• Tidak ada hasil yang ditemukan

SOSIALISASI UU NO 23 TAHUN 2014 - Copy.ppt

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SOSIALISASI UU NO 23 TAHUN 2014 - Copy.ppt"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

2014 S U M A T E R A K A L I M A N T A N

J A V A

I R I A N J A Y A

UNDANG-UNDANG NOM0R 23 TAHUN

2014

(Tentang Pemerintahan Daerah)

Dr. HALILUL KHAIRI, M.Si

(Anggota Tim Perumus dan Pembahas UU No 23 Tahun

2014 Kemendagri)

(2)

LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG

1. Menjamin efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2. Menata manajemen pemerintahan daerah yang lebih responsif, akuntabel, transparan dan efisien.

3. Menata keseimbangan tanggung jawab antar tingkatan/susunan pemerintahan dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan.

4. Menata pembentukan daerah agar lebih selektif sesuai dengan kondisi dan kemampuan daerah.

5. Menata hubungan antara pusat dan daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

1. Menjamin efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2. Menata manajemen pemerintahan daerah yang lebih responsif, akuntabel, transparan dan efisien.

3. Menata keseimbangan tanggung jawab antar tingkatan/susunan pemerintahan dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan.

4. Menata pembentukan daerah agar lebih selektif sesuai dengan kondisi dan kemampuan daerah.

5. Menata hubungan antara pusat dan daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(3)

PEMBAGIAN WILAYAH NEGARA PEMBAGIAN WILAYAH NEGARA

Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas

daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi

atas kabupaten dan kota

Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas

daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi

atas kabupaten dan kota WILAYAH DAERAH. WILAYAH DAERAH. WILAYAH NEGARA WILAYAH NEGARA  Merupakan batas kedaulatan

 Negara lain dapat dihalangi untuk masuk wilayah negara

 Merupakan batas kedaulatan

 Negara lain dapat dihalangi untuk masuk wilayah negara  Merupakan batas administrasi urusan pemerintahan  Tidak menghalangi susunan/tingkatan pemerintahan lain untuk melaksanakan urusan pemerintahan di wilyahnya  Merupakan batas administrasi urusan pemerintahan  Tidak menghalangi susunan/tingkatan pemerintahan lain untuk melaksanakan urusan pemerintahan di wilyahnya

(4)

KEDUDUKAN DAERAH OTONOM KEDUDUKAN DAERAH OTONOM

1. Daerah Otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mepunyai pemerintahan sendri dan mempunyai hak mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri.

2. Keberadaan daerah otonom dan hak otonomi diberikan oleh konstitusi, namun pembentukan daerah otonom dan penentuan jenis dan jumlah urusan otonomi ditetapkan dengan undang-undang.

3. Pemerintahan daerah berada di luar struktur pemerintah pusat.

4. Daerah otonom tidak berdaulat sehingga tunduk pada hukum yang dibuat oleh pemerintah pusat.

5. Hubungan pusat dan daerah adalah hubungan hierarkhi kedaulatan dan bukan hubungan hierarkhi organisatoris.

1. Daerah Otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mepunyai pemerintahan sendri dan mempunyai hak mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri.

2. Keberadaan daerah otonom dan hak otonomi diberikan oleh konstitusi, namun pembentukan daerah otonom dan penentuan jenis dan jumlah urusan otonomi ditetapkan dengan undang-undang.

3. Pemerintahan daerah berada di luar struktur pemerintah pusat.

4. Daerah otonom tidak berdaulat sehingga tunduk pada hukum yang dibuat oleh pemerintah pusat.

5. Hubungan pusat dan daerah adalah hubungan hierarkhi kedaulatan dan bukan hubungan hierarkhi organisatoris.

(5)

URUSAN PEMERINTAHAN URUSAN PEMERINTAHAN PRESIDEN PRESIDEN DAERAH DAERAH MENTERI MENTERI PUSAT PUSAT DEKONSENTRASI DEKONSENTRASI TUGAS PEMBANTUANTUGAS

PEMBANTUAN OTONOMIOTONOMI

(6)

PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN

URUSAN

PEMERINTAAHANURUSAN

PEMERINTAAHAN

ABSOLUT :

Urusan Pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat

ABSOLUT :

Urusan Pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat

PEMERINTAHAN UMUM :

kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan yang di daerah dilaksanakan oleh gubernur, bupati/walikota dan didelegasikan kepada camat

PEMERINTAHAN UMUM :

kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan yang di daerah dilaksanakan oleh gubernur, bupati/walikota dan didelegasikan kepada camat

KONKUREN :

Urusan Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota

KONKUREN :

Urusan Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota

(7)

URUSAN PEMERINTAHAN ABSOLUT URUSAN PEMERINTAHAN ABSOLUT

1. Dapat didekonsentrasikan kepada gubenur, bupati/walikota sebagai wakil pemerintah pusat atau instansi vertikal

1. Dapat didekonsentrasikan kepada gubenur, bupati/walikota sebagai wakil pemerintah pusat atau instansi vertikal

3. Dibiayai dari anggaran pendapatan dan belanja negara.

3. Dibiayai dari anggaran pendapatan dan belanja negara.

2. Tidak dapat ditugaspembantuankan kepada daerah otonom, karena tidak ada perangkat daerah yang melaksanakan.

2. Tidak dapat ditugaspembantuankan kepada daerah otonom, karena tidak ada perangkat daerah yang melaksanakan.

4. Pembentukan instansi vertikal di daerah tidak memerlukan persetujuan gubernur sebagai wakil pemerintah.

4. Pembentukan instansi vertikal di daerah tidak memerlukan persetujuan gubernur sebagai wakil pemerintah.

(8)

URUSAN PEMERINTAHAN KONKUREN URUSAN PEMERINTAHAN KONKUREN

PRINSIP PEMBAGIAN:

akuntabilitas, efisiensi, dan eksternalitas, serta kepentingan strategis nasional.

PRINSIP PEMBAGIAN:

akuntabilitas, efisiensi, dan eksternalitas, serta kepentingan strategis nasional.

KRITERIA PEMBAGIAN URUSAN:

1.Lokasi pelaksanaan urusan pemerintahan;

2.Pengguna/konsumen atas pelaksanaan urusan pemerintahan;

3.Manfaat atau dampak pelaksanaan urusan pemerintahan;

4.Kedudukan strategis bagi kepentingan nasional.

KRITERIA PEMBAGIAN URUSAN:

1.Lokasi pelaksanaan urusan pemerintahan;

2.Pengguna/konsumen atas pelaksanaan urusan pemerintahan;

3.Manfaat atau dampak pelaksanaan urusan pemerintahan;

4.Kedudukan strategis bagi kepentingan nasional.

KETENTUAN PEMBAGIAN:

1.Diatur dalam lampiran UU No 23 Tahun 2014.

2.Urusan ekologis (ESDM, Kehutanan, dan Kelautan hanya diserahkan kepada daerah provinsi.

KETENTUAN PEMBAGIAN:

1.Diatur dalam lampiran UU No 23 Tahun 2014.

2.Urusan ekologis (ESDM, Kehutanan, dan Kelautan hanya diserahkan kepada daerah provinsi.

