• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN FISKAL REGIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN FISKAL REGIONAL"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

- 1 -

KEMENTERIAN KEUANGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

KAJIAN

FISKAL

REGIONAL

Triwulan III

2019

Penyusun

Penanggung Jawab : Arif Wibawa

Ketua Tim : Rochmad Arif Tri Setyawan

Anggota : Rochmat Basuki | Muhammad Ulil Albab | Achmad Puji Slamet | Reynaldi Wisnu Werdhana | Lusiane Noorlin Nussy | Maria Paulina Warwe |

(2)

ii

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Triwulan-III 2019

Halaman Judul i

Daftar Isi ii

Daftar Tabel iii

Daftar Grafik dan Gambar iv

I. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL 1

A. Produk Domestik Regional Bruto 1

B. Inflasi 2

C. Indikator Kesejahteraan 2

II. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN 4

A. Pendapatan Negara 5

B. Belanja Negara 8

C. Prognosis Realisasi APBN 12

III. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD 13

A. Pendapatan Daerah 14

B. Belanja Daerah 17

C. Prognosis Realisasi APBD Sampai Dengan Akhir Tahun 2019 18

IV. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)

19

A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian 19

B. Pendapatan Konsolidasian 19

C. Belanja Konsolidasian 21

D. Analisis Kontribusi Belanja Pemerintah Dalam PDRB 22

V. BERITA/ISU FISKAL REGIONAL TERPILIH 23

A. Dampak Kerusuhan Papua Bagi Perekonomian 23

(3)

iii

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Triwulan-III 2019

Tabel 2.1 Pagu dan Realisasi APBN s.d. Akhir Triwulan III Tahun 2018 dan 2019 4

Tabel 2.2 Realisasi PNBP per Kelompok Pendapatan 7

Tabel 2.3 Profil dan Jenis Layanan BLU Pusat 10

Tabel 2.4 Prognosis Realisasi APBN s.d. Akhir Tahun 2019 12

Tabel 3.1 Pagu dan Realisasi APBD Seluruh Pemerintah Daerah di Provinsi Papua s.d. Triwulan III Tahun 2018 dan 2019

13

Tabel 3.2 Perkiraan Realisasi APBD s.d. Triwulan IV Tahun 2019 18

Tabel 4.1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi Papuas.d. Triwulan III Tahun 2019

19

Tabel 4.2 Pertumbuhan Pendapatan dan PDRB 20

Tabel 4.3 Pertumbuhan Belanja Pemerintah dan PDRB 22

Tabel 4.4 Kontribusi Belanja Pemerintah Terhadap PDRB 22

Tabel 5.1 Provinsi dengan Jumlah Konflik Terbanyak di Indonesia Tahun 2018 23

(4)

iv

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Triwulan-III 2019

Grafik 1.1 Pertumbuhan PDRB Provinsi Papua Per Triwulan 1

Grafik 1.2 Tingkat Inflasi Provinsi Papua dan Nasional Tahun 2019 2 Grafik 1.3 Perbandingan Indeks Tendensi Konsumen TW III dan TW II 2019 2 Grafik 1.4 Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Papua Berdasarkan Tingkat

Pendidikan

3 Grafik 2.1 Realisasi Penerimaan Pajak Dalam Negeri s.d. Triwulan III Tahun

2019

5 Grafik 2.2 Realisasi Penerimaan Pajak Perdagangan Internasional s.d. Triwulan

III Tahun 2019

6

Grafik 2.3 Realisasi PNBP s.d. Triwulan III Tahun 2019 6

Grafik 2.4 Tren Realisasi Belanja Pemerintah Pusat s.d. Triwulan III Tahun 2019 8

Grafik 2.5 Tren Realisasi TKDD s.d. Triwulan III Tahun 2019 9

Grafik 2.6 Penyaluran KUR s.d. Triwulan III Tahun 2019 10

Grafik 2.7 Realisasi Penyaluran KUR Per Sektor 11

Grafik 2.8 Tren Realisasi Tahunan Belanja Pemerintah Pusat 12

Grafik 3.1 Realisasi PAD per Provinsi/Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi Papua s.d. Triwulan III Tahun 2019

14 Grafik 3.2 Realisasi Penerimaan Pajak Daerah s.d. Triwulan III Tahun 2019 14 Grafik 3.3 Realisasi Penerimaan Hasil Kekayaan Daerah yang Dipisahkan s.d.

Triwulan III Tahun 2019

15 Grafik 3.4 Realisasi Pendapatan Transfer s.d. Triwulan III Tahun 2019 16 Grafik 3.5 Realisasi Pendapatan Transfer s.d. Triwulan III Tahun 2019 16 Grafik 3.6 Pagu dan Realisasi Belanja Daerah Menurut Jenis Belanja s.d.

Triwulan III Tahun 2019

17 Grafik 3.7 Tren Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah, IPM dan Tingkat

Kemiskinan

18

Grafik 4.1 Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian 19

Grafik 4.2 Perbandingan Penerimaan Pemerintah Pusat dan Daerah Terhadap Penerimaan Konsolidasian

20

Grafik 4.3 Perbandingan Penerimaan Perpajakan, PNBP dan Hibah 20

Grafik 4.4 Perbandingan Belanja Pemerintah Pusat dan Daerah 21

Grafik 4.5 Komposisi Belanja Konsolidasian 21

Grafik 5.1 Provinsi dengan Jumlah Konflik Terbanyak di Indonesia Tahun 2018 23 Gambar 5.1 Foto Pembakaran Fasilitas Umum Dampak Kerusuhan di Jayapura 24

(5)

Sri Mulyani Indrawati

"Anggaran yang dikelola dengan baik

tidak hanya mencerminkan kualitas

ekonomi yang baik, tetapi juga

mencerminkan martabat suatu bangsa

yang baik"

Menteri Keuangan Republik Indonesia

Kondisi Ekonomi Regional

(6)

1

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Triwulan-III 2019

A. Produk Domestik Regional Bruto

erekonomian Papua sampai dengan triwulan III 2019 mencapai Rp50,35 triliun berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku. Pada triwulan III 2019 pertumbuhan ekonomi Papua mengalami kontraksi sebesar -15,11 persen dibanding triwulan III 2018. Hal tersebut disebabkan oleh penurunan lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian sebesar -38,31 persen. Penurunan produksi bijih logam PT. Freeport yang terjadi sejak triwulan I 2019 masih berlanjut sampai dengan triwulan III 2019. Proses transisi penambangan PT. Freeport dari semula tambang terbuka (open pit) ke lokasi penambangan bawah tanah Grasberg

Block Cave (GBC) diperkirakan berdampak pada penurunan produksi selama tahun

2019. Dari sisi pengeluaran, komponen ekspor mengalami kontraksi sebesar -79,86 persen. Hal tersebut merupakan imbas dari PT. Freeport yang hanya melakukan ekspor di bulan September setelah adanya persetujuan penambahan kuota ekspor semula 180.000 DMT (Dry Metric Ton) menjadi 680.000 DMT.

Dibandingkan dengan periode sebelumnya, perekonomi Papua triwulan III 2019 mengalami pertumbuhan cukup tinggi sebesar 13,90 persen. Kenaikan ini distimulus oleh disetujuinya penambahan kuota ekspor oleh pemerintah Indonesia terhadap PT. Freeport pada bulan September 2019. Adanya beberapa festival budaya dan tahun ajaran baru menyebabkan mayoritas lapangan usaha mengalami pertumbuhan positif kecuali lapangan usaha pertanian; kehutanan dan perikanan; industri pengolahan; perdagangan besar dan eceran; serta reparasi mobil dan sepeda motor. Pertumbuhan juga terjadi pada impor luar negeri yang naik sebesar 27,47 persen yang disebabkan oleh kenaikan impor Migas, sementara untuk Ekspor Luar Negeri naik sebesar 11,16 persen, PK-P sebesar 5,73 persen, PMTB sebesar 4,33 persen dan PK-RT sebesar 1,36 persen.

Hingga triwulan III 2019 PDRB per kapita Papua Rp14,84 juta, naik 10,72 persen (yoy). Jika dilihat tanpa Pertambangan dan Penggalian, PDRB per kapita triwulan III 2019 Rp10,77 juta atau meningkat sebesar 2,24 persen dari triwulan sebelumnya. Grafik 1.1. Pertumbuhan PDRB Provinsi Papua

Per Triwulan s.d. Triwulan III Tahun 2019

Sumber: BPS (2019), diolah -26,37 10,03 18,53 9,10 -11,12 7,51 2,00 -15,66 -13,64 0,57 13,90 -30,00 -25,00 -20,00 -15,00 -10,00 -5,00 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2017 2018 2019

(7)

2

Kondisi Ekonomi Regional

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Triwulan-III 2019 B. Inflasi

Kota Jayapura dan Kabupaten Merauke sebagai rujukan kondisi perokonomian Papua cukup lesu. Bulan September 2019 menunjukkan Kota Jayapura mengalami deflasi sebesar 1,26 persen dengan IHK sebesar 139,79. Sama halnya dengan Kota Jayapura, Kabupaten Merauke mengalami deflasi sebesar 0,99 persen dan IHK sebesar 137,43 pada bulan September 2019. Sedangkan jika ditinjau secara year to date, Kota Jayapura dan Kabupaten Merauke juga mengalami deflasi, Kota Jayapura mengalami deflasi sebesar 0,56 persen dan Kabupaten Merauke 2,55 persen. Inflasi secara year on

year Kota Jayapura sebesar 2,56% dan Kabupaten Merauke sebesar 0,07%.

