa, yaitu ongkos-ongkos yang harus dikeluarkan oleh perusahaan angkutan unutk menghasilkan pelayanan jasa angkutan yang bersangkutan; dan

2. Value of services atau nilai yang dihasilkan, yaitu jumlah uang yang dapat dihargainya untuk pelayanan jasa yang diberikan padanya oleh perusahaan angkutan yang bersangkutan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi cost of services yang terpenting diantaranya ialah sebagai berikut:

1. Jarak yang harus ditempuh dari tempat asal ke tempat tujuannya; 2. Volume dan berat muatan barang yang diangkut;

3. Risiko dan bahaya dalam pengangkutan, berhubungan karena sifat barang yang diangkut sehingga diperlukan alat-alat service yang spesial;

4. Ongkos-ongkos khusus yang harus dikeluarkan berhubungan karena berat dan ukuran barang yang diangkut yang “luar biasa” sifatnya; dan

5. Kepastian dan keteraturan adanya return cargo yang akan diangkut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi atau yang berhubungan dengan value of services yang terutama diantaranya adalah sebagai berikut:

(11)

2. Konkurensi pasaran antara para shippers yang dilayani oleh carrier lainnya;

3. Konkurensi pasaran antara para carrier sendiri dalam satu usaha angkutan yang sejenis untuk melayani angkutan tertentu; dan

4. Pengembangan produk yang baru dan pasaran barang baru.

2.3 Risiko

2.3.1 Pengertian Risiko

Kata risiko banyak dipergunakan dalam berbagai pengertian dan sudah biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh kebanyakan orang. Apabila seseorang menyatakan bahwa ada risiko yang harus ditanggung jika mengerjakan pekerjaan tertentu.

Definisi risiko dari Vaugn(1978) dikutip dari Herman Darmawi( 2004:19)Mengemukakan beberapa definisi risiko sebagai berikut:

1. Risk is the chance of loss (Risiko adalah kans kerugian);

2. Risk is the possibility of loss (Risiko adalah kemungkinan kerugian); dan 3. Risk is uncertainty (Risiko adalah ketidakpastian).

Secara lebih jelasnya penulis uraikan sebagai berikut: 1. Risk is the chance of loss (Risiko adalah kans kerugian);

Chance of loss biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan dimana terdapat suatu keterbukaan(exposure) terhadap kerugian atau suatu kemungkinan kerugian. Sebaliknya jika disesuaikan dengan istilah yang dipakai dalam Statistik, maka chance sering digunakan unutk menunjukkan tingkat probabilitas akan munculnya situasi tertentu.

(12)

2. Risk is the possibility of loss (Risiko adalah kemungkinan kerugian);

Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada di antara nol dan satu. Definisi ini barangkali sangat mendekati dengan pengertian risiko yang dipakai sehari-hari.

3. Risk is uncertainty (Risiko adalah ketidakpastian).

Tampaknya ada kesepakatan bahwa resiko berhubungan dengan ketidakpastian (uncertainty) yaitu adanya risiko, karena adanya ketidakpastian.

2.3.2 Konsep-konsep Lain Yang Berkaitan Dengan Risiko.

Pada umumnya orang sering mempersamakan pengertian Risiko, Hazard, dan Peril. Memang ketiganya berbeda, oleh karena itu maksud-maksud kajian istilah tersebut harus dibedakan dengan tegas. Peril adalah suatu peristiwa yang dapat menimbulkan suatu kerugian. Sedangkan Hazard adalah keadaan dan kondisi yang dapat memperbesar kemungkinan terjadinya suatu peril.

Jenis Resiko ada 2 Yaitu Resiko Spekulatif dan resiko murni

1. Resiko Spekulatif ialah kejadian sesungguhnya kadang-kadang menyimpang dari perkiraan(expectation) kesalah satu dari dua arah. Artinya, ada kemungkinan penyimpangan yang menguntungkan dan ada pula penyimpangan yang merugikan.

2. Resiko Murni ialah yang hanya ada kemungkinan kerugian. Seorang pemilik rumah terbuka terhadap kemungkinan kerugian. Risiko ini hanya hanyalah mempunyai kemungkinan untung.

(13)

2.3.3 Sumber Risiko

Hazard menimbulkan kondisi yang kondusif terhadap bencana yang menimbulkan kerugian, dan kerugian adalah penyimpangan yang tidak diharapkan. Kemungkinan kejadian demikianlah yang kita namakan risiko. Walaupun ada beberapa overlapping(tumpang tindih) di antara kategori-kategori ini, namun sumber penyebab kerugian ( dan risiko) dapat diklasifikasikan sebagai risiko sosial, risiko fisik, dan risiko ekonomi. Menentukan sumber risiko adalah penting karena mempengaruhi cara penanganannya.

1. Risiko Sosial

Sumber utama risiko adalah masyarakat, artinya tindakan orang-orang menciptakan kejadian yang menyebabkan penyimpangan yang merugikan dari harapan kita. Sulit jika tidak mungkin untuk mendaftarkan segala penyebab kerugian yang bersifat sosial ini.

2. Risiko fisik

Ada banyak sumber risiko fisik yang sebagiannya adalah fenomena alam, sedangkan lainnya disebabkan kesalahan manusia.

3. Risiko Ekonomi

Banyak risiko yang dihadapi perusahaan itu bersifat ekonomi.

