DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENOPAUSE
SKRIPSI Oleh: ARIVIANA 96231156 FAKULTAS PSIKOLOGI UMVERSITAS ISLAM INDONESIAYOGYAKARTA 2004
SKRIPSI
Oleh: ARIVIANA
96 231 156
FAKULTAS PSIKOLOGI DNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA 2004
DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENOPAUSE
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Psikoiogi Universitas Islam Indonesia Untuk
Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Guna Memperoleh
Derajat Sarjana S 1 Psikoiogi
Oleh: ARIVIANA
96231156
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA 2004
Djpertahankan di depan DewanPenguji Skripsi Fakultas
Psikoiogi Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi
Sebagian Dari Syarat-syarat Guna Memproleroleh
Derajat Sarjana S-l Psikoiogi
Dewan Penguji
l. Sofia Retnowati, Dra., MS
2. Sukarti, Dr
3. Arief Fahmi, S.Psi ,Psi
Pada Tanggal
1 8 AUG ^3D4
Meugesahkati ...,.—.-.----Fakuhas Psikoiogi
Universitas Islam Indonesia
De
SukartL Dr
TandaTangan
Bersama ini saya menyatakan bahwa selama melakukan penelitian dan
dalam membuat laporan penelitian, tidak melanggar etika akademik seperti
penjiplakan, pemalsuan data, dan manipulasi data. Apabila dikemudian hari saya
terbukti melanggar etika akademik, maka saya sanggup menerima konsekwensi
berupa pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.
Yang menyatakan
Ariviana
"Sesungguhnya Allah tidak mengubah
suatu kaum sehingga mereka mengubah
yang ada dari mereka sendiri"
"Skripsi ini kupersembahkan untuk
Bapak, Ibu, Adikku, Kekasihku
Serta Teman-temanku"
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas petunjuk dan
pertolongan-Nya, sehingga penults dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa telah banyak pihak yang memberikan bantuan berupa dorongan, arahan, dan data yang diperlukan mulai dari persiapan, tempat
dan pelaksanaan penelitian hingga tersusunnya skripsi ini. Untuk itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Sukarti, Dr., selaku Dekan Fakultas Psikoiogi Universitas Islam Indonesia. 2. Ibu Sofia Rernowati, Dra., MS., selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Arief Fahmie, S.Psi.,Psi dan Ibu Sukarti, Dr ., selaku dewan penguji skripsi terimakasih atas masukan dan sarannya untuk sempurnanya skripsi ini. 4. Bapak M. Bachtiar, Drs., MM., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah mendampingi penulis dalam menimba ilmu.
5. Bapak Irwan Nuryana, S.Psi., selaku ketua biro skripsi Universitas Islam
Indonesia.
6. Ibu Ratna Ismoyowati, dr.,MARS., selaku Direktur Badan Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Batang yang telali memberikan ijin kepada pemdis
untuk mengadakan penelitian di Badan Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Batang, Pekalongan.skala guna pengambilan data penelitian dalam penelitian ini.
8. Hasuna Budi, yang memberikan perhatian, dukungan dan bantuan selama
pengerjaan skripsi ini.9. Rina, Ila, Jeany, Devi, Hasib, Sohib, Dea, Mbak Ana dan semua piliak yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan
dan bantuan hingga terselesaikannya tugas akhirini.
Akhirnya ucapan terima kasih penulis sampaikan pula untuk Bapak dan
Ibu atas segalanya yangtelahdiberikan sepanjang perjalanan sekolah ananda.
Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang berkenan
membalas seluruli amal baik yang telali diberikan.Wassalamualaikum Wr. Wb.
v m
Yogyakarta, Mi 2004
Halaman
HALAMAN SAMPUL
{
HALAMAN JUDUL
it
HALAMAN PENGESAHAN
jij
HALAMAN PERNYATAAN
iv
MOTTO
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
vj
HALAMAN PRAKATA
vii
DAFTARISI
^
DAFTARTABEL
^
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
INTISARI
xv
BAB I.
PENGANTAR
!
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Tujuan Penelitian 9
C. Manfaat Penelitian 10
D. Keaslian Penelitian 10
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA
12
A. Kecemasan Menghadapi Menopause
12
1. Pengertian Kecemasan 12
2. Jenis Kecemasan 13
3. Respon Kecemasan 14
4. Kecemasan Menghadapi Menopause
16
5. Faktor-faktor Kecemasan Menghadapi
Menopause 20
b. Proses Terjadinya Menopause 26
c. Gejala Menopause 29
d. Periode Menopause 32
B. Informasi Tentang Menopause 32
1. Pengertian 32
2. Kegunaan Infonnasi Menopause 33
3. Sumber Informasi Menopause 34
4. Materi dan Metode Informasi Tentang Menopause...36 C. Hubungan Informasi Tentang Menopause Dengan
Kecemasan Menghadapi Menopause 39
D. Hipotesis 42
BAB III : METODE PENELITIAN 43
A. Idenh'fikasi Variabel 43
B. Defmisi Operasional 43
1. Kecemasan Menghadapi Menopause 43
2. Informasi Menopause 44
C. Subjek Penelitian 44
D. Metode Pengumpulan Data 45
1. Skala Kecemasan Menghadapi Menopause 46 2. Skala Informasi Tentang Menopause 48
E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 49
F. Metode Analisis Data 50
BAB IV : PELAKASANAAN DAN HASIL PENELITIAN 51
A. Orientasi Kancah Penelitian 51
1. Orientasi Kancah Penelitian 51
2. Perijinan Penelitian 51
3. Uji Coba Alat Pengumpul Data 52
2. Deskripsi Data Penelitian.
3. Hasil Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
b- Uji Linieritas
c Hasil Uji Hipotesis
D. Pembahasan. 55 61 61 62 62
BABV ;
PENUTUP..
63
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN...
70
76 .68 .68 .68 XIHalaman
Tabel 1 Distribusi butir skala kecemasan menghadapi menopause
sebelum uji coba 48
Tabel 2 Distribusi butir skala informasi tentang menopause sebelum
uji coba 49
Tabel 3 Distribusi butir-butir skala kecemasan mengliadapi menopause
Sesudah uji coba 54
Tabel 4 Distribusi butir-butir skala infonnasi tentang menopause sesudah
uji coba 55
Tabel 5 Deskripsi data subjekpenelitian
57
Tabel 6 Deskripsi data penelitian 58
Tabel 7 Kriteria kategori skala kecemasan 59
Tabel 8 Kriteria kategori skala informasi 60
Tabel 9 Deskripsi uji asumsi normalitas 61
Tabel 10 Deskripsi uji linearitas Informasi tentang menopause dengan
Kecemasan menghadapi menopause 62
Halaman
LAMPIRAN 1. DATA UJI COBA 77
1. Data uji coba skala 1 78
2. Data uji coba skala II 79
LAMPIRAN 2. HASIL UJI RELIABILITAS SKALA SKALA UJI COBA.80
1. Reliabilitas skala 1 81
2. Reliabilitas skala I (hasil seleksi butir) 83
3. Reliabilitas skala II 85
4. Reliabilitas skala II (hasil seleksi butir) 87
LAMPIRAN 3. DATA PENELITIAN 89
1. Data hasil penelitian skala 1 90
2. Data hasil penelitian skala II 91
LAMPIRAN 4. HASIL UJI RELIABILITAS SKALA PENELITIAN 92
1. Hasil uji reliabilitas skor skala 1 93 2. Hasil uji reliabilitas skor skala II 95
LAMPIRAN 5. ANALISIS STATISTIK 97
1. Deskripsi kategori data hipotetik Kecemasan Menghadapi
Menopause 98
2. Deskripsi kategori data hipotetik Infonnasi Tentang
Menopause 99
3. Hasil uji nomialitas 100
kecemasan menghadapi menopause 102
6. Analisis regresi 103
7. Grafik histogram skor skala I dan II 104
LAMPIRAN 6. SURAT IJIN PENELITIAN 105
LAMPIRAN 7. SURAT BUKTI PENELITIAN 106
Menopause merupakan bagian alamiah yang tidak dapat dihindari oleh semua wanita. Informasi tentang seluk beluk menopuase haruslah dimiliki oleh setiap wanita agar dapat mempersiapkan diri dalam menerima perubahan-penxbahan yang terjadi dalam dirinya dengan mengetahui dan memahami gejala-gejala fisik ataupun psikoiogi pada masa menopause, sehingga kecemasan akan datangnya menopause dapat dihindari.
Hipotesis penelitian ini adalah : ada hubungan negatif antara informasi menopuase dengan kecemasan menghadapi menopuase, semakin banyak informasi tentang menopuase yang diperoleh maka kecanasan mengliadapi menopuase akan semakin menurun, demikian pula sebaliknya. Karakteristik subjek penelitian pada penelitian ini adalah wanita berusia 40-60 tahun, Pegawai Negeri Sipil atau swasta, menikali dan masih mempunyai suami, memiliki anak, pendidikan SLTA, SLTA, Perguruan Tinggi dan behun mengalami menopause. Lokasi penelitian ini adalah di Badan Riunah Sakit Umum Daerah Kabupaten Batang, Pekalongan Jawa Tengali.
Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan dua skala
yaitu: skala informasi tentang menopuase dan skala kecemasan menghadapi
menopause. Metode analisis data pada penelitian ini menggunakan korelasi
product moment yang dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS
versi J0.00 for Windows. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara infonnasi tentang menopause dengan kecemasan menghadapi menopause dengan nilai koefisien korelasi sebesar (Rxy) -0,383 dengan p = 0,003 (p< 0,01). Artinya semakin banyak informasi tentang menopuase yang diperoleh maka akan semakin rendah tingkat kecemasan dalam menghadapi menopause.
KATA KUNCI : infonnasi tentang menopause, kecemasan menghadapi menopause, wanita berusia 40-60 tahun.
A. Latar Belakang Permasalahan
Perkembangan manusia tidak pernali statis semenjak terjadinya
pembuahan hingga ajal, yang ditandai dengan perubahan baik dalam kemampuan
fisik maupun kemampuan psikologis. Berbagai perubahan dalam perkembangan
bertujuan untuk memungkinkan individu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Dalam mencapai tujuan ini maka realisasi diri atau aktualisasi diri
memainkan peranan penting dalam kesehatan jiwa, individu yang berhasil
menyesuaikan diri dengan baik secara pribadi dan sosial hams mempunyai
kesempatan untuk mengungkapkan minat dan keinginannya dengan cara yang
memuaskan dirinya. Walaupxm selalu terjadi perubalian-penxbalian yang bersifet
fisik atau psikologis banyak orang tidak sepenulinya menyadari kecuali
perubalxan-perubahan itu terjadi secara mendadak atau jelas mempengaruhi pola
kehidupan mereka (Hasan, 1996).
Perubahan yang terjadi pada usia dewasa madya terbagi dalam usia
madya dini bemmur antara 40-50 tahun dan usia madya lanjut berumur 50-60
tahun. Usia dewasa madya (setengah baya) merupakan masa sulit dalam rentan
kehidupan manusia. Baik tidaknya mereka menyesuaikan diri dalam kehidupan ini
hasilnya bergantung pada dasar-dasar yang ditanamkan pada awal kehidupan
khususnya harapan tentang penyesuaian diri terhadap peran dan harapan sosial
walaupun tanggal dan kalender serta bayangan dalam cermin telah
mengingatkannya (Hasan, 1996).
Selanjutnya berbicara tentang usia madya erat kaitannya dengan
peningkatan usia harapan hidup bangsa Indonesia yang diperkirakan mencapai 70
tahun, meningkat terus seiring dengan perbaikan taraf ekonomi dan derajat
kesehatan. Usia harapan hidup wanita relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
pria, sehingga akan lebih banyak wanita usia lanjut (wulan) dalam penduduk
kelompok lanjut usia (lansia), dengan demikian, akan lebih banyak pula wanita
yang mengalami menopause dengan berbagai permasalahannya (Hanafiah, 1999).
Perbincangan mengenai wanita usia lanjut (wulan) dan khususnya
tentang menopause tak lepas kaitannya dengan peningkatan harapan hidup
penduduk. Pada tahun 1980 umur harapan hidup wanita Indonesia adalah 50,9
tahun, pada tahun 1985 menjadi 52,7 tahun dan di tahun 2000 diperkirakan
mencapai 70 tahun dan pada tahun 2010 sekitar 40 %penduduk Indonesia akan
mencapai usia lebih dari 60 tahun dan separuhnya adalah kaum wanita. Bila
jumlali penduduk Indonesia 300 juta jiwa (dengan asumsi KB tetap berhasil)
maka akan terdapat sekitar 50-60 juta wulan berusia diatas 60 tahun. Wanita yang
bemsia lebih dari 60 tahun, hampir 100% telah memasuki masa menopause
(Kompas, 2001). Apabila melihat data dari WHO tampaknya ledakan menopause
dari mereka (sekitar 80 %) tinggal di negara berkembang (Republika, 2001).
WHO telah menjadikan menopause sebagai peristiwa atau kejadian yang
perlu mendapat perhatian internasional, pada tanggal 18 Oktober diperingati
sebagai hari menopause sedunia, dan tanggal 20 Oktober sebagai hari osteoporosis
sedunia. Perkumpulan Menopause Indonesia (PERMI), Persatuan Osteoporosis
Indonesia (PEROSI) juga telah berdiri di beberapa kota di Indonesia seperti
PERMI Yogyakarta, PERMI Jawa Barat dan Jakarta. Hal ini menunjukkan bahwa
permasalalian menopause sudah semakin meluas di masyarakat (Hidayati, 2000).
Fakta lapangan menemukan baliwa 75 % wanita yang mengalami
menopause akan merasakan berbagai masalah atau gangguan, sedangkan sekitar
25% lainnya tidak mempermasalahkan (Achadiat, 2003). Hal ini menegaskan
bahwa umumnya wanita takut menghadapi menopause karena tidak siap
menerima kenyataan, teriebih lagi karena ketidaktahuan informasi yang benar atau
mitos-mitos yang keliru. Wanita yang belum mau mengalami menopause akan
melakukan cara agar dapat menghambat datangnya menopause. Hal tersebut
menyebabkan wanita menjadi cemas, murung, dan menarik diri dari lingkungan
sosial ketika mengalami menopause
Sejalan dengan penelitian Triana (2002) yang menyatakan pada 30 orang
wanita premenopause yang berkunjung di puskesmas Gondokusuman II dengan
rentang usia 35-50 th, didapatkan baliwa 50 %tidak pernali mendengar istilah
menopause, 53 %membutuhkan infonnasi yang benar mengenai menopause dari
Menurut Primana (1993) fenomena meningkatnya jumlah wanita
menopause di Indonesia memerlukan upaya peningkatan dan pemeliharaan
kesehatan agar wanita menopause sehat, produktif, dan mandiri. Menurut Paat
(1989) wanita yang memasuki usia menopause akan dihadapkan pada
permasalalian baru, yaitu berupa keluhan-kelulian akibat terjadinya perubahan
metabolisme tubuh, seperti gangguan neuro-vegeiatif (gejolak panas atau hot
jlushes\ gangguan fimgsi kandung kemih, osteoporosis atrofi vagina (vagina
kering), gangguan kejiwaan, gangguan psikis (seperti mudali tersingguang,
depresi, sulit tidur), serta gangguan organik (seperti infarkjanrung, atheroslerosis,
keropos tulang (osteoporosis), reaksi peradangan, penyusutan organ seks dan
sebagainya (Achadiat, 2003).
Keluhan yang terjadi pada setiap wanita bervariasi tergantung berbagai
faktor, yaitu faktor sosial, budaya, geografis, gizi, pola hidup dan kebiasaan.
Pendapat yang sama dikemukakan oleh Djamil (1996) bahwa pennasalalian pada
wanita menopause bervariasi, keluhan sebelum menopause tidak sama dirasakan
setiap wanita, karena kaum wanita memiliki persepsi yang beragam mengenai
menopause. Sebagian berpendapat menopause adalah awal dari kemunduran
fimgsi kewanitaan secara keseluruhan, balikan ada yang menganggap menopause
sebagai bencana di usia senja (Kompas, 2001). Wanita yang akan mengalami
menopause akan merasakan saat yang paling tidak menyenangkan karena
fisik dan psikologis yang menyiksa (Nyata, 1999).
Penelitian Darmasetiawan (1991) tentang sindroma klimakterium di RS.
Cipto Mangunkusumo Jakarta, menemukan bahwa keluhan yang diderita wanita
menopause yang terbanyak adalah keluhan gejolak panas 93,4 %, gangguan haid
80,3 %, vertigo 70,5 %, hiperhidrosis dan perasaan berdebar-debar 63,9 %.
Gangguan haid merupakan kelulian yang terbanyak menyebabkan wanita datang
berobat ke dokter. Selanjutnya Tina (1999) dari hasil penelitiannya pada wanita
Bugis-Makasar keluhan setelah wanita mengalami menopause adalah perat
membengkak 33,3 %, perut mengkerut 77,8 %, cairan vagina berkurang 13,8 %,
kulit kering 35,6 %, panas dan berkeringat 31,1 %serta sering pusing 53,3 %.
