• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUANG PUBLIK KREATIF DI JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUANG PUBLIK KREATIF DI JAKARTA"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

RUANG PUBLIK KREATIF DI JAKARTA

DENGAN PENDEKATAN FOLDING ARCHITECTURE

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai

Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh:

HARRI MULYANTO

I0205075

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

(2)

commit to user

RUANG PUBLIK KREATIF DI JAKARTA

Dengan Pendekatan Folding Architecture

ABSTRAK

Setiap orang memiliki sisi kreatif. Kreativitas memberikan warna bagi kehidupan individu seseorang mauaupun kehidupan individu disekitarnya. Dalam mengekspresiskan sisi kreatif seseorang diperlukan suatu wadah. Ruang Publik sebagai wadah masyarakat bertemu dan bersosialisasi memberikan banyak manfaat warga kota. Individu-individu masyarakat kota sebagai pengguna ruang publik dapat menggunakan ruang publik sebagai tempat mengekspresikan dirinya. Ruang public kreatif sebagai wadah kreatifitas masyarakat di Indonesia pada umumnya dan kota Jakarta pada khususnya memberikan fasilitas bagi masyarakat baik sebagai fungsi ruang publik secara umum dan fasilitas kreatif bagi para pelaku seni dan masyarakat sekitar. Wadah ini nantinya menjadi tempat pengembangan kreativitas dan pengenalan seni bagi masyarakat.

Jakarta sebagai kota besar di Indonesia menjadi tempat dari segala pusat kegiatan. Jakarta sebagai kota besar seharusnya dipenuhi oleh ruang-ruang publik. Dalam hiruk pikuknya kota Jakarta, masyarakat Jakarta membutuhkan sebuah wadah untuk bisa merelaksasikan hidupnya dari aktifitas yang sibuk. Selain sebagai wadah berkumpul dan bersosialisasi ruang publik Jakarta juga bermanfaat terhadap ekosistem kota.. Ruang publik kreatif Jakarta berusaha mewujudkan semua itu dalam keterbatasan lahan di Jakarta. Folding Architecture sebagai metode desain diterapkan untuk mengakomodasi permasalah dalam perancangan. Berupaya menciptakan perpaduan yang halus antara banguanan fasilitas kreatif dengan plasa,taman, dan lingkungan sekitar.

(3)

commit to user

CREATIVE PUBLIC SPACE IN JAKARTA

With Folding Architecture Approach

ABSTRACT

Everyone has a creative side. Creativity gives the color of one's individual life and the lives of individuals around. . In the creative side mengekspresiskan someone needed a place. Public space as a place to meet people and socialize provides many benefits citizens. Individuals as users of urban public space can use public space as a place to express themselves. Creative public space as a place for creative people in Indonesia in general and in particular the Jakarta city provide facilities for the community both as a function of public space in general and creative facilities for performers and community around. This facility will be a place of creativity development and introduction of art to society.

Jakarta as Indonesia's big cities become places of all center activities. Jakarta as a great city should be met by the public spaces. In the hustle and bustle of the city of Jakarta, the Jakarta needs a place to relax from the activities of a busy life. In addition to gather place and socialize as a public space is also beneficial to the ecosystem of Jakarta city. Jakarta creative public space trying to realize all of that in the limited space in Jakarta. Folding Architecture as a design method is applied to accommodate problems in the design. Attempting to create a subtle blend of creative facility buildings with plazas, parks, and environment.

(4)

commit to user

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Pengertian Judul ……… 1

B. Latar Belakang ……….. 1

C. Permasalah dan Persoalan

B.1 Permasalahan ……….. 4

B.2 Persoalan ………. 4

D. Tujuan dan Sasaran

C.1 Tujuan ………. 4

C.2 Sasaran ……… 4

E. Lingkup dan Batasan Perencanaan dan Perancangan

E.1 Lingkup Perencanaan dan Perancangan ………. 5

E.2 Batasan Perencanaan dan Perancangan ……….. 5

F. Metode Perencanaan dan Perancangan

F.1 Pengumpulan Data ……….. 5

Halaman Judul Lembar Pengesahan Ucapan Terima Kasih Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Lampiran

(5)

commit to user

F.2 Analisa Data ………... 6

F.3 Merumuskan Konsep ……….. 6

G. Sistematika Penulisan ………. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Publik A.1 Pengertian Ruang Publik ………... 9

A.2 Fungsi dan Peran Ruang Publik ………. 9

A.3 Karakteristik Ruang Publik ……… 10

B. Ruang Terbuka Hijau B.1 Pengertian Ruang Terbuka Hijau ……… 13

B.2 Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau ……… 13

B.3 Fungsi Ruang Terbuka Hijau ……….. 14

B.4 Karakteristik Ruang Terbuka Hijau ……… 15

C. Kegiatan Kreatif di Ruang Publik ………. 16

D. Folding Arsitektur D.1 Sejarah Singkat Folding Arsitektur ……… 19

D.2 Folding Sebagai Metode Generatif Dalam Desain Arsitektur ……… 20

E. Preseden E.1 Yokohama Port Terminal ……… 25

E.2 Agora Theatre ………. 27

E.3 Minicity Theme Park Building Antalya ………. 28

(6)

commit to user

BAB III LOKASI PERANCANGAN

A. Tinjauan Kota Jakarta Sebagai Lokasi Perancangan

A.1 Keadaan Geografis dan Klimatologis ……… 33

A.2 Batasan dan Potensi Kota Jakarta ……….. 34

A.3 Rencana Pemanfaatan Ruang Kota Jakarta ……… 36

A.4 Regulasi Kebutuhan Fasilitas Umum di Kota Jakarta ………... 37

A.5 Kebijakan Ruang Publik Jakarta ……… 38

A.6 Kebijakan Ruang Terbuka Hijau Jakarta ………... 39

B. Jakarta Sebagai Lokasi Ruang Publik Kreatif B.1 Latar Belakang Pemilihan Lokasi Site ……….. 40

B.2 Proses Pemlihan Site ………. 40

BAB IV ANALISA PENDEKATAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN A. Analisa Peruangan A.1 Analisa Kegiatan ………... 41

A.2 Analisa Pola Kegiatan ……… ……….. 42

A.3 Analisa Kebutuhan Ruang ……… 45

A.4 Analisa Besaran Ruang ………. 47

B. Analisa Site B.1 Analisa Penentuan Lokasi ……….. 53

B.2 Analisa Pengolahan Tapak ………. 56

C. Analisa Tampilan Bangunan C.1 Analisa Bentuk Bangunan………. 62

C.2 Analisa Warna Bangunan ………... . 68 D. Analisa Sistem Bangunan

(7)

commit to user

D.1 Analisa Struktur Bangunan ………. 69

D.2 Analisa Bahan Bangunan ……… 75

D.3 Analisa Pencahayaan ………... 76

D.4 Analisa Penghawaan ………... 79

D.5 Analisa Utilitas ……… 79

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN A. Konsep Peruangan A.1 Konsep Kegiatan ………... 89

A.2 Konsep Besaran dan Kebutuhan ruang ... 89

B. Konsep Lokasi dan Site Terpilih ……….. 92

C. Konsep Tampilan Banguanan B.1 Konsep Bentuk Bangunan ………. 96

B.3 Konsep Warna Bangunan ………. 96

D. Konsep Sistem Bangunan D.1 Konsep Struktur Bangunan ……… 97

D.2 Konsep Bahan Bangunan ………... 97

D.3 Konsep Pencahayaan ………. 97

D.4 Konsep Penghawaan ………. 98

(8)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Kebutuhan ruang 48

Tabel 4.2 Besaran ruang 52

Tabel 4.3 Rekapitulasi besaran ruang 53

Tabel 4.4 Persyaratan pemilihan site 55

Tabel 4.5 Mengenai system pemadaman dan bahan yang digunakan 87

Tabel 5.1 Kebutuhan dan besaran ruang 90

Tabel 5.2 Kebutuhan dan besaran ruang 90

Tabel 5.3 Kebutuhan dan besaran ruang 90

Tabel 5.4 Kebutuhan dan besaran ruang 90

(9)
(10)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hunting Kota Tua 18

Gambar 2.2 Latihan music klasik di Taman Suropati 18

Gambar 2.3 Proses transformasi folding 21

Gambar 2.4 Algoritma dalam Folding 22

Gambar 2.5 Hubungan ruang akibat pelipatan 23

Gambar 2.6 Diagram spasial,structural dan organisasional dari proses folding

24

Gambar 2.7 Eksterior dan interior Yokohama Port Terminal 26

Gambar 2.8 Eksterior dan Interior Agora Theatre 28

Gambar 2.9 Eksterior dan Interior Minicity Theme Park Building Antalya 29

Gambar 3.1 Peta wilayah jakarta 33

Gambar 4.1 Peta Rencana Struktur dan Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta 54

Gambar 4.2 Folding phase 63

Gambar 4.3 Tahapan pelipatan 64

Gambar 4.4 Tahapan pelipatan pertama 64

Gambar 4.5 Tahapan pelipatan kedua 65

Gambar 4.6 Tahapan pelipatan ketiga 65

Gambar 4.7 Tahapan pelipatan keempat 66

Gambar 4.8 Hasil dari proses evaluasi 67

Gambar 4.9 Padu padan warna primer pada interior Agora Theater 69

Gambar 4.10 Warna natural pembentuk struktur pada Minicity Theme Park Antalya

69

Gambar 4.11 Bagian lipatan yang digunakan sebagai struktur 70

Gambar 4.12 Penerapan shear wall sebagai hasil dari sebuah lipatan 71

Gambar 4.13 Bagian atap menggunakan struktur tertentu 71

Gambar 4.14 Analisa lipatan kertas yang digunakan sebagai struktur atap 72

Gambar 4.15 Penerapan folding plate pada struktur atap pada Yokohama Port Terminal