(9)

URUSAN PEMERINTAHAN KONKUREN URUSAN PEMERINTAHAN KONKUREN

POLA PEMBAGIAN:

Yang dibagi antar tingkatan/susunan pemerintahan hanya substansi urusan saja, sedangkan unsur manajemen dan fungsi manajemen melekat pada setiap substansi tersebut kecuali ada fungsi manajemen tertentu atau unsur manajemen tertentu yang secara eksplisit dinyatakan sebagai kewenangan susunan pemetintahan yang lain

POLA PEMBAGIAN:

Yang dibagi antar tingkatan/susunan pemerintahan hanya substansi urusan saja, sedangkan unsur manajemen dan fungsi manajemen melekat pada setiap substansi tersebut kecuali ada fungsi manajemen tertentu atau unsur manajemen tertentu yang secara eksplisit dinyatakan sebagai kewenangan susunan pemetintahan yang lain

KRITERIA PEMBAGIAN URUSAN:

Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan setiap tingkatan/susunan pemerintahan dilakukan secara jelas (clear cut), sehingga tidak ada lagi urusan pemerintahan yang tumpang tindih antar tingkatan/susunan pemerintahan.

KRITERIA PEMBAGIAN URUSAN:

Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan setiap tingkatan/susunan pemerintahan dilakukan secara jelas (clear cut), sehingga tidak ada lagi urusan pemerintahan yang tumpang tindih antar tingkatan/susunan pemerintahan.

(10)

URUSAN PEMERINTAHAN KONKUREN URUSAN PEMERINTAHAN KONKUREN

WAJIB TERKAIT PELAYANAN DASAR :

Urusan Pemerintahan Wajib yang sebagian substansinya merupakan Pelayanan Dasar.

WAJIB TERKAIT PELAYANAN DASAR :

Urusan Pemerintahan Wajib yang sebagian substansinya merupakan Pelayanan Dasar.

WAJIB TIDAK TERKAIT PELAYANAN DASAR :

Urusan Pemerintahan Wajib yang substansinya tidak mengandung Pelayanan Dasar.

WAJIB TIDAK TERKAIT PELAYANAN DASAR :

Urusan Pemerintahan Wajib yang substansinya tidak mengandung Pelayanan Dasar.

PILIHAN :

Urusan Pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh Daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki Daerah.

PILIHAN :

Urusan Pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh Daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki Daerah.

(11)

URUSAN PEMERINTAHAN KONKUREN YANG DIOTONOMIKAN URUSAN PEMERINTAHAN KONKUREN YANG DIOTONOMIKAN

AZAS PELAKSANAAN :

Urusan Pemerintahan yang dibagi menjadi kewenangan daerah dilaksanakan berdasarkan azas otonomi.

AZAS PELAKSANAAN :

Urusan Pemerintahan yang dibagi menjadi kewenangan daerah dilaksanakan berdasarkan azas otonomi.

ANGGARAN :

Pelaksanaan urusan dibiayai dari APBD.

ANGGARAN :

Pelaksanaan urusan dibiayai dari APBD.

KEKUASAAN DAERAH :

Mempunyai hak untuk mengatur dan mengurus urusan yang sudah diserahkan kepada daerah sesuai dengan aspirasi masyarakat setempat dan kondisi daerat dalam prinsip NKRI.

KEKUASAAN DAERAH :

Mempunyai hak untuk mengatur dan mengurus urusan yang sudah diserahkan kepada daerah sesuai dengan aspirasi masyarakat setempat dan kondisi daerat dalam prinsip NKRI.

(12)

URUSAN WAJIB PELAYANAN DASAR URUSAN WAJIB PELAYANAN DASAR

1. Mengandung Pelayanan Dasar

Pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan dasar warga negara.

1. Mengandung Pelayanan Dasar

Pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan dasar warga negara.

2. Memerlukan SPM :

Ketentuan mengenai jenis dan mutu Pelayanan Dasar yang merupakan Urusan Pemerintahan Wajib yang berhak diperoleh setiap warga negara secara minimal.

2. Memerlukan SPM :

Ketentuan mengenai jenis dan mutu Pelayanan Dasar yang merupakan Urusan Pemerintahan Wajib yang berhak diperoleh setiap warga negara secara minimal.

3. Menjadi Prioritas:

Dilaksanakan mendahului/mengatasi seluruh kebutuhan pembiayaan yang lain.

3. Menjadi Prioritas:

Dilaksanakan mendahului/mengatasi seluruh kebutuhan pembiayaan yang lain.

(13)

URUSAN PEMERINTAHAN UMUM URUSAN PEMERINTAHAN UMUM

AZAS PELAKSANAAN :

Dilaksanakan berdasarkan azas dekonsentrasi karena merupakan kewenangan Presiden yang tidak diotonomikan.

AZAS PELAKSANAAN :

Dilaksanakan berdasarkan azas dekonsentrasi karena merupakan kewenangan Presiden yang tidak diotonomikan.

ANGGARAN :

Pelaksanaan urusan dibiayai dari APBN.

ANGGARAN :

Pelaksanaan urusan dibiayai dari APBN.

PELAKSANA :

Di daerah dilaksanakan oleh gubernur, bupati dan walikota sebagai wakil pemerintah pusat dibantu oleh instansi vertikal. Camat melaksanakan kewenangan bupati/walikota di tingkat kecamatan

PELAKSANA :

Di daerah dilaksanakan oleh gubernur, bupati dan walikota sebagai wakil pemerintah pusat dibantu oleh instansi vertikal. Camat melaksanakan kewenangan bupati/walikota di tingkat kecamatan

PERTANGGUNGJAWABAN:

Gubernur bertanggung jawab kepada presiden melalui Mendagri dan bupati/walikota betanggung jawab kepada Mendagri melalui gubernur wakil pusat.

PERTANGGUNGJAWABAN:

Gubernur bertanggung jawab kepada presiden melalui Mendagri dan bupati/walikota betanggung jawab kepada Mendagri melalui gubernur wakil pusat.

(14)

URUSAN PEMERINTAHAN UMUM URUSAN PEMERINTAHAN UMUM

Urusan pemerintahan umum tersebut di atas juga dilaksanakan oleh berbagai instansi baik instansi pusat maupun perangkat daerah. Kepala daerah lebih menekankan pada fungsi koordinator pelaksanaan urusan pemeritahan umum di daerah disamping sebagai pelaksana. Instansi vertikal yang membantu kepala daerah dalam melaksanakan urusan pemerintahan umum pada dasarnya bertugas membantu kepala daerah, terutama bantuan keuangan, fasilitasi, administrasi dan bantuan lainnya

Urusan pemerintahan umum tersebut di atas juga dilaksanakan oleh berbagai instansi baik instansi pusat maupun perangkat daerah. Kepala daerah lebih menekankan pada fungsi koordinator pelaksanaan urusan pemeritahan umum di daerah disamping sebagai pelaksana. Instansi vertikal yang membantu kepala daerah dalam melaksanakan urusan pemerintahan umum pada dasarnya bertugas membantu kepala daerah, terutama bantuan keuangan, fasilitasi, administrasi dan bantuan lainnya

1. pembinaan wawasan kebangsaan dan ketahanan nasional dalam rangka memantapkan pengamalan Pancasila, pelaksanaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pelestarian Bhinneka Tunggal Ika serta pemertahanan dan pemeliharaan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

2. pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa;

3. pembinaan kerukunan antarsuku dan intrasuku, umat beragama, ras, dan golongan lainnya guna mewujudkan stabilitas kemanan lokal, regional dan nasional;

4. penanganan konflik sosial sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

5. koordinasi pelaksanaan tugas antarinstansi pemerintahan yang ada di wilayah Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul dengan memperhatikan prinsip demokrasi, hak asasi manusia, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan, potensi serta keanekaragaman Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

6. pengembangan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila; dan

7. pelaksanaan semua Urusan Pemerintahan yang bukan merupakan kewenangan Daerah dan tidak dilaksanakan oleh Instansi Vertikal.

