BAB II BAB II
PENETAPAN PRIORITAS MASALAH DAN PENYEBAB MASALAH PENETAPAN PRIORITAS MASALAH DAN PENYEBAB MASALAH
2.1
2.1 Penetapan Penetapan Prioritas Prioritas MasalahMasalah
Masalah adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan (
Masalah adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan ( expected expected )) dengan apa yang aktual terjadi (
dengan apa yang aktual terjadi ( observed observed ). Idealnya, semua permasalahan yang). Idealnya, semua permasalahan yang timbul harus dicarikan jalan
timbul harus dicarikan jalan keluarnya. Namun, karena keterbatasan sumber daya,keluarnya. Namun, karena keterbatasan sumber daya, dana,
dana, dan dan waktu waktu menyebabkan tidak menyebabkan tidak semua semua permasalahpermasalahan an dapat dapat dipecahkandipecahkan sekaligus. Untuk itu perlu ditentukan masalah yang menjadi prioritas. Setelah sekaligus. Untuk itu perlu ditentukan masalah yang menjadi prioritas. Setelah pada tahap awal merumuskan masalah, maka dilanjutkan dengan menetapkan pada tahap awal merumuskan masalah, maka dilanjutkan dengan menetapkan prioritas masalah yang harus dipecahkan. Prioritas masalah didapatkan dari data prioritas masalah yang harus dipecahkan. Prioritas masalah didapatkan dari data atau fakta yang ada secara kualitatif, kuantitatif, subjektif, objektif serta adanya atau fakta yang ada secara kualitatif, kuantitatif, subjektif, objektif serta adanya pengetahuan yang cukup.
pengetahuan yang cukup.
Dalam penetapan prioritas masalah, digunakan teknik skoring dan Dalam penetapan prioritas masalah, digunakan teknik skoring dan pembobotan. Untuk dapat menetapkan kriteria, pembobotan dan skoring perlu pembobotan. Untuk dapat menetapkan kriteria, pembobotan dan skoring perlu dibentuk sebuah kelompok diskusi. Agar pembahasan dapat dilakukan secara dibentuk sebuah kelompok diskusi. Agar pembahasan dapat dilakukan secara menyeluruh dan mencapai sasaran, maka setiap anggota kelompok diharapkan menyeluruh dan mencapai sasaran, maka setiap anggota kelompok diharapkan mempunyai informasi dan data yang tersedia. Beberapa langkah yang dilakukan mempunyai informasi dan data yang tersedia. Beberapa langkah yang dilakukan dalam penetapan prioritas masalah meliputi:
dalam penetapan prioritas masalah meliputi: 1.
1. Menetapkan kriteriaMenetapkan kriteria 2.
2. Memberikan bobot masalahMemberikan bobot masalah 3.
3. Menentukan skoring tiap masalahMenentukan skoring tiap masalah
2.1.1
2.1.1 Non-Scoring Te Non-Scoring Techniquechnique
Bila tidak tersedia data, maka cara penetapan prioritas masalah yang lazim Bila tidak tersedia data, maka cara penetapan prioritas masalah yang lazim digunakan adalah teknik non skoring.
digunakan adalah teknik non skoring.
Dengan menggunakan teknik ini, masalah dinilai melalui diskusi kelompok, oleh Dengan menggunakan teknik ini, masalah dinilai melalui diskusi kelompok, oleh sebab itu juga disebut “
sebab itu juga disebut “ Nominal Group TechniqueNominal Group Technique” (NGT). NGT terdiri dari dua,” (NGT). NGT terdiri dari dua, yaitu :
yaitu : A.
A. Metode DelbecqMetode Delbecq
Menetapkan prioritas masalah menggunakan teknik ini dilakukan melalui Menetapkan prioritas masalah menggunakan teknik ini dilakukan melalui diskusi dan kesepakatan sekelompok orang, namun yang tidak sama keahliannya. diskusi dan kesepakatan sekelompok orang, namun yang tidak sama keahliannya.
Sehingga untuk menentukan prioritas masalah, diperlukan penjelasan terlebih Sehingga untuk menentukan prioritas masalah, diperlukan penjelasan terlebih dahulu untuk memberikan pengertian dan pemahaman peserta diskusi, tanpa dahulu untuk memberikan pengertian dan pemahaman peserta diskusi, tanpa mempengaruhi peserta diskusi. Hasil diskusi ini adalah prioritas masalah yang mempengaruhi peserta diskusi. Hasil diskusi ini adalah prioritas masalah yang disepakati bersama.
disepakati bersama. B.
