• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian dan Fungsi Bank

Bank memiliki peranan penting dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Bank merupakan perusahaan dalam bidang jasa dimana kepercayaan masyarakat memegang peranan besar dalam menjaga kelangsungan hidup bank. Menurut UU Perbankan No. 10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Berdasarkan Pasal 1 ayat (3) UU No. 10 Tahun 1998, bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Fungsi utama bank ada tiga yaitu penghimpun dana masyarakat, penyaluran dana kepada masyarakat, dan pemberian pelayanan perbankan (Ismail, 2010:4). Dari ketiga fungsi tersebut bank akan mendapatkan bunga dari penyaluran dana kepada masyarakat, membayar bunga kepada nasabah atas penghimpunan dana, dan mendapatkan fee atas pelayanan jasa bank.

(2)

Gambar 2.1. Fungsi Utama Bank Sumber : Ismail(2010)

Mengingat pentingnya keberadaan bank umum dalam perekonomian modern, (Darmawi, 2011:4) menjelaskan fungsi-fungsi yang dilakukan bank umum adalah sebagai berikut :

1. Menghimpun Dana dari Masyarakat

Dana yang paling banyak dihimpun oleh bank umum adalah dana simpanan. Di Indonesia dana simpanan terdiri atas giro, tabungan, deposito berjangka, sertifikat deposito dan atau bentuk lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. Menyalurkan Dana BANK Menghimpun Dana Pelayanan Jasa

Bunga Simpanan Fee Based

Income

Spread Positif/Negatif

(3)

2. Memberikan Pinjaman (Kredit)

Fungsi utama bank umum adalah pemberian kredit kepada para peminjam. Dalam pemberian kredit, bank umum memberikan pelayanan sosial yang besar, karena melalui kegiatannya produksi dapat ditingkatkan. Dari kegiatan penyaluran kredit ini, bank menerima keuntungan dalam bentuk bunga yang dibayar nasabah.

3. Jasa Lalu Lintas Pembayaran

Salah satu mekanisme pembayaran yang sangat penting adalah pembayaran melalui pemindahbukuan dana antar-rekening nasabah dengan berbagai cara. Fungsi ini menjadi semakin penting karena penggunaan cek, kartu kredit, dan teknologi elektronik seperti pemindahan uang dengan elektronik, ATM dan sebagainya.

4. Menciptakan uang Giral

Uang yang diciptakan bank umum adalah uang giral, yaitu alat pembayaran lewat mekanisme pemindahbukuan (kliring). Kemampuan bank umum menciptakan uang giral menyebabkan posisi dan fungsinya dalam pelaksanaan kebijakan moneter.

5. Menyediakan Fasilitas untuk Perdagangan Luar Negeri

Bank umum juga sangat dibutuhkan untuk memudahkan dan atau memperlancar transaksi internasional, baik transaksi barang atau jasa maupun transaksi modal. Kesulitan-kesulitan transaksi antara dua pihak yang berbeda negara selalu muncul karena perbedaan geografis, jarak, budaya dan sistem moneter masing-masing negara. Kehadiran bank umum yang beroperasi dalam

(4)

skala internasional akan memudahkan penyelesaian transaksi-transaksi tersebut. Dengan adanya bank umum, kepentingan pihak-pihak yang melakukan transaksi internasional dapat ditangani dengan lebih mudah dan cepat.

6. Menyediakan Jasa Wali-Amanat

Orang-orang yang mempunyai kekayaan dan mempunyai keinginan untuk menentukan pembagian kekayaannya, maka orang tersebut dapat mengamanatkan kekayaannya kepada bank dan meminta bank tersebut sebagai wali amanat untuk melaksanakan wasiatnya. Departemen trusty (wali amanat) dari suatu bank memberikan pula banyak pelayanan kepada perusahaan. Salah satu jasa tersebut adalah pengelolaan pensiun dan rencana pembagian laba.

7. Penerbitan Surat Garansi Bank

Bank boleh menerbitkan surat garansi, yang isinya menyatakan bahwa akan membayar kerugian pihak ketiga atas penggunaan garansi tersebut. Selanjutnya atas penerbitan garansi tersebut bank menerima fee (upah) dari nasabah.

