• Tidak ada hasil yang ditemukan

Plagiarism Checker X - Report

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Plagiarism Checker X - Report"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Plagiarism Checker X - Report

Originality Assessment

Overall Similarity:

21%

Date: Dec 11, 2020

Statistics: 1465 words Plagiarized / 6910 Total words

(2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Pertumbuhan ekonomi yang pesat di kota besar dan kota sedang seringkali menimbulkan masalah-masalah baru dalam menata perkotaan yang terkait dengan penyediaan sarana prasarana. Masalah baru tersebutsalah satunya adalahmeningkatnya jumlah volume sampahyang berdampak padaperlunya pengelolaan yang berkelanjutan.Bila dilihat dari sistem pengelolaan persampahan yang diterapkan, pada umumnya berbagaikota di Indonesiamasih menggunakan paradigma lama yaitu kumpul - angkut - buang. Penerapan paradigma lama pada saat ini berdampak negatif, hal ini menyebabkan sampah tidak dikelola dan belum adanya upaya pengurangan timbulan sampah. Akibatnya, tempat pemrosesan akhir sampah (TPA) menjadi cepatpenuh.

Untukmencarilahanbaruuntuklahanurug(landfill)sangatsulit dan terkendala atau ditolak olehmasyarakat setempat (Dinas PUPR 2013).Penanganan pengolahan sampah

membutuhkan suatu pengaturan/ manajemen yang baik sebagai usaha untuk mengatasi permasalahan yang ada. Permasalahan ini terjadi karena keterbatasan dana yang dimiliki pemerintah daerahdalam membiayai pengolahan sampah serta keterbatasan armada dan operator lapangan. Upaya pengolahan sampah mengalamikendala

denganpermasalahanyang sering ditemui dilapanagan diantaranya terbatasnya

SDMuntuktenagaoperasionaldanarmadaangkutansampah tidak sebanding dengan jumlah timbulan sampah dan luasan wilayah kota.Penerapan konsep 3R (reduce, reuse, dan recycle), masih kuranganya optimalnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempat dan jadwalyang sudah ditentukan. Belumditerapkannya teknologi yang memadai dalam pengelolaan persampahan Kota Padang Panjang (Dinas PUPR 2013). Menurut dengan Undang-Undang20Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah yangmenyatakan bahwa Pemerintahan Daerahmenjamin terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkunganserta mempunyai tugas dan kewenangan (UU Pengelolaan Sampah 2008) Sampah organic merupakan sampah yang mendominasi di Indonesia, sehingga perlu dilakukan pengolahan limbah padat berupa sampah organik (sayur-sayuran), salah satu cara untuk mengolah limbah padat ini adalah dengan pembuatan pupuk kompos. Kompos merupakan pupuk organik,berdasarkan

(3)

penelitianHadiyanto (2012) membuat pupuk kompos menggunakan sampah organik rumah tangga berupa sampah dapur, dan kebun dengan penambahan bioaktivator EM4, MOL serta campuran EM4/MOL dengan perbandingan 3:1 dan Azotobacter dengan penurunan C dan penambahan N, P, K menghasilkan kompos dengan kualitas memenuhi standar SNI sehingga meningkatkan hasil panen tanaman tomat dan cabai. Pengomposan ini menggunakan kombinasi volume campuran bioaktifator serta lama fermentasi

berlangsung.Beberapakeuntungan penggunaan pupuk organik antara lainyaitu

keuntungan bagi lingkungan, tanah, dan bagi tanaman, kompos dapat membantu dalam penyelesaian masalah lingkungan, terutama dalam pengolahan sampahorganik. Bahan baku pembuatan kompos adalah sampah organik maka permasalahan sampah skala 7rumah tangga dansampah organik kota dapat diatasi, yang mana sampah organikyang bersumber dari rumah tanggadapat dikomposkan dengan skala rumah tangga

(Hardiyanto, 2012). Penyumbang sampah yang paling besar adalah4sampah domestik yang berasal daripemukiman. Dengan adanya pengomposan sampah organik skala rumah tangga akan lebih optimal dalam pengurangan sampah dari sumbernya baik itu

pengomposan skala kawasan permukiman (RT/RW) dan kelurahan yang dapat mengurangi biaya transportasi serta biaya pembuangan sampah ke TPA (Rahardyan et, al, 1996). Tujuan 13Pengomposan dianggap sebagai teknologikarena untuk keselamatan manusia,

konservasi lingkungan serta memberi nilai ekonomi. Penggunaan pupuk kompos dapat membantu dalamkonservasi lingkungan dengan cara menngurangipenggunaan pupuk kimia yangbisa menyebabkan terjadinya degerdasi lahan. Melakukan pengomposan secara tidak langsung bisa membantu pengurangan timbulan sampah di TPA menurut (Septa 2010). Sampah organik juga banyak di hasilkan pasar sayur tradisional yaitu berupa sisa sayur yang telah busuk dan tidak terjual. Sampah sayuran yang ada di kawasan pasar belum ada pengolahan menjadi produk yang berdaya guna.Sampah organik13dari

buangan pasar dihasilkan dalam jumlah yang cukup besar,hanya ditumpuk begitu saja di TPS, yang selanjutnya akan diangkut oleh petugas dari instasi terkait yang selanjutnya akan di bawa ke TPA, sehingga menambah beban pengolahan sampah di TPA.7Oleh karena itu

(4)

untuk mengolah sampah organik menjadi komposyang dilakukan secaraterpusat pada Pasar Sayur Bukit Surungan dengan metode takakura. Pembuatan kompos secara konvensionalyang ada padaTPA Sungai Andok Kota Padang Panjang

menggunakanmetodepembusukan,bahankomposatausampahorganikyangtelah

dicacahakandiuraikandenganmenggunakanbakteripembusukdanmenghasilkan produk hasil kompos berupa kompos, cairan lindi yang menimbulkan bau karena adanya

prosespembusukan.13Berdasarkan hal tersebut, perlu diterapkan suatu teknologi untuk mengatasi limbahpasar sayur dengan jumlah yang banyak,yaitu dengan menggunakan teknologitakakurasusun. Sehinggalimbahpasarsayurmenjadiprodukkomposyangbernilai guna tinggi. Disamping18dapat mengurangi biayatransportasi ke TPA, hasil pengomposan mempunyai nilaiekonomi. Pengomposan dengan metode takakura ini yaitu dengan proses fermentasi,sampahorganikyangtelahdicacahakandifermensidengan adanya sirkulasi udara dari lobang keranjang.Pengomposan metode takakura ditemukan pertama kali oleh Koji Takakura. Pengomposan metode takakura pertama kali dikenalkan dikota Kitakyushu Jepang lalu ilmunya disebarluaskan7ke berbagai Negaratermasuk Indonesia.

Pengomposan metode takakura pertama kali dilaksanakan di Indonsesiapada tahun 2004 di kota Surabaya.Dalam rentang waktu lima tahun (2004-2009), pembuangan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo mengalami penurunan. Proses pengomposan metode takakura adalah proses fermentasi mikroorganisme yang didapat dari makanan lokal hasil fermentasi seperti fermentasi MOL tape. Menurut Widyawati (2006) menjelaskan bahwa penggunaan keranjang Takakura dengan lubang-lubang pada dinding berfungsi untukmemudahkan sirkulasi udara mengingat metode Takakura menggunakan prinsip aerob dalampembuatannya. Menurut Febriyanto (2012) metode takakura memiliki keunggulan yaitu selama4proses pengomposan berlangsungtidak menghasilkan lindi, tidak menimbulkanbau yang menyengatserta praktis ditempatkan di lahan yang terbatas. Pengomposan metode takakura telah banyak diterapkan di berbagai negara, khususnya pengomposan skala rumah tangga. Pengomposan dengan metode takakura merupakan suatu inovasi teknologi dalam pengolahan sampah organik yang tepat guna dengan

(5)

menghasilkan kualitas pupuk kompos yang baik serta mempunyai keunggulan tersendiri. Lama proses pengomposan menurut Budiyono (2012) menggunakan metode takakura dengan menggunakan sampah organik yaitu proses pengomposan menggunakan starter MOL tape lebih cepat dibandingkan menggunakan starter EM4. Kualitas pupuk yang dihasilkan baik menggunakan starter MOL tape maupun EM4 telah memenuhi SNI19-7030-2004 mengenai spesifikasi kompos dari sampah organik domestik.

Berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk penyusutan berat bahan kompos menurun hingga 60% dari berat awal. Berat sampah yang dikomposkan adalah 1,5 kg. Berdasarkan dari hasil penelitian suhu kompos menunjukan 30- 380C, pH selama pengomposan berlangsung berkisar 7. Pada penelitian ini akan dilakukan pengomposan sampah organik pasar sayur Bukit Surungan berupa sisa sayur dengan metode takura menggunakan bioaktivator EM4 dan MOL. Menurut Kumlasari (2018) EM4 dan MOL tape adalahbahan 4yang dapat membantudalammempercepat proses pengomposan(pembuatan pupuk organik) sertadapat meningkatkan kualitaspupukkompos yang dihasilkan.Selain itu, kandungan yang terdapat padaEM4dan MOL tape juga bisamemperbaiki struktur dan tekstur tanahmenjadilebih baik serta EM4 sebagai menyuplaiunsur hara yang dibutuhkan tanamansebagai starter, untuk mengetahui kemampuan penguraian sampah sayur dengan menggunakan EM4.Keduabioaktifator tersebut sebagai pembanding lama proses

pengomposan, suhu,kelembaban (Kumlasari 2018). Berdasarkan permasalahan sampah organik di Pasar Sayur Bukit Surungan maka perlu dilakukan penelitian sebagai24solusi dari permasalahantersebut.3Oleh karena itupeneliti akan melakukan penelitian yang berjudul “OptimalisasiPengomposan Sampah OrganikPasar Sayur Bukit SurunganDengan Metode TakakuraSusun”. Diharapkan penelitian ini24dapat menjadi solusialternatif dari

permasalahan sampah organikyang ada dipasar sayur Bukit surungan Kota Padang Panjang. 1.2 IdentifikasiMasalah Dari uraian latar belakang tersebut, maka pengomposan 3dengan metode takakuraini dapat mengidentifikasimasalah sebagai berikutdiantaranya adalah sampah masih menjadi permasalahan dalam pencemaran lingkungan sehingga membutuhkan penanganan paling dominankhususnya sampah organik diPasar Sayur

(6)

Bukit Surungan. Volumesampah organik diKota Padang Panjangyang berasal daripasar Bukit Suringan semakin meningkat. Kurangnyapengolahan sampah organik untuk

merubah bentuk menjadi sesuatu yang bermanfaat. Masih kurangnyapengetahuan masyarakat mengenaicara penangananpengolahan sampah organik menjadi kompos dengan menggunakan metode takakura.1.3 Batasan Masalah Batasan masalah pada proposal adalah1sampah organik yangdigunakan berasal dari Pasar Sayur Bukit Surungan Kota Padang Panjang. Metode pengomposan9yang digunakan adalahmetode

pengomposan semi anaerob yaitu metode pengomposan takakura. Parameter yang diuji setiap harinya temperature, Ph, dan suhu. Parameter uji kualitas kompos yaitu warna, nitrogen, karbon, pospor,dan rasio C/N.Boaktifator3yang digunakan adalahEM4 dan starter MOL Tape. 1.4 RumusanMasalah 1. Apakah parameter suhu, kelembaban dan pH memberikan pengaruh terhadap kualitas kompos dari hasilpengomposan sampah organik diPasar Sayur Bukit Surungan Kota Padang Panjang. 2. Apakah kualitas kompos dari pengelolahansampah organik diPasar Sayur Bukit Surungan Kota Padang Panjang sesuai SNI 19-7030-2004 tentang Spesifikasi Kompos. 3. Apakah metode takakura efektif dalam pengolahan sampah organik di Pasar Sayur26Bukit Surungan Kota Padang Panjang.1.5 TujuanPenelitian 1. Menganalisis kemampuan takakura susun dalam mengomposkan sampah oraganik Pasar Sayur Bukit Surungan Kota Padang Panjang. 2. Mengetahui pengaruh penambahan bioaktivator EM4 dan MOL tape terhadap lama waktu

pengomposan sampah organik dengan menambahkan starter EM4 pada metodetakakura. 3. Mengetahui pengaruh bioaktifator EM4 dan MOL tape terhadap pH, kelembaban dan suhu. 4. Mengetahui pengaruh penambahan sampah organik secara berkala. 5. Mengetahui terhadap kualitas pupuk kompos dari3pengomposan sampah organikpasar sayur Pasar Sayur Bukit Surungan Kota Padang Panjangdengan metode takakurasusun. 6. Menghitung efektifitas metode takakura dalam1pengolahan sampah organikPasar Sayur Bukit

Surungan Kota Padang Panjang 1.6 ManfaatPenelitian Adapun manfaat penelitian iniadalah pertama menambah ilmu pengetahuan terutamayang berkaitan denganteknik lingkungan dan pengolahan limbah padat yakni menguraikansampah organik yang berasal dari

(7)

sampahsayur menjadi pupuk kompos dengan cara menggunakan starter tape singkong dan starter EM4 yang alamidan ramah lingkunganpada pengomposan dengan

menggunakan metode takakura. Kedua memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat tentang manfaat starter EM4, starter tape singkong dansampah

organikrumahtanggayangdapatdijadikankompos,sertamemperkenalkankepada masyarakat tentang teknologitakakura. ketiga mahasiswa dapat memperkaya dan

menambahwawasanlebihdalamtentangpemanfaatanstartertapesingkong,starter

EM4dansampahorganikpasarsayuryangdapatdijadikankomposdenganmetode takakura. Keempat menjadibahanpertimbanganuntukpemerintah atau instansi dalam mencanangkan program pemanfaatan starter tape singkong, starter EM4 yang alami1dan ramah

lingkungan sertasampahorganik rumah tangga yangdapat dijadikan kompos dengan metodetakakura. Kelima7adalah untuk mengetahuilama pengomposan dengan metode takakura. Manfaat pengomposan dengan metode Takakura secara akademik adalah untuk mengetahui efetifitas pengomposan dengan menggunakan EM4 dan MOL Tape serta keunggulan dan kelemahan pengomposan metode takakura pada sampah pasar sayur Bukit Surungan kota Padang Panjang. 1.7 SistematikaPenulisan Sistematika penulisan tugas akhir ini adalah: BAB I PENDAHULUAN Berisi latar belakang, dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan; BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berisi tentang literatur timbulan sampah, komposisi sampah, sumber sampah, dan manajemen pengelolaan sampah metode takakura; BAB III METODELOGI PENELITIAN Berisi tentang penjelasan tahapan pengomposan Takakura Susun, lokasi dan waktu penelitian;BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANBerisi tentang hasil penelitian dan pembahasannya18BAB V KESIMPULAN DAN SARANBerisi tentangkesimpulan dan saranberdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah dilakukanDAFTAR PUSTAKA Berisi referensi penunjang penelitianBAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1 PengertianSampah Undang- Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah didefinisikan bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Pada SNI 19-2454-2002 tentang21Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan.Sampah

(8)

merupakanlimbah yang bersifat padatyangterdiri dari bahan organik danan organik. Pada kebanyakan sampah banyak dianggap sebagai bahan yang tidak berguna lagi. 1Sampah yang tidak dikelola dengan baikdapat membahayakan lingkungan dan juga manusia. Sampah pada secara umum kebanyakan dalam bentuk sisamakanan (sampah dapur), daun-daunan, ranting, karton atau kertas, plastik, kain bekas, kaleng-kaleng dansebagainya. Jenis- jenis sampah yang dikelola7pada pasal 2Undang- Undang

Nomor18 Tahun 2008sebagai berikut: 1.Sampah rumah tangga, sampahyang berasal dari kegiatan sehari-haridalam rumah tangga,tidak termasuk tinja dan sampahspesifik; 2. Sampahsejenissampahrumahtangga,yaitusampahyangberasaldarikawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitaslainya; 3. Sampah spesifik, yaitu sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya

memerlukan pengelolaan khusus yang terdiri dari: a. Sampah yang mengandung bahan berbahaya danberacun; b. Sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya

danberacun; c.Sampah yang timbulakibatbencana; d. Puing bongkaranbangunan; e. Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah, dan/atau sampah yang timbul secara tidakperiodik. 4.7Pada daerah perkotaanSampah merupakan bagianyang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Sampah yang tidak ditangani secara baik dan benar dari sumber sampah, maka dapat menimbulkan masalah terhadaplingkungan, sosial, ekonomi kesehatan serta keindahan. Agar dapat mengurangi timbulan sampah yang berlebihan,1dapat dilakukan dengan caramemisah dan mengolah sampah dari sumbernya sepertisampah rumah tangga.Untuk pengurangan tahap awal yaitu sampah dapur dapat dikurangi dengan cara melakukanpengomposan skala rumah tangga. Tingginya timbulan sampah pasar maka diperlukan pengolahan sampah pasar lebih lanjut terutamauntuk sampah organik.Sampah organik pasar apabila di biarkan akan12menimbulkan bau yang tidak sedap danakan mengganggu bagi para pengunjung pasar. 2.2 Timbulan Sampah Untukmendapatkandatatimbulansampahdapatditentukanjumlahfasilitas setiap unit

pengolahan sampah serta kapasitas sampah misalnya jumlah kendaraan pengangkut atau armada fasilitas peralatan yang tersedia, dan rute angkutan, fasilitas daur ulang serta luas