Deflasi yang terjadi di Kota Jayapura secara umum dipengaruhi oleh penurunan harga yang cukup signifikan pada beberapa komoditi antara lain ikan ekor kuning, ikan cakalang, cabai rawit, tarif angkutan udara, bawang merah, ikan deho, ikan kawalina, bawang putih, kubis, daging sapi, dan lain-lain. Sedangkan deflasi di Kabupaten Merauke juga didorong oleh peurunan harga beberapa komoditas antara lain kacang panjang, bawang merah, bawang putih, cabai rawit, telur ayam ras, kangkung, kubis, ikan paha, daging ayam kampung, buncis, dan lain-lain.

C. Indikator Kesejahteraan 1. Indeks Tendensi Konsumen

Kondisi ekonomi konsumen Papua mengalami peningkatan dengan tingkat optimisme lebih rendah

daripada kondisi triwulan

sebelumnya, hal tersebut ditunjukkan oleh Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Papua sebesar 100,08. Kondisi tersebut dipicu oleh komponen pendapatan rumah tangga kini yang juga meningkat dengan nilai indeks sebesar 104,63. Komponen Indeks pengaruh inflasi terhadap tingkat konsumsi dan volume konsumsi barang/jasa justru menurun, masing-masing nilainya 94,24 dan 96,65. Penurunan Grafik 1.2. Tingkat Inflasi Provinsi Papua dan

Nasional Tahun 2019

Sumber: BPS (2019), diolah

Grafik 1.3. Perbandingan Indeks Tendensi Konsumen TW-III 2019 dan TW-II 2019

(8)

3

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Triwulan-III 2019

tersebut dipengaruhi oleh deflasi yang terjadi selama periode Juli sampai September 2019. Disamping itu, terjadinya kerusuhan pada sejumlah wilayah di Papua juga berdampak pada penurunan volume konsumsi barang/jasa di Papua selama periode Agustus-September 2019.

2. Keadaan Ketenagakerjaan

Dinamika pasar tenaga kerja di Papua tercermin dari peningkatan jumlah tenaga kerja dan jumlah penduduk yang bekerja, disaat yang sama juga terjadi peningkatan jumlah pengangguran. Jumlah angkatan kerja 1,84 juta orang atau mengalami peningkatan 33,35 ribu orang dibanding keadaan Februari 2019. Pada Agustus 2019, penduduk yang bekerja bertambah 28,06 ribu orang dibanding keadaan Februari 2019. Sedangkan jumlah penganggur meningkat sekitar 5,29 ribu orang dari Februari sampai Agustus 2019. Secara total, jumlah pengangguran di Papua pada Agustus 2019 mencapai 676.173 orang.

Bulan Agustus 2019, angka pengangguran di Papua mencapai 3,65 persen dari total angkatan kerja, masih dibawah angka pengangguran nasional sebesar 5,28%. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tertinggi di Papua berada di tingkat pendidikan sekolah menengah kejuruan (SMK) sebesar 11,30 persen. Sebaliknya, TPT terkecil berada pada penganggur dengan tingkat pendidikan SD ke bawah yaitu 1,27%. Sejak setahun terakhir, TPT di Papua meningkat sebesar 0,45 persen.

Grafik 1.4. Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Papua Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Sumber: BPS (2019), diolah 1,27 2,55 7,63 11,3 9,13 7,81 0 2 4 6 8 10 12

< SD SMP SMA SMK Diploma Universitas

JAYAPURA, KOMPAS.com - Kerusuhan yang terjadi di Kota Jayapura pada 29 Agustus 2019, masih meninggalkan dampak bagi perekonomian setempat. Setidaknya dari sisi perhotelan, hingga kini tingkat hunian (okupansi) masih sangat minim dan banyak terjadi pembatalan pemesanan kamar. "Terutama pembatalan Popnas, sebagian juga acara pemerintahan batal," ujar Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Papua, Sahril Salim, ketika dihubungi melalui telepon, Senin (17/9/2019). Ia menyebut okupansi perhotelan di Jayapura, sejak terjadinya kerusuhan menurun drastis. Bahkan dampaknya masih ada hingga kini. "Okupansi turun 60 persen, kita harap situasi cepat kembali seperti semula," kata Sahril. Hal yang sama diakui oleh Suhari, General Mamager Hotel Aston Jayapura. Menurutnya banyak pembatalan yang diterima sejak kerusuhan pecah di Jayapura. "Banyak pembatalan, baik dari dalam Papua atau dari Jakarta," ungkapnya. Dalam situasi normal, okupansi Aston rata-rata perbulannya bisa mencapai 60 persen, namun kini angkanya jauh di bawah itu. "Rata-rata tiap malam kamar hanya terisi sekitar 10 hingga 20 unit saja," sebut Suhari.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pascakerusuhan, Okupansi Hotel di Jayapura Berkurang 60 Persen",

https://regional.kompas.com/read/2019/09/16/15064041/pascakerusuhan-okupansi-hotel-di-jayapura-berkurang-60-persen.

(9)

Andin Hadiyanto

"APBN sekarang nilainya sudah cukup

besar, sehingga dari segi policy maupun

dari segi pengelolaannya juga harus akurat

dan cepat"

Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu RI

Perkembangan dan Analisis APBN

(10)

4

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Triwulan-III 2019

PBN Papua ditinjau dari sisi pendapatan dan belanja mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Perkembangan APBN Papua tahun 2018-2019 dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 2.1: Pagu dan Realisasi APBN s.d. Akhir Triwulan III Tahun 2018 dan 2019 Uraian Pagu 2018 Realisasi Pagu 2019 Realisasi

A. PENDAPATAN NEGARA 10.595,46 7.897,52 9.932,62 5.785,70

I. PENERIMAAN DALAM NEGERI 9.344,01 7.698,56 9.844,52 5.732,87

1. Penerimaan Perpajakan 8.934,49 7.265,05 9.374,25 5.262,83

a. Pajak Dalam Negeri 7.245,67 3.595,26 7.090,34 4.679,58

b. Pajak Perdagangan Internasional 1.688,82 3.669,79 2.283,92 583,25

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak(PNBP) 409,52 433,51 470,27 470,04

II. HIBAH 1.251,45 198,96 88,10 52,84 B. BELANJA NEGARA 60.719,33 39.539,75 64.123,37 39.044,85

I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT 16.032,63 7.820,96 17.236,91 9.331,72

1. Belanja Pegawai 3.539,32 2.612,85 4.004,33 2.920,39

2. Belanja Barang 6.616,86 2.731,87 6.769,54 3.816,68

3. Belanja Modal 5.771,72 2.451,73 6.311,77 2.536,26

4. Belanja Bantuan Sosial 30,00 9,95 35,48 14,51

5. Belanja Lain-lain 74,73 14,56 115,79 43,87

II. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 44.686,70 31.718,79 46.886,46 29.713,13

1. Transfer Ke daerah 40.396,37 29.151,19 41.648,96 26.575,01

a. Dana Perimbangan 32.290,76 24.139,05 32.846,87 23.882,84

Dana Alokasi Umum 22.451,73 18.586,41 23.083,99 19.146,64

Dana Bagi Hasil 3.147,65 2.058,72 2.710,34 1.922,37

Dana Alokasi Khusus Fisik 4.886,90 2.267,31 4.991,47 1.291,28

Dana Alokasi Khusus Non Fisik 1.804,49 1.226,62 2.061,06 1.522,54

b. Dana Otonomi Khusus 8.020,85 4.935,64 8.674,68 2.602,40

c. Dana Insentif Daerah 84,75 76,50 127,42 89,77

2. Dana Desa 4.290,34 2.567,60 5.237,50 3.138,12 C. SURPLUS DEFISIT -50.123,87 -31.642,23 -54.190,75 -33.259,15

Sumber: LRA Tingkat Kanwil, OmSPAN 2019 (data diolah)

Realisasi pendapatan negara sampai dengan triwulan III 2019 baru tercapai Rp5,79 triliun atau 58,3 persen dari target sebesar Rp9,93 triliun. Realisasi ini lebih rendah dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 74,5 persen. Meningkatnya realisasi Pajak Dalam Negeri hingga triwulan III 2019 tidak cukup mampu menopang Pendapatan Negara sebagai akibat turunnya penerimaan Pajak Perdagangan Internasional, yang anjlok dari Rp3,67 triliun pada triwulan III 2018 menjadi hanya Rp583,25 miliar pada tahun berjalan.

Di sisi belanja, alokasi pagu tahun 2019 sebesar Rp64,12 triliun, yang terdiri dari Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp17,24 Triliun dan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) sebesar 46,89 Triliun. Pagu belanja tersebut meningkat 5,6 persen dari pagu tahun sebelumnya. Realisasi belanja negara sampai dengan triwulan III 2019 baru mencapai Rp39,04 triliun atau 60,9 persen dari total pagu, lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 65,1 persen.

(11)

5

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Triwulan-III 2019

A. Pendapatan Negara

1. Penerimaan Perpajakan

Penerimaan perpajakan hingga triwulan III 2019 baru terealisasi sebesar Rp5,26 triliun atau 56,1 persen dari target penerimaan perpajakan sebesar Rp9,37 triliun. Penerimaan tersebut turun sebesar 27,6 persen dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp7,27 triliun. Penurunan tersebut terutama diakibatkan berkurangnya penerimaan Bea Keluar dari kegiatan ekspor PT. Freeport Indonesia.

a. Penerimaan Pajak Dalam Negeri

Penerimaan Pajak Dalam Negeri sampai dengan triwulan III 2019 baru tercapai sebesar Rp4,68 triliun atau 66,0 persen dari target

sebesar Rp7,09 triliun.