8. Menyediakan Jasa-Jasa Perbankan Lainnya

Di Indonesia pemberian jasa-jasa lainnya oleh bank umum juga semakin banyak dan luas. Penyimpanan barang berharga (safe deposit box) merupakan salah satu jasa tertua yang diberikan oleh bank umum. Selain itu, saat ini masyarakat sudah dapat membayar listrik, telepon rumah, membeli pulsa

(5)

telepon seluler, dan membayar gaji pegawai dengan menggunakan jasa-jasa bank.

9. Jasa Inkaso

Jasa inkaso adalah jasa yang disediakan bank untuk menagih piutang nasabahnya dari pihak terutang.

Menurut Guitan dan George (1997) peranan bank meliputi : 1. Pengalih aset (asset transmutation)

Perbankan berfungsi dalam memberikan pinjaman kepada pihak yang membutuhkan dana dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati. Sumber dana pinjaman tersebut diperoleh dari para pemilik dana yang disimpan di bank yaitu unit surplus yang mempercayakan dananya untuk dikelola bank. Dalam hal ini perbankan telah berperan sebagai pengalih aset dari unit surplus (lenders) kepada unit defisit (borrowers).

2. Memberi Kemudahan untuk Transaksi (transaction)

Perbankan memberikan kemudahan bagi para pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi barang dan jasa. Produk-produk barang dan jasa yang dikeluarkan oleh bank yang merupakan pengganti uang dan dapat digunakan sebagai alat pembayaran yang sah seperti kartu ATM, kartu kredit, dan kartu debit.

3. Penjamin Likuiditas (liquidity)

Peran ini menunjukkan bahwa lembaga keuangan bank dapat meyakinkan nasabahnya bahwa dana yang disimpan sebagai produk dengan tingkat

(6)

likuiditas yang berbeda-beda, akan dikembalikan pada saat yang telah ditentukan sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya.

4. Menciptakan Efisiensi (Efficiency)

Perbankan dapat menurunkan biaya transaksi dengan jangkauan pelayanannya dan diversifikasi produk perbankan, bank dapat mempertemukan pemilik dan pengguna modal serta memperlancar kebutuhan transaksi antara pihak-pihak yang saling membutuhkan.

Sebagai lembaga kepercayaan, industri ini rentan akan terjadinya moral hazard dan adverse selection akibat informasi yang tidak simetris pada struktur industri yang saling bersaing. Kondisi demikian ditengarai dapat memicu pelaku perbankan untuk berperilaku kolusif dalam rangka peningkatan profit di atas normal. Oleh karena itu diperlukan pengaturan dan pengawasan dalam operasionalnya sehingga industri perbankan dikenal sebagai highly regulated industry.

2.1.2 Kepemilikan Asing

Struktur kepemilikan merupakan bentuk komitmen dari para pemegang saham untuk mendelegasikan pengendalian dengan tingkat tertentu kepada para manajer. Istilah struktur kepemilikan digunakan untuk menunjukkan bahwa variabel-variabel yang penting didalam struktur modal tidak hanya ditentukan oleh jumlah utang dan equity tetapi juga oleh prosentase kepemilikan baik asing maupun domestik.

Kepemilikan asing dapat diartikan sebagai proporsi kepemilikan saham perusahaan oleh pihak asing melalui pembelian saham langsung pada perusahaan

(7)

maupun melalui bursa efek. Investasi yang berasal dari investor asing dianggap sebagai suatu hal yang penting. Selama ini di negara-negara berkembang di kawasan Asia, Afrika, dan Amerika Latin berusaha untuk menarik sebanyak mungkin investasi dari luar sebagai sumber perkembangan ekonomi dan pertumbuhan pendapatan bahkan diharapkan dapat mengentaskan kemiskinan (Tambunan, 2004). Pada penelitian ini, bank umum dengan prosentasi kepemilikan 50 persen atau lebih dimiliki oleh pihak asing dikelompokkan sebagai bank kepemilikan asing dan prosentasi kepemilikan dibawah 50 persen oleh pihak asing dikelompokkan sebagai bank kepemilikan domestik.

Arun dan Turner (2004) dalam Swandari (2008:17) menyatakan bahwa masuknya investor asing akan berpengaruh positif terhadap kinerja bank karena diharapkan mereka akan membawa teknik manajemen yang baru, mekanisme corporate governance dan teknologi informasi. Pernyataan ini cukup beralasan karena bank-bank domestik memerlukan transfer pengetahuan dan teknologi, keahlian dan manajemen dari pihak asing.