(9)

dan jenis TPA.Metode pengukuran timbulan sampah22ada beberapa cara(Tchobanoglous dkk,1993), antaralain: 1. Load-count analysis/analisis perhitungan beban, yaitu jumlah masing- masing volume1sampah yang masuk ke TPAdihitung dengan mencatat: volume, berat, jenis angkutan dan sumber sampah, kemudian dihitung jumlahtimbulan sampah kotaselama periodetertentu. 2. Weight-volume analysis/analisis berat-volume, yaitu jumlah masing- masing volumesampah yang masuk ke TPAdihitung dengan mencatat volume dan berat sampah, kemudian dihitung jumlahtimbulan sampah kotaselama

periodetertentu.113. Material-balance analysis/analisis kesetimbangan bahan, material-balanceanalysis menghasilkan data lebih lengkap untuk sampah rumah tangga, industri dan lainnya dan juga diperlukan untuk program daur ulang.2.2.1 Sumber TimbulanSampah Banyaknya17sampah yang dihasilkan darisebuah kegiatan akanmenentukan banyaknya sampah yang harus dikelola oleh sebuah kota. Timbulan sampah dapat dinyatakan dalam satuan volume liter/orang/ perhari (l/o/h) atau liter/meterpersegibangunan/ hari (l/m2/ h) dan dengan satuan berat kilogram/orang/hari (kg/oh) atau kilogram/meter persegi

bangunan/hari (kg/m2/h (Damanhuri dan Padmi, 2016)11Permukiman merupakan biasanya berupa rumah atau apartemen.Beberapajenis sampah yang ditimbulkan antara lain sisa makanan, kertas, kardus, plastik, tekstil, kulit, sampah kebun, kayu, kaca, logam, barang bekas rumah tangga, limbah berbahayadansebagainya. tempat komersial15yang meliputi pertokoan, rumah makan, pasar, perkantoran, hotel, dan lain-lain. Jenis sampah yang dihasilkan antara lain kertas, kardus, plastik, kayu, sisa makanan, kaca, logam, limbah berbahaya dan beracun, dan sebagainya.Pada fasilitas umum biasanyaseperti penyapuan jalan, taman, pantai, tempat rekreasi,danlain-lain. Pada pasar

jenissampahyangditimbulkanantaralainrubbish,sampah taman, ranting, daun,

dansebagainya.RumahSakitsepertisampahtaman,ranting,daun,kertas,plastikdanlain- lain. Sekolah seperti kertas, plastik, ranting daun dan lain-lain 2.2.2 KomposisiSampah

Komposisi serta sifat- sifat sampah dapat menggambarkan keanekaragaman aktifitas manuasia (Damanhuri dan Padmi 2016).Komposisi sampah4dapat dibagi menjadi1. 1Sampah organik yaitusampah sisa makanan, kertas, plastik, karet, sampah halaman dan

(10)

kayu dan lain-lain. 2. Sampahanorganikyaitusampahyangterdiridarikaca,alumanium,kaleng, logam,plastik dan lain-lain.Faktor-13faktor yang mempengaruhikomposisi sampah adalah menurut (Damanhuri dan Padmi 2016) : 1. Cuaca

Daerahyangmemilikikandunganairtinggiakanmenyebabkankelembaban sampah pada derah tersebut jugatinggi. 2. Freksuensipengumpulan Sampah yang sering dikumpulkan menyebabkan tumpukan sampah berbentuk, namun sampah organik pada tumpukan itu akan membusuk sehingga sampah yang terus bertambah adalah sampah kertas dan

sampah kering lainya. 3. Musim Musim buah-buahan yang sedang berlangsung pada suatu daerah tempat melakukan sampling,akan menjadi sampah dominan pada daerah tersebut. Tingkat sosialekonomi 4. Kondisi ekonomi mempengaruhi komposisi1sampah yang dihasilkan.Masyarakat dengan tinggkat ekonomi yang tinggi akan cendrung lebih banyak menghailkan sampah kering, plastik dan kaleng. 5. Kemasanproduk

Komposisisampahjugadipengaruhiolehkemasanprodukbahankebutuhan sehari- hari. Negara maju akan cendrung lebih banyak menggunakankertas sebagai pengemas,

sementara Negara berkembang menggunakanplastik. 2.3 Pengolahansampah Pengolahan sampah adalah salah satu12upaya untuk mengurangitimbulan atau volume sampah denganmerubah bentuk menjadi sesuatu yangbermafaat. Bentuk upaya pengurangan timbulan sampah bisa berupa penghancuran, pembakaran, pengomposan, pengeringan, 1dan daur ulang.2.3.1 Daur UlangsampahDaur ulang adalahkemampuan yang ada dalam komponensampah yang dapat dikembangkan untuk proses pengolahan sampah yang menghasilkan produk baru (Raharjo dan Geovani, 2015). Untuk prosesdaur ulang sampah hal yangharus memperhatikan adalah karateristiksampah yang akandi daur

ulang.Daurulangdapatjugadilakukanlangsungpadasumbertimbulansampah sertatempat penampungan sementara,tujuannya adalah dapat menekan dan mengurangi biaya pengangkutan sampah ke tempat pemrosesan akhir. Salah

satuupayadaurulangdapatberhasilbaik,apabiladilakukanpemilahansampah langsung darisumbernya. Pengolahan sampah yang digunakan saat ini adalah memakai prinsip 3R yaitu reduce, reuse recycle,recovery. 1. Reduse, adalah upaya mengurangi terbentuknya

(11)

limbah, termasuk penghematan atau pemilihan bahan yang dapat mengurangi kuantitas limbah dan sifat berbahaya dari limbahtersebut. 2. Reuse, adalah upaya yang dilakukan apabila limbah tersebut dimanfaatkan kembali tanpa mengalami proses,4kantong plastik yangdigunakan berkali- kali. 3. Recycle, misalnya botol minuman yang dilebur namun tetap dijadikan produk yang berbasisgelas. 4. Recovery barang-barang/1sampah yang telahrusak diperbaiki untukdapat digunakan kembali Sampah yangdidaur ulang berupa plastik, kertas dan logam yang memiliki

nilaiekonomi.Untukpemasaranprodukdaurulangdapatdilakukandengan kerjasama dengan penampung. Prosesdaur ulang sampahB3dari rumah tangga,rumah sakit, hotel,

perkantoran dan restoran yang mana timbulan berupa lampu neon bekas, lampu TL, batrai bekas, cartridgebekas dikumpulkan untuk diproses lebih lanjutsesuai dengan ketentuan dan perundanganyagberlaku.Daurulangkemasanplastikberupabotolmineral, minuman, bungkus mie instan dan lain-lain dapat dimanfaatkan untuk barang- barang kerajinan atau sebagai bahan bakulain. 2.3.2 Pengomposan Kompos4merupakan jenis pupuk yang berasal darihasil akhir penguraian sisa-sisa hewan maupun tumbuhanyang berfungsi sebagai penyuplai unsur haratanahsehinggadapatdigunakanuntukmemperbaikitanahsecarafisik, kimiawi, maupun biologis (Sutanto,2002).Manfaat pupuk kompos bagi tanah secara fisika, dimana pupuk kompos mampu menstabilkan kondisi unsur hara tanah yang telah jauh berkurang akibat pemakaian pestisida dan pupuk kimia secara terus menerus yang membuat kondisi tanah jenuh, serta mampu4meningkatkan kemampuan tanah untuk menahan air,memperbaiki aerasai tanah dan drainase tanah. Manfaat12pupuk kompos secarakimia yang mana pupuk kompos datamaningkatkanunsur hara tanahbaik makro dan mikro serta meningkatkan efisiensi pengambilanunsur hara tanah.Sedangkan manfaat pupukkompos secara biologi, kompos dapat menjadi4sumber energi bagi mikroorganisme tanah yang mampu melepaskan hara bagitanah. 2.3.2.1 Bahan BakuKompos Komposdapat dibuat dariberbagaibahan organik yang berasal dari limbahhasil pertanian dan non pertanian (Harizena, 2012).9Bahan baku kompossangat banyak disekeliling kita, diantaranya sampah perkarangan

