• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENGUJIAN KAYU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PENGUJIAN KAYU"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENGUJIAN KAYU

KELOMPOK IV

1. JONIGIUS DONUATA 2. YANSEN Y. ASA 3. TITO SIMENES ALVES 4. MAKSIMUS SERAN

5. KOSMAS DAMIANUS TAO

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN LAHAN KERING

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG KUPANG 2015 LAPORAN PENGUJIAN KAYU KELOMPOK IV 1. JONIGIUS DONUATA 2. YANSEN Y. ASA 3. TITO SIMENES ALVES 4. MAKSIMUS SERAN

5. KOSMAS DAMIANUS TAO

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN LAHAN KERING

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG KUPANG 2015 LAPORAN PENGUJIAN KAYU KELOMPOK IV 1. JONIGIUS DONUATA 2. YANSEN Y. ASA 3. TITO SIMENES ALVES 4. MAKSIMUS SERAN

5. KOSMAS DAMIANUS TAO

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN LAHAN KERING

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG KUPANG

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sumber daya penghasil kayu adalah hutan. Kayu merupakan bahan baku yang digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan, misalnya untuk bahan bangunan (rumah), parabot rumah tangga, tiang pagar, alat musik, kertas, kayu bakar, bantalan rel kereta dan tiang listrik. Dalam kehidupan kita sehari- hari, kayu merupakan bahan yang sangat sering dipergunakan untuk tujuan penggunaan tertentu. Terkadang sebagai barang tertentu, kayu tidak dapat digantikan dengan bahan lain karena sifat khasnya. Kita sebagai pengguna dari kayu yang setiap jenisnya mempunyai sifat-sifat yang berbeda, perlu mengenal sifat-sifat kayu tersebut sehingga dalam pemilihan atau penentuan jenis untuk tujuan penggunaan tertentu harus betul-betul sesuai dengan yang kita inginkan.

Di era perdagangan global saat ini tuntutan terhadap mutu produk kayu olahan semakin tinggi. Tuntutan tersebut bentuknya bahkan tidak lagi memerlukan pembuktian yang hanya didasarkan pada bentuk fisik barang, melainkan juga berdasarkan dokumen resmi yang menyertainya. Dokumen yang menerangkan bahwa barang tersebut telah memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan, agar dapat diakui, harus dikeluarkan oleh laboratorium penguji yang terakreditasi. Di sinilah keberadaan laboratorium penguji terakreditasi menjadi semakin penting peranannya, karena laboratorium tersebutlah yang memiliki core competency untuk memberikan pengakuan atas mutu suatu barang berdasarkan uji yang dilakukannya.

1.2. Tujuan

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pengujian

Pengujian merupakan evaluasi dan kajian teknis produk rekayasa genetik yang meliputi teknik perekayasaan, efikasi dan persyaratan keamanan hayati di laboratorium, fasilitas uji terbatas dan/atau lapangan uji terbatas (Badan Standarisasi Nasional, 2001). Pengujian hasil hutan didefinisikan sebagai suatu kegiatan dalam rangka menetapkan jenis, ukuran, isi (volume) dan mutu (kualitas) hasil hutan.

Pengujian kayu adalah suatu kegiatan dalam rangka menetapkan jenis, isi (volume), dan mutu kayu (Badan Standarisasi Nasional, 2003). Pengukuran dan pengujian kayu menurut Badan Standarisasi Nasional (2001) diartikan sebagai suatu kegiatan untuk mencapai optimalisasi pemanfaatan hasil hutan yang meliputi penetapan jenis, penetapan ukuran (volume/berat) dan penetapan kualitas hasil hutan.

Kualitas adalah faktor-faktor yang terdapat dalam suatu barang (hasil) tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa mereka dibutuhkan (Assauri, 1980). Kualitas menurut Badan Standarisasi Nasional (1994) diartikan sebagai kemampuan bahan/barang (hasil) untuk tujuan tertentu berdasarkan karakteristik yang dimilikinya.

2.2 Prinsip pengujian

Pada prinsip pengujian kayu menurut Badan Standarisasi Nasional (2003) diartikan sebagai suatu kegiatan dalam rangka menetapkan jenis, isi (volume), dan mutu kayu. Penetapan ukuran kayu bundar jati menurut SNI 01-5007.17-2001, tentang Pengukuran dan tabel isi kayu Yaitu :

1. Satuan untuk diameter kayu adalah cm (centi meter) dengan kelipatan 3 (tiga) cm penuh untuk sortimen AI, AII serta kelipatan 1 cm penuh untuk sortimen AIII.