1. pembinaan wawasan kebangsaan dan ketahanan nasional dalam rangka memantapkan pengamalan Pancasila, pelaksanaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pelestarian Bhinneka Tunggal Ika serta pemertahanan dan pemeliharaan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

2. pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa;

3. pembinaan kerukunan antarsuku dan intrasuku, umat beragama, ras, dan golongan lainnya guna mewujudkan stabilitas kemanan lokal, regional dan nasional;

4. penanganan konflik sosial sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

5. koordinasi pelaksanaan tugas antarinstansi pemerintahan yang ada di wilayah Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul dengan memperhatikan prinsip demokrasi, hak asasi manusia, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan, potensi serta keanekaragaman Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

6. pengembangan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila; dan

7. pelaksanaan semua Urusan Pemerintahan yang bukan merupakan kewenangan Daerah dan tidak dilaksanakan oleh Instansi Vertikal.

(15)

KONSTRUKSI URUSAN PEMERINTAHAN UMUM DI DAERAH KONSTRUKSI URUSAN PEMERINTAHAN UMUM DI DAERAH

PRESIDEN PRESIDEN MENDAGRI MENDAGRI GUBERNUR GUBERNUR BUPATI/ WALIKOTABUPATI/ WALIKOTA CAMAT CAMAT INSTANSI VERTIKALINSTANSI VERTIKAL INSTANSI VERTIKALINSTANSI VERTIKAL

(16)

FORKOPIMDA FORKOPIMDA

Dalam melaksanakan urusan pemerintahan umum, gubernur, bupati dan walikota adalah perpanjangan tangan Presiden di wilayahnya masing-masing.

Dalam melaksanakan urusan pemerintahan umum, gubernur, bupati dan walikota adalah perpanjangan tangan Presiden di wilayahnya masing-masing.

1. Untuk melaksanakan urusan pemerintahan umum Gubernur, Bupati/Walikota dibantu oleh Forum Koordinasi Pimpinan di Daerah.

2. Gubernur, Bupati/walikota sebagai Ketua Forkopimda.

3. Anggota Fokopimda terdiri dari Pimpinan DPRD, Pimpinan Kepolisian, Pimpinan satuan teritorial TNI dan Instansi Vertikal sesuai dengan masalah yang dibahas.

4. Di kecamatan dibentuk forum pimpinan kecamatan yang diketua oleh Camat dengan anggota pimpinan kepolisian dan pimpinan teritorial TNI di Kecamatan.

5. Rapat Fokopimda dapat mengundang instansi vertikal yang lain sesuai dengan kebutuhan.

1. Untuk melaksanakan urusan pemerintahan umum Gubernur, Bupati/Walikota dibantu oleh Forum Koordinasi Pimpinan di Daerah.

2. Gubernur, Bupati/walikota sebagai Ketua Forkopimda.

3. Anggota Fokopimda terdiri dari Pimpinan DPRD, Pimpinan Kepolisian, Pimpinan satuan teritorial TNI dan Instansi Vertikal sesuai dengan masalah yang dibahas.

4. Di kecamatan dibentuk forum pimpinan kecamatan yang diketua oleh Camat dengan anggota pimpinan kepolisian dan pimpinan teritorial TNI di Kecamatan.

5. Rapat Fokopimda dapat mengundang instansi vertikal yang lain sesuai dengan kebutuhan.

(17)

DEKONSENTRASI DEKONSENTRASI

Definisi:

Pendlegasian Wewenang dari pemerintah pusat kepada pejabatnya di daerah.

Definisi:

Pendlegasian Wewenang dari pemerintah pusat kepada pejabatnya di daerah.

Sifat :

1.Hubungan bersifat hirarkhi antara atasan dan bawahan (pejabat pusat dan pejabat daerah).

2.Murni meknaisme pelaksanaan urusan pemerintahan pusat.

3.Kemendagri menjadi atasan gubernur dan bupati/walikota sebagai wakil pemerintah pusat.

4.Tugas pusat yang dapat didekonsentrasikan kepada gubernur adalah yang menyangkut binwas kepada kab/kota atau ur PUM dan bup/walikota yang terkait dengan ur PUM.

Sifat :

1.Hubungan bersifat hirarkhi antara atasan dan bawahan (pejabat pusat dan pejabat daerah).

2.Murni meknaisme pelaksanaan urusan pemerintahan pusat.

3.Kemendagri menjadi atasan gubernur dan bupati/walikota sebagai wakil pemerintah pusat.

4.Tugas pusat yang dapat didekonsentrasikan kepada gubernur adalah yang menyangkut binwas kepada kab/kota atau ur PUM dan bup/walikota yang terkait dengan ur PUM.

(18)

DEKONSENTRASI DEKONSENTRASI

PELAKSANA:

Gubernur, bupati/walikota sebagai wakil pemerintah pusat dan instansi vertikal. Kepada gubernur, bupati/walikota sesuai dengan tugas dan kewenangan yang diatur dalam UU 23/2014.

PELAKSANA:

Gubernur, bupati/walikota sebagai wakil pemerintah pusat dan instansi vertikal. Kepada gubernur, bupati/walikota sesuai dengan tugas dan kewenangan yang diatur dalam UU 23/2014.

ANGGARAN :

Pelaksanaan urusan dibiayai dari APBN.

ANGGARAN :

Pelaksanaan urusan dibiayai dari APBN.

KEKUASAAN PELAKSANAAN :

Tidak punya kekuasaan mengatur sesuai dengan kepentingan masyarakat setempat.

KEKUASAAN PELAKSANAAN :

Tidak punya kekuasaan mengatur sesuai dengan kepentingan masyarakat setempat.

PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL:

Dengan persetujuan gubernur wakil pemerintah pusat kecuali untuk urusan absolut dan urusan yang nomenklaturnya sudah disebut dalam UUD 1945.

PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL:

Dengan persetujuan gubernur wakil pemerintah pusat kecuali untuk urusan absolut dan urusan yang nomenklaturnya sudah disebut dalam UUD 1945.

(19)

TUGAS PEMBANTUAN TUGAS PEMBANTUAN PELAKSANA :

Dilaksanakan oleh daerah otonom bukan oleh pemerintah daerah seperti selama ini.

