• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

PT MATOA INDONESIA DIGDAYA adalah adalah inovasi Eco Watch atau jam ramah lingkungan yang di ciptakan oleh Lucky Perdana Aria kelahiran Bandung, 23 Maret 1986. Lucky bersama Matoa berhasil membawa Matoa dikenal dan diminati warga dunia. Eco Watch adalah produk jam ramah lingkungan. Disebut Eco Watch, karena Matoa memproduksi jam dengan bahan limbah kayu. Limbah kayu didapat dari perusahaan-perusahaan mebel yang sudah tidak menggunakan kayu bekas produksi. Diutamakan kayu yang diambil adalah kayu jenis eboni yang tidak rusak terutama bolong. Kayu jenis tersebut diambil karena termasuk kayu berwarna hitam, kuat dan eksotis sehingga kesan premium dan elegan bisa terlihat dari produk jam yang dihasilkan. Dengan menggunakan limbah kayu, otomatis biaya pada produksi menjadi lebih sedikit di bandingan menggunakan bahan seperti plastik, alumunium, besi dan lainnya. Agar seimbang dengan kondisi lingkungannya karena banyaknya manusia yang mendapatkan kayu dengan cara yang salah sehingga lucky memutuskan menanam bibit pohon baru sebanyak jumlah jam yang terjual. Pada saat ini Matoa sudah dapat menjual 100 buah perbulannya sehingga pada setiap bulan Matoa dapat menanam 100 bibit pohon baru.

(2)

2

Sumber: www.matoa-indonesia.com

Lucky memulai usahannya di awal tahun 2011, dengan riset selama 1 tahun. Ia pernah memiliki jam tangan kayu buatan Amerika yang teryata bahan dari jam tersebut berasal dari Indonesia. Lucky juga melihat industri yang paling maju di Amerika salah satunya adalah industri kayu yang bisa di inovasikan dengan menciptakan produk untuk gaya hidup. Di tengah riset yang dilakukan, lucky semakin termotivasi saat membaca tweet dari Dino Patti Djalal, yang merupakan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat. Dino Patti Djalal memberi tantangan kepada orang Indonesia untuk membuat jam tangan dari kayu yang di belinya dari Hawai. Selama 1 tahun melakukan trial and error akhirnya Lucky berhasil membuat jam tangan dari kayu dan mulai melakukan pemasaran melalui website, dan memulai produksi pada tahun 2012. Selain itu Lucky berhasil bertemu dengan Dino Patti Djalal dan memperlihatkan Eco Watch buatannya. Dino Patti Djalal memberikan respon yang positif kepada Lucky terhadap jam tangan yang dibuatnya dengan merek Matoa. Semenjak itu Eco Watch buatan Lucky banyak di pesan oleh setiap diplomat dalam menghadiri suatu acara dan membawa dan mengenalkan Matoa sebagai free gift kepada rekan sejawat atau tamu kenegaraan.

Gambar 1.2 Eco-Watch Matoa

Sumber: www.matoa-indonesia.com

Lucky memilih nama “Matoa”, selain mudah diucapkan matoa merupakan nama sebuah pohon yang berada hanya di Indonesia, yaitu di Papua. Jadi sangat

(3)

3

teridentifikasi dan membuktikan matoa merupakan produk yang benar-benar berasal dari Indonesia. Selain itu jenis-jenis jam tangan juga ia beri nama pulau-pulau di Indonesia, seperti Mori, Alor, Gili, Rote, Sunda, Moyo, Flores, dan Sumba. Sejauh ini sudah ada 8 jenis jam tangan kayu yang di produksi Matoa. Sampai saat ini jenis kayu yang digunakan adalah kayu jenis maple dan kayu eboni yang terkenal dengan kualitasnya. Sementara mesin jam masih memakai merek Minnolta dari Jepang.

Visi dan Misi

Visi: Membuat benchmark industri kreatif menjadi patokan industri kreatif di Indonesia ke Matoa dengan tujuan selanjutnya ingin menjadi patokan di dunia.

Misi: Membuat produk yang kompetitif serta sumber daya manusia yang kompetitif.

