• Tidak ada hasil yang ditemukan

LP Multiple Sclerosis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LP Multiple Sclerosis"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN Leb

Lebih ih dardari i 100 tahun 100 tahun yanyang g lallalu u sejsejak ak ChaCharcorcot, t, CarCarsweswell, ll, dan dan CruCruveiveilhilhier,er,  berhasil

 berhasil menjelaskan menjelaskan tentang tentang gambaran gambaran klinis, klinis, patologis, patologis, dan dan karakteristik karakteristik multiplemultiple sklerosis. Penyakit sistem saraf pusat yang bersifat progresif dan sering menyebabkan sklerosis. Penyakit sistem saraf pusat yang bersifat progresif dan sering menyebabkan relaps ini terus menimbulkan tantangan bagi para peneliti untuk mencoba memahami relaps ini terus menimbulkan tantangan bagi para peneliti untuk mencoba memahami  patogenesis

 patogenesis dan dan tatalaksananya tatalaksananya sehingga sehingga mencegah mencegah penyakit penyakit tersebut tersebut terusterus  berkembang.

 berkembang. ulti

ultiple sklerosis !"# ple sklerosis !"# adalah penyaadalah penyakit radang myelin sistem kit radang myelin sistem saraf pusatsaraf pusat yang disebabkan karena proses autoimun dan faktor genetik lainnya. "ekitar $00.000 yang disebabkan karena proses autoimun dan faktor genetik lainnya. "ekitar $00.000 orang di %merika "erikat dan &,' juta orang di seluruh dunia, dengan prevalensi orang di %merika "erikat dan &,' juta orang di seluruh dunia, dengan prevalensi sekitar 1 kasus per 1000 orang dalam populasi dan rasio perempuan dengan laki(laki sekitar 1 kasus per 1000 orang dalam populasi dan rasio perempuan dengan laki(laki &)1 menderita penyak

&)1 menderita penyakit it ini. "ekitar *'+ ini. "ekitar *'+ pasien dengan multippasien dengan multiple le sklerosklerosis sis seringsering  bersifat

 bersifat relaps relaps atau atau hilang(timbul hilang(timbul saja. saja. Lebih Lebih dari dari setengah setengah dari dari pasien pasien tersebuttersebut  berkembang

 berkembang menjadi menjadi kecacatan kecacatan dan dan berlanjut berlanjut dari dari serangan serangan akut akut dan dan beralih beralih keke  progresif sekunder dalam waktu 10 hingga &0 tah

 progresif sekunder dalam waktu 10 hingga &0 tahun setelah terdiagnosis.un setelah terdiagnosis. arapan hidu

arapan hidup pasien p pasien dengdengan " an " menjadmenjadi i berkuberkurang. -alam satu studi rang. -alam satu studi didi an

anadaada, , harharapaapan n hidhidup up penpenderiderita ta berberkurkurang ang sebsebesar esar $ $ samsampai pai / / tahtahun, dan un, dan didi -enma

-enmark berkurang hingga 10 sampai rk berkurang hingga 10 sampai 1& tahun. ualitas hidup seorang pasien ini1& tahun. ualitas hidup seorang pasien ini sangat dipeng

sangat dipengaruhi oleh aruhi oleh gejala fisik gejala fisik yang timbul termasuk kelelahan, kesakitayang timbul termasuk kelelahan, kesakitan, dann, dan kesulitan dengan mobilitas, dan masalah sosial dan gangguan perasaan dan mood. kesulitan dengan mobilitas, dan masalah sosial dan gangguan perasaan dan mood.

"aat ini belum ada obat yang dapat mencegah timbul dan menyembuhkan ". "aat ini belum ada obat yang dapat mencegah timbul dan menyembuhkan ". e

erapi rapi yang yang diberidiberikan kan hanyhanya a meminmeminimalkaimalkan n timbtimbulnya serangan, ulnya serangan, mengmengurangurangi i efek efek  sera

serangangan, n, dan dan memmemperperpanpanjanjang g masmasa a remremisi. isi. "al"alah ah satu alasan satu alasan menmengapgapa a " " sulsulitit disembuhkan adalah sekali sistem saraf pusat !""P# rusak maka perbaikan neuron disembuhkan adalah sekali sistem saraf pusat !""P# rusak maka perbaikan neuron yang telah rusak akan sulit.

yang telah rusak akan sulit. e

erdrdasasararkakan n hhal al tetersrsebebuut, t, sasampmpai ai sasaat at inini i ekekspspererimimenentatal l tetentntanangg  penatalaksanaan

 penatalaksanaan dan dan penggunaan penggunaan obat obat yang yang mungkin mungkin dapat dapat merangsangmerangsang 2rem

2remyeyelinilinisasisasi2 2 sarasaraf f yanyang g rusrusak ak dan dan memmemperlperlambambat at ataatau u menmengheghentintikan kan proprosesses kerusakan lebih lanjut masih terus dilakukan. Pada makalah ini, akan dibahas tentang kerusakan lebih lanjut masih terus dilakukan. Pada makalah ini, akan dibahas tentang tatalaksana dari penyakit multiple sklerosis sehingga dapat menambah pengetahuan tatalaksana dari penyakit multiple sklerosis sehingga dapat menambah pengetahuan dalam mengurangi morbiditas bagi penderita.

(2)

BAB II BAB II TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA Definisi Definisi ultiple sklerosis

ultiple sklerosis adalah suatu penyakit autoimun kronik yang menyerangadalah suatu penyakit autoimun kronik yang menyerang myelin otak dan medulla spinalis. Penyakit ini menyebabkan kerusakan myelin dan myelin otak dan medulla spinalis. Penyakit ini menyebabkan kerusakan myelin dan  juga akson yang mengakibatkan gangguan tra

 juga akson yang mengakibatkan gangguan transmisi konduksi saraf. nsmisi konduksi saraf. peradangan yangperadangan yang terjadi di

terjadi di otak dan otak dan sumsusumsum m tulantulang g belakanbelakang g yang menyeranyang menyerang g daerah substandaerah substansia sia albaalba dan merupakan penyebab utama kecacatan pada dewasa muda. Penyebabnya dapat dan merupakan penyebab utama kecacatan pada dewasa muda. Penyebabnya dapat dis

disebaebabkabkan n oleoleh h banbanyak yak fakfaktortor, , terterutamutama a proproses ses autautoimoimun.un.  Focal lymphocytic Focal lymphocytic infiltration

infiltration atatau au sesel l   bebermrmigigrarasi si kekeluluar ar dadari ri lylympmph h nonode de ke ke dadalalam m sisirkrkululasasii men

menembembus us sawsawar ar dardarah ah otak !otak !blood brain blood brain barriebarrier r # # secasecara ra teruterus(ms(menerenerus us menmenujuuju lok