(12)

rumahtermasuklimbahdapur,sampahpasar,limbahhasilpertanianberupa jerami, dedak padi, kulit kacang tanah,dan ampas tebudan lain-lain. Proses pengomposan dapat berlangsung secara alami pada lingkungan terbuka dengan waktuproses pengomposan yanglama. Pada saat proses pengomposanberlangsung bahan organikakan membusuk, hanya ada kerjasama mikroorganisme dengan cuaca. Proses tersebut dapat

mempercepatdenganmenambahkanmikroorganisme sebagai penguraisehinggadalam waktu singkat akan diperoleh kompos yang berkualitas baik (Widarti et al., 2015).Tidak semua sampah dapat dikomposkan, hanya1sampah organik yangbersumber dari tanaman dan hewan yang dikomposkan lihat tabel 2.1 Tabel 2.1 Jenissampah yang dapat

dikomposkanSampah organik yangbisa dikomposkanSampah organik yangsebaiknya tidak dikomposkan Sampah an organikyang tidak bisadikomposkan Sampah sayur-sayuran, sampahdapur RT, daun, kulit telur, limbah buah-buahan serbuk katu4atau abu kayu,kotoran ternaksapi, unggas,kambing Produk susu, keju, yogurt, daging, tulang, ikan, kulit salak, kulit kacang, kulit durian, kulit klengkeng, klobot jagung, kulitkelapa,kotoran hewan, manusia, kain dan kertas Plastik, kaca, logam19dan sampah B3Sumber :

Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat, 2014 2.3.2.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhipengomposan Secara biologi Pengomposan sampah organik yaitu dengan memanfaatkan mikroorganisme dengan kondisi aerobik atau dalam kondisi oksigen yang cukup.Pengomposan dengan metode ini harus didukung oleh faktor lingkungan4untuk pertumbuhan dankehidupan mikroba diantaranyayaitu : a.Kelembaban Pada proses pengomposan aerob untuk kelembaban optimum 50- 60%.Apabila kelembaban kurang dari 50% maka pengomposan berlangsung lambatnamun jika kelembaban lebih dari 60% akan menyebabkan unsurhara tercuci dan bisa menyebabkan volume udara dalam kompos berkurang, akan mengakibatkan menurunnya akftitas mikroorganisme dan proses

pengomposan12yang akan terjadimenjadi fermentasi an aerob,yang dapat menimbulkan bau tidaksedap. b. Oksigen(udara) Saluran aerasi22sangat berpengaruh terhadapproses pengomposan. Proses pengomposan dengan saluran aerasi cenderungberjalan lebih lambatdibandingkan perlakuan pengomposan tanpa saluran aerasi. Suhu yang terukur

(13)

pada perlakuan pengomposan dengan saluran aerasi lebih rendah. c. Temperatur Suhu dapat mempengaruhi jenis mikrorganisme7yang hidup didalam media. Menurut Ruskandi (2006)9dalam proses pengomposanaerobik terdapat dua fase yaitu fase mesofilik 23-450C dan fase termofilik 45-650C. Kisaran temperature yang ideal pada

prosespengomposanantara 55-650C. Suhu pada proses pengomposan ini tidak lebih dari 470C, karena pada suhu ini mikroorganisme pengurai bisa berkembang biak hanya bakteri-bakteri mesofilik. d. pH

Derajatkeasaman(pH)sangatberpengaruhpadaprosespengomposankarena ini7akan berpengaruh terhadapaktivitas mikroorganisme pengurai. Nilai pH

yangoptimalpadaprosespengomposanmetodetakakuraadalah6,0-8,0.Jika nilai pH yang didapatkan terlalu tinggi (basa)hal ini akan menyebabkannitrogen dalam tumpukan kompos akan hilang akibat proses volatilisasi atau perubahan menjadi ammonia. Sedangkan apabila nilai pH5terlalu rendah (asam),akan mengakibatkan sebagian

mikroorganisme pengurai mati (Yuwono,2006). 2.4 Mekanisme pengomposan Mekanisme pengomposan secara aerobik adalah proses pengomposan yangmembutuhkan oksigen, dimana oksigen sangat diperlukan oleh mikroorganisme untuk merombak bahan organik selama berlangsungnya proses pengomposan. Sedangkan pengomposan anaerobik merupakan proses pengomposan yang tidak memerlukan oksigen namun hanya memerlukan tambahan panas dari luar (Sutanto, 2002). Proses pengomposan secara anerobik ini tidak diinginkan kerena5selama proses pengomposan berlansung akanmengahasilakan hasilkanbauyang tidak sedap.Pada proses an-aerobik akan menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam organik (asamasetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S (Susanto, 2002). Pengomposan semi aerobik yaitu proses pengompos memerlukan sedikit oksigen.5Pada tahap awal pengomposansuhu tumpukan bahan oragnik akan mengalami kenaikan dengan drastis. Kenaikan suhu diatas 500C –27700C suhu akan tetap tinggiyang dikuti dengan keniakan nilai pH kompos. Mikroba yang aktif pada suhu tinggi adalah mikroba Termofilik yang bertugas untuk mendekomposisi atau mengurai bahan organik menjadi

(14)

CO2, uap air, dan panas. Setelah sebagian besar bahan organik terurai maka suhu akan berangsur turun. Pada saat penurunan suhu8pada saat ini terjadiproses pematangan kompos yaitu terjadi pembentukan komplek liathumus.Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomasa bahan.Pengurangan bahan bisamencapai 30-40% daribobot awal bahan. Penambahan bahan pupuk kompos yang belum matang ke tanaman, hal ini dapat merugikan pada pertumbuhan tanaman karena hal ini dapat

menyebabkan terjadinya persaingan penyerapan bahan nutrisi antara tanaman dan mikroorganisme tanah.12.5 Teknologi PengomposanTeknologi pengomposan menurut Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2014. 1. Metode TakakuraSusun Pengomposan metode takakura susundilakukan dengan carapenimbunan sampah organik kedalam keranjang berlobang. Tujuan penggunaan keranjang berlobang adalah untuk keperluan aerasi (sirkulasi udara). 2.6Metode lajur terbuka (Open Windrow) Pengomposan skala kawasan denganmetodeopen windrow merupakan proses pengomposan

pengendalian udara didalam tumpukanwindrowdilakukan dengan memindahkan tumpukan ke tempat lain sehingga disebut juga dengan open windrow bergulir. Proses pengomposan ini memerlukan waktu pengomposan 6 minggu. 3. Metode cetakan(Caspary) Proses pengomposan dengan menggunakan cetakan untuk membentuksampah dalam bentuk kubus. Proses pengomposan sampah dengan cetakan ini digunakanuntuk lahan yang tidak terlalu luas. Proses pengomposanini agak rumit karena memerlukan alat cetak. 4. Pengomposan system bak terbuka (OpenBin) Pengomposan bisa juga dilakukan secara terpusat baik skala RW, RT sampai skala kota.8Pengomposan dilakukan denganterpusat dengan kapsitas 1- 4 ton sampah /hari. Kawasan disini dapat berupa kawasanpermukiman, pasar dan sebagainya. Lama6proses pengomposan memerlukan waktu14 hari. 5.

Pengomposan modern RotaryKiln Pengomposan inimenggunakan mesin dengan Tipe ARK 1000- 2000 L dapat4menampung sampah organiksebesar 3- 6 m3 atau setara 1-2 ton. Proses ini dimulai dengan pencacahan sampah organik. Hasil cacahan

dicampurdenganactivatordanbahanpenggembur.Selanjutnyasampah organik dimasukan kedalam rotary kiln sehingga proses dekomposisiditandai dengan adanya uap dan gejala

(15)

panas setelah suhu turun atau dibawah 300C tekstursudah seperti tanah,tanda kompos telah matang kemudian dikeringkan selama 7 hari lalu diayak dan diremas. Beberapa kekurangan dan kelebihan dari masing- masing metode5pengomposan dapat dilihat pada tabel2.2 Tabel 2.2 Kekurangan dan Kelebihan Metode Pengomposan No. Teknologi