2. Satuan untuk panjang adalah meter (m) dengan kelipatan 10 cm penuh untuk panjang sampai dengan 10,00 meter dan 50 cm penuh untuk panjang lebih dari 10,00 meter.

(4)

3. Satuan untuk isi kayu bundar adalah meter kubik (m3), dengan penulisan 3 (tiga) angka di belakang koma untuk sortimen AI dan AII serta 2 angka dibelakang koma untuk sortimen AIII.

4. Kualitas adalah faktor-faktor yang terdapat dalam suatu barang (hasil) tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa mereka dibutuhkan (Assauri, 1980).

Prinsip pengujian menurut Standar Nasional Indonesia, kayu yang akan diuji harus : 1. Dapat dibolak-balik sehingga semua permukaan kayu dapat dilihat secara keseluruhan 2. Diuji pada siang hari (di tempat terang) sehingga dapat mengamati semua kelainan

yang terdapat pada kayu

3. Pengambilan contoh dilakukan dengan mempertimbangkan keterwakilan populasi Sebelum pengujian sebaiknya bebas dari kulit kayu (kliko) sehingga tanda yang akan dituliskan pada batang tidak hilang. Karena, tanda tersebut memiliki fungsi informatif, control, dan administratif.

1. Dilakukan pemeriksaan secara teliti terhadap pohon yang roboh tersebut, memeriksa kelurusan batang, cacat yang ada serta kepecahan, baik dari atas maupun dari samping batang.

2. Dilakukan penandaan pembagian batang (dengan tir) pada bagian-bagian yang akan dipotong, dengan tiga garis tir antara lain satu garis panjang untuk tempat potong, 2 garis kecil sebagai penanda yang berfungsi untuk kontrol.

3. Pembagian dilakukan dari pangkal, sedangkan pemotongan dilakukan dari ujung. 4. Disamping tanda pembagian, diberikan juga tanda pada batang-batang yang perlu

dikepras (benjolan-benjolan dan cacat).

5. Semua batang harus dilakukan pembagian sampai pada cabang-cabang kecil (Ø 10 sentimeter panjang 1 meter) untuk kayu perkakas dan kemudian kayu bakar.

2.3 Cacat Kayu

Bearly (2001) membagi cacat kayu kedalam dua bagian, yakni pertama cacat yang ditimbulkan dari pengaruh lingkungan sepanjang pohon itu hidup antara lain penyimpangan bentuk pohon, serat terpilin, kayu reaksi (kayu tekan dan kayu tarik), pertumbuhan lingkar tahun yang abnormal, warna yang abnormal dan lain-lain. Kelompok cacat kedua adalah cacat yang disebabkan oleh pertumbuhan alami seperti mata kayu dan empelur.

(5)

Karlinasari (2006), menyatakan bahwa penyimpangan atau abnormalitas dari struktur normal dalam kayu tidak diperhatikan apabila kayu d ianggap sebagai bagian dari organisme hidup dan sebagai subjek yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sepanjang hidupnya. Namun ketika kayu dilihat dari sudut pandang sebagai bahan baku maka abnormalitas dalam struktur kayu sangat diperhatikan karena dapat menurunkan nilai fungsinya. Abnormalitas tersebut biasa dikenal dengan sebutan cacat kayu.

Karlinasari (2006), menyatakan bahwa cacat kayu (defect) adalah penyimpangan atau kelainan pada kayu yang dapat mempengaruhi mutu kayu. Berdasarkan penyebabnya cacat kayu dapat dibagi menjadi :

1. Cacat alami (natural defects), karena lingkungan dan serangan makhluk biologis. Contohnya mata kayu (knots), kantung damar (pitch poket), saluran damar (resin streaks), cacat mineral, kayu reaksi, dan fungi.

2. Selain penyebab alami / akibat pengolahan. Contohnya adalah twist, cupping, bowing, wane, compression failure, cross breaks, dan cross grain.

Berdasarkan kategorinya cacat terbagi atas :

1. Cacat bentuk yaitu penyimpangan atau kelainan dalam pada kayu terhadap bentuknya yang normal. Contohnya membusur (bowing), melengkung (crooking / spring), melintang (twisting) dan lain-lain.

2. Cacat badan yaitu penyimpangan atau kelainan yang terdapat pada keempat sisi kayu dan bukan merupakan cacat bentuk. Contonya adalah mata kayu (knots), retak (checks), pecah (shakes), dan lubang serangga.

3. Cacat bontos yaitu penyimpangan atau kelainan yang terdapat pada bagian bontos kayu dan bukan merupakan cacat bentuk dan cacat badan. Contohnya adalah hati kayu.