Penerimaan tersebut sebagian besar berasal dari PPh yang mencapai Rp2,85 triliun atau 60,9 persen dari total penerimaan Pajak Dalam Negeri. Penerimaan PPh sendiri didominasi oleh PPh Non Migas yang mencapai 99,9 persen. Penyumbang PPh terbesar berasal dari pembayaran PPh dari karyawan PT. Freeport Indonesia yang terdaftar pada KPP Timika. Setelah PPh, penerimaan PPN yang mencapai Rp1,10 triliun menyumbang 23,6 persen dari total penerimaan Pajak Dalam Negeri, khususnya di wilayah Kota Jayapura sebagai pusat perdagangan dan bisnis di Papua. Penerimaan PBB sampai dengan triwulan III 2019 sebesar Rp671,55 miliar, mengalami kenaikan signifikan (199,1%) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, karena meningkatnya setoran PBB dari PTFI akibat perubahan Kontrak Karya menjadi Ijin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).

b. Penerimaan Pajak Perdagangan Internasional

Penerimaan Pajak Perdagangan Internasional sampai dengan triwulan III 2019 baru tercapai sebesar Rp583,25 miliar atau 25,5 persen dari target sebesar Rp2,28 triliun. Penerimaan tersebut mengalami penurunan sebesar 84,1 persen dari realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp3,67 triliun.

Grafik 2.1. Realisasi Penerimaan Pajak Dalam Negeri s.d. Triwulan III Tahun 2019 (miliar Rp)

(12)

6

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Triwulan-III 2019

Penerimaan Pajak

Perdagangan Internasional di Provinsi Papua didominasi oleh penerimaan Bea Keluar. Penerimaan Bea Keluar sampai dengan triwulan III 2019 sebesar Rp445,17 miliar atau 21,3 persen dari target yang ditetapkan sebesar Rp2,09 triliun, menurun sangat signifikan dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp3,48 triliun. Selain faktor produksi, menurunnya penerimaan Bea Keluar juga disebabkan adanya restitusi yang mencapai Rp413,58 miliar akibat putusan pengadilan pajak atas banding yang diajukan PT. Freeport Indonesia.

Di sisi Bea Masuk, penerimaan sampai dengan triwulan III 2019 telah mencapai Rp138,08 Miliar atau 72,7 persen dari target sebesar 189,82 miliar. Penerimaan Bea Masuk terutama diperoleh dari importasi vanili dari Papua Nugini dan barang kiriman pos. Secara keseluruhan, realisasi Bea Masuk, Bea Keluar, dan Pabean Lainnya sampai dengan akhir tahun 2019 diproyeksikan hanya sebesar Rp1,15 triliun atau 50,3 persen dari target yang ditetapkan.

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Realisasi PNBP sampai dengan triwulan III 2019 telah mencapai Rp470,04 miliar atau 99,9 persen dari target sebesar Rp470,27 miliar. Realisasi tersebut meningkat 8,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp433,51 miliar. Realisasi PNBP di Papua didominasi oleh Pendapatan PNBP Lainnya yang mencapai 82,8 persen, sedangkan sisanya sebesar 17,2 persen berasal dari Pendapatan BLU.

Grafik 2.2. Realisasi Penerimaan Pajak Perdagangan Internasional s.d. Triwulan III Tahun 2019 (miliar Rp)

Sumber: LRA tingkat Kanwil (2019), diolah

Grafik 2.3. Realisasi PNBP s.d. Triwulan III Tahun 2019 (miliar Rp)

(13)

7

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Triwulan-III 2019

Tabel 2.2: Realisasi PNBP Per Kelompok Pendapatan s.d. Triwulan III-2019 (miliar Rp) Kelompok PNBP Target Realisasi

Pendapatan dari Penjualan, Pengelolaan BMN dan Iuran Badan Usaha 0,73 8,58

Pendapatan Administrasi dan Penegakan Hukum 65,46 85,25

Pendapatan Kesehatan, Perlindungan Sosial dan Keagamaan 5,58 48,04

Pendapatan Pendidikan, Budaya, dan Ristek 178,36 106,00

Pendapatan Jasa Transportasi, Kominfo 86,39 44,04

Pendapatan Jasa Lainnya 0,54 0,72

Pendapatan Bunga, Pengelolaan Rekening Perbankan dan Keuangan 0,47 5,41

Pendapatan Denda 0,00 6,63

Pendapatan Lain-Lain 0,01 84,28

Pendapatan Jasa BLU 132,72 81,08

Jumlah 470,27 470,04

Sumber: LRA Tingkat Kanwil 2019, diolah

Ditinjau berdasarkan kelompok pendapatan, kontributor utama PNBP di Papua berasal dari Pendapatan Pendidikan, Budaya, dan Ristek yang berkontribusi sebesar 22,6 persen. Selain itu kelompok Pendapatan Administrasi dan Penegakan Hukum berkontribusi sebesar 18,1 persen, Pendapatan Jasa BLU berkontribusi sebesar 17,2 persen, dan Pendapatan Lain-Lain sebesar 17,9 persen.

Berdasarkan hasil penelusuran pada kelompok Pendapatan Lain-lain, tingginya realisasi sampai dengan triwulan III 2019 berasal dari penerimaan kembali belanja tahun anggaran yang lalu, khususnya belanja barang dan modal yang mencapai lebih dari Rp82 miliar. Pengembalian belanja tersebut dapat diakibatnya antara lain adanya pencairan garansi bank karena pelaksanaan pekerjaan yang tidak selesai di akhir tahun, adanya temuan hasil pemeriksaan dari aparat pengawasan yang mewajibkan satker harus menyetorkan kembali sebagian dari kelebihan pembayaran, dan sebagainya. 3. Pendapatan Hibah

Sampai dengan akhir triwulan III 2019, realisasi pendapatan hibah sebesar Rp52,84 miliar atau 60,0 persen dari pagu Rp88,10 miliar. Satker penerima hibah terdapat pada Bagian Anggaran Kepolisian, Pertahanan, dan KPU. Dari 24 satker yang menerima hibah, baru 12 satker yang telah merealisasikan sebagian hibah yang diterima.

 Meningkatnya penerimaan Pajak Dalam Negeri tidak cukup mampu mendongkrak pertumbuhan pendapatan negara karena imbas menurunnya Penerimaan Pajak Perdagangan Internasional secara signifikan khususnya Bea Keluar.

 Pendapatan Negara di Papua mayoritas berasal dari penerimaan Perpajakan khususnya PPh, PBB, PPN, dan Bea Keluar, dimana untuk PPh, PBB, dan Bea Keluar didominasi oleh setoran yang dilakukan oleh PT. Freeport Indonesia (PTFI), sehingga dampak belum optimalnya produksi PTFI karena transisi dari tambang Grasberg (open

pit) menjadi underground mine sangat berpengaruh pada pendapatan negara tersebut.

 Adanya restitusi Bea Keluar yang dikompensasikan dengan penerimaan tahun berjalan sebagai dampak putusan pengadilan yang diajukan oleh PTFI juga turut menjadi penyebab turunnya penerimaan Pajak Perdagangan Internasional.

(14)

8

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Triwulan-III 2019

B. Belanja Negara

1. Belanja Pemerintah Pusat

Penyerapan belanja pemerintah pusat yang terdiri dari belanja pegawai, barang, modal, bantuan sosial, maupun belanja lain-lain sampai dengan triwulan III 2019 belum menunjukkan capaian yang optimal. Realisasi belanja pemerintah pusat baru mencapai Rp9,33 triliun atau 54,1 persen dari pagu sebesar Rp17,24 triliun. Realisasi tersebut sedikit lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai 48,8 persen. Realisasi belanja sampai dengan triwulan III 2019 masih didominasi oleh belanja pegawai yang mencapai 72,9 persen.

Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Papua diperuntukkan bagi 47 Bagian Anggaran. Bagian Anggaran yang memperoleh alokasi terbesar yaitu Kementerian PUPR sebesar Rp6,22 triliun dan Kementerian Pertahanan sebesar Rp2,43 triliun. Secara keseluruhan, realisasi belanja pegawai sebesar Rp2,92 triliun (72,9%) dari pagu Rp4,00 triliun. Realisasi belanja barang sebesar Rp3,82 triliun (56,4%) dari pagu Rp6,77 triliun. Realisasi belanja modal sebesar Rp2,54 triliun (40,2%) dari pagu Rp6,31 triliun. Realisasi belanja bantuan sosial sebesar Rp14,51 miliar (40,9%) dari pagu Rp35,48 miliar. Adapun realisasi/penyerapan belanja lain-lain merupakan yang terendah yaitu Rp43,87 miliar atau hanya sebesar 37,9 persen dari pagu Rp115,79 miliar.

Tingginya realisasi belanja pegawai didorong adanya realisasi pembayaran THR PNS pada bulan Mei 2019, sedangkan belanja barang dikarenakan adanya realisasi belanja dari KPU dan Bawaslu dalam rangka operasional penyelenggaraan Pemilu Legislatif dan Pilpres tahun 2019 yang dilaksanakan pada bulan April 2019. Adapun serapan belanja lain-lain masih rendah dikarenakan belanja tersebut hanya dipergunakan untuk biaya ongkos angkut beras PNS di Distrik Pedalaman Papua, dimana untuk proses pengangkutan beras ke pedalaman tersebut sangat tergantung pada kondisi cuaca, keamanan, dan ketersediaan/jadwal sarana transportasi.

