• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA INFORMASI TENTANG MENOPAUSE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA INFORMASI TENTANG MENOPAUSE"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENOPAUSE

SKRIPSI Oleh: ARIVIANA 96231156 FAKULTAS PSIKOLOGI UMVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA 2004

(2)

SKRIPSI

Oleh: ARIVIANA

96 231 156

FAKULTAS PSIKOLOGI DNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA 2004

(3)

DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENOPAUSE

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Psikoiogi Universitas Islam Indonesia Untuk

Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Guna Memperoleh

Derajat Sarjana S 1 Psikoiogi

Oleh: ARIVIANA

96231156

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA 2004

(4)

Djpertahankan di depan DewanPenguji Skripsi Fakultas

Psikoiogi Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi

Sebagian Dari Syarat-syarat Guna Memproleroleh

Derajat Sarjana S-l Psikoiogi

Dewan Penguji

l. Sofia Retnowati, Dra., MS

2. Sukarti, Dr

3. Arief Fahmi, S.Psi ,Psi

Pada Tanggal

1 8 AUG ^3D4

Meugesahkati ...,.—.-.----Fakuhas Psikoiogi

Universitas Islam Indonesia

De

SukartL Dr

TandaTangan

(5)

Bersama ini saya menyatakan bahwa selama melakukan penelitian dan

dalam membuat laporan penelitian, tidak melanggar etika akademik seperti

penjiplakan, pemalsuan data, dan manipulasi data. Apabila dikemudian hari saya

terbukti melanggar etika akademik, maka saya sanggup menerima konsekwensi

berupa pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.

Yang menyatakan

Ariviana

(6)

"Sesungguhnya Allah tidak mengubah

suatu kaum sehingga mereka mengubah

yang ada dari mereka sendiri"

(7)

"Skripsi ini kupersembahkan untuk

Bapak, Ibu, Adikku, Kekasihku

Serta Teman-temanku"

(8)

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas petunjuk dan

pertolongan-Nya, sehingga penults dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa telah banyak pihak yang memberikan bantuan berupa dorongan, arahan, dan data yang diperlukan mulai dari persiapan, tempat

dan pelaksanaan penelitian hingga tersusunnya skripsi ini. Untuk itu penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Sukarti, Dr., selaku Dekan Fakultas Psikoiogi Universitas Islam Indonesia. 2. Ibu Sofia Rernowati, Dra., MS., selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Arief Fahmie, S.Psi.,Psi dan Ibu Sukarti, Dr ., selaku dewan penguji skripsi terimakasih atas masukan dan sarannya untuk sempurnanya skripsi ini. 4. Bapak M. Bachtiar, Drs., MM., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

telah mendampingi penulis dalam menimba ilmu.

5. Bapak Irwan Nuryana, S.Psi., selaku ketua biro skripsi Universitas Islam

Indonesia.

6. Ibu Ratna Ismoyowati, dr.,MARS., selaku Direktur Badan Rumah Sakit

Umum Daerah Kabupaten Batang yang telali memberikan ijin kepada pemdis

untuk mengadakan penelitian di Badan Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Batang, Pekalongan.

(9)

skala guna pengambilan data penelitian dalam penelitian ini.

8. Hasuna Budi, yang memberikan perhatian, dukungan dan bantuan selama

pengerjaan skripsi ini.

9. Rina, Ila, Jeany, Devi, Hasib, Sohib, Dea, Mbak Ana dan semua piliak yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan

dan bantuan hingga terselesaikannya tugas akhirini.

Akhirnya ucapan terima kasih penulis sampaikan pula untuk Bapak dan

Ibu atas segalanya yangtelahdiberikan sepanjang perjalanan sekolah ananda.

Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang berkenan

membalas seluruli amal baik yang telali diberikan.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

v m

Yogyakarta, Mi 2004

(10)

Halaman

HALAMAN SAMPUL

{

HALAMAN JUDUL

it

HALAMAN PENGESAHAN

jij

HALAMAN PERNYATAAN

iv

MOTTO

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

vj

HALAMAN PRAKATA

vii

DAFTARISI

^

DAFTARTABEL

^

DAFTAR LAMPIRAN

xiii

INTISARI

xv

BAB I.

PENGANTAR

!

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Tujuan Penelitian 9

C. Manfaat Penelitian 10

D. Keaslian Penelitian 10

BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA

12

A. Kecemasan Menghadapi Menopause

12

1. Pengertian Kecemasan 12

2. Jenis Kecemasan 13

3. Respon Kecemasan 14

4. Kecemasan Menghadapi Menopause

16

5. Faktor-faktor Kecemasan Menghadapi

Menopause 20

(11)

b. Proses Terjadinya Menopause 26

c. Gejala Menopause 29

d. Periode Menopause 32

B. Informasi Tentang Menopause 32

1. Pengertian 32

2. Kegunaan Infonnasi Menopause 33

3. Sumber Informasi Menopause 34

4. Materi dan Metode Informasi Tentang Menopause...36 C. Hubungan Informasi Tentang Menopause Dengan

Kecemasan Menghadapi Menopause 39

D. Hipotesis 42

BAB III : METODE PENELITIAN 43

A. Idenh'fikasi Variabel 43

B. Defmisi Operasional 43

1. Kecemasan Menghadapi Menopause 43

2. Informasi Menopause 44

C. Subjek Penelitian 44

D. Metode Pengumpulan Data 45

1. Skala Kecemasan Menghadapi Menopause 46 2. Skala Informasi Tentang Menopause 48

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 49

F. Metode Analisis Data 50

BAB IV : PELAKASANAAN DAN HASIL PENELITIAN 51

A. Orientasi Kancah Penelitian 51

1. Orientasi Kancah Penelitian 51

2. Perijinan Penelitian 51

3. Uji Coba Alat Pengumpul Data 52

(12)

2. Deskripsi Data Penelitian.

3. Hasil Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

b- Uji Linieritas

c Hasil Uji Hipotesis

D. Pembahasan. 55 61 61 62 62

BABV ;

PENUTUP..

63

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN...

70

76 .68 .68 .68 XI

(13)

Halaman

Tabel 1 Distribusi butir skala kecemasan menghadapi menopause

sebelum uji coba 48

Tabel 2 Distribusi butir skala informasi tentang menopause sebelum

uji coba 49

Tabel 3 Distribusi butir-butir skala kecemasan mengliadapi menopause

Sesudah uji coba 54

Tabel 4 Distribusi butir-butir skala infonnasi tentang menopause sesudah

uji coba 55

Tabel 5 Deskripsi data subjekpenelitian

57

Tabel 6 Deskripsi data penelitian 58

Tabel 7 Kriteria kategori skala kecemasan 59

Tabel 8 Kriteria kategori skala informasi 60

Tabel 9 Deskripsi uji asumsi normalitas 61

Tabel 10 Deskripsi uji linearitas Informasi tentang menopause dengan

Kecemasan menghadapi menopause 62

(14)

Halaman

LAMPIRAN 1. DATA UJI COBA 77

1. Data uji coba skala 1 78

2. Data uji coba skala II 79

LAMPIRAN 2. HASIL UJI RELIABILITAS SKALA SKALA UJI COBA.80

1. Reliabilitas skala 1 81

2. Reliabilitas skala I (hasil seleksi butir) 83

3. Reliabilitas skala II 85

4. Reliabilitas skala II (hasil seleksi butir) 87

LAMPIRAN 3. DATA PENELITIAN 89

1. Data hasil penelitian skala 1 90

2. Data hasil penelitian skala II 91

LAMPIRAN 4. HASIL UJI RELIABILITAS SKALA PENELITIAN 92

1. Hasil uji reliabilitas skor skala 1 93 2. Hasil uji reliabilitas skor skala II 95

LAMPIRAN 5. ANALISIS STATISTIK 97

1. Deskripsi kategori data hipotetik Kecemasan Menghadapi

Menopause 98

2. Deskripsi kategori data hipotetik Infonnasi Tentang

Menopause 99

3. Hasil uji nomialitas 100

(15)

kecemasan menghadapi menopause 102

6. Analisis regresi 103

7. Grafik histogram skor skala I dan II 104

LAMPIRAN 6. SURAT IJIN PENELITIAN 105

LAMPIRAN 7. SURAT BUKTI PENELITIAN 106

(16)

Menopause merupakan bagian alamiah yang tidak dapat dihindari oleh semua wanita. Informasi tentang seluk beluk menopuase haruslah dimiliki oleh setiap wanita agar dapat mempersiapkan diri dalam menerima perubahan-penxbahan yang terjadi dalam dirinya dengan mengetahui dan memahami gejala-gejala fisik ataupun psikoiogi pada masa menopause, sehingga kecemasan akan datangnya menopause dapat dihindari.

Hipotesis penelitian ini adalah : ada hubungan negatif antara informasi menopuase dengan kecemasan menghadapi menopuase, semakin banyak informasi tentang menopuase yang diperoleh maka kecanasan mengliadapi menopuase akan semakin menurun, demikian pula sebaliknya. Karakteristik subjek penelitian pada penelitian ini adalah wanita berusia 40-60 tahun, Pegawai Negeri Sipil atau swasta, menikali dan masih mempunyai suami, memiliki anak, pendidikan SLTA, SLTA, Perguruan Tinggi dan behun mengalami menopause. Lokasi penelitian ini adalah di Badan Riunah Sakit Umum Daerah Kabupaten Batang, Pekalongan Jawa Tengali.

Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan dua skala

yaitu: skala informasi tentang menopuase dan skala kecemasan menghadapi

menopause. Metode analisis data pada penelitian ini menggunakan korelasi

product moment yang dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS

versi J0.00 for Windows. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara infonnasi tentang menopause dengan kecemasan menghadapi menopause dengan nilai koefisien korelasi sebesar (Rxy) -0,383 dengan p = 0,003 (p< 0,01). Artinya semakin banyak informasi tentang menopuase yang diperoleh maka akan semakin rendah tingkat kecemasan dalam menghadapi menopause.

KATA KUNCI : infonnasi tentang menopause, kecemasan menghadapi menopause, wanita berusia 40-60 tahun.

(17)

A. Latar Belakang Permasalahan

Perkembangan manusia tidak pernali statis semenjak terjadinya

pembuahan hingga ajal, yang ditandai dengan perubahan baik dalam kemampuan

fisik maupun kemampuan psikologis. Berbagai perubahan dalam perkembangan

bertujuan untuk memungkinkan individu menyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Dalam mencapai tujuan ini maka realisasi diri atau aktualisasi diri

memainkan peranan penting dalam kesehatan jiwa, individu yang berhasil

menyesuaikan diri dengan baik secara pribadi dan sosial hams mempunyai

kesempatan untuk mengungkapkan minat dan keinginannya dengan cara yang

memuaskan dirinya. Walaupxm selalu terjadi perubalian-penxbalian yang bersifet

fisik atau psikologis banyak orang tidak sepenulinya menyadari kecuali

perubalxan-perubahan itu terjadi secara mendadak atau jelas mempengaruhi pola

kehidupan mereka (Hasan, 1996).

Perubahan yang terjadi pada usia dewasa madya terbagi dalam usia

madya dini bemmur antara 40-50 tahun dan usia madya lanjut berumur 50-60

tahun. Usia dewasa madya (setengah baya) merupakan masa sulit dalam rentan

kehidupan manusia. Baik tidaknya mereka menyesuaikan diri dalam kehidupan ini

hasilnya bergantung pada dasar-dasar yang ditanamkan pada awal kehidupan

khususnya harapan tentang penyesuaian diri terhadap peran dan harapan sosial

(18)

walaupun tanggal dan kalender serta bayangan dalam cermin telah

mengingatkannya (Hasan, 1996).

Selanjutnya berbicara tentang usia madya erat kaitannya dengan

peningkatan usia harapan hidup bangsa Indonesia yang diperkirakan mencapai 70

tahun, meningkat terus seiring dengan perbaikan taraf ekonomi dan derajat

kesehatan. Usia harapan hidup wanita relatif lebih tinggi dibandingkan dengan

pria, sehingga akan lebih banyak wanita usia lanjut (wulan) dalam penduduk

kelompok lanjut usia (lansia), dengan demikian, akan lebih banyak pula wanita

yang mengalami menopause dengan berbagai permasalahannya (Hanafiah, 1999).

Perbincangan mengenai wanita usia lanjut (wulan) dan khususnya

tentang menopause tak lepas kaitannya dengan peningkatan harapan hidup

penduduk. Pada tahun 1980 umur harapan hidup wanita Indonesia adalah 50,9

tahun, pada tahun 1985 menjadi 52,7 tahun dan di tahun 2000 diperkirakan

mencapai 70 tahun dan pada tahun 2010 sekitar 40 %penduduk Indonesia akan

mencapai usia lebih dari 60 tahun dan separuhnya adalah kaum wanita. Bila

jumlali penduduk Indonesia 300 juta jiwa (dengan asumsi KB tetap berhasil)

maka akan terdapat sekitar 50-60 juta wulan berusia diatas 60 tahun. Wanita yang

bemsia lebih dari 60 tahun, hampir 100% telah memasuki masa menopause

(Kompas, 2001). Apabila melihat data dari WHO tampaknya ledakan menopause

(19)

dari mereka (sekitar 80 %) tinggal di negara berkembang (Republika, 2001).

WHO telah menjadikan menopause sebagai peristiwa atau kejadian yang

perlu mendapat perhatian internasional, pada tanggal 18 Oktober diperingati

sebagai hari menopause sedunia, dan tanggal 20 Oktober sebagai hari osteoporosis

sedunia. Perkumpulan Menopause Indonesia (PERMI), Persatuan Osteoporosis

Indonesia (PEROSI) juga telah berdiri di beberapa kota di Indonesia seperti

PERMI Yogyakarta, PERMI Jawa Barat dan Jakarta. Hal ini menunjukkan bahwa

permasalalian menopause sudah semakin meluas di masyarakat (Hidayati, 2000).

Fakta lapangan menemukan baliwa 75 % wanita yang mengalami

menopause akan merasakan berbagai masalah atau gangguan, sedangkan sekitar

25% lainnya tidak mempermasalahkan (Achadiat, 2003). Hal ini menegaskan

bahwa umumnya wanita takut menghadapi menopause karena tidak siap

menerima kenyataan, teriebih lagi karena ketidaktahuan informasi yang benar atau

mitos-mitos yang keliru. Wanita yang belum mau mengalami menopause akan

melakukan cara agar dapat menghambat datangnya menopause. Hal tersebut

menyebabkan wanita menjadi cemas, murung, dan menarik diri dari lingkungan

sosial ketika mengalami menopause

Sejalan dengan penelitian Triana (2002) yang menyatakan pada 30 orang

wanita premenopause yang berkunjung di puskesmas Gondokusuman II dengan

rentang usia 35-50 th, didapatkan baliwa 50 %tidak pernali mendengar istilah

menopause, 53 %membutuhkan infonnasi yang benar mengenai menopause dari

(20)

Menurut Primana (1993) fenomena meningkatnya jumlah wanita

menopause di Indonesia memerlukan upaya peningkatan dan pemeliharaan

kesehatan agar wanita menopause sehat, produktif, dan mandiri. Menurut Paat

(1989) wanita yang memasuki usia menopause akan dihadapkan pada

permasalalian baru, yaitu berupa keluhan-kelulian akibat terjadinya perubahan

metabolisme tubuh, seperti gangguan neuro-vegeiatif (gejolak panas atau hot

jlushes\ gangguan fimgsi kandung kemih, osteoporosis atrofi vagina (vagina

kering), gangguan kejiwaan, gangguan psikis (seperti mudali tersingguang,

depresi, sulit tidur), serta gangguan organik (seperti infarkjanrung, atheroslerosis,

keropos tulang (osteoporosis), reaksi peradangan, penyusutan organ seks dan

sebagainya (Achadiat, 2003).

Keluhan yang terjadi pada setiap wanita bervariasi tergantung berbagai

faktor, yaitu faktor sosial, budaya, geografis, gizi, pola hidup dan kebiasaan.

Pendapat yang sama dikemukakan oleh Djamil (1996) bahwa pennasalalian pada

wanita menopause bervariasi, keluhan sebelum menopause tidak sama dirasakan

setiap wanita, karena kaum wanita memiliki persepsi yang beragam mengenai

menopause. Sebagian berpendapat menopause adalah awal dari kemunduran

fimgsi kewanitaan secara keseluruhan, balikan ada yang menganggap menopause

sebagai bencana di usia senja (Kompas, 2001). Wanita yang akan mengalami

menopause akan merasakan saat yang paling tidak menyenangkan karena

(21)

fisik dan psikologis yang menyiksa (Nyata, 1999).

Penelitian Darmasetiawan (1991) tentang sindroma klimakterium di RS.

Cipto Mangunkusumo Jakarta, menemukan bahwa keluhan yang diderita wanita

menopause yang terbanyak adalah keluhan gejolak panas 93,4 %, gangguan haid

80,3 %, vertigo 70,5 %, hiperhidrosis dan perasaan berdebar-debar 63,9 %.

Gangguan haid merupakan kelulian yang terbanyak menyebabkan wanita datang

berobat ke dokter. Selanjutnya Tina (1999) dari hasil penelitiannya pada wanita

Bugis-Makasar keluhan setelah wanita mengalami menopause adalah perat

membengkak 33,3 %, perut mengkerut 77,8 %, cairan vagina berkurang 13,8 %,

kulit kering 35,6 %, panas dan berkeringat 31,1 %serta sering pusing 53,3 %.

Keluhan setelah menopause juga dikatakan oleh Pangkahila (2000) bahwa wanita

menopause akan mengalami dyspareunia atau nyeri senggama 67 %, dan 27 %

akan menderita vaginismus. Pendapat serupa dikemukakan oleh Aftandi (1997)

bahwa menopause dapat meningkatkan resiko timbulnya gangguan kesehatan

serius seperti serangan jantung, stroke, kanker payudara, kanker usus besar,

osteoporosis, berkurangnya masa otot dan katarsk. Penyakit jantung koroner juga

sering dijumpai pada usia 36-49, dengan perbandingan kejadian (17:1) berarti di

antara 17 wanita menopause akan mengalami jantung koroner, dan menurut data

resiko patah tulang pada wanita sebanyak 30 %atau sekitar 3-5 juta. Pada

umumnya perubahan yang akan tampak Iangsung pada masa menopause adalah

(22)

Berkaitan dengan penibahan-penibahan dan keluhan-keluhan diatas,

gejala tersebut dapat mengakibatkan kecemasan pada wanita, padahal menopause

adalah suatu penibahan alamiah yang pasti akan terjadi pada setiap wanita.