Tabel 1.1 Koleksi Produk Matoa

No Nama Produk Jam Harga Persebaran

1 Matoa Mori Rp 880.000 Local dan International 2 Matoa Alor Rp 1.100.000 3 Matoa Gili Rp 980.000 4 Matoa Rote Rp 980.000 5 Matoa Sunda Rp. 1.100.000 6 Matoa Moyo Rp 980.000 7 Matoa Flores Rp 980.000 8 Matoa Sumba Rp 980.000 Sumber: www.matoa-indonesia.com

Matoa sekarang adalah produk Eco Watch yang sangat digemari oleh banyak kalangan dikarenakan desain yang unik dan menarik. Hinga saat ini matoa sudah dapat menjual dan memasarkan produknya baik local dan international. Matoa House berada di Jl. Kanayakan Dalam No. 28 Bandung 40135. Jawa Barat, Indonesia sedangkan Matoa House di Indonesia sudah menyebar di berbagai kota

(4)

4

seperti Jakarta, Yogyakarta, Makassar, Bali, Solo, Surabaya, Semarang dan Lampung. Untuk international yaitu, China, Jepang, Malaysia, Singapore dan Amerika.

Matoa di bidang Ecopreneurship terbilang sukses. Selain itu untuk menjaga keseimbangan alam di bumi, hingga saat ini Matoa melakukan sebuah kegiatan menanam pohon sesuai dengan Eco Watch yang berhasil dijual oleh Matoa. Pada saat ini Matoa sudah dapat menjual 100 buah perbulannya sehingga pada setiap bulan Matoa dapat menanam 100 bibit pohon baru. Kegiatan ini dilakukan agar alam tetap terjaga. Dilihat dari kegiatan menanam pohon tersebut, matoa merupakan perusahaan yang bergerak di bidang ecopreneurship yang perduli dengan permasalahan lingkungan.

1.2. Latar Belakang

Industrialisasi dan modernisasi di negara-negara maju saat ini mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Melihat dari kesuksesan negara maju akhirnya negara berkembang mulai menerapkannya untuk kesejahteraan masyarakatnya. Akan tetapi industralisasi dan modernisasi yang tidak merusak lingkungan menjadi salah satu penyebab terjadinya kerusakan lingkungan. Di era sekarang, manusia menciptakan teknologi dengan maksud agar lebih mudah, praktis, efisien dan tidak banyak mengalami kesulitan. Namun tidak jarang teknologi yang di ciptakan oleh manusia menimbulkan masalah serius bagi kehidupan makhluk hidup dan lingkungan.

Indonesia merupakan negara berkembang yang mendapat dampak dari industralisasi ini. Hal ini dapat di lihat dalam Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 yaitu Kebijakan Industri Nasional bahwa pengembangan industri nasional yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing industri, memiliki struktur yang sehat dan keadilan, berkelanjutan, serta mampu memperkokoh ketahanan nasional memerlukan sebuah kebijakan industri nasional yang jelas (kemendagri.go.id)

Namun disisi lain, masyarakat Indonesia belum begitu matang dan siap dalam menghadapinya. Banyak manusia yang belum siap secara mental dan pengetahuan masuk kedalam kondisi ini yang akhirnya berdampak pada

(5)

5

permasalahan lingkungan. Mindset atau cara pandang bahwa perusahaan harus mengedepankan profit mulai banyak dipertanyakan setelah terjadinya berbagai kerusakan lingkungan sebagai impact dari aktivitas bisnis dalam meraih profit. Salah satu masalah lingkungan yang dihadapi oleh Indonesia adalah tingginya volume kerusakan hutan dan kebakaran hutan yang di lakukan oleh masyarakat Indonesia untuk tujuan tertentu. Berikut adalah forest loss totals di Indonesia dari tahun 2000-2012:

Gambar 1.3

Annual Forest loss Totals for Indonesia from 2000 to 2012 Sumber: M. C. Hansen et al. (2013:852)

Seperti pada gambar di atas dapat dilihat jumlah kerusakan hutan dari tahun 2000 hingga 2012 terus meningkat dan sudah mencapai 20000 𝑘𝑚2. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat pesat, permintaan pasar akan produk kehutanan juga meningkat dan sering kali harus di penuhi secara cepat sehingga aspek-aspek pengelolaan hutan yang bertanggung jawab terabaikan. Menurut data statistik Kementerian Kehutanan tahun 2011, laju deforestasi di Indonesia pada periode 2000-2010 melesat hingga 1,2 juta hektar hutan alam setiap tahun. Walaupun angka ini telah menunjukkan penurunan sejak

(6)

6

2010, bahaya deforestasi masih mengancam dari pola produksi dan konsumsi yang tidak bertanggung jawab (wwf.or.id).