Grafik 2.4. Tren Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Triwulan III Tahun 2019

(15)

9

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Triwulan-III 2019 2. Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD)

Secara nominal, realisasi penyaluran Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp19,15 triliun (82,9%) dari pagu Rp23,08 triliun, Dana Bagi Hasil (DBH) sebesar Rp1,92 triliun (70,9%) dari pagu Rp2,71 triliun, DAK Nonfisik sebesar Rp1,52 triliun (73,9%) dari pagu Rp2,06 triliun, Dana Insentif Daerah (DID) sebesar Rp89,77 miliar (70,5%) dari pagu Rp127,42 miliar, Dana Desa sebesar Rp3,14 triliun (59,9%) dari pagu Rp5,24 triliun, DAK Fisik sebesar Rp1,29 triliun (25,9%) dari pagu Rp4,99 triliun. Adapun Dana Otonomi Khusus (Otsus) baru terealisasi sebesar Rp2,60 triliun atau 30 persen dari alokasi pagu sebesar Rp8,67 triliun.

Hingga triwulan III 2019,

realisasi dana TKDD

mencapai Rp29,71 triliun atau 63,4 persen dari pagu Rp46,89 triliun. Persentase realisasi tertinggi terdapat pada DAU sebesar 82,9 persen dan DAK Nonfisik sebesar 73,9 persen. Realisasi DAK Fisik mengalami lonjakan signifikan pada bulan Juli 2019 seiring batas akhir penyaluran tahap I, dimana pemenuhan dokumen persyaratan penyaluran harus dilakukan paling lambat tanggal 22 Juli 2019. Penyaluran DAK Fisik pada bulan Juli 2019 tersebut sebesar Rp1,14 triliun atau 22,7 persen dari alokasi pagu. Pada penyaluran DAK Fisik tahap I terdapat 4 pemda-bidang yang gagal salur dengan total pagu sebesar Rp13,70 miliar. Di saat yang bersamaan juga terdapat DAK Fisik Sekaligus kurang dari 1 miliar yang gagal salur yaitu DAK Penugasan bidang Irigasi Kabupaten Waropen dan DAK Penugasan bidang Kesehatan Kabupaten Mamberamo Tengah, dengan total pagu mencapai Rp561,91 juta. Beberapa penyebab DAK Fisik gagal salur antara lain disebabkan keterlambatan proses lelang pengadaan barang/jasa, tidak adanya dokumen Rencana Kegiatan (RK), dan sebagainya.

Di sisi Dana Desa, sepanjang triwulan III 2019 tidak terdapat realisasi penyaluran, sehingga total penyalurannya masih sama dengan triwulan II-2019 yaitu sebesar Rp3,14 triliun. Tidak adanya penyaluran Dana Desa pada triwulan III 2019 disebabkan desa belum menyusun laporan penyerapan dan capaian output atas Dana Desa yang telah disalurkan sampai dengan tahap II.

Grafik 2.5. Tren Realisasi TKDD s.d. Triwulan III Tahun 2019

Sumber: SPAN (2019), diolah

Masih rendahnya realisasi belanja diakibatkan belum optimalnya realisasi belanja modal dan dana transfer, khususnya Dana Otsus Papua dan DAK Fisik. Realisasi belanja modal, Dana Otsus, dan DAK Fisik diperkirakan naik signifikan pada triwulan IV.

(16)

10

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Triwulan-III 2019

3. Pengelolaan BLU

Sampai dengan akhir triwulan III 2019 terdapat tiga Satker BLU di Provinsi Papua.Tiga Satker BLU tersebut masing-masing bergerak dalam bidang/pelayanan pendidikan, kesehatan, dan penyediaan barang dan jasa lainnya. Ketiga BLU tersebut memiliki total aset sebesar Rp3,29 triliun. Dari ketiga BLU tersebut, Satker BLU Bandar Udara Sentani di Jayapura memiliki nilai aset tertinggi dibanding dua satker BLU lainnya. Total aset yang dimiliki oleh Bandar Udara Sentani di Jayapura mencapai Rp2,90 triliun.

Tabel 2.3: Profil dan Jenis Layanan BLU Pusat (miliar rupiah)

Nama Satker BLU Total Aset Pagu RM Pagu BLU Realisasi

Bandar Udara Sentani di Jayapura 2.895,98 37,00 92,59 79,19

Politeknik Penerbangan Jayapura 349,59 49,50 6,61 31,89

Rumah Sakit Bhayangkara Jayapura 40,19 11,63 40,00 39,22 Sumber: E-Rekon & LK 2019, diolah

Untuk keperluan operasional, ketiga satker BLU mengelola pagu anggaran sebesar Rp237,32 miliar, yang terdiri dari 58,7 persen pagu BLU dan 41,3 persen pagu Rupiah Murni. Rumah Sakit Bhayangkara Jayapura memiliki komposisi pagu BLU tertinggi dibandingkan satker BLU lainnya, yaitu sebesar 77,5 persen dari keseluruhan pagu yang dikelola. Hal ini menunjukkan bahwa Rumah Sakit Bhayangkara memiliki tingkat kemandirian yang paling matang dibandingkan dua satker BLU lainnya.

4. Manajemen Investasi Pusat a. Penerusan Pinjaman

Sampai dengan akhir triwulan III 2019, di wilayah Provinsi Papua belum terdapat debitur yang menerima penerusan pinjaman lagi dari Pemerintah Pusat.

b. Kredit Program

Realisasi penyaluran KUR sampai dengan triwulan III 2019 mencapai Rp834,17 miliar, dengan total debitur sebanyak 21.372 orang/badan usaha. Realisasi tersebut meningkat 1,35 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang

Mulai triwulan III 2019, nomenklatur Satker Balai Pusat Pelatihan Penerbangan (BPLP) Jayapura berubah menjadi Politeknik Penerbangan Jayapura.

Grafik 2.6. Realisasi Penyaluran KUR s.d. Triwulan III Tahun 2019 (miliar rupiah)

(17)

11

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Triwulan-III 2019

sebesar Rp823,07 miliar. Berdasarkan jumlah akad kredit, realisasi penyaluran KUR kecil merupakan yang terbesar, dengan realisasi penyaluran mencapai Rp422,13 miliar atau sebesar 50,6 persen dari total penyaluran KUR. Sedangkan berdasarkan jumlah debitur, KUR mikro memiliki jumlah debitur terbanyak yaitu mencapai 18.690 debitur atau 87,5 persen dari total debitur KUR.

Penyaluran KUR

terdistribusi ke dalam 11 kelompok usaha. Di provinsi Papua, Sektor Perdagangan Besar dan Eceran merupakan sektor yang memperoleh pembiayaan KUR terbesar mencapai Rp454,52 miliar atau 54,5 persen dari total penyaluran KUR. Hal ini senada dengan realisasi penyaluran KUR secara nasional yang mayoritas terdistribusi ke sektor perdagangan besar dan eceran mencapai 51,9 persen. Sedangkan sektor yang memperoleh pembiayaan KUR paling kecil adalah sektor jasa pendidikan, dengan realisasi penyaluran KUR hanya sebesar Rp290 juta atau 0,03 persen dari total penyaluran KUR. Berbeda dengan KUR Kecil dan Mikro, penyaluran pembiayaan Ultramikro (UMi) di Papua masih sangat rendah. Realisasi penyaluran pembiayaan UMi sampai dengan akhir triwulan III 2019 hanya sebesar Rp142,70 Juta, dengan debitur hanya 38 orang. Sebaran debitur UMi terdapat di Kabupaten Jayapura, Merauke, dan Mimika, dengan lembaga penyalur berasal dari Pegadaian. Rendahnya penyaluran pembiayaan UMi dapat disebabkan kurangnya sosialisasi dari pihak-pihak terkait kepada masyarakat dan bunganya yang relatif tinggi.

Program pembiayaan Ultramikro (UMi) memiliki skema pendanaan yang menyediakan pinjaman bagi masyarakat yang belum terakses perbankan dengan plafon maksimal Rp10 juta, dengan jangka waktu < 52 minggu. Untuk mendorong perkembangan Umi di Papua, Kanwil DJPb Prov. Papua bekerja sama dengan BI dan OJK Perwakilan Papua, Pusat Investasi Pemerintah (PIP) dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) yaitu PT. Pegadaian dan PT. PNM, menyelenggarakan sosialisasi Umi melalui forum FGD dan dialog interaktif (live) di TVRI Papua pada bulan lalu.

Grafik 2.7. Realisasi Penyaluran KUR Per Sektor Triwulan III Tahun 2019

(18)

12

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Triwulan-III 2019

C. Prognosis Realisasi APBN

Tren realisasi belanja Pemerintah Pusat dalam lima tahun terakhir berkisar pada

angka 91,3 persen.

Berdasarkan tren tersebut

dan mempertimbangkan

berbagai kebijakan yang diterapkan Kanwil DJPb Provinsi Papua dalam mempercepat penyerapan anggaran, maka realisasi belanja Pemerintah Pusat hingga akhir tahun anggaran diproyeksikan akan mencapai 92,0 persen atau sebesar Rp15,86 triliun.