Adanya perubahan ini tidak mudah untuk dilalui oleh setiap wanita. Pada

penelitian Neugarten (dalam Indrianingsih, 1997) ditemukan baliwa ada beberapa

wanita cemas menghadapi menopause karena takut kehilangan daya tank seksual

dan takut mengalami goncangan mental atau mental breakdown setelah

mengalami menopause. Beberapa literatur menyatakan bahwa mayoritas wanita

yang akan mengalami masa menopause terkadang mengalami masalah respons

seksual, misalnya menurunnya selera seks atau libido. Mengingat menopause itu

sendiri sudah menjadi stress psikososial maka kemungkinan besardapat

menimbulkan dampak psikologis bempa depresi (Femina, 2003)

Menurut Samil (1975) wanita yang kurang mengerti tentang menopause,

cenderung memandang menopause dari sudut yang negatif, sehingga mereka

diliputi oleh perasaan cemas dan takut ketika dalam menghadapi menopause.

Upaya untuk menguiangi kelulian pada wanita menopause dan untuk

menghindarkan kecemasan yang berlebihan perlu dilakukan melaliu pencegahan

dim dengan pemberian pengetahuan yang benar, yaitu dengan pemberian

infonnasi tentang menopause agar dapat mengetaliui sebenamya apa yang terjadi

(23)

bahwa tingginya angka kesakitan setelah menghadapi menopause disebabkan oleh

rendahnya pengetahuan masyarakat tentang menopause, sehingga informasi

mengenai menopause sangat diperlukan dalam mempersiapkan diri menghadapi

menopause.

Infonnasi mengenai menopause sangat dibutuhkan bagi para wanita,

yang usianya akan mendekati menopause yaitu antara usia 45-50 tahun.

Kenyataan yang ada di masyarakat sekarang buku-buku atau pedoman tentang

menopause hanya sedikit, ketinggalan jaman, dan seringkali bahasanya susah

untuk dimengerti. Buku yang ada seakan mengatakan bahwa wanita yang

menderita gejala menopause sebenamya memiliki terlalu banyak waktu dan

sebenamya mereka menderita karena tidak punya pekerjaan. Berbagai pertanyaan

tentang menopause tidak dianggap penting oleh sebagian besar masyarakat kita

(Mackenzie, 1984).

Informasi yang dibutuhkan adalah pengetahuan yang memadai mengenai

berbagai masalah menopause dan solusinya dengan membantu para wanita diusia

menjelang dan pasca menopause untuk menerima proses alami ini dengan siap

(Wicaksono, 2002). Pendapat tersebut Didukung pula oleh Hartono (2002) yang

mengatakan bahwa perlunya informasi tentang bagaimana memperlambat proses

menopause dengan upaya pendekatan kesehatan, psikologis dan kecantikan.

Upaya-upaya tersebut misalnya dengan mengikuti seminar-seminar tentang

menopause, berkonsultasi dengan dokter atau mencari sendiri informasi dari

media cetak dan elektronik. Seperti yang baru-baru ini diselenggarakan oleh

(24)

Menjelang dan Pasca Menopause"(Hartono, 2002).

Jumlah informasi serta pengetahuan yang dimiliki tentang menopause

tergantung dari tingkat pendidikan yang diterimanya, walaupun tidak selalu terjadi

demikian. Didukung oleh pendapat Rini (dalam Indrianingsih, 1997) yang menyatakan agar para wanita menimba pengetahuan sebanyak mungkin tentang menopause sebagai upaya bersiap diri menghadapi menopause. Sejalan dengan

pernyataan Van Keep (dalam Christiani 1995) menyatakan bahwa pendidikan dan

infonnasi tentang perubahan fisik dan psikis yang sedangatau akan dialami dapat

menolong wanita melalui masa khmakteriumnya dengan problem serendah

mungkin.

Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa sebenamya pemerintah juga telah melakukan berbagai cara untuk membantu kaum ibu dalam memperoleh informasi untuk menghadapi masa menopause. Hal ini dapat dilihat

adanya pelayanan konsultasi mengenai menopause di klinik-klinik bersalin. Penelitian tentang menopause telah banyak dilakukan, seperti pada penelitian Cristiani (1994) yang mengaitkan hubungan antara persepsi terhadap

menopause dengan kecemasan. Dari penelitian ditemukan semakin positip persepsi seorang wanita tentang menopause, maka akan semakin rendah tingkat

keceniasannya. Seorang wanita yang meniiliki persepsi negatif tentang menopause

akan menganggap menopause merupakan persoalan yang mengganggu dirinya, akibatnya muncul simtom-simtom baik simtom fisiologis atau psikologis.

(25)

dukungan suami dengan kecemasan istri mengliadapi menopause, bahwa semakin

besar dukungan suami terhadap istri dalam menghadapi menopause maka akan

semakin rendah kecemasannya. Bila dilihat dari penelitian diatas masih ada kaitan

lain yang dapat mengakibatkan kecemasan pada wanita dalam menghadapi

menopause yaitu informasi. Diharapkan wanita premenopause dapat

mempersiapkan diri mengliadapi menopause, sehingga keluhan dapat dikurangi.

Berdasarkan uraian diatas, baik yang bersifat teoritis maupun hasil-hasil

penelitian, penuJis dapat menyimpulkan bahwa ada hubungan negatif antara

informasi tentang menopause dengan kecemasan mengliadapi menopause. Hal ini

menyatakan bahwa sedikitnya informast tentang menopause yang diperoleh

wanita akan menyebabkan timbulnya kecemasan menghadapi menopause.

B. Tujuan Peuelifiau

Berdasar pada pennasalahan yang telah diuraikan, maka tujuan dari

penelitian ini adalah untuk maigetahui ada (idaknya hubungan antara infonnasi

(26)

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoriris : memberi masukan bagi ilmu psikoiogi kliususnya psikoiogi

klinis dan psikoiogi perkembangan yang berkaitan dengan informasi dalam

menghadapi menopause

2. Manfaat praktis : memberi infonnasi yang benar tentang menopause kepada

wanita, terutama wanita yang akan memasuki masa menopause, supaya dapat

memahami apa dan bagaimana menopause itu dan dapat mempersiapkan diri

dalam mengliadapi menopause.

D. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang kecemasan menghadapi menopause telah dilakukan

oleh Indrianingsih (1997), yang berjudul hubungan antara dukxuigan sosial dengan

tingkat kecemasan mengliadapi menopause. Semakin tinggi dukungan sosial yang

diterima individu maka akan semakin rendali tingkat keceniasannya. Penelitian

kedua oleh Chistiani (1994) dengan judul hubungan persepsi terhadap proses

menopause dengan tingkat kecemasan pada wanita yang mengliadapi menopause,

menyimpulkan semakin tinggi tingkat kecemasan pada wanita maka semakin

rendali persepsi terhadap proses menopause dan bila semakin rendali tingkat

kecemasan pada wanita maka semakin tinggi persepsinya terhadap menopaxise.

Penelitian mengenai kecemasan menopause telah banyak dilakukan.

Namuii pada penelitian ini penidis mengliubungkan infonnasi tentang menopause

dengan kecemasan mengliadapi menopause, penulis juga menambahkan

faktor-faktor yang memepengaruhi menopause yang sebelumnya tidak dicantumkan

(27)

dalam penelitian Indrianingsili yaitu, menopause dikaitkan dengan status kerja dan

menopause dikaitkan dengan pendidikan. Jadi penelitian ini meletakkan

kecemasan menghadapi menopause sebagai variabel tergantung dan informasi

menopause sebagai variabel bebas.

(28)

A. Kecemasan Menghadapi Menopause

1. Pengertian Kecemasan

Kecemasan adalah suatu kekliawatiran akan suatu perisriwa-perisriwa yang akan datang. Individu yang mengalami kecemasan akan merasakan suatu

kekhawatiran yang samar, kerisauan yang mengganggu kehidupan sehari-hari dan

mempengaruhi penyesuaian dirinya terhadap lingkungannya (Hurlock, 1974). Delgado (dalam Listyawati, 1994) mengatakan kecemasan adalali

ketegangan perasaan, baik yang disadari serta menimbulkan ancaman terhadap

intensitas aspek psikologis dan fisiologis. Akibatnya timbul perasaan negatif yang akan mempengamhi suasana hati individu dan dirasakan sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan, dan akan mengganggu pola perkembangan maupun

kelangsungan hidup individu.

Kecemasan adalah ketakutan tanpa adanya objek yang jelas. Rasa cemas dapat timbul karena rasa cinta, benci atau ketidakaculian seseorang dalam melakukan hubungan interpersonal. Tanda-tanda kecemasan adalali dalam bentuk perasaan kliawatir, gelisah dan perasaan-perasaan lain yang kurang menyenangkan. Biasanya perasaan ini disertai oleh rasa kurang percaya diri, tidak mampu, merasa rendah diri dan tidak mampu menghadapi masalah (Hurlock, 1975).