Keluhan setelah menopause juga dikatakan oleh Pangkahila (2000) bahwa wanita
menopause akan mengalami dyspareunia atau nyeri senggama 67 %, dan 27 %
akan menderita vaginismus. Pendapat serupa dikemukakan oleh Aftandi (1997)
bahwa menopause dapat meningkatkan resiko timbulnya gangguan kesehatan
serius seperti serangan jantung, stroke, kanker payudara, kanker usus besar,
osteoporosis, berkurangnya masa otot dan katarsk. Penyakit jantung koroner juga
sering dijumpai pada usia 36-49, dengan perbandingan kejadian (17:1) berarti di
antara 17 wanita menopause akan mengalami jantung koroner, dan menurut data
resiko patah tulang pada wanita sebanyak 30 %atau sekitar 3-5 juta. Pada
umumnya perubahan yang akan tampak Iangsung pada masa menopause adalah
Berkaitan dengan penibahan-penibahan dan keluhan-keluhan diatas,
gejala tersebut dapat mengakibatkan kecemasan pada wanita, padahal menopause
adalah suatu penibahan alamiah yang pasti akan terjadi pada setiap wanita.
Adanya perubahan ini tidak mudah untuk dilalui oleh setiap wanita. Pada
penelitian Neugarten (dalam Indrianingsih, 1997) ditemukan baliwa ada beberapa
wanita cemas menghadapi menopause karena takut kehilangan daya tank seksual
dan takut mengalami goncangan mental atau mental breakdown setelah
mengalami menopause. Beberapa literatur menyatakan bahwa mayoritas wanita
yang akan mengalami masa menopause terkadang mengalami masalah respons
seksual, misalnya menurunnya selera seks atau libido. Mengingat menopause itu
sendiri sudah menjadi stress psikososial maka kemungkinan besardapat
menimbulkan dampak psikologis bempa depresi (Femina, 2003)
Menurut Samil (1975) wanita yang kurang mengerti tentang menopause,
cenderung memandang menopause dari sudut yang negatif, sehingga mereka
diliputi oleh perasaan cemas dan takut ketika dalam menghadapi menopause.
Upaya untuk menguiangi kelulian pada wanita menopause dan untuk
menghindarkan kecemasan yang berlebihan perlu dilakukan melaliu pencegahan
dim dengan pemberian pengetahuan yang benar, yaitu dengan pemberian
infonnasi tentang menopause agar dapat mengetaliui sebenamya apa yang terjadi
bahwa tingginya angka kesakitan setelah menghadapi menopause disebabkan oleh
rendahnya pengetahuan masyarakat tentang menopause, sehingga informasi
mengenai menopause sangat diperlukan dalam mempersiapkan diri menghadapi
menopause.
Infonnasi mengenai menopause sangat dibutuhkan bagi para wanita,
yang usianya akan mendekati menopause yaitu antara usia 45-50 tahun.
Kenyataan yang ada di masyarakat sekarang buku-buku atau pedoman tentang
menopause hanya sedikit, ketinggalan jaman, dan seringkali bahasanya susah
untuk dimengerti. Buku yang ada seakan mengatakan bahwa wanita yang
menderita gejala menopause sebenamya memiliki terlalu banyak waktu dan
sebenamya mereka menderita karena tidak punya pekerjaan. Berbagai pertanyaan
tentang menopause tidak dianggap penting oleh sebagian besar masyarakat kita
(Mackenzie, 1984).
Informasi yang dibutuhkan adalah pengetahuan yang memadai mengenai
berbagai masalah menopause dan solusinya dengan membantu para wanita diusia
menjelang dan pasca menopause untuk menerima proses alami ini dengan siap
(Wicaksono, 2002). Pendapat tersebut Didukung pula oleh Hartono (2002) yang
mengatakan bahwa perlunya informasi tentang bagaimana memperlambat proses
menopause dengan upaya pendekatan kesehatan, psikologis dan kecantikan.
Upaya-upaya tersebut misalnya dengan mengikuti seminar-seminar tentang
menopause, berkonsultasi dengan dokter atau mencari sendiri informasi dari
media cetak dan elektronik. Seperti yang baru-baru ini diselenggarakan oleh
Menjelang dan Pasca Menopause"(Hartono, 2002).
Jumlah informasi serta pengetahuan yang dimiliki tentang menopause
tergantung dari tingkat pendidikan yang diterimanya, walaupun tidak selalu terjadi
demikian. Didukung oleh pendapat Rini (dalam Indrianingsih, 1997) yang menyatakan agar para wanita menimba pengetahuan sebanyak mungkin tentang menopause sebagai upaya bersiap diri menghadapi menopause. Sejalan dengan
pernyataan Van Keep (dalam Christiani 1995) menyatakan bahwa pendidikan dan
infonnasi tentang perubahan fisik dan psikis yang sedangatau akan dialami dapat
menolong wanita melalui masa khmakteriumnya dengan problem serendahmungkin.
Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa sebenamya pemerintah juga telah melakukan berbagai cara untuk membantu kaum ibu dalam memperoleh informasi untuk menghadapi masa menopause. Hal ini dapat dilihat
adanya pelayanan konsultasi mengenai menopause di klinik-klinik bersalin. Penelitian tentang menopause telah banyak dilakukan, seperti pada penelitian Cristiani (1994) yang mengaitkan hubungan antara persepsi terhadap
menopause dengan kecemasan. Dari penelitian ditemukan semakin positip persepsi seorang wanita tentang menopause, maka akan semakin rendah tingkat
keceniasannya. Seorang wanita yang meniiliki persepsi negatif tentang menopause
akan menganggap menopause merupakan persoalan yang mengganggu dirinya, akibatnya muncul simtom-simtom baik simtom fisiologis atau psikologis.
dukungan suami dengan kecemasan istri mengliadapi menopause, bahwa semakin
besar dukungan suami terhadap istri dalam menghadapi menopause maka akan
semakin rendah kecemasannya. Bila dilihat dari penelitian diatas masih ada kaitan
lain yang dapat mengakibatkan kecemasan pada wanita dalam menghadapi
menopause yaitu informasi. Diharapkan wanita premenopause dapat
mempersiapkan diri mengliadapi menopause, sehingga keluhan dapat dikurangi.
Berdasarkan uraian diatas, baik yang bersifat teoritis maupun hasil-hasil
penelitian, penuJis dapat menyimpulkan bahwa ada hubungan negatif antara
informasi tentang menopause dengan kecemasan mengliadapi menopause. Hal ini
menyatakan bahwa sedikitnya informast tentang menopause yang diperoleh
wanita akan menyebabkan timbulnya kecemasan menghadapi menopause.
B. Tujuan Peuelifiau
Berdasar pada pennasalahan yang telah diuraikan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk maigetahui ada (idaknya hubungan antara infonnasi
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoriris : memberi masukan bagi ilmu psikoiogi kliususnya psikoiogi
klinis dan psikoiogi perkembangan yang berkaitan dengan informasi dalam
menghadapi menopause2. Manfaat praktis : memberi infonnasi yang benar tentang menopause kepada
wanita, terutama wanita yang akan memasuki masa menopause, supaya dapat
memahami apa dan bagaimana menopause itu dan dapat mempersiapkan diri
dalam mengliadapi menopause.
D. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang kecemasan menghadapi menopause telah dilakukan
oleh Indrianingsih (1997), yang berjudul hubungan antara dukxuigan sosial dengan
tingkat kecemasan mengliadapi menopause. Semakin tinggi dukungan sosial yang
diterima individu maka akan semakin rendali tingkat keceniasannya. Penelitian
kedua oleh Chistiani (1994) dengan judul hubungan persepsi terhadap proses
menopause dengan tingkat kecemasan pada wanita yang mengliadapi menopause,
menyimpulkan semakin tinggi tingkat kecemasan pada wanita maka semakin
rendali persepsi terhadap proses menopause dan bila semakin rendali tingkat
kecemasan pada wanita maka semakin tinggi persepsinya terhadap menopaxise.
Penelitian mengenai kecemasan menopause telah banyak dilakukan.
Namuii pada penelitian ini penidis mengliubungkan infonnasi tentang menopause
dengan kecemasan mengliadapi menopause, penulis juga menambahkan
faktor-faktor yang memepengaruhi menopause yang sebelumnya tidak dicantumkan
dalam penelitian Indrianingsili yaitu, menopause dikaitkan dengan status kerja dan
menopause dikaitkan dengan pendidikan. Jadi penelitian ini meletakkankecemasan menghadapi menopause sebagai variabel tergantung dan informasi
menopause sebagai variabel bebas.A. Kecemasan Menghadapi Menopause
1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah suatu kekliawatiran akan suatu perisriwa-perisriwa yang akan datang. Individu yang mengalami kecemasan akan merasakan suatu
kekhawatiran yang samar, kerisauan yang mengganggu kehidupan sehari-hari dan
mempengaruhi penyesuaian dirinya terhadap lingkungannya (Hurlock, 1974). Delgado (dalam Listyawati, 1994) mengatakan kecemasan adalali
ketegangan perasaan, baik yang disadari serta menimbulkan ancaman terhadap
intensitas aspek psikologis dan fisiologis. Akibatnya timbul perasaan negatif yang akan mempengamhi suasana hati individu dan dirasakan sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan, dan akan mengganggu pola perkembangan maupunkelangsungan hidup individu.