2.3.4 Biaya-Biaya Yang Timbul Karena Risiko

Biaya uang bersifat ekonomi karena menanggung risiko atau ketidakpastian dapat dibagi sebagai berikut:

(14)

1. Biaya-biaya dari kerugian yang tidak diharapkan.

Setiap hari sebagian perusahaan dan keluarga menderita kerugian dalam situasi risiko murni. Biaya dari kerugian yang tidak diharapkan terhadap suatu unit ekonomi dalam keadaan tertentu terhadap masyarakat, mudah diketahui, tetapi biaya yang paling penting sehubungan dengan ketidakpastian itu sendiri, kurang mendapatkan perhatian.

2. Biaya-biaya dari ketidakpastian itu sendiri.

Pada umumnya, orang tidak menyukai kerugian maupun ketidakpastian, karena hal ini akan menimbulkan perasaan tidak aman serta gelisah dan selanjutnya perasaan khawatir. Bila perasaan ini cukup besar, maka mereka akan mencurahkan perhatiannya pada masalah itu.

2.4 Upah Karyawan 2.4.1 Pengertian Upah

Menurut Sadono Sukirno (2000:350) “Upah diartikan sebagai pembayaran-pembayaran atas jasa-jasa fisik maupun mental yang disediakan oleh tenaga kerja pada para pengusaha”.

Sedangkan menurut Jeef Madura (2001) dikutip dari Yeni Raven (2007:13) “Gaji atau upah adalah jumlah uang yang dibayarkan untuk sebuah pekerjaan selama periode tertentu. Gaji dapat dinyatakan dalam periode per jam, per periode pembayaran atau per tahun, dan jumlahnya tetap selama periode waktu tertentu”.

(15)

Besarnya gaji yang diberikan kepada karyawan harus menarik dan harus menimbulkan rasa keterikatan karyawan terhadap perusahaan, harus adil, harus dinamis, tidak kaku, harus dapat ditinjau kembali sesuai prestasi karyawan.

Upah dibedakan menjadi dua pengertian, yaitu: upah uang dan upah rill. Upah uang adalah jumlah uang yang diterima para pekerja dari para pengusaha sebagai pembayaran atas tenaga mental atau fisik para pekerja yang digunakan dalam proses produksi. Sedangkan upah rill adalah tingkat upah pekerja yang diukur dari sudut kemampuan upah tersebut membeli barang-barang dan jasa-jasa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan para pekerja.

2.4.2. Teori Upah

Beberapa teori upah dikutip dari Iin Indranti(2005:41) diantaranya, adalah : 1. Teori Upah Alam (wajar)

Upah yang wajar adalah upah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup karyawan beserta keluarganya yang disesuaikan dengan kemampuan perusahaan. Besar kecilnya upah yang wajar berdasarkan hukum alam, yaitu diserahkan pada mekanisme pasar melalui permintaan dan penawaran.

2. Teori Upah Besi

Menurut David Ricardo, menyatakan bahwa upah besi adalah upah yang ditentukan oleh pengusaha. Dengan demikian karyawan harus menerima ketentuan dan kebijakan dari pengusaha. Untuk menghadapi hukum upah besi ini, para karyawan membentuk serikat kerja dalam usaha memperjuangkan kepentingannya.

(16)

3. Teori Upah Etika

Menurut T.R. Malthus, upah pekerja disesuaikan dengan etika kesusilaan. Jadi upah yang ideal ialah upah yang besarnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang layak bagi karyawan beserta keluarganya.

4. Teori Upah Produktifitas Batas Kerja

Menurut JB. Clark, menyatakan bahwa tingkat upah ditentukan oleh produktifitas karyawan. Dengan demikian tinggi rendahnya upah tergantung dari kemampuan atau produktifitas tenaga kerja itu sendiri.

2.4.3. Metode pembayaran upah

Menurut Buchari Alma (2004:206) Metode pembayaran upah juga dikenal juga sebagai sistem pembayaran upah, adalah sebagai berikut:

1. Sistem upah menurut waktu

Adalah upah tetap yang dikaitkan dengan waktu. Ini adalah upah yang tetap jumlahnya per periode yang besarnya tidak dikaitkan dengan prestasi yang diberikan oleh buruh. Oleh sebab itu pembayaran berdasarkan jam, minggu atau bulan. Pembayaran upah dapat dilkukan dimuka atau dibelakang (bekerja dulu baru upah kemudian). Kelemahan sistem upah ini adalah tidak mendorong karyawan untuk memaksimalkan penggunaan tenaganya dan upah sama rata bagi buruh yang rajin dan yang malas.

2. Sistem upah prestasi

Sistem ini didasarkan atas prestasi dari pekerja, atau perdagangan per unit produksi yang diselesaikan. Sistem ini mempunyai kebaikan seperti:

(17)

b. Buruh yang rajin menerima gaji yang lebih tinggi c. Perhitungan harga pokok akan lebih naik

Adapun kelemahan-kelemahannya sebagai berikut:

a. Bila buruh tidak memberikan prestasi berarti tidak mendapat upah

b. Buruh mungkin bekerja kurang cermat untuk mengejar prestasi sebanyak-banyaknya. Sehingga peralatan produksi cepat rusak, terjadi penghamburan bahan karena buruh tidak berhati-hati.

3. Upah borongan

Upah borongan merupakan sisitem kombinasi upah dari upah waktu dan upah potongan. Sistem ini menetapkan pekerjaan tertentu yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu. Jika selesai tepat pada waktunya ditetapkan upah dalam rupiah.