B. Metode DelphiMetode Delphi
Yaitu masalah masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang Yaitu masalah masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang mempunyai keahlian yang sama melalui pertemuan khusus. Para peserta diskusi mempunyai keahlian yang sama melalui pertemuan khusus. Para peserta diskusi diminta untuk mengemukakan pendapat mengenai beberapa masalah pokok. diminta untuk mengemukakan pendapat mengenai beberapa masalah pokok. Masalah yang terbanyak dikemukakan pada pertemuan tersebut, menjadi prioritas Masalah yang terbanyak dikemukakan pada pertemuan tersebut, menjadi prioritas masalah.
masalah.
2.1.2
2.1.2 Scoring TechniqueScoring Technique
Berbagai teknik penentuan prioritas masalah dengan menggunakan teknik Berbagai teknik penentuan prioritas masalah dengan menggunakan teknik skoring antara lain:
skoring antara lain: A.
A. Metode Metode BryantBryant
Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu: Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu: 1.
1. PrevalencePrevalence : Besarnya masalah yang dihadapi.: Besarnya masalah yang dihadapi. 2.
2. SeriousnessSeriousness : Pengaruh buruk yang diakibatkan oleh suatu masalah: Pengaruh buruk yang diakibatkan oleh suatu masalah dalam masyarakat dan dilihat dari besarnya angka dalam masyarakat dan dilihat dari besarnya angka kesakitan dan angka kematian akibat masalah kesakitan dan angka kematian akibat masalah kesehatan tersebut.
kesehatan tersebut. 3.
3. Manageab Manageabilityility : Kemampuan untuk mengelola dan berkaitan dengan: Kemampuan untuk mengelola dan berkaitan dengan sumber daya.
sumber daya. 4.
4. Community concernCommunity concern: : Sikap Sikap dan dan perasaan mperasaan masyarakat terhadap asyarakat terhadap masalahmasalah kesehatan tersebut.
kesehatan tersebut.
Parameter diletakkan pada baris, dan masalah-masalah yang ingin dicari Parameter diletakkan pada baris, dan masalah-masalah yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada kolom. Kisaran skor yang diberikan adalah satu prioritasnya diletakkan pada kolom. Kisaran skor yang diberikan adalah satu sampai lima yang ditulis dari arah kiri ke kanan sesuai baris untuk tiap masalah. sampai lima yang ditulis dari arah kiri ke kanan sesuai baris untuk tiap masalah. Kemudian dengan penjumlahan dari arah atas ke bawah sesuai kolom untuk Kemudian dengan penjumlahan dari arah atas ke bawah sesuai kolom untuk masing-masing masalah dihitung nilai skor akhirnya. Masalah dengan nilai masing-masing masalah dihitung nilai skor akhirnya. Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas masalah. Tetapi metode ini juga tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas masalah. Tetapi metode ini juga
memiliki kelemahan yaitu hasil yang didapat dari setiap masalah terlalu berdekatan sehingga sulit untuk menentukan prioritas masalah yang akan diambil.
B. Metode MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment)
Pada metode ini parameter diletakkan pada baris dan harus ada kesepakatan mengenai bobot kriteria yang akan digunakan, dan masalah-masalah yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada kolom. Metode ini memakai lima kriteria untuk penilaian masalah tetapi masing-masing kriteria diberikan bobot penilaian dan dikalikan dengan penilaian masalah yang ada sehingga hasil yang didapat lebih objektif. Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas masalah. Kriteria yang dipakai terdiri dari:
1. Emergency : Kegawatan menimbulkan kesakitan atau kematian 2. Greatest member : Menimpa orang banyak, insiden/prevalensi
3. Expanding scope : Mempunyai ruang lingkup besar di luar kesehatan 4. Feasibility : Kemungkinan dapat/tidaknya dilakukan
5. Policy : Kebijakan pemerintah daerah/nasional
C. Metode Matematik PAHO
Dalam metode ini parameter diletakkan pada kolom dan masalah-masalah yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada baris, dan digunakan kriteria untuk penilaian masalah yang akan dijadikan sebagai prioritas masalah. Kriteria yang dipakai ialah:
1. Magnitude : Berapa banyak penduduk yang terkena masalah atau penyakit yang ditunjukkan dengan angka prevalensi.
2. Severity : Besarnya kerugian yang timbul yang ditunjukkan dengan casefatality rate masing- masing penyakit.
3. Vulnerability : Sejauh mana ketersediaan teknologi atau obat yang efektifuntuk mengatasi masalah tersebut.
4. Community and political concern : Menunjukkan sejauh mana masalah tersebut menjadi concern atau kegusaran masyarakat dan para politisi.
Parameter diletakan pada kolom, dan masalah-masalah yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada baris. Pengisian dilakukan dari atas ke bawah. Hasilnya didapat dari perkalian parameter tersebut. Masalah yang mempunyai skor tertinggi, dijadikan sebagai prioritas masalah.
