PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG “FRAKTUR ANTE BRAKHII: PENATALAKSANAAN DAN KOMPLIKASI”
Oleh:
Risa Syahbana Badar NIM 152310101100
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER
ii PRAKATA
Alhamdulillah, Puji syukur kami panjatkan kepada hadirat Allah SWT, Pencipta alam semesta yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan kegiatan Pendidikan Kesehatan ini dapat selesai dengan baik.
Pendidikan kesehatan tentang “Fraktur Ante Brakhii: Penatalaksanaan dan Komplikasi” sangat penting bagi klien yang pernah mengalami fraktur tersebut maupun yang berisiko. Hal ini berkaitan dengan pengetahuan dan kemampuan klien dalam berperan aktif untuk bertanggungjawab menjaga keselamatan dan kesehatan dalam bekerja atau beraktivitas.
Upaya pemerintah dalam penanganan fraktur khususnya berhubungan dengan dunia kerja sudah cukup bagus salah satu contohnya yaitu dengan diberlakukannya standar kemanan kerja untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan cedera seperti fraktur dan lain-lain. Pemerintah juga telah menyediakan fasilitas layanan kesehatan yang dapat menangani kasus-kasus cedera khususnya fraktur. Namun disisi lain, kasus-kasus fraktur bukan hanya berisiko tinggi terjadi para p
Kami berharap kegiatan pendidikan kesehatan ini berjalan dengan lancar dan sesuai tujuan sebelumnya. Kami berharap saran yang membangun sehingga dapat meningkatkan efektifitas dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini.
Jember, Mei 2016
Pelaksana
iii DAFTAR ISI
PRAKATA ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR LAMPIRAN ... v
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Analisa Situasi ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
BAB 2. TUJUAN DAN MANFAAT ... 3
2.1 Tujuan ... 3
2.2 Manfaat ... 3
BAB 3. KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH ... 4
3.1 Dasar Pemikiran ... 4
3.2 Kerangka Penyelesaian Masalah ... 4
BAB 4. PELAKSANAAN KEGIATAN ... 6
4.1 Realisasi Penyelesaian Masalah ... 6
4.2 Khalayak Sasaran ... 6
4.3 Metode yang Digunakan... 6
BAB 5. HASIL KEGIATAN ... 7
5.1 Analisa Evaluasi ... 7 5.2 Faktor Pendukukng ... 8 5.3 Faktor Penghambat ... 8 BAB 6. PENUTUP 10 6.1 Kesimpulan ... 10 6.2 Saran ... 10
iv
DAFTAR PUSTAKA ... 11 LAMPIRAN:
Lampiran 1: Berita Acara Lampiran 2: Daftar hadir Lampiran 3 : Materi Lampiran 4 : Media
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Berita Acara Lampiran 2: Daftar hadir Lampiran 3 : Materi Lampiran 4 : Media
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Analisa Situasi
Semakin maju Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) berdampak pada kehidupan masyarakat termasuk pada bidang kesehatan. Hal ini menuntut kesiapan dan kesiagaan berbagai pihak untuk antisipasi permasalahan yang mungkin timbul kemudian, termasuk juga dengan penanganan kesehatan.
Contoh masalah kesehatan yang sering di temui yaitu fraktur. Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas jaringan tulang disebabkan karena rudapaksa. Dalam gambaran epidemiloginya, fraktur merupakan masalah kesehatan yang menimbulkan kecacatan paling tinggi dari semua trauma kecelakaan kendaraan bermotor. Salah satu contoh dari fraktur ini adalah fraktur antebrachii karena saat terjadi trauma lengan bawah mengalami benturan, atau penekanan yang kuat yang akhirnya menimbulkan suatu perpatahan. Fraktur antebrachii merupakan suatu perpatahan pada lengan bawah yaitu pada tulang radius dan ulna dimana kedua tulang tersebut mengalami perpatahan.