4. Sistem upah premi

Premi adalah hadiah atau bonus yang diberikan kepada karyawan karena berkat pekerjaan yang ia lakukan telah memberikan suatu keuntungan kepada perusahaan. Sistem upah premi ini diberlakukan karena pimpinan ingin mengadakan perbaikan secara perlahan-lahan dengan cara persiapan pekerjaan bagi sang buruh agar bekerja lebih baik, standarisasi dari kualitas material, perbaikan metode kerja dan pendidikan dan pelatihan para pekerja.

Di Indonesia ketentuan mengenai ketenagakerjaan khususnya dalam sistem penentuan upah diatur dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang

(18)

Ketenagakerjaan. Dalam Pasal 88 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 disebutkan:

1) Setiap pekerja atau buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

2) Untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh.

3) Kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja atau buruh sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi :

a. Upah minimum; b. Upah kerja lembur;

c. Upah tidak masuk kerja karena berhalangan;

d. Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya;

e. Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya; f. Bentuk dan cara pembayaran upah;

g. Denda dan potongan upah;

h. Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah; i. Struktur dan skala pengupahan yang proporsional; j. Upah untuk pembayaran pesangon; dan

(19)

4) Pemerintah menetapkan upah minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.

Selanjutnya, pada Pasal 89 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 disebutkan : 1) Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 ayat (3) huruf a dapat

terdiri atas :

a) upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/kota;

b) upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau kabupaten/kota;

c) Upah minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan kepada pencapaian kebutuhan hidup layak.

2) Upah minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Gubernur dengan memperhatikan rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau Bupati/Walikota.

3) Komponen serta pelaksanaan tahapan pencapaian kebutuhan hidup layak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Keputusan Menteri.

2.5 Modal Kerja

2.5.1 Pengertian Modal Kerja

Untuk mendirikan atau menjalankan sutu usaha diperlukan sejumlah modal (uang) dan tenaga (keahlian). Modal juga diperlukan untuk membiayai operasi usaha pada saat bisnis tersebut dijalankan. Jenis biaya ini misalnya biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya lainnya. Modal adalah salah satu faktor

(20)

produksi yang sangat penting bagi setiap usaha, baik skala kecil, menengah, maupun besar. Dalam banyak studi atau literatur sering disebut bahwa modal sering menjadi faktor penghambat utama bagi perkembangan usaha atau pertumbuhan output industri kecil dan industri rumah tangga, karena kelompok unit usaha ini seperti yang juga dialami oleh banyak usaha kecil di sektor-sektor lainnya, sering mengalami keterbatasan modal. Di dalam menilai suatu usaha, modal merupakan salah satu faktor penting di samping faktor lainnya, sehingga suatu usaha bisa tidak berjalan apabila tidak tersedia modal sebagaimana yang dikemukakan E. B. Sladen bahwa suatu usaha akan segera dapat dimulai apabila tersedia modal. (R. Prawiroamidjaya dikutip dari Yupi Yuliawati ).

Menurut Sriyadi (1989 : 139)Peran modal dalam suatu proses produksi tidak dapat dipungkiri karena tanpa tersedianya modal proses produksi tidak akan dapat dilaksanakan. Kata modal (dalam Bahasa Indonesia) atau capital (dalam Bahasa Inggris) dan kapitaal (dalam bahasa Belanda) dalam pengertian ekonomi umum mencakup benda-benda seperti : tanah, gedung-gedung, mesin-mesin, alat perkakas dan barang produktif lainnya untuk suatu kegiatan usaha.

Banyak ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang pengertian modal. Namun hingga kini kata sepakat belum juga dapat dicapai oleh para ahli.Ada beberapa pengertian modal dari beberapa tokoh dikutip dari Yupi Yuliawati(2008:22) yaitu:

1. Lutge, modal hanyalah dalam artian uang.

2. Schwiedland, modal meliputi modal dalam bentuk uang maupun dalam bentuk barang, misalnya mesin, barang dagangan, dan lain-lain.

3. Amonn J. Von Komerzinksy, modal sebagai keleluasaan menggunakan yang diharapkan atas barang-barang modal yang belum digunakan.

(21)

5. Prof. Polak, modal adalah sebagai keleluasaan untuk menggunakan barang-barang modal (Bambang Riyanto,1995:18).

Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pengertian modal yang dikemukakan oleh Harry G. Gutmann dan Herbert E. Dougall dalam Buchari Alma (2004:212), di sini pengertian modal dapat ditinjau dalam beberapa penggunaan, yaitu:

1. legal view of capital

Dari segi hukum, modal diartikan sebagai modal saham suatu perusahaan, yang dibentuk dalam suatu perseroan terbatas.

2. accounting view of capital

Di sini modal diartikan sebagai selisih antara total asset dengan total liabilities. Dalam bahasa sehari-hari kita kenal selisih antara harta dengan utang, inilah yang disebut modal sendiri.

3. business view of capital

Seperti dikatakan oleh Gutmann Dougal, “a businessman speaking of capital refers needed to operste a business”. Berdasarkan pendapat tersebut business view of capital memandang modal dengan bertitik tolak dari sisi kiri neraca, dan menganggap modal perusahaan sebagai totalitas dari barang-barang modal yang dimiliki oleh perusahaan.

4. economics view of capital

Menurut Noto Amidjojo dari pandangan ekonomi dikenal tiga unsur:

a. unsur pertama adalah wealth atau kekayaan yang berarti sumber-sumber modal.

b. Unsur kedua adalah kekayaan yang ditarik perusahaan digunakan untuk produksi, karena produksi membutuhkan alat - alat produksi maka

(22)

kekayaan yang ditarik perusahaan diinfestasikan ke dalam barang-barang modal.

c. Unsur ketiga adalah produksi diselenggarakan untuk seterusnya. Hal ini memungkinkan kalau alat-alat produksi dipilih secara benar-benar dan tidak serampangan.