Menunit Lazarus (1976) kecemasan sebagai suatu respon terhadap keadaan yang mengancam atau tidak mengancam, dia membagi kecemasannya

(29)

menjadi state anxiety dan trait anxiety. State anxiety adalali kecemasan yang

gejalanya akan selalu sama atau tetap selama selama situasi itu ada, seperti rasa

bersalah, penolakan sosial dan sebagainya, sedang trait anxiety adalah kecemasan

yang dialami individu sebagai suatu keadaan yang melekat. Jadi trait anxiety

berkaitan dengan kepribadian individu dan merupakan suatu kecenderungan

individu untuk menjadi cemas dalam mengliadapi berbagai keadaan.

Kecemasan

juga

merupakan

pengalaman

emosi

yang

tidak

menyenangkan yang datang dari dalam, bersifat meningkat, menggelisahkan, dan

menakutkan, yang dihubimgkan dengan suatu ancaman baliaya yang tidak

diketahui oleh individu. Perasaan ini disertai oleh komponen somatik,fisiologik,

antonomik, biokimiawi, honnonal dan perilaku (Prawirohusodo, 1988).

Dari pengertian kecemasan diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan

mempakan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan yang disadari

maupun tidak disadari yang bersifat psikologis dan fisiologis, tanda-tanda

kecemasan seperti, gelisah, kurang percaya diri, kliawatir dan perasaan-perasaan

Iain yang kurangmenyenangkan.

2. Jenis Kecemasan

Menurut Teori Freud (dalam Davidson & Neale, 1974 : Hjlle & Zieger,

1981), kecemasan dapat dibedakan berdasarkan sumber :

a. Kecemasan Objektif ; kecemasan yang berhubungan dengan respon ego

terhadap ancaman atau baliaya yang berasal dari lingkungan di luar individu.

Kecemasan ini akan berkurang dengan berkurangnya sumber ancaman.

(30)

b. Kecemasan Moral ; dialami oleh ego sebagai perasaan bersalah atau malu,

dianggap sebagai rasa takut

terhadap hukuman oleh super ego untuk

kegagalan mengikuti standar perilaku moral sesuai dengan ketentuan super

ego.

c.

Kecemasan Neurotik ; stimulus pemicu semxia ekspresi dari kecemasan

neurotik benar-benar dari dalam berasal dari dorongan id, sehingga ego tidak

dapat mengontrol.

3. Respon Kecemasan

Menurut Rosehan dan Seligman (1989) dan Sue dkk., (1986) kecemasan

mempunyai elemen untuk merespon, yaitu :

a. Koqnitif, yaitu respon terhadap kecemasan dalam pikiran manusia misalnya ;

ketidakmampuan berkonsentrasi atau membuat keputusan dan susah ridur.

b. Somarik, yaitu reaksi tubuh terhadap bahaya misalnya ; tangan dan kaki

dingin, sering buang air kecil, berdebar-debar, keringat berlebihan, pemapasan

dangkal, mulut kering, pingsan, tekanan darali tinggi, otot tegang, sulit

pencemaan.

c. Emosi, yaitu suatu reaksi perasaan manusia, dimana individu secara

tems-menerus kliawatir, merasa takut terhadap bahaya yang mengancam.

d. Perilaku, yaitu reaksi dalam bentuk perilaku manusia terhadap ancaman

dengan mengliindar atau menyerang misalnya ; gelisali, cemas, gugup dan

sering menggigit bibir.

(31)

Untuk mengetaliui seberapa jumlali respon digunakan tiga cara

(Davidson dan Neale, 1974),yaitu :

a. Self respont atau laporan diri, yaitu yang berupa kuesioner yang telah di

satandarisasi skor hasil jawaban subyek diasumsikan mencerminkan tingkat

kecemasan.

b. Perilaku yangtampak, yaitu perilaku individu dapat di observasi untuk meliliat

reaksi dan gerakan yang merefleksikan keadaan emosional jiwa. Individu

diduga cemas jika menunjukkan perilaku yang diasumsikan merefleksikan

kecemasan.

c. Fisiologis, yaitu beberapa perubahan fisiologis yang menurut dugaan

mengindikasikan kecemasan, dapat diobservasi dengan jelas.

Menurut Priest (1991) baliwa gejala-gejala fisik yang muncul, yaitu

jantung berdebar-debar, gemetaran, tangan atau lutut gemetar dan

terhuyung-huyung, gelisah, sulit tidur, berkeringat, selalu ingin buang air kecil tidak seperti

biasanya, gatal-gatal pada tangan dan kaki tegang, tidak bisa rileks, ketegangan

syarafpada kulit kepala merupakan salali satu penyebab timbulnya kecemasan.

Selanjutnya menumt Hardiman (dalam Paramastri, 1991) stress kejiwaan

atau ketegangan mental yang dialami seseorang dalam waktu lama diduga dapat

menimbxdkan ketegangan pada otot, kepala, bahu nyeri, dan nyeri kepala. Banyak

penderita kecemasan secara umum mengeluhkan kehilangan perhatian dan tidak

dapat berkonsentrasi atau berpikir (Page dalam Aristiani, 2000). Kecemasan

memiliki efek yang tidak menyenangkan, dapat merasak fungsi psikologis dan

(32)

haras dapat menyadari situasi yang berbaliaya dengan cepat dan memberikan

reaksi secara tepat. Jika terlalu panjang wakrunya antara proses menyadari dan

reaksi, dapat membahayakan kelangsungan hidup manusia (Sue, dkk., dalam

Paramastri, 1991). Setiap individu memiliki cara tersendiri untuk mengatasi

kecemasan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan merupakan

keadaan yang tidak menyenangkan individu yang disebabkan oleh konflik objek

kecemasan yang bersifat abstark, sehingga individu yang mengalami kecemasan

akan memiliki ketidakjelasan tentang hal-hal yang dicemaskan.

4. Kecemasan Menghadapi Menopause

Kecemasan menghadapi menopause adalah suatu perasaan yang dialami

ketika seseorang berpikir tentang sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi,

muncxil karena berbagai alasan dan situasi. Kecemasan ini menimbulkan rasa

tidak enak, sehingga membuat seseorang lari dari kenyataan dan enggan berbuat

sesuatu (Priest, 1991).

Kecemasan dapat digolongkan menjadi dua kategori, yaitu kecemasan

internal dan kecemasan ekstemal. Kecemasan internal adalah kecemasan yang

disebabkan oleh perubahan fisik dan kepribadian, sedangkan kecemasan ekstemal

adalah kecemasan yang disebabkan dari lingkungan.

a. Kecemasan Internal

Kecemasan internal disini disebabkan karena hormon yang merupakan

pembawa zat kimia yang dilepaskan oleh kelenjar secara langsung ke dalam aliran

(33)

darah untuk dibawa keseluruli tubuh (Bromwich, 1991). Pada saat wanita

memasuki masa menopause kadar hormonal estrogennya menurun. Berkurangnya

kadar estrogen ini mengakibatkan wanita merasa adanya panas diseluruh tubuh,

wajah dan leher atau biasa disebut dengan hotflushes.

Menurut Hurlock (1980) akibat perubahan hormonal mengakibatkan

perubahan pada tubuh wanita, seperti menurunnya elastisitas kulit pada wajah,

payudara, vagina rambut memutih dan Iain-lain. Perubahan yang di alami wanita

ini membuat mereka beranggapan bahwa periode menopause merupakan

tahun-tahun krisis dalam keliidupan wanita.

Kecemasan internal lain yang tebentuk dari individu itu sendiri adalah

kepribadian individu. Kepribadian individu mempunyai dua sikap kepribadian

yang berlawanan yaitu introvert dan ekstrovert. Dari kedua kepribadian ini hanya

satu yang lebih dominan dan disadari (Hall & Lindzey, 1970). Kepribadian

introvert mempunyai sifat yang pendiam, pemalu, suka menyendiri atau menjauh

dari pergaulan, rendah diri sehingga individu dihadapkan dengan suatu masalah

yang tidak bisa dipecalikan sendiri, maka individu akan mengalami kesulitan

untuk meminta bantuan pada orang lain, sedangkan ekstrovert mempunyai sifat

berhati terbuka, ramah dan liangat, aktif, dan lancar bergaul sehingga apabila

dihadapkan pada suatu masalah yang tidak bisa diselesaikan, maka individu

(34)

b. Kecemasan Ekstemal

kecemasan yang disebabkan oleh faktor lingkungan individu, lingkungan

ini seperti ; keluarga, tempat bekerja maupun lingkungan masyarakat. Untuk

lingkungan keluarga misalnya, kepergian anak-anak seiring dengan kesibukan

suami membuat kaum ibu merasa tidak dihargai. Rasa kesepian timbul pada

wanita yang mengabdikan dirinya secara total untuk keluarga sehingga dia

mengabaikan dunia luar dan dirinya (Robertson, dalam Indrianingsih, 1997).