Program KIA merupakan program kesehatan dasar yang berhubungan dengan permasalahan lintas sektoral. Diputuskan untuk menggunakan metode MCUA dalam penetapan prioritas masalah untuk program ini karena metode ini memiliki parameter expanding scope, dimana parameter ini menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap sektor lain diluar sektor kesehatan.
Dari masalah yang didapat diberikan penilaian pada masing-masing masalah dengan membandingkan masalah satu dengan lainnya, kemudian tiap masalah tersebut diberikan nilai.
Pada metode MCUA, yang menjadi kriteria penilaian untuk menentukan prioritas masalah pada Puskesmas yang ada di Kecamatan Senen yaitu :
1. Emergency
Emergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan sehingga menimbulkan kematian atau kesakitan. Parameter yang digunakan dalam kriteria ini adalah CFR (Case Fatality Rate), jika masalah yang dinilai berupa penyakit. Adapun jika yang dinilai adalah masalah kesehatan lain, maka digunakan parameter kuantitatif berupa angka kematian maupun angka kesakitan yang dapat ditimbulkan oleh permasalahan tersebut. Misalnya masalah K1, maka yang digunakan sebagai parameter adalah angka kematian ibu, dan lain sebagainya.
2. Greatest member
Kriteria ini digunakan untuk menilai seberapa banyak penduduk yang terkena masalah kesehatan tersebut. Untuk masalah kesehatan yang berupa penyakit, maka parameter yang digunakan adalah prevalence rate. Sedangkan untuk masalah lain, maka greatest member ditentukan dengan cara melihat selisih antara pencapaian suatu kegiatan pada sebuah program kesehatan dengan target yang telah ditetapkan.
3. Expanding Scope
Menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap sektor lain diluar sektor kesehatan. Parameter penilaian yang digunakan adalah seberapa luas wilayah yang menjadi masalah, berapa banyak jumlah penduduk di wilayah tersebut, serta berapa banyak sektor di luar sektor kesehatan yang berkepentingan dengan masalah tersebut.
4. Feasibility
Kriteria lain yang harus dinilai dari suatu masalah adalah seberapa mungkin masalah tersebut diselesaikan. Parameter yang digunakan adalah ketersediaan sumber daya manusia berbanding dengan jumlah kegiatan, fasilitas terkait dengan kegiatan bersangkutan yang menjadi masalah, serta ada tidaknya anggaran untuk kegiatan tersebut.
5. Policy
Berhubungan dengan orientasi masalah yang ingin diselesaikan adalah masalah kesehatan masyarakat, maka sangat penting untuk menilai apakah masyarakat memiliki kepedulian terhadap masalah tersebut serta apakah kebijakan pemerintah mendukung terselesaikannya masalah tersebut. Hal tersebut dapat dinilai dengan apakah ada seruan atau kebijakan pemerintah yang concern terhadap permasalahan tersebut, apakah ada lembaga atau organisasi masyarakat yang concern terhadap permasalahan tersebut, serta apakah masalah tersebut terpublikasi di berbagai media.
Metode ini memakai lima kriteria yang tersebut diatas untuk penilaian masalah dan masing-masing kriteria harus diberikan bobot penilaian untuk dikalikan dengan penilaian masalah yang ada sehingga hasil yang didapat lebih obyektif. Pada metode ini harus ada kesepakatan mengenai kriteria dan bobot yang akan digunakan.
Dalam menetapkan bobot, dapat dibandingkan antara kriteria yang satu dengan yang lainnya untuk mengetahui kriteria mana yang mempunyai bobot yang lebih tinggi. Setelah dikaji dan dibahas, didapatkan kriteria mana yang mempunyai nilai bobot yang lebih tinggi. Nilai bobot berkisar satu sampai lima, dimana nilai yang tertinggi adalah kriteria yang mempunyai bobot lima.
Bobot 5 : paling penting
Bobot 4 : sangat penting sekali Bobot 3 : sangat penting
Bobot 2 : penting
Bobot 1 : cukup penting
Untuk menentukan Score emergency ditetapkan berdasarkan indikator AKI ( Angka Kematian Ibu ) dan AKB ( Angka Kematian Bayi ). Berdasarkan jenis kegiatan yang menggunakan indikator AKI antara lain cakupan K1, K4, DO K1-K4, penanganan komplikasi Bumil, persalinan oleh tenaga kesehatan, kunjungan nifas, sedangkan jenis kegiatan yang menggunakan indikator AKB adalah cakupan pelayanan neonatus pertama (KN1) dan kunjungan bayi. Skoring ini didapatkan dengan mencari nilai proxy sebagai nilai analog atau sebagai nilai yang didapat secara menghubungkan proxy dengan cakupan kegiatan KIA.