PELAKSANA :

Dilaksanakan oleh daerah otonom bukan oleh pemerintah daerah seperti selama ini.

ANGGARAN :

Pelaksanaan urusan dibiayai dari APBN dan wajib diinformasikan kepada DPRD bersamaan dengan pengajuan RAPBD oleh kepala daerah penerima tugas pembantuan

ANGGARAN :

Pelaksanaan urusan dibiayai dari APBN dan wajib diinformasikan kepada DPRD bersamaan dengan pengajuan RAPBD oleh kepala daerah penerima tugas pembantuan

SIFAT PENYERAHAN :

Diserahkan kepada daerah sesuai dengan kebijakan pemerintah pusat dan dapat ditarik kembali.

SIFAT PENYERAHAN :

Diserahkan kepada daerah sesuai dengan kebijakan pemerintah pusat dan dapat ditarik kembali.

PERTANGGUNGJAWABAN:

Kepala daerah mempertanggung jawabkan kepada pemerintah pusat dan menyampaikan keterangan kepada DPRD. Perangkat daerah tidak bertanggung jawab langsung ke pusat tapi bertanggung jawab kepada kepala daerah.

PERTANGGUNGJAWABAN:

Kepala daerah mempertanggung jawabkan kepada pemerintah pusat dan menyampaikan keterangan kepada DPRD. Perangkat daerah tidak bertanggung jawab langsung ke pusat tapi bertanggung jawab kepada kepala daerah.

KEKUASAAN DAERAH :

Dapat menetapkan Perda untuk mengatur penyesuaian pelaksanaan di daerah tersebut.

KEKUASAAN DAERAH :

Dapat menetapkan Perda untuk mengatur penyesuaian pelaksanaan di daerah tersebut.

(20)

KEWENANGAN DAERAH PROVINSI BERCIRI KEPULAUAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI BERCIRI KEPULAUAN

1. Pengelolaan sumber daya alam di laut

yang menjadi kewenangan pemerintah

pusat dapat ditugas pembantuankan

kepada provinsi berciri kepulauan.

2. Untuk

melaksanakan

tugas

pembantuan, daerah provinsi berciri

kepulauan harus memenuhi NSPK yang

mengatur standar dan tata cara

melaksanakan tugas pembantuan di

bidang kelautan.

3. Ketentuan lebih lanjut diatur dalam PP

1. Pengelolaan sumber daya alam di laut

yang menjadi kewenangan pemerintah

pusat dapat ditugas pembantuankan

kepada provinsi berciri kepulauan

.

2. Untuk

melaksanakan

tugas

pembantuan, daerah provinsi berciri

kepulauan harus memenuhi NSPK yang

mengatur standar dan tata cara

melaksanakan tugas pembantuan di

bidang kelautan.

(21)

PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI BERCIRI KEPULAUAN

PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI BERCIRI KEPULAUAN

2. Dana Alokasi Umum untuk daerah provinsi berciri kepualuan dihitung dengan memasukkan luas wilayah laut sampai 12 mil.

2. Dana Alokasi Umum untuk daerah provinsi berciri kepualuan dihitung dengan memasukkan luas wilayah laut sampai 12 mil.

4. Dana Alokasi Khusus (DAK) mempertimbangkan pengembangan daerah provinsi berciri kepulauan sebagai prioritas kegiatan kewilayahan.

4. Dana Alokasi Khusus (DAK) mempertimbangkan pengembangan daerah provinsi berciri kepulauan sebagai prioritas kegiatan kewilayahan.

1. Provinsi berciri kepulauan adalah daerah provinsi yang luas wilayah lautnya lebih luas dari wilayah daratan.

1. Provinsi berciri kepulauan adalah daerah provinsi yang luas wilayah lautnya lebih luas dari wilayah daratan.

5. Selain Dana Alokasi Umum dan DAK, Pemerintah Pusat dapat memberikan bantuan untuk percepatan pembangunan daerah provisi berciri kepulauan

5. Selain Dana Alokasi Umum dan DAK, Pemerintah Pusat dapat memberikan bantuan untuk percepatan pembangunan daerah provisi berciri kepulauan

3. Tambahan DAU dari perhitungan luas wilayah laut dibagi 30 % untuk provinsi dan 70 % untuk sleuruh kab/kota dalam provinsi tersebut.

3. Tambahan DAU dari perhitungan luas wilayah laut dibagi 30 % untuk provinsi dan 70 % untuk sleuruh kab/kota dalam provinsi tersebut.

(22)

PENATAAN DAERAH PENATAAN DAERAH

2. Penyesuaian Daerah Terdiri Atas :

perubahan batas wilayah Daerah;perubahan nama Daerah;

pemberian nama dan perubahan nama bagian

rupa bumi;

pemindahan ibu kota; dan/atauperubahan nama ibu kota

2. Penyesuaian Daerah Terdiri Atas :

perubahan batas wilayah Daerah;perubahan nama Daerah;

pemberian nama dan perubahan nama bagian

rupa bumi;

pemindahan ibu kota; dan/atauperubahan nama ibu kota

1.Pembentukan Daerah Terdiri Atas :

Pemekaran Daerah;

Penggabungan Daerah

1.Pembentukan Daerah Terdiri Atas :

Pemekaran Daerah;

Penggabungan Daerah

(23)

PEMEKARAN DAERAH PEMEKARAN DAERAH

2. Persyaratan :

persyaratan dasar kewilayahan; dan

persyaratan dasar kapasitas Daerah.Persyaratan Administratif.

2. Persyaratan :

 persyaratan dasar kewilayahan; danpersyaratan dasar kapasitas Daerah.

Persyaratan Administratif.

1. Lingkup Pemekaran Daerah

pemecahan Daerah provinsi atau Daerah kabupaten/kota untuk menjadi dua atau lebih Daerah baru; atau

penggabungan bagian Daerah dari Daerah yang bersandingan dalam

1 (satu) Daerah provinsi menjadi satu Daerah baru. 1. Lingkup Pemekaran Daerah

pemecahan Daerah provinsi atau Daerah kabupaten/kota untuk

menjadi dua atau lebih Daerah baru; atau

penggabungan bagian Daerah dari Daerah yang bersandingan dalam 1 (satu) Daerah provinsi menjadi satu Daerah baru.

3. Melalui Daerah Persiapan Selama 3 Tahun

(24)

PEMEKARAN DAERAH PEMEKARAN DAERAH

1. luas wilayah minimal;

2. jumlah penduduk minimal;

3. batas wilayah;

4. Cakupan Wilayah; dan

5. batas usia minimal Daerah provinsi,

Daerah kabupaten/kota, dan

Kecamatan..

1. luas wilayah minimal;

2. jumlah penduduk minimal;

3. batas wilayah;

4. Cakupan Wilayah; dan

5. batas usia minimal Daerah provinsi,

Daerah kabupaten/kota, dan

(25)

PEMEKARAN DAERAH PEMEKARAN DAERAH

1. geografi;

2. demografi;

3. keamanan;

4. sosial politik, adat, dan tradisi;

5. potensi ekonomi ;

6. keuangan Daerah; dan

7. kemampuan penyelenggaraan

pemerintahan.

