• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUANG PUBLIK KREATIF DI JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUANG PUBLIK KREATIF DI JAKARTA"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

RUANG PUBLIK KREATIF DI JAKARTA

DENGAN PENDEKATAN FOLDING ARCHITECTURE

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai

Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh:

HARRI MULYANTO

I0205075

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

RUANG PUBLIK KREATIF DI JAKARTA

Dengan Pendekatan Folding Architecture

ABSTRAK

Setiap orang memiliki sisi kreatif. Kreativitas memberikan warna bagi

kehidupan individu seseorang mauaupun kehidupan individu disekitarnya. Dalam

mengekspresiskan sisi kreatif seseorang diperlukan suatu wadah. Ruang Publik

sebagai wadah masyarakat bertemu dan bersosialisasi memberikan banyak

manfaat warga kota. Individu-individu masyarakat kota sebagai pengguna ruang

publik dapat menggunakan ruang publik sebagai tempat mengekspresikan dirinya.

Ruang public kreatif sebagai wadah kreatifitas masyarakat di Indonesia pada

umumnya dan kota Jakarta pada khususnya memberikan fasilitas bagi masyarakat

baik sebagai fungsi ruang publik secara umum dan fasilitas kreatif bagi para

pelaku seni dan masyarakat sekitar. Wadah ini nantinya menjadi tempat

pengembangan kreativitas dan pengenalan seni bagi masyarakat.

Jakarta sebagai kota besar di Indonesia menjadi tempat dari segala pusat

kegiatan. Jakarta sebagai kota besar seharusnya dipenuhi oleh ruang-ruang publik.

Dalam hiruk pikuknya kota Jakarta, masyarakat Jakarta membutuhkan sebuah

wadah untuk bisa merelaksasikan hidupnya dari aktifitas yang sibuk. Selain

sebagai wadah berkumpul dan bersosialisasi ruang publik Jakarta juga bermanfaat

terhadap ekosistem kota.. Ruang publik kreatif Jakarta berusaha mewujudkan

semua itu dalam keterbatasan lahan di Jakarta. Folding Architecture sebagai

metode desain diterapkan untuk mengakomodasi permasalah dalam perancangan.

Berupaya menciptakan perpaduan yang halus antara banguanan fasilitas kreatif

dengan plasa,taman, dan lingkungan sekitar.

(3)

commit to user

CREATIVE PUBLIC SPACE IN JAKARTA

With Folding Architecture Approach

ABSTRACT

Everyone has a creative side. Creativity gives the color of one's individual

life and the lives of individuals around. . In the creative side mengekspresiskan

someone needed a place. Public space as a place to meet people and socialize

provides many benefits citizens. Individuals as users of urban public space can

use public space as a place to express themselves. Creative public space as a

place for creative people in Indonesia in general and in particular the Jakarta

city provide facilities for the community both as a function of public space in

general and creative facilities for performers and community around. This facility

will be a place of creativity development and introduction of art to society.

Jakarta as Indonesia's big cities become places of all center activities.

Jakarta as a great city should be met by the public spaces. In the hustle and bustle

of the city of Jakarta, the Jakarta needs a place to relax from the activities of a

busy life. In addition to gather place and socialize as a public space is also

beneficial to the ecosystem of Jakarta city. Jakarta creative public space trying to

realize all of that in the limited space in Jakarta. Folding Architecture as a design

method is applied to accommodate problems in the design. Attempting to create a

subtle blend of creative facility buildings with plazas, parks, and environment.

(4)

commit to user

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Pengertian Judul ……… 1

B. Latar Belakang ……….. 1

C. Permasalah dan Persoalan

B.1 Permasalahan ……….. 4

B.2 Persoalan ………. 4

D. Tujuan dan Sasaran

C.1 Tujuan ………. 4

C.2 Sasaran ……… 4

E. Lingkup dan Batasan Perencanaan dan Perancangan

E.1 Lingkup Perencanaan dan Perancangan ………. 5

E.2 Batasan Perencanaan dan Perancangan ……….. 5

F. Metode Perencanaan dan Perancangan

F.1 Pengumpulan Data ……….. 5

Halaman Judul

Lembar Pengesahan

Ucapan Terima Kasih

Kata Pengantar

Daftar Isi

Daftar Tabel

Daftar Gambar

(5)

commit to user

F.2 Analisa Data ………... 6

F.3 Merumuskan Konsep ……….. 6

G. Sistematika Penulisan ………. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Publik A.1 Pengertian Ruang Publik ………... 9

A.2 Fungsi dan Peran Ruang Publik ………. 9

A.3 Karakteristik Ruang Publik ……… 10

B. Ruang Terbuka Hijau B.1 Pengertian Ruang Terbuka Hijau ……… 13

B.2 Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau ……… 13

B.3 Fungsi Ruang Terbuka Hijau ……….. 14

B.4 Karakteristik Ruang Terbuka Hijau ……… 15

C. Kegiatan Kreatif di Ruang Publik ………. 16

D. Folding Arsitektur D.1 Sejarah Singkat Folding Arsitektur ……… 19

D.2 Folding Sebagai Metode Generatif Dalam Desain Arsitektur ……… 20

E. Preseden E.1 Yokohama Port Terminal ……… 25

E.2 Agora Theatre ………. 27

E.3Minicity Theme Park Building Antalya ………. 28

(6)

commit to user

BAB III LOKASI PERANCANGAN

A. Tinjauan Kota Jakarta Sebagai Lokasi Perancangan

A.1 Keadaan Geografis dan Klimatologis ……… 33

A.2 Batasan dan Potensi Kota Jakarta ……….. 34

A.3 Rencana Pemanfaatan Ruang Kota Jakarta ……… 36

A.4 Regulasi Kebutuhan Fasilitas Umum di Kota Jakarta ………... 37

A.5 Kebijakan Ruang Publik Jakarta ……… 38

A.6 Kebijakan Ruang Terbuka Hijau Jakarta ………... 39

B. Jakarta Sebagai Lokasi Ruang Publik Kreatif B.1 Latar Belakang Pemilihan Lokasi Site ……….. 40

B.2 Proses Pemlihan Site ………. 40

BAB IV ANALISA PENDEKATAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN A. Analisa Peruangan A.1 Analisa Kegiatan ………... 41

A.2 Analisa Pola Kegiatan ……… ……….. 42

A.3 Analisa Kebutuhan Ruang ……… 45

A.4 Analisa Besaran Ruang ………. 47

B. Analisa Site B.1 Analisa Penentuan Lokasi ……….. 53

B.2 Analisa Pengolahan Tapak ………. 56

C. Analisa Tampilan Bangunan C.1 Analisa Bentuk Bangunan………. 62

C.2 Analisa Warna Bangunan ………... . 68

(7)

commit to user

D.1 Analisa Struktur Bangunan ………. 69

D.2 Analisa Bahan Bangunan ……… 75

D.3 Analisa Pencahayaan ………... 76

D.4 Analisa Penghawaan ………... 79

D.5 Analisa Utilitas ……… 79

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN A. Konsep Peruangan A.1 Konsep Kegiatan ………... 89

A.2 Konsep Besaran dan Kebutuhan ruang ... 89

B. Konsep Lokasi dan Site Terpilih ……….. 92

C. Konsep Tampilan Banguanan B.1 Konsep Bentuk Bangunan ………. 96

B.3 Konsep Warna Bangunan ………. 96

D. Konsep Sistem Bangunan D.1 Konsep Struktur Bangunan ……… 97

D.2 Konsep Bahan Bangunan ………... 97

D.3 Konsep Pencahayaan ………. 97

D.4 Konsep Penghawaan ………. 98

(8)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Kebutuhan ruang 48

Tabel 4.2 Besaran ruang 52

Tabel 4.3 Rekapitulasi besaran ruang 53

Tabel 4.4 Persyaratan pemilihan site 55

Tabel 4.5 Mengenai system pemadaman dan bahan yang digunakan 87

Tabel 5.1 Kebutuhan dan besaran ruang 90

Tabel 5.2 Kebutuhan dan besaran ruang 90

Tabel 5.3 Kebutuhan dan besaran ruang 90

Tabel 5.4 Kebutuhan dan besaran ruang 90

(9)
(10)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hunting Kota Tua 18

Gambar 2.2 Latihan music klasik di Taman Suropati 18

Gambar 2.3 Proses transformasi folding 21

Gambar 2.4 Algoritma dalam Folding 22

Gambar 2.5 Hubungan ruang akibat pelipatan 23

Gambar 2.6 Diagram spasial,structural dan organisasional dari proses folding

24

Gambar 2.7 Eksterior dan interior Yokohama Port Terminal 26

Gambar 2.8 Eksterior dan Interior Agora Theatre 28

Gambar 2.9 Eksterior dan Interior Minicity Theme Park Building Antalya 29

Gambar 3.1 Peta wilayah jakarta 33

Gambar 4.1 Peta Rencana Struktur dan Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta 54