Gambar 1.4

Perkembangan Kasus Tindak Pidana Kehutanan Sampai Tahun 2013

Sumber: Kementerian Hidup dan Kehutanan Tahun 2014

Seperti dapat dilihat pada gambar di atas tingkat kasus tindak pidana kehutanan sampai tahun 2013 sangat tinggi dan mencapai jumlah 600. Ancaman terbesar pada hutan alam Indonesia adalah fungsi hutan menjadi perkebunan, penebangan liar, perambatan, kebakaran hutan serta eksploitasi hutan secara tidak lestari untuk pengembangan pemukiman dan industri.

Menyadari pentingnya peran hutan terhadap industri, ekonomi, sosial dan lingkungan termasuk perannya dalam mitigasi perubahan iklim, pemerintah telah berupaya menangani permasalahan di bidang kehutanan antara lain dengan menetapkan kebijakan pemberantasan pencurian dan perdagangan kayu illegal, penanggulangan kebakaran hutan, rehabilitasi dan konversi sumberdaya hutan serta desentralisasi sektor kehutanan. Untuk periode tahun 2009-2014 telah disusun program prioritas Kementerian Kehutanan yang bertujuan untuk mencapai pengelolaan hutan yang lestari (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.70/Menhut-II/2009) yaitu penetapan kawasan hutan, rehabilitasi hutan dan peningkatan daya dukung daerah aliran sungai(DAS), pengamanan hutan dan pengendalian kebakaran hutan, konservasi keanekaragaman hayati, revitalisasi pemanfaatan hutan dan industri kehutanan, pemberdayaan masyarakat di sekitar

(7)

7

hutan, mitigasi dan adaptasi perubahan iklim sektor kehutanan serta penguatan kelembagaan kehutanan (rimbawan.com). Berbagai kegiatan kehutanan yang telah dilaksanakan selama ini berupaya untuk meningkatkan jumlah dan kualitas hutan melalui kegiatan penanaman. Kegiatan penanaman yang penting diantaranya adalah reboisasi (penghutanan kembali kawasan hutan yang telah rusak), penghijauan (penanaman tanaman tahunan di lahan milik). Dengan melakukan kegiatan tersebut, membuat hutan akan terus terjaga dan lestari.

Sekarang ini banyak perusahaan yang bergerak di bidang ecopreneurship karena peduli terhadap lingkungan sekitar. Banyaknya pemakaian bahan baku yang tidak seimbang dengan alam serta pembuangan limbah yang seenaknya, memicu banyak perusahaaan lahir dan bergerak di bidang ecopreneurship, salah satunya PT Matoa Indonesia Digdaya. Matoa merupakan perusahaan ecopreneurship yang dikategorikan sebagai perusahan menengah. Menurut Pasal 6 beserta penjelasannya, pada UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM yaitu (Saiman, 2009:9) untuk bisa dikatakan usaha mikro, hasil penjualan selama setahun berkisar < Rp 300.000.000 , untuk bisa dikataan usaha kecil, hasil penjualan selama setahun berkisar > Rp 300.000.000 – Rp 2.500.000.000, untuk bisa dikatakan usaha menengah, hasil penjualan berkisar > Rp 2.500.000.000 – Rp 50.000.000.000. Dalam sebulan Matoa dapat memproduksi sebanyak 500 buah eco watch dengan harga Rp 980.000 – Rp 1.200.000. Dengan begitu dalam setahun matoa bisa mendapatkan omset hingga Rp 6.000.000.000 maka dari itu Matoa dikategorikan sebagai perusahaan menengah. Contoh lain bisnis yang bergerak di bidang ecopreneurship Woodka yang merupakan pesaing dari Matoa dengan menciptakan eco watch dengan kombinasi kayu dan kain tenun di kota bandung.