5. Faktor-faktor Kecemasan Menghadapi Menopause

Menopause sebagai salah satu proses fisiologis manusia merupakan

bagian dari keadaan alamiah yang tidak dapat diterima sebagai sesuatu yang

wajar, bila seorang wanita mampu menerima menopause sebagai bagian dari

proses berhentinya reproduksi yang haras dialaminya. Namun kenyataan yang ada

selama ini menunjukkan menopause sering dianggap sebagai suatu gangguan,

sehingga wanita mengalami kecemasan.

Kesiapan mental seseorang dalam menghadapi menopause tergantung

dari kecemasannya terhadap menopause. Wanita yang merasa cemas dalam

menghadapi menopause, tentu tingkat kecemasannya berbeda dengan wanita yang

tidak mencemaskan menopause. Seorang wanita yang tidak cemas terhadap

menopause diasumsikan lebih siap menghadapi menopause dari pada wanita yang

cemas terhadap menopause.

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan wanita merasa cemas

(35)

disebutkan baliwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan menghadapi

menopause adalah :

a. Menopause dikaitkan dengan usia senja dan kehidupan tua

Menopause merapakan masa dalam daur hidup wanita yang paling

banyak diperbincangkan, sebab disini menopause berarti memasuki masa tua,

tidak cantik, tidak menarik, masa non produktif (biologis), masa tak berguna bagi

masyarakat dan keluarga. Menurat Stimpson (dalam Indrianingsih,1997) banyak

wanita tidak menyukai menopause, karena diiringi dengan proses penuaan yang

mempengaralii

penampilan yang tidak menarik, kulit keriput dan timbulnya

bintik-bintik hitam pada kulit. Jadi apabila seorang wanita takut untuk dikatakan

tua maka orang tersebut cemas akan menopause.

b. Menopause dikaitkan dengan berakhimya peran istri bagi suami dan peran ibu

bagi anak-anaknya.

Apabila seseorang telah mengalami menopause, biasanya anak-anak

sudah dewasa dan mulai meninggalkan ramah yang biasa disebut dengan

sindroma sarang kosong (empty nest syndrome), yaitu seorang wanita kehilangan

alasan primer tentang keberadaannya sebagai ibu. Wanita yang seluruh hidupnya

mengabdikan diri hanya untuk suami dan anak, maka wanita ini biasanya akan

menghargai dirinya hanya dari kepuasannya meladeni suami, merawat dan

mengasuh anak. Menurut Paat (1989) wanita tersebut tidak akan bahagia bila

suami dan anak-anak kurang membutuhkannya lagi, maka akan muncul

kekecewaan. Biasanya ini terjadi pada usia 45-60 th atau biasa disebut tengali

(36)

(Benson, dalam Annisali,1990) baliwa wanita yang mengalami stress pada usia

menopause adalah haras menyesuaikan diri terhadap proses ketuaan dan merasa

kehilangan peran sebagai ibu.

c. Menopause dikaitkan dengan hilangnya daya tarik seksual dan penurunan

aktivitas seksual

Banyak wanita yang menganggap bahwa bila sudah menopause, mereka

tidak dapat lagi menikmati hubungan intim dengan suami (Masters, dalam

Indrianingsih, 1997), karena kadar estrogen yang rendali menyebabkan perubahan

fisik pada organ seks wanita, maka hubungan seks menjadi tidak enak atau bahkan

sakit. Hal ini sejalan dengan pemyataan Yatim (2001) dari penelitian di Swedia,

memperlihatkan berkurangnya keinginan dalam hal seks, ini berkaitan dengan

keringnya selaput lendir vagina, sehingga terasa sakit waktu berhubungan seks

(dyspareunia).

Menurut Tobing (2000) hubungan suami istri yang kurang harmonis bisa

mengakibatkan perasaan tertekan atau konflik dengan suami juga bisa

mengakibatkan keinginan seksual. Menurat penelitian di Menopause Clinic, 80 %

pasangan perkawinan mengalami kemxmduran pada interes dan respon seksual

selama masa klimakterium. Banyak wanita melihat menopause sebagai identitas

seksual dan merasa kewanitaan dan seksualitas telah berakhir. Disamping itu

banyak wanita merasa tidak nornial untuk mengekspresikan perasaan seksual

(37)

d. Menopause dikaitkan dengan gangguan kejiwaan.

Beberapa wanita menganggap bahwa menopause akan menyebabkan

goncangan emosi yang berat, sehingga dapat menganggu kesehatan dan

kesejahteraan jiwanya. Menurat Yatim (2001) keluhan-keluhan kejiwaan yang

muncul seperti rasa tertekan, rasa penat yang berlebihan dan mudah tersinggung.

Pada 1-2 th menjelang menopause kelulian kejiwaan ini sangat mencolok. Disini

wanita dalam menghadapi menopause memerlukan bantuan, bimbingan dari para

ahli yang berkompeten dalam bidang ini sehingga masa transisi dapat dilalui

dengan wajar tanpa banyak masalah.

e. Menopause dikaitkan dengan status kerja.

Menurat penelitian Triwahyuni (1984) ditemukan bahwa kelompok

wanita yang bekerja hanya sedikit mengalami gangguan baik fisiologis maupun

psikologis pada saat menopause, sedangkan pada wanita yang tidak bekerja

mengalami banyak gangguan dalam menghadapi menopause. Wanita yang bekerja

umumnya mempunyai cara berpikir yang tidak sempit, dapat bertukar pikiran

dengan teman seprofesinya atau dengan orang lain, bisa lebih bebas, merasa

senang, merasa aman dan lebih produktif di dalam pekerjaannya. Disamping itu

secara finansial merasa lebih aman dan mempunyai kepercayaan diri sendiri akan

kemampxiannya (Priyono, dalam Indrianingsih, 1997). Mereka jxiga bisa

menemukan harga dirinya dalam pekerjaan, mudah beradaptasi dengan

lingkungan, dan bisa menerima usia tua serta perabalian-perabahan fisik

(38)

Menurat Haditono (1989) sebenamya ada beberapa keuntungan dan

kerugian dari wanita yang bekerja. Keuntungan wanita yang bekerja adalah:

1. dapat merasa puas dan mencapai harga diri karena merasa dapat

berprestasi

2. dengan keadaan puas wanita dapat lebih menyenangkan dalam pergaxdan

baik di dalam atau di luar ramah, tidak lekas marah, lebih toleran dan

suasana ramah lebih menyenangkan

3. lebih luas pergaulannya dan perhatiannya

4. dapat menambahpenghasilan keluarga

Sedangkan keragian wanita bekerja adalah :

1. waktu untuk keluarga banyak tersita

2. sering menjadi kurang sabar, sehingga suasana rumali menjadi tegang

3. karena pergaulannya lxxas, bisa mengakibatkan suami menjadi cembura

4. wanita bekerja bisa lupa terhadap fugas-tugas rumali tangga lainnya,

karena begitu tertekan oleh ambisinya untxik mencapai karir sehingga

sikapnya menjadi tegang dan keluarga menjadi terlantar

Wanita yang bekerja apapun jenis pekerjaannya atau kegiatan yang telah

dipilih akan kurang mudah terserang depresi karena ada perasaan Iain dimana

mereka secara aktif ikut teriibat dan tentu saja akan memuaskan kebutuhannya

selain menjadi ibu ramah tangga (Sadli, 1983). Sejalan dengan pendapat Frieze

(1978) yang mengatakan bahwa wanita yang bekerja lebih tidak depresif

(39)

f. Menopause dikaitkan dengan tingkat pendidikan

Di dalam proses perabahan dan perkembangan manusia, baik sebagai

individu maupun sebagai anggota masyarakat, tidak akan pernah terlepas dari

pengaruh lingkungan. Pada setiap individu terdapat dorongan-dorongan alamiah

untuk mengenali dan mempelajari diri dari lingkungan, sehingga terjadilah

interaksi antara individu dan lingkungannya. Hal ini akan bermanfaat bagi

tercapainya tingkat perkembangan individu secara optimal sehingga dapat

memberikan kesejahteraan bagi dirinya (Djumhur, dalam Annisah, 1990).

Proses tersebut secara umxxm dipandang sebagai proses pendidikan.

Pendidikan dapat menghasilkan manusia yang dapat berpikir objektif, ilmiali dan

terbuka. Hal ini dikarenakan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang,

semakin banyak pula pengalaman terarali yang dia peroleh (Annisah, 1990).

Keadaan ini akan mempengaralii cara berpikir seseorang dalam bersikap terhadap

suatu masalah. Kurangnya pengertian dan pemahaman terhadap sesuatu hal dapat

menimbulkan kecemasan. Pendidikan yang memadai akan memudahkan

seseorang memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang menopause.

Pemahaman yang baik tentang seluk beluk menopause akan menunjang kesiapan

seorang wanita dalam menghadapi menopause. Hal mi sesuai dengan penelitian

Bendig yang dikumpulkan Gaxmtry, dkk (dalam, Anisah, 1990) yaitu bahwa

pendidikan tinggi mempunyai korelasi yang negatif dengan taraf kecemasan.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang cenderung kurang cemas

(40)

Dari uraian tersebut diatas dapat diketaliui baliwa banyak faktor yang

mempengarahi kecemasan pada menopause seperti kaitannya dengan kehidupan

masa tua, peran istri, dalam ramah tangga, kehidupan seksual, kondisi mental,

pekerjaan serta pendidikan yang merapakan indikator-indikator yang akan

digunakan dalam penelitian ini.