Di sisi TKDD, berdasarkan data historis dalam beberapa tahun terakhir diproyeksikan akan mencapai 94,3 persen atau sebesar Rp44,63 triliun pada akhir tahun anggaran. Pada tahun ini Pemda telah memiliki pengalaman dan kemampuan yang lebih memadai dalam mengelola DAK Fisik dan Dana Desa berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, sehingga penyalurannya bisa lebih optimal. Di sisi regulasi, pada tahun ini juga terdapat beberapa kebijakan untuk mendorong percepatan penyaluran TKDD khususnya Dana Desa seperti penyaluran tahap III yang bisa dilakukan dua gelombang untuk mengakomodir desa-desa yang memiliki kinerja bagus.

Adapun realisasi pendapatan pada akhir tahun 2019 diperkirakan hanya akan mencapai 83,3 persen atau sebesar Rp8,28 triliun. Adanya transisi produksi menyebabkan PT Freeport Indonesia belum berproduksi secara optimal menjadi faktor utama yang menyebabkan turunnya ekspor, sehingga berpengaruh pada pendapatan negara khususnya Bea Keluar. Selain itu, besarnya restitusi Bea Keluar juga turut mengurangi penerimaan neto dari Pajak Perdagangan Internasional.

Tabel 2.4: Prognosis Realisasi APBN s.d. Akhir Tahun 2019 (miliar rupiah)

Uraian Pagu Realisasi s.d. Triwulan III Perkiraan Realisasi s.d. Akhir Tahun Rp % Rp % Pendapatan Negara 9.932,62 5.785,70 58,2% 8.277,66 83,3% Belanja Negara 64.123,37 39.044,85 60,9% 60.486,83 94,3% Surplus/Defisit (54.190,75) (33.259,15) 61,4% (52.209,18) 96,3%

Sumber: SPAN 2019, diolah

Grafik 2.8. Realisasi Tren Realisasi Belanja Tahunan Pemerintah Pusat

(19)

Arif Wibawa

"APBN dan APBD sebagai instrumen fiskal

pemerintah, harus mampu di formulasikan

secara tepat agar bisa mendorong pertumbuhan,

pembangunan, dan pemerataan di seluruh

daerah, termasuk di Papua

Perkembangan dan Analisis APBD

Bab 3

(20)

13

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Triwulan-III 2019

nggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrumen kebijakan fiskal di daerah yang dapat digunakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan diarahkan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Struktur APBD Provinsi Papua Tahun 2019 dilihat dari sisi pendapatan, dari total realisasi pendapatan sebesar Rp30,90 triliun atau 56,19 persen dari target, masih didominasi oleh Pendapatan Transfer sebesar 94,96 persen dari total realisasi pendapatan, sedangkan PAD hanya memiliki porsi sebesar 4,87 persen, dan sisanya sebesar 0,17 persen berasal dari Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah. Dengan demikian, tingkat kemandirian Provinsi Papua masih sangat rendah karena memiliki rasio PAD terhadap total pendapatan yang sangat kecil. Dari sisi belanja, pagu belanja sebagian besar masih dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan Belanja Pegawai dan Belanja Barang. Adapun realisasi Belanja sampai dengan triwulan III 2019 baru mencapai Rp22,74 triliun atau sebesar 41,02 persen dari pagu.

Tabel 3.1. Pagu dan Realisasi APBD Seluruh Pemda(Prov/Kota/Kab) di Provinsi Papua s.d. Triwulan III Tahun 2018 dan Tahun 2019(miliar rupiah)

Uraian Pagu 2018 Realisasi Pagu 2019 Realisasi

PENDAPATAN 51.506,19 34.904,18 54.984,95 30.895,64

PAD 2.431,38 1.267,75 2.755,27 1.504,77

Pajak Daerah 1.207,86 830,10 1.160,71 990,04

Retribusi Daerah 300,99 135,73 205,92 128,62

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

154,01 25,68 127,74 64,07

Lain-Lain PAD yang Sah 768,52 276,25 1.260,90 322,04

Pendapatan Transfer 48.403,96 33.489,37 51.625,60 29.339,79

Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 32.549,54 25.811,82 33.199,71 22.826,24

Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 13.848,17 7.130,55 16.919,94 5.833,32

Transfer Pemerintah Provinsi 354,56 174,13 378,51 680,23

Transfer Bantuan Keuangan 1.651,69 372,86 1.127,44 -

Lain-lain pendapatan daerah yang sah 670,85 147,06 604,08 51,07

Pendapatan Hibah 276,20 118,37 385,94 32,60

Pendapatan Dana Darurat - - - -

Pendapatan Lainnya 394,64 28,70 218,14 18,47 JUMLAH PENDAPATAN 51.506,19 34.904,18 54.984,95 30.895,64 BELANJA 41.382,51 19.803,64 44.672,88 17.901,66 Belanja Pegawai 12.979,87 6.594,84 14.570,13 6.605,23 Belanja Barang 12.430,20 6.073,13 14.623,73 6.234,81 Belanja Bunga 70,51 19,02 57,29 16,42 Belanja Subsidi 128,06 61,07 89,22 44,03 Belanja Hibah 3.450,92 3.033,82 2.301,42 1.891,53

Belanja Bantuan Sosial 842,33 629,36 705,26 627,93

Belanja Modal 11.394,31 3.330,89 12.185,97 2.344,21

Belanja Tidak Terduga 86,30 61,50 139,84 137,51 TRANSFER PEMERINTAH DAERAH 11.704,20 6.271,28 10.770,39 4.842,84

Transfer/Bagi Hasil 500,14 238,31 602,56 302,58

Transfer Bantuan Keuangan 11.204,06 6.032,97 10.167,83 4.540,26 JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER 53.086,71 26.074,92 55.443,26 22.744,50

SURPLUS/DEFISIT (1.580,52) 8.829,26 (458,31) 8.151,14

Sumber: SIKD, LKPK Tingkat Kanwil, 2019 (data diolah)

(21)

14

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Triwulan-III 2019

A. Pendapatan Daerah

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Sampai dengan triwulan III 2019 realisasi PAD seluruh pemda di Papua sebesar Rp1,5 triliun atau hanya sebesar 4,87 persen dari total pendapatan daerah. Realisasi masing-masing komponen PAD dari porsi terbesar yaitu Pajak Daerah mencapai 65,79 persen, diikuti Lain-Lain PAD yang Sah mencapai 21,40 persen, Retribusi Daerah mencapai 8,55 persen, dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan mencapai 4,26 persen. Jika ditinjau dari masing-masing pemda, daerah yang menyumbang PAD terbesar adalah Provinsi Papua sebesar 52,48 persen dari total realisasi PAD di seluruh Papua, diikuti Kota Jayapura sebesar 10,48 persen dan Kabupaten Mimika sebesar 9,76 persen sebagai penyumbang PAD terbesar kedua dan ketiga.

Realisasi penerimaan pajak daerah hingga triwulan III 2019, sebesar Rp990,04 miliar atau naik 19,27 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Provinsi Papua memberikan kontribusi terbesar atas realisasi penerimaan pajak daerah yang mencapai Rp639,83

miliar, dengan penyumbang penerimaan terbesar berasal dari pajak bahan bakar kendaraan bermotor, dan pajak rokok yang merupakan bagi hasil dari pemerintah pusat. Dari 5 pemda penyumbang pajak daerah terbesar, hanya Kabupaten Mimika yang mengalami penurunan realisasi penerimaan pajak daerah sebesar -18,36 persen (yoy), antara lain disebabkan karena turunnya penerimaan dari pajak hotel.

Grafik 3.2. Pemda Dengan Realisasi Pajak Daerah Terbesar s.d. Triwulan III Tahun 2019 (miliar rupiah)

Sumber: SIKD (2019), diolah Grafik 3.1. Realisasi PAD Lingkup Papua

s.d. Triwulan III Tahun 2019 (miliar rupiah)

(22)

15

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Triwulan-III 2019

Total realisasi penerimaan retribusi daerah seluruh Pemda di Papua sampai dengan triwulan III 2019 turun -5,24 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp128,62 miliar. Jenis retribusi yang menjadi penyumbang terbesar penerimaan antara lain retribusi pelayanan kesehatan sebesar Rp71,90 miliar dan retribusi pelayanan persampahan/kebersihan sebesar Rp10,51 miliar. Adapun realisasi penerimaan retribusi daerah terbesar berasal dari Provinsi Papua yang mencapai 32,69 persen dari total penerimaan retribusi daerah, diikuti Kabupaten Jayapura sebesar 14,01 persen dari total penerimaan retribusi daerah.

Penerimaan hasil

pengelolaan kekayaan

daerah yang dipisahkan dari seluruh pemda di Papua sampai dengan triwulan III 2019 mengalami peningkatan yang cukup signifikan mencapai 149,54 persen dibandingkan triwulan III 2018 yaitu sebesar Rp64,07 miliar. Tercatat 23 dari 30 pemda telah membukukan penerimaan tersebut, dengan realisasi tertinggi dari Pemerintah Provinsi Papua sebesar Rp24,53 miliar yang seluruhnya bersumber dari bagian laba atas penyertaan modal pada BUMD.

Sampai dengan triwulan III 2019 realisasi penerimaan lain-lain PAD yang sah mencapai Rp322,04 miliar atau 25,54 persen dari total target penerimaan. Adapun tiga jenis penerimaan yang menjadi penyumbang terbesar adalah penerimaan tuntutan ganti kerugian daerah sebesar Rp65,58 miliar, pendapatan pengembalian belanja tahun yang lalu sebesar Rp58,99 miliar, dan pendapatan bunga sebesar Rp50,31 miliar. Dari seluruh pemda di Papua yang membukukan penerimaan ini, Pemerintah Provinsi Papua tercatat menyumbang penerimaan terbesar yang mencapai Rp83,33 miliar.