72

Gambar 4.16 Bentuk struktur yang diusulkan oleh FOA 73

Gambar 4.17 Jenis sambungan dan proses penyambungan dengan paku HILTI

73

Gambar 4.18 Bentuk rangka folded plate 74

(11)

commit to user

Gambar 4.20 Beton sebagai bahan pembentuk struktur 75

Gambar 4.21 Baja dan kaca sebagai dinding bangunan 75

Gambar 4.22 Penerapan kayu pada permukaan bangunan 76

Gambar 4.23 Lampu taman berbentuk ranting pohon 77

Gambar 4.24 Lampu LED pada permukaan plasa 77

Gambar 4.25 Bangku taman dengan lampu 78

Gambar 4.26 Penggunaan dinding kaca 78

Gambar 4.27 Void akibat dari hasil pelipatan 79

Gambar 4.28 Skema analisa jaringan listrik 80

Gambar 4.29 Skema analisa jaringan komunikasi 81

Gambar 4.30 Skema analisa aliran air bersih artesis 82

Gambar 4.31 Skema analisa aliran air bersih PDAM 82

Gambar 4.32 Skema analisa aliran air kotor cair 83

Gambar 4.33 Skema analisa aliran air kotor lemak 83

Gambar 4.34 Skema analisa aliran air kotor padat 83

Gambar 4.35 Skema analisa system sanitasi air hujan 84

Gambar 4.36 Skema pembuangan sampah 84

Gambar 4.37 Skema pembuangan sampah 85

Gambar 4.38 Skema analisa system CCTV 85

Gambar 4.39 Bagan system penanggulangan bahaya kebakaran 88

Gambar 5.1 Site 92

Gambar 5.2 Skema system air bersih 99

Gambar 5.3 Skema system air kotor pada bangunan 99

Gambar 5.4 Skema konsep system pencahayaan 100

Gambar 5.5 Skema sumber listrik dari PLN 100

Gambar 5.6 Skema sumber listrik dari genset 100

(12)

commit to user

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN JUDUL

Ruang Publik Kreatif Di Jakarta Dengan Pendekatan Folding Architecture memiliki penjelasan sebagai berikut:

“Ruang dalam suatu kawasan yang di pakai masyarakat Jakarta untuk melakukan kegiatan bersosialisasi dan juga berfungsi sebagai ruang kreatif dalam upaya mewujudkan program Pemprov DKI “Kota Kreatif Jakarta Punya” dengan pendekatan metode lipatan-lipatan kertas untuk mendapatkan bentuk massa bangunan.

B. LATAR BELAKANG

Jakarta belum dapat memenuhi kebutuhan akan ruang publik,Sebagai perbandingan Jakarta hanya mampu menerapkan rasio yang terkait dengan pelayanan fasilitas olahraga outdoor sebesar 0.55m2/penduduk, sedangkan kota-kota di Jepang adalah 5m2/penduduk. Disisi lain kondisi ruang publik yang ada di Jakarta tidak terawat dan berubah fungsi, misalnya secara fisik tersedia, namun masyarakat tidak dapat memanfaatkannya dengan baik dan leluasa, baik itu karena alasan keamanan maupun kenyamanan, misalnya karena menjadi tempat berkumpulnya para pelaku kriminal.

Disisi lain Kota Jakarta juga memerlukan kecukupan ruang terbuka hijau (RTH), karena luasan RTH di Jakarta belum memenuhi luasan ideal RTH sebuah kota sebesar 30% dari luas wilayahnya. Sementara itu, luas RTH di lapangan diperkirakan hanya mencapai 9,04 persen. Keadaan ini diperburuk dengan ketidak konsistenan dan ketidak profesionalan pemerintah dalam pengelolaan dan penanganan

(13)

commit to user

2

RTH. Pemprov DKI tidak berdaya mengembalikan fungsi RTH yang berubah menjadi Plaza Senayan, Hotel Mulia. Padahal ruang terbuka hijau memberikan memberikan manfaat yang besar terhadap kota terutama manfaat ekologis.

Ruang public Jakarta memiliki nilai positif dan negative akan keberadaannya. Nilai positifnya yaitu taman Suropati digunakan akan sebagai tempat berkumpul untuk berlatih music, dan kawasan Kota Tua yang digunakan objek foto bagi para fotografer. Nilai negatif yaitu kawasan monas sering digunakan para pemuda dan pemudi untuk berpacaran dan banyaknya ruang-ruang public yang digunakan untuk para PKL. Muncul juga fenomena para seniman ingin memamerkan karyanya di ruang publik, karena dapat secara langsung menyampaikan pesan dari karya tersebut kepada masyarakat. Ruang public kreatif harus dapat menginspirasi penggunanya melahirkan ide-ide kreatif dan mampu menjadi tempat dipamerkan hasil-hasil karya kreatif sehingga mendapatkan apresiasi langsung dari masyarakat

Pada tanggal 13 Maret 2010 Jakarta mencanangkan diri sebagai Kota Kreatif. Hal ini ditandai dengan adanya acara ‘Kota Kreatif Jakarta Punya’ yg diadakan di Museum Fatahillah Jakarta. Harapannya ialah semakin banyak ruang kreatif di ruang publik Jakarta. Program ruang kreatif membuka wawasan warga Jakarta tentang ruang kreatif dan memperluas pemahaman terhadap apa yang disebut panggung, kanvas, atau layer. Intinya, menyadarkan khalayak bahwa menjadi kreatif itu penting dan menampilkan hasil karya itu tak harus di panggung konvensional yang selama ini kita kenal.

Melihat dari permasalahan yang diutarakan diatas bahwa Kota Jakarta kekurangan ruang public, ruang terbuka hijau dan fasilitas pendukung ruang public dalam upaya menjadikan ruang public menjadi ruang kreatif. Perlu lahan yang luas untuk memenuhi kebutuhan tersebut namun terkendala akan keterbatasan lahan.

(14)

commit to user

3

Bagaimana bila semua kebutuhan itu terintegrasi menjadi satu, sebuah ruang public serta fasilitas pendukungnya juga berperan sebagai ruang terbuka hijau. Mengintegrasikan kebutuhan ruang public dan ruang terbuka hijau di Jakarta dengan kondisi lahan yang terbatas tentu memerlukan pendekatan tertentu dalam proses perencanaannya. Folding architecture sebagai salah satu metode desain mencoba menjawab hal tersebut. Dalam folding architecture pengaruh yang ditimbulkan adalah pengintegrasian segala perbedaan, kekomplesitasan serta perpecahan yang ada baik dalam hal kontekstual maupun secara konseptual.

Secara kontekstual folding digunakan untuk mengatasi keterbatasan lahan dalam upaya mewujudkan sebuah ruang public kreatif yang juga berperan sebagai ruang terbuka hijau dengan menjalin antara ruang dan permukaaan, mencoba keduanya dapat mengalir dengan halus dari bangunan ke bagian lainnya ruang digunakan sebagai fasilitas pendukung ruang public kreatif dan permukaan digunakan sebagai taman dan plaza/square. Secara konseptual folding digunakan untuk mewujudkan sebuah ruang public yang menginspirasi. Folding architecture bersifat experimental sehingga menghasilkan bentuk-bentuk arsitektural yang baru dan tidak biasa. Bentukan ruang public kreatif yang tidak biasa ini dapat menginspirasi penggunanya untuk melahirkan gagasan atau ide-ide kreatif.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Kota Jakarta memerlukan ruang public kreatif yang dapat memenuhi kebutuhan akan ruang public dan ruang terbuka hijau di Jakarta, serta berfungsi sebagai ruang kreatif bagi masyarakat kota Jakarta dalam upaya mewujudkan program Pemprov DKI “Kota Kreatif Jakarta Punya”.

(15)

commit to user

4

C. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN

C.1. Permasalahan

Mewujudkan ruang publik yang juga berfungsi sebagai ruang terbuka hijau di Jakarta yang dapat mengakomodasi kegiatan kreatif dengan pendekatan desain folding architecture.

C.2. Persoalan

a. Sistem peruangan yang dapat mendukung proses kegiatan agar dapat berfungsi maksimal.

b. Penentuan lokasi site yang tepat untuk mendukung fungsi Ruang Publik Kreatif sebagai ruang kreatif dan ruang terbuka hijau.

c. Mendapatkan bentukan fasad yang diperoleh dari proses folding d. Sirkulasi antar bagian ruang public kreatif yang saling terhubung.

D. TUJUAN DAN SASARAN

D.1. Tujuan

Mewujudkan konsep perencanaan dan perancangan bangunan Ruang Publik Kreatif di Jakarta dengan pendekatan Folding architecture sebagai ruang kreatif dan juga mampu mendukung proporsi ruang terbuka hijau di Jakarta.

D.2 Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai adalah tersusunnya suatu landasan program perencanaan dan perancangan Ruang Publik Kreatif di Jakarta.

a. Mendapatkan program ruang yang optimal sehingga dapat menampung seluruh kegiatan yang ada di dalamnya.