Sementara itu, Ecopreneurship berbeda dengan entrepreneurship. Perbedaannya adalah ecopreneurship berdiri dengan tujuan berorientasi melestarikan lingkungan. Menggunakan istilah “ecopreneur”, seorang individu sudah mempunyai tujuan sosial dan ekologi dengan cara berorientasi pada bisnis hijau (Isaak 1999 dalam Nugroho Ratna L, 2014:224). Sejalan dengan itu, seorang ecopreneur melihat dan menilai sumber daya serta peluang yang di dapat berdasarkan komitmen terhadap lingkungan (Keogh dan Polonsky 1998 dalam

(8)

8

Nugroho Ratna L, 2014:224). Ecopreneurship adalah konsep kewirausahaan yang tidak berorientasi terhadap keuntungan saja melainkan memperhatikan lingkungan dan sosial. Ecopreneurship merupakan perilaku entrepreneurship yang memperhatikan atau mementingkan keberlangsungan berlanjutan lingkungan pada masa yang akan datang. Semua kegiatan dalam proses kewirausahaan ramah terhadap lingkungan seperti memaksimalkan penggunaan bahan-bahan yang sudah tidak terpakai.

Suatu produk biasa dikategorikan sebagai ecopreneurship jika memenuhi salah satu dari 4 keriteria utama yaitu, pengurangan berat produk, penggunaan bahan yang sudah tidak terpakai (recycle), efisien dalam penggunaan energi dan konservasi lingkungan (ises2015.com). Berdasarkan 4 kategori diatas eco watch buatan matoa bisa dikategorikan sebagai ecopreneurship karena termasuk 2 dari 4 kategori tersebut yaitu recycle dan konservasi lingkungan. Dengan menggunakan limbah kayu sebagai bahan baku serta penanaman benih pohon baru sebanyak jumlah eco-watch yang terjual, eco-watch buatan matoa termasuk dalam bisnis berdampak positif terhadap lingkungan dan bisa disebut ecopreneurship.

Dengan munculnya perusahaan-perusahaan dan pesaing di bidang ecopreneurship seperti diatas, lebih mendorong matoa untuk terus berinovasi untuk mengembangkan bisnisnya di bidang ecopreneurship. Untuk mengidentifikasi keberlanjutan bisnis perusahaan matoa, digunakan konsep Triple Bottom Line dengan tiga fokus utama yaitu People, Profit dan Planet. Ini adalah upaya bersama untuk menggabungkan pertimbangan ekonomi, lingkungan dan sosial menjadi sebuah perusahaan serta evaluasi dan pengambilan keputusan (Wang dan Lin dalam Jackson Aimee, Boswell Katherine dan Davis Dorothy, 2011:56).

Oleh karena itu, Sekarang ini banyak bermunculan perusahaan yang memiliki konsep ecopreneurship dengan melakukan aksi nyata dalam menyelesaikan masalah lingkungan sekitarnya. Adanya kerusakan hutan yang disebabkan oleh perusahaan-perusahaan yang tidak bertanggung jawab dan hanya mementingkan profit saja membuat beberapa perusahaan peduli dan lahir karena permasalahan yang ada, salah satunya adalah Matoa. PT. Matoa Indonesia Digdaya yang berdiri sejak tahun 2011 peduli terhadap permasalahan lingkungan tersebut

(9)

9

dengan menciptakan sebuah produk berupa eco-watch dari bahan kayu yang sudah tidak digunakan dengan berbagai macam model jam eco-watch dengan nama-nama yang berasal di Indonesia. Matoa di bidang ecopreneurship terbilang sukses dan dapat menghabiskan 500-1000 buah jam tantangan eco-watch setiap tahunnta. Selain itu untuk menjaga keseimbangan dibumi, matoa melakukan konservasi lingkungan dengan menanam benih pohon baru sebanyak dengan jumlah jam tangan yang terjual. Kegiatan ini dilakukan agar alam dan lingkungan tetap terjaga. Akan tetapi permasalahan yang ada didalam matoa adalah konservasi lingkungan yang sesuai dengan jumlah penjualan eco-watch sehingga bagian pemasaran harus bekerja keras agar target penjualan terpenuhi dan konservasi dapat dilakukan serta susahnya mengajak masyarakat untuk menjaga lingkungan. Dengan begitu proses dalam konservasi lingkungan pun kurang lengkap atau puas jika masyarakat sekitar juga tidak turun tangan untuk melestarikan lingkungan. Melestarikan lingkungan merupakan salah satu tujuan matoa dalam berbisnis. Dengan terlaksananya konservasi lingkungan maka berpengaruh juga terhadap keberlanjutan bisnisnya.