2. Pendapatan Transfer

Pendapatan transfer merupakan jenis pendapatan dengan proporsi paling besar dalam APBD di Papua yang mencapai 94,96 persen dari total realisasi pendapatan. Secara agregat realisasi pendapatan transfer di Papua sampai dengan triwulan III 2019 sebesar Rp29,34 triliun atau 56,83 persen dari total target pendapatan transfer sebesar Rp51,63 triliun.

Grafik 3.3. Pemda Dengan Realisasi Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Terbesar s.d. Triwulan III Tahun 2019 (miliar rupiah)

(23)

16

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Triwulan-III 2019

Dari seluruh komponen

pendapatan transfer, hingga triwulan III 2019 porsi terbesar berasal dari DAU yang mencapai Rp18,34 triliun atau 62,52 persen dari total pendapatan transfer. Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan Papua terhadap dana transfer pemerintah pusat untuk mendanai pemerintahan di daerah begitu besar. Sementara itu, sampai dengan triwulan III 2019, komponen

pendapatan transfer yang lain yaitu DBH realisasi sebesar Rp2,55 triliun, DAK realisasi sebesar Rp2,62 triliun, Dana Otsus, Penyesuaian, dan DID realisasi sebesar Rp2,70 triliun, serta Dana Desa realisasi sebesar Rp3,14 triliun. Untuk DAK terutama DAK Fisik, realisasi sampai dengan triwulan III 2019 masih cukup rendah karena batas waktu penyaluran tahap II masih dibuka sampai dengan 21 Oktober 2019.

3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Realisasi penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah sampai dengan triwulan III 2019 mencapai Rp51,07 miliar atau 8,46 persen dari target. Realisasi terdiri dari pendapatan hibah sebesar Rp32,60 miliar dan pendapatan lainnya sebesar Rp18,47 miliar.

Grafik 3.5. Realisasi Pendapatan Transfer s.d. Triwulan III Tahun 2019 (miliar rupiah)

Sumber: SIKD (2019), diolah

Tingkat kemandirian daerah dapat dilihat dari rasio PAD yang merupakan perbandingan PAD terhadap total pendapatan. Semakin tinggi rasio PAD terhadap total pendapatan, maka tingkat kemandirian suatu daerah semakin tinggi, yang berarti bahwa belanja daerahnya semakin banyak didanai dari pendapatan asli daerahnya. Menurut data yang dirilis oleh DJPK Kementerian Keuangan pada tahun 2018, rasio PAD paling tinggi dimiliki oleh DKI Jakarta yaitu sebesar 67,5%, sedangkan di Papua rasio PAD adalah 7,4% yang berada di peringkat 2 terbawah, daerah yang memiliki rasio PAD terendah di Indonesia.

Grafik 3.4. Komposisi Realisasi Pendapatan Transfer di Papua s.d. Triwulan III Tahun 2019

(24)

17

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Triwulan-III 2019

B. Belanja Daerah

Pada tahun 2019 total pagu belanja daerah seluruh pemda di Papua sebesar Rp55,44 triliun atau naik 4,44 persen dibandingkan dengan tahun 2018. Pagu terbesar dialokasikan untuk belanja barang yaitu Rp14,62 triliun, diikuti belanja pegawai sebesar Rp14,57 triliun, dan belanja modal Rp12,19 triliun, sedangkan alokasi terkecil adalah belanja bunga sebesar Rp57,29 miliar.

Sampai dengan triwulan III 2019, total realisasi belanja daerah di Papua baru mencapai 41,02 persen dari total pagu yaitu sebesar Rp22,74 triliun. Realisasi belanja tertinggi yang sudah melebihi 60 persen yaitu belanja tidak terduga 98,33 persen, belanja bantuan sosial 89,03 persen, dan belanja hibah 82,19 persen. Sementara itu, untuk jenis belanja lain, realisasi masih dibawah 60 persen antara lain belanja pegawai 45,33 persen, belanja barang 42,63 persen, dan belanja modal masih sangat rendah yaitu sebesar 19,24 persen. Rendahnya realisasi belanja modal mengindikasikan hal yang kurang baik, mengingat belanja modal sangat penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi dan menjadi penggerak dalam kegiatan pembangunan di daerah. Masih rendahnya realisasi belanja barang dan belanja modal di Papua antara lain dipengaruhi oleh kondisi keamanan pasca kerusuhan yang terjadi di sejumlah wilayah Papua di penghujung bulan Agustus 2019 yang lalu. Mempertimbangan kondisi keamanan di Papua, beberapa kegiatan yang seharusnya dilaksanakan pada triwulan III 2019, ditunda pelaksanaannya sehingga mengakibatkan realisasi belanja barang dan belanja modal tidak tercapai secara ideal. Mengingat situasi yang sudah berangsur-angsur kondusif, diharapkan di triwulan IV realisasi belanja daerah di Papua dapat dioptimalkan agar manfaatnya dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat Papua.

Grafik 3.6. Pagu dan Realisasi Belanja Daerah Menurut Jenis Belanja s.d. Triwulan III Tahun 2019 (miliar rupiah)

(25)

18

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Triwulan-III 2019

C. Prognosis Realisasi APBD Hingga Akhir Tahun 2019

Selama 3 tahun terakhir, rata-rata realisasi pendapatan daerah mencapai 96,08 persen, sedangkan tren realisasi belanja daerah berkisar antara 84-88 persen. Sementara itu, indikator pembangunan ekonomi seperti Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan tingkat kemiskinan selama 3 tahun terakhir

menunjukkan kinerja cukup baik. IPM mengalami peningkatan dari 58,05 di tahun 2016 menjadi 60,00 di tahun 2018, sementara tingkat kemiskinan mengalami penurunan dari 28,40 di tahun 2016 menjadi 27,43 di tahun 2018.

Dengan memperhatikan tren realisasi pendapatan dan belanja daerah, indikator pembangunan ekonomi selama 3 tahun terakhir, dampak aksi kerusuhan di Papua bulan Agustus 2019, dan persiapan Papua sebagai tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) XX 2020, maka realisasi pendapatan daerah tahun 2019 diprediksi akan mencapai 95,40 persen, sedangkan realisasi belanja mendekati angka 86,40 persen.

Tabel 3.2. Perkiraan Realisasi APBD s.d. Triwulan IV Tahun 2019

Uraian Pagu (miliar Rp) Realisasi s.d. Triwulan III Perkiraan Realisasi s.d. Triwulan IV (miliar Rp) % (miliar Rp) % Pendapatan Daerah 54.984,95 30.895,64 56,19% 52.455,64 95,40% Belanja Daerah 55.443,26 22.744,50 41,02% 47.902,98 86,40% Surplus/Defisit -458,31 8.151,14 4.552,66 Sumber: SIKD (2019), diolah

Grafik 3.7. Tren Pendapatan dan Belanja Daerah, IPM dan Tingkat Kemiskinan

Sumber: SIKD, BPS (2019), diolah

Pembangunan Stadion Papua Bangkit

Dalam rangka penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX 2020, telah dibangun stadion Papua Bangkit yang berlokasi di Kampung Harapan, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura. Pembangunan stadion berkapasitas 45.000 penonton di atas tanah seluas 13 hektar menghabiskan dana kurang lebih Rp1,3 triliun yang dibiayai dari anggaran Dinas Olahraga dan Pemuda (Disorda) Provinsi Papua.

Disamping akan menjadi pusat olahraga terbesar di wilayah timur Indonesia yang memiliki standar internasional, pembangunan Stadion Papua Bangkit akan menjadi salah satu titik konektivitas antara Kota Jayapura/Papua dengan Papua Nugini/SKOUW, sehingga diharapkan akan meningkatkan aktivitas perekonomian di Papua.

(26)

Rochmad Arif Tri Setyawan

lagi untuk menggairahkan

perekonomian Papua"

Kepala Bidang PPA 2 Kanwil DJPb Provinsi Papua

Perkembangan dan Analisis

Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian

(27)

19

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Triwulan-III 2019 A. LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN

aporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian (LKPK) adalah laporan yang disusun berdasarkan konsolidasian Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dengan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Konsolidasian dalam periode tertentu.

Tabel 4.1. Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi Papua s.d. Triwulan III 2019 (miliar rupiah)

Uraian

2019 2018

Pusat Daerah Konsolidasi Kenaikan/ Penurunan

Konsolidasi

Pendapatan Negara 5.377,38 1.517,70 6.895,08 -26,26% 9.351,16

Penenerimaan Perpajakan 4.907,14 990,04 5.897,18 -27,50% 8.133,97

Penerimaan Bukan Pajak 470,24 517,76 988,00 9,79% 899,86

Hibah - 9,90 9,90 -96,88% 317,33 Transfer - - - - - Belanja Negara 39.102,08 21.974,69 32.417,59 17,35% 27.624,60 Belanja Pemerintah 9.388,95 17.901,66 27.290,61 -1,21% 27.624,60 Transfer 29.713,13 4.073,03 5.126,98 - - Surplus/(Defisit) (33.724,71) (20.456,99) (25.522,51) 39,67% (18.273,44) Pembiayaan - 733,29 733,29 -23,75% 961,71

Penerimaan Pembiayaan Daerah - 1.109,33 1.109,33 -33,96% 1.679,76

Pengeluaran Pembiayaan Daerah - 376,04 376,04 -47,63% 718,05 SiLPA (33.724,71) (19.723,70) (24.789,22) 43,19% (17.311,73)

Sumber: LKPK Kanwil, 2019 (diolah)

Realisasi pendapatan konsolidasian sampai dengan triwulan III 2019 mengalami penurunan sebesar 26,26 persen (yoy) yaitu Rp6,90 triliun, terutama disebabkan oleh penurunan komponen penerimaan perpajakan. Sementara itu, sampai dengan triwulan III 2019 realisasi belanja konsolidasian meningkat sebesar 17,35 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp32,42 triliun.