(16)

commit to user

5

b. Penentuan lokasi yang sesuai untuk Ruang Publik Kreatif dan tata kota Jakarta.

c. Konsep tampilan bangunan dengan mengaplikasikan prinsip desain folding architecture.

E. LINGKUP dan BATASAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN E.1 Lingkup Perencanaan dan Perancangan

· Pembahasan disesuaikan dengan materi data yang diperoleh dan hal ini menjadi kriteria dalam menentukan bentuk fisik bangunan, tata ruang, persyaratannya dan besaran tiap ruang yang direncanakan.

· Pembahasan lain disesuaikan dengan tujuan dan sasaran yang telah disebutkan di atas.

E.2 Batasan Perencanaan dan Perancangan

· Pembahasan dibatasi pada proses pemecahan permasalahan arsitektural yang akan menjadi faktor penentu perumusan konsep perencanaan dan perancangan “‘Ruang Publik Kreatif di Jakarta Dengan Pendekatan Folding Architecture”.

F. METODE PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Untuk lebih memudahkan, metode pembahasan dibagi menjadi beberapa tahap. Berikut adalah tahapan-tahapan yang dilakukan:

F.1 Pengumpulan Data

(17)

commit to user

6

· Pengumpulan data-data tentang bangunan penunjang ruang public kreatif seperti galeri, teater, restaurant, bar & shop.

· Pengumpulan data-data tentang Folding architecture, baik itu teori maupun preseden bangunannya.

F.2. Analisa Data

· Menentukan macam kegiatan di ruang public

· Mengidentifikasi syarat-syarat khusus tentang bangunan ruang public kreatif kemudian dihubungkan dengan hasil analisa kegiatan pada ruang publk kreatif.

· Mengidentifikasi tentang kriteria-kriteria Folding architecture melalui pengolahan teori dan preseden.

F.3. Merumuskan Konsep

· Merumuskan sintesa dari hasil korelasi antara komponen pembahasan dan outputnya sehingga diperoleh konsep perencanaan dan perancangan yang nantinya akan dipakai sebagai acuan /pedoman desain ‘Ruang Publik Kreatif di Jakarta Dengan Pendekatan Folding Architecture”.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB 1 PENDAHULUAN

Mengemukakan latar belakang masalah, permasalahan dan persoalan, tujuan dan sasaran pembahasan, lingkup pembahasan, metoda pembahasan, dan sistematika penulisan.

(18)

commit to user

7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DATA

· Tinjauan pustaka tentang ruang publik (Public Space Urban Space :The Dimension of Urban Design,Finding Lost Space:Theories of Urban Design, Urban Space), ruang terbuka hijau (Public Space, UU No.26/2007) dan folding architecture (Folding Architecture: Spatial Structural and Organizational Diagrams)

· Berbagai Data yang akan ditinjau mengenai kondisi ruang publik di Jakarta yang berkaitan dengan kegiatan kreatif masyarakat Jakarta.

BAB III LOKASI PERENCANAAN

Meninjau perspektif kota (luas, potensi dan fungsi kota, perencanaan umum tata ruang kota), meninjau kondisi ruang public Jakarta dan komunitas-komunitas yang ada didalamnya yang menjadi target desain bangunan (potensi, apresiasi masyarakat, fasilitas dan sarana) , pemilihan site.

BAB IV ANALISA PENDEKATAN PERENCANAAN DAN

PERANCANGAN

Meliputi analisa makro dan mikro dengan penjabaran analisa non fisik yang termasuk didalamnya: pelaku, jenis dan pengelompokan kegiatan, proses kegiatan, kebutuhan dan program ruang dan organisasi ruang serta analisa fisik yang termasuk didalamnya: kriteria pengolahan tapak, kriteria bentuk ruang dan bangunan,. dan kriteria struktur, dan utilitas.

(19)

commit to user

8

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Mensintesakan konsep perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil akhir dari analisis yang selanjutnya ditransformasikan dalam wujud desain fisik bangunan.

(20)

commit to user

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bagian ini membahas tentang ruang Publik, ruang terbuka hjau,kreativitas di ruang public dan folding architecture serta presedennya terkait dengan ruang public.

A. RUANG PUBLIK

A.1. Pengertian Ruang Publik

Ruang publik adalah ruang dalam suatu kawasan yang di pakai masyarakat penghuninya untuk melakukan kegiatan kontak publik ( Whyte dalam Carmona dkk. 2003)1. Ruang publik dapat berbentuk cluster maupun linier dalam ruang terbuka maupun tertutup. Beberapa contoh ruang publik antara lain : plaza,square, atrium,

pedestrian.

A.2. Fungsi dan Peran Ruang Publik

Selain sebagai ruang bertemu, berinteraksi, serta wadah berkegiatan sosial lainnya, ruang publik juga memiliki fungsi lain yang terkadang tidak disadari dan akhirnya sering diabaikan. Padahal, manfaatnya dapat memberi keuntungan yang dapat memajukan kualitas hidup masyarakat atau komunitas yang tinggal di sekitar ruang publik tersebut. Salah satunya yaitu jika sebuah ruang publik dimanfaatkan, dijaga, dan diatur secara kreatif sesungguhnya dapat menjadi bisnis yang menguntungkan

Kemudian ada teori-teori mengenai kependudukan (citizenship) yang banyak berkembang dalam mendefinisikan dan memahami peran sebuah ruang publik.

(21)

commit to user

10

Graham Murdock (1999) dalam Rights and Representations; public discourse and cultural citizenship, in J. Gipsrud (ed) Television and Common Knowledge (London, Routledge, hal. 11-12), mengemukakan sebuah teori dan mengidentifikasi apa yang ia lihat sebagai empat hak yang timbul dari kehadiran sebuah ruang publik2:

· Hak mendapatkan informasi; menciptakan kemampuan untuk mengakses informasi seluas-luasnya mengenai aktivitas akan meluaskan pilihan dalam berkegiatan..

· Hak mendapatkan pengalaman; menyediakan akses untuk menyampaikan representasi invidual maupun pengalaman sosial.

· Hak mendapatkan pengetahuan; Ruang publik harus menjamin akses menuju ‘kunci perdebatan dan argumen’.

· Hak untuk berpartisipasi; mencakup kemampuan berbicara tentang hidup dan aspirasi dan didengar oleh orang lain.

A.3. Karakteristik Ruang Publik

Menurut sifatnya, ruang publik terbagi menjadi dua3 :

· Ruang Publik Terbuka

Bentuk dasar ruang terbuka selalu terletak di luar massa bangunan. Dapat dimanfaatkan dan dipergunakan oleh setiap orang Memberi kesempatan untuk bermacam-macam kegiatan (multifungsi). Contoh ruang publik terbuka antara lain : jalan, jalur pedestrian, taman lingkungan, plaza, lapangan olah raga, taman kota, taman rekreasi, dan lain-lain.

2 http://www.liac.org.nz/cms/imagelibrary/100108.doc (Brian Pauling, The ‘Enclosing’ Public Space,2007)

(22)

commit to user

11

Ruang publik terbuka tentunya memiliki peran penting terhadap perkembangan sosial masyarakatnya. Hadirnya suatu ruang publik akan memberi dampak pada kehidupan sehari-hari warga yang menggunakannya untuk berkegiatan.

Beberapa fungsi ruang terbuka yaitu4 :

o Fungsi sosial; sebagai tempat berkomunikasi atau bersosialisasi, tempat

bermain dan berolah raga, tempat untuk mendapatkan udara segar, tempat menunggu kegiatan lain.

o Fungsi ekologis; untuk memperlunak arsitektur bangunan, menyerap air hujan, pencegah banjir, menyegarkan udara, memperbaiki iklim mikro dengan mereduksi panas dan polusi, memelihara dan menjaga keseimbangan ekosistem.

· Ruang Publik Tertutup

Pengertian ruang publik tertutup tidak selamanya dapat didefinisikan sama dengan pendefinisian ruang publik secara umum. Bangunan-bangunan pemerintah seperti perpustakaan umum dan bangunan lain yang sejenis juga termasuk ruang publik. Namun, tidak semua bangunan milik negara dapat didefinisikan seperti itu. Beberapa taman, mal, ruang tunggu, dan lainnya tutup ketika malam hari. Sehingga secara umum, terutama pada waktu tertentu, tempat-tempat seperti itu tidak dapat dikatakan dapat digunakan untuk kepentingan publik (public use)5.

4 Rob Krier, Urban Space (New York, 1979) 5 http://en.wikipedia.org/wiki/Public_space

(23)

commit to user

12

Suatu ruang publik yang berhasil merupakan ruang publik yang responsif terhadap kebutuhan penggunanya. Ruang publik yang dapat memenuhi kebutuhan penggunanya cenderung hidup dan dimanfaatkan secara intensif. Menurut Roger Trancik6, pada ruang publik yang merupakan hardscape (ruang buatan manusia), ada tiga faktor yang penting dalam desainnya:

· Ketertutupan (sense of enclosure) ; faktor yang mendefnisikan batas dari suatu ruang.

· Permukaan ; Faktor ini menjadi elemen estetika dalam suatu ruang atau mempunyai fungsi tertentu.

· Focal point ; faktor yang memudahkan orientasi dan juga turut mendefinisikan ruang.