Dari beberapa pengertian modal di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa modal merupakan suatu alat yang membantu uang dalam bentuk barang untuk berjalannya suatu usaha.

Pada dasarnya kebutuhan modal untuk melakukan usaha terdiri dari dua jenis, yaitu:

1. Modal investasi, modal investasi digunakan untuk jangka panjang dan dapat digunakan berulang-ulang. Biasanya umurnya lebih dari satu tahun; dan 2. Modal kerja, modal kerja digunakan untuk jangka pendek dan beberapa kali

pakai dalam satu proses produksi dan waktu modal kerja biasanya tidak lebih dari satu tahun.

Modal kerja yaitu modal yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan pada saat perusahaan sedang beroperasi. Jenis modalnya bersifat jangka pendek, biasanya hanya digunakan untuk sekali atau beberapa kali proses produksi. Modal kerja digunakan untuk keperluan membeli bahan baku, membayar gaji karyawan, dan biaya pemeliharaan serta biaya-biaya lainnya. Modal kerja juga dapat diperoleh dari modal pinjaman bank (biasanya maksimal setahun). Biasanya perbankan dapat membiayai modal investasi dan modal kerja baik secara bersamaan maupun sendiri-sendiri (tergantung kebutuhan dan

(23)

permintaan nasabah). Modal merupakan faktor penting berjalannya suatu usaha, hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Bambang Riyanto, (1997:61), bahwa:

“modal kerja sangat berpengaruh terhadap berjalannya operasi suatu perusahaan sehingga modal kerja harus sentiasa tersedia dan terus menerus diperlukan bagi kelancaran usaha, dengan modal yang cukup akan dapat produksi optimal dan apabila dilakukan penambahan modal maka produksi akan menjadi lebih besar lagi.”

Mengenai pengertian modal kerja, dikemukakan beberapa konsep pengertian modal kerja oleh Bambang Riyanto (1997:57-58) yaitu sebagi berikut:

a. Konsep Kuantitatif, menurut konsep kuantitatif modal kerja adalah keseluruhan jumlah aktiva lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto (gross working capital).

b. Konsep Kualitatif, modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasinya perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar di atas utang lancarnya. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja neto (net working capital) c. Konsep Fungsionil, konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam

menghasilkan pendapatan. 2.5.2 Macam-macam Modal Kerja

Modal ditinjau dari bentuknya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Modal aktif

Modal aktif adalah modal yang tertera disebelah debet dari neraca yang menggambarkan bentuk-bentuk dari seluruh dana yang diperoleh perusahaan ditanamkan. Berdasarkan cara dan lainnya perputaran, modal aktif atau kekayaan suatu perusahaan dapat dibedakan antara lain:

a) Aktiva lancar yaitu aktiva yang habis dalam satu kali berputar dalam proses produksi, proses perputarannya adalah dalam jangka waktu yang pendek (hanya kurang dari satu tahun).

(24)

b) Aktiva tetap yaitu aktiva yang tidak habis dalam proses produksi, karena habisnya secara berangsur-angsur.

Berdasarkan fungsi bekerjanya dalam perusahaan modal dibedakan menjadi: a) Modal kerja. Modal kerja disebut juga modal lancar yaitu keseluruhan dari

jumlah aktiva lancar. Modal lancar bekerja untuk menjunjung proses lebih dalam mencapai tujuannya yakni pendapatan.

b) Modal tetap, yaitu modal yang tahan lama yang tidak secara turut serta dalam proses produksi. Modal tetap merupakan kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan yang fungsinya nampak konkrit juga harus dapat digunakan dalam operasi yang bersifat permanen.

2. Modal pasif

Modal pasif yaitu modal yang tertera di sebelah kredit dari neraca yang menggambarkan sumber-sumber darimana dana diperoleh petunjuk dari lamanya penggunaan modal pasif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Modal jangka panjang yaitu modal yang tertanam dalam perusahaan

untuk jangka waktu lebih dari satu tahun.

b. Modal jangka pendek yaitu modal yang tertanam dalam perusahaan untuk jangka waktu kurang dari satu tahun.

Menurut Bambang Riyanto (1997:61) modal kerja terdiri dari dua, yaitu modal kerja permanent dan modal kerja variabel.

1. Modal kerja Permanen (Permanent Working Capital) yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya atau

(25)

dengan kata lain modal kerja yang secara terus-menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja permanen dibedakan menjadi:

a. Modal Kerja primer (Primary working Capital) yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.

b. Modal Kerja Normal (Normal Working Capital) yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi normal.

2. Modal Kerja variabel (Variabel Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan, dan modal ini dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Modal Kerja Musiman (seasional Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.

b. Modal Kerja Siklis (Cyclical working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur.

c. Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital) yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya ada pemogokan buruh, banjir, perobahan keadaan ekonomi yang mendadak).

2.5.3 Sumber-sumber Modal Kerja

Kebutuhan modal, baik modal investasi maupun modal kerja, dapat dicari dari berbagai sumber dana yang ada, yaitu modal sendiri atau modal pinjaman (modal asing). Modal sendiri adalah modal dari pemilik usaha sedangkan modal asing adalah modal dari luar perusahaan.

(26)

1. Modal Sendiri

Modal sendiri adalah modal yang diperoleh dari pemilik perusahaan dengan cara mengeluarkan saham. Keuntungan menggunakan modal sendiri untuk membiayai suatu usaha adalah tidak adanya beban biaya bunga, tetapi hanya akan membayar dividen. Pembayaran dividen dilakukan apabila perusahaan memperoleh keuntungan dan besarnya dividen tergantung dari keuntungan perusahaan.