lokasi asi dan dan melmelakuakukan kan penypenyeraerangangan n padpada a antantigeigen n mymyelin elin padpada a sistsistem em sarasaraf f pupusatsat seperti yang umum terjadi pada setiap infeksi. al ini dapat mengakibatkan terjadinya seperti yang umum terjadi pada setiap infeksi. al ini dapat mengakibatkan terjadinya inflamasi, kerusakan pada myelin !demyelinisasi#, neuroa3onal injury, astrogliosis, inflamasi, kerusakan pada myelin !demyelinisasi#, neuroa3onal injury, astrogliosis, dan

dan proseproses s degendegenerative. %kerative. %kibat ibat demydemyelinasi neuron elinasi neuron menjadmenjadi i kurankurang g efisien dalamefisien dalam  potensial aksi. ransmisi impuls yang disampaikan

 potensial aksi. ransmisi impuls yang disampaikan oleh neuron yang terdemyelinisasioleh neuron yang terdemyelinisasi aka

akan n menmenjadjadi i burburuk. uk. %k%kibaibat t 2ke2kebocbocoraoran2 n2 impimpuls uls terstersebuebut, t, terterjadi jadi kelkelemahemahan an dandan kesulitan dalam mengendalikan otot atau kegiatan sensorik tertentu di berbagai bagian kesulitan dalam mengendalikan otot atau kegiatan sensorik tertentu di berbagai bagian tubuh.

tubuh.

ila otak penderita " dipotong, akan terlihat bercak(bercak induratif yang ila otak penderita " dipotong, akan terlihat bercak(bercak induratif yang mul

multiptipel el di di subsubstanstansia sia albalba a yanyang g memmembuabuatnytnya a dindinamaamai i mulmultiptipel el sklskleroerosis. sis. LesLesii tersebu

tersebut t umumumumnya berloknya berlokasi di periventrikasi di periventrikel, korpus kaloel, korpus kalosum, nervusum, nervus optikus, dans optikus, dan medula spinalis. "elain itu dapat ditemukan di batang otak dan serebelum. "ecara medula spinalis. "elain itu dapat ditemukan di batang otak dan serebelum. "ecara mi

mikrkrososkokopipis, s, lelesi si tetersersebubut t memenununjnjukukkakan n dedestrstrukuksi si mymyelelin in paparsrsialial4t4tototal. al. 5u5ugaga ditemu

ditemukan infiltrasi perivkan infiltrasi perivaskuleaskuler dari r dari monomonosit, limfosit serta sit, limfosit serta makromakrofag, sedangfag, sedangkankan astrosi

astrosit t dan oligodendan oligodendrosit pada fase drosit pada fase lanjulanjut. Pada t. Pada lesi yang lesi yang relatif aseluler umumnyrelatif aseluler umumnyaa aksonnya masih utuh dan terjadi remyelinisasi, sedangkan pada lesi yang infiltratif  aksonnya masih utuh dan terjadi remyelinisasi, sedangkan pada lesi yang infiltratif  terjadi degenerasi aksonal.

(3)

Epidemiologi

-i 6ndonesia penyakit ini tergolong jarang dibandingkan penyakit neurologis lainnya. " lebih sering menyerang perempuan dibandingkan laki laki dengan rasio &)1. 7mumnya penyakit ini diderita mereka yang berusia &0('0 tahun. " bersifat  progresif dan dapat mengakibatkan kecacatan. "ekitar '0+ penderita " akan

membutuhkan bantuan untuk berjalan dalam 1' tahun setelah onset penyakit.1

Etiologi

8tiologi dari kelainan tersebut masih belum jelas. %da beberapa mekanisme  penting yang menjadi penyebab timbulnya " yaitu autoimun,!molecular mimikri#,

infeksi, herediter, paparan sinar matahari. eskipun bukti yang meyakinkan kurang, faktor makanan dan paparan toksin telah dilaporkan ikut berkontribusi juga. ekanisme ini tidak saling berdiri sendiri melainkan merupakan gabungan dari  berbagai faktor.

a. 9irus ) 89: infeksi retrovirus akanmenyebabkan kerusakan oligodendroglia

 b. efisiensi vitamin ) vitamin berfungsi untuk mengatur respon imun. 9itamin -mengurangi produksi dari sitokin pro inflamatori dan meningkatkan produksi sitokin anti inflamatori.

c. ;enetika ) penurunan kontrol respon immune d. -efek pada oligodendroglia &,<

Klasifikasi

erdasarkan perbedaan klinis dan gejala, terdapat beberapa tipe ")

1. =elapsing remitting " !=="#

ipe ini ditandai dengan episode relaps atau eksaserbasi yang diikuti dengan episode remisi !perbaikan#. "ekitar *'+ pasien " memiliki tipe ==", >' + diantaranya akan  berkembang menjadi tipe secondary progressive " !"P"#

(4)

anyak pakar yang menganggap "P" merupakan bentuk lanjut dari ==" yang  berkembang progresif. Pada tipe ini episode remisi makin berkurang dan gejala menjadi

makin progresif 

<. Primary progressive " !PP"#

PP" diderita oleh 10(1'+ pasien " dengan rasio perempuan ) laki laki? 1)1. ;ejala yang timbul tidak pernah mengalami fase remisi

$. Primary relapsing " !P="#

entuk P=" adalah yang paling jarang. Pasien terus mengalami perburukan dengan  beberapa episode eksaserbasi diantaranya. idak ada fase remisi atau bebas dari gejala.1,&

Patofisiologi (bagan telampi!

ekanisme autoimun diduga terjadi melalui penurunan aktifitas limfosit ( supresor pada sirkulasi pasien penderita " serta adanya molecular mimicry  antara antigen dan P !myelin basic protein# yang mengaktifkan klon sel  yang spesifik  terhadap P ! MBP specific T-cell clone).  Limfosit $ menjadi autoreaktif pada

(5)

virus dan peptida bakteri saja yang memiliki kesamaan struktural dengan P, tetapi  beberapa dari mikroorganisme tersebut dapat mengaktifkan P(spesifik (sel klon  pada pasien ". 1,&,$

eberapa infeksi virus diketahui menyebabkan demyelinasi pada manusia diantaranya  progressive multifocal leukoencephalopathy yang disebabkan oleh  polyomavirus 5C, subakut  sclerosing panencephalitis  oleh virus campak. Pada " studi serologis awal sulit ditafsirkan. @amun, banyak pasien " terdapat elevasi titer  C"A terhadap virus campak dan herpes simpleks !"9#, tetapi ini juga tidak spesifik.