Ruang publik yang baik mempunyai ciri-ciri dimana ruang tersebut hidup digunakan secara intensif oleh penggunanya. Ruang tersebut tanggap terhadap kebutuhan penggunanya sehingga termanfaatkan dengan baik. Ruang publik yang baik seharusnya juga turut menciptakan partisipasi komunitas7. Partisipasi komunitas menghubungkan komunitas dengan ruang publik, menciptakan rasa memiliki dan akhirnya turut menunjang keberhasilan ruang publik itu sendiri.

Ada beberapa sebab mengapa ruang publik tidak digunakan8, beberapa diantaranya:

· Kekurangan tempat untuk duduk atau beristirahat · Fasilitas yang tidak berfungsi

· Path yang ada tidak menuju daerah dimana orang mau menuju · Dominasi oleh kendaraan

6Trancik, Roger, Finding Lost Space : Theories of Urban Design, New York : Van Nostrand Reinhold,1986

7Francis, Mark, Urban Open Space , Designing for User Needs, Washington : Island Press, 2003

(24)

commit to user

13

· Tembok kosong atau daerah mati disekitar place · Perberhentian transit yang lokasinya tidak sesuai · Tidak ada kegiatan apa apa disana

B. RUANG TERBUKA HIJAU

B.1 Pengertian Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka hijau adalah ruang yang didominasi oleh lingkungan alami di luar maupun di dalam kota, dalam bentuk taman, halaman, areal rekreasi kota dan jalur hijau (Trancik, 1986; 61)

Ruang-ruang di dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk

area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur yang dalam

penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan yang berfungsi sebagai kawasan pertamanan kota, hutan kota, rekreasi kota, kegiatan Olah Raga, pemakaman, pertanian, jalur hijau dan kawasan hijau pekarangan (Inmendagri no.14/1988).

B.2. Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau

Klasifikasi ruang terbuka hijau berdasarkan pada kepentingan pengelolaannya adalah sebagai berikut :

· Kawasan Hijau Pertamanan Kota, berupa sebidang tanah yang sekelilingnya ditata secara teratur dan artistik, ditanami pohon pelindung, semak/perdu, tanaman penutup tanah serta memiliki fungsi relaksasi.Termaktub dalam penjelasan UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang pasal 29 (ayat 1, 2 dan 3):

(25)

commit to user

14

· Kawasan Hijau Hutan Kota, yaitu ruang terbuka hijau dengan fungsi utama sebagai hutan raya.

· Kawasan Hijau Rekreasi Kota, sebagai sarana rekreasi dalam kota yang memanfaatkan ruang terbuka hijau.

· Kawasan Hijau kegiatan Olahraga, tergolong ruang terbuka hijau area lapangan, yaitu lapangan, lahan datar atau pelataran yang cukup luas. Bentuk dari ruang terbuka ini yaitu lapangan olahraga, stadion, lintasan lari atau lapangan golf. · Kawasan Hijau Pemakaman.

· Kawasan Hijau Pertanian, tergolong ruang terbuka hijau areal produktif, yaitu lahan sawah dan tegalan yang masih ada di kota yang menghasilkan padi, sayuran, palawija, tanaman hias dan buah-buahan.

· Kawasan Jalur Hijau, yang terdiri dari jalur hijau sepanjang jalan, taman di persimpangan jalan, taman pulau jalan dan sejenisnya.

· Kawasan Hijau Pekarangan, yaitu halaman rumah di kawasan perumahan, perkantoran, perdagangan dan kawasan industri.

Sementara klasifikasi RTH menurut Inmendagri No.14 tahun 1988, yaitu: taman kota, lapangan olahraga, kawasan hutan kota, jalur hijau kota, perkuburan, pekarangan, dan RTH produktif.

B.3. Fungsi Ruang Terbuka HIjau

Keberadaan ruang terbuka hijau (RTH)di setiap kota memiliki tiga fungsi penting yaitu:

· Ekologis : dapat meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir, mengurangi polusi udara dan pengatur iklim mikro.

(26)

commit to user

15

· sosial-ekonomi : untuk memberikan fungsi sebagai ruang interaksi sosial, sarana rekreasi dan sebagai tetenger (landmark) kota

· evakuasi : berfungsi antara lain untuk tempat pengungsian saat terjadi bencana

B.4. Karakteristik Ruang Terbuka Hijau

Menurut Stephen Carr dan kawan-kawan ada beberapa tipe ruang terbuka hijau. Tipe tersebut masing-masing mempunyai karakteristik yang berbeda, yaitu:9

· Central park

Dibangun dan diatur sebagai bagian dari sistem ruang terbuka kota, ruang terbuka untuk kepentingan seluruh kota, kadang dilokasikan dekat dengan pusat kota.

· Downtown park

Taman hijau kota dengan rumput dan pohon berlokasi di daerah kota, dapat berupa taman tradisional, historik atau baru.

· Commons

Daerah hijau luas, hanya daerah padang rumput untuk kegunaan umum sekarang dipergunakan untuk kegiatan diwaktu luang.

· Neigborhood park

Ruang terbuka dibangun di lingkungan perumahan, dibangun dan diatur sebagai bagian dari sistem ruang terbuka kota atau sebagai bagian dari pembangunan perumahan baru, meliputi taman bermain, lapangan olahraga, dll.

(27)

commit to user

16

· Mini park

Taman kota yang kecil, diabatasi oleh bangunan, meliputi air mancur atau elemen-elemen air sebagai pelengkap.

· Community park

Taman lingkungan yang dirancang, dibangun atau diatur oleh penduduk lokal pada lahan kosong. Meliputi viewing garden, play area dan community garden. Kadang kala di bangun di lahan privat, dan tidak secara resmi dipandang sebagai bagian sistem ruang terbuka kota, bahkan mudah diserang untuk ditiadakan oleh pengguna lain seperti pembangunan hunian dan komersial.

· Greenways dan Parkways

Daerah alam dan ruang rekreasi yang dihubungkan oleh pedestrian dan jalan sepeda.

Sedangkan menurut F.C van Rooden ruang terbuka hijau kota dapat disusun menurut empat katergori penting atau hirarki tata ruang kota yang berbeda dalam dimensi, jarak dan kemungkinan penggunanya, yaitu:10

· House block Greenspace

Daerah hijau dengan luasan 50-5000 m2 pada area maksimum 1-50 m dari rumah dan terletak di lingkungan tempat tinggal.. Yang termasuk dalam kategori ini Communal Gardens, taman bermain dan taman umum kecil.

· Quarter Greenspace

Daerah hijau dengan luas 5000 m2 – 4 ha terletak dalam radius 100-500 m dari rumah. Yang termasuk kategori quarter park, lapangan olahraga dan taman umum

(28)

commit to user

17

yang lebih besar. · District Greenspace

Daerah hijau dengan luasan sampai 8 ha sering di kunjungi orang karenanya terletak dalam jarak yang dekat dengan lokasi pemukiman. Elemen-elemen terdiri dari padang rumput untuk rekreasi umum, lapangan bermain, lapangan olahraga, taman bunga dan mungkin juga disediakan restoran.

· Town Greenspace

Town park dikunjungi oleh warga kota dan kadang oleh penduduk yang berada di kawasan pinggir kota. Biasanya merupakan daerah yang sangat luas, mecakup luasan 20-200 ha. Orang yang mengunjungi daerah ini biasanya melungkan waktu yang lebih lama, biasanya setengah hari maupun seharian.

C. KEGIATAN KREATIF DI RUANG PUBLIK

Dari fungsinya, ruang publik merupakan ruang yang mampu menampung kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan dan aktivitas bersama, umumnya dalam ruangan terbuka, memungkinkan terjadinya pertemuan antarmanusia untuk saling berinteraksi, melakukan kegiatan bersama-sama, dan sejumlah aktivitas lainnya. Sebuah interaksi antar pengguna ruang public atau terhadap ruang public itu sendiri memunculkan suatu proses kreatif. Menurut Utami Munandar (1999)11 salah satu factor terjadinya proses kreatif yaitu factor pendorong (press) yang dapat berasal dari diri sendiri maupun lingkungan. Lingkungan yang dimaksud disini adalah ruang public yang mampu menginspirasi dan menstimulus penggunanya untuk melakukan hal yang produktif dalam suatu proses kreatif. Namun tidak semua ruang public tidak dapat di gunakan sebagai tempat proses pembentukan produktivitas atau ide-ide kreatif masyarakat.

(29)

commit to user

18

Menurut Adi Panuntun12, salah satu pelopor atau penggagas lahirnya kawasan Kota Tua sebagai sebuah ruang kreatif bagi masyarakat Jakarta, ruang kreatif tidak sebatas pemaknaan pada ruang publik, melainkan lebih pada pemaknaan atas sebuah ruang publik.

Ruang publik harus mampu merangsang proses-proses pembentukan produktivitas atau ide-ide kreatif masyarakat yang berinteraksi di dalam ruang-ruang kreatif tersebut. Sebuah ruang publik, lanjut Adi, setidaknya harus memiliki sejumlah kriteria, yakni kemampuan ruang atau kawasan tersebut berkarya dan mampu mengilhami atau menginspirasi lahirnya sebuah gagasan atau ide-ide kreativitas baru. Selain itu, ruang kreatif tersebut mampu menjadi tempat dipamerkannya hasil-hasil karya kreatif sehingga mendapatkan apresiasi langsung dari masyarakat.Contohnya taman Suropati digunakan akan sebagai tempat berkumpul untuk berlatih music, dan kawasan Kota Tua yang digunakan objek foto bagi para fotografer.