Kecemasan adalah ketakutan tanpa adanya objek yang jelas. Rasa cemas dapat timbul karena rasa cinta, benci atau ketidakaculian seseorang dalam melakukan hubungan interpersonal. Tanda-tanda kecemasan adalali dalam bentuk perasaan kliawatir, gelisah dan perasaan-perasaan lain yang kurang menyenangkan. Biasanya perasaan ini disertai oleh rasa kurang percaya diri, tidak mampu, merasa rendah diri dan tidak mampu menghadapi masalah (Hurlock, 1975).
Menunit Lazarus (1976) kecemasan sebagai suatu respon terhadap keadaan yang mengancam atau tidak mengancam, dia membagi kecemasannya
menjadi state anxiety dan trait anxiety. State anxiety adalali kecemasan yang
gejalanya akan selalu sama atau tetap selama selama situasi itu ada, seperti rasa
bersalah, penolakan sosial dan sebagainya, sedang trait anxiety adalah kecemasan
yang dialami individu sebagai suatu keadaan yang melekat. Jadi trait anxiety
berkaitan dengan kepribadian individu dan merupakan suatu kecenderungan
individu untuk menjadi cemas dalam mengliadapi berbagai keadaan.
Kecemasan
juga
merupakan
pengalaman
emosi
yang
tidak
menyenangkan yang datang dari dalam, bersifat meningkat, menggelisahkan, dan
menakutkan, yang dihubimgkan dengan suatu ancaman baliaya yang tidak
diketahui oleh individu. Perasaan ini disertai oleh komponen somatik,fisiologik,
antonomik, biokimiawi, honnonal dan perilaku (Prawirohusodo, 1988).
Dari pengertian kecemasan diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan
mempakan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan yang disadari
maupun tidak disadari yang bersifat psikologis dan fisiologis, tanda-tanda
kecemasan seperti, gelisah, kurang percaya diri, kliawatir dan perasaan-perasaan
Iain yang kurangmenyenangkan.
2. Jenis Kecemasan
Menurut Teori Freud (dalam Davidson & Neale, 1974 : Hjlle & Zieger,
1981), kecemasan dapat dibedakan berdasarkan sumber :
a. Kecemasan Objektif ; kecemasan yang berhubungan dengan respon ego
terhadap ancaman atau baliaya yang berasal dari lingkungan di luar individu.
Kecemasan ini akan berkurang dengan berkurangnya sumber ancaman.
b. Kecemasan Moral ; dialami oleh ego sebagai perasaan bersalah atau malu,
dianggap sebagai rasa takut
terhadap hukuman oleh super ego untuk
kegagalan mengikuti standar perilaku moral sesuai dengan ketentuan super
ego.
c.
Kecemasan Neurotik ; stimulus pemicu semxia ekspresi dari kecemasan
neurotik benar-benar dari dalam berasal dari dorongan id, sehingga ego tidak
dapat mengontrol.
3. Respon Kecemasan
Menurut Rosehan dan Seligman (1989) dan Sue dkk., (1986) kecemasan
mempunyai elemen untuk merespon, yaitu :
a. Koqnitif, yaitu respon terhadap kecemasan dalam pikiran manusia misalnya ;
ketidakmampuan berkonsentrasi atau membuat keputusan dan susah ridur.
b. Somarik, yaitu reaksi tubuh terhadap bahaya misalnya ; tangan dan kaki
dingin, sering buang air kecil, berdebar-debar, keringat berlebihan, pemapasan
dangkal, mulut kering, pingsan, tekanan darali tinggi, otot tegang, sulit
pencemaan.
c. Emosi, yaitu suatu reaksi perasaan manusia, dimana individu secara
tems-menerus kliawatir, merasa takut terhadap bahaya yang mengancam.
d. Perilaku, yaitu reaksi dalam bentuk perilaku manusia terhadap ancaman
dengan mengliindar atau menyerang misalnya ; gelisali, cemas, gugup dan
sering menggigit bibir.Untuk mengetaliui seberapa jumlali respon digunakan tiga cara
(Davidson dan Neale, 1974),yaitu :
a. Self respont atau laporan diri, yaitu yang berupa kuesioner yang telah di
satandarisasi skor hasil jawaban subyek diasumsikan mencerminkan tingkat
kecemasan.
b. Perilaku yangtampak, yaitu perilaku individu dapat di observasi untuk meliliat
reaksi dan gerakan yang merefleksikan keadaan emosional jiwa. Individu
diduga cemas jika menunjukkan perilaku yang diasumsikan merefleksikan
kecemasan.
c. Fisiologis, yaitu beberapa perubahan fisiologis yang menurut dugaan
mengindikasikan kecemasan, dapat diobservasi dengan jelas.
Menurut Priest (1991) baliwa gejala-gejala fisik yang muncul, yaitu
jantung berdebar-debar, gemetaran, tangan atau lutut gemetar dan
terhuyung-huyung, gelisah, sulit tidur, berkeringat, selalu ingin buang air kecil tidak seperti
biasanya, gatal-gatal pada tangan dan kaki tegang, tidak bisa rileks, ketegangan
syarafpada kulit kepala merupakan salali satu penyebab timbulnya kecemasan.
Selanjutnya menumt Hardiman (dalam Paramastri, 1991) stress kejiwaan
atau ketegangan mental yang dialami seseorang dalam waktu lama diduga dapat
menimbxdkan ketegangan pada otot, kepala, bahu nyeri, dan nyeri kepala. Banyak
penderita kecemasan secara umum mengeluhkan kehilangan perhatian dan tidak
dapat berkonsentrasi atau berpikir (Page dalam Aristiani, 2000). Kecemasan
memiliki efek yang tidak menyenangkan, dapat merasak fungsi psikologis dan
haras dapat menyadari situasi yang berbaliaya dengan cepat dan memberikan
reaksi secara tepat. Jika terlalu panjang wakrunya antara proses menyadari dan
reaksi, dapat membahayakan kelangsungan hidup manusia (Sue, dkk., dalam
Paramastri, 1991). Setiap individu memiliki cara tersendiri untuk mengatasi
kecemasan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan merupakan
keadaan yang tidak menyenangkan individu yang disebabkan oleh konflik objek
kecemasan yang bersifat abstark, sehingga individu yang mengalami kecemasan
akan memiliki ketidakjelasan tentang hal-hal yang dicemaskan.
4. Kecemasan Menghadapi Menopause
Kecemasan menghadapi menopause adalah suatu perasaan yang dialami
ketika seseorang berpikir tentang sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi,
muncxil karena berbagai alasan dan situasi. Kecemasan ini menimbulkan rasa
tidak enak, sehingga membuat seseorang lari dari kenyataan dan enggan berbuat
sesuatu (Priest, 1991).
Kecemasan dapat digolongkan menjadi dua kategori, yaitu kecemasan
internal dan kecemasan ekstemal. Kecemasan internal adalah kecemasan yang
disebabkan oleh perubahan fisik dan kepribadian, sedangkan kecemasan ekstemal
adalah kecemasan yang disebabkan dari lingkungan.
a. Kecemasan Internal
Kecemasan internal disini disebabkan karena hormon yang merupakan
pembawa zat kimia yang dilepaskan oleh kelenjar secara langsung ke dalam aliran
darah untuk dibawa keseluruli tubuh (Bromwich, 1991). Pada saat wanita
memasuki masa menopause kadar hormonal estrogennya menurun. Berkurangnya
kadar estrogen ini mengakibatkan wanita merasa adanya panas diseluruh tubuh,
wajah dan leher atau biasa disebut dengan hotflushes.
Menurut Hurlock (1980) akibat perubahan hormonal mengakibatkan
perubahan pada tubuh wanita, seperti menurunnya elastisitas kulit pada wajah,
payudara, vagina rambut memutih dan Iain-lain. Perubahan yang di alami wanita
ini membuat mereka beranggapan bahwa periode menopause merupakan
tahun-tahun krisis dalam keliidupan wanita.
Kecemasan internal lain yang tebentuk dari individu itu sendiri adalah
kepribadian individu. Kepribadian individu mempunyai dua sikap kepribadian
yang berlawanan yaitu introvert dan ekstrovert. Dari kedua kepribadian ini hanya
satu yang lebih dominan dan disadari (Hall & Lindzey, 1970). Kepribadian
introvert mempunyai sifat yang pendiam, pemalu, suka menyendiri atau menjauh
dari pergaulan, rendah diri sehingga individu dihadapkan dengan suatu masalah
yang tidak bisa dipecalikan sendiri, maka individu akan mengalami kesulitan
untuk meminta bantuan pada orang lain, sedangkan ekstrovert mempunyai sifat
berhati terbuka, ramah dan liangat, aktif, dan lancar bergaul sehingga apabila
dihadapkan pada suatu masalah yang tidak bisa diselesaikan, maka individu
b. Kecemasan Ekstemal
kecemasan yang disebabkan oleh faktor lingkungan individu, lingkungan
ini seperti ; keluarga, tempat bekerja maupun lingkungan masyarakat. Untuk
lingkungan keluarga misalnya, kepergian anak-anak seiring dengan kesibukan
suami membuat kaum ibu merasa tidak dihargai. Rasa kesepian timbul pada
wanita yang mengabdikan dirinya secara total untuk keluarga sehingga dia
mengabaikan dunia luar dan dirinya (Robertson, dalam Indrianingsih, 1997).
