IDENTIFIKASI JAMUR TRYCHOPHYTON RUBRUM PENYEBAB TINEA PEDIS PADA PEDAGANG IKAN DI PASAR CIKURUBUK TASIKMALAYA
Ary Nurmalasari, Mei Widiati, Ujang Ruhyadin, Dias
Program Studi Diploma III Analis Kesehatan STIKes Muhammadiyah Ciamis ABSTRACT
Tinea pedis is a fungal infection diseases dermatofita more found in the skin of the soles of the feet area and sidelines of toes. Some risk factors for Tinea pedis is the use of closed shoes that long every day, wearing socks when working, and exposure to the fungus. This research was conducted at traders of fish in his daily work in damp places because it is directly related to the water and wearing shoes covered in long periods of being performed in the cikurubuk market is the largest market occurs in the town of Tasikmalaya. The purpose of this research is to find out whether or not there is fungus Trichophyton rubrum causes Tinea pedis on the merchant market in the fish Cikurubuk Town, Tasikmalaya. The study was descriptive in nature. Samples obtained from kerokan skin your feet and toes 14 man in-stream fish traders in the Market Cikurubuk the town of Tasikmalaya. The sample is brought to the laboratory of Parasitology STIKes Muhammadiyah Ciamis to do the examination. Research results by as much as 14 samples kerokan leather soles and toes on the sidelines of the fish traders in the market town of Tasikmalaya Cikurubuk there are 10 people infected with the fungus Trichophyton rubrum.
Keywords : The fungi Trichophyton rubrum
INTISARI
Tinea pedis adalah penyakit infeksi jamur dermatofita tersering yang ditemukan di daerah kulit telapak kaki dan sela jari kaki. Beberapa faktor risiko Tinea pedis adalah penggunaan sepatu tertutup yang lama setiap hari, pemakaian kaus kaki ketika bekerja, dan paparan jamur. Penelitian ini dilakukan pada pedagang ikan yang sehari-harinya bekerja di tempat yang lembab karena berhubungan langsung dengan air dan memakai sepatu tertutup dalam jangka waktu yang lama yang dilakukan di Pasar Cikurubuk yang merupakann pasar terbesar di Kota Tasikmalaya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya jamur Trichophyton rubrum penyebab Tinea pedis pada pedagang ikan di pasar Cikurubuk Kota Tasikmalaya. Penelitian ini bersifat deskriptif. Sampel didapat dari kerokan kulit telapak kaki dan sela jari kaki 14 orang pedagang ikan di Pasar Cikurubuk Kota Tasikmalaya. Sampel dibawa ke Laboratorium parasitologi STIKes Muhammadiyah Ciamis untuk dilakukan pemeriksaan. Hasil penelitian sebanyak 14 sampel kerokan kulit telapak kaki dan sela jari kaki pada pedagang ikan di pasar Cikurubuk Kota Tasikmalaya terdapat 10 orang yang terinfeksi jamur Trichophyton rubrum.
Pendahuluan
Tinea pedis atau yang lebih dikenal dengan kutu air adalah
penyakit akibat infeksi jamur
dermatofita yang mengenai kulit pada jari-jari kaki, telapak kaki, dan bagian lateral kaki. Penyebab penyakit ini adalah seluruh genus dermatofita terutama Trichophyton rubrum, dan Trichophyton mentagrophytes. Namun penyebab tersering yaitu, Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes,
dan Trichophyton epidermophyton
floccosum. Penyakit ini merupakan penyakit infeksi dermatofita yang sering terjadi.(FKUI, 2008).
Kelainan mengenai kulit
diantara jari-jari kaki, terutama antara jari ke 3-4 dan ke 4-5, telapak kaki dan bagian lateral kaki. Faktor predisposisi berupa kaki yang selalu basah, baik oleh air (tukang cuci), maupun oleh keringat (sepatu tertutup dan memakai
kaos kaki) dengan waktu yang
lama.(FKUI, 2008).
Selain karena pemakaian
sepatu tertutup untuk waktu yang lama,
bertambahnya kelembaban karena
keringat, pecahnya kulit karena
mekanis, tingkat kebersihan
perorangan, dan paparan terhadap jamur merupakan faktor resiko yang menyebabkan terjadinya tinea pedis.
Kondisi lingkungan yang lembab dan panas di sela-sela jari karena pemakaian sepatu yang lembab, juga akan merangsang tumbuhnya jamur (Kurniawati, 2006).
Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial mempengaruhi kesehatan kerja. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan kerja antara lain faktor fisik, faktor kimia, dan faktor biologis (Kurniawati, 2006). Sehingga sudah sewajarnya kita selalu menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh seperti yang dianjurkan dalam Al-Qur’an surat At-Taubah (9) : 108 yang berbunyi :
“Janganlah kamu bersembahyang
dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih”(Q.S At-Taubah 9 : 108).
Ayat diatas mengingatkan kita bahwa Allah SWT menyukai orang-orang yang mensucikan diri / bersih.
Karena sesungguhnya bersih itu sebagian dari iman dan juga dapat menghindarkan kita dari berbagai penyakit yang disebabkan karena
kurangnya kita dalam menjaga
kebersihan diri.
Pedagang ikan adalah salah satu jenis pekerjaan yang sehari-harinya bekerja di tempat yang lembab dan berhubungan langsung dengan air, serta selalu memakai sepatu yang kedap udara dalam jangka waktu yang lama, sehingga memungkinkan untuk tumbuhnya jamur pada kaki, selain itu
tingkat kebersihan yang kurang
diperhatikan juga merupakan salah satu faktor penyebab tumbuhnya jamur.
Pasar merupakan tempat
terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan pembeli pada waktu dan tempat tertentu. Keberadaan pasar tentu sangat penting,
selain sebagai penopang
keberlangsungan ekonomi sebuah
bangsa, pasar juga memiliki peran penting dalam mendukung ekonomi dan kemajuan masyarakat. Salah satu pasar yang ada di Tasikmalaya adalah pasar cikurubuk, pasar ini terletak di Jl Ardiwinangun kel.Tugu Jaya Kec. Indihiang kota Tasikmalaya.
Pasar terbesar di Kota
Tasikmalaya ini memiliki ratusan toko baik yang sifatnya permanen ataupun
yang semi permanen. Tentu semuanya disesuaikan dengan jenis barang yang di jajakan di pasar ini. di Pasar Cikurubuk terdapat sedikitnya (50) orang pedagang ikan yang menempati (60) kios tempat berjualan ikan. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan peneliti terlihat bahwa keadaan tempat berjualan di tiap kios ikan tersebut becek dan kotor serta ada pedagang yang mengeluhkan gatal pada sela jari kaki dan telapak kaki
yang pecah-pecah. Kebanyakan
pedagang ikan memakai sepatu boot yang kedap udara dan dipakai pada waktu yang lama sehingga keadaan kaki yang memakai sepatu tersebut menjadi lembab dan memungkinkan tumbuhnya jamur.
Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu penelitian yang
dilakukan untuk menggambarkan
keberadaan jamur penyebab Tinea pedis yang terdapat pada kaki pedagang ikan di pasar Cikurubuk Kota Tasikmalaya.
Dalam penelitian ini objek yang di teliti adalah pedagang ikan yang ada di pasar Cikurubuk yang berjumlah 50 orang
Berdasarkan hasil observasi maka penentuan sampel menggunakan teknik
sampel insidental dimana peneliti
menggunakan sampel seadanya pada saat dilakukan penelitian. Jumlah sampel dalam
penelitian ini dilakukan berdasarkan kriteia inklusi dan ekslusi dibawah ini :
a. Kriteria Inklusi
1) Pedagang ikan yang ada di pasar Cikurubuk Kota tasikmalaya pada periode / masa penelitian.
2) Pedagang ikan yang memiliki kriteria pemeriksaan seperti ada keluhan gatal pada telapak kaki. 3) Pedagang ikan yang memakai
sepatu tertutup pada jangka waktu yang lama pada saat berjualan. 4) Sudah lebih dari 5 tahun berdagang
ikan.
b. Kriteria Eksklusi
1) Pedagang ikan yang sedang
melakukan pengobatan penyakit jamur kaki.
2) Pedagang ikan yang menolak atau
mengundurkan diri menjadi
responden dalam penelitian ini. 3) Pedagang ikan yang tidak ada di
tempat pada saat pengambilan sampel
Setelah dilakukan pengambilan sampel didapatkan 14 sampel yang memenuhi kriteria inklusi.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan jenis data primer. Data primer diperoleh dari hasil pemeriksaan Jamur Trichophyton rubrum di laboratorium parasitologi pada pedagang ikan di Pasar Cikurubuk Kota Tasikmalaya.