Beberapa waktu lalu di Taman Museum Fatahillah diadakan sebuah acara pemutaran video 3d . Malam itu, fasade Museum Fatahillah disulap menjadi big screen dari pemutaran video 3D. Ini disebut Video Mapping. Tujuan utama acara ini tak lain adalah untuk mengusung misi Pemprov DKI merevitalisasi Kawasan Kota

12

http://bataviase.co.id/node/138273

Gambar 2.1 Hunting foto di Kota Tua.

Sumber : google.com

Gambar 2.2

Latihan music klasik di Taman Suropati Sumber : google.com

(30)

commit to user

19

Tua sebagai kawasan industri kreatif. Pertunjukan yang baru pertama kali dipertunjukkan di Indonesia ini terselenggara atas kerja sama Pemprov DKI Jakarta dengan British Council dan Kamar Dagang dan Industri (KADIN). Harapannya ialah semakin banyak ruang kreatif di ruang publik Jakarta. Sesuai dengan program Pemprov DKI Kota Kreatif Jakarta Punya yang mencoba menjadikan kota Jakarta sebagai kota kreatif seperti kota Liverpool.

D. FOLDING ARCHITECTURE

D.1 Sejarah singkat Folding Architecture

Isu tentang folding architecture berawal dari tulisan Greg Lynn pada Architectural Design: Folding In Architecture pada tahun 1993. Tulisan ini didasarkan pada beberapa esay dan proyek oleh beberapa grup arsitek yang mencari logika formal alternatif hingga kontradiktif tentang dekontruksi. Greg Lynn dalam esainya yang berjudul Architectural Curvilineary – The Folded, The Pliant and The Supple13 mengungkapkan pendapatnya. Folding merupakan sebuah respon penemuan arsitektur terhadap kompleksitas, perbedaan, serta keragaman antara konteks formal dengan kultural. Secara etimologi, folding dihubungkan dengan ‘pliancy’ (sesuatu yang liat), dan secara umum, arsitektur dari ‘the fold’ dihubungkan dengan teori kulinari

Selain tu, Peter Eisenman pun mengungkapkan pendapatnya mengenai folding14. Menurutnya , the fold bukan hanya sebuah penggerak formal, tetapi juga cara untuk unfolding lingkungan social baru dari yang telah ada sebelumnya. The fold berfungsi sebagai pembatas dari gerakan social, cultural, ekonomi dan fisik untuk menghasilkan interaksi antara struktur yang meliputinya terhadap lingkungannya.

13Greg Lynn, “Architecture Curvilinearity, the Folded, the Pliant and the Supple”, Folding in Architecture, Architectural

Design Ed. Rev. 2004

(31)

commit to user

20

Pengaruh yang ditimbulkan folding adalah pengintegrasian segala perbedaan, kekompleksitasan serta perpecahan yang ada, baik dalam hal kontekstual maupun secara konseptual.

D.2. Folding sebagai metode generatif dalam desain arsitektur

“Folding as a gemeratif process in architectural design is essentially expremental agnostic, non-linear and bottom up’15 . Folding berpotensi menghasilkan ruang yang dapat digunakan sebagai strategi yang generatif untuk mengantarkan kepada tren baru pada struktur organisasi yang ada. Sequence dalam proses transformasi generatif mempengaruhi hasil dari obyek yang dirancang.

Berdasarkan kedinamisan bentuk serta kefleksibelannya, fungsi dari folding tersebut dapat diartikan sebagai generator perancangan dengan fase-fase transisi. Empat fase perancangan tersebut adalah:

a. Materi dan Fungsi

Kertas digunakan sebagai alat untuk melakukan metode ini karena mudah dilipat sehingga lebih bermassa dan dapat berdiri dengan strukturnya sendiri. Transformasi selembar kertas ke dalam keadaan yang lebih bermassa, melalui sebuah perlakuan dan mempertahankan kesatuan dari material tersebut.Perlakuan tersebut bersifat intuitif, melipat/membuka, menekan, meremas,melipit, merobek, memutar, memuntir, menarik, membungkus, melilit, menusuk,menggantung, memampatkan, mengikat, dan lain sebagainya. Transformasi tersebut disebut juga sebagai diagram dalam usaha pengaktualisasian bentuk.

(32)

commit to user

21

b. Algoritme

Sebagai materi yang dinamis, kertas memiliki potensi untuk dieksplorasi. Sehabis diberikan perlakuan, materi ini juga memperlihatkan suatu bekas dan bekasnya itu merupakan sebuah hasil pemetaan dari proses yang telah dilakukan. Perlakuan yang repetitif pada pelipatan kertas memberikan suatu tanda dari respon yang intuitif ke dalam teknik utama, seperti: triangulas, melipat dengan tingkatan bersusun, melipat pada lipatan, membentuk pola seperti carikan, kurva-kurva spline, spiral, dan berkelok-kelok16. Transformasi generatif pada kertas lipat dapat disusun dalam sebuah sequence dan sangat bergantung pada kesuksesan dalam proses hasil transformasi. Sequence generatif, beragam teknik, pembukaan lipatan, pemetaan transformasi, rencana yang terarah dan penerapannya dilakukan sebagai definisi dari algoritma pada kertas lipat. Pengulangan ini menjadi dokumentasi dan membutuhkan notasi sebagai kelengkapan instruksi dengan waktu sebagai variabelnya.

16Sophia Vyzoviti, 2003, Folding Architecture: Spatial Structural and Organizational Diagrams, BIS Publishers, hal:9

Gambar 2.3 Proses transformasi folding.

Sumber : Sophia Vyzoviti, 2003, Folding Architecture: Spatial Structural and Organizational Diagrams, BIS Publishers, hal:20&26

(33)

commit to user

22

c. Diagram Spasial, Struktural, dan Organisasional

Selama proses transformasi terdapat ruang-ruang yang kemudian muncul akibat penambahan volume pada kertas. Pemetaan pada pelipatan kertas sebagai sebuah diagram spasial membutuhkan suatu abstraksi dari hubungan spasialnya. Hal-hal yang berkaitan dengan topologi sangat krusial untuk menggambarkan kemunculan/keberadaan ruang sebagai hasil dari pelipatan kertas; proximity (kedekatan); separation (pemisahan);

spatial succesion (pergantian spasial); enclosured (pembatasan); serta contiguity (keterhubungan)17. Tahap ini dimaksudkan untuk mengamati dan membentuk ruang diantara lipatan sebagai ruang yang aktual. Bukan hanya

17Sophia Vyzoviti, 2003, Folding Architecture: Spatial Structural and Organizational Diagrams, BIS Publishers, hal:10

Gambar 2.4 Algoritma dalam folding

Sumber : Sophia Vyzoviti, 2003, Folding Architecture: Spatial Structural and Organizational Diagrams, BIS Publishers, hal:54-55

(34)

commit to user

23

sebagai ruang virtual yang nantinya akan terbangun ataupun bentukan geometris yang abstrak, namun lebih ke bagaimana mengakomodasi ruang dalam program-progam yang diinginkan. Sebuah ruang yang halus, yang nantinya akan dapat diperhitungkan lebih lanjut.

d. Protipe Arsitektur

Dalam desain yang dikembangkan melalui proses folding, obyek bukan hal utama yang harus diraih. Namun, bagaimana caranya kita tahu dan mengenal suatu cara, material, serta mengembangkan proses pencarian spasial, struktural, dan pengorganisasian suatu desain menuju sebuah hasil akhir keterbangunan.

Tahap ini dimaksudkan untuk menyertakan kelengkapan arsitektural ke dalam diagram yang mengenalkan material, program, serta konteksnya. Kemudian kelengkapan arsitektural tersebut dapat kita kenal sebagai diagram spasial, struktural, atau organisasional, dan proses ini pun nantinya dapat dijadikan sebagai strategi dalam mengatur kekompleksitasan dengan mengintegrasikan elemen-elemen yang terbagi-bagi ke dalam suatu

Gambar 2.5 Hubungan ruang akibat pelipatan Sumber : Sophia Vyzoviti, 2003, Folding Architecture: Spatial

Structural and Organizational Diagrams, BIS Publishers,

(35)

commit to user

24

kesinambungan.

Proses folding pun tidak sama satu dengan yang lainnya. Dengan jenis perlakuan yang sama, hasil bentuk akhir dari sebuah objek akan berbeda. Begitupun

Gambar 2.6

Diagram spasial,structural dan organisasional dari proses folding Sumber : Sophia Vyzoviti, 2003, Folding Architecture: Spatial Structural

(36)

commit to user

25

dengan pertukaran tahap pengerjaannya, obyek yang akan dihasilkan juga akan berbeda. Intuisi sangat diandalkan dalam pengerjaannya.

Folding dapat dikaitkan terhadap arsitektur. Folding memperhatikan keterhubungan obyek terhadap konteksnya, baik terhadap site atau kondisi sekitarnya. Selain itu, Folding memperhatikan juga kesatuan antara obyek yang terbangun terhadap hal- hal yang ingin diakomodasinya, seperti kesatuan antara pengunjung dengan program yang dihasilkan.