1,&,$

"ecara patologi, lesi " akan memperlihatkan plak yang merupakan lesi demielinisasi. Plak ini merupakan gambaran patognomik ". Pada fase akut tampak  sebukan sel radang, hilangnya myelin, dan pembengkakan parenkim. Pada fase kronik, kehilangan myelin menjadi lebih jelas, dengan sel sel makrofag disekitarnya disertai kerusakan akson dan apoptosis oligodendrosit.1,&,$

(6)
(7)

"anifestasi Klinis

;ambaran klinis yang muncul sesuai dengan daerah lesi yang terkena. erdapat beberapa gejala dan tanda yang timbul pada ")

1. ehilangan fungsi sensorik !paresthesia#) gejala awal &. @euritis optik) gejala awal

<. ;ejala pada corda spinalis !motorik#) cramping akibat spastisitas

$. ;ejala pada corda spinalis !otonom#) gangguan % dan %, disfungsi seksual '. Cerebellar symptom) triad charcot !disartia, tremor, ataksia#

>. rigeminal neuralgia /. Aacial myokymia

*. -iplopia akibat ophtalmoplegia internuklear dan nistagmus B. eat intolerance

10. udah lelah !/0+ kasus# 11. @yeri

(8)

1&. enurunnya fungsi kognitif 1<. -epresi

1$. ipolar, dementia

1'. anda lhermitte !"ensasi listrik dari leher ke bawah yang dirasakan pada fleksi leher#) Pada " yang menyerang medula spinalis1,&,>

;ejala neurologis yang sering timbul pertama kali pada multipel sklerosis adalah neuritis optik pada 1$(&< + pasien dan lebih dari '0+ pasien pernah mengalaminya. ;ejala yang dialami adalah penglihatan kabur, pada orang kulit putih  biasanya mengenai satu mata, sedangkan pada orang asia lebih sering pada kedua mata. Pada pemeriksaan fisik ditemukan refleks pupil yang menurun, penurunan visus, gangguan persepsi warna dan skotoma sentral. Aunduskopi pada fase akut menunjukkan papil yang hiperemis tetapi dapat normal pada neuritis optika  posterior4retrobulbar. "edangkan pada fase kronis dapat terlihat atrofi papil. "elain itu  pada neuritis optika umumnya pasien mengeluh nyeri pada orbita yang dapat timbul spontan terus(menerus atau pada pergerakan bola mata. "elain itu terdapat suatu fenomena yang unik yang disebut fenomena 7hthofff dimana gejala penurunan visus !bersifat temporal# dieksaserbasi oleh suhu panas atau latihan fisik. -iplopia juga dapat muncul pada " meskipun lebih jarang dibandingkan neuritis optika. 1,&,>

;angguan sensorik merupakan manifestasi klinis awal yang juga sering dialami oleh &1(''+ pasien ". 7mumnya gejala yang timbul berupa rasa baal !hipestesi#, kesemutan !parestesi#, rasa terbakar !disestesi# maupun hiperestesi. elainan tersebut dapat timbul pada satu ekstremitas atau lebih, dan pada tubuh atau wajah. "elain itu  proprioseptif, rasa vibrasi, dan diskriminasi dua titik juga dapat terganggu sehingga

menimbulkan kesulitan menulis, mengetik atau mengancing baju. ;ejala proprioseptif  ini umumnya timbul bilateral dan bila terdapat lesi di daerah lemniskus gangguan  proprioseptif tersebut hanya mengenai lengan yang dinamakan useless hand   syndrome. ;ejala tersebut umumnya mengalami remisi dalam beberapa bulan. anda

yang sering terjadi pada penderita " meskipun tidak karakteristik adalah tanda Lhermitte: bila kepala difleksikan secara pasif, timbul parestesi sepanjang bahu,  punggung dan lengan. al ini mungkin disebabkan akson yang mengalami

demyelinisasi sensitivitasnya meningkat terhadap tekanan ke spinal yang diakibatkan fleksi kepala. 1,&,>

(9)

;angguan serebelum juga sering terjadi pada " meskipun jarang menjadi gejala utama. anifestasi klinisnya ataksia serebelaris, baik yang mengenai gerakan motorik halus !dismetria, disdiadokokinesia, intention tremor#, gait, maupun artikulasi ! scanning speech, disartria#. "elain itu dapat timbul pula nistagmus, terutama yang horiontal dan vertikal. 1,&,>

emiparesis yang diakibatkan lesi kortikospinal dapat terjadi pada " meski frekuensinya lebih kecil. -emikian juga lesi di medula spinalis dapat menyebabkan sindroma rown("eDuard atau mielitis transversa yang mengakibatkan paraplegi !umumnya tidak simetris#, level sensorik dan gangguan miksi(defekasi. =efleks  patologis dan4atau hiperrefleksia bilateral dengan atau tanpa kelemahan motorik 

merupakan manifestasi yang lebih sering dan merupakan tanda lesi kortikospinal  bilateral. Eang karakteristik, meskipun kelemahan hanya pada satu sisi, refleks  patologis selalu bilateral. "pastisitas dapat menyebabkan gejala kram otot pada pasien ". elelahan4fatigue merupakan gejala non spesifik pada " dan terjadi pada hampir B0+ pasien ". elelahan dapat merupakan kelelahan fisik pada waktu e3ercise berlebihan ataupun pada temperatur panas maupun kelelahan4kelambatan mental. 1,&,>

;angguan memori dapat terjadi pada pasien ". enurut penelitian hornton dkk memori jangka pendek, working memori dan memori jangka panjang umumnya terganggu pada pasien " !1<#. "elain itu juga didapatkan gangguan atensi. ;angguan

emosi berupa iritabilitas dan afek pseudobulbar berupa forced laughing   atau forced  crying  umum terjadi pada pasien " disebabkan lesi hemisfer bilateral.1,&,>

;ejala lainnya yang lebih jarang meliputi neuralgia trigeminal !bilateral#, gangguan lain pada batang otak berupa paresis n. facialis perifer !bilateral#, gangguan  pendengaran, tinitus, vFrtigo, dan sangat jarang penurunan kesadaran !stupor dan

koma# 1,&,>

Diagnosis

idak ada satu tes pun yang dapat memastikan diagnosis ".  Multiple  sclerosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Penegakan diagnosis mempergunakan kriteria diagnostik seperti riteria c-onald. "aat ini yang dipergunakan adalah kriteria c-onald revisi &010. -iagnosis " perlu dipikirkan apabila didapatkan

(10)

gejala(gejala neurologis dengan episode remisi dan eksaserbasi ataupun progresif dan tidak ditemukan sebab lain yang dapat menjelaskan gejala tersebut.1

.

Pemisahan secara waktu maksudnya adalah terjadinya dua serangan atau lebih dimana jarak antara dua serangan minimal <0 hari dan satu episode serangan minimal  berlangsung &$ jam. "edangkan pemisahan oleh ruang adalah terdapatnya dua atau

(11)

lebih gejala neurologis obyektif yang mencerminkan dua lesi yang diagnosis topisnya  berbeda.