Fraktur Antebrachii yang tidak mendapat penanganan yang baik akan mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan, seperti adanya gangguan aktivitas atau hilangnya fungsi dari anggota badan itu sendiri, proses penyembuhan tulang yang lama atau pula dapat meningkatkan adanya perubahan bentuk (deformitas) yang terjadi pada tulang itu sendiri, dan terjadinya komplikasi yang dapat memperburuk keadaan. Penatalaksanaan yang salah ini sering terjadi pada masyarakat dan mengakibatkan hal-hal negatif seperti yang dijelaskan diatas. Oleh karena itu pelakasana sebagai calon perawat melakukan Pendidikan Kesehatan “Fraktur Anthe Brakhii: Penatalaksanaan dan Komplikasi” sebagai fungsi educator agar masyarakat dapat mengetahui cara penatalaksanaan yang benar pada fraktur anthe brakhii dan komplikasi yang mungkin terjadi.
2 1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan analisa situasi di atas, maka rumusan masalah dalam kegiatan yang akan dilakukan adalah pendidikan kesehatan tentang fraktur anthe brakhii pada masyarakat usia dewasa awal di PPM. Al Husna Jember.
3
BAB 2. TUJUAN DAN MANFAAT
2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang fraktur anthe brakhii pada masyarakat usia dewasa awal mampu memahami konsep penatalaksanaan dan komlikasi fraktur anthe brakhii
2.1.2 Tujuan Khusus
a. mampu menjelaskan definisi fraktur anthe brakhii b. mampu menjelaskan penyebab fraktur anthe brakhii c. mampu menjelaskan penatalaksanaan fraktur ante brakhii d. mampu menjelaskan komplikasi fraktur ante brakhii
e. mampu menjelaskan proses penyembuhan fraktur ante brakhii
2.2 Manfaat
a. mengetahui definisi fraktur anthe brakhii b. mengetahui penyebab fraktur anthe brakhii c. mengetahui penatalaksanaan fraktur ante brakhii d. mengetahui komplikasi fraktur ante brakhii
4
BAB 3. KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH
3.1 Dasar Pemikiran
Fraktur atau patah tulang merupakan cedera yang sering terjadi pada masyarakat. Biasanya disebabkan oleh trauma langsung maupun tidak langsung, seperti benturan dan tekanan yang tidak mampu ditahan oleh tulang. Dalam gambaran epidemiloginya, fraktur merupakan masalah kesehatan yang menimbulkan kecacatan paling tinggi dari semua trauma kecelakaan kendaraan bermotor, terutama fraktur anthe brakhii.
Epidemiologi yang tinggi pada fraktur anthe brakhii tidak di imbangi dengan penatalaksanaan yang benar. Masyarakat Indonesia yang masih percaya pada pengobatan tradisional melakukan penatalaksanaan dengan cara membawa penderita fraktur pada “sangkal putung”. Ditinjau dari segi medis, hal ini kurang tepat dilakukan karena proses penyembuhan fraktur tidak akan sempurna dan akan menimbulkan komplikasi. Oleh sebab itu perlu dilakukan pendekatan kepada masyarakat dengan cara memberikan pendidikan kesehatan agar masyarakat mengetahui dan memahami penatalaksanaan fraktur yang benar dan komplikasi yang mungkin terjadi apabila penatalaksanaannya salah.
3.2 Kerangka Penyelesaian Masalah
Masalah penatalaksanaan fraktur yang tidak tepat masih sering di jumpai. Hal ini menjadi tugas kita sebagai perawat untuk meluruskan pandangan masyarakat yang salah tentang penatalaksanaan fraktur agar tidak terjadi kompilkasi.
Salah satu hal yang dapat yang dilakukan yaitu dengan melakukan pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang penatalaksanaan fraktur yang benar dan komplikasi yang mungkin terjadi apabila penatalaksanaan yang dilakukan tidak tepat. Hal ini bertujuan agar masyarakat tidak lagi melakukan
5
penatalaksanaan fraktur yang salah dan agar tingkat kesehatan masyarakat dapat lebih baik dengan dilakukannya penanganan fraktur yang benar.