B. PENDAPATAN KONSOLIDASIAN 1. Analisis Proporsi dan Perbandingan

Penerimaan perpajakan sampai dengan triwulan III 2019 memberikan kontribusi lebih kecil yaitu sebesar 85,53 persen dibandingkan triwulan III 2018 sebesar 86,98 persen. Di sisi lain, kontribusi penerimaan bukan pajak mengalami kenaikan menjadi sebesar 14,33 persen pada triwulan III 2019.

Grafik 4.1. Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian s.d. Triwulan III

Sumber: LKPK Kanwil, 2019 (diolah)

BAB 4

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran

(28)

20

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Triwulan-III 2019

Secara agregat, sebagian besar pendapatan konsolidasian berasal dari penerimaan pemerintah pusat yang mencapai Rp5,38 triliun atau 77,99 persen dimana sebagian besar berasal dari penerimaan perpajakan yang mencapai Rp4,90 triliun. Sementara itu, untuk penerimaan negara bukan pajak sampai dengan triwulan III 2019 didominasi oleh penerimaan pemerintah daerah sebesar Rp517,76 miliar (52,41%).

2. Analisis Perubahan

Jika dibandingkan dengan realisasi triwulan III 2018, realisasi pendapatan pemerintah pada triwulan III 2019 mengalami penurunan. Penerimaan perpajakan turun sebesar -27,50 persen, penerimaan hibah turun sebesar -96,88 persen, sedangkan penerimaan negara bukan pajak mengalami kenaikan sebesar 9,79 persen. Penurunan penerimaan perpajakan masih disebabkan karena berkurangnya penerimaan Pajak pemerintah pusat khususnya pajak Perdagangan Internasional karena berkurangnya ekspor PT. Freeport Indonesia.

3. Analisis Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kenaikan Realisasi Pendapatan Konsolidasian

Pada triwulan III 2019, PDRB mengalami kontraksi sebesar -11,02% (yoy), sementara itu realisasi pendapatan

juga mengalami

penurunan yaitu sebesar

-26,26 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa penurunan pertumbuhan ekonomi mempunyai korelasi dengan penurunan pendapatan konsolidasian.

Grafik 4.2. Perbandingan Penerimaan Konsolidasian s.d. Triwulan III

Sumber: LKPK Kanwil, 2019 (diolah)

Grafik 4.3. Perbandingan Penerimaan Perpajakan, PNBP, dan Hibah

Sumber: LKPK Kanwil, 2019 (diolah)

Tabel 4.2. Pertumbuhan Pendapatan dan PDRB

Uraian Triwulan III 2018 (Miliar Rp) Triwulan III 2019 (Miliar Rp) Kenaikan/ Penurunan (%) Penerimaan Perpajakan 8.133,97 5.897,18 -27,50% PNBP 899,86 988,00 9,79% Hibah 317,33 9,90 -96,88% Total 9.351,16 6.895,08 -26,26% PDRB/Pert. Ekonomi 56.582,61 50.345,76 -11,02% Sumber: BPS, LKPK Kanwil, 2019 (diolah)

(29)

21

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Triwulan-III 2019

Dengan demikian, pemerintah perlu melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pergerakan ekonomi dari berbagai sektor, tidak hanya mengandalkan pertumbuhan ekonomi dari sektor pertambangan dan penggalian, sehingga dapat memberikan dampak positif terhadap kenaikan pendapatan.

C. BELANJA KONSOLIDASIAN

1. Analisis Proporsi dan Perbandingan

Realisasi belanja konsolidasian didominasi oleh belanja pemerintah daerah dengan kontribusi sebesar 65,60 persen, sedangkan sisanya sebesar 34,40 persen berasal dari belanja pemerintah pusat. Tingginya kontribusi belanja pemerintah daerah antara lain berasal dari jenis belanja pegawai, belanja barang, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial dan belanja tak terduga, sedangkan pemerintah pusat berkontribusi lebih besar pada belanja modal dan belanja lain-lain.

2. Analisis Perubahan

Komposisi belanja konsolidasian pada triwulan III 2018 dan triwulan III 2019 tidak mengalami perubahan yang signifikan. Kontribusi belanja pegawai terhadap total belanja konsolidasian masih yang tertinggi baik di triwulan III 2018 maupun triwulan III 2019.

Grafik 4.4. Perbandingan Belanja Pemerintah Pusat dan Daerah (miliar rupiah)

Sumber: LKPK Kanwil, 2019 (diolah)

Grafik 4.5. Komposisi Belanja Konsolidasian s.d. Triwulan III

(30)

22

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Triwulan-III 2019

Sementara itu, terjadi peningkatan pada kontribusi belanja barang dari 31,87 persen pada triwulan III 2018 menjadi 36,92 pada triwulan III 2019, sedangkan belanja modal mengalami penurunan dari 20,93 persen pada triwulan III 2018 menjadi 17,99 persen pada triwulan III 2019.

3. Analisis dampak kebijakan fiskal kepada indikator ekonomi regional

Sampai dengan

triwulan III 2019, belanja pemerintah menurun -1,21

persen dibandingkan

triwulan III 2018. Hal

tersebut sejalan dengan PDRB triwulan III 2019 yang mengalami kontraksi sebesar -11,02 persen.

Pertumbuhan PDRB antara lain ditopang oleh belanja pemerintah sebagai kontributor utama. Belanja pemerintah yang mengalami penurunan pada triwulan III 2019 turut memperlambat pertumbuhan ekonomi. Penurunan realisasi belanja pemerintah pada triwulan III 2019 antara lain disebabkan karena kondisi keamanan pasca kerusuhan yang terjadi di sejumlah wilayah Papua di bulan Agustus 2019. Disamping itu, sebagian besar realisasi belanja pemerintah sampai dengan triwulan III 2019 masih didominasi oleh belanja operasi seperti belanja pegawai dan belanja barang. Sementara itu, belanja modal yang memiliki multiplier effect tinggi yang diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, realisasinya masih sangat rendah. D. ANALISIS KONTRIBUSI PEMERINTAH DALAM PDRB

Kontribusi belanja pemerintah terhadap PDRB triwulan III 2019 sebesar 41,51 persen, sedangkan kontribusi investasi pemerintah

sebesar 9,49 persen. Kondisi tersebut menunjukan bahwa kontribusi belanja pemerintah cukup signifikan, sedangkan kontribusi investasi pemerintah masih rendah. Peningkatan kontribusi pemerintah dari investasi diharapkan menjadi lebih baik untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di masa yang akan datang melalui peningkatan alokasi belanja modal dan percepatan penyerapannya.

Tabel 4.3. Pertumbuhan Belanja Pemerintah dan PDRB

Uraian Triwulan III 2018 (Miliar Rp) Triwulan III 2019 (Miliar Rp) Kenaikan/ Penurunan Belanja Pemerintah 27.624,60 27.290,61 -1,21% PDRB/Pert. Ekonomi 56.582,61 50.345,76 -11,02%

Sumber: BPS, LKPK Kanwil, 2019 (diolah)

Tabel 4.4. Kontribusi Pemerintah Terhadap PDRB

Uraian Triwulan

III 2018

Triwulan III 2019

Belanja Pemerintah (miliar rupiah) 17.796,98 20.899,22

Investasi Pemerintah (miliar rupiah) 3.246,65 4.777,83

PDRB (miliar rupiah) 56.582,61 50.345,76

Kontribusi Belanja Pemerintah thd PDRB 31,45% 41,51%

Kontribusi Investasi Pemerintah thd PDRB 5,74% 9,49% Sumber: BPS, LKPK Kanwil, 2019 (diolah)

(31)

PPA 2 Kanwil DJPb Provinsi Papua

"Kami Siap Mengawal APBN

Membangun Negeri"

Berita Fiskal Terpilih

(32)

23

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Triwulan-III 2019

Dampak Kerusuhan Papua Bagi Perekonomian

ada periode Agustus-September 2019, kondisi di Papua sempat memanas menyusul banyaknya aksi massa penolakan terhadap rasisme yang berujung pada terjadinya kerusuhan. Kerusuhan tersebut bukan pertama kalinya yang terjadi sepanjang sejarah Papua karena statistik Kriminal 2018 yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa Papua merupakan provinsi di Indonesia yang memiliki jumlah desa/kelurahan dengan konflik massal terbanyak yang dilaporkan Polda setempat, yaitu sebanyak 447 kejadian. Persentase desa/kelurahan yang mengalami kejadian konflik massal mencapai 8,05%. Data tersebut merupakan akumulasi dari perkelahian antarkelompok warga, perkelahian warga dengan aparat keamanan, perkelahian warga dengan aparat pemerintah, perkelahian antarpelajar, dan perkelahian antarsuku.

Jayapura dan Wamena

merupakan dua Kota/Kabupaten yang mempunyai dampak yang cukup parah pada kerusuhan di periode

tersebut yang menyebabkan

banyaknya kerusakan fisik baik barang milik pribadi maupun

kerusahan fasilitas umum.