1. geografi;

2. demografi;

3. keamanan;

4. sosial politik, adat, dan tradisi;

5. potensi ekonomi ;

6. keuangan Daerah; dan

7. kemampuan penyelenggaraan

pemerintahan.

(26)

PENGGABUNGAN DAERAH PENGGABUNGAN DAERAH

2. Alasan Penggabungan:

 kesepakatan Daerah yang bersangkutan; atauhasil evaluasi Pemerintah Pusat.

2. Alasan Penggabungan:

kesepakatan Daerah yang bersangkutan; atauhasil evaluasi Pemerintah Pusat.

1. Lingkup Penggabungan Daerah

penggabungan dua Daerah kabupaten/kota atau lebih yang

bersanding dalam satu Daerah provinsi menjadi Daerah kabupaten/kota baru; dan

penggabungan dua Daerah provinsi atau lebih yang bersanding

menjadi Daerah provinsi baru 1. Lingkup Penggabungan Daerah

penggabungan dua Daerah kabupaten/kota atau lebih yang

bersanding dalam satu Daerah provinsi menjadi Daerah kabupaten/kota baru; dan

penggabungan dua Daerah provinsi atau lebih yang bersanding

menjadi Daerah provinsi baru

3. Persyaratan Penggabungan Daerah

Untuk penggabungan berdasarkan kesepakatan berlaku

syarat administratif dan syarat dasar kapasitas.

Untuk penggabungan sebagai hasil evaluasi tidak

memerlukan syarat.

3. Persyaratan Penggabungan Daerah

Untuk penggabungan berdasarkan kesepakatan berlaku syarat administratif dan syarat dasar kapasitas.

Untuk penggabungan sebagai hasil evaluasi tidak memerlukan syarat.

(27)

PENYESUAIAN DAERAH PENYESUAIAN DAERAH

1.Perubahan

batas

wilayah

ditetapkan

dengan

Undang-Undang

2.Penetapan penyesuaian daerah

diluar penetapan batas wilayah

ditetapkan dengan peratuaran

pemerintah.

1.Perubahan

batas

wilayah

ditetapkan

dengan

Undang-Undang

2.Penetapan penyesuaian daerah

diluar penetapan batas wilayah

ditetapkan dengan peratuaran

pemerintah.

(28)

PEMBENTUKAN DAERAH KEPENTINGAN STRATEGIS NASIONAL

PEMBENTUKAN DAERAH KEPENTINGAN STRATEGIS NASIONAL

2. harus dilakukan melalui tahapan Daerah Persiapan provinsi atau

Daerah Persiapan kabupaten/kota paling lama 5 (lima) tahun

2. harus dilakukan melalui tahapan Daerah Persiapan provinsi atau Daerah Persiapan kabupaten/kota paling lama 5 (lima) tahun

1. berlaku untuk daerah perbatasan, pulau-pulau terluar, dan Daerah tertentu untuk menjaga kepentingan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia

1. berlaku untuk daerah perbatasan, pulau-pulau terluar, dan Daerah tertentu untuk menjaga kepentingan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia

3. harus memiliki Cakupan Wilayah dengan batas-batas yang

jelas dan mempertimbangkan parameter pertahanan dan keamanan, potensi ekonomi, serta paramater lain yang memperkuat kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia

3. harus memiliki Cakupan Wilayah dengan batas-batas yang jelas dan mempertimbangkan parameter pertahanan dan keamanan, potensi ekonomi, serta paramater lain yang memperkuat kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia

4. Tidak memerlukan usulan dari daerah, namun kondisi daerah tetap

menjadi pertimbangan.

4. Tidak memerlukan usulan dari daerah, namun kondisi daerah tetap menjadi pertimbangan.

5. Selama daerah persiapan dibiayai dari APBN, pajak daerah dan

retribusi daerah yang dipungut di wilayah daerah persiapan.

5. Selama daerah persiapan dibiayai dari APBN, pajak daerah dan retribusi daerah yang dipungut di wilayah daerah persiapan.

(29)

KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

1.Kepala Daerah dapat dibantu oleh

wakil kepala daerah

2.Kepala Daerah yang ditahan tidak

boleh melaksanakan tugas dan

wewenangnya.

3.Tugas dan wewenang KDH yang

ditahan atau berhalangan sementara

dilaksanakan oleh WK KDH

4.Dalam hal KDH ditahan atau

berhalangan sementara dan WK KDH

tidak ada, maka tugas sehari-hari

dilaksanakan oleh Sekda.

1.Kepala Daerah dapat dibantu oleh

wakil kepala daerah

2.Kepala Daerah yang ditahan tidak

boleh melaksanakan tugas dan

wewenangnya.

3.Tugas dan wewenang KDH yang

ditahan atau berhalangan sementara

dilaksanakan oleh WK KDH

4.Dalam hal KDH ditahan atau

berhalangan sementara dan WK KDH

tidak ada, maka tugas sehari-hari

dilaksanakan oleh Sekda.

(30)

PEMBERHENTIAN KEPALA DAERAH PEMBERHENTIAN KEPALA DAERAH

1. Pemberhentian kepala daerah dan/atau wakil kepala yang mengundurkan diri, meninggal dunia, habis masa jabatan atau berhalangan tetap diumumkan oleh pimpinan DPRD dalam rapat paripurna dan diusulkan oleh pimpinan DPRD kepada Presiden melalui Menteri untuk gubernur dan/atau wakil gubernur serta kepada Menteri melalui gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat untuk bupati dan/atau wakil bupati atau wali kota dan/atau wakil wali kota untuk mendapatkan penetapan pemberhentian.

2. Dalam hal pimpinan DPRD tidak mengusulkan pemberhentian kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah, Presiden memberhentikan gubernur dan/atau wakil gubernur atas usul Menteri serta Menteri memberhentikan bupati dan/atau wakil bupati atau wali kota dan/atau wakil wali kota atas usul gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat

1. Pemberhentian kepala daerah dan/atau wakil kepala yang mengundurkan diri, meninggal dunia, habis masa jabatan atau berhalangan tetap diumumkan oleh pimpinan DPRD dalam rapat paripurna dan diusulkan oleh pimpinan DPRD kepada Presiden melalui Menteri untuk gubernur dan/atau wakil gubernur serta kepada Menteri melalui gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat untuk bupati dan/atau wakil bupati atau wali kota dan/atau wakil wali kota untuk mendapatkan penetapan pemberhentian.