Gambar 4.2 Folding phase 63

Gambar 4.3 Tahapan pelipatan 64

Gambar 4.4 Tahapan pelipatan pertama 64

Gambar 4.5 Tahapan pelipatan kedua 65

Gambar 4.6 Tahapan pelipatan ketiga 65

Gambar 4.7 Tahapan pelipatan keempat 66

Gambar 4.8 Hasil dari proses evaluasi 67

Gambar 4.9 Padu padan warna primer pada interior Agora Theater 69

Gambar 4.10 Warna natural pembentuk struktur pada Minicity Theme Park Antalya

69

Gambar 4.11 Bagian lipatan yang digunakan sebagai struktur 70

Gambar 4.12 Penerapan shear wall sebagai hasil dari sebuah lipatan 71

Gambar 4.13 Bagian atap menggunakan struktur tertentu 71

Gambar 4.14 Analisa lipatan kertas yang digunakan sebagai struktur atap 72

Gambar 4.15 Penerapan folding plate pada struktur atap pada Yokohama Port Terminal

72

Gambar 4.16 Bentuk struktur yang diusulkan oleh FOA 73

Gambar 4.17 Jenis sambungan dan proses penyambungan dengan paku HILTI

73

Gambar 4.18 Bentuk rangka folded plate 74

(11)

commit to user

Gambar 4.20 Beton sebagai bahan pembentuk struktur 75

Gambar 4.21 Baja dan kaca sebagai dinding bangunan 75

Gambar 4.22 Penerapan kayu pada permukaan bangunan 76

Gambar 4.23 Lampu taman berbentuk ranting pohon 77

Gambar 4.24 Lampu LED pada permukaan plasa 77

Gambar 4.25 Bangku taman dengan lampu 78

Gambar 4.26 Penggunaan dinding kaca 78

Gambar 4.27 Void akibat dari hasil pelipatan 79

Gambar 4.28 Skema analisa jaringan listrik 80

Gambar 4.29 Skema analisa jaringan komunikasi 81

Gambar 4.30 Skema analisa aliran air bersih artesis 82

Gambar 4.31 Skema analisa aliran air bersih PDAM 82

Gambar 4.32 Skema analisa aliran air kotor cair 83

Gambar 4.33 Skema analisa aliran air kotor lemak 83

Gambar 4.34 Skema analisa aliran air kotor padat 83

Gambar 4.35 Skema analisa system sanitasi air hujan 84

Gambar 4.36 Skema pembuangan sampah 84

Gambar 4.37 Skema pembuangan sampah 85

Gambar 4.38 Skema analisa system CCTV 85

Gambar 4.39 Bagan system penanggulangan bahaya kebakaran 88

Gambar 5.1 Site 92

Gambar 5.2 Skema system air bersih 99

Gambar 5.3 Skema system air kotor pada bangunan 99

Gambar 5.4 Skema konsep system pencahayaan 100

Gambar 5.5 Skema sumber listrik dari PLN 100

Gambar 5.6 Skema sumber listrik dari genset 100

(12)

commit to user

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN JUDUL

Ruang Publik Kreatif Di Jakarta Dengan Pendekatan Folding Architecture

memiliki penjelasan sebagai berikut:

“Ruang dalam suatu kawasan yang di pakai masyarakat Jakarta untuk

melakukan kegiatan bersosialisasi dan juga berfungsi sebagai ruang kreatif dalam

upaya mewujudkan program Pemprov DKI “Kota Kreatif Jakarta Punya” dengan

pendekatan metode lipatan-lipatan kertas untuk mendapatkan bentuk massa bangunan.

B. LATAR BELAKANG

Jakarta belum dapat memenuhi kebutuhan akan ruang publik,Sebagai

perbandingan Jakarta hanya mampu menerapkan rasio yang terkait dengan pelayanan

fasilitas olahraga outdoor sebesar 0.55m2/penduduk, sedangkan kota-kota di Jepang

adalah 5m2/penduduk. Disisi lain kondisi ruang publik yang ada di Jakarta tidak

terawat dan berubah fungsi, misalnya secara fisik tersedia, namun masyarakat tidak

dapat memanfaatkannya dengan baik dan leluasa, baik itu karena alasan keamanan

maupun kenyamanan, misalnya karena menjadi tempat berkumpulnya para pelaku

kriminal.

Disisi lain Kota Jakarta juga memerlukan kecukupan ruang terbuka hijau

(RTH), karena luasan RTH di Jakarta belum memenuhi luasan ideal RTH sebuah

kota sebesar 30% dari luas wilayahnya. Sementara itu, luas RTH di lapangan

diperkirakan hanya mencapai 9,04 persen. Keadaan ini diperburuk dengan ketidak

(13)

commit to user

2

RTH. Pemprov DKI tidak berdaya mengembalikan fungsi RTH yang berubah

menjadi Plaza Senayan, Hotel Mulia. Padahal ruang terbuka hijau memberikan

memberikan manfaat yang besar terhadap kota terutama manfaat ekologis.

Ruang public Jakarta memiliki nilai positif dan negative akan keberadaannya.

Nilai positifnya yaitu taman Suropati digunakan akan sebagai tempat berkumpul

untuk berlatih music, dan kawasan Kota Tua yang digunakan objek foto bagi para

fotografer. Nilai negatif yaitu kawasan monas sering digunakan para pemuda dan

pemudi untuk berpacaran dan banyaknya ruang-ruang public yang digunakan untuk

para PKL. Muncul juga fenomena para seniman ingin memamerkan karyanya di

ruang publik, karena dapat secara langsung menyampaikan pesan dari karya tersebut

kepada masyarakat. Ruang public kreatif harus dapat menginspirasi penggunanya

melahirkan ide-ide kreatif dan mampu menjadi tempat dipamerkan hasil-hasil karya

kreatif sehingga mendapatkan apresiasi langsung dari masyarakat

Pada tanggal 13 Maret 2010 Jakarta mencanangkan diri sebagai Kota Kreatif.

Hal ini ditandai dengan adanya acara ‘Kota Kreatif Jakarta Punya’ yg diadakan di

Museum Fatahillah Jakarta. Harapannya ialah semakin banyak ruang kreatif di ruang

publik Jakarta. Program ruang kreatif membuka wawasan warga Jakarta tentang ruang

kreatif dan memperluas pemahaman terhadap apa yang disebut panggung, kanvas,

atau layer. Intinya, menyadarkan khalayak bahwa menjadi kreatif itu penting dan

menampilkan hasil karya itu tak harus di panggung konvensional yang selama ini kita

kenal.

Melihat dari permasalahan yang diutarakan diatas bahwa Kota Jakarta

kekurangan ruang public, ruang terbuka hijau dan fasilitas pendukung ruang public

dalam upaya menjadikan ruang public menjadi ruang kreatif. Perlu lahan yang luas

(14)

commit to user

3

Bagaimana bila semua kebutuhan itu terintegrasi menjadi satu, sebuah ruang public

serta fasilitas pendukungnya juga berperan sebagai ruang terbuka hijau.

Mengintegrasikan kebutuhan ruang public dan ruang terbuka hijau di Jakarta dengan

kondisi lahan yang terbatas tentu memerlukan pendekatan tertentu dalam proses

perencanaannya. Folding architecture sebagai salah satu metode desain mencoba

menjawab hal tersebut. Dalam folding architecture pengaruh yang ditimbulkan adalah

pengintegrasian segala perbedaan, kekomplesitasan serta perpecahan yang ada baik

dalam hal kontekstual maupun secara konseptual.

Secara kontekstual folding digunakan untuk mengatasi keterbatasan lahan

dalam upaya mewujudkan sebuah ruang public kreatif yang juga berperan sebagai

ruang terbuka hijau dengan menjalin antara ruang dan permukaaan, mencoba

keduanya dapat mengalir dengan halus dari bangunan ke bagian lainnya ruang

digunakan sebagai fasilitas pendukung ruang public kreatif dan permukaan digunakan

sebagai taman dan plaza/square. Secara konseptual folding digunakan untuk

mewujudkan sebuah ruang public yang menginspirasi. Folding architecture bersifat

experimental sehingga menghasilkan bentuk-bentuk arsitektural yang baru dan tidak

biasa. Bentukan ruang public kreatif yang tidak biasa ini dapat menginspirasi

penggunanya untuk melahirkan gagasan atau ide-ide kreatif.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Kota Jakarta memerlukan

ruang public kreatif yang dapat memenuhi kebutuhan akan ruang public dan ruang

terbuka hijau di Jakarta, serta berfungsi sebagai ruang kreatif bagi masyarakat kota

Jakarta dalam upaya mewujudkan program Pemprov DKI “Kota Kreatif Jakarta

(15)

commit to user

4 C. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN

C.1. Permasalahan

Mewujudkan ruang publik yang juga berfungsi sebagai ruang terbuka hijau

di Jakarta yang dapat mengakomodasi kegiatan kreatif dengan pendekatan

desain folding architecture.