Alat dan Bahan
Autoklaf, Oven, Gelas Kimia, Pipet tetes , Cawan petri, Batang pengaduk, Neraca analitik, Deck glass, Objek glass, Erlen meyer, Lampu spirtus, Spatula steril, Mikroskop, SDA dan KOH 10%.
Prosedur Penelitian
1. Pengambilan sampel
a. Terlebih dahulu pada telapak atau sela jari kaki pedagang ikan yang akan dilakukan pengerokan di desinfektan dengan menggunakan kapas alkohol 70% supaya terbebas dari bakteri, kemudian telapak atau sela jari kaki dikerok dengan menggunakan skalpel steril sampai diperoleh hasil kerokan yang cukup dan dikumpulkan pada cawan petri.
b. Hasil kerokan kulit ditanam pada media Sabouraud Dextrose Agar dengan penanaman di totolkan pada tempat-tempat tertentu
c. Media diberi label dan nomor sampel d. Media diinkubasi pada suhu kamar
(25-30°C) selama 7 hari sambil diamati pertumbuhannya setiap hari e. Koloni yang dicurigai mempunyai
permukaan seperti kapas yang
berwarna putih berwarna kuning kecoklatan bila dilihat dari sisi koloni
sebaliknya (Geo F. Brooks
2.Pemeriksaan langsung dengan KOH a. Hasil kerokan kulit teteska pada objek
glass
b. Pijarkan ujung ose pada lampu spirtus c. Basahi ose dengan larutan KOH 10%
d.Letakan sampel pada tetesan KOH 10% dan tutup dengan cover glass e. Fiksasi sediaan diatas nyala api f. Periksa dibawah mikroskop 10x dan
40x (Robin Graham).
3. Pemeriksaan Mikroskopis dari Media Sabouraud Dextrose Agar
a. Ambil sedikit koloni jamur dari biakan atau kultur dengan ose lurus, letakan pada objek glass yang sudah ditetesi NaCl 0.85% kemudian tutup dengan cover glass.
b. Periksa dibawah Mikroskop
dengan pembesaran lensa 10x dan 40x (Arif Mansjoer, 2000).
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pemeriksaan sampel jamur dari kerokan kulit telapak kaki dan sela jari kaki pedagang ikan yang berjumlah 14 sampel didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 1 Hasil Pengamatan Langsung dengan KOH 10%
No sampel Pemeriksaan langsung dengan KOH 10% No Sampel Pemeriksaan langsung dengan KOH 10% 1 Negatif (-) 8 Negatif (-) 2 Negatif (-) 9 Negatif (-) 3 Negatif (-) 10 Negatif (-) 4 Negatif (-) 11 Negatif (-) 5 Negatif (-) 12 Negatif (-) 6 Negatif (-) 13 Negatif (-) 7 Negatif (-) 14 Negatif (-)
Berdasarkan data pada tabel 1 semua sampel menunjukan hasil negatif (
tidak ditemukan jamur Trichophyton
rubrum ). Untuk lebih memastikan bahwa sampel tersebut negatif maka peneliti melakukan penanaman pada media SDA dan didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 2 Hasil Pengamatan pada Biakan Media SDA secara Makroskopis dan Mikroskopis
No Pemeriksaan makroskopis Pemeriksaan mikroskopis Bentuk koloni Warna atas Warna bawah Trichop hyton rubrum Aspergi lus sp
1 Seperti kapas Putih hitam Hitam putih Negatif (-) Positif (+) 2 Seperti kapas Putih
hitam Hitam putih Negatif (-) Positif (+) 3 Seperti kapas Putih Merah
anggur
Positif (+)
Negatif (-) 4 Seperti kapas Putih Merah
anggur
Positif (+)
Negatif (-) 5 Seperti kapas Putih Merah
anggur
Positif (+)
Negatif (-) 6 Seperti kapas Putih Merah
anggur
Positif (+)
Negatif (-) 7 Seperti kapas Putih
hitam Merah anggur Positif (+) Positif (+) 8 Seperti kapas Putih Merah
anggur
Positif (+)
Negatif (-) 9 Seperti kapas Putih Merah Positif Negatif
anggur (+) (-) 10 Seperti kapas Putih
hitam Hitam putih Negatif (-) Positif (+) 11 Seperti kapas Putih Merah
anggur
Positif (+)
Negatif (-) 12 Seperti kapas Putih Merah
anggur
Positif (+)
Negatif (-) 13 Seperti kapas Putih Merah
anggur
Positif (+)
Negatif (-) 14 Seperti kapas Putih Merah
anggur
Positif (+)
Negatif (-) Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh hasil yang positif terinfeksi jamur Trichophyton rubrum sebanyak 10 orang. Hasil pengamatan yang positif diperoleh dari :
1) Hasil pemeriksaan makroskopis kulit telapak kaki dan sela jari kaki :
Perrmukaan kulit rapuh dan terdapat bercak-bercak putih yang brbatas tegas. 2) Hasil pengamatan makroskopis koloni
biakan :
Trichophyton rubrum
Bentuk koloni seperti kapas, warna atas koloni berwarna putih, dan warna bawah koloni berwarna merah anggur.