Berdasarkan laporan dari Polda Papua, di Jayapura terdapat sedikitnya 31 kantor yang telah dirusak dan dibakar, 33 kendaraan roda 2, 36 kendaraan roda 4, 24 kios dan toko, 7 pos polisi, 3 unit dealer kendaraan, serta ratusan perumahan penduduk. Dampak lebih parah terjadi di Kabupaten Wamena. Di samping kerusakan fisik pada 700an bangunan (kantor pemerintah dan swasta, ruko, dan perumahan) serta 200an kendaraan (mobil dan motor), kerusuhan di Wamena juga menyebabkan meninggalnya 31 orang serta ribuan warga yang terpaksa mengungsi dari Wamena.

Banyaknya jumlah kerusakan tersebut akan mempengaruhi kondisi perekonomian bagi regional maupun nasional. Dampak kerusuhan Papua bagi perekonomian antar lain:

Grafik 5.1. Provinsi dengan Jumlah Konflik Terbanyak di Indonesia Tahun 2018

Sumber: katadata.co.id (2019)

(33)

Berita Fiskal Terpilih

24

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Triwulan-III 2019

1. Menambah Beban Belanja dalam APBN dan APBD

Banyaknya kerusakan

bangunan pemerintah dan fasilitas umum memerlukan pembangunan kembali yang akan menjadi beban belanja dalam APBN dan/atau APBD. Sesuai dengan keterangan dari Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat (PUPR), pembangunan kantor pemerintahan yang dirusak dan dibakar massa akan segera diperbaiki dengan pendanaan melalui APBN. Sementara itu, pembangunan kios dan rumah penduduk yang mengalami kerusakan akan menggunakan dana stimulan dari anggaran Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dengan pelaksanaan yag akan diatur lebih lanjut melalui Peraturan Presiden. Berdasarkan proyeksi dari kementerian PUPR, pembangunan 10 kantor pemerintahan membutuhkan anggaran sekitar Rp 100 miliar.

Di samping menjadi beban APBN, pembangunan kerusakan akibat kerusakan tersebut juga turut menjadi beban belanja dalam APBD. Pemerintah Provinsi Papua akan mengalokasikan APBD induk 2020 untuk pembangunan rekonstruksi dan rehabilitasi Wamena. Percepatan rehabilitasi Wamena di Kabupaten Jayawijaya sangat penting mengingat Kabupaten tersebut merupakan penyuplai kebutuhan pokok pada 8 Kabupaten di sekitarnya. Di samping itu, pembangunan pasca kerusuhan perlu segera dilakukan mengingat Papua akan menjadi tuan rumah dalam pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) Tahun 2020.

1. Menurunkan Potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD)

PAD memang bukan pendapatan utama bagi Pemerintah Daerah di Indonesia pada umumnya, namun PAD dapat mencerminkan tingkat kemandirian daerah. Semakin tinggi PAD yang dihasilkan maka semakin tinggi tingkat kemandirian suatu daerah yang menunjukkan bahwa daerah tersebut mampu melaksanakan desentralisasi fiskalnya dan mengurangi ketergantungan terhadap pemerintah pusat. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, PAD dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai peraturan perundang-undangan yang meliputi: pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah, dan pendapatan sah lainnya.

PAD dari pajak daerah di Papua lebih banyak terpusat di Jayapura, antara lain dalam Gambar 5.1: Foto Pembakaran Fasilitas Umum

Dampak Kerusuhan di Jayapura

(34)

25

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Triwulan-III 2019

bentuk: pajak hotel, pajak restoran/rumah makan, pajak hiburan, pajak reklame, dan lain-lain. Pasca kerusuhan Papua, okupansi hotel mengalami penurunan dari biasanya berkisar pada 70-80% hingga menjadi hanya sebesar 40%. Hotel di Papua biasanya digunakan sebagai tempat persinggahan bagi pelaku bisnis dari luar kota yang sedang melakukan kunjungan kerja di Papua sehingga kerusuhan ini berdampak pada banyaknya orang yang membatalkan perjalanan bisnisnya. Kerusuhan ini juga membuat Papua mengundurkan diri sebagai tuan rumah untuk Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) 2019 dan Pekan Olahraga Paralimpiade Nasional (Peparnas) 2020. Mundurnya Papua sebagai tuan rumah dua kegiatan olah raga besar tersebut menyebabkan hilangnya potensi pendapatan yang akan diterima sebagai PAD, antara lain pendapatan dari usaha perhotelan, rumah makan, dan pariwisata di Papua.

2. Menghambat Perkembangan Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi

Selama ini, minat investasi dan penanaman modal di Papua masih relatif rendah antara lain karena faktor stabilitas politik dan keamanan. Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi PMDN di Papua pada semester I 2019 adalah sebesar Rp.87,2 miliar. Angka tersebut jauh lebih kecil apabila dibandingkan dengan DKI Jakarta, Jawa Timur, Riau, dan Nusa Tenggara Barat yang mencapai lebih dari Rp1 triliun. Sementara itu, realisasi penanaman modal asing (PMA) pada periode yang sama di Papua sebesar US$708 juta atau setara Rp.9,91 triliun (kurs Rp.14 ribu per dolar Amerika Serikat). Jumlah tersebut juga lebih rendah apabila dibandingkan dengan realisasi PMA di Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Banten yang jumlahnya melebihi US$1 miliar atau Rp14 triliun. Hal ini sangat disayangkan mengingat Papua memiliki potensi ekonomi yang cukup besar, antara lain pada sektor pertambangan, perkebunan, dan kehutanan.

Meskipun jumlah investasi di Papua masih rendah, namun jika terdapat banyaknya kantor yang tidak beroperasi serta tutupnya pusat perbelanjaan akan berpengaruh pada persediaan barang kebutuhan sehari-hari. Hal tersebut akan mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat Papua yang berakibat pada pertumbuhan ekonomi Papua yang akan melambat. Kerusuhan ini bisa membuat investor dalam negeri menahan rencananya untuk berekspansi ke Papua sehingga diperlukan peran dari pemerintah pusat untuk menjamin keamanan dan meningkatkan iklim investasi.

Berdasarkan data BPS, struktur perekonomian Indonesia pada kuartal II Tahun 2019 masih didominasi oleh Provinsi-provinsi di Pulau Jawa dengan jumlah kontribusi terhadap PDB sebesar 59,8%, diikuti oleh provinsi di kawasan Sumatera (21,31%), Kalimantan (8,01%), Sulawesi (6,34%), Bali nan Nusa Tenggara (3,06%), serta Maluku dan Papua (2,17%).

(35)

- 1 -

KEMENTERIAN KEUANGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

Komplek Papua Trade Center

Jalan Raya Kelapa Dua Entrop Jayapura 99224 Telp. 0967-533140, 534140

(36)

KOMPLEK PAPUA TRADE CENTER (PTC), JALAN RAVA KELAPA DUA ENTROP - JAYAPURA TELEPON (0967) 537102. 533140. 534140,FAKSIMILI (0967) 535963

WEBSITE www djpbn kemenkeugoidfkanwillpapua

NOTA DINAS

ND- 7'oNVPB. 34/2019

Yth. Direktur Pelaksanaan Anggaran

Dan Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Papua

Sifat Segera

Lampiran 1 (satu) berkas

Hal : Penyampaian Kajian Fiskal Regional (KFR) Provinsi Papua Triwulan Ill

Tahun 2019

Tanggal : November2019

Menunjuk Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor SE-61/PB/2017

tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Kajian Fiskal Regional, bersama mi kami sampaikan

hardcopy Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Triwulan Ill Tahun 2019. Softcopy laporan

dimaksud telah kami kirimkan juga ke alamat email ditpa(kemenkeu.qo.id dan lo.ditpa(gmail.com.

Demikian disampaikan, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

PIt. Kepala Kantor.

Gambar

Grafik 1.4. Tingkat Pengangguran Terbuka  Provinsi Papua Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 2.1: Pagu dan Realisasi APBN s.d. Akhir Triwulan III Tahun 2018 dan 2019
Grafik 2.2. Realisasi Penerimaan Pajak Perdagangan  Internasional s.d. Triwulan III Tahun 2019 (miliar Rp)
Tabel 2.2: Realisasi PNBP Per Kelompok Pendapatan s.d. Triwulan III-2019 (miliar Rp)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Siswanto 2006). Kota Semarang memiliki daya tarik wisata alam yang masih alami dan menarik, begitu juga Kabupaten Semarang yang merupakan salah satu wilayah Jawa

Hal ini diperkuat dengan kepuasan kader kelompok intervensi dalam menggunakan SMS gateway dan anggapan dari mayoritas kader bahwa SMS gateway pelaporan ibu hamil

Lebih tingginya proporsi belanja untuk kepentingan publik diband- ingkan untuk kepentingan aparatur seperti yang di- tunjukkan pada grafik tersebut, mengindikasikan

kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan

Data hubungan makanan pokok dengan lama hari rawat pada Tabel 4 tersebut dapat diketahui responden dengan sisa makanan pokok &gt;20% dengan lama rawat &gt; 9 hari

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan ilmu-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat meyelesaikan tesis ini dengan judul Sosial Budaya

Pada proses Open-Hearth ( dapur Siemens Martin ) digunakan campuran besi mentah (pig iron) padat atau cair dengan baja bekas (steel scrap) sebagai bahan isian (charge).. Pada

Simpulan, AT-III merupakan biomarker koagulasi yang memiliki hubungan dengan derajat keparahan PK yang dinilai dengan skor CURB-65 sehingga AT-III dapat digunakan untuk