C.2. Persoalan

a. Sistem peruangan yang dapat mendukung proses kegiatan agar dapat berfungsi

maksimal.

b. Penentuan lokasi site yang tepat untuk mendukung fungsi Ruang Publik

Kreatif sebagai ruang kreatif dan ruang terbuka hijau.

c. Mendapatkan bentukan fasad yang diperoleh dari proses folding

d. Sirkulasi antar bagian ruang public kreatif yang saling terhubung.

D. TUJUAN DAN SASARAN

D.1. Tujuan

Mewujudkan konsep perencanaan dan perancangan bangunan Ruang Publik

Kreatif di Jakarta dengan pendekatan Folding architecture sebagai ruang kreatif

dan juga mampu mendukung proporsi ruang terbuka hijau di Jakarta.

D.2 Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai adalah tersusunnya suatu landasan program

perencanaan dan perancangan Ruang Publik Kreatif di Jakarta.

a. Mendapatkan program ruang yang optimal sehingga dapat menampung

(16)

commit to user

5

b. Penentuan lokasi yang sesuai untuk Ruang Publik Kreatif dan tata kota

Jakarta.

c. Konsep tampilan bangunan dengan mengaplikasikan prinsip desain folding

architecture.

E. LINGKUP dan BATASAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

E.1 Lingkup Perencanaan dan Perancangan

· Pembahasan disesuaikan dengan materi data yang diperoleh dan hal ini

menjadi kriteria dalam menentukan bentuk fisik bangunan, tata ruang,

persyaratannya dan besaran tiap ruang yang direncanakan.

· Pembahasan lain disesuaikan dengan tujuan dan sasaran yang telah

disebutkan di atas.

E.2 Batasan Perencanaan dan Perancangan

· Pembahasan dibatasi pada proses pemecahan permasalahan arsitektural yang

akan menjadi faktor penentu perumusan konsep perencanaan dan

perancangan “‘Ruang Publik Kreatif di Jakarta Dengan Pendekatan Folding

Architecture”.

F. METODE PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Untuk lebih memudahkan, metode pembahasan dibagi menjadi beberapa

tahap. Berikut adalah tahapan-tahapan yang dilakukan:

F.1 Pengumpulan Data

(17)

commit to user

6 · Pengumpulan data-data tentang bangunan penunjang ruang public kreatif

seperti galeri, teater, restaurant, bar & shop.

· Pengumpulan data-data tentang Folding architecture, baik itu teori maupun

preseden bangunannya.

F.2. Analisa Data

· Menentukan macam kegiatan di ruang public

· Mengidentifikasi syarat-syarat khusus tentang bangunan ruang public kreatif

kemudian dihubungkan dengan hasil analisa kegiatan pada ruang publk

kreatif.

· Mengidentifikasi tentang kriteria-kriteria Folding architecture melalui

pengolahan teori dan preseden.

F.3. Merumuskan Konsep

· Merumuskan sintesa dari hasil korelasi antara komponen pembahasan dan

outputnya sehingga diperoleh konsep perencanaan dan perancangan yang

nantinya akan dipakai sebagai acuan /pedoman desain ‘Ruang Publik Kreatif

di Jakarta Dengan Pendekatan Folding Architecture”.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB 1 PENDAHULUAN

Mengemukakan latar belakang masalah, permasalahan dan

persoalan, tujuan dan sasaran pembahasan, lingkup pembahasan,

(18)

commit to user

7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DATA

· Tinjauan pustaka tentang ruang publik (Public Space Urban Space :The Dimension of Urban Design,Finding Lost Space:Theories of Urban Design, Urban Space), ruang terbuka hijau (Public Space, UU No.26/2007) dan folding architecture (Folding Architecture: Spatial Structural and Organizational Diagrams)

· Berbagai Data yang akan ditinjau mengenai kondisi ruang publik

di Jakarta yang berkaitan dengan kegiatan kreatif masyarakat

Jakarta.

BAB III LOKASI PERENCANAAN

Meninjau perspektif kota (luas, potensi dan fungsi kota,

perencanaan umum tata ruang kota), meninjau kondisi ruang public

Jakarta dan komunitas-komunitas yang ada didalamnya yang menjadi

target desain bangunan (potensi, apresiasi masyarakat, fasilitas dan

sarana) , pemilihan site.

BAB IV ANALISA PENDEKATAN PERENCANAAN DAN

PERANCANGAN

Meliputi analisa makro dan mikro dengan penjabaran analisa

non fisik yang termasuk didalamnya: pelaku, jenis dan pengelompokan

kegiatan, proses kegiatan, kebutuhan dan program ruang dan organisasi

ruang serta analisa fisik yang termasuk didalamnya: kriteria

pengolahan tapak, kriteria bentuk ruang dan bangunan,. dan kriteria

(19)

commit to user

8

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Mensintesakan konsep perencanaan dan perancangan yang

merupakan hasil akhir dari analisis yang selanjutnya ditransformasikan

(20)

commit to user

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bagian ini membahas tentang ruang Publik, ruang terbuka hjau,kreativitas di ruang

public dan folding architecture serta presedennya terkait dengan ruang public.

A. RUANG PUBLIK

A.1. Pengertian Ruang Publik

Ruang publik adalah ruang dalam suatu kawasan yang di pakai masyarakat

penghuninya untuk melakukan kegiatan kontak publik ( Whyte dalam Carmona dkk.

2003)1. Ruang publik dapat berbentuk cluster maupun linier dalam ruang terbuka

maupun tertutup. Beberapa contoh ruang publik antara lain : plaza,square, atrium,

pedestrian.

A.2. Fungsi dan Peran Ruang Publik

Selain sebagai ruang bertemu, berinteraksi, serta wadah berkegiatan sosial

lainnya, ruang publik juga memiliki fungsi lain yang terkadang tidak disadari dan

akhirnya sering diabaikan. Padahal, manfaatnya dapat memberi keuntungan yang

dapat memajukan kualitas hidup masyarakat atau komunitas yang tinggal di sekitar

ruang publik tersebut. Salah satunya yaitu jika sebuah ruang publik dimanfaatkan,

dijaga, dan diatur secara kreatif sesungguhnya dapat menjadi bisnis yang

menguntungkan

Kemudian ada teori-teori mengenai kependudukan (citizenship) yang banyak

berkembang dalam mendefinisikan dan memahami peran sebuah ruang publik.

(21)

commit to user

10

Graham Murdock (1999) dalam Rights and Representations; public discourse and

cultural citizenship, in J. Gipsrud (ed) Television and Common Knowledge (London,

Routledge, hal. 11-12), mengemukakan sebuah teori dan mengidentifikasi apa yang ia

lihat sebagai empat hak yang timbul dari kehadiran sebuah ruang publik2:

· Hak mendapatkan informasi; menciptakan kemampuan untuk mengakses

informasi seluas-luasnya mengenai aktivitas akan meluaskan pilihan dalam

berkegiatan..

· Hak mendapatkan pengalaman; menyediakan akses untuk menyampaikan

representasi invidual maupun pengalaman sosial.

· Hak mendapatkan pengetahuan; Ruang publik harus menjamin akses

menuju ‘kunci perdebatan dan argumen’.

· Hak untuk berpartisipasi; mencakup kemampuan berbicara tentang hidup

dan aspirasi dan didengar oleh orang lain.

A.3. Karakteristik Ruang Publik

Menurut sifatnya, ruang publik terbagi menjadi dua3 :

· Ruang Publik Terbuka

Bentuk dasar ruang terbuka selalu terletak di luar massa bangunan.

Dapat dimanfaatkan dan dipergunakan oleh setiap orang Memberi kesempatan

untuk bermacam-macam kegiatan (multifungsi). Contoh ruang publik terbuka

antara lain : jalan, jalur pedestrian, taman lingkungan, plaza, lapangan olah

raga, taman kota, taman rekreasi, dan lain-lain.

2

http://www.liac.org.nz/cms/imagelibrary/100108.doc (Brian Pauling, The ‘Enclosing’ Public Space,2007)

3

(22)

commit to user

11

Ruang publik terbuka tentunya memiliki peran penting terhadap

perkembangan sosial masyarakatnya. Hadirnya suatu ruang publik akan

memberi dampak pada kehidupan sehari-hari warga yang menggunakannya

untuk berkegiatan.

Beberapa fungsi ruang terbuka yaitu4 :

o Fungsi sosial; sebagai tempat berkomunikasi atau bersosialisasi, tempat

bermain dan berolah raga, tempat untuk mendapatkan udara segar, tempat

menunggu kegiatan lain.

o Fungsi ekologis; untuk memperlunak arsitektur bangunan, menyerap air

hujan, pencegah banjir, menyegarkan udara, memperbaiki iklim mikro

dengan mereduksi panas dan polusi, memelihara dan menjaga

keseimbangan ekosistem.

