• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Pendidik (Telaah Al-Qur’an Surah Ar-Rahman Ayat 1-4) - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Karakteristik Pendidik (Telaah Al-Qur’an Surah Ar-Rahman Ayat 1-4) - Test Repository"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK PENDIDIK (TELAAH AL-

QUR’AN

SURAH AR-RAHMAN AYAT 1-4)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN

Salatiga untuk memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

SHOLIKHATUL ARIFAH

NIM: 111 12 071

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO









Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

(Qs. an-Nasyr: 6)

(7)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil‟alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT

skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini saya persembahkan kepada: 1. Bapak dan Ibu yang senantiasa memberikan kasih sayang dari kecil hingga

saat ini dan selalu memberikan nasehat serta mendukung setiap langkahku. 2. Adik-adikku tersayang Erna Rahmawati dan M. Iqbal Maulana yang selalu

memberiku semangat dan tawa kebahagiaan dalam lelahku.

3. Kepada Bapak Muh. Hafidz, M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memotifasi penulis dengan sabar dan ikhlas hingga sampai terselesaikannya skripsi ini.

4. Temanku Kummi dan Endang yang selalu meluangkan waktunya untuk membantu dan memberikan semangat serta sahabatku Yuli, Rizqa, Mbak Nanda dan Mbak Menik yang selalu memberikan motivasi, serta seluruh teman-temanku yang selalu mendukung dan membersamai dalam setiap langkah.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat han hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah kita nanti-nantikan syafa‟atnya kelak di yaumul kiyamah. Segala syukur penulis panjatkan sehingga dapat menyelesaikan

tugas skripsi ini dengan judul “KARAKTERISTIK PENDIDIK TELAAH AL

-QUR‟AN SURAH AR-RAHMAN AYAT 1-4.

Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan, sehingga dalam menyelesaikannya penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan 3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam 4. Bapak Muh. hafidz, M.Ag, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

(9)

6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak, ibu, keluarga, dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.

Salatiga, 14 September 2016 Penulis

(10)

ABSTRAK

Arifah, Sholikatul. 2016. ”Karakteristik Pendidik (Telaah Al-Qur‟an Surah Ar-Rahman Ayat 1-4)”. Program Studi S1 PAI Institut Agama Islam Negeri. Pembimbing Muh. Hafidz M.Ag.

Kata Kunci: Karakteristik, Pendidik

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pendidik dalam al-Qur‟an surah ar-Rahman ayat 1-4. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui kajian ini adalah: 1) Bagaimana karakteristik pendidik dalam al-Qur‟an surah ar-Rahman ayat 1-4. 2) Bagaimana implementasi karakteristik pendidik dalam al-Qur‟an surah ar-Rahman ayat 1-4 dalam pendidikan Islam.

Penelitian ini menggunakan metode library research, yaitu jenis penelitian di mana objek penelitiannya digali dengan cara membaca, memahami, menelaah buku-buku dan kitab-kitab tafsir serta sumber-sumber yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji.

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Metode Penelitian ... 8

F. Penegasan Istilah ... 10

G. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II DESKRIPSI SURAH AR-RAHMAN AYAT 1-4 A. Redaksi Surah ar-Rahman ayat 1-4 ... 14

B. Makna Mufradat ... 14

(12)

BAB III ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH

A. Asbabun Nuzul ... 24

1. Surah ar-Rahman ayat 1... 25

2. Surah ar-Rahman ayat 2... 26

B. Munasabah ... 26

1. Munasabah Ayat dengan Ayat ... 27

2. Munasabah Surah dengan Surah ... 28

BAB IV ANALISIS KARAKTERISTIK PENDIDIK A. Analisis Karakteristik Pendidik dalam Surah ar-Rahman ayat 1-4 ... 37

B. Implementasi Karakteristik Pendidik dalam Surah ar-Rahman Ayat 1-4 Dalam Pendidikan Islam ... 47

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 58

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Surat Pembimbingan dan Asisten Pembimbingan Skripsi Lampiran 3 Daftar SKK

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk yang memiliki kelengkapan jasmani dan rohani. Dengan kelengkapan jasmaninya, ia dapat melaksanakan tugas-tugas yang memerlukan dukungan fisik, dan dengan kelengkapan rohaninya ia dapat melaksanakan tugas-tugas yang memerlukan dukungan mental. Selanjutnya agar kedua unsur tersebut dapat berfungsi dengan baik dan produktif, maka perlu dibina dan diberikan bimbingan.