Kelebihan Kekurangan 1. Takakura susun a. Hematlahan; b. Prosescompostingberlangsung cepat; c. Proses rapi dan terstruktur. a. Biaya investasi cukup tinggi; b. Membutuhkan banyak pekerja; c. Monitoring kompleks sebab tiap- tiap keranjang takakura

perludilakukanmonitoring. 2.6Lajur terbuka (Open Windrows)a. Modal lebih ringan dibandingkan dengan metode Openbin; b. Tumpukan smpahdapatmencapai tinggi optimal, yaitu 1,5m; c. Penggunaan lahan flesibel; d. Proses pembalikan lebih mudah dibanding metode open bindancaspary; a. Volume sampah tercetak sama untuk setiap tumpukan; b. Tumpukan sampahrentan terhadap tiupan angin; c. Tumpukan sampah mudahrubuh. 3. Cetakan (Caspary) a. Tumpukan sampah terlihatrapi; b. Volume sampah tercetak lebih banyak dan seragam; c. Tumpukan sampah tidak mudah runtuh dan tahanterhadaptiupanangin. 5Proses pembalikan komposlebih rumit dari Open bin dan Open windrows 4. Bak terbuka (Open Bin) a. Sampah tidak terlihat dariluar; b. Area pengomposan terlihatrapi; c. Volume sampah yang teolah dapat disesuaikan; d. Mudahdalampengoperasian dan perawatan. a. Biaya investasi cukup tinggi; b. Tinggi bakterbatas. 5. Rotary Kiln a. Prosescompostingberlangsung cepat; b. Proses terstruktur denganbaik; c. Tidakmembutuhkan banyak pekerja; d. Proses monitoring tidak

terlalukompleks. a. Biaya investasi cukup tinggi; b. Alat kompos membutuhkan lahan

yangluas. Sumber : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2014 2.6 Metode Pengomposan Mekanisme2pengomposan secara aerobikadalah proses pengomposan yangmembutuhkan oksigen, dimana oksigen sangat diperlukan olehmikroorganisme untuk merombak bahanorganik selama berlangsungnya proses pengomposan. Sedangkan pengomposan anaerobik6merupakan proses pengomposan yangtidak memerlukan oksigen namun hanya memerlukan tambahan panas dari luar (Sutanto, 2002).2Pada proses pengomposan secaraanerobikini tidak diinginkankarenaselama proses pengomposan

(16)

berlangsung akan menghasilkan baumenyengatyang tidak sedap. Proses pengomposan secara an-aerobik akan menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam organik(asamasetat,asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S. 5Pada tahap awal pengomposansuhu tumpukan bahan oragnik akan mengalami kenaikan dengan drastis. Kenaikan suhu diatas 500C – 700C suhu akan tetap tinggi yang dikuti dengan keniakannilai pH kompos.2Mikroba yang aktif pada suhu tinggi adalah mikroba Termofilikyang bertugas untuk mendekomposisi atau menguraibahan organik menjadi CO2, uap air, dan panas. Setelah sebagian besar bahanorganikterurai maka suhu akan berangsur turun. Pada saat penurunan suhu8pada saat ini terjadiproses pematangan kompos yaitu terjadi pembentukan komplek liathumus.Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomasa bahan.Pengurangan bahan bisamencapai 30-40% daribobot awal bahanSutanto, 2002). Penambahan bahan10pupuk kompos yang belum matang ketanaman,hal ini dapatmerugikan pada pertumbuhan tanaman karena hal ini dapat menyebabkan terjadinya persainganpenyerapan bahan nutrisiantara tanaman dan mikroorganisme tanah.2.7 Pupuk Kompos danManfaatnya (Kelebihan dan kekurangan pengomposan)

PupukKomposmerupakanpupukorganikyangdibuatolehmanusia 4melalui proses pembusukansisa-sisa bahan organik (tanaman maupun hewan). Proses pengomposan disini dapat berlangsung secaraaerobik dan anaerobiksesuai kondisi lingkungan tertentu. Proses pengomposan ini disebut juga proses penguraian ataudekomposisi.Beberapa manfaat pupuk kompos diantaranya : 1. Dari segi Ekonomi: a. Bisa menghemat

biayatransportasi;Dapat mengurangi timbulan limbah terutama pencemaran air dan tanah. b. Pupuk kompos dapat dijual7(mempunyai nilai ekonomi).2. Dari segi Lingkungan: a. Berkurangnya2polusi udara karenaadanya pembakaran limbah hasil samping kebun (rumput dan jerami), pembakaransampah rumah tangga danlain-lain karena adanya pelepasan gas metana dari samapah organikyang telah membusuk akibat bakteri

metanogen ditempat pembuangansampah; b. Dapat meminimalisirkebutuhan lahan untuk tempat penimbunan sampah; c. Dapat mengurangi pencemaran dan kerusakan lingkungan

(17)

karenapenggunaan pupuk kimiasecaraberlebihan. 3.Aspek bagi tanah/tanaman:a. Dapat meningkatkan kesuburantanah; b.5Dapat memperbaiki strukturdan unsur haratanah; c. Dapat memaksimalkan penyerapan air olehtanah; d.Dapat meningkatkan aktivitas mikroba dalamtanah; e. Dapat meningkatkan hasil panen3baik dari segijumlah panen, rasa dan nilaigizi; f. Menyediakan vitamin dan hormon untuktanaman; g. Dapat meminimalisir pertumbuhan tanaman dari serangan hama tanaman; h. Dapat2meningkatkan

retensi/ketersediaan hara didalamtanah. 2.8 Pengomposan3Sampah Dengan Metode TakakuraSusun Takakura merupakanmetode pengomposan hasildari penelitian dariseorang ahli kimia terapan dari Himeji Institute of Technology di Jepang yang

bernamaMr. Koji Takakura dariJepang. Metode pengomposan takakuramerupakan suatu metode pengomposan sampah organik dengan skala rumah tangga yang menggunakan keranjang takakura(Takakura bins). Yang mana keranjang tersebut dirancang sebagai wadah fermentasi untuk mendekomposisi atau mengurai12sampah organik menjadi pupuk (kompos).Penelitian pertama kali dilakukan oleh Mr. Takakura di Surabaya. Mr. Koji

Takakuramencarisebuahsystempengolahansampahyangcocokdalampenglolaan 1sampah organik untuk KotaSurabaya, penelitian tersebut berjalan lebih kurang setahun. Dari hasil penelitianya didapatkan Pengomposan3metode takakura yangmemakai system keranjang. Alat yang digunakanberupa keranjangyang bisa digunakan untuk skala rumah tangga, karenapemakaian keranjangpraktis, bersih dan tidakmenimbulkan berbau sehingga aman di gunakan dirumah dan bisa digunakan pada lahan yang terbatas (bisa

ditempatkandidapur).

Pengomposansampahpasardenganmetodetakakurasusunsecaraprinsipnya sama dengan 6proses pengomposan skala rumah tangga.Pengomposan3dengan metode takakurasusun pada prinsipnya sama dengan takakura skala rumahtangga, disini kita hanya perlu

penambahan keranjang yang kemudian diisi dan disusun supaya rapi. Proses pengomposandengan metode takakura adalahsystem aerob,

yangmanauntukpertumbuhanmikroorganismeyangmenguraikansampahorganik menjadi kompos membutuhkan udara yang cukup. Tujuan dari pemakaian

(18)

keranjangadalahuntuksirkulasiudaraketikakeranjangdiisidenganbahanorganik, 1yang dapat memberikan kenyamanan bagitumbuh kembang mikrooganisme selama proses

pengomposanberlangsung.16Pengomposan metode takakuratelah banyak diterapkan berbagai negara, khususnya penerapan pengomposanskala rumah tangga.Prinsip kerja pengomposan metode takakurasangat sederhana dan mudah dipahami. Metode pengomposan ini dangan mudah diterapkan3oleh masyarakat dan rumah tangga yang memiliki lahan terbatas. Hasil kompos yang dihasilkan dengan kualitas baik dandapat digunakan untuktanaman dipekarangan rumah. Beberapa tahapan dalam5pembuatan kompos dengan metodetakakura yaitu : 1. Pengomposan1Proses pengomposan metode takakura ini dilakukan dengancara memasukkan sampah organik yang telahdicacah dengan ukuran 3-5 cmkemudiandimasukanke dalam keranjang setiaphari. Yang mana 14pengukuran suhu dilakukan setiap hari dengancara pengadukan dan penyiraman apabila diperlukan. Prinsip16pengomposan metode takakuramenggunakan sistem aerob yang mana udara sangat diperlukan sebagi asupan dalam pertumbuhan mikroorganismeuntuk menguraikan sampah organik menjadi kompos.Menurut Ardhini (2009), metode Takakura juga19menerapkan prinsip 3R dalammengolah sampah, yaitureduce, reuse, dan recycle. Reduce mempunyai arti mengurangi segala hal yang dapat menimbulkansampah.3Dengan menggunakan metodepengomposan takakura dapat mengurangi sedikit demi sedikit sampah organik yang ada dilingkungan sekitar.14Pembuatan kompos denganmetode takakurayang mudah danpraktis menjadikan upaya reduce dapatberjalan dengan baik danmudah. Reuse adalah menggunakan kembali bahan awalnyaadalah sampah yang

dilakukan secara langsung, yang mana penggunaan secara langsungyaitu sampah organik yang akan dimasukan ke dalamkeranjang takakura tanpa pemilahan terlebih dahulu. Sampah organik hanya dicacah menjadi2ukuran yang lebih kecil.Recycleyaitu penggunaan dan pemanfaatan kembali bahan- bahan sampahorganic yang telah melaluipengolahan terlebih dahulu. Proses pengolahan berupa pengomposan yang berlangsung 3kurang lebih selama1 bulan didalam keranjang. Tujuannya adalah memaksimalkan pertumbuhan bakteri agar dapat mengurai1sampah organik menjadi komposdengan kondisi baik dan