Seperti yang sudah diungkapkan di atas, Matoa merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang ecopreneurship dengan berpartisipasi dalam melestarikan lingkungan. Lucky selaku owner matoa berhasil menciptakan usaha baru dari permasalahan lingkungan yang ada. Dengan begitu penulis mengambil PT MATOA INDONESIA DIGDAYA sebagai objek penelitian untuk kemudian diidentifikasi menggunakan konsep Triple Bottom Line oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan pebelitian dengan judul “IDENTIFIKASI KONSEP TRIPLE BOTTOM LINE TERHADAP KEBERLANJUTAN BISNIS (STUDI KASUS PADA PT. MATOA INDONESIA DIGDAYA DI KOTA BANDUNG)”.

1.3. Perumusan Masalah

Industralisasi dan modernisasi di negara-negara maju sekarang ini mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan diciptakannya berbagai macam teknologi dengan maksud agar lebih mudah dan efisien. Namun teknologi yang di gunakan menimbulkan masalah yang serius bagi kehidupan makhluk hidup dan

(10)

10

lingkungan. Salah satu masalah lingkungan yang dihadapi oleh Indonesia adalah tingginya volume kerusakan hutan dan kebakaran hutan yang dilakukan masyarakat karena tujuan tertentu.

Akan tetapi dari sekian banyaknya kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh pihak yang tak bertanggung jawab, masih ada beberapa yang peduli terhadap lingkungan salah satunya adalah matoa. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi matoa yang bergerak di bidang ecopreneurship, menggunakan konsep Triple Bottom Line dengan tiga fokus utama yaitu People, Profit dan Planet. Dengan metode tersebut, sangat cocok untuk melihat orientasi bisnis matoa dari ketiga komponen tersebut.

1.4. Pertanyaan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang pada rumusan masalah, maka pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan profit terhadap keberlanjutan bisnis pada perusahaan matoa?

2. Bagaimana penerapan People terhadap keberlanjutan bisnis pada perusahaan matoa?

3. Bagaimana penerapan Planet terhadap keberlanjutan bisnis pada perusahaan matoa?

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini sesuai dengan penjabaran rumusan masalah yang telah di buat, yaitu:

1. Mengetahui penerapan Profit terhadap keberlanjutan bisnis pada perusahaan matoa.

2. Mengetahui penerapan People terhadap keberlanjutan bisnis pada perusahaan matoa.

3. Mengetahui penerapan Planet terhadap keberlanjutan bisnis pada perusahaan matoa.

(11)

11 1.6. Manfaat Penelitian

Kegunaan penelitian ini dapat memeberi manfaat dilihat dari aspek teoritis dan aspek praktisnya, yaitu:

1.6.1. Manfaat Teoritis

a) Mampu menambah pemahaman mengenai ilmu dan teori pada bidang ecopreneurship yang berkaitan dengan lingkungan. b) Berguna sebagi referensi bagi penelitian selanjutnya bagi yang

berminat untuk mempelajari penelitian ini. 1.6.2. Manfaat Praktis

a) Bagi Ecopreneur

Sebagai informasi dan masukan tambahan kepada pelaku ecopreneurship, yaitu matoa dalam menjalankan bisnis untuk kedepannya.

b) Bagi Entrepreneur

Sebagai masukan kepada entrepreneur agar dapat memberikan sesuatu yang bermanfaat kepada lingkungannya dalam menjalankan usaha sehingga tidak hanya berorientasi pada keuntungan semata tetapi juga dapat memperhatikan kesejahteraan lingkunan sekitar.

c) Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat akan pentingnya kepedulian terhadap lingkungan. Tidak hanya untuk keperluan pribadi atau perusahaan akan tetapi harus melakukan timbal balik kepada alam agar tetap lestari.