-engan demikian, untuk menegakkan diagnosis ", perlu dilakukan  pemeriksaan untuk mengeksklusi diagnosis diferensial, seperti tumor otak, infeksi

otak, stroke, trauma kepala maupun gangguan metabolik.

riteria definite !disseminated in space# =6 harus meliputi < dari $ kriteria) 1. %danya 1 lesi yang besar atau minimal B lesi yang kecil

&. inimal 1 lesi infratentorial <. inimal 1 lesi ju3takortikal $. inimal < lesi periventrikel.

"elain itu pada =6 dapat terlihat gambaran atrofi korteks yang didahului oleh  pembesaran ventrikel.

=6 Gtak Hanita &' ahun dengan Relapsing-Remitting M 

Pemeriksaan oligoclonal band dari cairan serebrospinalis4LC" sangat membantu diagnosis ". "ensitifitas pemeriksaan ini dikatakan dapat mencapai B'+ dan bila terdapat peningkatan oligoclonal band  pada LC" maka hanya dibutuhkan & lesi pada =6 untuk memenuhi kriteria disseminated in space.

Pemeriksaan 98P !visual evoked potential# merupakan pemeriksaan penunjang yang cukup sensitif !dibandingkan pemeriksaan evoked potential lain# untuk "

(12)

dimana terjadi pemanjangan latensi 98P yang disebabkan adanya demyelinisasi pada nervus optikus. 98P secara dini dapat mendeteksi kelainan meskipun pada pasien " yang secara klinis belum terdapat gejala klinis neuritis optika.

Pemeriksaan pungsi lumbal harus dilakukan bukan untuk menegakkan diagnosis, tetapi menyingkirkan kemungkinan infeksi otak. Pemeriksaan oligoclonal band tidak  lagi menjadi standar emas penegakan diagnosis ", kecuali pada tipe PP"Iperan oligoclonal band menjadi lebih besar. Pada pemeriksaan =6 kepala dapat ditemukan lesi hiperintens di periventrikular, jukstakortikal, infratentorial, dan medulla spinalis. ;ambaran yang cukup khas pada lesi " adalah ovoid lesion dan da!son finger   Multiple sclerosis juga dapat menyerang medula spinalis dan mengakibatkan gejala,

seperti mielitis.

 Multiple sclerosis yang mengenai medula spinalis perlu dibedakan dengan neuromielitis optika !@G# atau  "evic#s disease. @G awalnya dikategorikan sebagai varian dari ". %kan tetapi, saat ini telah diketahui bahwa @G adalah suatu  penyakit autoimun yang berbeda dengan ". embedakan " dan @G menjadi  penting karena pengobatan kedua penyakit ini berbeda.

"ebagaimana ", @G yang merupakan penyakit autoimun dapat memperlihatkan gejala dengan episode remisi dan eksaserbasi. ;ejala utamanya adalah gangguan penglihatan yang umumnya lebih berat dibandingkan " dan gejala mielitis. ;ambaran =6 kepala @G bisa normal atau apabila ditemukan lesi, lesi tersebut haruslah tidak memenuhi kriteria ". "edangkan gambaran lesi myelitis  pada =6 memperlihatkan lesi hiperintens yang mengenai medula spinalis sepanjang lebih dari < segmen vertebra !longitudinally e$tensive spinal cord lesion# !gambar $#. -iagnosis @G ditegakkan dengan menggunakan kriteria Hingerchuck.1

(13)

Lumbal pungsi

Lumbal pungsi dilakukan jika tidak ada =6. Pada pemeriksaan ditemukan oligoclonal band dan produksi 6;; intratekal.

Diagnosis Banding

-iagnosa banding utama untuk menjadi pertimbangan tergantung pada manifestasi neurologis dalam kasus)

J -efisit saraf kranial mungkin saja berhubungan dengan berbagai jenis lesi fokal, seperti sebuah tumor dermoid basis kranii, suatu tumor dari serebelopontine angel, suatu tumor di foramen magnum, suatu optik glioma atau sphenoid wing meningioma

(14)

dengan atrofi saraf optik, suatu brainstem astrocytoma, brainstem encephalitis, dan lain(lain.

J "uatu hemiplegia mungkin saja berhubungan dengan suatu tumor otak atau stroke J ejang paraparesis mungkin saja berhubungan dengan suatu tumor saraf tulang  belakang atau cervical spondylotic myelopathy.

J Paraparesis berulang mungkin saja berhubungan dengan suatu malformasi vaskular   pada saraf tulang belakang.

J ;ejala dari serebellar dan traktus piramidal, dan mungkin juga gejala dari batang otak, mungkin saja berhubungan dengan suatu massa atau bentuk malformasi batang otak atau craniocervical junction. eberapa gejala sering misdiagnosed sebagai multipel sklerosis. entuk malformasi vaskuler batang otak, juga dapat menyebabkan gejala neurologis yang berubah(ubah dengan onset usia pertengahan atau usia tua. J eterlibatan dari berbagai area dari sistem saraf pusat mungkin saja berhubungan dengan penyakit sistemik seperti sistemik lupus erythematosus, sarcoidosis, penyakit vaskuler, to3ic encephalomyelopathy, hypothyroidism, atau funicular myelosis.

J eterlibatan mata dan sistem saraf pusat mungkin saja berhubungan dengan suatu vaskulitis atau intoksikasi. 7veitis ditemukan bersama(sama dengan kelainan neurologis dalam uveoencephalomyelitis !9ogt(oyanagi(arada syndrom#, suatu hal yang jarang, kiranya adalah sindrom virus dimana terjadi uveitis, gangguan gaya  berjalan, leukodermia, munculnya uban, encephalitis, dan tanda meningeal yang  berubah(ubah.

J ehcetKs disease dapat menyebabkan apththous ulcer, manifestasi okular, dan manifestasi saraf pusat, terutama brainstem encephalitis.1,$,/

Tatalaksana

anagemen dan tatalaksana multiple sklerosis mengikuti Clinical ;uideline * ultiple "clerosis @ational 6nstitute for Clinical 83cellence tahun &00<. Pola klasifikasi menggunakan tingkatan rekomendasi !%, , C, -, -", "C#.

Tabel #$#$ Tingkatan ekomendasi

%ade Keteangan

% ategori 6

 ategori 66 atau dengan penambahan kategori 6

C ategori 666 atau dengan penambahan kategori 6 atau 66 - ategori 69 atau dengan penambahan kategori 6, 66 atau

(15)

666

-" erdasarkan bukti diagnostic

"C erdasarkan pelayanan kesehatan &00&4&00$

Kondisi %ade

"etiap yang mengalami episode akut !termasuk neuritis optik# menyebabkan distres atau keterbatasan fisik harus diberikan kortikosteroid dosis tinggi. al ini sebaiknya dilakukan sesegera mungkin setelah muncul relaps )

• intravena metilprednisolon, '00 mg ( 1 g sehari, selama < ( ' hari

atau

• dosis tinggi metilprednisolon oral '00 mg ( & g sehari, selama < ( '

hari.