2.1.3 Efisiensi Bank 2.1.3.1 Pengertian Efisiensi

Efisiensi dapat didefinisikan sebagai perbandingan terbaik antara masukan (input) dengan keluaran (output). Efisiensi merupakan suatu pekerjaan yang kita lakukan untuk mendapatkan hasil yang optimal dengan tidak membuang banyak sumber daya dalam proses pengerjaannya. Kendala dalam pengukuran efisiensi sebuah bank adalah organisasi bank merupakan suatu kumpulan berbagai ragam perilaku ataupun sumber daya yang kompleks. Oleh karena itu sulit untuk

(8)

memperoleh ukuran efisiensi organisasi yang absolut. Kondisi ini akan mengarah pada penggunaan nilai efisiensi relatif (perbandingan atas penggunaan sumber daya/inputs untuk mendapatkan suatu hasil/outputs dari sebuah organisasi dibandingkan dengan nilai efisiensi relatif organisasi lain yang sejenis) mengantikan nilai absolut tersebut. Kedua, organisasi bank tersusun dari proses transformasi yang multidimensional dimana selalu banyak input yang dimanfaatkan untuk menghasilkan banyak output pula. Untuk mendapatkan suatu nilai ukuran yang menunjukkan efisiensi suatu organisasi bank secara keseluruhan yang bersifat skalar, haruslah terlebih dahulu diperoleh suatu bobot organisasi bank tersebut.

Terdapat tiga faktor yang menyebabkan efisiensi, yaitu jika dengan input yang sama menghasilkan output yang lebih besar, dengan input yang lebih kecil menghasilkan output yang sama, dengan input yang besar menghasilkan output yang lebih besar. Ada tiga pendekatan yang biasa digunakan dalam mengukur efisiensi. Pertama pendekatan rasio, yaitu dengan cara menghitung perbandingan output dan input yang digunakan. Kedua pendekatan regresi, yaitu mengukur efisiensi dengan menggunakan sebuah model dari tingkat output tertentu sebagai fungsi dari berbagai tingkat input tertentu. Pendekatan ketiga adalah pendekatan frontier baik pendekatan frontier parametrik maupun pendekatan frontier non parametrik yang diukur dengan tes statistik. Perbedaan utama antara pendekatan parametrik dan non parametrik adalah bahwa pendekatan parametrik memasukkan random error pada frontier, sementara pendekatan DEA tidak memasukkan random error. Konsekuensinya, pendekatan DEA tidak dapat memperhitungkan

(9)

faktor-faktor seperti perbedaan harga antar daerah, perbedaan peraturan, perilaku baik-buruknya data, observasi yang ekstrim, dan lain sebagainya sebagai faktor-faktor ketidakefisiensian sehingga pendekatan non parametrik dapat digunakan untuk mengujkur efisiensi secara lebih umum.

2.1.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi

Ada banyak faktor yang mempengaruhi efisiensi industri perbankan baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor-faktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Likuiditas

Likuiditas adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan persediaan uang tunai dan alat-alat likuid lainnya yang dikuasai bank. Risiko likuiditas terjadi akibat penarikan dana yang cukup besar oleh nasabah di luar perhitungan bank, sehingga dapat mengakibatkan kesulitan likuiditas (Darmawi, 2011:17). Selain penarikan dana dari nasabah risiko likuiditas juga terjadi ketika suatu bank tidak dapat memenuhi permintaan kredit dengan segera. Meskipun bank memiliki aset yang cukup bernilai untuk melunasi kewajibannya, namun jika aset tersebut tidak dapat dikonversikan menjadi uang tunai dengan segera, maka bank tersebut dikatakan tidak likuid. Darmawi (2011:15) menyatakan bahwa sebagian besar dana operasional sebuah bank adalah milik orang lain, maka dana tersebut harus tersedia setiap saat apabila pemiliknya memerlukan. Dengan demikian, bank harus berusaha agar posisinya tetap dalam keadaan likuid setiap saat untuk memelihara kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut. Tetapi terlalu likuid juga

(10)

tidak baik karena akan menyebabkan berkurangnya keuntungan, bahkan bisa menimbulkan kerugian. Penelitian ini menggunakan loan to deposit ratio (LDR) sebagai ukuran likuiditas. Rasio LDR merupakan salah satu indikator besarnya pemberian kredit yang disalurkan oleh bank terhadap dana pihak ketiga, maka semakin tinggi kredit yang diberikan kemungkinan rasio LDR juga akan meningkat, akibatnya likuiditas bank turun (Dendawijaya, 2005:117). Namun, dengan meningkatnya kredit yang diberikan kepada masyarakat memungkinkan bank untuk menghasilkan laba yang diperoleh melalui pendapatan bunga pun akan tinggi yang berimbas pada meningkatnya efisiensi bank tersebut.