3) Hasil kontrol negatif
Pada media kontrol negatif tidak terdapat pertumbuhan jamur sehingga dapat dipastikan bahwa media SDA yang digunakan tidak terkontaminasi oleh jamur kontaminan.
4) Hasil pengamatan mikroskopis
a. Hasil pengamatan jamur Trichophyton rubrum
Mikrokonidia berbentuk tetesan air mata, dengan sedikit makrokonidia berbentuk pensil. Hasil tersebut diidentifikasi sebagai Jamur Trichophyton rubrum.
Gambar 1 Hasil Pengamatan Jamur Trichophyton rubrum setelah pembiakan pada
media SDA
Ket:
1. Mikrokonidia 2. Makrokonidia 3. Hifa
b. Hasil pengamatan jamur Aspergilus sp Hifa bersekat, bentuk seperti kapas
konidiospora, sterigmta. Hasil tersebut diidentifikasi sebagai Jamur Aspergilus sp
Gambar 2 Hasil Pengamatan Jamur Aspergilus sp setelah pembiakan
pada media SDA
Ket : 1. Konidium 2. Vesikel 3. Hifa
Berdasarkan hasil penelitian pada sampel kerokan kulit telapak kaki dan sela jari kaki pedagang ikan didapatkan hasil positif yang terinfeksi jamur Trichiphyton rubrum sebanyak 10 dari 14 ( 71% ) dan Aspergilus sp 3 ( 21%)
Pembahasan
Jumlah pedagang ikan yang ada di
Pasar Cikurubuk Kota Tasikmalaya
sebanyak 50 orang, yang tidak memenuhi kriteria inklusi sebanyak 25 orang, 11 orang menolak, dan yang memenuhi kriteria inklusi dan bersedia dijadikan sampel sebanyak 14 orang. Hasil pemeriksaan 14 sampel kerokan kulit telapak kaki dan sela jari kaki pedagang ikan di Pasar Cikurubuk kota Tasikmalaya yang dilakukan dengan metode pembiakan pada media saboraud
dextrose agar, ditemukan adanya jamur Trichophyton rubrum 71% dan Aspergilus sp 21%
Pemeriksaan mikroskopis langsung dengan menggunakan KOH didapatkan hasil negatif dikarenakan beberapa faktor yaitu seperti spora yang ada di sampel tidak begitu banyak, dan spora yang ada tertutup oleh kotoran dari sampel. Sehingga faktor inilah yang memungkinkan hasil dari
pemeriksaan langsung dengan KOH
negatif.
Meskipun hasil pemeriksaan secara langsung menggunakan KOH negatif, akan tetapi dengan menggunakan media kultur jamur patogen dapat diidentifikasi, karena kultur merupakan pemeriksaan jamur yang distandarisasi observasi lapangan, yang
memiliki fungsi untuk menumbuhkan
jamur, memperbanyak jumlah, dan
membantu dlam diagnosis jamur penyebab infeksi. Sehingga jamur dapat lebih mudah untuk diidentifikasi.
Untuk menjaga keakuratan hasil penelitian, penelitian ini disertai dengan media kontrol negatif. Hal ini dilakukan untuk menjaga keakuratan hasil untuk meyakinkan bahwa jamur yang tumbuh benar-benar jamur yang akan diteliti bukan jamur kontaminasi.