2. Modal Asing (pinjaman)

Modal asing atau modal pinjaman adalah modal yang diperoleh dari pihak luar perusahaan dan biasanya diperoleh dari pinjaman. Keuntungan modal pinjaman adalah jumlahnya yang tidak terbatas, artinya tersedia dalam jumlah banyak. Disamping itu, dengan menggunakan modal pinjaman biasanya timbul motivasi dari pihak manajemen untuk mengerjakan usaha dengan sungguh-sungguh.

Sumber dana modal asing diperoleh dari:

a. Pinjaman dari dunia perbankan, baik dari perbankan swasta, pemerintah, maupun perbankan asing

b. Pinjaman dari lembaga keuangan seperti perusahaan pegadaian, modal ventura, asuransi, leasing, dana pensiun, koperasi atau lembaga pembiayaan lainnya

(27)

2.5.4 Manajemen Modal Kerja

Suatu kegiatan usaha akan berjalan lancar apabila ada sejumlah dana yang cukup untuk membiayai operasinya sehari-hari. Adapun yang berhubungan langsung dengan operasi perusahaan sehari-hari disebut dengan modal kerja atau working capital. Modal kerja dipakai untuk membayar upah, pembelian barang dagangan, gaji pegawai, dan sebagainya. Modal kerja sebagai bagian dari fungsi permodalan suatu perusahaan sangat berpengaruh pada keberlangsungan usaha perusahaan tersebut. Kesalahan dalam mengelola modal kerja dapat mengakibatkan kegiatan usaha terlambat atau terhenti. Hal tersebut dijelaskan oleh Faisal Affif dan Utjup Supandi (1994:11) dalam Neti Budiwati dan Lizza Susanti (2007:46) yang menyatakan bahwa:

1. Kelebihan atau surplus harta lancar atas kewajiban yang terlalu besar berarti sebagian modal kerja menganggur (idle) sehingga bukan saja tidak menghasilkan laba tetapi juga perusahaan akan menderita rugi bunga.

2. Modal kerja yang terlalu kecil dibandingkan dengan kewajiban segeranya akan membahayakan kelangsungan operasi perusahaan. Sebab bukan saja perusahaan akan kehilangan kesempatan memperoleh laba tetapi juga likuiditas perusahaan akan terganggu.

2.6 Laba

2.6.1 Pengertian Laba

Samuelson(1999:327) menerangkan bahwa “laba adalah selisih antara total hasil pendapatan dan total biayanya. Jadi kita mulai dengan total penjualan,

(28)

kurangkan semua biaya (upah, gaji, sewa, bahan baku, bahan bakar, bunga pajak dan lain-lainnya) sisanya adalah apa yang kita sebut laba (profit)”. Dominick Salvatore (1992: 150) yaitu “Keuntungan total = Penerimaan total (TR) dikurangi dengan biaya total (TC).” Keuntungan total mencapai maksimum apabila selisih yang positif antara TR dan TC mencapai angka besar. Menurut Abdullah N.S (1987: 46) laba pengusaha adalah “Selisih antara hasil penjualan dikurangi dengan biaya-biaya seperti rente tanah, upah buruh, bunga modal, bahan-bahan yang dipakai ditambah dengan penghapusan atas alat-alat modal tetap.”

Dikutip dari Sambas(2006:20) Beberapa pendapat tentang laba dikemukakan oleh :

1. Standar Akuntansi Keuangan (1991:253) menjelaskan sebagai berikut : “Laba rugi merupakan laporan utama untuk melaporkan kinerja dari suatu perusahaan selama satu periode tertentu. Informasi tentang kinerja suatu perusahaan, terutama proftabilitas sangat dibutuhkan terutama untuk mengambil keputusan tentang sumber ekonomi yang akan dikelola oleh suatu perusahaan dimasa yang akan datang.”

2. Menurut Anthony et al (1993:201) pengertian laba adalah

Salah satu sasaran penting bagi organisasi yang berorentasi laba adalah menghasilkan laba, oleh karena itu laba dapat dipakai sebagai tolak ukur efektivitas. Laba adalah selisih antara pendapatan dan pengeluaran, maka laba juga merupakan efektifitas atau efisiensi.

3. Menurut teori perusahaan (theory of the firm), tujuan utama dari setiap perusahaan adalah memaksimalkan nilai perusahaan (value of the firm),yakni nilai tunai dari prospek laba di masa yang akan datang. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Horngren (1987:315) bahwa :

“A favorite objective of top management is to maximize profitability”. Dengan demikian informasi laba suatu perusahaan sangat penting untuk pengambilan keputusan manajemen dalam meningkatkan usahanya guna meningkatkan profitabilitas.

4. Definisi laba menurut Zaki Baridwan (1997: 30) adalah sebagai berikut: Laba adalah kenaikan modal atau aktiva bersih yang berasal dari transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi badan usaha selama satu periode kecuali yang timbul dari pendapatan atau investasi oleh pemilik

(29)

Menurut Rahardja dan Manurung (2002 : 141) secara teoritis laba adalah kompensasi atas risiko yang ditanggung oleh perusahaan. Makin besar risiko, laba yang diperoleh harus semakin besar. Laba atau keuntungan adalah nilai penerimaan total perusahaan dikurangi biaya total yang dikeluarkan perusahaan. Jika laba dinotasikan Π , pendapatan total sebagai TR dan biaya total adalah TC maka :

Π = TR – TC ………..( 1 )

Perusahaan dikatakan memperoleh laba kalau nilai Π positif ( Π > 0 ) dimana TR > TC. Laba maksimum (maximum profit) tercapai bila nilai Π mencapai maksimum.