5. Faktor-faktor Kecemasan Menghadapi Menopause
Menopause sebagai salah satu proses fisiologis manusia merupakan
bagian dari keadaan alamiah yang tidak dapat diterima sebagai sesuatu yang
wajar, bila seorang wanita mampu menerima menopause sebagai bagian dari
proses berhentinya reproduksi yang haras dialaminya. Namun kenyataan yang ada
selama ini menunjukkan menopause sering dianggap sebagai suatu gangguan,
sehingga wanita mengalami kecemasan.Kesiapan mental seseorang dalam menghadapi menopause tergantung
dari kecemasannya terhadap menopause. Wanita yang merasa cemas dalam
menghadapi menopause, tentu tingkat kecemasannya berbeda dengan wanita yang
tidak mencemaskan menopause. Seorang wanita yang tidak cemas terhadap
menopause diasumsikan lebih siap menghadapi menopause dari pada wanita yang
cemas terhadap menopause.Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan wanita merasa cemas
disebutkan baliwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan menghadapi
menopause adalah :
a. Menopause dikaitkan dengan usia senja dan kehidupan tua
Menopause merapakan masa dalam daur hidup wanita yang paling
banyak diperbincangkan, sebab disini menopause berarti memasuki masa tua,
tidak cantik, tidak menarik, masa non produktif (biologis), masa tak berguna bagi
masyarakat dan keluarga. Menurat Stimpson (dalam Indrianingsih,1997) banyak
wanita tidak menyukai menopause, karena diiringi dengan proses penuaan yang
mempengaralii
penampilan yang tidak menarik, kulit keriput dan timbulnya
bintik-bintik hitam pada kulit. Jadi apabila seorang wanita takut untuk dikatakan
tua maka orang tersebut cemas akan menopause.
b. Menopause dikaitkan dengan berakhimya peran istri bagi suami dan peran ibu
bagi anak-anaknya.
Apabila seseorang telah mengalami menopause, biasanya anak-anak
sudah dewasa dan mulai meninggalkan ramah yang biasa disebut dengan
sindroma sarang kosong (empty nest syndrome), yaitu seorang wanita kehilangan
alasan primer tentang keberadaannya sebagai ibu. Wanita yang seluruh hidupnya
mengabdikan diri hanya untuk suami dan anak, maka wanita ini biasanya akan
menghargai dirinya hanya dari kepuasannya meladeni suami, merawat dan
mengasuh anak. Menurut Paat (1989) wanita tersebut tidak akan bahagia bila
suami dan anak-anak kurang membutuhkannya lagi, maka akan muncul
kekecewaan. Biasanya ini terjadi pada usia 45-60 th atau biasa disebut tengali
(Benson, dalam Annisali,1990) baliwa wanita yang mengalami stress pada usia
menopause adalah haras menyesuaikan diri terhadap proses ketuaan dan merasa
kehilangan peran sebagai ibu.c. Menopause dikaitkan dengan hilangnya daya tarik seksual dan penurunan
aktivitas seksual
Banyak wanita yang menganggap bahwa bila sudah menopause, mereka
tidak dapat lagi menikmati hubungan intim dengan suami (Masters, dalam
Indrianingsih, 1997), karena kadar estrogen yang rendali menyebabkan perubahan
fisik pada organ seks wanita, maka hubungan seks menjadi tidak enak atau bahkan
sakit. Hal ini sejalan dengan pemyataan Yatim (2001) dari penelitian di Swedia,
memperlihatkan berkurangnya keinginan dalam hal seks, ini berkaitan dengan
keringnya selaput lendir vagina, sehingga terasa sakit waktu berhubungan seks
(dyspareunia).
Menurut Tobing (2000) hubungan suami istri yang kurang harmonis bisa
mengakibatkan perasaan tertekan atau konflik dengan suami juga bisa
mengakibatkan keinginan seksual. Menurat penelitian di Menopause Clinic, 80 %
pasangan perkawinan mengalami kemxmduran pada interes dan respon seksual
selama masa klimakterium. Banyak wanita melihat menopause sebagai identitas
seksual dan merasa kewanitaan dan seksualitas telah berakhir. Disamping itu
banyak wanita merasa tidak nornial untuk mengekspresikan perasaan seksual
d. Menopause dikaitkan dengan gangguan kejiwaan.
Beberapa wanita menganggap bahwa menopause akan menyebabkan
goncangan emosi yang berat, sehingga dapat menganggu kesehatan dan
kesejahteraan jiwanya. Menurat Yatim (2001) keluhan-keluhan kejiwaan yang
muncul seperti rasa tertekan, rasa penat yang berlebihan dan mudah tersinggung.
Pada 1-2 th menjelang menopause kelulian kejiwaan ini sangat mencolok. Disini
wanita dalam menghadapi menopause memerlukan bantuan, bimbingan dari para
ahli yang berkompeten dalam bidang ini sehingga masa transisi dapat dilalui
dengan wajar tanpa banyak masalah.
e. Menopause dikaitkan dengan status kerja.
Menurat penelitian Triwahyuni (1984) ditemukan bahwa kelompok
wanita yang bekerja hanya sedikit mengalami gangguan baik fisiologis maupun
psikologis pada saat menopause, sedangkan pada wanita yang tidak bekerja
mengalami banyak gangguan dalam menghadapi menopause. Wanita yang bekerja
umumnya mempunyai cara berpikir yang tidak sempit, dapat bertukar pikiran
dengan teman seprofesinya atau dengan orang lain, bisa lebih bebas, merasa
senang, merasa aman dan lebih produktif di dalam pekerjaannya. Disamping itu
secara finansial merasa lebih aman dan mempunyai kepercayaan diri sendiri akan
kemampxiannya (Priyono, dalam Indrianingsih, 1997). Mereka jxiga bisa
menemukan harga dirinya dalam pekerjaan, mudah beradaptasi dengan
lingkungan, dan bisa menerima usia tua serta perabalian-perabahan fisik
Menurat Haditono (1989) sebenamya ada beberapa keuntungan dan
kerugian dari wanita yang bekerja. Keuntungan wanita yang bekerja adalah:
1. dapat merasa puas dan mencapai harga diri karena merasa dapat
berprestasi2. dengan keadaan puas wanita dapat lebih menyenangkan dalam pergaxdan
baik di dalam atau di luar ramah, tidak lekas marah, lebih toleran dan
suasana ramah lebih menyenangkan3. lebih luas pergaulannya dan perhatiannya
4. dapat menambahpenghasilan keluarga
Sedangkan keragian wanita bekerja adalah :1. waktu untuk keluarga banyak tersita
2. sering menjadi kurang sabar, sehingga suasana rumali menjadi tegang
3. karena pergaulannya lxxas, bisa mengakibatkan suami menjadi cembura
4. wanita bekerja bisa lupa terhadap fugas-tugas rumali tangga lainnya,
karena begitu tertekan oleh ambisinya untxik mencapai karir sehingga
sikapnya menjadi tegang dan keluarga menjadi terlantar
Wanita yang bekerja apapun jenis pekerjaannya atau kegiatan yang telah
dipilih akan kurang mudah terserang depresi karena ada perasaan Iain dimana
mereka secara aktif ikut teriibat dan tentu saja akan memuaskan kebutuhannya
selain menjadi ibu ramah tangga (Sadli, 1983). Sejalan dengan pendapat Frieze
(1978) yang mengatakan bahwa wanita yang bekerja lebih tidak depresif
f. Menopause dikaitkan dengan tingkat pendidikan
Di dalam proses perabahan dan perkembangan manusia, baik sebagai
individu maupun sebagai anggota masyarakat, tidak akan pernah terlepas dari
pengaruh lingkungan. Pada setiap individu terdapat dorongan-dorongan alamiah
untuk mengenali dan mempelajari diri dari lingkungan, sehingga terjadilah
interaksi antara individu dan lingkungannya. Hal ini akan bermanfaat bagi
tercapainya tingkat perkembangan individu secara optimal sehingga dapat
memberikan kesejahteraan bagi dirinya (Djumhur, dalam Annisah, 1990).
Proses tersebut secara umxxm dipandang sebagai proses pendidikan.