E. PRESEDEN

E.1. Yokohama Port Terminal

Yokohama Port Terminal dirancang oleh Foreign Office Architect pada tahun 1995 dan digunakan untuk umum pada tahun 2002, dengan konsepnya yang brilian yaitu dengan menggunakan self-supporting steel structure yang dibangun seperti sebuah kapal laut, yang mana mampu mengintegrasikan antara penumpang/pengguna terminal dengan kumpulan komunitas publik dalam satu kesatuan.

Foreign Office Architects mencoba menghasilkan bentuk baru dalam dunia arsitektur. Pada Yokohama Port Terminal, arsitektur yang dihasilkan adalah dengan bentukan yang naik dan bergelombang dari permukaan tanah, dan kemudian berubah dengan membengkokannya dengan puntiran-puntiran halus seperti operasi plastik diatas permukaan bumi. Building become landscape and landscape building,man and

nature in one indivisible embrace.

Foreign Office Architects mencoba menghasilkan bentuk baru dalam dunia arsitektur. Pada Yokohama Port Terminal, arsitektur yang dihasilkan adalah dengan bentukan yang naik dan bergelombang dari permukaan tanah, dan kemudian berubah

(37)

commit to user

26

dengan membengkokannya dengan puntiran-puntiran halus seperti operasi plastik diatas permukaan bumi. Building become landscape and landscape building,man and

nature in one indivisible embrace.

Pada bangunan ini, FOA berusaha untuk menjalin antara ruang dan permukaan, mencoba keduanya dapat mengalir dengan halus dari bangunan ke bagian lainnya. Artikulasi yang dihasilkan dari sistem sirkulasi dengan menggunakan sistem folding ini menghasilkan dua kualitas spasial yang berbeda, yaitu kontinuitas antara eksterior dengan interiornya, serta kontinuitas antara perbedaan ketinggian pada bangunan ini.

Preseden ini dapat di gunakan sebagai rujukan bagaimana mengintegrasikan dua hal menjadi satu yaitu mengintegrasikan ruang public kreatif dengan ruang terbuka hijau. Caranya dengan menjalin ruang dan permukaan sehingga menghasilkan kontinuitas antara exterior dan interior serta sirkulasi yang kontinu untuk

Gambar 2.7

Eksterior dan Interior Yokohama Port terminal Sumber :

http://www.arcspace.com/architects/foreign_office/yokohama/yokohama_index.h tml

(38)

commit to user

27

mengakomodasi fungsi olohraga yaitu sebagai jogging track.

E.2. Agora Theatre

Agora Theatre berlokasi di area Agoraweg, Lelystad, Netherland pada area seluas 2.925 meter persegi. Luas bangunannya sendiri adalah 7.000 meter persegi, dirancang oleh UN Studio. Alokasi program utama pada bangunan ini adalah teater dengan dua buah aula dan sebuah ruangan multifungsi. Program lain yang diakomodasi adalah restoran dan bar.

Desain dari teater ini mengeksplor integritas antara teater seni dengan media baru terhadap bentuk-bentuk sculpture. Pada teater ini, drama dan penampilan tidak harus dilakukan di atas panggung ataupun pada sore hari, tetapi dibebaskan pada urban experience. Arsitek utama dari bangunan ini adalah Ben Van Berkel dan Gerard Loozekkot. Mereka mendapatkan bentuk dari teater ini dengan mengintegrasikan konsep teater sebagai tempat untuk pergerakan, bermain, beratraksi terhadap struktur bangunan tersebut, yang merepresentasikan selimut luar yang unik, garis-garis tegas dan kaku, pencahayaan yang inovatif, dan penggunaan warna yang menarik.

Pada bangunan ini, kontinuitas dilihat dari bagaimana bangunan itu dapat berdiri.Tiap elemen-elemen permukaan yang membentuk kulit bangunan terbentuk atas potongan-potongan yang disambung menjadi satu sehingga terlihat menjadi satu bagian utuh. Bangunan ini pun terlihat seolah-olah ditanam pada sitenya.

Preseden ini dapat di gunakan sebagai rujukan bagaimana ruang public dapat digunakan sebagai tempat bermain maupun kanvas bagi proses kreatif di ruang public kreatif. Bentukan dan warna yang atraktif dapat menjadi inspirasi bagi para pengunjung ruang public kreatif.

(39)

commit to user

28

E.3. Minicity Theme Park Building Antalya

Bangunan ini berlokasi di Istanbul, Turkey dirancang oleh arsitek Emre Arolat. Masalah utama dari desain ini adalah dikotomi antara ruang luar dan ruang dalam yang timbul atas permintaan klien, ketika hubungan antara representasi dan realitas menjadi masalah yaitu ketika taman sebagai perhatian yang utama bagi pengunjung dan menjadikannya monument landmark, dan disisi lain model yang dipamerkan didalam tidak dapat terlihat dari luar. Sebuah muka bangunan yang memanjang disisi selatan memisahkan taman agar tidak terlihat dari area public.

Dinding belakang area dalam ruangan, yang kadang-kadang menjadi teras dengan menjadi robek di beberapa tempat, memungkinkan permeabilitas visual. Cabang pada samping barat terlepas dari tanah. Tempat dimana interior dan exterior terbagi dan tidak terbagi.

Preseden ini dapat di gunakan sebagai rujukan bagaimana sebuah ruang luar dan ruang dalam dapat terjalin menjadi satu. Dimana terlihat kontinuitas antara ruang

Gambar 2.8

Eksterior dan Interior Agora theatre

(40)

commit to user

29

public kreatif dengan kondisi sekitarnya.

F. HUBUNGAN RUANG PUBLIK KREATIF,FOLDING ARSITEKTUR, DAN KOTA JAKARTA

Folding arsitektur sebagai salah satu metode desain dalam arsitektur digunakan untuk mengakomodir tuntutan desain sebuah ruang public kreatif di Jakarta karena:

· Menurut Eisenman folding berfungsi sebagai pembatas bagi gerakan social, cultural, ekonomi dan fisik menghasilkan interaksi antara struktur yang meliputinya terhadap lingkungannya, Hal ini dapat di hubungkan dengan masyarakat Jakarta yang multicultural dan dinamis. Latar belakang pengguna

Gambar 2.9

Eksterior dan Interior Minicity Theme Park Building Antalya Sumber :

http://www.emrearolat.com/2004/01/03/minicity-theme-park-building-istanbul-turkey-2004/

(41)

commit to user

30

ruang public kreatif di batasi namun tetap menghasilkan interaksi antara pengguna yaitu kegiatan kreatif.

· Pengaruh folding arsitektur adalah pengintegrasian segala perbedaan, kekomplesitasan serta perpecahan yang ada baik dalam hal kontekstual maupun secara konseptual. Perbedaan yang dimaksud adalah tujuan pengguna untuk datang ke ruang public kreatif dan macam kegiatan yang diwadahi dalam ruang public tersebut namun tetap dalam satu kegiatan utama yaitu kegiatan kreatif.

· Folding arsitektur digunakan untuk mengatasi keterbatasan lahan di Jakarta, Ruang public kreatif dan Ruang terbuka hijau di integrasikan menjadi satu dengan menjalin ruang dan permukaan.Mencoba mengalirkan keduanya secara halus dari bangunan (fasilitas ruang public kreatif) ke bagian lainnya (taman dan plaza/square).

· Folding arsitektur dapat dikategorikan sebagai prakarya arsitektur, ini sesuai dengan sesuatu yang dihasilkan dari sebuah proses kreatif yaitu produk kreatif.

· Folding arsitektur bersifat experimental sehingga menghasilkan bentuk-bentuk arsitektural yang baru dan tidak biasa. Bentukan ruang public kreatif yang tidak biasa ini dapat menginspirasi penggunanya untuk melahirkan gagasan atau ide-ide kreatif.

RESUME:

RUANG PUBLIK

· Ruang publik adalah ruang dalam suatu kawasan yang di pakai masyarakat penghuninya untuk melakukan kegiatan kontak public, Contohnya yaitu

plaza,square, atrium, pedestrian.

· Selain sebagai tempat berkumpul ruang public juga memliki keuntungan bisnis bila dikelola secara kreatif.

(42)

commit to user

31

· Ruang public di bagi menjadi dua yaitu rruang public terbuka dan tertutup.

· Faktor penting dalam desain ruang public adalah ketertutupan, permukaan dan focal point.

· Ada beberapa sebab mengapa ruang public tidak digunakan yaitu path yg tidak baik, dominasi oleh kendaraan, tidak ada kegiatan apa-apa disana, dan fasilitas yang tidak berfungsi.

RUANG TERBUKA HIJAU

· Ruang terbuka hijau (RTH) adalah ruang yang didominasi oleh lingkungan alami di luar maupun di dalam kota, dalam bentuk taman, halaman, areal rekreasi kota dan jalur hijau.

· Menurut kepentingan pengelolaannya RTH terbagi atas kawasan hijau

pertamanan kota,hutan kota,rekreasi kota,kegiatan

olahraga,pemakaman,pertanian, jalur hijau dan pekarangan

· RTH memiliki tiga fungsi penting yaitu fungsi ekologis,social-ekonomi, dan evakuasi.

· Menurut karakteristiknya RTH terdiri dari central park, downtown park, commons,neighborhood park, mini park, community park, greenways dan parkways.