2.6.2 Teori Laba

Ada beberapa teori mengenai laba yang dikemukakan oleh Abdullah NS, yaitu:

1. Teori Klasik atau Teori Residu 2. Teori Friksi

3. Teori Dinamis

4. Profit sebagai Premi Resiko

Secara lebih jelas dapat penulis uraikan sebagai berikut: 1. Teori Klasik atau Teori Residu

Menurut Ricardo bahwa laba pengusaha bukan merupakan harga yang diterima oleh pengusaha, seperti pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor yang lain, tetapi merupaka residu dari penghasilan setelah dikurangi biaya-biaya untuk faktor-faktor produksi lainnya.

(30)

2. Teori Friksi

Teori ini dikemukakan oleh Von Bohn Bawerk dan JP Clark, profit (laba pengusaha) terbentuk karena adanya pergeseran (friksi) antara dua pasar yaitu pasar pembelian (faktor-faktor produksi) dan pasar penjualan (barang-barang konsumsi). Profit diperoleh bila pergeseran harga itu positif.

3. Teori Dinamis dari J.A. Schumpeter

Profit terdapat pada kehidupan perekonomian yang dinamis dan diperoleh pengusaha yang dinamis pula. Pengusaha yang dinamis tadi disebut Captain Interprenerur yaitu pengusaha-pengusaha pionir yang berani menempuh jalan baru dan mencoba metode-metode produksi baru maka pada mereka akan diterima keuntungan-keuntungan mendahului pengusaha-pengusaha lainnya. 4. Profit sebagai Premi Resiko dari F. Knight

Disini profit dihubungkan dengan ketidakpastian (uncertainly) yaitu ketidakpastian pada masa yang akan datang, yang merupakan suatu resiko. Penanaman modal, menanggung resiko ketidakpastian karenanya pengusaha harus mempunyai Perfect Foresight untuk keberaniannya menanggung resiko dan pandangannya yang tajam tentang masa depan sudah seharusnya mendapatkan penggantian atas kecakapannya.

Konsep laba juga dapat dibedakan menjadi dua pengertian, yaitu:

1. Laba bisnis adalah sisa dari pendapatan dikurangi biaya eksplisit (akuntansi). Laba tersebut menunjukan posisi jumlah kekayaan modal yang tersedia setelah semua sumber daya yang digunakan dalam proses produksi dibayar.

(31)

2. Laba ekonomis adalah laba sebagai kelebihan penerimaan dari biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha. Namun demikian, bagi ekonom kekayaan modal hanya dipandang sebagai sumber daya yang harus dibayar jika modal tersebut digunakan oleh suatu perusahaan. Oleh karena itu, ekonom menganggap tingkat kembalian normal (normal rate of return) dari kekayaan modal sebagai biaya dalam menjalankan usaha. Tingkat kembalian normal ini merupakan tingkat kembalian modal yang minimum yang diperlukan untuk memperoleh hasil dari penggunaannya dari suatu kegiatan tertentu (opportunity cost). Oleh karena itu, laba bagi seorang ekonom adalah kelebihan dari laba bisnis atas tingkat kembalian normal dari kekayaan modal yang diinvestasikan.

Setelah kita mengetahui penjelasan mengenai laba, maka yang dimaksud dengan laba dalam penelitian ini adalah pendapatan bersih pengusaha yang diperoleh dari selisih antara penerimaan total dengan biaya total.

2.6.3 Faktor yang Mempengaruhi Laba

Tingkat laba yang diperoleh perusahaan satu dengan yang lainnya akan berbeda. Hal ini dilihat dari beberapa faktor yang dijelaskan dalam beberapa teori tentang laba sebagai berikut:

1. Risk-Bearing Theory Of Profit

Menurut teori ini, tingkat laba yang ditetapkan akan dipengaruhi oleh tingkat resiko yang akan dipikul oleh perusahaan. Semakin tinggi resiko yang harus dihadapi perusahaan akan menetapkan tingkat laba yang semakin tinggi.

(32)

2. Fricsional Theory Of Profit

Menurut teori ini tingkat laba dipengaruhi oleh friksi atau gangguan yang muncul dari keseimbangan jangka panjang.

3. Monopoly Theori Of Profit

Beberapa perusahaan yang memiliki kekuatan monopoli dapat membatasi output dan menetapkan harga yang lebih tinggi sepanjang mereka memiliki kekuatan tersebut. Oleh karena itu sepanjang waktu mereka dapat menikmati perolehan laba yang semakin tinggi.

4. Innovation Theory Of Profit

Menurut teori ini laba akan diperoleh sebagai balasan (reward) karena perusahaan berhasil melakukan inovasi. Perolehan laba akan cenderung menurun ketika perusahaan melakukan peniruan terhadap hasil inovasi perusahaan.

5. Managerial Efficiency Theory Of Profit

Menurut teori ini laba merupakan konpensasi atas cara-cara manajerial yang efisien dalam jangka panjang.

2.6.4 Pendekatan Marjinal (Marjinal Aproach) Untuk menghitung laba maksimum

Dalam pendekatan marjinal, perhitungan laba dilakukan dengan membandingkan biaya marjinal (MC) dan pendapatan marjinal (MR). Laba maksimum akan tercapai pada saat MR = MC. Kondisi tersebut bisa dijelaskan secara matematis, grafis dan srtuktur pasar.