(19)

memenuhi standaryang telah ditetapkan.2. Mediafermentasi Biakan mikroba yang dipergunakan untuk starter atau bahan tambahan4agar mempercepat proses

pengomposanmerupakan media cair atau liquit. Liquid disini berfungsi sebagai pemicu perkembangbiakan mikroba untuk13mempercepat proses dekomposisi sampah organik. Ada4beberapa faktor yang perlu diperhatikanatau sebagai bahan pertimbangan untuk membuat starter yaitubahantersediadanmudahdidapatdenganhargayangrelatifmurahatau tejangkau.Bahanfermentasibisaberupasisamakanantambahkanairguladan sayuran buah-buahan tambahkan airgaram. 3. Bibit kompos Bibit kompos merupakan bahan campuran khusus untuk memelihara berbagai jenis mikrorganisme fermentasi yang mempercepat dekomposisibahan organik untukstarter pembuatan kompos.Bahanyang bisa dijadikan sebagai bibit kompos adalah14bahan- bahan yang mudah didapatatau tersedia dengan harga murah. Bahan untuk bibit kompos mempunyai 3 fungsi utama diantaranya : a. Memberikan nurisi Untuk perkembangbiakan mikrorganisme fermentasi misalnya tepung terigu, tepung jagung, bekatul, pakan burung dan lain-lain. b. Meningkatkan dekomposisi 23Terutama bahan yang tidak mudah rusak dan tahan lama seperti sampahkebun, tanah humus dan lain-lain. c. Menyediakan tempat untuk mikroorganisme untuk menigkatkan ventilasi misalnya sekam padi, jerami padi, serbuk kayu dan lain-lain. Gambar 1. Keranjang Takakura Keterangan gambar a. Fungsi bantalan sekam pada penutup keranjang yaitu untuk menyerap8uap air danmenjaga suhu agartetap tinggi selama proses fermentasi;b. Kain hitam berpori berfungsi untuk menyerap panas dan mempertahankan suhu agar tetap panas selama fermentasi; c. Kardus berfungsi untuk menjaga bahan agar6tidak keluar dari keranjang; d. Kompos jadi berfungsi sebagai starter; e. Bantalan sekam pada dasar

keranjang berfungsi untuk menyerap carian atau lindi. 2.9 KualitasKompos Hasil4kompos yang baikditentukan oleh tingkat kematangan kompos yaitu tekstur, warna, pH, suhu,tidak berbau danbahan baku kompos (sampah organik). Sampah oragnik yang tidakterurai secara sempurnadapatmerugikan bagi pertumbuhan tanaman.10Penambahan kompos yang belum matang ke dalam tanah hal ini dapat menyebabkan terjadinya persaingan dalam penyerapan bahan nutrientantara tanaman dan mikroorganisme tanah(Sutanto

(20)

2002). Hasil kompos yang berkualitas didapatkan2dari bahan baku kompos yang baik. Kulaitaskompos yang baikterdapat ciri-ciri sebagai berikutdari segi warna kompos terlihat coklat kehitaman seperti tanah, tekstur remahdan tidak berbaubusuk.Terdapat berbagai cara atau metodedalam pembuatan komposyang sangat mempengaruhi kualitas hasil kompos. Sebagai9standar kualitas komposyamg baik harus memenuhistandar yang telahditetapkan yaitu SNI 19-7030-2004 tentang spesifikasi kompos. Berikut spesifikasi komposberdasarkan SNI 19-7030-2004.Tabel 1 Standar KomposSNI 19-7030-2004 No. Parameter5Satuan Minimum Maksimum 1.Kadar air % 0C 50 2. Temperatur Suhu air tanah 3. Warna Kehitaman 4. Bau Berbau Tanah 5. Ukuran Partikel mm 0.55 25 6. Kemampuan ikat air % 58 7. pH 6,80 7,49 8. Bahan Asing % 1,5 9. Bahan Organik % 27 10. Nitrogen % 0.40 58 11. Karbon % 9,80 12. Phospor (P2O5) % 0,10 32 13.2C/N- Rasio 1014. Kalium (K2O) % 0,20 20 15. Arsen mg/Kg 13 16. Cadmium (Cd) mg/Kg 3 17. Cobalt (Co) mg/Kg 34 18. Chromium (Cr) mg/Kg 210 19. Tembaga (Cu) mg/Kg 100 20. Merkuri (Hg) mg/Kg 0,0 21. Nikel (Ni) mg/Kg 62 22. Timbal (Pb) mg/Kg 150 23. Selenium (Se) mg/Kg 2 24. Seng (Zn) mg/Kg 500 25. Calsium Ca) % 25,50 26. Magnesium (Mg) % 0,60 27. Besi (Fe) % 2,00 28. Alumanium (AL) % 2,20 29. Mangan (Mn) % 0,10 30. Fecal Coli MPN/gr 1000 31 Salmonela sp MPN/4gr 3 Sumber : SNI 19-7030-2004 tentang spesifikasi kompos 2.107Faktor-faktor yang MempengaruhiProsesPengomposan 1. Rasio C/N RasioC/N merupakan

perbandingan antara unsurkarbon(C)dengannitrogen(N)1yang berkaitan dengan metabolisme mikroorganisme penguraidalam proses pengomposan.5Selama proses pengomposan berlangsung,mikroorganisme pengurai membutuhkankarbon (C) sebagai sumber energi dan nitrogen (N) sebagai zat pembentuksel mikroorgnasime. Jika rasio C/N tinggi, maka4aktivitas mikroorganisme penguraiakan berjalan lambat untuk

mendekomposisiataumenguraibahanorganikkompossehinggawaktupengomposanmenjadil ebihlama.SedangkanapabilarasioC/Nrendah,maka nitrogen yangmerupakan komponen pentingpada kompos akan dibebaskan menjadi ammonia12dan menimbulkan baubusuk pada kompos (Djuarnani, 2005). 2. UkuranBahan Ukuran bahan sangat mempengaruhi lama proses pengomposan.Semakin2kecil ukuran bahan, proses pengomposan semakin cepat

(21)

didekomposisi oleh mikroorganismepengurai.MenurutYuwono(2006),ukuranbahanyangbaik digunakanuntuk proses pengomposanadalah 5-10 cm.Bahan kompos yangmempunyai ukuran kecildapat mempercepat prosesdidekomposisi oleh mikroorganisme pengurai sehingga proses pengomposan berjalan lebih cepat.3. MikroorganismePengurai5Selama proses pengomposan berlangsung,mikroorganisme pengurai memerlukan karbon (C)dan nitrogen (N)untuk metabolismenya. Karbon berfungsi sebagai sumber tenaga oleh

mikroorganisme dalam mendekomposisi atau mengurai bahan-bahan organik kompos, nitrogen berfungsi sebagai sumber makanan dan nutrisi untuk pertumbuhan. Menurut Djuarnani (2005), mikroorganisme pengurai mempunyai beberapa fungsi5selama proses pengomposan berlangsung.Berdasarkan2fungsinya, mikroorganisme mesofilikyang dapat hidup pada suhu rendah yaitu 25-450C hal ini berfungsi untuk perombakan bahan-bahan kompos menjadiukuran yang lebih kecilsehinggamempercepat proses pengomposan. Sedangkan mikroorganisme termofilikyang hidup pada suhu tinggi(450-650C) berfungsi untuk mengonsumsikarbohidrat dan protein sehingga bahan kompos dapat

terdekomposisi dengancepat. 4. Derajat Keasaman(pH) 5Nilai pH yang optimal pada proses pengomposanaerob adalah 6,0-8,0. Jika nilai pH terlalu tinggi (basa) akan menyebabkan nitrogen dalam tumpukan kompos hilang akibat proses volatilisasi (perubahan menjadi ammonia). Sedangkan apabila nilai pHterlalu rendah (asam),akan mengakibatkan sebagian mikroorganisme pengurai mati(Yuwono, 2006). 5. Pengadukan BahanKompos Tujuan dari pengadukan bahan kompos agar bahan baku tercampur sempurna dengan bibit kompos dan mengurangi terjadinya gumpalan pada saat pengomposan berlansung. Pengadukan ini13dapat mempercepat proses pengomposan.Proses penagdukan perlu dilakukan minimal41 minggu sekaliagarcampuran bahan kompostidak mengeras (Sidabutar, 2012) Pengomposan adalah suatu proses perombakan atau dekomposisi bahana organik oleh mikroorganisme pada keadaan lingkungan yang terkontrol yang mana hasilnya berupa kompos (Murbandono 2008). Berdasarkan kebutuhan oksigen pada saat pengomposan berlangsung maka proses pengomposan di bagi 3 yaitu2pengomposan secara aerobik,anaerobik, semiaerobik. Pengomposan aerobik yaitu pengomposan