Pada tahap awal menentukan score emergency, dilakukan penyetaraan nilai proxy AKI dan AKB ke dalam satuan persen. Dari sumber yang didapat nilai AKI didapatkan 228/100.000, nilai AKN 19/1000, sedangkan nilai AKB 34/1.000. Setelah dilakukan penyetaraan nilai, didapatkan nilai AKI 228/100.000 AKN 1900/100.000 dan nilai AKB 3400/100.000.
Tabel 2.1 Penentuan Nilai Score Emergency Berdasarkan Proxy
SCORE Nilai 10 138 11 720 12 1072 13 1722 14 1852 15 2892 16 4592
Contoh perhitungan :
% cakupan -% target = 51.3% - 50% = 1.3%
Selisih cakupan dan target – AKI = ( 1.3 x 1000 ) - 228 = 1072 (100 1000 ) 100.000 100.000 Untuk angka yang di jadikan nilai, yang di masukkan ke dalam tabel hanya
pembilangnya saja seperti contoh di atas, yang di masukkan ke dalam tabel hanya pembilang dari hasil akhir perhitungan yaitu 1072.
Tabel 2.2 Penentuan Score Emergency Berdasarkan Jenis Kegiatan
No Jenis Kegiatan Proxy Nilai Score
( % ) 1 Cakupan K1 pada Ibu Hamil di wilayah
Puskesmas sekecamatan Senen AKI 1072 12
2 Cakupan K4 pada Ibu Hamil di wilayah
Puskesmas sekecamatan Senen AKI 138 10
3 Cakupan DO K1-K4 pada Ibu Hamil di wilayah
Puskesmas Kecamatan Senen AKI 2892 15
4 Cakupan Penanganan Komplikasi Bumil di
wilayah Puskesmas sekecamatan Senen AKI 4592 16 5 Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di
wilayah Puskesmas sekecamatan Senen AKI 1722 13 6 Cakupan Kunjungan Nifas di wilayah Puskesmas
sekecamatan Senen AKI 1852 14
7 Cakupan Pelayanan Neonatal pertama (KN1) di
Tabel 2.3 Penentuan NilaiScore Greetes Member Berdasarkan Selisih Target dan Cakupan
Score Selisih 1 0.09 2 1.3 3 1.95 4 2.08 5 2.62 6 3.12 7 4.82
Tabel 2.4 Penentuan Score Greetes Member Berdasarkan Target dan Cakupan Indikator
No Jenis Kegiatan Cakupan Target 6 Bulan (%) Selisih Score (%)
1 Cakupan K1 pada Ibu Hamil di wilayah
Puskesmas Sekecamatan Senen 51.3 50 1.3 2
2 Cakupan K4 pada Ibu Hamil di wilayah
Puskesmas Sekecamatan Senen 47.59 47.5 0.09 1
3 Cakupan DO K1-K4 pada Ibu Hamil di
wilayah Puskesmas Kecamatan Senen 6.88 10 3.12 6
4
Cakupan Penanganan Komplikasi Bumil di wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen
44.82 40 4.82 7
5
Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen
46.95 45 1.95 3
6 Cakupan Kunjungan Nifas di wilayah
Puskesmas Sekecamatan Senen 47.08 45 2.08 4
7 Cakupan Pelayanan Neonatal pertama
Tabel 2.5 Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Jumlah Penduduk
Nilai Jumlah Bumil
5 Jumlah < 200
10 Jumlah 200 – 400
15 Jumlah >400
Keterangan : jumlah bumil didapatkan dari sasaran ibu hamil di wilayah puskesmas sekecamatan Senen periode Januari-Juni 2012
Nilai Jumlah Bumil Risti
5 Jumlah < 40
10 Jumlah 40 – 80
15 Jumlah >80
Keterangan : jumlah bumil risti didapatkan dari sasaran ibu hamil risti di wilayah puskesmas sekecamatan Senen periode Januari-Juni 2012
Nilai Jumlah Bulin
5 Jumlah < 200
10 Jumlah 200 – 400
15 Jumlah >400
Keterangan : jumlah bumil didapatkan dari sasaran ibu bersalin di wilayah puskesmas sekecamatan Senen periode Januari-Juni 2012.
Nilai Jumlah Bufas
5 Jumlah <200
10 Jumlah 200 – 400
15 Jumlah >400
Keterangan : jumlah bumil didapatkan dari sasaran ibu nifas di wilayah puskesmas sekecamatan Senen periode Januari-Juni 2012.
Keterangan : jumlah bumil didapatkan dari sasaran bayi lahir hidup di wilayah puskesmas sekecamatan Senen periode Januari-Juni 2012.
Keterangan: jumlah bayi didapatkan dari sasaran jumlah bayi di wilayah puskesmas sekecamatan Senen periode Januari-Juni 2012.