(33)

a. Penjelasan secara matematis

Π = TR – TC ………..( 6 )

Laba maksimum tercapai bila turunan pertama fungsi Π ( ∂ Π / ∂ Q ) sama dengan nol dan nilainya sama dengan nilai turunan pertama TR (∂TC / ∂Q atau MC)

∂π = ∂TR ∂TC

∂π = ∂Q ∂Q = MR – MC = 0

MR = MC Π maksimum atau kerugian minimum

Dengan demikian, perusahaan akan memperoleh laba maksimum (atau kerugian minimum) bila ia berproduksi pada tingkat output dimana MR = MC

b. Penjelasan Secara Grafis

Kurva pendapatan total (TR) diperoleh dengan cara mengalikan kurva produksi total (TP) dengan harga jual output per unit (P). Kurva TP berbentuk huruf S, karena kurva TR diperoleh dengan cara mengalikan kurva TP dengan sebuah bilangan sebesar nilai P maka kurva TR juga berbentuk huruf S. kurva TR dikurangi kurva TC menghasilkan kurva laba (Π ) seperti tampak pada gambar 2.1 berikut ini :

(34)

Gambar 2.1

Kurva TR, TC, dan Laba

Rp TR – TC = Π TC b c

a TR

Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 kuantitas

Pada gambar 2.1 dapat dilihat bahwa tingkat output yang memberikan laba adalah interval Q1 – Q5. jika output dibawah jumlah Q1, perusahaan mengalami kerugian karena TR < TC. Begitu juga jika jumlah output melebihi Q5. perusahaan akan mencapai laba maksimum disalah satu titik antara Q1 – Q5. dalam gambar 2.1 terlihat bahwa laba maksimum tercapai jika tingkat produksinya adalah Q3.. Secara grafis hal itu terlihat dari kurva Π yang mencapai nilai maksimum pada saat output sebesar Q3.

Pada pembuktian secara metematis telah diketahui bahwa nilai Π (laba) akan maksimum bila MR = MC. Dalam grafis kondisi itu terbukti dengan membandingkan dua garis singgung b1 dan b2. Garis singgung b1 adalah turunan pertama fungsi TR atau sama dengan MR Garis singgung b2 adalah turunan pertama fungsi TC atau sama dengan MC. Karena melihat garis singgung b1 sejajar garis singgung b2 yang artinya MR = MC.

(35)

c. Penjelasan berdasarkan struktur pasar

Struktur pasar yang dikaji dalam penelitian ini bersifat persaingan monopolistis. Adapun ciri-ciri pasar persaingan monopolistis menurut Sadono Sukirno (2000 : 298), yaitu :

1. Terdapatnya banyak penjual 2. Barangnya bersifat berbeda corak

3. Perusahaan mempunyai sedikit kekuasaan mempengaruhi harga 4. Kemasukan ke dalam industri termasuk mudah

5. Persaingan mempromosi penjualan sangat aktif

Dari ciri-ciri diatas menimbulkan pengaruh yang cukup penting keatas corak permintaan yang dihadapi dalam persaingan monopolistis, sehingga kurva permintaannya adalah lebih elastis dari yang dihadapi monopoli, tetapi elastisitasnya tidak mencapai elastis sempurna artinya kurva permintaan ke atas barang produksi dalam persaingan monopolistis adalah bersifat menurun secara sedikit demi sedikit (lebih mendatar dan bukan turun dengan curam).

Hal ini berarti apabila perusahaan menaikan harga maka jumlah barang yang dijualnya menjadi sangat berkurang dan sebaliknya apabila perusahaan menurunkan harga maka jumlah barang yang dijualnya menjadi sangat bertambah. Dua keadaan monopolistic Competition ditujukan dalam gambar 2.2 yang ditujukan dalam gambar (i) adalah keadaan dimana perusahaan memperoleh keuntungan. Keuntungan yang maksimun akan diperoleh apabila perusahaan memproduksi pada tingkat dimana keadaan MR = MC tercapai. Maka keuntungan maksimun tercapai apabila produksi (Q) dan pada tingkat produksi ini tingkat

(36)

harga (P). Segi empat PABC menunjukan jumlah keuntungan maksimun yang dinikmati perusahaan monopolistis itu. Dalam gambar (ii) yang ditujukan adalah keadaan dimana mengalami kerugian. Kerugian akan diminimunkan apabila keadaan MR = MC tercapai. Hal ini berarti perusahaan harus mencapai tingkat produksi sebanyak Q, pada tingkat produksi ini harga mencapai P. Besarnya kerugian yang diderita digambarkan oleh kotak PABC. Dua keadaan keseimbangan perusahaan monopolistis ditunjukkan pada gambar di bawah ini:

(37)

D Q 0 MR D D B A P C MC AC Harga dan Ongkos Jumlah Barang

(i). Firma memperoleh untung

Jumlah Barang

(ii). Firma memperoleh kerugian Gambar 2.2

Keseimbangan Firma Persaingan Monopolistis dalam Jangka Pendek (Sumber: Sadono Sukirno, 2000:297)

P C 0 Q D A B MC AC MR Harga dan Ongkos

(38)