· Ruang Publik Tertutup

Pengertian ruang publik tertutup tidak selamanya dapat didefinisikan

sama dengan pendefinisian ruang publik secara umum. Bangunan-bangunan

pemerintah seperti perpustakaan umum dan bangunan lain yang sejenis juga

termasuk ruang publik. Namun, tidak semua bangunan milik negara dapat

didefinisikan seperti itu. Beberapa taman, mal, ruang tunggu, dan lainnya

tutup ketika malam hari. Sehingga secara umum, terutama pada waktu

tertentu, tempat-tempat seperti itu tidak dapat dikatakan dapat digunakan

untuk kepentingan publik (public use)5.

4

Rob Krier, Urban Space (New York, 1979)

5

(23)

commit to user

12

Suatu ruang publik yang berhasil merupakan ruang publik yang responsif

terhadap kebutuhan penggunanya. Ruang publik yang dapat memenuhi kebutuhan

penggunanya cenderung hidup dan dimanfaatkan secara intensif. Menurut Roger

Trancik6, pada ruang publik yang merupakan hardscape (ruang buatan manusia), ada

tiga faktor yang penting dalam desainnya:

· Ketertutupan (sense of enclosure) ; faktor yang mendefnisikan batas dari

suatu ruang.

· Permukaan ; Faktor ini menjadi elemen estetika dalam suatu ruang atau

mempunyai fungsi tertentu.

· Focal point ; faktor yang memudahkan orientasi dan juga turut

mendefinisikan ruang.

Ruang publik yang baik mempunyai ciri-ciri dimana ruang tersebut hidup

digunakan secara intensif oleh penggunanya. Ruang tersebut tanggap terhadap

kebutuhan penggunanya sehingga termanfaatkan dengan baik. Ruang publik yang

baik seharusnya juga turut menciptakan partisipasi komunitas7. Partisipasi komunitas

menghubungkan komunitas dengan ruang publik, menciptakan rasa memiliki dan

akhirnya turut menunjang keberhasilanruang publik itu sendiri.

Ada beberapa sebab mengapa ruang publik tidak digunakan8, beberapa

diantaranya:

· Kekurangan tempat untuk duduk atau beristirahat

· Fasilitas yang tidak berfungsi

· Path yang ada tidak menuju daerah dimana orang mau menuju

· Dominasi oleh kendaraan

6

Trancik, Roger, Finding Lost Space : Theories of Urban Design, New York : Van Nostrand Reinhold,1986

7

Francis, Mark, Urban Open Space , Designing for User Needs, Washington : Island Press, 2003

8

(24)

commit to user

13

· Tembok kosong atau daerah mati disekitar place

· Perberhentian transit yang lokasinya tidak sesuai

· Tidak ada kegiatan apa apa disana

B. RUANG TERBUKA HIJAU

B.1 Pengertian Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka hijau adalah ruang yang didominasi oleh lingkungan alami di

luar maupun di dalam kota, dalam bentuk taman, halaman, areal rekreasi kota dan

jalur hijau (Trancik, 1986; 61)

Ruang-ruang di dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk

area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur yang dalam

penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan yang

berfungsi sebagai kawasan pertamanan kota, hutan kota, rekreasi kota, kegiatan Olah

Raga, pemakaman, pertanian, jalur hijau dan kawasan hijau pekarangan (Inmendagri

no.14/1988).

B.2. Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau

Klasifikasi ruang terbuka hijau berdasarkan pada kepentingan pengelolaannya

adalah sebagai berikut :

· Kawasan Hijau Pertamanan Kota, berupa sebidang tanah yang sekelilingnya

ditata secara teratur dan artistik, ditanami pohon pelindung, semak/perdu,

tanaman penutup tanah serta memiliki fungsi relaksasi.Termaktub dalam

(25)

commit to user

14

· Kawasan Hijau Hutan Kota, yaitu ruang terbuka hijau dengan fungsi utama

sebagai hutan raya.

· Kawasan Hijau Rekreasi Kota, sebagai sarana rekreasi dalam kota yang

memanfaatkan ruang terbuka hijau.

· Kawasan Hijau kegiatan Olahraga, tergolong ruang terbuka hijau area lapangan,

yaitu lapangan, lahan datar atau pelataran yang cukup luas. Bentuk dari ruang

terbuka ini yaitu lapangan olahraga, stadion, lintasan lari atau lapangan golf.

· Kawasan Hijau Pemakaman.

· Kawasan Hijau Pertanian, tergolong ruang terbuka hijau areal produktif, yaitu

lahan sawah dan tegalan yang masih ada di kota yang menghasilkan padi,

sayuran, palawija, tanaman hias dan buah-buahan.

· Kawasan Jalur Hijau, yang terdiri dari jalur hijau sepanjang jalan, taman di

persimpangan jalan, taman pulau jalan dan sejenisnya.

· Kawasan Hijau Pekarangan, yaitu halaman rumah di kawasan perumahan,

perkantoran, perdagangan dan kawasan industri.

Sementara klasifikasi RTH menurut Inmendagri No.14 tahun 1988,

yaitu: taman kota, lapangan olahraga, kawasan hutan kota, jalur hijau kota,

perkuburan, pekarangan, dan RTH produktif.

B.3. Fungsi Ruang Terbuka HIjau

Keberadaan ruang terbuka hijau (RTH)di setiap kota memiliki tiga

fungsi penting yaitu:

· Ekologis : dapat meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir,

(26)

commit to user

15

· sosial-ekonomi : untuk memberikan fungsi sebagai ruang interaksi sosial,

sarana rekreasi dan sebagai tetenger (landmark) kota

· evakuasi : berfungsi antara lain untuk tempat pengungsian saat terjadi

bencana

B.4. Karakteristik Ruang Terbuka Hijau

Menurut Stephen Carr dan kawan-kawan ada beberapa tipe ruang terbuka hijau. Tipe tersebut masing-masing mempunyai karakteristik yang

berbeda, yaitu:9

· Central park

Dibangun dan diatur sebagai bagian dari sistem ruang terbuka kota,

ruang terbuka untuk kepentingan seluruh kota, kadang dilokasikan dekat

dengan pusat kota.

· Downtown park

Taman hijau kota dengan rumput dan pohon berlokasi di daerah kota,

dapat berupa taman tradisional, historik atau baru.

· Commons

Daerah hijau luas, hanya daerah padang rumput untuk kegunaan umum

sekarang dipergunakan untuk kegiatan diwaktu luang.

· Neigborhood park

Ruang terbuka dibangun di lingkungan perumahan, dibangun dan

diatur sebagai bagian dari sistem ruang terbuka kota atau sebagai bagian dari

pembangunan perumahan baru, meliputi taman bermain, lapangan olahraga,

dll.

9 Carr et all,

(27)

commit to user

16

· Mini park

Taman kota yang kecil, diabatasi oleh bangunan, meliputi air mancur

atau elemen-elemen air sebagai pelengkap.

· Community park

Taman lingkungan yang dirancang, dibangun atau diatur oleh

penduduk lokal pada lahan kosong. Meliputi viewing garden, play area dan

community garden. Kadang kala di bangun di lahan privat, dan tidak secara

resmi dipandang sebagai bagian sistem ruang terbuka kota, bahkan mudah

diserang untuk ditiadakan oleh pengguna lain seperti pembangunan hunian

dan komersial.

· Greenways dan Parkways

Daerah alam dan ruang rekreasi yang dihubungkan oleh pedestrian dan

jalan sepeda.

Sedangkan menurut F.C van Rooden ruang terbuka hijau kota dapat disusun menurut

empat katergori penting atau hirarki tata ruang kota yang berbeda dalam dimensi, jarak

dan kemungkinan penggunanya, yaitu:10

· House block Greenspace

Daerah hijau dengan luasan 50-5000 m2 pada area maksimum 1-50 m dari rumah dan

terletak di lingkungan tempat tinggal.. Yang termasuk dalam kategori ini Communal

Gardens, taman bermain dan taman umum kecil.

· Quarter Greenspace

Daerah hijau dengan luas 5000 m2 – 4 ha terletak dalam radius 100-500 m dari

rumah. Yang termasuk kategori quarter park, lapangan olahraga dan taman umum

10

(28)

commit to user

17

yang lebih besar.

· District Greenspace

Daerah hijau dengan luasan sampai 8 ha sering di kunjungi orang karenanya terletak

dalam jarak yang dekat dengan lokasi pemukiman. Elemen-elemen terdiri dari

padang rumput untuk rekreasi umum, lapangan bermain, lapangan olahraga, taman

bunga dan mungkin juga disediakan restoran.

· Town Greenspace

Town park dikunjungi oleh warga kota dan kadang oleh penduduk yang berada di

kawasan pinggir kota. Biasanya merupakan daerah yang sangat luas, mecakup luasan

20-200 ha. Orang yang mengunjungi daerah ini biasanya melungkan waktu yang

lebih lama, biasanya setengah hari maupun seharian.

C. KEGIATAN KREATIF DI RUANG PUBLIK

Dari fungsinya, ruang publik merupakan ruang yang mampu menampung

kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan dan aktivitas bersama, umumnya dalam

ruangan terbuka, memungkinkan terjadinya pertemuan antarmanusia untuk saling

berinteraksi, melakukan kegiatan bersama-sama, dan sejumlah aktivitas lainnya.