Pendidikan dapat menghasilkan manusia yang dapat berpikir objektif, ilmiali dan
terbuka. Hal ini dikarenakan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang,
semakin banyak pula pengalaman terarali yang dia peroleh (Annisah, 1990).
Keadaan ini akan mempengaralii cara berpikir seseorang dalam bersikap terhadap
suatu masalah. Kurangnya pengertian dan pemahaman terhadap sesuatu hal dapat
menimbulkan kecemasan. Pendidikan yang memadai akan memudahkan
seseorang memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang menopause.
Pemahaman yang baik tentang seluk beluk menopause akan menunjang kesiapan
seorang wanita dalam menghadapi menopause. Hal mi sesuai dengan penelitian
Bendig yang dikumpulkan Gaxmtry, dkk (dalam, Anisah, 1990) yaitu bahwa
pendidikan tinggi mempunyai korelasi yang negatif dengan taraf kecemasan.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang cenderung kurang cemas
Dari uraian tersebut diatas dapat diketaliui baliwa banyak faktor yang
mempengarahi kecemasan pada menopause seperti kaitannya dengan kehidupan
masa tua, peran istri, dalam ramah tangga, kehidupan seksual, kondisi mental,
pekerjaan serta pendidikan yang merapakan indikator-indikator yang akan
digunakan dalam penelitian ini.
5. Menopause
a. Pengertian Menopause
Menopause berasal dari kata menes, artinya bulan, dan pausis artinya
akhir, Moersadik (dalam Dewi, 1999). Menopause berarti berhentinya siklus haid
atau menstraasi kehidupan seorang wanita selama 12 bulan, yang berlangsung
selama usia 40-65 tahun (Samil,1988). Menopause diawali dengan tanda-tanda
penurunan produksi perangsang estrogen, Rollins (dalam Dewi, 1999), penuranan
produksi perangsang folikel {follicle stimulating hormone) dan hormon luteum
{luteinizing hormone) yang berakibat pada ketidakteraturan produksi sel telur
sehingga proses siklus haid tak beraturan dan akhimya berhenti sama sekali
(Mckinlay, dkk dalam Dewi (1999).
Definisi menopause menurat WHO (dalam Primana, 1993) adalah
keadaan seorang wanita berhenti menstraasi secara permanen, akibat berhentinya
aktivitas ovarium dalam menghasilkan estrogen. Selanjutnya Martowijaya (1989)
menyebutkan menopause adalali berhentinya menstraasi, dan akan terjadi pada
setiap wanita. Menurut Darmasetiawan (1991) menopause adalali bila menstraasi
sudah berhenti sama sekali selama 1-2 tahun, dan saat perdarahan uterus berakhir.
Menopause seperti halnya pubertas dan kehamilan dianggap sebagai peristiwa
yang berarti bagi kehidupan wanita. Menopause ditandai dengan adanya
perubahan dari faktor-faktor fisik (biologis), psikis, sosial, maupun seksual.
Menopause merapakan suatu fase dalam kehidupan wanita yangditandai
dengan berhentinya siklus menstraasi. Sejalan dengan proses ketuaan yang pasti
dialami oleh setiap orang terjadi pula kemunduran fixngsi organ-organ tubuh
termasuk salah satu organ reproduksi wanita yaitu ovarium (dalam Aristianti,
2000).Menxirat Kartono (1986) menopause adalali fase alami dalam kehidupan
setiap wanita dan menandai akhir dari masa subur. Seperti awal masa puber,
menopause terjadi karena ovarium tidak menghasilkan hormon estrogen.
Shearman & Clayton, dkk (dalam Wibowo, 1987) mengemukakan
bahwa menarche yang awal akan diikuti oleh menopause yang lambat, sebaliknya
menarche yang lambat akan diikiuti oleh menopause yang cepat. Dalam dekade
terakhir ini menarche terjadi pada usia muda, karena lebih baiknya nutrisi dan
kesehatan.
Di dalam penelitian Aristianti tahun 2000, pengertian menopause sendiri
terbagi dalam beberapa jenis, yaitu :a. Physiologic Menopause yaitu menopause alami yang terjadi karena proses
penuaan (Judd, 1980 dalam Aristianti, 2000).b. Artificial menopause,
yaitu menopause yang terjadi
karena proses
pegangkatan indxxng telur atau efek radiotherapy (Judd, 1980 ; Sastrawinata, 1987 ; Coope, 1984 dalam Aristiani, 2000)c. Menopause Premature yaitu menopause yang terjadi pada wanita dibawah 40
tahun dengan simtom-simtom seperti menopause biasa (Hutton, 1984 dan
Sastrawinata, 1987 dalam Aristiani, 2000).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa menopause merupakan
keadaan seorang wanita berhenti menstraasi secara permanen, akibat berhentinya
aktivitas ovarium dalam menghasilkan estrogen selain itu menopause yang terjadi
karena proses pengangakatan indung telur ataupun menopause dim.
b.
Proses Terjadinya Menopause
Terjadinya menopause berhubungan erat dengan menstraasi. Menurut
Rachman (1996) menstraasi adalah perdarahan dari rahim yang keluar melalui
vagina 5-7 hari, terjadi setiap 22-35 hari. Hormon yang merangsang menimbulkan
menstraasi adalah Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone
(LH), hormon prolaktin dari otak, dan estrogen serta progesteron dari sel telur
yang dalam keseimbangannya menyebabkan endometrium (selaput lendir rahim)
tumbuli. Kelainan menstraasi pada pramenopause menurut Prawirohardjo (1999)
mempunyai lima macam sifat yaitu siklus yang panjang (oligomenorea\ siklus
yang pendek {polimenorea), darali yang sedikit (hipomenorea), darali yang
banyak (hipermenorea), dan perdarahan yang tidak normal diantara 2 siklus
(metrorargia).
Selanjutnya Mackenzie (dalam Indati, 1993), menyatakan bahwa setiap
bayi wanita yang bara lahir dilengkapi dengan berjuta-juta telur yang belum
pertama, demikian seterusnya sampai satu dua taliun sebelum menopause. Menjelang menopause persediaan telur habis dan ini merapakan salah satu faktor pencetus menopause. Matangnya telur-telur sejak masa pubertas sampai menopause diatur oleh suatu jaringan pengendalian hormon yang disebut
hipothalamus dan hipofisis. Hipothalamus sering dianggap sebagai otak emosional
atau sebagai konduktor sistem endokrin. Pengendalian ini dapat menghentikan sistem honnon jika tiba-tiba seseorang mengalami stress atau mengalami kejutan, seperti misalnya suatu kecelakaan atau kematian keluarga terdekat, hipotalamus dapat memerintali hormon untuk berhenti sementara waktu. Hal inilah yang menyebabkan bila seseorang sedang mengalami stress siklus haidnya mundur. Selanjutnya hipofisis adalali suatu kelenjar yang memang hanya memproduksi hormon, perantara kimiawi yang berkeliling dari suatu tempat ke tempat lainnya dalam tubuh memberitahukan bagian-bagian lain untuk menjalankan semacam tugas. Hipofisis ini memproduksi sejumlah besar hormon, salah satunya adalah hormon yang membuat seorang manusia menjadi tumbuli dan berkembang, selain itu hipofisis juga mengendalikan indung telur atau ovarium.
Indung telur selain menyimpan telur-telur yang belum matang juga memproduksi dua honnon yaitu honnon estrogen dan progesteron. Kedua hormon ini bertugas pada sejumlah bagian tubuh salah satunya adalah jaringan payudara, oleh karena pada suatu saat diantara masa haid payudara akan terasa lembut atau kencang, atau mungkin payudara akan berabali ukuran pada saat siklus haid, diantara kelenjar tersebut, hipofisis dan indung telurlali yang memutuskan kapan masa haid seseorang.
Bersamaan dengan bertambahnya usia seorang wanita, sisa-sisa folikel
sel telur yang berada di indung telur akan menghilang, kejadian ini tidak akan
sama pada setiap wanita dan akan terjadi diantara usia 45-55 tahun, itupun tidak
terjadi secara mendadak tetapi akan berlangsung secara bertahap yaitu dari masa
aktifmenjadi tidak aktiflagi ketika wanita mulai memasuki usia menopause.
Mengenai terjadinya menopause ini Sheldon & Cherry (1999)
menyebutkan bahwa mula-mula estrogen hanya menghalangi ovulasi atau
pelepasan telur tetap menstraasi masih tetap berlangsung, namun makin lama haid
menjadi jarang dan akhirnya berhenti. Tetapi berhentinya haid bukan berarti sudah
tidak ada estrogen sama sekali, walaupun haid sudah berhenti indung telur masih
tetap memproduksi estrogen. Berhentinya haid sebenamya adalah indung telur itu
sendiri sehingga kurang bereaksi terhadap hormon estrogen.