%

Pasien harus diberi penjelasan tentang risiko dan keuntungan

 penggunaan kortikosteroid.

-Arekuensi penggunaan kortikosteroid lebih dari < minggu dan lebih dari

< kali setahun harus dihindari

-Penggunaan obat lain pada terapi akut saat relaps sebaiknya tidak 

digunakan kecuali ada protokol lain

-Penderita " harus disarankan mengkonsumsi asam linoleat 1/(&< g4hari agar mengurangi perkembangan kecacatan. "umber makanan kaya akan asam linoleat termasuk bunga matahari, jagung, kedelai dan minyak safflower.

%

atalaksana berikut tidak boleh dilakukan kecuali dalam keadaan khusus)

• setelah diskusi lengkap dan melalui pertimbangan semua risiko • dengan evaluasi, sebaiknya dengan studi prospektif lain

• dilakuakan oleh eorang pakar dalam penggunaan obat(obat dibawah

ini dengan pemantauan ketat untuk efek samping.  pengobatan)

• aathioprine • mito3antrone

• intravena imunoglobulin •  plasma e3change

• intermiten !$(bulan# pendek !1(B hari# program

metilprednisolon dosis tinggi.

(16)

atalaksana berikut tidak boleh digunakan karena bukti penelitian tidak  menunjukkan efek menguntungkan pada)

• siklofosfamid

• anti(virus !misalnya, asiklovir, tuberkulin# • cladribine

•  pengobatan jangka panjang dengan kortikosteroid • hiperbarik oksigen

• linomide

• iradiasi seluruh tubuh

• basic protein myelin !tipe apapun#.

%

Teapi simptomatik 

"elain primary care, terapi simptomatik juga harus dipertimbangkan diantaranya adalah )1,',>

%. pasticity, spastisitas ringan dapat dikurangi dengan peregangan dan program e3ercise seperti yoga, terapi fisik, atau terapi lainnya. edikasi diberikan ketika ada kekakuan, spasme, atau klonus saat beraktivitas atau kondisi tidur. aclofen, tianidine, gabapentin, dan benodiaepine efektif sebagai agen antispastik.

&. Paro$ysmal disorder . Pada berbagai kasus, penggunaan carbamaepin memberikan respon yang baik pada spasme distonik. @yeri paro3ysmal dapat diberikan antikonvulsan atau amitriptilin.

'. Bladder dysfunction. 7rinalisis dan kultur harus dipertimbangkan dan pemberian terapi infeksi jika dibutuhkan. Langkah pertama yang dilakukan ada mendeteksi problem apakah kegagalan dalam mengosongkan bladder atau menyimpan urin. Gbat antikolinergik G3ybutinin dan olterodine efektif untuk kegagalan dalam menyimpan urin diluar adanya infeksi.

(. Bo!el symptom. onstipasi merupakan masalah umum pada pasien " dan harus diterapi sesegera mungkin untuk menghindari komplikasi. 6nkontinensia fekal cukup  jarang. @amun bila ada, penambahan serat dapat memperkeras tinja sehingga dapat membantu spingter yang inkompeten dalam menahan pergerakan usus. Penggunaan antikolinergik atau antidiare cukup efektif pada inkontinensia dan diare yang terjadi  bersamaan.

(17)

. e$ual symptom. asalah seksual yang muncul antara lain penurunan libido, gangguan disfungsi ereksi, penurunan lubrikan, peningkatan spastisitas, rasa sensasi panas dapat terjadi. Pada beberapa pasien ", gangguan disfungsi ereksi dapat diatasi dengan sildenafil.

*. +eurobehavior manifestation. -epresi terjadi lebih dari separuh dari pasien dengan ". Pasien dengan depresi ringan dan transien dapat dilakukan terapi suportif. Pasien dengan depresi berat sebaiknya diberikan elective erotonin Reuptake ,nhibitors !""=6s# yang memiliki efek sedative yang lebih kecil disbanding antidepresan lain. %mitriptilin dapat digunakan bagi pasien yang memiliki kesulitan tidur atau memiliki sakit kepala.

. Fatigue. elelahan dapat diatasi dengan istirahat cukup atau penggunaan medikasi. %mantadine 100 mg dua kali perhari cukup efektif. odafinil, obat narcolepsy yang  bekerja sebagai stimulant ""P telah ditemukan memiliki efek yang bagus pada pasien ". Gbat diberikan dengan dosis &00 mg satu kali sehari pada pagi hari. ""=6s juga dapat menghilangkan kelelahan pada pasien ". %mantadine memiliki efek anti influena % dan baik diberikan pada Gktober hingga aret.

Teapi elaps

1.  drenal /ortikosteroid . ortikosteroid merupakan terapi andalan dalam mengurangi gejala(gejala " relaps akut. %gen ini bekerja melalui efek imunomodulator dan antiinflamasi, pemulihan blood brain barier, dan pengurangi edema. kortikosteroid juga dapat meningkatkan konduksi aksonal. erapi kortikosteroid memperpendek durasi relaps akut dan mempercepat pemulihan. @amun, kortikosteroid belum bisa meningkatkan pemulihan secara keseluruhan ".

5ika seorang pasien menjadi cacat setalah mendapat serangan akut, dokter harus mempertimbangkan pengobatan dengan intravena metilprednisolon selama tiga hingga lima hari !atau kortikosteroid yang setara# dalam dosis '00(1000 mg 69 dalam 100 mL normal salin selama >0 menit sekali sehari di pagi hari. Pemberian metilprednisolon lebih dari ' hari tidak memberikan hasil yang lebih baik.1

&.  Fisioterapi. Pada pasien dengan ", fisoterapi harus selalu dilakukan untuk 

meningkatkan fungsi dan kualitas hidup dari ketergantungan obat therapy. Perawatan  pendukung berupa konseling, terapi okupasi, saran dari sosial, masukan dari perawat,

dan partisipasi dalam patient support group merupakan bagian dari perawatan kesehatan dengan pendekatan tim dalam pengelolaan ".1

(18)

Disease&"odif'ing Teapies

erapi yang diberikan hanya meminimalkan timbulnya serangan, mengurangi efek  serangan, dan memperpanjang masa remisi.  "isease-modifying therapies  untuk   pengelolaan awal " saat ini yang tersedia di %merika "erikat) intramuskular  interferon beta(1a !%vone3#, subkutan interferon beta(1a !=ebif#, interferon beta( 1b !etaseron#, dan glatiramer asetat !Copa3one#. %gen kelima, mito3antrone !@ovantrone#, telah disetujui oleh Aood and -rug %dministration !A-%# untuk   pengobatan relapsing0remitting  " dan sekunder progresif " yang memburuk 