Penelitian yang dilakukan Sufian dan Habibullah (2010) membuktikan bahwa likuiditas berpengaruh negatif terhadap efisiensi bank. Likuiditas yang rendah mengindikasikan bank dapat menghasilkan return yang tinggi karena tidak ada dana menganggur sehingga diharapkan kinerja bank semakin baik dan efisiensi meningkat.

2) Ukuran Bank

Ukuran bank mencerminkan total aset yang dimiliki yaitu jumlah keseluruhan sumber ekonomi yang diharapkan memberikan manfaat usaha di kemudian hari. Pengukuran tingkat efisiensi juga dikaitkan dengan ukuran bank. Semakin besar aset yang dimiliki maka semakin efisien sebuah bank, karena biaya rata-rata yang ditanggung bank menjadi lebih rendah. Humprey (1990) dalam Abidin et.al.(2008:5) mengungkapkan bahwa kurva biaya rata-rata industri perbankan berbentuk U-shape agak datar, dimana kelompok

(11)

bank berskala medium terlihat kurang efisien dibandingkan dengan kelompok bank berskala besar dan kecil.

3) Risiko Kredit

Menurut Darmawi (2011:16) risiko kredit adalah kejadian dimana nasabah gagal membayar bunga dan atau pokok pinjaman kepada bank. Sedangkan menurut Siamat (2001:92), risiko kredit merupakan suatu risiko akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan. Risiko kredit menjadi semakin penting untuk diperhatikan karena akhir-akhir ini banyak peristiwa gagal bayar yang dialami oleh perusahaan. Sufian dan Habibullah (2010) menemukan hubungan negatif antara risiko kredit dan efisiensi bank. Kredit macet yang diberikan bank kepada nasabah akan menurunkan efisiensi akibat kerugian dana yang harus ditanggung bank sehingga bank perlu memprediksi risiko gagal bayar (default risk) dengan cukup baik. Penelitian ini menggunakan NPL (Non Peforming Loan) sebagai ukuran tingkat risiko kredit dikarenakan NPL dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana kredit bermasalah yang ada dapat dipenuhi dengan aktiva produktif yang dimiliki oleh suatu bank (Mulyono, 1995).

4) Non Traditional Activity

Non traditional activity adalah seluruh pendapatan yang diterima bank dari bisnis off-balance sheet. Aktivitas non tradisional biasanya terdiri dari komisi, biaya layanan, fee, biaya jaminan, laba bersih dari penjualan investasi

(12)

sekuritas dan laba selisih kurs. Beberapa tahun terakhir institusi keuangan telah mengalami peningkatan pada pendapatan non bunga. Siamat (2001:10) mmenyatakan bahwa dengan mengombinasi sumber-sumber untuk menciptakan berbagai jenis jasa keuangan dalam jumlah besar, maka biaya produk atau jasa per unit yang ditawarkan lembaga keuangan dapat ditekan lebih rendah. Abidin et.al.(2008:5) menyatakan bahwa efisiensi diukur berdasarkan tingkat scope economics dari sebuah bank. Jika terdapat scope economics, yaitu bank yang mempunyai berbagai produk dalam aktivitasnya, maka bank tersebut akan lebih efisien dari pada bank spesialis.

5) Kapitalisasi

Modal merupakan faktor penting dalam upaya mengembangkan usaha bank. Penggunaan modal bank dimaksudkan untuk memenuhi segala kebutuhan guna menunjang kegiatan operasi bank. Siamat (2001:99) menyebutkan fungsi modal bagi bank adalah sebagai berikut :

a) Memberikan perlindungan kepada nasabah.

b) Modal bank dapat mencegah terjadinya kejatuhan bank. c) Untuk memenuhi ketentuan permodalan minimum. d) Meningkatkan kepercayaan masyarakat.

e) Sebagai indikator kekayaan bank.

f) Untuk menutupi kerugian aktiva produktif bank.

g) Untuk memenuhi kebutuhan gedung kantor dan inventaris. h) Meningkatkan efisiensi operasional bank.