5. Menopause

a. Pengertian Menopause

Menopause berasal dari kata menes, artinya bulan, dan pausis artinya

akhir, Moersadik (dalam Dewi, 1999). Menopause berarti berhentinya siklus haid

atau menstraasi kehidupan seorang wanita selama 12 bulan, yang berlangsung

selama usia 40-65 tahun (Samil,1988). Menopause diawali dengan tanda-tanda

penurunan produksi perangsang estrogen, Rollins (dalam Dewi, 1999), penuranan

produksi perangsang folikel {follicle stimulating hormone) dan hormon luteum

{luteinizing hormone) yang berakibat pada ketidakteraturan produksi sel telur

sehingga proses siklus haid tak beraturan dan akhimya berhenti sama sekali

(Mckinlay, dkk dalam Dewi (1999).

Definisi menopause menurat WHO (dalam Primana, 1993) adalah

keadaan seorang wanita berhenti menstraasi secara permanen, akibat berhentinya

aktivitas ovarium dalam menghasilkan estrogen. Selanjutnya Martowijaya (1989)

menyebutkan menopause adalali berhentinya menstraasi, dan akan terjadi pada

setiap wanita. Menurut Darmasetiawan (1991) menopause adalali bila menstraasi

sudah berhenti sama sekali selama 1-2 tahun, dan saat perdarahan uterus berakhir.

(41)

Menopause seperti halnya pubertas dan kehamilan dianggap sebagai peristiwa

yang berarti bagi kehidupan wanita. Menopause ditandai dengan adanya

perubahan dari faktor-faktor fisik (biologis), psikis, sosial, maupun seksual.

Menopause merapakan suatu fase dalam kehidupan wanita yangditandai

dengan berhentinya siklus menstraasi. Sejalan dengan proses ketuaan yang pasti

dialami oleh setiap orang terjadi pula kemunduran fixngsi organ-organ tubuh

termasuk salah satu organ reproduksi wanita yaitu ovarium (dalam Aristianti,

2000).

Menxirat Kartono (1986) menopause adalali fase alami dalam kehidupan

setiap wanita dan menandai akhir dari masa subur. Seperti awal masa puber,

menopause terjadi karena ovarium tidak menghasilkan hormon estrogen.

Shearman & Clayton, dkk (dalam Wibowo, 1987) mengemukakan

bahwa menarche yang awal akan diikuti oleh menopause yang lambat, sebaliknya

menarche yang lambat akan diikiuti oleh menopause yang cepat. Dalam dekade

terakhir ini menarche terjadi pada usia muda, karena lebih baiknya nutrisi dan

kesehatan.

Di dalam penelitian Aristianti tahun 2000, pengertian menopause sendiri

terbagi dalam beberapa jenis, yaitu :

a. Physiologic Menopause yaitu menopause alami yang terjadi karena proses

penuaan (Judd, 1980 dalam Aristianti, 2000).

b. Artificial menopause,

yaitu menopause yang terjadi

karena proses

pegangkatan indxxng telur atau efek radiotherapy (Judd, 1980 ; Sastrawinata, 1987 ; Coope, 1984 dalam Aristiani, 2000)

(42)

c. Menopause Premature yaitu menopause yang terjadi pada wanita dibawah 40

tahun dengan simtom-simtom seperti menopause biasa (Hutton, 1984 dan

Sastrawinata, 1987 dalam Aristiani, 2000).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa menopause merupakan

keadaan seorang wanita berhenti menstraasi secara permanen, akibat berhentinya

aktivitas ovarium dalam menghasilkan estrogen selain itu menopause yang terjadi

karena proses pengangakatan indung telur ataupun menopause dim.

b.

Proses Terjadinya Menopause

Terjadinya menopause berhubungan erat dengan menstraasi. Menurut

Rachman (1996) menstraasi adalah perdarahan dari rahim yang keluar melalui

vagina 5-7 hari, terjadi setiap 22-35 hari. Hormon yang merangsang menimbulkan

menstraasi adalah Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone

(LH), hormon prolaktin dari otak, dan estrogen serta progesteron dari sel telur

yang dalam keseimbangannya menyebabkan endometrium (selaput lendir rahim)

tumbuli. Kelainan menstraasi pada pramenopause menurut Prawirohardjo (1999)

mempunyai lima macam sifat yaitu siklus yang panjang (oligomenorea\ siklus

yang pendek {polimenorea), darali yang sedikit (hipomenorea), darali yang

banyak (hipermenorea), dan perdarahan yang tidak normal diantara 2 siklus

(metrorargia).

Selanjutnya Mackenzie (dalam Indati, 1993), menyatakan bahwa setiap

bayi wanita yang bara lahir dilengkapi dengan berjuta-juta telur yang belum

(43)

pertama, demikian seterusnya sampai satu dua taliun sebelum menopause. Menjelang menopause persediaan telur habis dan ini merapakan salah satu faktor pencetus menopause. Matangnya telur-telur sejak masa pubertas sampai menopause diatur oleh suatu jaringan pengendalian hormon yang disebut

hipothalamus dan hipofisis. Hipothalamus sering dianggap sebagai otak emosional

atau sebagai konduktor sistem endokrin. Pengendalian ini dapat menghentikan sistem honnon jika tiba-tiba seseorang mengalami stress atau mengalami kejutan, seperti misalnya suatu kecelakaan atau kematian keluarga terdekat, hipotalamus dapat memerintali hormon untuk berhenti sementara waktu. Hal inilah yang menyebabkan bila seseorang sedang mengalami stress siklus haidnya mundur. Selanjutnya hipofisis adalali suatu kelenjar yang memang hanya memproduksi hormon, perantara kimiawi yang berkeliling dari suatu tempat ke tempat lainnya dalam tubuh memberitahukan bagian-bagian lain untuk menjalankan semacam tugas. Hipofisis ini memproduksi sejumlah besar hormon, salah satunya adalah hormon yang membuat seorang manusia menjadi tumbuli dan berkembang, selain itu hipofisis juga mengendalikan indung telur atau ovarium.

Indung telur selain menyimpan telur-telur yang belum matang juga memproduksi dua honnon yaitu honnon estrogen dan progesteron. Kedua hormon ini bertugas pada sejumlah bagian tubuh salah satunya adalah jaringan payudara, oleh karena pada suatu saat diantara masa haid payudara akan terasa lembut atau kencang, atau mungkin payudara akan berabali ukuran pada saat siklus haid, diantara kelenjar tersebut, hipofisis dan indung telurlali yang memutuskan kapan masa haid seseorang.

(44)

Bersamaan dengan bertambahnya usia seorang wanita, sisa-sisa folikel

sel telur yang berada di indung telur akan menghilang, kejadian ini tidak akan

sama pada setiap wanita dan akan terjadi diantara usia 45-55 tahun, itupun tidak

terjadi secara mendadak tetapi akan berlangsung secara bertahap yaitu dari masa

aktifmenjadi tidak aktiflagi ketika wanita mulai memasuki usia menopause.

Mengenai terjadinya menopause ini Sheldon & Cherry (1999)

menyebutkan bahwa mula-mula estrogen hanya menghalangi ovulasi atau

pelepasan telur tetap menstraasi masih tetap berlangsung, namun makin lama haid

menjadi jarang dan akhirnya berhenti. Tetapi berhentinya haid bukan berarti sudah

tidak ada estrogen sama sekali, walaupun haid sudah berhenti indung telur masih

tetap memproduksi estrogen. Berhentinya haid sebenamya adalah indung telur itu

sendiri sehingga kurang bereaksi terhadap hormon estrogen.

Menopause juga dapat terjadi secara alamiah atau akibat operasi

pengangkatan uteras (histerektomi) dan penyinaran. Menopause dini terjadi pada

usia 44 tahun, hal ini disebabkan karena faktor herediter, gangguan gizi berat,

penyakit menahun, penyakit yang merasak jaringan kedua ovarium. Sedang

menopause terlambat terjadi di atas usia 52 tahun, karena faktor konstitusional,

dan tumorovarium (Prawirohardjo, 1999).

Berdasar uraian diatas proses terjadinya menopause adalah habisnya

folikel (sel telur) pada indung telur (ovarium) wanita. Meskipun pada tiap-tiap

folikel yang mengalami ovulasi (pelepasan telur dari indung telur). Tak

terbentuknya folikel dapat terjadi secara lembat atau tiba-tiba, dimana makin

(45)

dibentuk. Dengan demikian ovulasi dan siklus haid menjadi tidak teratur, karena

ovulasi dan siklus haid dipengarahi oleh honnon estrogen. Selainitu jaringanpada

vulva dan vagina kekuatannya menurun. Keadaan seperti ini terjadi pada organ

atau jaringan tubuh lainnya yang dipengarahi hormon estrogen.

c. Gejala Menopause

Sebagian besar gejala yang umum pada menopause adalali hotflushes,

yang mempengarahi 75 hingga 80% wanita menopause (Bates, 1981 ; Erick,

1981). Menurut Hutton (1984), gejala menopause juga tergantung pada kadar

honnon estrogen yang ada pada diri seseorang, sehingga bisa berlangsung

sebentar dan bisa pula menetap pada seseorang. Secara kliusus hotflushes muncul

tiba-tiba seperti terasa panas pada selurah bagian atas tubuh misalnya pada muka

nampak kemerah-merahan, banyak keringat dan pusing-pusing. Pada sebagian wanita hot flushes terjadi satu kali seminggu atau kurang tetapi pada sebagian besar yang lain mendapatkannya hampir setiap waktu. Hotflushes bisa berakhir 15 menit atau lebih pada sebagian besar kasus yang berat (dialami oleh kurang dari 10 % wanita), dan ini biasanya terjadi ketika sedang tidur.