Tabel 2.6 Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Asas Keterpaduan Lintas Sektoral
Nilai Lintas Sektoral
5 Tidak ada keterpaduan lintas sektoral
10 Ada keterpaduan lintas sektoral
Tabel 2.7 Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Luas Wilayah
Nilai Luas Wilayah
5 < 0,5 Km
10 > 0,5 Km
Nilai Jumlah Bayi Lahir Hidup
5 Jumlah < 200
10 Jumlah 200 – 400
15 Jumlah > 400
Nilai Jumlah Bayi
5 Jumlah < 150
10 Jumlah 150-300
Tabel 2.8 Scoring Expanding Scope Berdasarkan Jumlah Penduduk, Asas Keterpaduan dan Luas Wilayah di Wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen Periode Januari – Juni 2012
2 Cakupan K4 pada Ibu Hamil di wilayah Puskesmas
Sekecamatan Senen 15 5 10 30
3 Cakupan DO K1-K4 pada Ibu Hamil di wilayah
Puskesmas Kecamatan Senen 5 5 10 20
NO DAFTAR MASALAH JUMLAH BUMIL RISTI LINTAS SEKTORAL LUAS WILAYAH SCORE <40 40-80 >80 <0,5 km2 >0,5 km 2 4
Cakupan Penanganan Komplikasi Bumil di wilayah
Puskesmas Sekecamatan Senen 15 5 10 30
NO DAFTAR MASALAH JUMLAH BUMIL LINTAS SEKTORAL LUAS WILAYAH SCORE <200 200-400 >400 <0,5 km² >0,5 km²
1 Cakupan K1 pada Ibu Hamil di wilayah Puskesmas
Sekecamatan Senen 15 10 10 35
NO. DAFTAR MASALAH
JUMLAH BULIN LINTAS SEKTORAL LUAS WILAYAH SCORE <200 200-400 ≥400 <0,5km 2 >0,5km2
5 Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di
wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen 15 10 10 35
NO. DAFTAR MASALAH
JUMLAH BUFAS LINTAS SEKTORAL LUAS WILAYAH SCORE <200 200-400 >400 <0,5km 2 >0,5km2
6 Cakupan Kunjungan Nifas di wilayah Puskesmas
Sekecamatan Senen 15 5 10 30
NO. DAFTAR MASALAH
JUMLAH BAYI
LAHIR HIDUP LINTAS
SEKTORAL LUAS WILAYAH SCORE <200 200-400 >400 <0,5km 2 >0,5km2
7 Cakupan Pelayanan Neonatal pertama (KN1) di
NO. DAFTAR MASALAH JUMLAH BULIN LINTAS SEKTORAL LUAS WILAYAH SCORE <200 200-400 ≥400 <0,5km 2 >0,5km2
5 Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di
wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen 15 10 10 35
NO. DAFTAR MASALAH
JUMLAH BUFAS LINTAS SEKTORAL LUAS WILAYAH SCORE <200 200-400 >400 <0,5km 2 >0,5km2
6 Cakupan Kunjungan Nifas di wilayah Puskesmas
Sekecamatan Senen 15 5 10 30
NO. DAFTAR MASALAH
JUMLAH BAYI
LAHIR HIDUP LINTAS
SEKTORAL LUAS WILAYAH SCORE <200 200-400 >400 <0,5km 2 >0,5km2
7 Cakupan Pelayanan Neonatal pertama (KN1) di
wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen 15 5 10 30
Tabel 2.9 Scoring Feasibility Rasio Tenaga Kesehatan dengan Jumlah Penduduk di wilayah Sekecamatan Senen tahun 2012
Puskesmas Jumlah
Tenaga kerja
Jumlah
Penduduk Perbandingan Score
Kec. Senen 51 3.928 1 : 77 7 Sekecamatan Senen 83 71.130 1 : 857 6 Kel. Kenari 6 8.138 1 : 1.356 5 Kel. Kwitang 7 11.176 1 : 1.596 4 Kel. Paseban 8 15.611 1 : 1.951 3 Kel. Bungur 5 13.029 1 : 2.605 2 Kel. Kramat 6 19.248 1 : 3.208 1
Tabel 2.9 Scoring Feasibility Rasio Tenaga Kesehatan dengan Jumlah Penduduk di wilayah Sekecamatan Senen tahun 2012
Tabel 2.10 Penentuan ScoringFeasibility Berdasarkan Ketersediaan Fasilitas dan Dana Terhadap Kegiatan di Wilayah Puskesmas
Sekecamatan Senen Periode Januari - Juni 2012
Kategori Ketersediaan Score
Obat Ada dan cukup 2
Ada tetapi kurang 1
Alat Ada dan cukup 2
Ada tetapi kurang 1
Dana Berlebih 3 Cukup 2 Kurang 1 Puskesmas Jumlah Tenaga kerja Jumlah
Penduduk Perbandingan Score
Kec. Senen 51 3.928 1 : 77 7 Sekecamatan Senen 83 71.130 1 : 857 6 Kel. Kenari 6 8.138 1 : 1.356 5 Kel. Kwitang 7 11.176 1 : 1.596 4 Kel. Paseban 8 15.611 1 : 1.951 3 Kel. Bungur 5 13.029 1 : 2.605 2 Kel. Kramat 6 19.248 1 : 3.208 1