Berdasarkan tinjauan dan
interpretasi hasil pemeriksaan dari sampel kerokan kulit telapak kaki dan sela jari kaki pedagang ikan di Pasar Cikurubuk Kota
Tasikmalaya, ditemukan adanya jamur Trichophyton rubrum yang termasuk pada golongan jamur dermatofita. Golongan jamur ini menyerang pada bagian tubuh yang mengandung keratin. Selain itu juga ditemukan jamur Aspergilus sp yang merupakan jamur kontaminan yang hidup bebas dan terdapat dimana-mana. Jamur dapat mengkontaminasi dalam bentuk spora yang terdapat banyak di udara. Pada umumnya keadaan lingkungan yang lembab
dan kurang baik sehingga dapat
mempengaruhi terdapatnya jamur
Aspergilus sp serta jamur kontaminasi lainnya yang dapat terbawa sporanya oleh udara dan kemudian menempel pada kulit yang terinfeksi sehingga terdapart dua jamur yang berbeda dalam satu sampel.
Hasil penelitian ini juga didukung
oleh hasil wawancara dengan para
pedagang ikan yang ada di Pasar Cikurubuk
Kota Tasikmalaya sebelum dilakukan
pengambilan sampel, pedagang ikan
mengalami kurang nyaman pada bagian kaki terutama pada sela jari kaki yang sering terasa gatal sehingga menggangu kenyamanan para pedagang pada saat berjualan. Infeksi jamur ini biasanya terjadi
pada orang-orang yang berada di
lingkungan yang lembab, kotor, dan dan faktor kebersihan perorangan juga sangat mempengaruhi terserangnya infeksi jamur.
Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah kerokan kulit telapak kaki
pedagang ikan di Pasar Cikurubuk Kota Tasikmalaya sebanyak 14 sampel, cara
pengambilan sampel kulit dengan
menggunakan objek glas, kemudian bagian kulit yang akan dikerok didisinfeksi dengan menggunakan kapas alkohol basah 70%, setelah itu bagian kulit yang telah di disinfeksi dikerok menggunakan bagian sisi objek glas dan hasil kerokan disimpan pada cawan petri ukuran kecil yang telah disediakan dan telah diberi label.
Selain ditemukannya jamur
Trichophyton rubrum, peneliti juga menemukan jamur Aspergilus sp pada media SDA. Hal ini terjadi karena jamur Aspergilus sp merupakan jamur kontaminan yang hidup bebas dan terdapat dimana-mana. Jamur ini kemungkinan bisa tumbuh karena pada saat proses pengambilan sampel atau pada saat penanaman pada media spora yang terdapat di udara menempel pada sampel media Saboraud Dextose Agar. Sehingga Hal inilah yang
memungkinkan tumbuhnya jamur
Aspergilus sp.
Kelemahan dari penelitian ini adalah peneliti hanya menggunakan media kontrol negatif tanpa menggunakan kontrol positif,
namun demikian berdasarkan hasil
identifikasi secara makroskopis dan mikroskopis menunjukan ciri-ciri bahwa yang tumbuh pada media SDA benar-benar jamur Trichophyton rubum.
Simpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada sampel kerokan kulit telapak kaki dan sela jari kaki pedagang ikan di Pasar Cikurubuk Kota Tasikmalaya di dapat jamur Trichophyton rubrum sebanyak 10 dari 14 (71% ).
Ucapan Terima Kasih
Sumber dana penelitian ini
menggunakan dana hibah dari LPPM STIKes Muhammadiyah Ciamis. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada Ketua STIKes Muhammadiyah Ciamis, Ketua LPPM STIKes Muhammadiyah Ciamis dan Ketua Program Studi D3 Analis Kesehatan STIKes Muhammadiyah Ciamis.
Daftar Pustaka
AL Quran. (2010) Al Quran dan
Terjemahannya. Bandung : CV Penerbit
Departemen Parasitologi FKUI, (2008)Buku Ajar Parasitologi Kedokteran Edisi 4. Penerbit : Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Gandjar, Indrawati, dkk. (2014)Mikologi: Dasar dan Terapan. Jakarta : IKAPI DKI.
Gunter,Robert. (2005)Trichophyton rubrum Microbiology.
http://soils1.cses.ut.edu/
Irianto, K. (2014)Bakteiologi Medis, Mikologi Meis, dan Virologi Medis. Bandung : Alfabeta
Irianto, Koes. (2013) Parasitologi Medis. Bandung : Alfabeta.
Kurniawati, R. (2006)Faktor-Faktor yang berhubungan dengan kejadian Tinea Pedis pada pemulung di TPA Jatibarang. Semarang.
Sutanto, Inge (Ed). (2008) Parasitologi Kedokteran. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.