6nterferon beta

erdasarkan  guideline  @6C8, pasien ==" direkomendasikan untuk mendapatkan terapi 6nterferon eta, baik jenis 6nterferon eta 1a maupun 1b. eta interferon dapat mengurangi jumlah lesi inflamasi '0(*0+ yang terlihat pada =6. ipe "P" juga direkomendasikan untuk mendapatkan terapi 6nterferon eta.1

- ,nterferon beta. 6nterferon beta merupakan sitokin alami yang berfungsi sebagai imunomodulasi dan memiliki aktivitas antivirus. iga interferon beta disetujui A-% yang digunakan untuk " telah terbukti mengurangi kekambuhan sekitar sepertiga dan direkomendasikan sebagai terapi lini pertama atau untuk pasien yang intoleran dengan glatiramer pada relapsing(remitting ". Pada studi randomied double blind  placebo control trial, penggunaan interferon beta dapat mengurangi '0 sampai *0  persen lesi inflamasi yang divisualisasikan pada =6 otak. %da juga bukti bahwa

obat ini meningkatkan kualitas hidup dan fungsi kognitif.

 ,nfluen1a-like symptom seperti demam, menggigil, malaise, nyeri otot, dan kelelahan, terjadi pada sekitar >0 persen pasien yang diobati dengan interferon beta( 1a atau interferon beta(1b. ;ejala ini biasanya menghilang dengan terapi lanjutan dan premedikasi dengan obat anti(inflamasi non(steroid. 7ntuk mengurangi gejala dapat dilakukan dengan pengaturan dosis titrasi pada waktu inisial terapi interferon  beta. 8fek samping lain dari interferon beta termasuk reaksi alergi pada tempat injeksi, depresi, anemia ringan, trombositopenia, dan meningkatnya kadar  transaminase. 8fek samping ini biasanya tidak berat dan jarang menyebabkan  penghentian pengobatan.

(19)

Gbat ini merupakan campuran polipeptida yang pada awalnya dirancang untuk meyerupai dan bersaing dengan protein dasar myelin. ;latiramer dalam dosis &0 mg subkutan sekali sehari telah terbukti mengurangi frekuensi kambuh " sekitar sepertiga. Gbat ini juga direkomendasikan sebagai pengobatan lini pertama pada pasien dengan  Relapsing- Remitting  M  dan bagi pasien yang tidak dapat mentolerir interferon beta. asil terapi

glatiramer mampu mengurangi sepertiga proses inflamasi yang terlihat pada =6.

;latiramer umumnya dapat ditoleransi dengan baik dan tidak menimbulkan influen1a-like symptoms. =eaksi post injeksi termasuk peradangan lokal dan reaksi yang tidak umum seperti flushing, sesak dada dengan jantung berdebar, gelisah, atau dispnea dapat sembuh spontan tanpa gejala sisa. Pemantauan rutin laboratorium tidak diperlukan pada pasien yang diobati dengan glatiramer, dan kempuan antibodi dalam mengikat antigen juga tidak terganggu.

- Fingolimod  

Gbat ini merupakan satu(satunya obat " dalam sediaan oral. Aingolimod diindikasikan untuk tipe aktif ==". %tau dapat menjadi pilihan berikutnya apabila pengobatan ==" dengan 6nterferon beta tidak memberikan hasil yang memuaskan.1

- +atali1umab

erupakan suatu antibodi monoklonal yang diberikan pada kasus(kasus " yang agresif. Pada kasus ==" yang tidak memberikan hasil optimal dengan 6nterferon eta, ;% maupun Aingolimod maka terapi dapat dialihkan ke @ataliumab, atau pada kasus(kasus yang intoleran terhadap obat(obat sebelumya. @ataliumab tergolong dalam obat lini kedua dalam terapi ".1

- Mito$antrone

"ebuah studi klinis menemukan bahwa mito3antrone, sebuah agen antineoplastik  anthracenedione, dapat mengurangi jumlah relaps " sebesar >/ persen dan memperlambat perkembangan. ito3antrone dianjurkan untuk digunakan pada  pasien dengan bentuk Progressive M .

8fek samping akut mito3antrone termasuk mual dan alopecia. arena juga adanya cardioto$icity kumulatif, obat dapat digunakan hanya untuk dua sampai tiga tahun !atau untuk dosis kumulatif 1&0(1$0 mg per m&#. ito3antrone adalah agen kemoterapi yang harus diresepkan dan dikelola oleh para perawat kesehatan  profesional yang berpengalaman.Gbat antikanker ini dapat menurunkan frekuensi

(20)

relaps dan menahan progresifitas ". ito3antrone direkomendasikan pada ==" yang sangat aktif atau "P" yang sangat progresif. ito3antrone tergolong dalam obat lini ke < dalam terapi ".1 7ntuk tipe PP" hingga saat ini tidak ada terapi

yang direkomedasikan. erapi hanya bersifat simptomatis.

- Fenitoin

Aenitoin yang merupakan obat antiepileptic. -alam uji coba nya fenitoin bersifat neuroprotective terhadap degenerasi serabut saraf retina pada pasien neuritis optic. Aenitoin yang bekerja sebagai sodium channel blocker. Pada daerah inflamasi, akson akan dipenuhi oleh sodium dan menyebabkan masuknya calcium ke dalam sel yang menyebabkan kematian sel. -engan pemberian fenitoin sebagai sodium channel blocker maka dapat mencegah kematian sel. -osis yang dipergunakan dalam penelitian 1' mg4kgbb selama < hari dan dilanjutkan $ mg4kgbb dalam 1< minggu. asil penelitian menunjukkan pasien neuritis optic yang diberikan fenitoin dalam < bulan dapat mencegah <0+ lebih baik  dibanding dengan pemberian placebo.*

Komplikasi 1. -epresi

&. esulitan dalam menelan

<. esulitan berppikir dan berkonsentrasi

$. ilang dan menurunnya kemampuan merawat diri sendiri '. embutuhkan kateter 

>. Gsteoporosis

/. 6nfeksi saluran kemih/

Pognosis

5ika tidak diobati, lebih dari <0+ pasien dengan " akan memiliki cacat fisik  yang signifikan dalam waktu &0(&' tahun setelah onset. urang dari '(10+ dari pasien memiliki fenotipe " klinis ringan, di mana tidak ada cacat fisik yang signifikan terakumulasi meskipun berlalu beberapa dekade setelah onset !kadang(kadang terlepas dari lesi baru yang terlihat pada =6#. Pemeriksaan rinci dalam banyak kasus, mengungkapkan beberapa tingkat kerusakan kognitif.&,/