Menopause juga dapat terjadi secara alamiah atau akibat operasi
pengangkatan uteras (histerektomi) dan penyinaran. Menopause dini terjadi pada
usia 44 tahun, hal ini disebabkan karena faktor herediter, gangguan gizi berat,
penyakit menahun, penyakit yang merasak jaringan kedua ovarium. Sedang
menopause terlambat terjadi di atas usia 52 tahun, karena faktor konstitusional,
dan tumorovarium (Prawirohardjo, 1999).
Berdasar uraian diatas proses terjadinya menopause adalah habisnya
folikel (sel telur) pada indung telur (ovarium) wanita. Meskipun pada tiap-tiap
folikel yang mengalami ovulasi (pelepasan telur dari indung telur). Tak
terbentuknya folikel dapat terjadi secara lembat atau tiba-tiba, dimana makin
dibentuk. Dengan demikian ovulasi dan siklus haid menjadi tidak teratur, karena
ovulasi dan siklus haid dipengarahi oleh honnon estrogen. Selainitu jaringanpada
vulva dan vagina kekuatannya menurun. Keadaan seperti ini terjadi pada organ
atau jaringan tubuh lainnya yang dipengarahi hormon estrogen.c. Gejala Menopause
Sebagian besar gejala yang umum pada menopause adalali hotflushes,
yang mempengarahi 75 hingga 80% wanita menopause (Bates, 1981 ; Erick,
1981). Menurut Hutton (1984), gejala menopause juga tergantung pada kadar
honnon estrogen yang ada pada diri seseorang, sehingga bisa berlangsung
sebentar dan bisa pula menetap pada seseorang. Secara kliusus hotflushes muncul
tiba-tiba seperti terasa panas pada selurah bagian atas tubuh misalnya pada muka
nampak kemerah-merahan, banyak keringat dan pusing-pusing. Pada sebagian wanita hot flushes terjadi satu kali seminggu atau kurang tetapi pada sebagian besar yang lain mendapatkannya hampir setiap waktu. Hotflushes bisa berakhir 15 menit atau lebih pada sebagian besar kasus yang berat (dialami oleh kurang dari 10 % wanita), dan ini biasanya terjadi ketika sedang tidur.Mohammad (1971), menyatakan bahwa gejala yang paling utama adalah
haid mulai tidak teratur dan akhirnya akan berhenti sama sekali. Sejalan dengan peryataan Suhennan (1996) baliwa gangguan haid (haid tidak teratur dan darali haid sedikit) saat perimenopause yang kemudian diikuti keluhan vasomotor hot flushes dan hiperhidrosis teratama malam hari saat menopause, merapakan keluhan umum. Hasil studi longitudinal dengan follow-up di Amerika dan Inggris,
menyatakan bahwa 10-25 % wanita mengalami hot flushes sebelum mereka mengalami menopause. Menurat The Massachusetts Women's Health Study, insidens keluhan ini meningkat dari 10 % pada perimenopause menjadi 50% segera setelah haid berhenti, dan 4 tahun setelah menopause keluhan menurun sampai sekitar 20 %.
Menurat Soejonoes (1990) bahwa 85 % wanita yang akan mengalami
menopause merasakan gejala-gejala seperti rasa berdebar-debar, berkeringat pada waktu malam, rasa panas pada wajah (hot-flushes), sakit kepala, rasa semutan pada tangan dan kaki, nyeri pada tulang dan otot. Gejala-gejala ini biasanya diikuti dengan gejala psikologis seperti rasa takut, tegang, depresi, lekas marah, mudah tersinggung, gugup dan perasaan kurang mantap.
Hanafiah (1991) mengemukakan sindroma klimakterium berkaitan erat dengan tiga komponen, yaitu menxmxnnya aktivitas ovarixxm ditandai dengan berkurangnya estrogen, faktor psikis, dan faktor sosio budaya. Kelxxlian-keluhan
tersebut terdiri:
a. gangguan vasomotor mengakibatkan estrogen berpengarah pada sistem
parasimpatik, sehingga kekurangan estrogen menyebabkan reaksi vasomotorik, berupa gejolak panas, keringat malam, pusing dan jantung
berdebar.
b. gangguan psikis antara Iain : mudah tersinggung, cemas, gelisali, depresi,
c. perubahan alat urogenital, menurunnya estrogen, uterus kmengecil, jaringan
endometrium menjadi atrofi sehingga tidak haid lagi, epitel dinding vagina
kering karena produksi lendir berkurang.d. perubahan alat non genital, rambut jadi tipis, mudah rontok, payudara
mengecil, kulit kering dan keriput.Gejala psikologis wanita menopause adalah kecemasan, sering terjadi
depresi, reaksi takut, amarah, perasaan rendali diri, merasa tidak berguna, merasadi ambang kematian, serta reaksi emosional (Maramis, 1998). Perasaan lainnya
yang dialami oleh wanita masa menopause adalali perasaan "menjadi tua" atau
"waktunya sudah lewat" karena sudah tidak dapat menunxnkan lagi. Hal ini
menyentuh perasaan wanita, karena memang merapakan pengertian umum bahwa
wanita itu adalah manusia yang cantik dan menarik. Datangnya menopause,ungkapan tersebut hanya berlaku pada wanita muda saja, dan berlaku predikat
"tua" bagi wanita berarti haras melepaskan diri dari perasaan cantik dan menarik.
Padahal wanita menyadari bahwa soal penampilan atau kecantikan adalah hal
yang sangat penting, cukup penting untuk kesuksesan pergaulan di masyarakat
maupun di dunia pekerjaan.Kelulian-kelulian diatas bervariasi pada setiap wanita, tergantung pada
penuranan aktivitas ovarium yang berakibat menurunnya hormon estrogen, faktor
psikis, faktor sosio bxidaya dan faktor kejiwaan dari wanita tersebut.
d. Periode Menopause
Batasan usia wanita menopause bervariasi, antara 45-55 tahun dengan usia rata-rata 51 tahun (Hanafiah, 1999). Walaupun demikian ada juga wanita
yang sampai berusia 55 th masih aktif datang bulan sehingga tidak aneh kalau ada
orang yang binggung menentukan keidakteratxiran menstraasinya pada uisa 40 th
itu akibat adanya kehamilan atau memang karena proses menopause sudah mulaiberjalan (Adisusilo, 1985).
Menurat Speroff dkk, (dalam Suherman,1996) rata-rata usia menopause antara 50-52 tahun, sedangkan dari Massachusetts Women's Health Study yang mencakup 2,570 wanita, usia menopause antara 48-55 tahun dengan media age 51,3 th. Dari studi retrospektifdan crosssectional diketahui baliwa umur rata-rata wanita memasuki menopause adalah : pada wanita Eropa (ras kaukasus) umur
47,49-50,2 th; pada wanita ras Negro 49,31 th; pada wanita ras Melanesia 47,3 th;
pada wanita ras Asia 44 th (Yatim,200l).
Setiap negara mempunyai rata-rata usia menopause yang berbeda. Di
negara maju, menopause cenderung terjadi pada usia lebili tua karena taraf sosio
ekonomi, pendidikan, gizi dan kesehatan yang lebih baik dibanding negara yangsedang berkembang.
B. Informasi Tentang Menopause 1. Pengertian
Proses menua yang dialami wanitamerapakan bagian dari proses alamiah
dalam kehidupan yang tidak mungkin dapat dihindari. Sebagian wanita
beranggapan, menjadi tua merapakan sesuatu yang menakutkan sehingga berbagai
upaya dilakukan untuk menghambat proses ini. Proses menua ini dapat
memmbulkan berbagai permasalahan yang barkaitan dengan proses degeneratif
fungsi-fungsi tubuh. (Dewiyanti, 2003).
Kesehatan reproduksi menjadi masalah yang cukup serins bagi setiap
wanita, karena sejumlah wanita tidak mengetahui bagaimana bekerjanya alat
reproduksi dalam tubuh atau perubalian-perabalian yang akan terjadi ketika
seorang wanita mengalami menopause.
Ketidaktahuan wanita mengenai kondisi tubuhnya dapat membawa
dampak pada kondisi kesehatannya, oleh karena itu maka dirasa perlu untuk
memberi infonnasi tentang menopause secara benar Pengetahuan mengenai
menopause diberikan pada wanita yang akan menghadapi menopause dikarenakan
pada saat inilah wanita akan mengalami berbagai gejala atau gangguan pada
tubuhnya, sehingga dengan diberikannya pengetahuan tentang menopause ini
mereka akan mengetahui tentang apa yang terjadi pada dirinya.
2. Kegunaan Informasi Tentang Menopause
Menopause banyak persamaannya
dengan kehamilan, keduanya
merupakan peristiwa penting dalam kehidupan seorang wanita. Peristiwa itu
berlangsung ketika terjadi interaksi penibahan honnonal yang mendasar dengan
peristiwa emosional yang mengikuti penibahan sosial yang penting dalam peranan
dan srraktur kehidupan wanita (Bromwich, 1991). Semasa wanita mengalami
menopause, beberapa masalah tertentu sangat berarti bagi kebanyakan wanita dan
dapat membuat mereka lebih cemas. Banyak wanita yang mengalami mereka
sangat kesepian dan tidak mempunyai teman untuk diajak berbicara atau dapat
dimintai nasihat. Rasa cemas mereka juga banyak dicampuri oleh kenyataan
bahwa terdapat banyak mitos tentang menopause (Bromwich, 1991).