2. Dalam hal pimpinan DPRD tidak mengusulkan pemberhentian kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah, Presiden memberhentikan gubernur dan/atau wakil gubernur atas usul Menteri serta Menteri memberhentikan bupati dan/atau wakil bupati atau wali kota dan/atau wakil wali kota atas usul gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat

(31)

PEMBERHENTIAN KEPALA DAERAH PEMBERHENTIAN KEPALA DAERAH

1. Kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah diberhentikan sementara tanpa melalui usulan DPRD karena didakwa melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun, tindak pidana korupsi, tindak pidana terorisme, makar, tindak pidana terhadap keamanan negara, dan/atau perbuatan lain yang dapat memecah belah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah diberhentikan tanpa melalui usulan DPRD apabila terbukti melakukan tindak pidana angka 1 diatas berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

1. Kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah diberhentikan sementara tanpa melalui usulan DPRD karena didakwa melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun, tindak pidana korupsi, tindak pidana terorisme, makar, tindak pidana terhadap keamanan negara, dan/atau perbuatan lain yang dapat memecah belah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah diberhentikan tanpa melalui usulan DPRD apabila terbukti melakukan tindak pidana angka 1 diatas berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

(32)

PEMBERHENTIAN KEPALA DAERAH PEMBERHENTIAN KEPALA DAERAH

1. Kepala daerah diusulkan untuk diberhentikan oleh DPRD apabila :

Dinyatakan Melanggar Sumpah/Janji Jabatan Kepala Daerah

Dan/Atau Wakil Kepala Daerah;

Tidak Melaksanakan Kewajiban Kepala Daerah dan/atau

Wakil Kepala Daerah Berupa Menaati Seluruh Peraturan Perundang-undangan;

Melanggar Larangan Bagi Kepala Daerah Dan/Atau Wakil

Kepala Daerah kecuali melakukan perjalanan ke luar negeri, meninggalkan tugas dan menjadi pengurus yayasan, BUMN, BUMD, swasta

Melakukan Perbuatan Tercela

2. Diuji terlebih dahulu oleh Mahkamah Agung.

3. Apabila DPRD tidak melaksanakan fungsi pengawasan atas tindakan KDH/WK KDH pada angka 1, maka dapat diambil alih oleh Pemerintah Pusat dengan tetap diuji oleh Mahkamah Agung.

1. Kepala daerah diusulkan untuk diberhentikan oleh DPRD apabila :

Dinyatakan Melanggar Sumpah/Janji Jabatan Kepala Daerah

Dan/Atau Wakil Kepala Daerah;

Tidak Melaksanakan Kewajiban Kepala Daerah dan/atau

Wakil Kepala Daerah Berupa Menaati Seluruh Peraturan Perundang-undangan;

Melanggar Larangan Bagi Kepala Daerah Dan/Atau Wakil

Kepala Daerah kecuali melakukan perjalanan ke luar negeri, meninggalkan tugas dan menjadi pengurus yayasan, BUMN, BUMD, swasta

Melakukan Perbuatan Tercela

2. Diuji terlebih dahulu oleh Mahkamah Agung.

3. Apabila DPRD tidak melaksanakan fungsi pengawasan atas tindakan KDH/WK KDH pada angka 1, maka dapat diambil alih oleh Pemerintah Pusat dengan tetap diuji oleh Mahkamah Agung.

(33)

PEMBERHENTIAN KARENA DOKUMEN PALSU PEMBERHENTIAN KARENA DOKUMEN PALSU

1. Dalam hal kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah diduga menggunakan dokumen dan/atau keterangan palsu sebagai persyaratan pada saat pencalonan kepala daerah/wakil kepala daerah berdasarkan pembuktian dari lembaga yang berwenang menerbitkan dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 ayat (2) huruf h, DPRD menggunakan hak angket untuk melakukan penyelidikan.

2. Apabila terbukti menggunakan dokumen palsu berdasarkan pembuktian dari pejabat yang mengeluarkan dokumen, maka diajukan untuk diberhentikan.

3. Apabila DPRD tidak melakukan penyelidikan dalam 2 bulan, pemerintah pusat melakukan pemeriksaan.

1. Dalam hal kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah diduga menggunakan dokumen dan/atau keterangan palsu sebagai persyaratan pada saat pencalonan kepala daerah/wakil kepala daerah berdasarkan pembuktian dari lembaga yang berwenang menerbitkan dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 ayat (2) huruf h, DPRD menggunakan hak angket untuk melakukan penyelidikan.

2. Apabila terbukti menggunakan dokumen palsu berdasarkan pembuktian dari pejabat yang mengeluarkan dokumen, maka diajukan untuk diberhentikan.

3. Apabila DPRD tidak melakukan penyelidikan dalam 2 bulan, pemerintah pusat melakukan pemeriksaan.

(34)

GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT

1. Dalam rangka melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota, Gubernur ditunjuk sebagai sebagai wakil pemerintah pusat 2. Biaya untuk melaksanakan tugas gubernur sebagai

wakil pemerintah pusat dibebankan kepada APBN.

3. Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagai wakil pemerintah pusat gubernur dibantu oleh sekretaris gubernur (ex-officio Sekdaprov) dan 5 unit kerja, diluar struktur yang ada pada perangkat daerah.

4. Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat melakukan pembinaan dan pengawasan umum serta binwas teknis kepada kab/kota.

5. Tugas dan wewenang gubernur sebagai wakil pemerintah pusat dapat diambil alih oleh pemerintah pusat jika diabaikan atau sengaja tidak melaksanakan.

1. Dalam rangka melakukan pembinaan terhadap

penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota, Gubernur ditunjuk sebagai sebagai wakil pemerintah pusat

2. Biaya untuk melaksanakan tugas gubernur sebagai wakil pemerintah pusat dibebankan kepada APBN.

3. Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagai wakil pemerintah pusat gubernur dibantu oleh sekretaris gubernur (ex-officio Sekdaprov) dan 5 unit kerja, diluar struktur yang ada pada perangkat daerah.

4. Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat melakukan pembinaan dan pengawasan umum serta binwas teknis kepada kab/kota.

5. Tugas dan wewenang gubernur sebagai wakil pemerintah pusat dapat diambil alih oleh pemerintah pusat jika diabaikan atau sengaja tidak melaksanakan.

(35)

ESENSI PEMBINAAN DAN

PENGAWASAN

Untuk menjamin agar pelaksanaan urusan

oleh

pemerintahan

daerah

selaras/harmonis sesuai dengan amanat

undang-undang.

Peran binwas tidak berarti pusat dapat ikut

serta (intervensi) penyelenggaraan urusan

otonomi daerah Kecuali diamanatkan

Peraturan perundang-undangan.

(36)

KEKUASAAN PEMERINTAHAN KEKUASAAN PEMERINTAHAN

KEKUASAAN

PEMERINTAHAN

KEKUASAAN

PEMERINTAHAN

PROVINSI

PROVINSI

Penyerahan Sebagian Urusan laporan

PUSAT

DAERAH

Otonomi Seluas-luasnya Ps 18 (5) UUD ‘45

KAB/KOTA

(37)

KORBINWAS PEMDA KORBINWAS PEMDA

PEMERITAH PUSAT

PEMERITAH PUSAT

PROVINSI

PROVINSI

KORBINWAS Gub Wk Pem Pusat Gub Wk Pem Pusat

KAB/KOTA

KAB/KOTA

Mendelegasikan KORBINWAS BANTUAN BINWAS

(38)

BINWAS PROVINSI BINWAS PROVINSI

PUSAT

PUSAT

PERANGKAT DAERAH PERANGKAT DAERAH K/L : Binwas Teknis INSPEKTORAT INSPEKTORAT Kemendagri : Binwas Umum PROVINSI DPRD GUBERNUR dibantu Binwas (fungsi Manajemen)