Manusia merupakan mahkluk yang tidak bisa terlepas dari pendidikan, yaitu sebagai pelaku pendidikan itu sendiri (menjadi pendidik atau peserta didik). Dengan kata lain, manusia adalah makhluk yang senantiasa terlibat dalam proses pendidikan, baik yang dilakukan terhadap orang lain maupun terhadap dirinya sendiri (Sukardjo, 2009:1). Manusia adalah makhluk yang termulia diantara makhluk-makhluk lain dan dijadikan oleh Allah dalam sebaik-baik bentuk, baik fisik maupun psikisnya, serta dilengkapi dengan potensi (fitrah) dan dapat dikembangkan secara optimal melalui proses pendidikan (Muhaimin, 2008:22).

(15)



Artinya: “ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” (Qs. Al-Baqarah: 30).

Kedudukan lainnya dari manusia adalah sebagai hamba yang harus beribadah kepada Allah. Dengan demikian di samping menjadi khalifah yang memiliki kekuasaan untuk mengelola alam dengan menggunakan segenap

daya dan potensi yang dimilikinya, juga sekaligus sebagai „abd, yaitu seluruh

usaha dan aktifitasnya itu harus dilaksanakan dalam rangka ibadah kepada Allah. Untuk dapat melaksanakan fungsi kekhalifahan dengan baik, maka manusia perlu diberikan pendidikan, pengajaran, pengalaman, keterampilan, teknologi, dan sarana pendukung lainnya. Manusia yang dapat melaksanakan fungsi-fungsi tersebutlah yang diharapkan muncul dari kegiatan usaha pendidikan (Nata, 1997:37).

(16)

mengubah kondisi awal peserta didik sebagai masukan, menjadi kondisi ideal sebagai hasilnya. Proses-proses pendidikan antara lain berupa personalisasi dan sosialisasi atau proses yang tertuju untuk menjadi seorang individu, diri pribadi, dan proses untuk menjadi anggota masyarakat yang diidamkan. Proses tersebut berlangsung dalam bentuk kegiatan pendidikan, berupa bimbingan, pengajaran, dan latihan (Mudyahardjo, 2008:64).

Aktifitas pendidikan dapat dilihat dari tiga alternatif, yaitu unsur dasar pendidikan, komponen pokok pendidikan, dan makna pendidikan. Suatu aktifitas dapat disebut pendidikan apabila di dalamnya terdapat lima unsur dasar pendidikan, yaitu yang memberi (pendidik), yang menerima (peserta didik), tujuan baik, dan konteks positif.

Pendidik merupakan salah satu komponen penting dalam proses pendidikan. Di pundaknya terletak tanggung jawab yang besar dalam upaya mengantarkan peserta didik ke arah tujuan pendidikan yang telah dicitakan (Suharto, 2006:117).

(17)

Pendidik dalam Islam ialah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik. Dalam pendidikan Islam pendidik ada beberapa macam yaitu salah satu diantaranya, tanggung jawab pertama dan utama terletak pada orang tua berdasarkan pada firma Allah:

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”(Qs. At-Tahrim: 6).

Tugas pendidik dalam pandangan Islam secara umum ialah mendidik, yaitu mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi psikomotor, kognitif, maupun afektif. Potensi itu harus dikembangkan secara seimbang sampai ke tingkat setinggi mungkin (Tafsir, 1992: 74).

Tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan, menyucikan, serta membawakan hati peserta didiknya untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah SWT. Hal tersebut karena tujuan pendidikan Islam yang utama adalah untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Jika pendidik belum mampu membiasakan diri dalam peribadatan pada peserta didiknya, maka ia mengalami kegagalan dalam tugasnya, sekalipun peserta didiknya memiliki prestasi akademis yang luar biasa (Roestiyah, 1982:86).