6
BAB 4. PELAKSANAAN KEGIATAN
4.1 Realisasi Penyelesaian Masalah
Pendidikan kesehatan merupakan upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi yang kondusif pada masyarakat usia dewasa awal di PPM.Al Husna untuk mengetahui penatalaksanaan dan komplikasi akibat fraktur anthe brakhii. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Minggu, 28 Mei 2017 jam 07.30-09.30 WIB di PPM. Al Husna Jember.
4.2 Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran pada kegiatan pendidikan kesehatan ini adalah masyarakat usia dewasa awal di PPM. Al Husna Jember.
4.3 Metode yang Digunakan
1. Jenis model pembelajaran: ceramah
2. Landasan teori: Diskusi
3. Langkah pokok
a. menciptakan suasana pertemuan yang baik
b. Mengajikan masalah
c. mengidentifikasi pilihan tindakan
d. Memberi komentar
e. Menetapkan tindakan lanjutan
= Sasaran
7
BAB 5. HASIL KEGIATAN
5.1 Analisa Evaluasi 5.1.1 Evaluasi Persiapan
a. Pelaksana menyebar undangan kepada peserta pendidikan kesehatan
.
b. Pelaksana mencari literatur yang berkaitan dengan PenatalaksanaanFraktur Antebhrakii
.
c.
Pelaksana mengurus kelengkapan administrasi dan perlengkapan.
d. Pelaksana menyipakan berita acara, daftar hadir, SAP, materi, sertamedia yang telah dilampirkan
.
e. Pelaksana melakukan kontrak waktu dengan semua peserta pendidikan kesehatan
.
f. Pelaksana menyiapkan tempat yang nyaman dan sesuai dengan jenis kegiatan yang dilakukan
.
g. Pelaksana menyiapkan peralatan yang dibutuhkan peserta pendidikan kesehatan
.
h. Pelaksana memastikan kesiapan peserta pendidikan kesehatan untuk mengikuti kegiatan.
5.1.2 Evaluasi Proses
a.
Tim pelaksana dosen menyampaikan materi tentang Penatalaksanaan dan Komplikasi Fraktur Anthe Brakhii dengan metode ceramah, demonstrasi, dan diskusi menggunakan bahasa yang jelas, sederhana dan mudah dimengerti.b. Peserta pendidikan kesehatan kooperatif selama mengikuti kegiatan dapat mempraktikkan dan dapat mengikuti pelaksana.
c. Peserta pendidikan kesehatan menunjukkan antusiasme selama kegiatan hal ini terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan oleh peserta pendidikan kesehatan dan setelah diberikan penjelasan peserta
8
pendidikan kesehatan menyatakan sudah mengerti dan memahami tentang Penatalaksanaan dan Komplikasi Fraktur Anthe Brakhii.
5.1.3 Evaluasi Hasil
a. 90% peserta pendidikan kesehatan sudah mampu menjawab pertanyaan tentang penatalaksanaan dan komplikasi fraktur anthe brakhii yang diajukan oleh pelaksana.
b. 90% peserta pendidikan kesehatan menunjukan mampu untuk mengulangi penjelasan tentang penatalaksanaan dan komplikasi fraktur anthe brakhii yang disampaikan oleh pelaksana.
c. peserta pendidikan kesehatan menyatakan bersedia melaksanakan penatalaksanaan yang benar pada fraktur apabila terjadi fraktur.
5.2 Faktor Pendukukng
Faktor pendukung yang dapat dilakukan terkait kegiatan pendidikan kesehatan tentang Penatalaksanaan dan Komplikasi Fraktur Anthe Brakhii di PPM. Al Husna kepada peserta pendidikan kesehatan adalah sebagai berikut:
a. Suasana dan tempat yang sangat sejuk sehingga membuat nyaman peserta pendidikan kesehatan selama mengikuti kegiatan ini
b. Pemanfaatan media penunjang yang atraktif sehingga menarik
c. Semangat yang tinggi untuk belajar kesehatan pada peserta pendidikan kesehatan
5.3 Faktor Penghambat
Faktor penghambat yang dapat di lakukan kegiatan pendidikan kesehatan tentang Penatalaksanaan dan Komplikasi Fraktur Anthe Brakhii di PPM. Al Husna kepada peserta pendidikan kesehatan adalah sebagai berikut:
a. Lingkungan cukup ramai/berisik karena adanya santri lain yang sedang beraktivitas
9
b. Waktu yang terbatas karena peserta harus melanjutkan aktivitas yang lain sebagai santri dan mahasiswa.