(13)

Struktur permodalan yang kuat sangat penting bagi institusi keuangan di negara-negara berkembang. Ukuran kapitalisasi dalam penelitian ini adalah jumlah ekuitas disbanding total aset bank. Jika bank memiliki modal sendiri yang cukup tinggi, bank tersebut tidak perlu mencari dana dari luar perusahaan untuk bertahan saat terjadi krisis keuangan dan selama kondisi makroekonomi tidak stabil. Bank dengan kapitalisasi yang lebih baik diharapkan menunjukkan efisiensi yang lebih tinggi karena bank tersebut mempunyai banyak keuntungan dari pemanfaatan modal sendiri yang dimiliki.

Sufian dan Habibullah (2010) menemukan bahwa kapitalisasi berhubungan positif dengan efisiensi bank-bank di Thailand. Bank dengan kapitalisasi yang baik akan mengurangi biaya pinjaman. Selain itu, bank dengan struktur kapitalisasi yang kuat pada negara berkembang akan menyelamatkan bank dari kebangkrutan saat terjadi krisis keuangan.

6) Sensitivitas Pertumbuhan Gross Domestic Product (GDP)

Dalam bidang ekonomi, GDP merupakan nilai pasar semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara pada periode tertentu. Efisiensi bank sensitif terhadap kondisi makroekonomi negara yang bersangkutan. Pada umumnya, pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi berdampak pada meningkatnya pendapatan perkapita masyarakat sehingga masyarakat mempunyai lebih banyak dana untuk disimpan di bank. Meningkatnya GDP menyebabkan peningkatan permintaan masyarakat terhadap jasa-jasa yang

(14)

ditawarkan bank. Meningkatnya simpanan dana pihak ketiga dan permintaan jasa bank mengakibatkan efisiensi bank menjadi naik.

7) Sensitivitas Inflasi

Inflasi dapat diartikan sebagai peningkatan tingkat harga-harga secara keseluruhan dalam suatu perekonomian (Mankiw, 2004: 425). Bank Indonesia sebagai otoritas moneter menggunakan kebijakan moneter untuk mengendalikan inflasi dengan penetapan tingkat suku bunga acuan atau BI rate. Perubahan BI rate mempengaruhi suku bunga simpanan dan suku bunga pinjaman perbankan. Apabila perekonomian sedang mengalami kelesuan, Bank Indonesia (BI) dapat menggunakan kebijakan moneter yang ekspansif melalui penurunan suku bunga untuk mendorong aktifitas ekonomi. Penurunan suku bunga BI rate menurunkan suku bunga pinjaman sehingga permintaan akan kredit dari perusahaan dan rumah tangga akan meningkat. Penurunan suku bunga pinjaman juga akan menurunkan biaya modal perusahaan untuk melakukan investasi. Ini semua akan meningkatkan aktifitas konsumsi dan investasi sehingga aktifitas perekonomian semakin bergairah. Sebaliknya, apabila tekanan inflasi mengalami kenaikan, Bank Indonesia merespon dengan menaikkan suku bunga BI rate untuk mengerem aktifitas perekonomian yang terlalu cepat sehingga mengurangi tekanan inflasi. Kenaikan suku bunga BI rate ini akan direspon dengan cepat oleh perbankan untuk menaikkan suku bunga pinjaman namun tidak serta merta suku bunga simpanan juga naik secepat suku bunga pinjaman. Kenaikan inflasi akan merugikan bank karena pembayaran utang debitur menjadi lebih

(15)

rendah dibandingkan saat memberikan pinjaman akibat turunnya nilai mata uang. Namun, masyarakat enggan untuk menabung karena bunga yang diberikan bank lebih rendah dari tingkat inflasi. Kedua hal ini akan menurunkan efisiensi sebuah bank.