Tabel 2.11Scoring Feasibility Berdasarkan Rasio Tenaga Kesehatan dengan Jumlah Penduduk, Ketersediaan Fasilitas dan Ketersediaan Dana Terhadap Kegiatan di Wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen Periode Januari – Juni 2012
NO. DAFTAR MASALAH SDM FASILITAS DANA SCORE
OBAT ALAT
1 Cakupan K1 pada Ibu Hamil di wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen 6 2 2 2 12
2 Cakupan K4 pada Ibu Hamil di wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen 6 2 2 2 12
3 Cakupan DO K1-K4 pada Ibu Hamil di wilayah Puskesmas Kecamatan
Senen 7 2 2 2 13
4 Cakupan Penanganan Komplikasi Bumil di wilayah Puskesmas
Sekecamatan Senen 6 2 1 1 10
5 Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di wilayah Puskesmas
Sekecamatan Senen 6 1 1 1 9
6 Cakupan Kunjungan Nifas di wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen 6 2 1 2 11
7 Cakupan Pelayanan Neonatal pertama (KN1) di wilayah Puskesmas
Sekecamatan Senen 6 2 1 2 11
Tabel 2.12 Penentuan Nilai Policy Terhadap Kegiatan di Wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen Periode Januari -Juni 2012
Tabel 2.13Scoring Policy Terhadap Kegiatan di Wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen Periode Januari - Juni 2012
No. Daftar Masalah
Penyuluhan dan Media Cetak Penyuluhan atau Media Cetak Tidak ada Penyuluhan maupun Media Cetak Score
1 Cakupan K1 pada Ibu Hamil di wilayah Puskesmas
Sekecamatan Senen 0 10 0 10
2 Cakupan K4 pada Ibu Hamil di wilayah Puskesmas
Sekecamatan Senen 0 10 0 10
Parameter Score
Penyuluhan dan Media Cetak 15
Salah Satu dari Penyuluhan atau Media Cetak 10
Tabel 2.12 Penentuan Nilai Policy Terhadap Kegiatan di Wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen Periode Januari -Juni 2012
Tabel 2.13Scoring Policy Terhadap Kegiatan di Wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen Periode Januari - Juni 2012
No. Daftar Masalah
Penyuluhan dan Media Cetak Penyuluhan atau Media Cetak Tidak ada Penyuluhan maupun Media Cetak Score
1 Cakupan K1 pada Ibu Hamil di wilayah Puskesmas
Sekecamatan Senen 0 10 0 10
2 Cakupan K4 pada Ibu Hamil di wilayah Puskesmas
Sekecamatan Senen 0 10 0 10
Parameter Score
Penyuluhan dan Media Cetak 15
Salah Satu dari Penyuluhan atau Media Cetak 10
Tidak Ada Satupun 5
3 Cakupan DO K1-K4 pada Ibu Hamil di wilayah Puskesmas
Kecamatan Senen 0 0 5 5
4 Cakupan Penanganan Komplikasi Bumil di wilayah
Puskesmas Sekecamatan Senen 0 10 0 10
5 Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di wilayah
Puskesmas Sekecamatan Senen 0 10 0 10
6 Cakupan Kunjungan Nifas di wilayah Puskesmas
Sekecamatan Senen 15 0 0 15
7 Cakupan Pelayanan Neonatal pertama (KN1) di wilayah
3 Cakupan DO K1-K4 pada Ibu Hamil di wilayah Puskesmas
Kecamatan Senen 0 0 5 5
4 Cakupan Penanganan Komplikasi Bumil di wilayah
Puskesmas Sekecamatan Senen 0 10 0 10
5 Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di wilayah
Puskesmas Sekecamatan Senen 0 10 0 10
6 Cakupan Kunjungan Nifas di wilayah Puskesmas
Sekecamatan Senen 15 0 0 15
7 Cakupan Pelayanan Neonatal pertama (KN1) di wilayah
Puskesmas Sekecamatan Senen 15 0 0 15
Tabel 2.14 Penentuan Masalah 1- 4 Program KIA menurut Metode MCUA di Puskesmas Sekecamatan Senen Periode Januari – Juni 2012
No Parameter Bobot MS 1 MS 2 MS 3 MS 4 N BN N BN N BN N BN 1 Emergency 5 12 60 10 50 15 75 16 80 2 Greetes Member 4 2 8 1 4 6 24 7 28 3 Expanding Score 3 35 105 35 105 20 60 30 90 4 Feasibility 2 12 24 12 24 13 26 10 20 5 Policy 1 10 10 10 10 5 5 10 10 Jumlah 207 193 190 228 Keterangan :
Tabel 2.14 Penentuan Masalah 1- 4 Program KIA menurut Metode MCUA di Puskesmas Sekecamatan Senen Periode Januari – Juni 2012