(39)

BINWAS KAB/KOTA BINWAS KAB/KOTA

GUB WK PUSAT

GUB WK PUSAT

PERANGKAT DAERAH PERANGKAT DAERAH Binwas umum dan teknis INSPEKTORAT INSPEKTORAT SET GWP : SEKDA DAN 5 UNIT KERJA SET GWP : SEKDA DAN 5 UNIT KERJA KAB/KOTA DPRD BUP/WK dibantu Binwas (fungsi Manajemen)

(40)

BINWAS UMUM DAN

BINWAS TEKNIS

BINWAS UMUM.

pembagian Urusan Pemerintahan;kelembagaan Daerah;

kepegawaian pada Perangkat Daerah;keuangan Daerah;

pembangunan Daerah;

 pelayanan publik di Daerah;  kerja sama Daerah;

kebijakan Daerah;

kepala Daerah dan DPRD; dan

bentuk pembinaan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Binwas Teknis : Binwas teknis peaksanaan urusan di luar binwas

(41)

PENGATURAN DPRD PENGATURAN DPRD

1. Pengaturan DPRD dipindahkan dari UU

MD3 ke UU No 23 tahun 2014 agar

selaras dengan amanat konstitusi

(pasal 18 UUD 1945).

2. Pemindahan tempat pengaturan tidak

merubah substansi pengaturan yang

sudah ada dalam UU MD3, kecuali

mengganti istilah “legislasi” menjadi

“pembentukan Perda”.

3. Kedudukan anggota DPRD ditetapkan

sebagai pejabat daerah.

1. Pengaturan DPRD dipindahkan dari UU

MD3 ke UU No 23 tahun 2014 agar

selaras dengan amanat konstitusi

(pasal 18 UUD 1945).

2. Pemindahan tempat pengaturan tidak

merubah substansi pengaturan yang

sudah ada dalam UU MD3, kecuali

mengganti istilah “legislasi” menjadi

“pembentukan Perda”.

3. Kedudukan anggota DPRD ditetapkan

sebagai pejabat daerah.

(42)

PERANGKAT DAERAH PERANGKAT DAERAH

1. Perangkat Daerah Provinsi :

sekretariat daerah;

sekretariat DPRD;

inspektorat;

dinas; dan

badan.

2. Perangkat Daerah Kabupaten/Kota :

sekretariat daerah;sekretariat DPRD;inspektorat;dinas;badan; danKecamatan

1. Perangkat Daerah Provinsi :

sekretariat daerah;sekretariat DPRD;inspektorat;

dinas; danbadan.

2. Perangkat Daerah Kabupaten/Kota :

sekretariat daerah;sekretariat DPRD;inspektorat;dinas;badan; danKecamatan

(43)

TIPOLOGI DAN KOMPETENSI TIPOLOGI DAN KOMPETENSI

1. Perangkat daerah berupa badan dan

dinas dibagi ke dalam 3 type (type A, B

dan C.)

2. Kecamatan di bagi kedalam 2 type

yaitu type A dab B.

3. Seluruh pejabat struktural (jabatan

tinggi

pratama

dan

jabatan

administrasi) diangkat berdasarkan

komtensi (teknis, manejerial, sosio

kultural dan pemerintahan).

4. Kepala perangkat daerah diangkat

melalui seleksi terbuka.

1. Perangkat daerah berupa badan dan

dinas dibagi ke dalam 3 type (type A, B

dan C.)

2. Kecamatan di bagi kedalam 2 type

yaitu type A dab B.

3. Seluruh pejabat struktural (jabatan

tinggi

pratama

dan

jabatan

administrasi) diangkat berdasarkan

komtensi (teknis, manejerial, sosio

kultural dan pemerintahan).

4. Kepala perangkat daerah diangkat

melalui seleksi terbuka.

(44)

PERATURAN DAERAH PERATURAN DAERAH

1. Untuk melaksanakan urusan yang

diserahkan kepada daerah, daerah

menetapkan peratura daerah.

2. Setiap

peratuaran

daerah

wajib

mendapat nomor register.

3. Peratuaran daerah provinsi dapat

dibatalkan oleh Mendagri dan Perda

Kab/Kota dapat dibatalkan oleh

Gubernur sebagai wakil pemerintah

pusat.

4. Terdapat beberapa jenis Perda yang

memerlukan

evaluasi

sebelum

ditetapkan.

1. Untuk melaksanakan urusan yang

diserahkan kepada daerah, daerah

menetapkan peratura daerah.

2. Setiap

peratuaran

daerah

wajib

mendapat nomor register.

3. Peratuaran daerah provinsi dapat

dibatalkan oleh Mendagri dan Perda

Kab/Kota dapat dibatalkan oleh

Gubernur sebagai wakil pemerintah

pusat.

4. Terdapat beberapa jenis Perda yang

memerlukan

evaluasi

sebelum

(45)

KEUANGAN DAERAH KEUANGAN DAERAH

1. Seluruh pendapatan asli daerah (PAD) harus ditetapkan dengan Perda berdasarkan Peratuaran Perundang-Undangan;

2. Dana transfer dari pemerintah pusat terdiri dari :

dana perimbangan; dana otonomi khusus;dana keistimewaan; dandana Desa

3. KDH yang melakukan pungutan yang tidak sesuai dengan aturan dikenakan sanksi pemotongan

penghasilan 6 bulan.

4. KDH dan DPRD yang terlambat menetapkan APBD dikenakan sanksi pemotongan penghasilan 6

bulan, DPRD tidak dikenakan sanksi jika KDH terlambat menyampaikan RAPBD.

1. Seluruh pendapatan asli daerah (PAD) harus ditetapkan dengan Perda berdasarkan Peratuaran Perundang-Undangan;

2. Dana transfer dari pemerintah pusat terdiri dari :

dana perimbangan; dana otonomi khusus;dana keistimewaan; dandana Desa

3. KDH yang melakukan pungutan yang tidak sesuai dengan aturan dikenakan sanksi pemotongan

penghasilan 6 bulan.

4. KDH dan DPRD yang terlambat menetapkan APBD dikenakan sanksi pemotongan penghasilan 6

bulan, DPRD tidak dikenakan sanksi jika KDH terlambat menyampaikan RAPBD.

(46)

MEKANISME DANA ALOKASI KHUSUS

MEKANISME DANA ALOKASI KHUSUS

KEMENTERIAN YG MEMBIDANGI URUSAN KEMENTERIAN YG MEMBIDANGI URUSAN BAPPENAS BAPPENAS berkoordinasi Gub Wk Pem Pusat Gub Wk Pem Pusat MENKEU MENKEU MENDAGRI MENDAGRI DPOD DPOD aj uk an Kebijakan DAK Kebijakan DAK

(47)

MEKANISME DANA DARURAT MEKANISME DANA DARURAT

1. Dana darurat hanya digunakan untuk

mendanai kegiatan pasca bencana;

2. Dana darurat diberikan kepada daerah yang

memiliki kapasitas keuangan rendah.

3. Dana darurat diajukan oleh daerah kepada

Mendagri yang selanjutnya dibahas dengan

menteri terkait.