KEGIATAN KREATIF DI RUANG PUBLIK

· Ruang public dapat memunculkan proses kreatif bagi penggunanya dan factor yang mempengaruhi proses kreatif yaitu press yang berkaitan dengan lingkungan ruang public.

· Ruang kreatif tidak sebatas pemaknaan pada ruang public, melainkan lebih pada pemaknaan atas sebuah ruang public.

(43)

commit to user

32

· Ruang public kreatif harus mampu menginspirasi penggunanya, menjadi tempat dipamerkannya karya sehingga mendapatkan apresiasi langsung dari masyarakat.

FOLDING ARSITEKTUR

· Isu tentang folding arsitektur berawal dari tulisa Greg Lyn pada Architectural Design: Folding in Architecture pada tahun 1993

· Pengaruh yang ditimbulkan folding adalah pengintegrasian segala perbedaan, kekompleksitasan serta perpecahan yang ada, baik dalam hal kontekstual maupun secara konseptual.

· Folding arsitektur terdiri dari empat fase transisi yaitu materi dan fungsi, algoritme, diagram spasial, structural dan organisasional dan prototype arsitektur. · Materi dan fungsi terkait proses pelipatan kertas yang digunakan sebagai media

folding.

· Algoritme terkait dengan tahap-tahap pelipatan dengan waktu sebagai variabelnya.

· Diagram spasial,structural dan organisasional terkait dengan ruang yang terbentuk akibat pelipatan dan hubungannya dengan ruang lainnya.

· Prototype arsitektur terkait dengan diagram yang mengenalakan material, program serta konteksnya yang digunakan sebagai strategi dalam mengatur kekompleksitasan dengan mengintegrasikan elemen-elemen yang terbagi-bagi ke dalam suatu kesinambungan.

(44)

commit to user

33

BAB 1II

LOKASI PERANCANGAN

A. TINJAUAN KOTA JAKARTA SEBAGAI LOKASI PERANCANGAN

A.1. Keadaan Geografis dan Klimatologis

Luas wilayah DKI

Jakarta 662.33 km2

termasuk wilayah daratan Kepulauan Seribu yang tersebar di Teluk Jakarta. Wilayah Jakarta terletak pada 60 12’ Lintang selatan dan 1060 48’ Bujur Timur.

Dilihat dari keadaan topografi, pada dasarnya wilayah DKI Jakarta dapat dikategorikan sebagai daerah datar. Seluruh daratan terdiri dari endapan pleistocene, dimana permukaannya terdapat pada +50 meter di bawah permukaan tanah yang ada. Kekuatan tanah di wilayah DKI Jakarta mengikuti pola yang sama, dimana pencapaian lapisan tanah keras (untuk tujuan pembangunan) di wilayah bagian utara baru terdapat pada kedalaman 10–25 meter. Sedangkan makin ke selatan permukaan tanah keras semakin dangkal, sekitar 8–15 meter. Wilayah Jakarta dilewati oleh sungai-sungai baik alami maupun buatan, dan dilalui oleh angin musim barat dan angin musim timur sesuai dengan pergantian musim tahunan.

Gambar 3.1 Peta Wilayah Jakarta Sumber: BPS tahun 2010

(45)

commit to user

34

A.2 Batasan dan Potensi Kota Jakarta

Batas wilayah kota DKI Jakarta adalah:

Sebeleah selatan : Kabupaten Bogor, Depok

Sebelah utara : Laut Jawa

Sebelah barat : Kabupaten Tangerang

Sebelah timur : Kabupaten Bekasi

Kota Jakarta mempunyai potensi yang cukup besar dalam bidang budaya, pariwisata dan perdagangan, dan secara umum potensi kota Jakarta saat ini digambarkan sebagai berikut:

1. Sosio Kependudukan

Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang begitu pesat, yang diikuti pula dengan adanya pertumbuhan ekonomi dan bisnis yang semakin maju, maka pendapatan perkapita masyarakat akan meningkat.

Jakarta sebagai pusat segala macam kegiatan, baik yang berskala nasional, regional maupun lokal, tidak terlepas dari hal tersebut. Jakarta mempunyai tingkat laju pertumbuhan penduduk terhitung antara tahun 2000-2010 sebesar 1,4 persen serta pertumbuhan ekonomi dan bisnis sebesar 6,5 persen pada tahun 2010 dan 6,7 persen dari tahun 2010 saja1. Semakin maju tingkat kehidupan masyarakat, maka mereka semakin menuntut adanya kelengkapan pada fasilitas untuk memenuhi aktivitas kehidupan sehari-hari, seperti kebutuhan fasilitas informasi, transportasi, hiburan, rekreasi, dan sebagainya. Sementara semakin maju tingkat kehidupannya semakin besar pula tuntutan akan fasilitas-fasilitas tersebut.

(46)

commit to user

35

2. Sosial dan Budaya

Jakarta dengan masyarakat yang multicultural memiliki potensi akan hal keberagaman budaya. Berbagai macam komunitas muncul di kota Jakarta seperti komunitas seni Salihara dan Utan Kayu, komunitas urban sejenis Parkour,Fixie, dan skateboard di Gelora Bung Karno dan Komunitas music di taman Suropati dan Kemayoran. Komunitas-komunitas ini merupakan potensi kreatif dari kota Jakarta dan memberikan warna tersendiri bagi kehidupan warga Jakarta. Baru-baru ini kota Jakarta menyelenggarakan sebuah acara yang bertajuk Jakarta Biennale: Maximum City. Acara ini merupakan sebuah merupakan sebuah respon dari komunitas-komunitas yang ada di Jakarta terutama komunitas-komunitas seni tentang kota Jakarta yang mereka ungkapkan dalam sebuah karya yang ditampilkan dalam ruang-ruang public di kota Jakarta seperti di taman Ayodya,taman Menteng, dan bundaran HI.

Pada tahun 2010 lalu Pemprov DKI Jakarta mencanangkan suatu program yaitu “Kota Kreatif Jakarta Punya”. Program ini bertujuan untuk menambah ruang kreatif di ruang-ruang public Jakarta. Selain itu program ini juga membuka wawasan warga Jakarta tentang ruang kreatif yaitu mengajak warga Jakarta bahwa kreatif itu penting dan menampilkan karya tidak harus di panggung konvensional yang selama ini kita kenal.

3. Sarana dan Prasarana

Sebagian besar penyediaan prasarana dasar kota saat ini belum mampu menjangkau seluruh wilayah kota. Kebutuhan akan listrik telah cukup mampu menjangkau seluruh wilayah kota. Saat ini telah dilakukan penambahan kapasitas dan peningkatan pelayanan dengan bantuan pemerintah dan pihak luar. Sementara dari segitransportasi, akses menuju beberapa bagian utama kota sudah dapat dicapai deng,an TransJakarta atau Busway.

(47)

commit to user

36

A.3 Rencana Pemanfaatan Ruang Kota Jakarta

Di dalam wilayah DKI Jakarta dilakukan pembagian wilayah untuk pengembangan kota dan kepulauan sebagai zona-zona perencanaan. Berdasarkan analisa mengenai kondisi alam, antara lain sosial dan ekonomi penduduk, serta dengan memperhatikan pula aspek batas-batas wilayah kecamatan maupun kelurahan yang ada, maka wilayah DKI Jakarta dibagi menjadi 3 Wilayah Pengembangan (WP) utama, yaitu2 :

a. Wilayah Pengembangan (WP) Utara terdiri atas:

1. WP Kepulauan Seribu (WP-KS), dengan kebijakan meningkatkan kegiatan pariwisata, kualitas kehidupan masyarakat nelayan.

2. WP Pantai Utara (WP-PU), dengan kebijakan meliputi: a) Pantai Lama :

1) Meningkatkan dan melestarikan kualitas lingkungan Jakarta Utara

2) Mempertahankan permukiman nelayan

3) Mengembangkan fungsi pelabuhan dan perniagaan

b) Pantai Baru: melalui pengembangan reklamasi yang terpisah secara fisik dari pantai lama dengan kegiatan utama jasa dan perdagangan berskala internasional, perumahan, pelabuhan serta pariwisata. b. Wilayah Pengembangan (WP) Tengah terdiri dari :

1. WP Tengah Pusat (WP-TP), dengan kebijakan pengembangan yang diarahkan untuk pusat pemerintahan, pusat kegiatan perdagangan dan jasa serta permukiman intensitas tinggi.

(48)

commit to user

37

2. WP Tengah Barat (WP-TB) dengan kebijakan pengembangan untuk permukiman yang ditunjang dengan pengembangan Sentra Primer Baru Barat.

3. WP Tengah Timur (WP-TT), dengan kebijakan pengembangan untuk pusat industry/pergudangan serta permukiman yang ditunjang dengan pengembangan Sentre Primer Baru Timur.

c. Wilayah Pengembangan (WP) Selatan terdiri atas:

1. WP Selatan Utara (WP-SU) dengan kebijakan untuk pengembangan kawasan permukiman dengan intensitas ruang sedang sampai tinggi. 2. WP Selatan Selatan (WP-SS) dengan kebijakan pengembangan

permukiman secara terbatas dengan penerapan Koefisien Dasar Bangunan rendah untuk mempertahankan fungsinya sebagai kawasan resapan air.