(18)

menciptakan situasi yang kondusif bagi berlangsungnya proses kependidikan, menambah dan mengembangkan pengetahuan yang dimiliki untuk ditranformasikan kepada peserta didik, serta melihat kekurangan dan kelebihannya.

Pada awalnya tugas pendidik adalah murni tugas kedua orang tua, namun pada perkembangan zaman yang telah maju seperti sekarang ini banyak tugas orang tua sebagai pendidik yang diserahkan ke sekolah, karena lebih efisien dan lebih efektif.

Kedudukan pendidik dalam Islam merupakan realisasi ajaran Islam itu sendiri. Islam memuliakan pengetahuan, pengetahuan itu di dapat dari belajar dan mengajar, yang belajar adalah peserta didik , dan yang mengajar adalah pendidik.

Pendidik memiliki peranan dan tugas yang sangat penting di dalam suatu proses pendidikan, selain harus mengajar dan mendidik peserta didik, pendidik juga harus menunjukkan kewibawaannya kepada peserta didiknya karena, pendidik tidak hanya dijadikan contoh ketika berada didalam ruang, tetapi segala yang dilakukan pendidik di luar itu merupakan gambaran dari kewibawaan dan ilmu yang di miliki seorang pendidik. Sehingga, menjadi seorang pendidik harus memiliki kesadaran terhadap posisi di dalam lingkup pendidikan maupun masyarakat karena pada umumnya pendidik selalu dijadikan sorotan dalam lingkup manapun (Nasution, 1999:91).

(19)

didik, juga harus memiliki sifat-sifat tertentu yang dengan sifat-sifat ini diharapkan apa yang diberikan oleh pendidik kepada para peserta didiknya dapat didengar dan dipatuhi, tingkah lakunya dapat ditiru dan diteladani dengan baik.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat

tema tersebut dengan mengambil judul skripsi “ KARAKTERISTIK

PENDIDIK (TELAAH AL-QUR‟AN SURAH AR-RAHMAN AYAT 1-4)”. B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana karakteristik pendidik dalam al-Qur‟an Surah ar-Rahman ayat 1-4?

2. Bagaimana implementasi karakteristik pendidik dalam al-Qur‟an surah ar -Rahnman ayat 1-4 dalam pendidikan Islam?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui karakteristik pendidik, seperti yang tergambarkan dalam Qs. Ar-Rahman ayat 1-4.

2. Untuk mengetahui implementasi karakteristik pendidik berdasarkan Qs. Ar-Rahman ayat 1-4 dalam pendidikan Islam.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

(20)

b. Penelitian ini mempunyai keterkaitannya dengan ilmu pendidikan Islam, sehingga hasil pembahsannya bermanfaat untuk menambah literatur atau bacaan mengenai karakteristik pendidik dalam surah ar-Rahman ayat 1-4.

2. Manfaat Praktis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif untuk dijadikan pertimbangan berfikir dan bertindak. Diantara manfaatnya adalah sebagai berikut:

a. Bermanfaat bagi para pendidik atau calon pendidik dalam mengimplementasikan karakteristik pendidik pada aktifitas pendidikan.

b. Dengan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penulis.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara kerja meneliti, mengkaji dan menganalisis objek sasaran penelitian untuk mencari hasil atau kesimpulan tertentu. Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu library research, penelitian tersebut dengan mengumpulkan data-data yang

(21)

data-data yang diperlukan, baik yang primer maupun yang sekunder, dicari dari sumber-sumber kepustakaan (seperti buku, majalah, artikel, jurnal). (Kuswaya, 2009:11).

2. Sumber Data

Karena jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research), maka data yang diperoleh bersumber dari literatur-literatur.

Pengumpulan data-data dengan cara mempelajari, mendalami dan mengutip teori-teori dan konsep-konsep dari sejumlah literatur baik buku, jurnal, majalah, koran ataupun karya tulis lainnya yang relevan dengan topik penelitian. Maka penulis membagi sumber data menjadi dua bagian:

a. Sumber data primer, yaitu buku tafsir al-Qur‟an yang berkaitan dengan karakteristik pendidik. Di sini penulis menggunakan buku tafsir karya Quraish Shihab, al Maragi dan karya Hasbi Ash-Shiddieqy.

b. Sumber data skunder, yaitu tafsir-tafsir al-Qur‟an yang berkaitan dengan berbakti kepada orang tua dan karya-karya para ahli yang membahas tentang segala hal yang berkaitan dengan pembahasan pokok.