No Parameter Bobot MS 1 MS 2 MS 3 MS 4 N BN N BN N BN N BN 1 Emergency 5 12 60 10 50 15 75 16 80 2 Greetes Member 4 2 8 1 4 6 24 7 28 3 Expanding Score 3 35 105 35 105 20 60 30 90 4 Feasibility 2 12 24 12 24 13 26 10 20 5 Policy 1 10 10 10 10 5 5 10 10 Jumlah 207 193 190 228 Keterangan :
MS-1 : Cakupan K1 pada Ibu Hamil di wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen periode Januari – Juni 2012
MS-2 : Cakupan K4 pada Ibu Hamil di wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen periode Januari – Juni 2012
MS-3 : Cakupan DO K1-K4 pada Ibu Hamil di wilayah Puskesmas Kecamatan Senen Periode Januari – Juni 2012
MS-4 : Cakupan Penanganan Komplikasi Bumil di wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen Periode Januari – Juni 2012
Tabel 2.15 Penentuan Masalah 5- 8 Program KIA Menurut Metode MCUA di Puskesmas Sekecamatan Senen Periode Januari – Juni 2012
No Parameter Bobot MS 5 MS 6 MS 7 N BN N BN N BN 1 Emergency 5 13 65 14 70 11 55 2 Greetes Member 4 3 12 4 16 5 20 3 Expanding Score 3 35 105 30 90 30 90 4 Feasibility 2 9 18 11 22 11 22 5 Policy 1 10 10 15 15 15 15 Jumlah Keterangan :
MS-5 : Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen periode Januari – Juni 2012
MS-6 : Cakupan Kunjungan Nifas di wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen periode Januari – Juni 2012
MS-7 : Cakupan Pelayanan Neonatal pertama (KN1) di wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen periode Januari – Juni 2012
MS-8 : Cakupan Kunjungan Bayi di wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen periode Januari – Juni 2012
Berdasarkan perhitungan tabel MCUA dari 8 masalah di atas, didapatkan dua prioritas masalah hasil diskusi, argumentasi dan justifikasi karena adanya keterbatasan sumber daya, tenaga, waktu, dan dana, yaitu :
1. Cakupan kunjungan bayi di wilayah puskesmas sekecamatan Senen periode Januari – Mei 2012 di bawah target sebesar 15.28 % dari target 37.5 % dengan final Score 232
2. Cakupan penanganan komplikasi bumil di wilayah puskesmas sekecamatan Senen periode Januari – Mei 2012 di atas target sebesar 37.8% dari target 33.3% dengan final Score 214
2.2 MENENTUKAN KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH
Setelah dilakukan penetapan prioritas masalah, selanjutnya ditentukan kemungkinan penyebab masalahnya dengan menggunakan diagram sebab akibat atau diagram tulang ikan ( fishbone diagram/Ishikawa) berdasarkan data puskesmas yang tersedia. Penyebab masalah dapat timbul dari bagian input, proses maupun lingkungan.
Input yaitu sumber daya yang diperlukan oleh suatu sistem, diantaranya: Man (sumber daya manusia), Money (dana), Material (sarana), Methode (cara).
Proses adalah semua kegiatan sistem untuk mengubah input menjadi output . Pada proses, menurut George R. Terry, terdiri dari:
Planning (perencanaan):
Sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi, sampai dengan menetapkan alternatif kegiatan untuk mencapainya.
Organizing (pengorganisasian):
Rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi.
Actuating (penggerak pelaksanaan):
Proses bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja secara optimal menjalankan tugas-tugas pokoknya sesuai dengan keterampilan yang telah dimiliki dan dukungan sumber daya yang tersedia.
Controlling (monitoring):
Proses untuk mengamati secara terus-menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi jika terjadi penyimpangan.
Lingkungan merupakan tempat dimana sistem berada, terdiri dari internal (lingkungan fisik dan kerja) dan eksternal (lingkungan fisik, kondisi masyarakat, peraturan/undang-undang).