2.1.4 Data Envelopment Analysis (DEA)

DEA adalah sebuah metode frontier non parametric yang menggunakan model program linier untuk menghitung perbandingan rasio output dan input untuk semua unit yang dibandingkan dalam sebuah populasi. Metode DEA diciptakan sebagai alat evaluasi kinerja suatu aktivitas di sebuah organisasi yang selanjutnya disebut Decision Making Unit (DMU). Skor efisiensi untuk setiap unit adalah relatif, tergantung pada tingkat efisiensi dari unit-unit lainnya di dalam sampel. Setiap unit dalam sampel dianggap memiliki tingkat efisiensi yang tidak negatif, dan nilainya antara 0 dan 100 dengan ketentuan 100 menunjukkan efisiensi yang sempurna. Selanjutnya, unit-unit yang memiliki nilai 100 ini digunakan dalam membuat envelope untuk frontier efisiensi, sedangkan unit lainnya yang ada di dalam envelope menunjukkan tingkat inefisiensi.

Menurut Hadad et.al.(2003), pendekatan DEA memiliki keunggulan yaitu tidak perlu menggunakan informasi sehingga sedikit data yang dibutuhkan, lebih sedikit asumsi yang diperlukan dan sampel yang lebih sedikit dapat dipergunakan. Pendekatan DEA tidak memasukkan random error, oleh karena itu hasil ketidakefisiensian hanya dijadikan sebagai faktor inefisiensi secara umum oleh sebuah Decision Making Unit (DMU). Pendekatan non-parametrik dapat digunakan untuk mengukur inefisiensi secara lebih umum.

(16)

Keuntungan menggunakan DEA adalah kemampuan DEA mengidentifikasi unit yang digunakan sebagai referensi yang dapat membantu menentukan penyebab dan jalan keluar dari ketidakefisiensian, yang merupakan keuntungan utama dalam aplikasi manajerial. DEA dapat menggunakan banyak input dan output serta tidak membutuhkan asumsi bentuk fungsi antara variabel input dan output tersebut. Jemric dan Vujcic (2002) menyebutkan keuntungan utama DEA adalah tidak membutuhkan asumsi awal mengenai bentuk fungsi produksi. Sebaliknya, DEA membentuk fungsi produksi yang paling baik (best practice) semata-mata berdasarkan data observasi.

Kelemahan dari pendekatan DEA adalah satu outlier yang signifikan dapat mempengaruhi perhitungan efisiensi setiap perusahaan. Kekurangan DEA lainnya adalah frontier sangat sensitif terhadap observasi-observasi ekstrim dan perhitungan-perhitungan error, sehingga deviasi-deviasi dari frontier diindikasikan sebagai inefisiensi. Karena DEA merupakan pengukuran dengan metode non-parametrik, maka uji hipotesis secara statistik atas hasil DEA sulit dilakukan sehingga tidak dapat diambil kesimpulan secara statistik. DEA hanya mengukur efisiensi relatif antar DMU dalam suatu penelitian bukan efisiensi absolut.

2.1.5 Konsep Input dan Output Dalam Pengukuran Efisiensi

Hadad et.al. (2003) menjelaskan bahwa konsep-konsep yang digunakan dalam mendefinisikan hubungan input dan output dalam tingkah laku institusi keuangan pada metode parametrik maupun non parametrik adalah (i) pendekatan

(17)

produksi (the production approach), (ii) pendekatan intermediasi (the intermediation approach) dan (iii) pendekatan aset (the assets approach).

Pendekatan produksi memandang institusi keuangan sebagai sebuah produksi jasa bagi para depositor dan peminjam kredit. Faktor-faktor produksi yang meliputi tanah, jumlah tenaga kerja, dan pengeluaran modal digunakan sebagai input. Pendekatan intermediasi memandang sebuah institusi keuangan sebagai intermediator, yaitu perantara antara unit-unit surplus dengan unit-unit defisit. Pendekatan intermediasi menggunakan input-input institusional seperti biaya tenaga kerja dan modal serta pembayaran bunga pada deposit sedangkan pengukuran output dalam bentuk kredit pinjaman dan investasi finansial.

Berdasarkan beberapa penjelasan diatas maka penelitian ini menggunakan pendekatan intermediasi. Alasan memilih pendekatan tersebut adalah karena pendekatan intermediasi sesuai dengan peran utama perbankan. Intermediasi keuangan adalah proses pembelian surplus dana dari unit ekonomi yaitu sektor usaha, pemerintah dan individu atau rumah tangga untuk disalurkan kepada unit ekonomi defisit (Siamat, 2001:7). Dengan kata lain, intermediasi keuangan merupakan kegiatan pengalihan dana dari penabung kepada peminjam. Input yang digunakan dalam penelitian ini adalah dana pihak ketiga (DPK), beban bunga dan beban operasional lainnya sedangkan pengukuran output menggunakan jumlah kredit yang diberikan, pendapatan bunga dan pendapatan operasional lainnya. 2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian efisiensi pada industri perbankan dengan menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) sudah banyak dilakukan di negara-negara maju,