Sebuah interaksi antar pengguna ruang public atau terhadap ruang public itu sendiri

memunculkan suatu proses kreatif. Menurut Utami Munandar (1999)11 salah satu

factor terjadinya proses kreatif yaitu factor pendorong (press) yang dapat berasal dari

diri sendiri maupun lingkungan. Lingkungan yang dimaksud disini adalah ruang

public yang mampu menginspirasi dan menstimulus penggunanya untuk melakukan

hal yang produktif dalam suatu proses kreatif. Namun tidak semua ruang public tidak

dapat di gunakan sebagai tempat proses pembentukan produktivitas atau ide-ide

kreatif masyarakat.

11

(29)

commit to user

18

Menurut Adi Panuntun12, salah satu pelopor atau penggagas lahirnya kawasan

Kota Tua sebagai sebuah ruang kreatif bagi masyarakat Jakarta, ruang kreatif tidak

sebatas pemaknaan pada ruang publik, melainkan lebih pada pemaknaan atas sebuah

ruang publik.

Ruang publik harus mampu merangsang proses-proses pembentukan

produktivitas atau ide-ide kreatif masyarakat yang berinteraksi di dalam ruang-ruang

kreatif tersebut. Sebuah ruang publik, lanjut Adi, setidaknya harus memiliki sejumlah

kriteria, yakni kemampuan ruang atau kawasan tersebut berkarya dan mampu

mengilhami atau menginspirasi lahirnya sebuah gagasan atau ide-ide kreativitas baru.

Selain itu, ruang kreatif tersebut mampu menjadi tempat dipamerkannya hasil-hasil

karya kreatif sehingga mendapatkan apresiasi langsung dari masyarakat.Contohnya

taman Suropati digunakan akan sebagai tempat berkumpul untuk berlatih music, dan

kawasan Kota Tua yang digunakan objek foto bagi para fotografer.

Beberapa waktu lalu di Taman Museum Fatahillah diadakan sebuah acara

pemutaran video 3d . Malam itu, fasade Museum Fatahillah disulap menjadi big

screen dari pemutaran video 3D. Ini disebut Video Mapping. Tujuan utama acara ini

tak lain adalah untuk mengusung misi Pemprov DKI merevitalisasi Kawasan Kota

12

http://bataviase.co.id/node/138273 Gambar 2.1 Hunting foto di Kota Tua.

Sumber : google.com

Gambar 2.2

(30)

commit to user

19

Tua sebagai kawasan industri kreatif. Pertunjukan yang baru pertama kali

dipertunjukkan di Indonesia ini terselenggara atas kerja sama Pemprov DKI Jakarta

dengan British Council dan Kamar Dagang dan Industri (KADIN). Harapannya ialah

semakin banyak ruang kreatif di ruang publik Jakarta. Sesuai dengan program

Pemprov DKI Kota Kreatif Jakarta Punya yang mencoba menjadikan kota Jakarta

sebagai kota kreatif seperti kota Liverpool.

D. FOLDING ARCHITECTURE

D.1 Sejarah singkat Folding Architecture

Isu tentang folding architecture berawal dari tulisan Greg Lynn pada

Architectural Design: Folding In Architecture pada tahun 1993. Tulisan ini didasarkan

pada beberapa esay dan proyek oleh beberapa grup arsitek yang mencari logika

formal alternatif hingga kontradiktif tentang dekontruksi. Greg Lynn dalam esainya

yang berjudul Architectural Curvilineary – The Folded, The Pliant and The Supple13

mengungkapkan pendapatnya. Folding merupakan sebuah respon penemuan arsitektur

terhadap kompleksitas, perbedaan, serta keragaman antara konteks formal dengan

kultural. Secara etimologi, folding dihubungkan dengan ‘pliancy’ (sesuatu yang liat),

dan secara umum, arsitektur dari ‘the fold’ dihubungkan dengan teori kulinari

Selain tu, Peter Eisenman pun mengungkapkan pendapatnya mengenai

folding14. Menurutnya , the fold bukan hanya sebuah penggerak formal, tetapi juga

cara untuk unfolding lingkungan social baru dari yang telah ada sebelumnya. The fold

berfungsi sebagai pembatas dari gerakan social, cultural, ekonomi dan fisik untuk

menghasilkan interaksi antara struktur yang meliputinya terhadap lingkungannya.

13

Greg Lynn, “Architecture Curvilinearity, the Folded, the Pliant and the Supple”, Folding in Architecture, Architectural Design Ed. Rev. 2004

14

(31)

commit to user

20

Pengaruh yang ditimbulkan folding adalah pengintegrasian segala perbedaan,

kekompleksitasan serta perpecahan yang ada, baik dalam hal kontekstual maupun

secara konseptual.

D.2. Folding sebagai metode generatif dalam desain arsitektur

“Folding as a gemeratif process in architectural design is essentially

expremental agnostic, non-linear and bottom up’15 . Folding berpotensi menghasilkan

ruang yang dapat digunakan sebagai strategi yang generatif untuk mengantarkan

kepada tren baru pada struktur organisasi yang ada. Sequence dalam proses

transformasi generatif mempengaruhi hasil dari obyek yang dirancang.

Berdasarkan kedinamisan bentuk serta kefleksibelannya, fungsi dari folding

tersebut dapat diartikan sebagai generator perancangan dengan fase-fase transisi.

Empat fase perancangan tersebut adalah:

a. Materi dan Fungsi

Kertas digunakan sebagai alat untuk melakukan metode ini karena

mudah dilipat sehingga lebih bermassa dan dapat berdiri dengan

strukturnya sendiri. Transformasi selembar kertas ke dalam keadaan yang

lebih bermassa, melalui sebuah perlakuan dan mempertahankan kesatuan

dari material tersebut.Perlakuan tersebut bersifat intuitif,

melipat/membuka, menekan, meremas,melipit, merobek, memutar,

memuntir, menarik, membungkus, melilit, menusuk,menggantung,

memampatkan, mengikat, dan lain sebagainya. Transformasi tersebut

disebut juga sebagai diagram dalam usaha pengaktualisasian bentuk.

15

(32)

commit to user

21

b. Algoritme

Sebagai materi yang dinamis, kertas memiliki potensi untuk

dieksplorasi. Sehabis diberikan perlakuan, materi ini juga memperlihatkan

suatu bekas dan bekasnya itu merupakan sebuah hasil pemetaan dari proses

yang telah dilakukan. Perlakuan yang repetitif pada pelipatan kertas

memberikan suatu tanda dari respon yang intuitif ke dalam teknik utama,

seperti: triangulas,melipat dengan tingkatan bersusun, melipat pada lipatan,

membentuk pola seperti carikan, kurva-kurva spline, spiral, dan

berkelok-kelok16. Transformasi generatif pada kertas lipat dapat disusun dalam

sebuah sequence dan sangat bergantung pada kesuksesan dalam proses

hasil transformasi. Sequence generatif, beragam teknik, pembukaan lipatan,

pemetaan transformasi, rencana yang terarah dan penerapannya dilakukan

sebagai definisi dari algoritma pada kertas lipat. Pengulangan ini menjadi

dokumentasi dan membutuhkan notasi sebagai kelengkapan instruksi

dengan waktu sebagai variabelnya.

16

Sophia Vyzoviti, 2003, Folding Architecture: Spatial Structural and Organizational Diagrams, BIS Publishers, hal:9 Gambar 2.3

Proses transformasi folding.

(33)

commit to user

22

c. Diagram Spasial, Struktural, dan Organisasional

Selama proses transformasi terdapat ruang-ruang yang kemudian

muncul akibat penambahan volume pada kertas. Pemetaan pada pelipatan

kertas sebagai sebuah diagram spasial membutuhkan suatu abstraksi dari

hubungan spasialnya. Hal-hal yang berkaitan dengan topologi sangat

krusial untuk menggambarkan kemunculan/keberadaan ruang sebagai hasil

dari pelipatan kertas; proximity (kedekatan); separation (pemisahan);

spatial succesion (pergantian spasial); enclosured (pembatasan); serta

contiguity (keterhubungan)17. Tahap ini dimaksudkan untuk mengamati dan

membentuk ruang diantara lipatan sebagai ruang yang aktual. Bukan hanya

17

Sophia Vyzoviti, 2003, Folding Architecture: Spatial Structural and Organizational Diagrams, BIS Publishers, hal:10 Gambar 2.4

Algoritma dalam folding

(34)

commit to user

23

sebagai ruang virtual yang nantinya akan terbangun ataupun bentukan

geometris yang abstrak, namun lebih ke bagaimana mengakomodasi ruang

dalam program-progam yang diinginkan. Sebuah ruang yang halus, yang

nantinya akan dapat diperhitungkan lebih lanjut.

d. Protipe Arsitektur

Dalam desain yang dikembangkan melalui proses folding,

obyek bukan hal utama yang harus diraih. Namun, bagaimana caranya kita

tahu dan mengenal suatu cara, material, serta mengembangkan proses

pencarian spasial, struktural, dan pengorganisasian suatu desain menuju

sebuah hasil akhir keterbangunan.