Persyaratan cacat adalah cara persyaratan mutu berdasarkan kepada jenis , jumlah , dan atau besarnya cacat maksimal yang diperkenankan, dengan memperhatikan lokasi dan hubungannya dengan cacat-cacat lain. Beberapa deinisi cacat yang sesuai acuan normatif Standar Nasional Indonesia (SNI 01-5007.1-2003), antara lain :

1) Alur adalah suatu lekukan pada permukaan batang kayu

2) Buncak-buncak (Bc) adalah cacat kayu berupa benjolan atau bukan benjolan 3 titik pada badan kayu bundar tetapi tidak berupa mata kayu yang mempengaruhi permukaan.

(6)

3) Gabeng (Gg) merupakan keadaan kayu yang menyerupai rapuh yang dapat dilihat pada bontos kayu.

4) Gerowong (Gr) merpakan lubang besar pada bontos kearah panjang kayu, baik tembus maupun tidak tembus tanpa atau dengan tanda-tanda pembusukan.

5) Gubal (Gu) adalah bagian dari kayu yang terdapat diantara kulit dan kayu teras, pada umumnya berwarna lebih terang dari kayu terasnya serta kurang awet.

6) Kebundaran adalah bentuk kayu yang ditetapkan dengan cara membandingkan diameter terkecil dengan diameter terbesar pada setiap bontosnya dalam persen.

7) Kesilindrisan merupakan bentuk kayu yang ditetapkan dengan cara membandingkan selisih dp dan du dengan panjang kayu dalam persen.

8) Kunus adalah cacat pada bontos kayu berupa cabang akibat dari kesalahan teknis menebang.

9) Lengar (Lr) adalah merupakan lekukan pada batang kayu yang umumnya disebabkan oleh kebakaran atau sebab lainnya

10) Mata kayu (Mk) adalah bekas cabang atau ranting pada permukaan kayu dengan penampang lintang berbentuk bulat atau lonjong.

11) Pakah adalah bontos kayu dipotong pada pertemuan antara 2 (dua) cabang ditandai dengan adanya 2 (dua) hati dan terpisahnya lingkaran tumbuh.

12) Pecah belah (Pe/be) adalah terpisahnya serat kayu melebar sehingga merupakan celah dengan lebar 2 mm atau lebih dan menembus teras.

13) Pecah banting (Pebt) adalah pecah yang tidak beraturan terjadi pada waktu penebangan. 14) Pecah busur (Pb) adalah pecah yang sejajar dengan busur bontos kayu atau searah

dengan lingkaran tumbuh sehingga merupakan busur lingkaran ≤ setengah lingkaran.

15) Pecah gelang (Pg) adalah pecah yang sejajar dengan busur bontos kayu atau searah dengan lingkaran tumbuh sehingga merupakan busur lingkaran > setengah lingkaran.

16) Pecah hati adalah terpisahnya serat dimulai dari hati memotong terhadap lingkaran tumbuh.

17) Pecah lepas adalah akibat bagian dari badan kayu yang hilang / lepas ke arah ke arah memanjang.

18) Pecah slemper adalah pecah sejajar pada bontos yang tidak menembus badan kearah memanjang, tetapi sebagian kayunya masih menyatu.

(7)

BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada :

Hari / Tanggal : Kamis, 2 Juli 2015 Pukul : 10.00-12.00 WITA

Tempat : Laboratorium Perencanaan Hutan. Manajemen Sumber Daya Hutan. Politeknik Pertanian Negeri Kupang

3.2. Alat dan Bahan 3.2.1 Alat

o Mistar

o Roll Meter / pita meter o Alat tulis menulis

3.2.2 Bahan

o Kayu Merah

3.3. Prosedur Kerja

a) Mendengarkan arahan dan penjelasan dari dosen mata kuliah b) Membuat regu kerja / kelompok

c) Menyiapkan alat dan bahan praktikum

d) Melakukan pengujian kayu pada kayu yang ada e) Membuat laporan sementara

(8)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Pengujian Kayu Merah (Shorea acuminata) a) Alur ∅ 100% = 1.3 + 0.417.75 100% = 9.58% b) Silindris ( ) ( ) 100% = 16.85 17.75 100% = 94.93% Si c) Inger – inger

Menghitung jumlah lubang setiap 1 meter Diketahui Panjang kayu 2.4 meter

 1 meter pertama 16 lubang  1 meter kedua 10 lubang  0.4 meter 4 lubang d) Pecah hati ℎ ∅ 100% = 17.75 100%16.2 = 91.26%

(9)

4.2. Pembahasan

Pada praktikum kali ini mengenai pengujian kayu yaitu salah satu kegiatannya adalah mengidentifikasi kayu yang telah ditebang apakah batang kayu tersebut mengalami cacat atau tidak. Maksud dari pengujian kayu ini untuk dapat mengetahui kualitas kayu, karena diketahui bahwa pada industri kayu yang memproduksi suatu barang, syarat bahan baku yang harus didapatkan oleh industri kayu adalah yang sehat atau presentasi cacatnya kecil.

Berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilakukan pada batang kayu merah (Shorea acuminata) ditemui terdapat 4 cacat yaitu alur, kesilindrisan, inger-inger dan pecah hati. Untuk alur nilai presentasinya 9.58%, kesilindrisan nilainya 94.93 % dan termasuk dalam kristeria silindris (Si), untuk inger – inger atau lubang kayu yang diakibatkan oleh serangga kayu, dari hasil hitungan yang dilakukan, jumlah lubang yang ada pada kayu dengan panjang 2.4 meter yaitu ditemui 30 lubang, untuk pecah hati hanya terdapat satu pecahan yang melewati hati kayu sehingga nilai presentasi yang didapatkan adalah 91.26%. Dari hasil identifikasi, kayu merah termasuk kategori kayu yang sehat karena nilai cacat yang didapatkan kecil.

Kayu pada umumnya sebelum di produksi dan dipasarkan, terlebih dahulu akan diuji untuk mendapatkan nilai kualitas pada kayu tersebut. Pada pengujian konsep produk kayu yaitu perusahaan akan memperoleh produk atau merek yang mempunyai masa dan yang baik, produk atau konsep produk dapat disajikan baik secara simbolik maupun secara fisik. Dengan pengujian produk kayu perusahaan akan dapat memperkaya konsep produk dan memilih jenis bahan baku kayu yang terbaik.

(10)

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

 Pada pengujian kayu merah (Shorea acuminata) ditemui ada 4 cacat yaitu alur, kesilindrisan, inger-inger dan pecah hati.

 Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan kayu merah termasuk kategori kayu yang sehat karena nilai cacat yang didapatkan kecil.

 Kayu pada sebelum di produksi dan dipasarkan, terlebih dahulu akan diuji untuk mendapatkan nilai kualitas pada kayu.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 1970 Peraturan Pengukuran Dan Tabel Isi Kayu Bulat Rimba Indonesia. (The Regulation of Measurement and Volume Tables of Indonesia Non Teak Round Wood). The Decree of Directorate General of forestry no. 224/A-2/DD/1970. Jakarta Departemen Kehutanan, 2004. Keputusan Direktur Jendral Bina Produksi Kehutanan Nomor

SK>68/VI-BPPHH/2004 tentang Metode Pengukuran dan Tabel Isi Kayu Bulat Rimba Indonesia

https://www.google.co.id/search?q=maksud+dari+melakukan+pengujian&html. Diakses 5 july 2015

http: // hutdopi08 . blogspot . com / 2012 / 08 / pengukuran – dan – pengujian – kayu -olahan.html. Diakses 5 july 2015

https: // www . google . com / search?q = model + pengujian + kayu + log &ie = utf -8&oe = utf – 8 # q tujuan + melakukan + pengjian + kayu + untuk + industri. Diakses 5 july 2015

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Chrussiawanti yang menyebutkan bahwa remaja merupakan salah satu segmen terbesar penyumbang kecelakaan

Nilsson (2008) memberikan rekomendasi pada pemberian intervensi terpai musik di lingkungan praktek klinik, diantaranya : musik yang digunakan yaitu musik lambat yang

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh pengajar untuk

Perubahan yang cepat menuntut guru untuk selalu meningkatkan kemampuan dirinya, sehingga pada hakikatnya guru masa depan dituntut bisa mengembangkan long life education (Legowo,

Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukan oleh A Tabrani dan Wasmin (2008), guru yang memiliki komitmen dapat melaksanakan tugasnya dengan berdisiplin, yaitu kegiatan

Ada beberapa hal yang bisa kita analisis terhadap prinsip maskulinitas yang terinternalisir dalam diri feminisme dominan, diantaranya; feminisme liberal

Ekstrak benalu teh dosis 0,1, 0,2 dan 0,4 mg/ butir mampu meningkatkan rataan persentase jumlah folikel limfoid aktif pada tiap plika bursa Fabrisius masing-masing adalah 68,8; 71,8;

Selanjutnya melakukan identifikasi proses bisnis yang sedang berjalan, mengidentifikasi proses nasabah mengajukan pinjaman kredit hingga proses pencairan,