(18)

namun di negara berkembang masih sedikit termasuk di Indonesia. Sebagai contoh, Berger et al.(2007) melakukan penelitian terhadap efisiensi bank-bank di Cina selama periode 1994-2003. Mereka berkesimpulan bahwa mayoritas bank-bank di Cina yang dimiliki oleh asing dengan rata-rata efisiensi 0,692 pada umumnya jauh lebih efisien, disusul bank domestik dengan rata-rata efisiensi 0,589 dan terakhir bank milik pemerintah dengan rata-rata efisiensi 0,234. Keunggulan komparatif bersih ini mungkin bahkan lebih besar di Cina, mengingat bahwa sektor perbankan telah diatur secara ketat.

Kim dan Lee (2004) menemukan hasil yang berbeda dengan Berger. Mereka meneliti efek dari peningkatan kepemilikan asing dalam bank domestik Korea terhadap efisiensi bank selama periode 1999-2001. Hasilnya menunjukkan bahwa bank-bank swasta domestik yang memiliki tingkat kepemilikan asing yang lebih tinggi memiliki laba yang lebih rendah. Hasil ini mungkin terkait dengan fakta bahwa bank-bank tersebut tampaknya lebih bersedia untuk mengatasi penurunan kualitas aset dan karena itu mengambil ketentuan pinjaman yang lebih tinggi daripada mengatur strategi untuk mendapatkan profit yang lebih tinggi.

Menurut Moon (2009) yang mengkaji dampak dari peningkatan kepemilikan asing pada kinerja bank-bank Korea menemukan bahwa bank asing, yaitu bank-bank dengan investor asing memegang lebih dari 50% saham, ternyata mengalahkan bank-bank dalam negeri dalam indikator efisiensi, produktivitas, dan stabilitas. Mengenai efisiensi bank, bank asing secara khusus mengalahkan dalam hal margin bunga (selisih bunga pinjaman dan bunga simpanan) bandingkan dengan pesaing domestik. Namun demikian, kepemilikan asing tidak

(19)

banyak mempengaruhi keuntungan bank diukur dari ROA atau ROE. Dalam hal ini bank asing tidak jauh berbeda dengan bank dalam negeri.

Jemric dan Vujcic (2002) menggunakan pendekatan DEA untuk menganalisis tingkat efisiensi bank di Kroasia selama tahun 1995-2000. Pengukuran efisiensi yang mereka lakukan berdasarkan atas ukuran bank, struktur kepemilikan, tahun berdiri, dan kualitas aset. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa bank asing memiliki tingkat efisiensi yang paling tinggi dan bank yang baru lebih efisien dibanding bank yang sudah lama berdiri.

Sufian dan Habibullah (2010) meneliti tentang efisiensi sektor perbankan di Thailand selama periode 1999-2008 menggunakan DEA. Krisis keuangan global memberikan dampak negatif pada efisiensi bank-bank di Thailand. Bank-bank dengan tingkat intensitas pinjaman dan kapitalisasi yang lebih tinggi menunjukkan tingkat efisiensi yang lebih tinggi pula. Hasil penelitian mereka menyimpulkan bahwa bank-bank domestik lebih efisien dibanding pesaingnya yaitu bank asing.

Hu et al. (2009) menggunakan pendekatan DEA untuk meneliti efisiensi perusahaan asuransi jiwa di Cina selama periode 1999-2004. Hasilnya menunjukkan bahwa perusahaan asuransi domestik lebih efisien dibandingkan perusahaan asuransi yang lain. Hal ini dimungkinkan karena adanya dukungan pemerintah dan monopoli pasar bagi perusahaan asuransi domestik.

Amalia (2012) menggunakan analisis DEA dan analisis rasio dalam mengukur efisiensi bank-bank di Indonesia sebelum dan setelah melakukan merger. Dalam penelitian tersebut Amalia ingin melihat perbedaan kinerja

(20)

efisiensi perbankan sebelum dan setelah melakukan merger. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua bank berada dalam kondisi efisien setelah melakukan merger. Dari lima bank yang diteliti melakukan merger, hanya bank Danamon dan Bank Permata yang mengalami efisiensi dibanding tiga bank lainnya.