4. Hasil pembahasan dengan menteri/lembaga

terkait dibahas kembali oleh Mendagri dengan

Menteri Keuangan.

1. Dana darurat hanya digunakan untuk

mendanai kegiatan pasca bencana;

2. Dana darurat diberikan kepada daerah yang

memiliki kapasitas keuangan rendah.

3. Dana darurat diajukan oleh daerah kepada

Mendagri yang selanjutnya dibahas dengan

menteri terkait.

4. Hasil pembahasan dengan menteri/lembaga

terkait dibahas kembali oleh Mendagri dengan

Menteri Keuangan.

(48)

PELAYANAN PUBLIK PELAYANAN PUBLIK

1. KDH

wajib

menyebarluaskan

informasi

pelayanan

publik

berupa

maklumat

pelayanan;

2. KDH yang tidak mengumumkan informasi

pelayanan publik diberi sanksi mulai dari

teguran samapi sanksi mengikuti program

khusus.

3. Daerah dapat menyederhanakan jenis dan

prosedur pelayanan yang ditetapkan dengan

Perda.

4. KDH yang tidak memberikan izin sesuai

dengan peraturan diberikan teguran, apabila

2 kali tetap tidak memberikan izin, maka

Mendagri atau Gubernur Wakil Pusat

mengambil alih pemberian izin.

1. KDH

wajib

menyebarluaskan

informasi

pelayanan

publik

berupa

maklumat

pelayanan;

2. KDH yang tidak mengumumkan informasi

pelayanan publik diberi sanksi mulai dari

teguran samapi sanksi mengikuti program

khusus.

3. Daerah dapat menyederhanakan jenis dan

prosedur pelayanan yang ditetapkan dengan

Perda.

4. KDH yang tidak memberikan izin sesuai

dengan peraturan diberikan teguran, apabila

2 kali tetap tidak memberikan izin, maka

Mendagri atau Gubernur Wakil Pusat

mengambil alih pemberian izin.

(49)

KAWASAN PERBATASAN NEGARA KAWASAN PERBATASAN NEGARA

1. Kawasan perbatasan negara adalah Kecamatan-Kecamatan terluar yang berbatasan langsung dengan negara lain

2. Kewenangan Pemerintah Pusat di kawasan perbatasan meliputi seluruh kewenangan tentang pengelolaan dan pemanfaatan kawasan perbatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai wilayah negara. 3. Selain kewenangan sebagaimana dimaksud diatas,

Pemerintah Pusat mempunyai kewenangan untuk:

penetapan rencana detail tata ruang;

pengendalian dan izin pemanfaatan ruang; danpembangunan sarana dan prasarana kawasan.

4. Pemerintah Pusat wajib membangun kawasan perbatasan agar tidak tertinggal dengan kemajuan kawasan perbatasan di negara tetangga.

5. SOTK Kecamatan dan tata cara pengangkatan Camat di perbatasan ditetapkan dengan Peraturan Mendagri setelah Berkoordinasi dengan Menpan.

1. Kawasan perbatasan negara adalah Kecamatan-Kecamatan terluar yang berbatasan langsung dengan negara lain

2. Kewenangan Pemerintah Pusat di kawasan perbatasan meliputi seluruh kewenangan tentang pengelolaan dan pemanfaatan kawasan perbatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai wilayah negara.

3. Selain kewenangan sebagaimana dimaksud diatas,

Pemerintah Pusat mempunyai kewenangan untuk:

penetapan rencana detail tata ruang;

pengendalian dan izin pemanfaatan ruang; dan

pembangunan sarana dan prasarana kawasan.

4. Pemerintah Pusat wajib membangun kawasan

perbatasan agar tidak tertinggal dengan kemajuan kawasan perbatasan di negara tetangga.

5. SOTK Kecamatan dan tata cara pengangkatan Camat di perbatasan ditetapkan dengan Peraturan Mendagri

(50)

KERJA SAMA DAERAH KERJA SAMA DAERAH

1. Kerja sama daerah dapat dilakukan :

Daerah lain;

pihak ketiga; dan/atau

lembaga atau pemerintah daerah di luar

negeri sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan

1. Kerja sama darah dapat berupa kerja sama

wajib dan kerja sama pilihan.

2. Untuk melaksanakan kerja sama daerah

dapat dibentuk sekretariat kerja sama.

3. Kerja sama wajib apabila:

memiliki eksternalitas lintas Daerah; dan

penyediaan layanan publik yang lebih efisien

jika dikelola bersama

1. Kerja sama daerah dapat dilakukan :

Daerah lain;

pihak ketiga; dan/atau

lembaga atau pemerintah daerah di luar

negeri sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan

1. Kerja sama darah dapat berupa kerja sama

wajib dan kerja sama pilihan.

2. Untuk melaksanakan kerja sama daerah

dapat dibentuk sekretariat kerja sama.

3. Kerja sama wajib apabila:

memiliki eksternalitas lintas Daerah; dan

penyediaan layanan publik yang lebih efisien

(51)

TINDAKAN HUKUM THD APARATUR DAERAH TINDAKAN HUKUM THD APARATUR DAERAH

1. Tindakan penyidikan terhadap aparatur pemerintahan daerah dalam pelaksanaan tugas, hanya dapat dilakukan setelah ada pemberitahuan kepada Kepala Daerah, kecuali tertangkap tangan atau tindak pidana dengan ancaman 5 tahun keatas.

1. Tindakan penyidikan terhadap aparatur pemerintahan daerah dalam pelaksanaan tugas, hanya dapat dilakukan setelah ada pemberitahuan kepada Kepala Daerah, kecuali tertangkap tangan atau tindak pidana dengan ancaman 5 tahun keatas.

2. Pengaduan masyarakat yang diterima penegak hukum atas penyimpangan penyelenggaraan pemerintahan daerah harus berkoorinasi terlebih dahulu dengan APIP, jika ada bukti pidana ditangani penegak hukum dan jika hanya administrasi diserahkan kepada APIP.

2. Pengaduan masyarakat yang diterima penegak hukum atas penyimpangan penyelenggaraan pemerintahan daerah harus berkoorinasi terlebih dahulu dengan APIP, jika ada bukti pidana ditangani penegak hukum dan jika hanya administrasi diserahkan kepada APIP.

Referensi

Dokumen terkait

22 Kepala Dinas Sekretariat Bidang Pembinaan SMA Bidang Pembinaan SMK Bidang Pembinaan Pddk Khusus Bidang Pembinaan Kebudayaan Bidang Pembinaan Ketenagaan Seksi

Pada pasal 83 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, menjelaskan proses pemberhentian kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah yang diduga melakukan tindak pidana

Bagi Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara sebagai bahan masukan dalam menyusun dan melaksanakan kebijakan pemerintah tentang dukungan dan capaian implementasi

Hambahatan yang ditemukan ada 2 (dua), yaitu: Pertama, hambatan internal: (1) sering terjadi perbedaan antara DPRD dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat

Hal demikian diperlukan agar terjadi keseimbangan dengan parpol yang disyaratkan mempunyai jumlah wakil minimal tertentu di DPRD atau jumlah perolehan suara