A.4 Regulasi Kebutuhan Fasilitas Umum di Kota Jakarta

Rencana distribusi fasilitas umum merupakan arahan tingkat/hierarki pelayanan setiap jenis kegiatan kota yang secara khusus dicerminkan dalam besaran radius pelayanan, ruang kota, maupun dalam wilayah pelayanan yang lebih luas, sedangkan rencana pengalokasian fasilitas pelayanan secara bertahap diarahkan pada pusat-pusat lingkungan sesuai dengan hierarki pelayanan.

Dasar pertimbangan penyusunan distribusi fasilitas umum adalah:

· Penduduk sebagai subyek dan obyek pelayanan kegiatan kota

· Aspek kependudukan yang dipertimbangkan meliputi jumlah, distribusi dan kepadatan

(49)

commit to user

38

· Skala pelayanan kegiatan kota, menyangkut pengaturan hierarki pelayanan setiap kegiatan

· Lokasi yang berkaitan dengan pengalokasian fasilitas berdasarkan pertimbangan radius pelayanan dalam ruang kota secara keseluruhan

Rencana pengembangan kawasan bangunan fasilitas umum di DKI Jakarta ditentukan sebagai berikut:

· Mengembangkan fasilitas perdagangan terutama untuk pasar tradisional sesuai kebutuhan dan jangkauan pelayanannya

· Mengembangkan kawasan multifungsional bertaraf internasional secara terpadu di kawasan ekonomi prospektif. Pengembangan terbesar meliputi Kawasan Niaga Terpadu Sudirman, Kawasan Segitiga Kuningan dan Casablanca

· Membatasi pengembangan perkantoran, perdagangan, dan jasa di sepanjang jalan arteri di luar kawasan ekonomi prospektif

· Prosentase luas kawasan bangunan umum disesuaikan dengan kebutuhan dan rencana pengembangan Setiap Wilayah Pengembangan (SWP) dan wilayah Kotamadya yang telah ditentukan, seperti misalnya pada wilayah Kotamadya Jakarta Selatan, ditargetkan pengembangan bangunan fasilitas umum sebesar 1,69% dari luas DKI Jakarta

A.5 Kebijakan ruang public Jakarta

Berdasarkan rencana tata ruang wilayah DKI Jakarta 2030 kebijakan tentang ruang public disusun untuk mewujudkan budaya kota yang tertata dan terkendali yaitu:

(50)

commit to user

39

· Menyediakan fasilitas yang memadai dan layak secara fungsional dan estetika.

· Mengembangkan proporsi yang seimbang antara massa bangunan dengan ruang public.

· Sesuai dengan prinsip pengembangan Traffic Oriented Develepment (TOD) yaitu pendekatan desain dengan mengutamakan kenyamanan

kehidupan pada ruang public dan pusat lingkungan serta

mempertahankan ruang terbuka hijau.

A.6 Kebijakan ruang terbuka hijau Jakarta

Kebijakan tentang RTH Jakarta tecantum dalam rencana tata ruang wilayah Jakarta 2030 yaitu:

· Meningkatkan kuantitas dan kualitas RTH serta mempertahankan ketersediaan RTH yang ada.

· Memfungsikan kembali ruang dan kawasan yang berpotensi dan/atau peruntukan sebagai RTH.

· Menerapkan inovasi penyediaan RTH budi daya.

· Melibatkan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam penyediaan, peningkatan kualitas, dan pemeliharaan RTH privat dan public.

· Mengembangkan RTH privat melalui peningkatan peranserta masyarakat di lahan halaman rumah,kebon,halaman kantor,gedung, dan industry yang memiliki potensi dikembangkan menjadi RTH.

(51)

commit to user

40

B. JAKARTA SEBAGAI LOKASI RUANG PUBLIK KREATIF B.1 Latar Belakang Pemilihan Lokasi Site

Jakarta dengan arealnya yang luas dan sebagai pusat pemerintahan dan perekonomian, lebih menerima segala perbedaan juga akses dalam pencapaian segala fasilitas lebih mudah dibanding kota lain. Tersedianya sarana dan prasarana menempatkan Ruang Publik Kreatif di Jakarta, namun sebagai fungsinya sebagai ruang public dan ruang kreatif, ada beberapa alasan lain:

· Banyaknya komunitas yang ada di Jakarta dan memerlukan tempat untuk mengekspresikan kreatifitasnya

· Mengubah paradigma bahwa Mall bukanlah ruang public.

· Mewujudkan mimpi kota yang baik yaitu kota yang mampu mengajak masyarakatnya untuk berkegiatan diluar rumah.

B.2 Proses Pemlihan Site

Tujuan dari pemilihan site ini adalah untuk mendapatkan lokasi terbaik dan ideal bagi berdirinya Ruang Publik Kreatif dengan beberapa dasar pertimbangan yang antara lain:

· Persyaratan fisik tentang ruang public dan sarana pameran dan pertunjukan · Sesuai dengan rencana pemanfaatan ruang kota Jakarta

· Dekat dengn pemukiman · Mudah dalam pencapaian

(52)

commit to user

41

BAB IV

ANALISA PENDEKATAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Pada bab ini membahas mengenai analisa baik dalam hal programming maupun arsitektural untuk mendapatkan konsep yang diinginkan dengan landasan tinjauan teori yang telah dibahas pada bab sebelumnya.

A. ANALISA PERUANGAN

Analisa peruangan merupakan analisa perencanaan dan perancangan bangunan dengan cara mengelompokkan pelaku, pola kegiatan pelaku,kebutuhan ruang tiap pelaku, persyaratan tiap ruang, serta besaran ruang yang dibutuhkan tiap pelaku. Gubahan masa dan bentuk bangunan merupakan target utama dalam perancangan bangunan Ruang Publik Kreatif di Jakarta. Oleh karenanya analisa peruangan yang akan dilakukan harus mengikuti bentuk dari bangunan itu sendiri. Sehingga beberapa analisa ruangan merupakan sebuah ide awal yang diselaraskan dengan bentuk bangunan dan besaran ruangan yang diperoleh merupakan besaran minimal.

Dalam penentuan analisa peruangan disesuaikan dengan fungsi Ruang publik kreatif sebagai ruang publik secara umum dan ruang untuk berkegiatan kreatif . Sebagai ruang publik yang mampu memfasilitasi kegiatan kreatif didalamnya maka diperlukan suatu program acara untuk menjaga keberlangsungan kegiatan kreatif dan menarik masyarakat melakukan kegiatan kreatif di dalamnya.

(53)

commit to user

42

A.1 Analisa Kegiatan

Analisa kegiatan didasari oleh dua pertimbangan, diantaranya: 1. Pelaku kegiatan

a. Masyarakat umum

Pelaku yang menggunakan ruang public kreatif sebagai tempat berekreasi, berolahraga dan berkegiatan kreatif di area tersebut.

b. Seniman dan curator

Seniman: sebagai pelaku yang memamerkan karyanya dan juga memberikan pelatihan tentang proses-proses kreatif

Kurator: sebagai pelaku yang mengurasi karya dari seniman atau

masyarakat yang ingin menampilkan karyanya dan juga sebagai pemandu dalam pameran.

c. Pengelola

Pelaku yang bertugas mengelola gedung baik dalam hal perawatan hingga memogram berbagai acara di ruang public kreatif

2. Jenis kegiatan yang ditampung

Ruang Publik Kreatif mewadahi beberapa aktivitas atau kegiatan yang dapat dikelompokan menjadi beberapa kelompok kegiatan yaitu:

a. Kegiatan utama

· Kegiatan berekreasi dan berolahraga

Kegiatan ini merupakan fungsi ruang public kreatif secara umum, bersosialisasi maupun melepas penat dari kehidupan sehari-hari.

Gambar

Gambar 2.5 Hubungan ruang akibat pelipatan  Sumber : Sophia Vyzoviti, 2003, Folding Architecture: Spatial
Gambar 3.1  Peta Wilayah Jakarta  Sumber: BPS tahun 2010
Tabel 4.1  Tabel kebutuhan ruang Sumber : Analisa penulis
Tabel 4.3  Tabel  besaran ruang  Sumber : Analisa penulis
+7

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DENGAN KEPADATAN PENDUDUK DI DKI

Keterbatasan penyediaan ruang terbuka publik pada perumahan informal Tamansari menjadikan adanya keinginan warga untuk memanfaatkan ruang terbuka publik di bawah

Penzoningan dilakukan sesuai dengan kriteria pengelompokan ruang, dengan memperhatikan orientasi site dan perlunya pengadaan ruang terbuka hijau, maka konsep penzoningan

Kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi kebi- jakan penataan ruang terbuka hijau di Kabupaten Sidoarjo ialah a) Keterbatasan anggaran, anggaran yang masih belum

Pada peraturan yang berlaku kawasan terbuka hijau di perkotaan adalah 30% dari seluruh luas kota, tetapi di Jakarta kurang dari 10% ruang terbuka hijau.. Agenda ruang terbuka

Keterbatasan penyediaan ruang terbuka publik pada perumahan informal Tamansari menjadikan adanya keinginan warga untuk memanfaatkan ruang terbuka publik di bawah

Ruang Publik Terpadu menjadi tujuan utama untuk mengembangkan sebuah ruang atau kawasan yang dapat menampung adanya penggabungan antara lahan hijau terbuka dengan merujuk aktivitas yang

Dari hasil analisis dengan overlay peta yang telah dilakukan peneliti, untuk lahan yang berpotensi dijadikan ruang terbuka hijau RTH publik memiliki luas total sebesar 17,5 Ha atau jika