Tahap ini dimaksudkan untuk menyertakan kelengkapan arsitektural

ke dalam diagram yang mengenalkan material, program, serta konteksnya.

Kemudian kelengkapan arsitektural tersebut dapat kita kenal sebagai

diagram spasial, struktural, atau organisasional, dan proses ini pun nantinya

dapat dijadikan sebagai strategi dalam mengatur kekompleksitasan dengan

mengintegrasikan elemen-elemen yang terbagi-bagi ke dalam suatu Gambar 2.5 Hubungan ruang akibat pelipatan

Sumber : Sophia Vyzoviti, 2003, Folding Architecture: Spatial Structural and Organizational Diagrams, BIS Publishers,

(35)

commit to user

24

kesinambungan.

Proses folding pun tidak sama satu dengan yang lainnya. Dengan jenis

perlakuan yang sama, hasil bentuk akhir dari sebuah objek akan berbeda. Begitupun Gambar 2.6

Diagram spasial,structural dan organisasional dari proses folding Sumber : Sophia Vyzoviti, 2003, Folding Architecture: Spatial Structural

(36)

commit to user

25

dengan pertukaran tahap pengerjaannya, obyek yang akan dihasilkan juga akan

berbeda. Intuisi sangat diandalkan dalam pengerjaannya.

Folding dapat dikaitkan terhadap arsitektur. Folding memperhatikan

keterhubungan obyek terhadap konteksnya, baik terhadap site atau kondisi sekitarnya.

Selain itu, Folding memperhatikan juga kesatuan antara obyek yang terbangun

terhadap hal- hal yang ingin diakomodasinya, seperti kesatuan antara pengunjung

dengan program yang dihasilkan.

E. PRESEDEN

E.1. Yokohama Port Terminal

Yokohama Port Terminal dirancang oleh Foreign Office Architect pada tahun

1995 dan digunakan untuk umum pada tahun 2002, dengan konsepnya yang brilian

yaitu dengan menggunakan self-supporting steel structure yang dibangun seperti

sebuah kapal laut, yang mana mampu mengintegrasikan antara penumpang/pengguna

terminal dengan kumpulan komunitas publik dalam satu kesatuan.

Foreign Office Architects mencoba menghasilkan bentuk baru dalam dunia

arsitektur. Pada Yokohama Port Terminal, arsitektur yang dihasilkan adalah dengan

bentukan yang naik dan bergelombang dari permukaan tanah, dan kemudian berubah

dengan membengkokannya dengan puntiran-puntiran halus seperti operasi plastik

diatas permukaan bumi. Building become landscape and landscape building,man and

nature in one indivisible embrace.

Foreign Office Architects mencoba menghasilkan bentuk baru dalam dunia

arsitektur. Pada Yokohama Port Terminal, arsitektur yang dihasilkan adalah dengan

(37)

commit to user

26

dengan membengkokannya dengan puntiran-puntiran halus seperti operasi plastik

diatas permukaan bumi. Building become landscape and landscape building,man and

nature in one indivisible embrace.

Pada bangunan ini, FOA berusaha untuk menjalin antara ruang dan

permukaan, mencoba keduanya dapat mengalir dengan halus dari bangunan ke bagian

lainnya. Artikulasi yang dihasilkan dari sistem sirkulasi dengan menggunakan sistem

folding ini menghasilkan dua kualitas spasial yang berbeda, yaitu kontinuitas antara

eksterior dengan interiornya, serta kontinuitas antara perbedaan ketinggian pada

bangunan ini.

Preseden ini dapat di gunakan sebagai rujukan bagaimana mengintegrasikan

dua hal menjadi satu yaitu mengintegrasikan ruang public kreatif dengan ruang

terbuka hijau. Caranya dengan menjalin ruang dan permukaan sehingga menghasilkan

kontinuitas antara exterior dan interior serta sirkulasi yang kontinu untuk Gambar 2.7

Eksterior dan Interior Yokohama Port terminal Sumber :

(38)

commit to user

27

mengakomodasi fungsi olohraga yaitu sebagai jogging track.

E.2. Agora Theatre

Agora Theatre berlokasi di area Agoraweg, Lelystad, Netherland pada area

seluas 2.925 meter persegi. Luas bangunannya sendiri adalah 7.000 meter persegi,

dirancang oleh UN Studio. Alokasi program utama pada bangunan ini adalah teater

dengan dua buah aula dan sebuah ruangan multifungsi. Program lain yang

diakomodasi adalah restoran dan bar.

Desain dari teater ini mengeksplor integritas antara teater seni dengan media

baru terhadap bentuk-bentuk sculpture. Pada teater ini, drama dan penampilan tidak

harus dilakukan di atas panggung ataupun pada sore hari, tetapi dibebaskan pada

urban experience. Arsitek utama dari bangunan ini adalah Ben Van Berkel dan Gerard

Loozekkot. Mereka mendapatkan bentuk dari teater ini dengan mengintegrasikan

konsep teater sebagai tempat untuk pergerakan, bermain, beratraksi terhadap struktur

bangunan tersebut, yang merepresentasikan selimut luar yang unik, garis-garis tegas

dan kaku, pencahayaan yang inovatif, dan penggunaan warna yang menarik.

Pada bangunan ini, kontinuitas dilihat dari bagaimana bangunan itu dapat

berdiri.Tiap elemen-elemen permukaan yang membentuk kulit bangunan terbentuk

atas potongan-potongan yang disambung menjadi satu sehingga terlihat menjadi satu

bagian utuh. Bangunan ini pun terlihat seolah-olah ditanam pada sitenya.

Preseden ini dapat di gunakan sebagai rujukan bagaimana ruang public dapat

digunakan sebagai tempat bermain maupun kanvas bagi proses kreatif di ruang public

kreatif. Bentukan dan warna yang atraktif dapat menjadi inspirasi bagi para

(39)

commit to user

28

E.3. Minicity Theme Park Building Antalya

Bangunan ini berlokasi di Istanbul, Turkey dirancang oleh arsitek Emre

Arolat. Masalah utama dari desain ini adalah dikotomi antara ruang luar dan ruang

dalam yang timbul atas permintaan klien, ketika hubungan antara representasi dan

realitas menjadi masalah yaitu ketika taman sebagai perhatian yang utama bagi

pengunjung dan menjadikannya monument landmark, dan disisi lain model yang

dipamerkan didalam tidak dapat terlihat dari luar. Sebuah muka bangunan yang

memanjang disisi selatan memisahkan taman agar tidak terlihat dari area public.

Dinding belakang area dalam ruangan, yang kadang-kadang menjadi teras

dengan menjadi robek di beberapa tempat, memungkinkan permeabilitas visual.

Cabang pada samping barat terlepas dari tanah. Tempat dimana interior dan exterior

terbagi dan tidak terbagi.

Preseden ini dapat di gunakan sebagai rujukan bagaimana sebuah ruang luar

dan ruang dalam dapat terjalin menjadi satu. Dimana terlihat kontinuitas antara ruang Gambar 2.8

Eksterior dan Interior Agora theatre

(40)

commit to user

29

public kreatif dengan kondisi sekitarnya.

F. HUBUNGAN RUANG PUBLIK KREATIF,FOLDING ARSITEKTUR, DAN KOTA JAKARTA

Folding arsitektur sebagai salah satu metode desain dalam arsitektur

digunakan untuk mengakomodir tuntutan desain sebuah ruang public kreatif di Jakarta

karena:

· Menurut Eisenman folding berfungsi sebagai pembatas bagi gerakan social,

cultural, ekonomi dan fisik menghasilkan interaksi antara struktur yang

meliputinya terhadap lingkungannya, Hal ini dapat di hubungkan dengan

masyarakat Jakarta yang multicultural dan dinamis. Latar belakang pengguna Gambar 2.9

Eksterior dan Interior Minicity Theme Park Building Antalya Sumber :

(41)

commit to user

30

ruang public kreatif di batasi namun tetap menghasilkan interaksi antara pengguna

yaitu kegiatan kreatif.

· Pengaruh folding arsitektur adalah pengintegrasian segala perbedaan,

kekomplesitasan serta perpecahan yang ada baik dalam hal kontekstual maupun

secara konseptual. Perbedaan yang dimaksud adalah tujuan pengguna untuk datang

ke ruang public kreatif dan macam kegiatan yang diwadahi dalam ruang public

tersebut namun tetap dalam satu kegiatan utama yaitu kegiatan kreatif.

· Folding arsitektur digunakan untuk mengatasi keterbatasan lahan di Jakarta, Ruang

public kreatif dan Ruang terbuka hijau di integrasikan menjadi satu dengan

menjalin ruang dan permukaan.Mencoba mengalirkan keduanya secara halus dari

bangunan (fasilitas ruang public kreatif) ke bagian lainnya (taman dan

plaza/square).