(22)

memerlukan ketersediaan oksigen. Pada saat pengomposan berlangsung mikroorganisme memerlukan oksigen untuk proses penguraian bahan organik selama proses pengomposan berlansung. Pengomposan secara anaerobik adalah proses pengomposan yang tidak memerlukan oksigen. Pada proses pengomposan ini mikroorganime hanya memerlukan panas dari luar untuk proses penguraian bahan organik. Pengomposan semiaerob adalah pengomposan yang membutuhkan sedikit oksigen pada saat pengomposan berlangsung (Sutanto 2002). 2.11 Kerangka konseptual Input Proses Output 1. Sampah organik 2. EM4 3. MOL tape 1. Tahap persiapan sampel 2. Tahap10persiapan alat dan bahan3. Tahap

pembuatan kompos metode takakura 4. Pengambilan data 5. Uji pupuk kompos sesuai SNI 19-7030-2004 1. Menghasilkan komposdari sampah organikpasar ayur Bukit Surungan 2. Mengetahui8kualitas kompos yang dihasilkan yang dibandingkan dengan SNI

19-7030-20043. Mengetahui pengaruh variasi bioaktifator EM4 dan MOL tape Gambar 2.11 Kerangka Konseptual 2.12 Penelitian Yang Relevan. No. Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian 1. Nuniek Hendriani, Sri Rachmania Juliastuti, Hamida Nur Masetya, Imam Tianto Aditiyas Saputra 2017 Pengomposan Hasil Samping Jagung Menggunakan EM4 dan Mikroorganisme Azotobacter Sp. sebagai Organisme

Pengomposan Eksperimen Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa kompos yang baik didapat dari EM4 dengan perbandingan 3:1 dan Azotobacter dengan penurunan C dan penambahan N, P, K bisa meningkatkan hasil panen tanaman tomat dan cabai. 2. Yommi Dewilda 1 *, Rizki Aziz 1, Hasnureta 1 2016 Pengaruh Bahan Baku Kompos (Sampah Pasar, Limbah Pekarangan dan Rumen Sapi) Terhadap Kualitas dan Kuantitas Kompos Eksperimen Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa campuran sampah pekarangan dan sampah pasar sebagai bahan baku pembuatan kompos mempengaruhi proses kematangan kompos, kualitas dan kuantitas kompos. Semakin sedikit limbah pekarangan yang digunakan, semakin baik hasil komposnya. Berdasarkan uji kematangan kompos, semua variasi komposisi bahan baku telah memenuhi standar yang ada, SNI 19-7030-2004. Jumlah kompos padat berkisar 0,5- 1,25 liter, sedangkan kompos cair berkisar antara 0,05 - 1,5 liter dengan laju pengurangan bahan antara 38-58%.Berdasarkan hasil skoring mengenai

(23)

kematangan kompos, kualitas kompos, dan kuantitas kompos, komposisi pada variasi 2 (60% sampah pasar: 20% sampah pekarangan: 20% rumen sapi) merupakan variasi komposisi terbaik yang dapat digunakan sebagai bahan baku pengomposan. 3. Solmaz Aslanzadeh dkk 2017 Evaluasi Pengaruh Takakura dan Effective Microorganisms (EM) Sebagai Bio Activator Terhadap Kualitas Akhir Kompos Eksperimen Penelitian ini mendapatkan hasil bahwaPengomposan dengan fermentasi menggunakan metode Takakura dan bio-aktivator komersial (EM4)4yang dicampur dengansampah organik memerlukan waktu selama 48 hari. Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa konsentrasi bahan fermentasi kompos efektif dalam kualitas kompas yang dihasilkan. 4. Arya

Rezagama, Ganjar Samudro 2015 Studi Optimasi Takakura dengan Penambahan Sekam dan Bekatul Eksperimen Penelitian ini mendapatkan hasil bahwaProses perkembangan mikroorganime dipengaruhi tersedianya nutrisi pada saat5mikroorganisme dalam keadaan minim nutrisi, penambahan bekatul tidak mempengaruhi kinerja inoculum kalau tidak ditambah dengan nutrisi. Sekam sangat mudah difermentasi oleh mikroorganisme. Sekam dapat25mempercepat proses pengomposan karenasekam dapatmemperbaiki sirkulasi

udara dalam komposter.Sekam dapat membuat mikroorganisme cepat berkembang biak, tetapi ketika kandungan sekam tersebut habis maka jumlah bakteri berkurang yang ditunjukkan dengan penurunan temperatur. 5. Vita Kumalasari 2018 Pengaruh

Penambahan Variasi Starter terhadap Kualitas dan Lama Proses Pengomposan dengan Metode Takakura Eksperimen Proses pengomposan menggunakan starter MOL tape lebih cepat dibandingkan menggunakan starter EM4. Kualitas pupuk yang dihasilkan baik

menggunakan starter MOL tape maupun EM4 telah memenuhi SNI19-7030-2004 mengenai spesifikasi12kompos dari sampah organikdomestik. BAB1III METODE PENELITIAN 3.1 JenisPenelitian Adapun jenis penelitian padapenelitian ini yaitupenelitian eksperimental, timbulnya ide pengomposan sampah organik pasar sayur,hal ini disebabkan karenaPasar Sayur Bukit Surungan hanya diperuntukan bagi petani yang menjual hasil penen dari kebun mereka sendiri. Pasar Sayur ini hanya beroperasional setiap hari Kamis dan hari Minggu dari jam 06.00 s/d 18.30.12Dalam pengelolaan sampahorganikdan anorganik di pasar

(24)

sayur Bukit Surungan yang menunjukan masih banyak kelemahandalam penanganan sampah.3.2 Lokasi dan waktupenelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian Sampel diambil dari lokasi kegiatan pada Pasar sayur Bukit Surungan Kota Padang Panjang.9Proses pengomposan dilakukandirumah peneliti. 3.2.2 Lokasi pengujian Pengujian sampelkompos yang telah masak dilakukan pada UPTD laboratorium Kesehatan Padang untuk untuk pengujian Rasio C/N, suhu, warna, bau, Kalium. 3.2.3 Waktu Penelitian Penelitian3ini dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Desember 2020, berikutkegiatan yang dilakukanselama penelitian pada tabel 3.1 Tabel 3.1 Kegiatan Pelaksanaan Penelitian Kegiatan Waktu Penelitian Sept Oktober November Desember Januari 2021 Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu1III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 1. PersiapanSeminar Review Jurnal 2. Persiapan Proposal 3. Persiapan Alat dan Bahan 4. Pembuatan Komposter 5. Melakukan Proses pengomposan 6. Melakukan Pengamatan hasil Pengomposan 7. Menganalisa Hasil Kompos 8. Pembuatan Laporan Akhir 3.3 VariabelPenelitian Variabel5pada penelitian ini terdiri darivariable tetap dan variable terikat. Variabel9pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel3.1 Tabel 3.1 Variabel Penelitian Variabel Variabel Bebas · Bioaktivator a. EM4 b. Mol tape c. Mol tape + EM4 · Penambahan sampah organik a. Adanya penambahan

sampah organik berkala16(setiap hari selasadan jumat) b. Tidak adanya penambahan sampah (kontrol) Variabel Terikat · Kualitas kompos (kandungan nitrogen, karbon, phosphor, karbon, rasio C/N) Kontrol · Ph · Kelembapan · Suhu 3.43Alat dan Bahan3.4.1 Alat yang digunakan dalamtahap penelitian ini 1. Keranjang dari plastik sebagai tempat penelitian sampah organik; 2. Thermometer udara alat untuk pengontrol udara; 3. Higrometer alat pengukur kelembaban; 4. pH meter alat10untuk mengukur pH5. Gelas ukur untuk mengukur dosis EM4; 6. Kardus 7. Kain berpori atau karung 8. Pisau untuk mencacah sampah; 9. Alat pengaduk; 10. Timbangan 3.4.23Bahan yang digunakan adalah 1. Sampah organikpasar sayur Bukit Surungan; 2. EM4 3. MOL tape 4. Kompos jadi 5. Sekam 3.5 Prosedur Penelitian 3.5.1 Pembuatan Keranjang 1. Disediakkan 6 buah keranjang 14dengan ukuran panjang80cm, lebar 50, tinggi 80cm; 2. Dimasukan sekamkedalam kain kemudian dijahit bagian pinggir sehingga membentuk seperti bantalan; 3. Keranjang