10
BAB 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kegiatan pendidikan kesehatan tentang Penatalaksanaan dan Komplikasi Fraktur Anthe Brakhii pada santri PPM. Al Husna penting untuk dilakukan karena masih ada dari mereka yang kurang tepat dalam melakukan penatalaksanaan fraktur, masih ada masyarakat yang percaya pada “sangkal putung” dalam mengobati fraktur padahal hal tersebut berisiko membuat proses penyembuhan fraktur terganggu.
Oleh sebab itu, sebagai perawat kita harus melaksanakan peran sebagai edukator agar masyarakat dapat mengetahui dan memahami penatalaksanaan fraktur yang benar agar tidak terjadi komplikasi yang tidak di inginkan.
6.2 Saran
Saran yang ada dalam laporan pertanggung jawaban ini ditujukan pada: a. Bagi usia dewasa awal
Bagi usia dewasa awal diharapkan dapat saling berbagi ilmu dan pengetahuan anatar sesama dalam menjaga kesehan khususnya dalam hal penatalaksanaan fraktur anthe brakhii, serta mempraktikan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Bagi orang tua
Diharapkan orang tua dapat membimbing anak ketika terjadi fraktur agar langsung membawanya ke fasilitas kesehatan agar dapat mendapat penanganan yang tepat.
c. Bagi tenaga kesehatan
Bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat membantu meluruskan pemahaman masayarakat terhadap penatalaksanaan fraktur yang benar.
11
DAFTAR PUSTAKA
Helmi, Noor Zairin. 2013.
Trigger Finger. Buku Ajar GangguanMuskuloskeletal. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Halaman
236-238
Mitra Home Care. 2017. Fraktur Antebrachii. [on line].
http://www.mitrahome care.com/2010/04/fraktur-antebrachii.html
. [13 Mei
12 LAMPIRAN
13 Lampiran 2 : Daftar Hadir
14 Lampiran 3 : Materi
FRAKTUR ANTHEBRAKHII a. Pengertian
Fraktur ante brakhii adalah terputusnya hubungan tulang radius dan ulna yang disebabkan oleh cedera pada lengan bawah, baik trauma langsung maupun tidak langsung (Helmi, 2013).
b. Anatomi Ante Brakhii
Menurut Hartanto (2013) ulna adalah tulang stabilisator pada lengan bawah, terletak medial dan merupakan tulang yang lebih panjang dari dua tulang lengan bawah. Ulna adalah tulang medial antebrachium. Ujung proksimal ulna besar dan disebut olecranon, struktur ini membentuk tonjolan siku. Corpus ulna mengecil dari atas ke bawah.
Tulang Radius Radius terletak di lateral dan merupakan tulang yang lebih pendek dari dari dua tulang di lengan bawah. Ujung proksimalnya meliputi caput pendek, collum, dan tuberositas yang menghadap ke medial. Corpus radii, berbeda dengan ulna, secara bertahap membesar saat ke distal. Ujung distal radius berbentuk sisi empat ketika dipotong 9 melintang. Processus styloideus radii lebih besar daripada processus styloideus ulnae dan memanjang jauh ke distal. Hubungan tersebut memiliki kepentingan klinis ketika ulna dan/atau radius mengalami fraktur (Hartanto, 2013).