Pasien laki(laki dengan " progresif primer memiliki prognosis terburuk, dengan respon yang kurang menguntungkan untuk pengobatan dan cepat menimbulkan

(21)

kecacatan. 6nsiden yang lebih tinggi dari lesi sumsum tulang belakang di " progresif   primer juga merupakan faktor dalam perkembangan pesat dari kecacatan. &,/

arapan hidup dipersingkat hanya sedikit pada orang dengan ", dan tingkat kelangsungan hidup terkait dengan kecacatan. ematian biasanya terjadi akibat komplikasi sekunder !'0(>>+#, seperti penyebab paru atau ginjal, tetapi juga dapat disebabkan oleh komplikasi utama, bunuh diri, dan menyebabkan tidak berhubungan dengan ". arburg varian dari " adalah bentuk akut dan klinis fulminan penyakit yang dapat menyebabkan koma atau kematian dalam beberapa hari. &,/

(22)

BAB III

K)NSEP KEPE*A+ATAN

Pengka,ian a.  ,dentitas

Pada umunya terjadi pada orang(orang yang hidup di daerah utara dengan temperatus tinggi, terutama pada dewasa muda !&0($0th#.

b.  /eluhan 3tama

uncul keluhan lemah pada anggota badan bahkan mengalami spastisitas 4 kekejangan dan kaku otot, kerusakan penglihatan.

c.  Ri!ayat Penyakit "ahulu

iasanya klien pernah mengalami pengakit autoimun d.  Ri!ayat Penyakit ekarang 

Pada umunya terjadi demilinasi ireguler pada susunan saraf pusat perier yang mengakibatkan erbagai derajat penurunan motorik, sensorik, dan juga kognitif 

e.  Ri!ayat penyakit keluarga

Penyakit ini sedikit lebih banyak ditemukan di antara keluarga yang pernah menderita  penyakit tersebut, yaitu kira(kira >(* kali lebih sering pada keluarga dekat.

 f.  Pengka4ian psikososiospiritual 

Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari(harinya, baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat. %danya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pada pola persepsi dan konsep diri, didapatkan klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan,mudah marah dan tidak kooperatif.perubahan yang terpenting pada klien dengan penyakit mutiple sclerosis adalah adanya gangguan afek, berupa euforia. eluhan lain yang melibatkan gangguan serebral dapat berupa hilangnya daya ingat dan dimensia.

 g.  Pemeriksaan Fisik 

%.  /eadaan umum

lien dengan mutiple sclerosis umumnya tidak mengalami penurunan kesadaran. %danya perubahan pada tanda(tanda vital, meliputi bradikardi, hipotensi, dan  penurunan frekuensi pernapasan berhubungan dengan bercak lesi di medula

spinalis.

&.  B% 5Breathing)

Pada umumnya klien dengan mutiple sclerosis tidak mengalami gangguan pada sistem pernapasan.pada beberapa klien yang telah lama menderita mutiple sclerosis dengan tampak dari tirah baring lama, mengalami gangguan fungsi  pernapasan. Pemeriksaan fisik yang didapat mencakup hal(hal sebagai berikut)

a. 6nspeksi umum ) didapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan untuk   batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak nafas, dan penggunaan

otot bantu napas.

 b. Palpasi ) taktil premitus seimbang kanan dan kiri

c. Perkusi ) adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru

d. %uskultasi ) bunyi napas tambahan seperti napas stridor,ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan pada klien dengan inaktivitas

(23)

'.  B& 5Blood)

Pada umumnya klien dengan mutiple sclerosis tidak mengalami gangguan pada sistem kardiovaskuler.akibat dari tirah baring lama dan inaktivitas biasanya klien mengalami hipotensi postural.

(.  B' 5Brain)

Pengkajian < !brain# merupakan pengkajian fokus atau lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya. 6nspeksi umum didapatkan  berbagai manifestasi akibat perubahan tingkah laku.

.  B( 5Bladder)

-isfungsi kandung kemih. Lesi pada traktus kortokospinalis menimbulkan gangguan pengaturan spingtersehingga timbul keraguan, frekuensi dan urgensi yang menunjukkan berkurangnya kapasitas kandung kemih yang spatis.selalin itu juga timbul retensi dan inkontinensia.

*.  B 5Bo!el)

Pemenuhan nutrisi berkurang berhubungan dengan asupan nutrisi yang kurang karena kelemahan fisik umum dan perubahan status kognitif. Penurunan aktivitas umum klien sering mengalami konstipasi.

.  B* 5Bone)

Pada keadaan pasien mutiple sclerosisbiasanya didapatkan adanya kesuliatan untuk beraktivitas karena kelemahan spastik anggota gerak.kelemahan anggota gerak pada satu sisi tubuh atau terbagi secara asimetris pada keempat anggota gerak.merasa lelah dan berat pada satu tungkai, dan pada waktu berjalan terlihat  jelas kaki yang sebelah terseret maju, dan pengontrolan yang kurang sekali.

lien dapat mengeluh tungkainya seakan(akan meloncat secara spontan terutama apabila ia sedang berada di tempat tidur.keadaan spatis yang lebih berat disertai dengan spasme otot yang nyeri.

Diagnosa

a. ambatan mobilitas fisik berhubungan demngan kelemahan, paresis, dan spastisitas

 b. =esiko cedera berhubungan dengan kerusakan sensori dan penglihatan, dampak tirah  baring lama dan kelemahan spastic

c. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan kelumpuhan saraf perkemihan

Inte-ensi dan *asional

a.  6ambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kelemahan7 paresis7 dan spastisitas T.,.an /

-alam waktu < 3 &$ jam klien mampu melaksanakan aktifitas fisik sesuai dengan kemampuannya

Kiteia asil /

1. lien dapat ikut serta dalam program latihan &. idak terjadi kontraktor sendi

<. ertambahnya kekuatan otot

$. lien menunjukkan tindakkan untuk meningkatkan mobilitas Inte-ensi /

1. aji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan, kaji secara teratur fungsi motorik 

(24)

&. odifikasi peningkatan mobilitas fisik 

 Rasional 8 relaksasi dan koordinasi latihan otot meningkatkan efisiensi otot pada klien multipel sklerosis.

<. %njurkan teknik aktifitas dan teknik istirahat

 Rasional 8 klien dianjurkan untuk melakukan aktifitas melelahkan dalam waktu singkat, karena lamanya latihan yang melelahkan ekstremitas dapat menyebabkan paresis, kebas, atau tidak ada koordinasi.

$. %jarkan teknik latihan jalan

 Rasional 8 Latihan berjalan meningkatkan gaya berjalan, karena umumnya pada keadaan tersebut kaki dan telapak kaki kehilangan sensasi positif.

'. 7bah posisi klien tiap & jam

 Rasional 8 menurunkan resiko terjadinya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerah yang tertekan.