2.7 Pengaruh Tarif, Risiko, Upah kerja dan Modal Kerja Terhadap Laba 2.7.1 Pengaruh Tarif Terhadap Laba

Tarif angkutan menurut Rustian Kamaludin(2003: 84) tarif angkutan adalah merupakan harga atas jasa-jasa yang dihasilkan yaitu harga(uang) yang harus dibayarkan oleh para pemakai jasa angkutan.Menurut Sriyadi (1989:221) ada dua tujuan utama penetapan harga, yaitu: Meningkatkan penjualan dan meningkatkan mendapatkan laba. Pendapat tersebut didukung oleh Kotler, Menurut pendapat Kotler (2002:109) ada enam tujuan utama perusahaan melalui penetapan harga yaitu salah satunya laba sekarang maksimum (Maximum Current Profit), J.W Stanton (1998:209) mengemukakan “Sasaran penetapan harga diantaranya untuk menghasilkan laba, meningkatkan penjualan bersih, meningkatkan pangsa pasar dan memenangkan persaingan”

Dalam perusahaan ekspedisi tarif menempati posisi khusus. Tidak ada perusahaan yang menawarkan jasa tanpa tarif, karena tarif yang ditetapkan oleh perusahaan akan berpengaruh pada jumlah laba yang akan diterima oleh perusahaan.

2.7.2 Pengaruh Risiko dan Upah Karyawan Terhadap Laba

Dalam kegiatan perusahaan, keuntungan ditentukan dengan cara mengurangkan berbagai biaya yang dikeluarkan dari hasil penjualan yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan meliputi pengeluaran untuk bahan mentah, pembayaran upah, pembayaran bunga, sewa tanah, jika hasilnya positif berarti kegiatan usaha tersebut mendapatkan laba. Seperti yang dikemukakan Paul

(39)

Samuelson (1999:327) menerangkan bahwa “laba adalah selisih antara total hasil pendapatan dan total biayanya. Jadi kita mulai dengan total penjualan, kurangkan semua biaya (upah, gaji, sewa, bahan baku, bahan bakar, bunga pajak dan lain-lainnya) sisanya adalah apa yang kita sebut laba (profit)”. Pendapat ini juga didukung oleh Abdullah N.S (1987:46) mengemukakan bahwa laba pengusaha adalah pendapatan yang diterima oleh pemilik perusahaan. Pendapatan ini bukan sebagai akibat dari pembentukan harga diberbagai pasar. Pendapatan ini merupakan selisih antara hasil penjualan dikurangi dengan biaya-biaya seperti upah buruh, bunga modal dan bahan-bahan yang dipakai ditambah dengan penghapusan atas alat-alat modal tetap.Jadi berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan diatas, bahwa besarnya laba akan dipengaruhi biaya-biaya diantaranya biaya risiko dan biaya upah tenaga kerja.

2.7.3 Pengaruh Modal Kerja Terhadap laba

Faktor modal mempunyai kedudukan yang strategis dalam kegiatan usaha. Kebijakan yang menyangkut modal akan mempengaruhi secara langsung terhadap kemampuan untuk mendapatkan keuntungan atau tingkat laba yang akan diterima pada masa yang akan datang. Seperti yang dijelaskan Douglas Garputt dalam bukunya “Planning of Profit” yang dikutip oleh Suwartojo dan dikutip kembali oleh Evi Susanti (2002) menyatakan bahwa: “Ada hubungan yang dinamis antara laba dan modal, laba yang naik kerapkali harus dibarengi dengan kenaikan modal yang ditanam. Demikian pula sebaliknya suatu pengurangan sedikit saja dari modal yang ditanam akan dapat mengakibatkan turunnya laba secara menyolok”.

(40)

Menurut Bambang Riyanto (1995:61) “ Modal kerja berpengaruh terhadap berjalannya operasi suatu perusahaan sehingga modal harus senantiasa tersedia dan terus menerus diperlukan bagi kelancaran usaha, dengan modal yang cukup akan dapat diproduksi optimal dan apabila dilakukan penambahan modal yang cukup akan dapat diproduksi optimal dan apabila dilakukan penambahan modal maka produski akan meningkat lebih besar lagi:”. Modal merupakan faktor yang dapat diabaikan karena modal merupakan penentu kegiatan dan mempunyai peranan untuk kelancaran usaha. Dengan modal akan menentukan besarnya laba yang diperoleh, selain juga untuk kontribusi usaha.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dipaparkan diatas apa yang dimaksud dengan tradisi yang adalah merupakan perspektif yang berdasarkan pada nilai-nilai yang berakar pada sumber nilai atau

Penelitian analisis hutan mangrove menunjukkan bahwa diperoleh 3 jenis kepiting bakau, pada stasiun 1 persentase yang didapat jenis Scylla serrata jantan 11% dan betina 33%

Berdasarkan hasil penelitian, bahwa, BMT telah menetapkan prosedur pembiayaan yang harus dipenuhi oleh setiap calon nasabah diawali dengan pengajuan permohonan sampai

Salah satu usaha untuk menjaga jalan napas pasien adalah dengan melakukan tindakan intubasi endotrakheal, yakni dengan memasukkan suatu pipa ke dalam saluran

Menetapkan : KEPUTUSAN SEKRETARIS KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI TENTANG PEMBENTUKAN TIM PENILAI PROGRAM INSENTIF RISET SISTEM INOVASI NASIONAL KEMENTERIAN RISET DAN

Proses kreatif dalam berkarya seni patung yang penulis jalani dan jelajahi, berasal dari pemahaman terhadap realitas benda-benda temuan yang ada disekitar lingkungan

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta‟ala atas seluruh Rahmat beserta Hidayah-Nya, sehingga penulis bersama para pembimbing dapat mencurahkan cipta,

pihak pemasar mencampurakan variabel-variabel pemasaran yang dapat digunakan dalam menarik minat konsumen, Jelaslah memiliki hubungan yang signifikan dalam