Mohammad (1971), menyatakan bahwa gejala yang paling utama adalah

haid mulai tidak teratur dan akhirnya akan berhenti sama sekali. Sejalan dengan peryataan Suhennan (1996) baliwa gangguan haid (haid tidak teratur dan darali haid sedikit) saat perimenopause yang kemudian diikuti keluhan vasomotor hot flushes dan hiperhidrosis teratama malam hari saat menopause, merapakan keluhan umum. Hasil studi longitudinal dengan follow-up di Amerika dan Inggris,

(46)

menyatakan bahwa 10-25 % wanita mengalami hot flushes sebelum mereka mengalami menopause. Menurat The Massachusetts Women's Health Study, insidens keluhan ini meningkat dari 10 % pada perimenopause menjadi 50% segera setelah haid berhenti, dan 4 tahun setelah menopause keluhan menurun sampai sekitar 20 %.

Menurat Soejonoes (1990) bahwa 85 % wanita yang akan mengalami

menopause merasakan gejala-gejala seperti rasa berdebar-debar, berkeringat pada waktu malam, rasa panas pada wajah (hot-flushes), sakit kepala, rasa semutan pada tangan dan kaki, nyeri pada tulang dan otot. Gejala-gejala ini biasanya diikuti dengan gejala psikologis seperti rasa takut, tegang, depresi, lekas marah, mudah tersinggung, gugup dan perasaan kurang mantap.

Hanafiah (1991) mengemukakan sindroma klimakterium berkaitan erat dengan tiga komponen, yaitu menxmxnnya aktivitas ovarixxm ditandai dengan berkurangnya estrogen, faktor psikis, dan faktor sosio budaya. Kelxxlian-keluhan

tersebut terdiri:

a. gangguan vasomotor mengakibatkan estrogen berpengarah pada sistem

parasimpatik, sehingga kekurangan estrogen menyebabkan reaksi vasomotorik, berupa gejolak panas, keringat malam, pusing dan jantung

berdebar.

b. gangguan psikis antara Iain : mudah tersinggung, cemas, gelisali, depresi,

(47)

c. perubahan alat urogenital, menurunnya estrogen, uterus kmengecil, jaringan

endometrium menjadi atrofi sehingga tidak haid lagi, epitel dinding vagina

kering karena produksi lendir berkurang.

d. perubahan alat non genital, rambut jadi tipis, mudah rontok, payudara

mengecil, kulit kering dan keriput.

Gejala psikologis wanita menopause adalah kecemasan, sering terjadi

depresi, reaksi takut, amarah, perasaan rendali diri, merasa tidak berguna, merasa

di ambang kematian, serta reaksi emosional (Maramis, 1998). Perasaan lainnya

yang dialami oleh wanita masa menopause adalali perasaan "menjadi tua" atau

"waktunya sudah lewat" karena sudah tidak dapat menunxnkan lagi. Hal ini

menyentuh perasaan wanita, karena memang merapakan pengertian umum bahwa

wanita itu adalah manusia yang cantik dan menarik. Datangnya menopause,

ungkapan tersebut hanya berlaku pada wanita muda saja, dan berlaku predikat

"tua" bagi wanita berarti haras melepaskan diri dari perasaan cantik dan menarik.

Padahal wanita menyadari bahwa soal penampilan atau kecantikan adalah hal

yang sangat penting, cukup penting untuk kesuksesan pergaulan di masyarakat

maupun di dunia pekerjaan.

Kelulian-kelulian diatas bervariasi pada setiap wanita, tergantung pada

penuranan aktivitas ovarium yang berakibat menurunnya hormon estrogen, faktor

psikis, faktor sosio bxidaya dan faktor kejiwaan dari wanita tersebut.

(48)

d. Periode Menopause

Batasan usia wanita menopause bervariasi, antara 45-55 tahun dengan usia rata-rata 51 tahun (Hanafiah, 1999). Walaupun demikian ada juga wanita

yang sampai berusia 55 th masih aktif datang bulan sehingga tidak aneh kalau ada

orang yang binggung menentukan keidakteratxiran menstraasinya pada uisa 40 th

itu akibat adanya kehamilan atau memang karena proses menopause sudah mulai

berjalan (Adisusilo, 1985).

Menurat Speroff dkk, (dalam Suherman,1996) rata-rata usia menopause antara 50-52 tahun, sedangkan dari Massachusetts Women's Health Study yang mencakup 2,570 wanita, usia menopause antara 48-55 tahun dengan media age 51,3 th. Dari studi retrospektifdan crosssectional diketahui baliwa umur rata-rata wanita memasuki menopause adalah : pada wanita Eropa (ras kaukasus) umur

47,49-50,2 th; pada wanita ras Negro 49,31 th; pada wanita ras Melanesia 47,3 th;

pada wanita ras Asia 44 th (Yatim,200l).

Setiap negara mempunyai rata-rata usia menopause yang berbeda. Di

negara maju, menopause cenderung terjadi pada usia lebili tua karena taraf sosio

ekonomi, pendidikan, gizi dan kesehatan yang lebih baik dibanding negara yang

sedang berkembang.

B. Informasi Tentang Menopause 1. Pengertian

Proses menua yang dialami wanitamerapakan bagian dari proses alamiah

dalam kehidupan yang tidak mungkin dapat dihindari. Sebagian wanita

(49)

beranggapan, menjadi tua merapakan sesuatu yang menakutkan sehingga berbagai

upaya dilakukan untuk menghambat proses ini. Proses menua ini dapat

memmbulkan berbagai permasalahan yang barkaitan dengan proses degeneratif

fungsi-fungsi tubuh. (Dewiyanti, 2003).

Kesehatan reproduksi menjadi masalah yang cukup serins bagi setiap

wanita, karena sejumlah wanita tidak mengetahui bagaimana bekerjanya alat

reproduksi dalam tubuh atau perubalian-perabalian yang akan terjadi ketika

seorang wanita mengalami menopause.

Ketidaktahuan wanita mengenai kondisi tubuhnya dapat membawa

dampak pada kondisi kesehatannya, oleh karena itu maka dirasa perlu untuk

memberi infonnasi tentang menopause secara benar Pengetahuan mengenai

menopause diberikan pada wanita yang akan menghadapi menopause dikarenakan

pada saat inilah wanita akan mengalami berbagai gejala atau gangguan pada

tubuhnya, sehingga dengan diberikannya pengetahuan tentang menopause ini

mereka akan mengetahui tentang apa yang terjadi pada dirinya.

2. Kegunaan Informasi Tentang Menopause

Menopause banyak persamaannya

dengan kehamilan, keduanya

merupakan peristiwa penting dalam kehidupan seorang wanita. Peristiwa itu

berlangsung ketika terjadi interaksi penibahan honnonal yang mendasar dengan

peristiwa emosional yang mengikuti penibahan sosial yang penting dalam peranan

dan srraktur kehidupan wanita (Bromwich, 1991). Semasa wanita mengalami

menopause, beberapa masalah tertentu sangat berarti bagi kebanyakan wanita dan

(50)

dapat membuat mereka lebih cemas. Banyak wanita yang mengalami mereka

sangat kesepian dan tidak mempunyai teman untuk diajak berbicara atau dapat

dimintai nasihat. Rasa cemas mereka juga banyak dicampuri oleh kenyataan

bahwa terdapat banyak mitos tentang menopause (Bromwich, 1991).

Perasaan yang tidak menyenangkan yang terjadi akibat menopause akan

menimbulkan perasaan cemas dan takut, oleh karena itu dalam mengliadapi

menopause para wanita perlu disiapkan secara psikologis (Rachman, dalam

Pakasi, 2000). Hal ini sejalan dengan peryataan (Rini dalam Indrianingsih, 1993)

agar para wanita menimba pengetahuan sebanyak mungkin tentang menopause

sebagai upaya bersiap diri mengliadapi menopause.

Pentingnya informasi tentang menopause yang jelas dan tepat, setidaknya

akan mengurangi anggapan negatif tentang menopause yang dapat menimbulkan

kecemasan. Informasi yang benar akan membawa para wanita pada suatu perilaku

rasional dan lebih siap menghadapi menopause dengantenang.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman yang benar

mengenai menopause akan mengurangi anggapan negatif yang dapat

menimbulkan kecemasan. Infonnasi yang benar tentang menopause akan

membuat para wanita siapmenghadapi menopause.