Berikut ini adalah prioritas masalah yang akan dibuat dengan menggunakan fishbone diagram/Ishikawa :
1. Cakupan kunjungan bayi di wilayah puskesmas sekecamatan Senen periode Januari – Mei 2012 di bawah target sebesar 15.28 % dari target 37.5 % dengan final Score 232
2. Cakupan penanganan komplikasi bumil di wilayah puskesmas sekecamatan Senen periode Januari – Mei 2012 di atas target sebesar 37.8% dari target 33.3% dengan final Score 214
2.3 MENENTUKAN PENYEBAB MASALAH YANG PALING DOMINAN
Pada tahap ini adalah menentukan penyebab masalah yang dominan. Dari enam prioritas masalah yang mungkin dengan menggunakan metode Ishikawa atau lebih dikenal dengan Fishbone (Diagram tulang ikan), yang telah dikonfirmasi dengan data menjadi akar penyebab masalah (yang terdapat pada kotak). Dari akar masalah tersebut, dapat dicari akar penyebab masalah yang paling dominan. Penyebab masalah yang dominan adalah penyebab masalah yang apabila diselesaikan maka secara otomatis sebagian besar masalah-masalah yang lainnya dapat dipecahkan. Penentuan akar penyebab masalah yang paling dominan dengan cara diskusi, argumentasi, justifikasi dan pemahaman program yang cukup. Di bawah ini adalah penyebab masalah yang dominan dalam program di wilayah kerja puskesmas sekecamatan Senen.
2.3.1. Kemungkinan penyebab masalah dengan menggunakan fishbone (diagram tulang ikan) pada cakupan kunjungan bayi di wilayah puskesmas sekecamatan Senen periode Januari – Mei 2012 di bawah target sebesar 15.28 % dari target 37.5 % dengan final Score 232
Akar penyebab masalah pada input :
1. Kurangnya penyuluhan pada ibu yang memiliki balita (man) 2. Ibu tidak memiliki uang yang cukup untuk ke puskesmas (money) 3. Tidak tersedianya peralatan yang memadai (material)
4. Adanya posyandu di lingkungan tersebut (methode)
Akar penyebab masalah yang ditemukan pada proses adalah: 1. Perencanaan program yang kurang baik (planning)
2. Kurang terkoordinasinya pelaksanaan program (organizing) 3. Kurangnya petugas untuk memantau penyuluhan (actuating)
4. Kurangnya pengawasan karena petugas menangani lebih dari satu program di puskesmas (controlling)
5. Banyaknya bidan yang praktek di lingkungan tersebut (environment)
Dari sembilan akar penyebab masalah di atas maka ditetapkan lima akar penyebab masalah yang paling dominan, berdasarkan data, informasi, observasi langsung juga pemahaman yang cukup. Kelima akar penyebab masalah yang paling dominan tersebut adalah:
1. Kurangnya penyuluhan pada ibu yang memiliki balita (man) 2. Tidak tersedianya peralatan yang memadai (material)
3. Perencanaan program yang kurang baik ( planning)
4. Kurangnya petugas untuk memantau penyuluhan ( actuating)
1.3.2. Kemungkinan penyebab masalah dengan menggunakan fishbone (diagram tulang ikan) cakupan penanganan komplikasi bumil di wilayah puskesmas sekecamatan Senen periode Januari – Mei 2012 di atas target sebesar 37.8 %
Akar penyebab masalah pada input :
1. Banyaknya kunjungan ibu hamil dari luar wilayah kecamatan Senen (man)
2. Murahnya biaya untuk melakukan kunjungan di puskesmas daripada di rumah sakit (money)
3. Peralatan yang tersedia cukup memadai (material) 4. Adanya program jampersal dari pemerintah (methode)
Akar penyebab masalah yang ditemukan pada proses adalah:
1. Program deteksi dini terhadap ibu hamil dengan risiko tinggi yang berlebihan (planning) 2. Koordinasi yang baik oleh kepala puskesmas (organizing)
3. Banyaknya penyuluhan mengenai risiko yang dapat terjadi selama kehamilan oleh petugas kesehatan (actuating)
4. Evaluasi program yang baik (controlling)
5. Kecemasan keluarga dan masyarakat sekitar yang berlebihan (environment)
Dari sembilan akar penyebab masalah di atas maka ditetapkan lima akar penyebab masalah yang paling dominan, berdasarkan data, informasi, observasi langsung juga pemahaman yang cukup. Kelima akar penyebab masalah yang paling dominan tersebut adalah:
1. Banyaknya kunjungan ibu hamil dari luar wilayah kecamatan Senen (man) 2. Program deteksi dini terhadap ibu hamil dengan risiko tinggi yang berlebihan
(planning)
3. Banyaknya penyuluhan mengenai risiko yang bisa terjadi selama kehamilan oleh petugas kesehatan (actuating)