1.7. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas bisnis yang bergerak di bidang ecopreneurship yaitu matoa yang diidentifikasi menggunakan konsep Triple Bottom Line terhadap keberlanjutan bisnis yang berfokus pada profit, people dan planet. Dari tiga fokus

(12)

12

tersebut, bagaimana matoa yang merupakan bisnis yang bergerak di bidang ecopreneurship menerapkannya untuk perusahaan dari segi keuntungan, sosial dan lingkungan mengingat banyaknya masalah yang terjadi pada lingkungan serta mereka yang lebih berorientasi pada keuntungan semata dan tidak melakukan timbal balik kepada lingkungan.

Sejalan dengan itu, seorang ecopreneur melihat dan menilai sumber daya serta peluang yang di saring berdasarkan komitmen terhadap lingkungan (Keogh dan Polonsky 1998 dalam Nugroho Ratna L, 2014:224). Ecopreneurship merupakan perilaku entrepreneurship yang memperhatikan atau mementingkan keberlangsungan berlanjutan lingkungan pada masa yang akan datang. Semua kegiatan dalam proses kewirausahaan ramah terhadap lingkungan seperti memaksimalkan penggunaan bahan-bahan yang sudah tidak terpakai.

Penelitian ini menggunakan objek yaitu matoa sebagai sampel untuk di wawancarai secara langsung yang di kaitkan dengan konsep Triple Bottom Line dengan tiga fokus yaitu profit, people dan planet. Dengan menggunakan konsep tersebut, dapat mengetahui apakah matoa sudah menerapkan konsep tersebut terhadap keberlanjutan bisnisnya yang bergerak di bidang ecopreneurship.

1.8. Sistematika Penelitian

Sistematika penulisan dibuat untuk memberi gambaran umum tentang penelitian dan hasil penelitian yang dilakukan. Berikut ini urutan penulisannya :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi uraian secara singkat mengenai gambaran umum perusahaan gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batas penelitian dan sistematika penelitian tugas akhir.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN

Bab ini berisi Kajian Pustaka yang mendeskripsikan teori-teori yang berkaitan dan dianggap berhubungan dengan penelitian ini, serta literatur

(13)

13

dari penelitian terdahulu yang menunjang penelitian dan gambaran dari kerangka pemikiran.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisi uraian tentang desain penelitian yang akan digunakan, penjabaran operasional variabel, prosedur pengumpulan data, serta teknik analisis yang ditunjang dengan teori yang berhubungan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi pembahasan dari hasil analisa pengolahan data yang telah dilakukan dan dikaitkan dengan teori yang mendasarinya seperti yang telah diuraikan dalam Bab II.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi hasil akhir berupa rangkuman dan kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini, serta diakhir terdapat saran yang penulis berikan dilihat dari hasil penelitian.

Gambar

Gambar 1.1 Lucky dan Matoa
Gambar 1.2 Eco-Watch Matoa
Tabel 1.1  Koleksi Produk Matoa

Referensi

Dokumen terkait

dibantu perencana Comprehensive Planning Perencana dibantu aspirasi masyarakat Strategic Planning Stakeholders di- bantu perencana Participatory Planning Masyarakat

Persetujuan tertulis dibuat dalm bentuk pernyataan yang tertuang dalam formulir persetujuan tindakan kedokteran sebelum ditandatangani atau dibubuhkan cap ibu

Cooper, (1982:38) latihan aerobik adalah kerja tubuh yang memerlukan oksigen untuk kelangsungan proses metabolisme energi selama latihan. Sehingga latihan aerobik

Dalam melakukan perilaku menggosok gigi adalah dengan memecah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam sebuah task analysis. Berikut ini merupakan task analysis

Terdapat implementasi pengelolaan fauna tetapi tidak mencakup kegiatan pengelolaan secara keseluruhan sesuai dengan ketentuan terhadap jenis-jenis yang

(2) Menjelaskan penerapan model kooperatif tipe Contextual Teaching and Learning Pada Tema 4 Berbagai Pekerjaan Muatan IPS dan Bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Data sekunder yang digunakan diperoleh dari beberapa sumber antara lain dari Bank Sentral Nigeria, Kantor Federal Statistik dan Organisasi Perdagangan Pangan dan

Nilai raw accelerometer yang dihasilkan dimana pada dasarnya memiliki (noise) difilter dengan menggunakan low-pass filter dan nilai raw gyroscope yang dihasilkan memiliki