Utami (2011) mengukur kinerja efisiensi antara bank pemerintah, bank swasta nasional dan bank asing menggunakan metode non-parametrik Data Envelopment Analysis (DEA) dengan sampel penelitian 41 Bank Umum selama tahun 2006-2008. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa bank pemerintah memiliki nilai efisiensi yang lebih tinggi dari bank swasta nasional devisa dan bank asing. Dari hasil uji hipotesis yang dilakukan menghasilkan kesimpulan bahwa tidak adanya perbedaan nilai efisiensi antara Bank Pemerintah dengan Bank Asing, ada perbedaan antara Bank Pemerintah dengan Bank Swasta Nasional Devisa dan perbedaan antara Bank Swasta Nasional Devisa dengan Bank Asing.

2.3 Hipotesis Penelitian

Perumusan hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1 : Terdapat perbedaan efisiensi antara bank kepemilikan domestik dan bank kepemilikan asing.

H2 : Likuiditas berpengaruh negatif terhadap efisiensi bank. H3 : Ukuran bank berpengaruh positif terhadap efisiensi. H4 : Risiko kredit berpengaruh negatif terhadap efisiensi.

(21)

H6 : Kapitalisasi berpengaruh positif terhadap efisiensi bank.

H7 : Sensitivitas pertumbuhan GDP berpengaruh positif terhadap efisiensi bank.

H8 : Sensitivitas inflasi berpengaruh negatif terhadap efisiensi bank. 2.3.1 Model Analisis

Dengan menggunakan nilai efisiensi sebagai variabel dependen, yang didapatkan dari perhitungan variabel input dan output menggunakan metode non parametrik DEA, maka model regresi data panel untuk hipotesis diatas dapat dituliskan dengan :

λjt = δ0 + β1(Likuiditas)jt + β2Log(ukuran bank)jt + β3(Risiko Kredit)jt + β4(NTA)jt + β5(Kapitalisasi)jt + β6(GDP)jt + β7(INFL)jt + εjt

Keterangan :

j= banyaknya observasi (bank) t = banyaknya waktu

j x t= banyaknya data panel λ = Efisiensi bank

Likuiditas = kredit/DPK

Ukuran Bank = logaritma natural total aset Risiko kredit = non performing loans/total loans

Non traditional activity (NTA) = non interest income/gross income kapitalisasi = total ekuitas/total aset

GDP = sensitivitas pertumbuhan gross domestic product INFL = sensitivitas tingkat inflasi

(22)

2.4 Kerangka Pemikiran Efisiensi Relatif (DEA) kepemilikan Asing Kepemilikan Domestik Bank Umum Ukuran Bank NTA Kapitalisasi Risiko Kredit Likuiditas Sensitivitas GDP Sensitivitas INFL Efisiensi Relatif (DEA)

Referensi

Dokumen terkait

1) Berdasarkan hasil pengujian terhadap sistem kriptografi menggunakan AES- 128 bit dapat berjalan dengan baik mulai dari plainteks dienkripsi dan menghasilkan teks yang

Menurut Nasution (1986) pada umumnya gulma yang tumbuh dalam polybag sangat mengganggu pertumbuhan bibit karena gulma mudah melakukan regenerasi sehingga unggul dalam

Dari sisi pembiayaan perbankan, realisasi kredit investasi pada triwulan laporan tumbuh sebesar 67,36% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2009 yang

Penciptaan pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu tahun 2014 sebesar 5,49 persen dari sisi pengeluaran terlihatn bahwa komponen pengeluaran konsumsi rumahtangga

P enerbitan Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Volume 11 Nomor 2 Tahun 2015 - Center for Business Studies berisi enam artikel, yaitu empat artikel menya- jikan hasil penelitian, dan

Produksi gas yang tidak terlalu tinggi pada perlakuan C dapat dimungkinkan karena tanah liat memiliki tingkat porositas yang lebih kecil dibandingkan dengan kompos,

Soal Simulasi KBS UKOM 6ers 001+.. Perawat pada unit ruang nias merawat klien yang baru sa#a melahirkan dengan riwayat plasenta pri/ia. Manakah resiko yang mun$ul terkait

Penanganan terhadap ancaman tersebut dapat berupa pembagian hak akses dalam sistem secara tepat, meningkatkan pengamanan sistem dengan menggunakan cctv, pemisahan