Perasaan yang tidak menyenangkan yang terjadi akibat menopause akan
menimbulkan perasaan cemas dan takut, oleh karena itu dalam mengliadapi
menopause para wanita perlu disiapkan secara psikologis (Rachman, dalam
Pakasi, 2000). Hal ini sejalan dengan peryataan (Rini dalam Indrianingsih, 1993)
agar para wanita menimba pengetahuan sebanyak mungkin tentang menopause
sebagai upaya bersiap diri mengliadapi menopause.
Pentingnya informasi tentang menopause yang jelas dan tepat, setidaknya
akan mengurangi anggapan negatif tentang menopause yang dapat menimbulkan
kecemasan. Informasi yang benar akan membawa para wanita pada suatu perilaku
rasional dan lebih siap menghadapi menopause dengantenang.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman yang benar
mengenai menopause akan mengurangi anggapan negatif yang dapat
menimbulkan kecemasan. Infonnasi yang benar tentang menopause akan
membuat para wanita siapmenghadapi menopause.
3. Sumber Informasi Tentang Menopause
Mackenzie (1986) menyatakan pxhak-pihak yang dianggap paling tepat
untuk menyampaikan infonnasi tentang menopause adalah dokter, sebab
dokteriah yang dianggap mampu memberikan penjelasan mengenai perubahan
yang akan dirasakan akibat menopause dengan cara memberikan dukungan dan afeksi secara teras-meneras, serta dapat menyediakan dirinya sebagai pihak yang aman untxik berdiskusi. Selain itu pihak-pihak lain yang dapat memberi informasi tentunya ibu, saudara, dan sahabat yang mxmgkin telah mengalami menopause, tetapi masih banyak wanita menganggap menopause sebagai suatu objek yang apabila dibicarakan haras dengan suara-suara yang bisik-bisik, mungkin karena masih sungkan, malu, dan takut untxik membicarakan secara terbuka. Alasan yang sama pentingnya yang menyebabkan persoalan menopause tidak dibicarakan secara terbuka, karena kecemasan implikasi proses menua itu sendiri, wanita dalam masyarakat takut menjadi tua karena menghadapi citra diri yang telah uzur (Mackenzie, 1986).
Menurut Samil (2002) di Indonesia sebenamya telah memiliki fasilitas yang dapat digunakan dalam upaya melakukan penanganan pada wanita menopause, diantaranya ; puskesmas (dokter umum & bidan), rumah sakit (spesialis obstetri - gjnekologi ), klinik menopause / klinik pribadi (spesialis obstetri - ginekologi), tetapi sangat disayangkan para wanita kurang dapat memanfaatkan fasilitas yang telah ada.
Kesimpulan dari uraian diatas adalali dokter atau instansi kesehatan yang paling diharapkan dapat memberikan informasi yang benar tentang menopause. Akan tetapi, masalah tentang menopause itu sendiri kurang dibicarakan secara terbuka sehingga banyak wanita tidak taliu dimana mencari infonnasi yang tepat.
4. Materi dan Metode Informasi Tentang Menopause
Menurat Nugraha (2002) sekarang ini banyak sekali klinik-klinik yang
memberikan
andilnya
berapa sumbangan
pcmikiran
mengenai
masalah
menopause. Upaya tersebut berwujud tentang kesiapan menghadapi
perubahan-perabahan fisik maupun kejiwaan pada masaklimakterium, yaitu;
1. menyadari bahwa klimakterium merapakan hal yang sifatnya alamiah dimana
semua wanita akan melaluinya. Secara umum melalui wawancara yang efektif
dan pendidikan tentang masa klimakterium diharapkan para wanita akan lebih
tabali mengliadapinya.2. perlunya bantuan keluarga
(teratama suami
dan anak-anak)
untuk
mendampingi dan memberi dukungan saat sang istri memasuki masa
klimakterium.
3. perlunya pengaturan diet makanan sehari-hari yang rendali lemak, tinggi serat,
vitamin C dan kalsium.
4. olah raga dan pengobatan
Menurut Samil dan Affandi (2002) pemerintah dalam hal ini juga telah
melakukan beberapa upaya dalam rangka melakukan penanganan pada wanita
menopause, dengan cara antara lain ;1. melakukan kerjasama antara Departemen Kesehatan dan Perkumpulan
Menopause Indonesia.2. melakukan program pembeian Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
3. melakukan pelatihan kepada dokter-dokter umum4. melakukan pelatihan kepada bidan-bidan
5. membuat protokol penanganan wanita menopause di Indonesia
Selanjutnya PPKW (pengayom wanita perkumpulan penyantun kesejahteraan wanita) sebagai organisasi menyusun program kerja. Dalam hal ini bentuk pelayanan kegiatan bersifat promotif, preventif dan kuratif.
1. Program Promotif
Kegiatan promotif ini ditujukan pada wanita usia klimakterium dalam
bentuk penyuluhan dengan materi fisiologis klimakterium dan proses geriatrik.
Juga tercakup kegiatan penyuluhan gizi dan latihan jasmani, sehingga diharapkan wanita menopause terbiasa dengan pola hidup yang sehat (Darmasetiawan, 1991). Sejalan dengan Sumosardjuno (dalam Endah, 1999) olali raga yang teratur dapat
mencegah tulang keropos dan tidak mudah patah. Olali raga ringan, jalan pagi,
aktifitas fisik yang cukup dan teratur akan merangsang terbentuknya hormon seks
pada wanita (estrogen), yang berfungsi meningkatkan akumulasi kalsixun tulang. Wanita menopause juga haras memperhatikan berat badan agar tetap nonnaL berhenti merokok, mengendalikan konsumsi alkohol, berjemur di sinar matahari
pagi untuk mendapatkan suplai vitamin D.
Menurut Setiati (dalam Endah,1999) bahwa untuk menyerap kalsium dengan baik dibxihihkan vitamin D, ini bisa didapat melalui pancaran sinar
matahari pagi, makanan suplemen kalsium, makanan dan minuman lain yang kaya vitamin D seperti susu. Selain kalsium dapat juga diperoleh melalui makanan seperti ; ikan, kacang-kacangan, sayuran hijau dll. Selanjutnya dikatakan Bromwich (1991) bahwa menghindari makanan berlemak tinggi sangat
dianjxirkan, banyak mengkonsumsi buali dan sayur sangat menolong, seperti buwortel yang mengaudung banyak vitamin D3 atau kalsium pada susu rendah lemak, buah pir kuning satu buah sebelum tidur memberikan manfaat pada kekurangan kalsium dan kalium akibat penuranan hormon estrogen dan
progesteron tersebut.
2. Program Preventif
Ditujukan pada wanita yang cenderung mengalami osteoporosis dengan
kriteria mengalami menopause dini (menopause prekoks), kebiasaan diet rendah kalsium, tinggi alkohol, perokok aktif, gaya hidup dengan aktifitas yang ringan (sedentary life), penyakit gangguan metabolisme mineral, penyakit chushing, pengguna obat steroid jangka panjang (Dannasetiawan, 1991).
3. Program Kuratif / Reliabilitatif
Program ini melakukan pelayanan dengan pemberian estrogen yang dapat mencegah hilangnya masa tulang, penyakit jantung koroner pada
pascamenopause. Disini estrogen diberikan sebelum timbulnya keluhan atau terjadinya patah tulang. Telah terbukti baliwa pemberian estrogen dapat mencegah patah tulang hingga 50 % pada wanita yang telah menopause sebelum usia 40 th
(Baziad dkk, 2000). Menurat Hanafiah (1999) terapi pengganti hormon atau
hormone replacement therapy (HRT), dapat meningkatkan usia harapan hidxip
berkurangnya morbiditas klimakterium, meningkatkan kualitas hidup wanita menopause dan dapat mengurangi anggaran biaya pelayanan kesehatan.
Pemeriksaan penunjang lainnya juga perlu dilakukan seperti ; pemeriksaan laboratorium, cultur dari lendir vagina dan vulva, pemeriksaan
sitologi (pap test), test schiller, koloskopi, biopsi, radiologi, ultrasonografl, CT
scan, pemeriksaan hormon dengan radio immuno assay (RIA), pemeriksaan
berkala atau general check up (Yudomustopo dalam Triana, 2002). Selanjutnya
dikatakan Alex (dalam Endah,1999), setiap wanita perlu melakukan program
kuratif yaitu pemeriksaan ratin dan menyelurah sebelum, pada saat, ataupun
sesudah menopause.