· Folding arsitektur dapat dikategorikan sebagai prakarya arsitektur, ini sesuai

dengan sesuatu yang dihasilkan dari sebuah proses kreatif yaitu produk kreatif.

· Folding arsitektur bersifat experimental sehingga menghasilkan bentuk-bentuk

arsitektural yang baru dan tidak biasa. Bentukan ruang public kreatif yang tidak

biasa ini dapat menginspirasi penggunanya untuk melahirkan gagasan atau ide-ide

kreatif.

RESUME:

RUANG PUBLIK

· Ruang publik adalah ruang dalam suatu kawasan yang di pakai masyarakat

penghuninya untuk melakukan kegiatan kontak public, Contohnya yaitu

plaza,square, atrium, pedestrian.

· Selain sebagai tempat berkumpul ruang public juga memliki keuntungan bisnis

(42)

commit to user

31

· Ruang public di bagi menjadi dua yaitu rruang public terbuka dan tertutup.

· Faktor penting dalam desain ruang public adalah ketertutupan, permukaan dan

focal point.

· Ada beberapa sebab mengapa ruang public tidak digunakan yaitu path yg tidak

baik, dominasi oleh kendaraan, tidak ada kegiatan apa-apa disana, dan fasilitas

yang tidak berfungsi.

RUANG TERBUKA HIJAU

· Ruang terbuka hijau (RTH) adalah ruang yang didominasi oleh lingkungan alami

di luar maupun di dalam kota, dalam bentuk taman, halaman, areal rekreasi kota

dan jalur hijau.

· Menurut kepentingan pengelolaannya RTH terbagi atas kawasan hijau

pertamanan kota,hutan kota,rekreasi kota,kegiatan

olahraga,pemakaman,pertanian, jalur hijau dan pekarangan

· RTH memiliki tiga fungsi penting yaitu fungsi ekologis,social-ekonomi, dan

evakuasi.

· Menurut karakteristiknya RTH terdiri dari central park, downtown park,

commons,neighborhood park, mini park, community park, greenways dan

parkways.

KEGIATAN KREATIF DI RUANG PUBLIK

· Ruang public dapat memunculkan proses kreatif bagi penggunanya dan factor

yang mempengaruhi proses kreatif yaitu press yang berkaitan dengan lingkungan

ruang public.

· Ruang kreatif tidak sebatas pemaknaan pada ruang public, melainkan lebih pada

(43)

commit to user

32

· Ruang public kreatif harus mampu menginspirasi penggunanya, menjadi tempat

dipamerkannya karya sehingga mendapatkan apresiasi langsung dari masyarakat.

FOLDING ARSITEKTUR

· Isu tentang folding arsitektur berawal dari tulisa Greg Lyn pada Architectural

Design: Folding in Architecture pada tahun 1993

· Pengaruh yang ditimbulkan folding adalah pengintegrasian segala perbedaan,

kekompleksitasan serta perpecahan yang ada, baik dalam hal kontekstual maupun

secara konseptual.

· Folding arsitektur terdiri dari empat fase transisi yaitu materi dan fungsi,

algoritme, diagram spasial, structural dan organisasional dan prototype arsitektur.

· Materi dan fungsi terkait proses pelipatan kertas yang digunakan sebagai media

folding.

· Algoritme terkait dengan tahap-tahap pelipatan dengan waktu sebagai

variabelnya.

· Diagram spasial,structural dan organisasional terkait dengan ruang yang

terbentuk akibat pelipatan dan hubungannya dengan ruang lainnya.

· Prototype arsitektur terkait dengan diagram yang mengenalakan material,

program serta konteksnya yang digunakan sebagai strategi dalam mengatur

kekompleksitasan dengan mengintegrasikan elemen-elemen yang terbagi-bagi ke

(44)

commit to user

33 BAB 1II

LOKASI PERANCANGAN

A. TINJAUAN KOTA JAKARTA SEBAGAI LOKASI PERANCANGAN

A.1. Keadaan Geografis dan Klimatologis

Luas wilayah DKI

Jakarta 662.33 km2

termasuk wilayah daratan

Kepulauan Seribu yang

tersebar di Teluk Jakarta.

Wilayah Jakarta terletak

pada 60 12’ Lintang selatan

dan 1060 48’ Bujur Timur.

Dilihat dari keadaan topografi, pada dasarnya wilayah DKI Jakarta dapat

dikategorikan sebagai daerah datar. Seluruh daratan terdiri dari endapan pleistocene,

dimana permukaannya terdapat pada +50 meter di bawah permukaan tanah yang ada.

Kekuatan tanah di wilayah DKI Jakarta mengikuti pola yang sama, dimana

pencapaian lapisan tanah keras (untuk tujuan pembangunan) di wilayah bagian utara

baru terdapat pada kedalaman 10–25 meter. Sedangkan makin ke selatan permukaan

tanah keras semakin dangkal, sekitar 8–15 meter. Wilayah Jakarta dilewati oleh

sungai-sungai baik alami maupun buatan, dan dilalui oleh angin musim barat dan

angin musim timur sesuai dengan pergantian musim tahunan.

(45)

commit to user

34 A.2 Batasan dan Potensi Kota Jakarta

Batas wilayah kota DKI Jakarta adalah:

Sebeleah selatan : Kabupaten Bogor, Depok

Sebelah utara : Laut Jawa

Sebelah barat : Kabupaten Tangerang

Sebelah timur : Kabupaten Bekasi

Kota Jakarta mempunyai potensi yang cukup besar dalam bidang budaya,

pariwisata dan perdagangan, dan secara umum potensi kota Jakarta saat ini

digambarkan sebagai berikut:

1. Sosio Kependudukan

Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang begitu pesat, yang diikuti

pula dengan adanya pertumbuhan ekonomi dan bisnis yang semakin maju, maka

pendapatan perkapita masyarakat akan meningkat.

Jakarta sebagai pusat segala macam kegiatan, baik yang berskala nasional,

regional maupun lokal, tidak terlepas dari hal tersebut. Jakarta mempunyai tingkat

laju pertumbuhan penduduk terhitung antara tahun 2000-2010 sebesar 1,4 persen

serta pertumbuhan ekonomi dan bisnis sebesar 6,5 persen pada tahun 2010 dan 6,7

persen dari tahun 2010 saja1. Semakin maju tingkat kehidupan masyarakat, maka

mereka semakin menuntut adanya kelengkapan pada fasilitas untuk memenuhi

aktivitas kehidupan sehari-hari, seperti kebutuhan fasilitas informasi, transportasi,

hiburan, rekreasi, dan sebagainya. Sementara semakin maju tingkat kehidupannya

semakin besar pula tuntutan akan fasilitas-fasilitas tersebut.

(46)

commit to user

35 2. Sosial dan Budaya

Jakarta dengan masyarakat yang multicultural memiliki potensi akan hal

keberagaman budaya. Berbagai macam komunitas muncul di kota Jakarta seperti

komunitas seni Salihara dan Utan Kayu, komunitas urban sejenis Parkour,Fixie,

dan skateboard di Gelora Bung Karno dan Komunitas music di taman Suropati dan

Kemayoran. Komunitas-komunitas ini merupakan potensi kreatif dari kota Jakarta

dan memberikan warna tersendiri bagi kehidupan warga Jakarta. Baru-baru ini kota

Jakarta menyelenggarakan sebuah acara yang bertajuk Jakarta Biennale: Maximum

City. Acara ini merupakan sebuah merupakan sebuah respon dari

komunitas-komunitas yang ada di Jakarta terutama komunitas-komunitas seni tentang kota Jakarta yang

mereka ungkapkan dalam sebuah karya yang ditampilkan dalam ruang-ruang

public di kota Jakarta seperti di taman Ayodya,taman Menteng, dan bundaran HI.

Pada tahun 2010 lalu Pemprov DKI Jakarta mencanangkan suatu program

yaitu “Kota Kreatif Jakarta Punya”. Program ini bertujuan untuk menambah ruang

kreatif di ruang-ruang public Jakarta. Selain itu program ini juga membuka

wawasan warga Jakarta tentang ruang kreatif yaitu mengajak warga Jakarta bahwa

kreatif itu penting dan menampilkan karya tidak harus di panggung konvensional

yang selama ini kita kenal.

3. Sarana dan Prasarana

Sebagian besar penyediaan prasarana dasar kota saat ini belum mampu

menjangkau seluruh wilayah kota. Kebutuhan akan listrik telah cukup mampu

menjangkau seluruh wilayah kota. Saat ini telah dilakukan penambahan kapasitas

dan peningkatan pelayanan dengan bantuan pemerintah dan pihak luar. Sementara

dari segitransportasi, akses menuju beberapa bagian utama kota sudah dapat

(47)

commit to user

36 A.3 Rencana Pemanfaatan Ruang Kota Jakarta

Di dalam wilayah DKI Jakarta dilakukan pembagian wilayah untuk

pengembangan kota dan kepulauan sebagai zona-zona perencanaan. Berdasarkan

analisa mengenai kondisi alam, antara lain sosial dan ekonomi penduduk, serta

dengan memperhatikan pula aspek batas-batas wilayah kecamatan maupun kelurahan

yang ada, maka wilayah DKI Jakarta dibagi menjadi 3 Wilayah Pengembangan (WP)

utama, yaitu2 :

a. Wilayah Pengembangan (WP) Utara terdiri atas:

1. WP Kepulauan Seribu (WP-KS), dengan kebijakan meningkatkan

kegiatan pariwisata, kualitas kehidupan masyarakat nelayan.