15
Gambar b.1 Anatomi Ante Brakhii
16 c. Penyebab fraktur ante brakhii
Pada umumnya frkatur terjadi karena kelebihan beban mekanis pada suatu tulang dan tulang tidak mampu untuk menahannya karena tekanan yang diberikan terlalu banyak dibandingkan kemampuan tulang untuk menhan. Menurut Nampira (2014), fraktur ante brakhii karena terjadi karena cedera langsung pada lengan bawah, kecelkaan lalu lintas, atau jatuh dengan lengan teregang. Fraktur ini biasanya disebabkan oleh cedera hebat.
1. Trauma langsung/ direct trauma
Yaitu apabila fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat ruda paksa (misalnya benturan, pukulan yang mengakibatkan patah tulang).
2.Trauma yang tak langsung/ indirect trauma
Misalnya penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat terjadi fraktur pada pegelangan tangan.
3. Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu sendiri rapuh/ ada resiko terjadinya penyakit yang mendasari dan hal ini disebut dengan fraktur patologis.
4. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
d. penatalaksanaan fraktur ante brakhii
Untuk penyembuhan fraktur diperlukan immobilisasi. Imobilisasi dilaksanakan dengan cara (Syamsul, Hidayat : 1997) dalam www.mitrahomecare .com:
1. Pembidaian Physiologik
Pembidaian semacam ini terjadi secara alami karena menjaga pemakaian dan spasmus otot karena rasa sakit pada waktu digerakkan.
2. Pembidaian secara orthopedi eksternal Ini digunakan dengan gips dan traksi. 3. Fiksasi internal
17
Pada metode ini, kedua ujung tulang yang patah dikembalikan kepada posisi asalnya dan difiksasi dengan pelat dan skrup atau diikat dengan kawat. Setelah immobilisasi dilaksanakan, tulang akan beradaptasi pada kondisi tersebut, yaitu mengalami proses penyembuhan dan perbaikan tulang.
Terapi Latihan
Tujuan utama program latihan adalah mengembalikan fungsi, kinerja, kekuatan otot, dan daya tahan ke tingkat sebelum terjadinya trauma. Atrofi otot dan hilangnya kekuatan otot karena tidak dipergunakan berkisar antara 5% per hari sampai 8% per minggu (Kuncara, 2011).
a. Active Exercise
Pasien diinstruksikan untuk menggerakkan sendi melalui gerakan penuh atau parsial yang ada sesuai keinginannya sendiri. Tujuan latihan kisaran gerak aktif adalah menghindari kehilangan ruang gerak yang ada pada sendi. Latihan ini diindikasikan pada fase awal penyembuhan tulang, saat tidak ada atau sedikitnya stabilitas pada tempat fraktur. Umpan balik sensorik langsung pada pasien dapat membantu mencegah gerakan yang dapat menimbulkan nyeri atau mempengaruhi stabilitas tempat fraktur (Kuncara, 2011).
b. Active assisted (Gerak aktif dengan bantuan)
Pada latihan ini, pasien dilatih menggunakan kontraksi ototnya sendiri untuk menggerakkan sendi, sedangkan professional yang melatih, memberikan bantuan atau tambahan tenaga. Latihan ini paling sering digunakan pada keadaan kelemahan atau inhibisi gerak akibat nyeri atau rasa takut, atau untuk meningkatkan kisaran gerak yang ada. Pada latihan ini dibutuhkan stabilitas pada tempat fraktur, misalnya bila sudah ada penyembuhan tulang atau sudah dipasang fiksasi fraktur. (Kuncara, 2011).
c. Resisted Exercise
Latihan penguatan meningkatkan kemampuan dari otot. Latihan ini meningkatkan koordinasi unit motor yang menginervasi suatu otot serta keseimbangan antara kelompok otot yang bekerja pada suatu sendi. Latohan penguatan bertujuan untuk meningkatkan tegangan potensial yng dapat dihasilkan oleh elemen kontraksi dan statis suatu unit otot-tendon.