(25)

bagian dalam ditutup dengan kardus; 4. Masukan bantalan sekam1ke dalam keranjang. Keranjang takakura8dapat dilihat padagambar Gambar 3.1 Keranjang Takakura Bantalan sekam pada penutup keranjang berfungsi untuk menyerapuap air danmenjaga suhu agar tetap tinggi selama proses fermentasi.Kain hitam berpori berfungsi untuk menyerap panas dan mempertahankan suhu agar tetap panas selama fermentasi.Kardus berfungsi untuk menjaga bahan agar6tidak keluar darikeranjang. Kompos jadi berfungsi sebagai starter 3.5.2 Pengambilan sampel a. Siapkan karung berisi 20 ltr b. Kemudian kumpulkan dan masukansampah organik kedalamkarung. c. Kemudian sampah diangkut dengan becak motor menuju tempat penelitian 3.5.3 Pembuatan Biokatifator 1. EM4 Konsentarsi gula merah sebagai molase dalam laurtan EM4 sebesar 0,8ml dan 3 liter air (Yuniwati, 2012). 2. MOL tape singkong a. Siapkan botol kaca yang ada penutupnya10dengan ukuran 5liter (botol kaca dalam kondisi kedap udara); b. Siapkan 314liter air bersihmasukan gula merah 200 gr,aduk sampai ratadan benar- benar larut; c. Tuangkan larutan gula botol kacayang telah disediakan;d. Hancurkan tempe lalu masukan kedalam botol yang berisi larutan gula merah; e. Kemudian tutup rapat botol kaca lalu diamkan hingga 3-5 hari; f. Setelah 5 hari akan tercium aroma tape dengan warna larutan coklat pekat; g. Larutan siap digunakan 4 (Yuniwati, 2012). 3.5.4 Cara Kerja Pengomposan Metode TakakuraSusun Sampah yang telah terkumpul kemudian di cacah sesuai ukuran9yang telah ditentukan yaitu3-5cm. Menurut Yuniwati, (2012)Cara membuat kompos takakura susun yaitu: a. Siapkan keranjang

Takakura siap pakai; b. Masukan bibit10kompos (pupuk kandang)takakura kedalam keranjang sebanyak ± ¼ darikeranjang; c. Ditambahkan bioaktifator EM4 5%sebanyak 10 mldengan menggunakan sprayer d. Masukan sampah organik kedalamkeranjang; e. Lalu aduk sampah organik dengan bibit kompos agartercampur; f. Lalu tutup dengan bantalan sekam sesuai dengan ukurankeranjang; g. Lalu tutup1bagian atas keranjang dengan kainhitam; h. Lalu tutup keranjang takakura susun dengan penutup keranjang dengan rapat; i. Letakan keranjang pada tempat yang sejuk, tidak terkena cahaya matahari langsung; j. Keranjang takakura susun boleh diisi dengan sampah organik setiap hari dengan dilakukanpengadukan; k.9Kompos yang telah matangdiambil dan disisakan ¼

(26)

keranjang untuk dijadikan bibit komposselanjutnya; l. Kompos matang kemudian dijemur sampaikering; m. Kemudian disimpan dalam karung dan diletakan pada tempat yang kering dansejuk; n. Kompos siapdigunakan. Gambar 3.2 Keranjang Takakura36 36 36 36 36 36 36 36

(27)

Sources

1

https://deamaulana.blogspot.com/2013/11/pengelolaan-sampah-skala-rumah-tangga.html INTERNET

3%

2

https://petroganik.blogspot.com/2008/ INTERNET

2%

3

https://id.scribd.com/doc/288021205/Laporan-PBL-2-Kelompok-4 INTERNET

2%

4

https://dennylatersiasinuraya.blogspot.com/2012/04/cara-pembuatan-pupuk-kompos.html INTERNET

2%

5

https://id.123dok.com/document/1y9m5kdq-kajian-rasio-karbon-terhadap-nitrogen-c-n-pada-proses-pengomposan-dengan-perlakuan-aerasi-dalam-pemanfaatan-abu-ketel-dan-sludge-industri-gula.html INTERNET

1%

6

https://www.scribd.com/document/348495547/Bab-II-Metodelogi-Pelaksanaan-Pekerjaan-Evaluasi-TPS-3R INTERNET

1%

7

https://ulincahkudus.blogspot.com/feeds/posts/default INTERNET

1%

8

https://123dok.com/document/6zk4j21q-pengaruh-bioaktivator-berbagai-mikroorganisme-aktivitas-dekomposer-kualitas-kompos.html INTERNET

1%

9

https://www.researchgate.net/publication/338460300_Uji_Kadar_Hara_Nitrogen_Fosfor_dan_Kalium_pada_Kompos_Pelepah_Kelapa_Sawit_dengan_Pemberian_Trichoderma_harzianum_dan_Kotoran_Sapi INTERNET

1%

10

https://www.slideshare.net/fahmiganteng/laporan-teknologi-pupuk-dan-pemupukan INTERNET

1%

11

http://eprints.itn.ac.id/1344/1/JURNAL.pdf INTERNET

1%

12

https://biosbarti.wordpress.com/2013/03/24/masalah-sampah/ INTERNET

1%

13

https://serba-tani.blogspot.com/ INTERNET

1%

14

https://mesinpencacahsampah.wordpress.com/author/vandro29/ INTERNET

1%

(28)

15

https://jujubandung.wordpress.com/2012/06/02/pengelolaan-sampah-di-indonesia/ INTERNET

1%

16

https://pestisidaku.blogspot.com/2011/ INTERNET

<1%

17

https://ekopurwanto6772.blogspot.com/ INTERNET

<1%

18

https://hannayuri.wordpress.com/author/yuridangoo/page/2/ INTERNET

<1%

19

https://123dok.com/document/4yr0pvjy-buku-pedoman-r.html INTERNET

<1%

20

http://www.widyacipta.com/file-pdf/uu_18_2008_sampah[1].pdf INTERNET

<1%

21

http://eprints.umm.ac.id/36933/3/jiptummpp-gdl-amilianurc-51120-3-babii.pdf INTERNET

<1%

22

https://123dok.com/document/dzx2vjdq-analisa-optimum-konstruksi-jembatan-konstruksi-jembatan-tinggi-tanjung.html INTERNET

<1%

23

https://www.iges.or.jp/en/publication_documents/pub/training/id/10749/Bandung_compost_manual_bahasa.pdf INTERNET

<1%

24

https://aguskul.blogspot.com/2017/06/rencana-tata-bangunan-dan-lingkungan.html INTERNET

<1%

25

https://www.researchgate.net/profile/Arya_Rezagama/publication/315711322_STUDI_OPTIMASI_TAKAKURA_DENGAN_ PENAMBAHAN_SEKAM_DAN_BEKATUL/links/58dddad4aca27206a8a1c3b1/STUDI-OPTIMASI-TAKAKURA-DENGAN-PENAMBAHAN-SEKAM-DAN-BEKATUL.pdf INTERNET

<1%

26

https://issuu.com/haluan/docs/hln200318 INTERNET

<1%

27

https://www.slideshare.net/NurHaida5/paper-kompos-dan-pengomposan INTERNET

<1%

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan Pelatihan Penyegaran FM Reguler Lama ini adalah tenaga FM Reguler yang lebih mampu dan terampil dalam melaksanakan tugasnya sesuai

Menunjuk nama-nama yang tersebut dalam lampiran I dan lampiran II Surat Keputusan ini sebagai Panitia Pengarah dan Panitia Pelaksana Rapat Kerja Pengadilan

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, rumusan masalah yang menjadi inti dari penelitian ini adalah “Bagaimana unjuk kerja

Setelah membaca dongeng “Kisah Tukang Kayu yang Jujur” yang telah dibagikan guru melalui WAG, siswa dapat menemukan unsur-unsur cerita dalam dongeng dengan tepat4. Setelah membaca

Pada penelitian lain, yang dilakukan oleh Perveen, et al melakukan ekstraksi ciri bagian wajah pada citra JAFFE menggunakan metode Statistical Feature Extraction

Karena itu akta pengikatan jual beli yang dibuat dihadapan notaris hanya merupakan perjanjian pendahuluan untuk mengikat kedua belah pihak pada suatu waktu-waktu nanti

Dengan mengetahui faktor penghambat seperti keadaan orang tua siswa dan jarak tempuh dari rumah ke sekolah yang terlalu jauh maka dalam pelaksanaan kebijakan