2. WP Pantai Utara (WP-PU), dengan kebijakan meliputi:

a) Pantai Lama :

1) Meningkatkan dan melestarikan kualitas lingkungan Jakarta

Utara

2) Mempertahankan permukiman nelayan

3) Mengembangkan fungsi pelabuhan dan perniagaan

b) Pantai Baru: melalui pengembangan reklamasi yang terpisah secara

fisik dari pantai lama dengan kegiatan utama jasa dan perdagangan

berskala internasional, perumahan, pelabuhan serta pariwisata.

b. Wilayah Pengembangan (WP) Tengah terdiri dari :

1. WP Tengah Pusat (WP-TP), dengan kebijakan pengembangan yang

diarahkan untuk pusat pemerintahan, pusat kegiatan perdagangan dan

jasa serta permukiman intensitas tinggi.

(48)

commit to user

37 2. WP Tengah Barat (WP-TB) dengan kebijakan pengembangan untuk

permukiman yang ditunjang dengan pengembangan Sentra Primer

Baru Barat.

3. WP Tengah Timur (WP-TT), dengan kebijakan pengembangan untuk

pusat industry/pergudangan serta permukiman yang ditunjang dengan

pengembangan Sentre Primer Baru Timur.

c. Wilayah Pengembangan (WP) Selatan terdiri atas:

1. WP Selatan Utara (WP-SU) dengan kebijakan untuk pengembangan

kawasan permukiman dengan intensitas ruang sedang sampai tinggi.

2. WP Selatan Selatan (WP-SS) dengan kebijakan pengembangan

permukiman secara terbatas dengan penerapan Koefisien Dasar

Bangunan rendah untuk mempertahankan fungsinya sebagai kawasan

resapan air.

A.4 Regulasi Kebutuhan Fasilitas Umum di Kota Jakarta

Rencana distribusi fasilitas umum merupakan arahan tingkat/hierarki pelayanan

setiap jenis kegiatan kota yang secara khusus dicerminkan dalam besaran radius

pelayanan, ruang kota, maupun dalam wilayah pelayanan yang lebih luas, sedangkan

rencana pengalokasian fasilitas pelayanan secara bertahap diarahkan pada pusat-pusat

lingkungan sesuai dengan hierarki pelayanan.

Dasar pertimbangan penyusunan distribusi fasilitas umum adalah:

· Penduduk sebagai subyek dan obyek pelayanan kegiatan kota

· Aspek kependudukan yang dipertimbangkan meliputi jumlah, distribusi dan

(49)

commit to user

38 · Skala pelayanan kegiatan kota, menyangkut pengaturan hierarki pelayanan setiap

kegiatan

· Lokasi yang berkaitan dengan pengalokasian fasilitas berdasarkan pertimbangan

radius pelayanan dalam ruang kota secara keseluruhan

Rencana pengembangan kawasan bangunan fasilitas umum di DKI Jakarta

ditentukan sebagai berikut:

· Mengembangkan fasilitas perdagangan terutama untuk pasar tradisional sesuai

kebutuhan dan jangkauan pelayanannya

· Mengembangkan kawasan multifungsional bertaraf internasional secara terpadu di

kawasan ekonomi prospektif. Pengembangan terbesar meliputi Kawasan Niaga

Terpadu Sudirman, Kawasan Segitiga Kuningan dan Casablanca

· Membatasi pengembangan perkantoran, perdagangan, dan jasa di sepanjang jalan

arteri di luar kawasan ekonomi prospektif

· Prosentase luas kawasan bangunan umum disesuaikan dengan kebutuhan dan

rencana pengembangan Setiap Wilayah Pengembangan (SWP) dan wilayah

Kotamadya yang telah ditentukan, seperti misalnya pada wilayah Kotamadya

Jakarta Selatan, ditargetkan pengembangan bangunan fasilitas umum sebesar

1,69% dari luas DKI Jakarta

A.5 Kebijakan ruang public Jakarta

Berdasarkan rencana tata ruang wilayah DKI Jakarta 2030 kebijakan tentang

ruang public disusun untuk mewujudkan budaya kota yang tertata dan terkendali

(50)

commit to user

39 · Menyediakan fasilitas yang memadai dan layak secara fungsional dan

estetika.

· Mengembangkan proporsi yang seimbang antara massa bangunan dengan

ruang public.

· Sesuai dengan prinsip pengembangan Traffic Oriented Develepment

(TOD) yaitu pendekatan desain dengan mengutamakan kenyamanan

kehidupan pada ruang public dan pusat lingkungan serta

mempertahankan ruang terbuka hijau.

A.6 Kebijakan ruang terbuka hijau Jakarta

Kebijakan tentang RTH Jakarta tecantum dalam rencana tata ruang wilayah Jakarta 2030 yaitu:

· Meningkatkan kuantitas dan kualitas RTH serta mempertahankan

ketersediaan RTH yang ada.

· Memfungsikan kembali ruang dan kawasan yang berpotensi dan/atau

peruntukan sebagai RTH.

· Menerapkan inovasi penyediaan RTH budi daya.

· Melibatkan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan dunia usaha

dalam penyediaan, peningkatan kualitas, dan pemeliharaan RTH privat

dan public.

· Mengembangkan RTH privat melalui peningkatan peranserta masyarakat

di lahan halaman rumah,kebon,halaman kantor,gedung, dan industry

(51)

commit to user

40 B. JAKARTA SEBAGAI LOKASI RUANG PUBLIK KREATIF

B.1 Latar Belakang Pemilihan Lokasi Site

Jakarta dengan arealnya yang luas dan sebagai pusat pemerintahan dan

perekonomian, lebih menerima segala perbedaan juga akses dalam pencapaian segala

fasilitas lebih mudah dibanding kota lain. Tersedianya sarana dan prasarana

menempatkan Ruang Publik Kreatif di Jakarta, namun sebagai fungsinya sebagai ruang

public dan ruang kreatif, ada beberapa alasan lain:

· Banyaknya komunitas yang ada di Jakarta dan memerlukan tempat untuk

mengekspresikan kreatifitasnya

· Mengubah paradigma bahwa Mall bukanlah ruang public.

· Mewujudkan mimpi kota yang baik yaitu kota yang mampu mengajak

masyarakatnya untuk berkegiatan diluar rumah.

B.2 Proses Pemlihan Site

Tujuan dari pemilihan site ini adalah untuk mendapatkan lokasi terbaik dan ideal

bagi berdirinya Ruang Publik Kreatif dengan beberapa dasar pertimbangan yang antara

lain:

· Persyaratan fisik tentang ruang public dan sarana pameran dan pertunjukan

· Sesuai dengan rencana pemanfaatan ruang kota Jakarta

· Dekat dengn pemukiman

Gambar

   Gambar 2.1
Gambar 2.3 Proses  transformasi folding.
   Gambar 2.6  Diagram spasial,structural dan organisasional dari proses folding
Gambar 2.7 Eksterior dan Interior Yokohama Port terminal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari analisa kebisingan ini adalah untuk mereduksi tingkat kebisingan yang berasal dari luar site dengan tujuan mendapatkan kenyamanan di dalam bangunan,

Keberadaan monumen dan patung di ruang publik Kota Jakarta terbilang cukup banyak, terutama yang mempunyai nilai sejarah bangsa, peristiwa nasional, dan tokoh pahlawan, namun

Penegasan bentuk “tidak biasa” Zona Ekspresi Entrance Utama Zona Rekreatif Zona Edukasi... Konsep Ruang pada

Zonasi ruang pada rumah tinggal di Kawasan Pecinan Kota Batu yang banyak ditemukan adalah zona publik pada bagian depan, kemudian zona semi publik yang

Gambar 42: Eksisting Tapak Studio Pengembangan Mobile Game di Yogyakarta

Pembagian zona di dalam tapak dikelompokkan menjadi: (a) Zona atau area publik (public area) yaitu area yang dapat diakses oleh masyarakat umum yang ingin

Sistem struktur yang nantinya digunakan adalah sistem kolom balok yang disesuaikan bentuknya dengan tampilan bangunan, jadinya nantinya struktur kolom balok yang akan diterapkan

70 Konsep Penataan Ruang Publik Area Gapura Kelurahan Curug Kota Bogor Di sebelah utara tapak direncanakan terdistribusi aktivitas-aktivitas fungsi pelayanan, kebersihan dan keamanan..