18
Latihan penguatan ada berbagai macam (Kuncara, 2011). d. Hold Relax
Hold rilex adalah suatu latihan yang menggunakan otot secara isometric kelompok antagonis dan diikuti relaksasi otot tersebut. Dengan kontraksi isometric kemudian otot menjadi rileks sehingga gerakan kearah agonis lebih mudah dilakukan dan dapat mengulur secara optimal. Mekanisme kontraksi isometric pada penguluran otot ini karena sarcomere otot yang semula memendek akan dapat memanjang kembali dan berakibat pada kembalinya fungsi otot secara normal kemudian diikuti dengan relaksasi grup otot antagonis, mobilitas menjadi baik, nyeri berkurang. Maka pasien akan lebih mudah untuk menggerakkan sendi yang semula terbatas. Menurut Alder (2008) tujuan dari terapi ini dalah mengurangi nyeri dan meningkatkan lingkup gerak sendi. Indikasi dilakukannya latihan hold-rilex adalah pasien yang mengalami penurunan lingkup gerak sendi, serta kontra indikasinya apabila pasien tidak bisa melakukan kontraksi isometri.
e. komplikasi akibat fraktur ante brakhii
Komplikasi Awal 1) Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa di tandai dengan tidak adanya nadi, CRT (capillary refil time) menurun, sianosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstremitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
2) Kompartment Sindrom
Kompartment sindrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena
terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan pembebatan yang terlalu kuat. Tanda-tanda sindrom kompartemen (5P) sebagai berikut: (1) Pain (nyeri lokal), (2) Pallor (pucat bagian distal), (3) Pulsessness (tidak ada denyut nadi, perubahan nadi, perfusi yang tidak baik dan CRT>3 detik pada bagian
19
distal kaki), (4) Paraestesia (tidak ada sensasi), (5) Paralysis (kelumpuhan tungkai). 3) Fat Embolism Syndrom Fat Embolism Syndrome (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan pernafasan, tachykardi, hipertensi, tachypnea, demam.
4) Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma osthopedic infeksi dimulai pada kulit (superfisial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan sperti pin dan plat.
5) Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkman Ischemia (Helmi, 2013).
Komplikasi Dalam Waktu Lama 1) Delayed Union
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi (bergabung) sesuai dengan waktu yang di butuhkan tulang untuk menyambung.
2) Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi
sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. 3) Malunion
Malunion merupakan penyembuhan tulang di tandai dengan perubahan bentuk (deformitas).
f. Proses penyembuhan Fraktur Hematom :
• Dalam 24 jam mulai pembekuan darah dan haematom • Setelah 24 jam suplay darah ke ujung fraktur meningkat
• Haematom ini mengelilingi fraktur dan tidak diabsorbsi selama penyembuhan tapi berubah dan berkembang menjadi granulasi.
20 Proliferasi sel :
• Sel-sel dari lapisan dalam periosteum berproliferasi pada sekitar fraktur • Sel ini menjadi prekusor dari osteoblast, osteogenesis berlangsung terus,
lapisan fibrosa periosteum melebihi tulang.
• Beberapa hari di periosteum meningkat dengan fase granulasi membentuk collar di ujung fraktur.
Pembentukan callus :
• Dalam 6-10 hari setelah fraktur, jaringan granulasi berubah dan terbentuk callus.
• Terbentuk kartilago dan matrik tulang berasal dari pembentukan callus. • Callus menganyam massa tulang dan kartilago sehingga diameter tulang
melebihi normal.
• Hal ini melindungi fragmen tulang tapi tidak memberikan kekuatan, sementara itu terus meluas melebihi garis fraktur.
Ossification
• Callus yang menetap menjadi tulang kaku karena adanya penumpukan garam kalsium dan bersatu di ujung tulang.
• Proses ossifikasi dimulai dari callus bagian luar, kemudian bagian dalam dan berakhir pada bagian tengah
• Proses ini terjadi selama 3-10 minggu. Consolidasi dan Remodelling
• Terbentuk tulang yang berasal dari callus dibentuk dari aktivitas osteoblast dan osteoklast.
22 Lampiran 4 : Media
24 Lampiran 5 : Foto Kegiatan