3. Sumber Informasi Tentang Menopause

Mackenzie (1986) menyatakan pxhak-pihak yang dianggap paling tepat

untuk menyampaikan infonnasi tentang menopause adalah dokter, sebab

dokteriah yang dianggap mampu memberikan penjelasan mengenai perubahan

(51)

yang akan dirasakan akibat menopause dengan cara memberikan dukungan dan afeksi secara teras-meneras, serta dapat menyediakan dirinya sebagai pihak yang aman untxik berdiskusi. Selain itu pihak-pihak lain yang dapat memberi informasi tentunya ibu, saudara, dan sahabat yang mxmgkin telah mengalami menopause, tetapi masih banyak wanita menganggap menopause sebagai suatu objek yang apabila dibicarakan haras dengan suara-suara yang bisik-bisik, mungkin karena masih sungkan, malu, dan takut untxik membicarakan secara terbuka. Alasan yang sama pentingnya yang menyebabkan persoalan menopause tidak dibicarakan secara terbuka, karena kecemasan implikasi proses menua itu sendiri, wanita dalam masyarakat takut menjadi tua karena menghadapi citra diri yang telah uzur (Mackenzie, 1986).

Menurut Samil (2002) di Indonesia sebenamya telah memiliki fasilitas yang dapat digunakan dalam upaya melakukan penanganan pada wanita menopause, diantaranya ; puskesmas (dokter umum & bidan), rumah sakit (spesialis obstetri - gjnekologi ), klinik menopause / klinik pribadi (spesialis obstetri - ginekologi), tetapi sangat disayangkan para wanita kurang dapat memanfaatkan fasilitas yang telah ada.

Kesimpulan dari uraian diatas adalali dokter atau instansi kesehatan yang paling diharapkan dapat memberikan informasi yang benar tentang menopause. Akan tetapi, masalah tentang menopause itu sendiri kurang dibicarakan secara terbuka sehingga banyak wanita tidak taliu dimana mencari infonnasi yang tepat.

(52)

4. Materi dan Metode Informasi Tentang Menopause

Menurat Nugraha (2002) sekarang ini banyak sekali klinik-klinik yang

memberikan

andilnya

berapa sumbangan

pcmikiran

mengenai

masalah

menopause. Upaya tersebut berwujud tentang kesiapan menghadapi

perubahan-perabahan fisik maupun kejiwaan pada masaklimakterium, yaitu;

1. menyadari bahwa klimakterium merapakan hal yang sifatnya alamiah dimana

semua wanita akan melaluinya. Secara umum melalui wawancara yang efektif

dan pendidikan tentang masa klimakterium diharapkan para wanita akan lebih

tabali mengliadapinya.

2. perlunya bantuan keluarga

(teratama suami

dan anak-anak)

untuk

mendampingi dan memberi dukungan saat sang istri memasuki masa

klimakterium.

3. perlunya pengaturan diet makanan sehari-hari yang rendali lemak, tinggi serat,

vitamin C dan kalsium.

4. olah raga dan pengobatan

Menurut Samil dan Affandi (2002) pemerintah dalam hal ini juga telah

melakukan beberapa upaya dalam rangka melakukan penanganan pada wanita

menopause, dengan cara antara lain ;

1. melakukan kerjasama antara Departemen Kesehatan dan Perkumpulan

Menopause Indonesia.

2. melakukan program pembeian Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

3. melakukan pelatihan kepada dokter-dokter umum

(53)

4. melakukan pelatihan kepada bidan-bidan

5. membuat protokol penanganan wanita menopause di Indonesia

Selanjutnya PPKW (pengayom wanita perkumpulan penyantun kesejahteraan wanita) sebagai organisasi menyusun program kerja. Dalam hal ini bentuk pelayanan kegiatan bersifat promotif, preventif dan kuratif.

1. Program Promotif

Kegiatan promotif ini ditujukan pada wanita usia klimakterium dalam

bentuk penyuluhan dengan materi fisiologis klimakterium dan proses geriatrik.

Juga tercakup kegiatan penyuluhan gizi dan latihan jasmani, sehingga diharapkan wanita menopause terbiasa dengan pola hidup yang sehat (Darmasetiawan, 1991). Sejalan dengan Sumosardjuno (dalam Endah, 1999) olali raga yang teratur dapat

mencegah tulang keropos dan tidak mudah patah. Olali raga ringan, jalan pagi,

aktifitas fisik yang cukup dan teratur akan merangsang terbentuknya hormon seks

pada wanita (estrogen), yang berfungsi meningkatkan akumulasi kalsixun tulang. Wanita menopause juga haras memperhatikan berat badan agar tetap nonnaL berhenti merokok, mengendalikan konsumsi alkohol, berjemur di sinar matahari

pagi untuk mendapatkan suplai vitamin D.

Menurut Setiati (dalam Endah,1999) bahwa untuk menyerap kalsium dengan baik dibxihihkan vitamin D, ini bisa didapat melalui pancaran sinar

matahari pagi, makanan suplemen kalsium, makanan dan minuman lain yang kaya vitamin D seperti susu. Selain kalsium dapat juga diperoleh melalui makanan seperti ; ikan, kacang-kacangan, sayuran hijau dll. Selanjutnya dikatakan Bromwich (1991) bahwa menghindari makanan berlemak tinggi sangat

(54)

dianjxirkan, banyak mengkonsumsi buali dan sayur sangat menolong, seperti buwortel yang mengaudung banyak vitamin D3 atau kalsium pada susu rendah lemak, buah pir kuning satu buah sebelum tidur memberikan manfaat pada kekurangan kalsium dan kalium akibat penuranan hormon estrogen dan

progesteron tersebut.

2. Program Preventif

Ditujukan pada wanita yang cenderung mengalami osteoporosis dengan

kriteria mengalami menopause dini (menopause prekoks), kebiasaan diet rendah kalsium, tinggi alkohol, perokok aktif, gaya hidup dengan aktifitas yang ringan (sedentary life), penyakit gangguan metabolisme mineral, penyakit chushing, pengguna obat steroid jangka panjang (Dannasetiawan, 1991).

3. Program Kuratif / Reliabilitatif

Program ini melakukan pelayanan dengan pemberian estrogen yang dapat mencegah hilangnya masa tulang, penyakit jantung koroner pada

pascamenopause. Disini estrogen diberikan sebelum timbulnya keluhan atau terjadinya patah tulang. Telah terbukti baliwa pemberian estrogen dapat mencegah patah tulang hingga 50 % pada wanita yang telah menopause sebelum usia 40 th

(Baziad dkk, 2000). Menurat Hanafiah (1999) terapi pengganti hormon atau

hormone replacement therapy (HRT), dapat meningkatkan usia harapan hidxip

berkurangnya morbiditas klimakterium, meningkatkan kualitas hidup wanita menopause dan dapat mengurangi anggaran biaya pelayanan kesehatan.

Pemeriksaan penunjang lainnya juga perlu dilakukan seperti ; pemeriksaan laboratorium, cultur dari lendir vagina dan vulva, pemeriksaan

(55)

sitologi (pap test), test schiller, koloskopi, biopsi, radiologi, ultrasonografl, CT

scan, pemeriksaan hormon dengan radio immuno assay (RIA), pemeriksaan

berkala atau general check up (Yudomustopo dalam Triana, 2002). Selanjutnya

dikatakan Alex (dalam Endah,1999), setiap wanita perlu melakukan program

kuratif yaitu pemeriksaan ratin dan menyelurah sebelum, pada saat, ataupun

sesudah menopause.

Menurut Hasan (1996) untuk mengatasi gangguan psikologis pada

manopause adalah dexigan mempersiapkan diri kearah penyesuaian diri pribadi

antara lain: dengan menerima penibahan fisik tubuh, dapat mengakui bahwa tubuh

tidak berfungsi wajar seperti dulu, membiasakan hidup sehat dan memiliki fisik

yang sehat, kesanggupan mengliadapi situasi dengan wajar, sense of humor yaitu

kemampuan untuk menangkap makna lucu dari suatu kejadian

Dari uraian diatas dapat disimpulkan baliwa usaha-usaha untuk

membantu para wanita dalam memberikan infonnasi tentang menopause adalali

dengan cara promotif, preventif, dan kuratif.

B. Hubungan Informasi Tentang Menopause

Dengan Kecemasan Menghadapi Menopause

Kecemasan merapakan suatu pengalaman emosional yang dirasakan

sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan yang terjadi akibat adanya rasa

khawatir akan ketidakmampuannya menyelesaikan masalah akibat suatu peristiwa

yang terjadi dan menimbulkan ancaman. Menurat Jerslid (dalam

Gambar

Grafik Histogram Skor Total Skala I

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Namun, belum semua modalitas ini dimanfaatkan, misalnya pada toilet khusus penyandang difabel yang belum memiliki simbol pada pintu luarnya, lif yang belum dapat

15 Hal ini karena, apa yang dirumuskan di dalam pasal undang- undang, sebagai sumber utama hukum, kurang bahkan tidak jelas, atau semula sudah jelas namun

Pada pupuk padat/kompos, kandungan Nitrogen Kiambang sebesar 2.43% dan masuk dalam standar minimal persyaratan pupuk organik padat, sedangkan kandungan Phospor dan

Perencanaan, 1) Menyusun Silabus Pem- belajaran; 2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran; 3) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa; 4) Menyiapkan Soal Tes Tulis; 5)

Sebagai pendidik di lembaga pendidikan harusnya dapat membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), secara terperinci kegiatan tersebut harus jelas mulai dari

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan pertumbuhan ekonomi terhadap Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus di Kabupaten