>. %jarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstermitas yang tidak  sakit

 Rasional 8 ;erakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki funsi jantung dan pernapasan

/. Lakukan gerak pasif pada ekstermitas yang sakit.

 Rasional 8 otot volunteer akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak  dilatih untuk digerakan.

*. antu klien melakukan latihan =G, perawatan diri sesuai toleransi  Rasional 8 untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuannya B. olaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien

 Rasional 8 peningkatan kemampuan dalam mobilisasi ektremitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim fisioterapi

b.  Resiko cedera berhubungan dengan kerusakan sensori dan penglihatan7 dampak tirah baring lama dan kelemahan spastis

T.,.an /

-alam waktu <3 &$ jam resiko trauma tidak terjadi Kiteia asil /

1. lien mau berpartisipasi terhadap pencegahan trauma &. -ecubitus tidak terjadi

<. ontraktur sendi tidak terjadi $. lien tidak jatuh dari tempat tidur  Inte-ensi /

1. Pertahankan tirah baring dan imobilisasi sesuai indikasi

 Rasional 8 meminimalkan rangsangan nyeri akibat gesekkan antara fragmen tulang dengan jaringan lunak disekitarnya

&. erikan kacamata yang sesuai dengan klien

 Rasional 8 tameng mata atau kacamata penutup dapat digunakan untuk memblok  implus penglihatan pada satu mata bila klien mengalami diplopia atau  penglihatan ganda

(25)

 Rasional 8 oleh karena aktifitas fisik dan imobilisasi sering terjadi pada multipel sklerosis, maka komlikasi yang di hubungkan dengan imobilisasi mencakup dekubitus dan langka untuk mencegahnya

$. odifikasi pencegahan cedera

 Rasional 8 pencegahan cedera dilakukan pada klien multipel sklerosis jika disfungsi motorik menyebabkan masalah dalam tidak ada koordinasi dan adanya kekakuan atau jika ataksia ada, klien resiko jatuh.

'. odifikasi lingkungan

 Rasional 8 untuk mengatasi ketidak mampuan, klien di anjurkan untuk dengan kaki kosong pada ruang yang luas untuk menyediakan dasar yang luas dan untuk  meningkatkan kemampuan berjalan dengan stabil

>. %jarkan teknik berjalan

 Rasional 8 jika kehilangan sensasi terhadap posisi tubuh, klien di anjurkan untuk  melihat kaki sambil berjalan

/. erikan terapi okupasi

 Rasional 8  terapi okupasi merupakan sumber yang membantu individu dalam memberi anjuran dan menjamin bantuan untuk maningkatkan kemandirian

*. eminimalkan resiko decubitus

 Rasional 8 oleh karena hilangnya sensori dapat menyebabkan bertambahnya kehilangan gerakkan motoric. -ecubitus terus diatasi untuk inegritas kulit. Penggunaan kursi roda meningkatkan resiko.

B. 6nspeksi kulit dibagian distal setiap hari !pantau kulit dan membran mukosa terhadap iritasi, kemerahan, atau lecet(lecet#

 Rasional 8 deteksi dini adanya gangguan sirkulasi dan hilangnya sensasi resiko tinggi kerusakan integritas kulit kemungkinan komplikasi imobilisasi

10. inimalkan spastisitas dan kontraktur 

 Rasional 8 spastisitas otot biasa terjadi dan terjadi pada tahap lanjut, yang terlihat dalam bentuk addukor yang berat pada pinggul, dengan spasme fleksor pada  pinggul dan lutut.

11. %jarkan teknik latihan

 Rasional 8 latihan setiap hari untuk menguatkan otot diberikan untuk  meminimalkan kontraktur sendi. Perhatian khusus diberikan pada otot(otot paha, otot gatroknemeus, adductor, biseps dan pergelangan tangan, serta fleksor jari(  jari

1&. Pertahankan sendi B0 derajad terhadap papan kaki

 Rasional 8 telapak kaki dalam posisi B0 derajad dapat mencegah footdrop

1<. 8valuasi tanda4gejala perluasan cedera jaringan !peradangan lokal 4 sistemik, sperti peningkatan nyeri, edema dan demam#

 Rasional 8 menilai perkembangan masalah klien

c.  Perubahan pola eliminasi urin yang berhubungan dengan kelumpuhan saraf perkemihan T.,.an /

-alam waktu & 3 &$ jam eliminasi urin terpenuhi Kiteia asil /

1. Pemenuhan eliminasi urin dapat dilaksanakan dengan atau tidak  mengguanakan keteter 

(26)

Inte-ensi /

1. aji pola berkemih dan catat urin setiap > jam  Rasional 8 mengetahui fungsi ginjal

&. ingkatkan kontrol berkemih dengan cara berikan dukungan pada klien tentang  pemenuhan eliminasi urin, lakukan jadwal berkemih, ukur jumlah urin tiap & jam  Rasional 8 jadwal berkemih diatur awalnya setiap 1 sampai & jam dengan  perpanjangan interfal waktu bertahap. lien diinstruksikan untuk mengukur   jumlah air yang di minum setiap & jam dan mencoba untuk berkemih <0 menit

setelah minum.

<. Palpasi kemungkinan adanya distensi kandung kemih

 Rasional 8 menialai perubahan akibat dari inkontinensial urin $. %njurkan klien untuk minum &000 cc4hari

(27)

Dafta P.staka

1. 8stiasari =. clerosis multiple. -epartemen neurologi, fakultas kedokteran universitas 6ndonesia ="C. 5akarta. &01$

&. %llan . =opper, artin %. %dams  9ictorKs Principles of @eurology, Bth 8dition. oston. &00B.

<. unger., Levin L, olis , oward , %scherio %. "erum &'(idroksivitamin -Levels and =isk of ultiple "clerosis. =eport) 5%% &00>)&B>)&*<&(&*<*

$. "imon =.  Motor "eficit. 9linical +eurology./ th. c;raw ill. 7"%. &00B.

'. %bout ". &01&. ayer ealthCare Pharmaceuticals. %vailable from) http)44www.multiplesclerosis.com4global4aboutMms.php was accessed on Aebruari 11th, &01>

>. ultiple sclerosis. &01&. edscape =eferences. %vailable from) http)44emedicine.medscape.com4article411$>1BB(overview was accessed on Aebruari 11th, &01>

/. ultiple "clerosis. Pubmed ealth edicine. %vailable from) http)44www.ncbi.nlm.nih.gov4pubmedhealth4P0001/$/4 was accessed on Aebruari 11th, &01>

*. Phenythoin @europrotection in ". &01'. edscape =eferences. %vailable from) http)44www.medscape.com4viewarticle4*$<<B<NvpM1 was accessed on Aebruari 1&th,

Referensi

Dokumen terkait