3. Teknik Pengumpulan Data

(22)

keperluan analisis dan pelaksanaan pembahasan (process) riset secara benar untuk menemukan kesimpulan, memperoleh jawaban (output) dan sebagai upaya untuk memecahkan suatu persoalan yang dihadapi (Ruslan, 2010:27).

Adapun teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah dengan mencari dan mengumpulkan buku yang menjadi sumber data primer dan sekunder yang relevan. Setelah data terkumpul maka dilakukan penelaahan serta sistematis dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti, sehingga diperoleh data atau informasi untuk bahan penelitian.

4. Metode Analisis Data

Untuk melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan metode tahlili. Metode tahlili adalah metode tafsir yang menjelaskan ayat-ayat

al-Qur‟an dari seluruh aspeknya dan mengungkapkan maksudnya secara

terperinci sesuai urutan ayat dan surat dalam mushaf Utsmani. Mufassir memulai uraiannya dengan mengemukakan arti kosa kata yang diikuti dengan penjelasan mengenai arti global ayat, dan menjelaskan hubungan maksud ayat-ayat tersebut satu sama lain, menbahas asbabun nuzul jika ada , dan menyampaikan dalil-dalil dari Hadis (Budihardjo, 2012: 132). F. Penegasan Istilah

1. Karaktristik

(23)

yakni characteristic, yang artinya mengandung sifat. Ia

mengungkapkan sifat-sifat yang khas dari sesuatu.

Jadi dapat disimpulkan bahwa karakteristik itu adalah suatu sifat

yang khas, yang melekat pada seseorang atau suatu objek.

2. Pendidik

Pengertian pendidik, dalam konteks pendidikan Islam pendidik disebut dengan murabbi, mu‟allim, dan muaddib. Kata murabbi berasal dari kata rabba, yurabbi. Kata mu‟allim isim fail dari „allama, yu‟allimu, sedangkan kata muaddib berasal dari addaba, yuaddibu.

Kata Murabbi adalah: orang yang mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi serta mampu mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya.

Kata Mu‟allim adalah: orang yang menguasai ilmu dan mampu mengembangkannya serta menjelaskan fungsinya dalam kehidupan.

Kata Mu‟addib adalah: orang yang mampu menyiapkan peserta didik untuk bertanggungjawab dalam membangun peradaban yang berkualitas di masa depan (Gunawan, 2014:164). Sedangkan secara terminologi adalah sebaga berikut:

(24)

Menurut Marimba (1987: 35), beliau mengartikan sebagai orang yang memikul pertanggungjawaban sebagai pendidik, yaitu manusia dewasa yang karena hak dan kewajibannya bertanggung jawab tentang pendidikan peserta didik.

Menurut Tasir (1992:74), mengatakan bahwa pendidik dalam Islam sama dengan teori di Barat, yaitu siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pendidik adalah orang yang mendidik agar dapat mengenal siapa penciptanya dan orang yang mengembangkan potensi atau pola pikir anak didik. 3. Surah ar-Rahman

Secara etimologis, Al-Qur‟an berarti bacaan atau yang dibaca. Adapaun menurut istilah, Al-Qur‟an adalah kalamullah yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW yang disampaikan secara mutawatir, bernilai ibadah bagi umat muslim yang membacanya, dan ditulis dalam mushaf (Amrullah, 2008:1).

(25)

yang dipakai oleh pengantin. Tema surah ini adalah uraian tantang nikmat-nikmat Allah, bermula dari nikmat-Nya yang terbesar dan teragung, yaitu al-Qur‟an. Menurut ulama, ar-Rahman merupakan surah yang ke-43 yang di terima oleh Nabi saw. Jumlah ayat-ayat sebanyak 77 ayat menurut cara perhitungan ulama Mekkah dan Madinah, dan 78 ayat menurut cara perhitungan ulama Syam dan Kufah(Shihab, 2009: 273).

G. Sistematika Pembahasan

Sistematika penulisan skripsi merupakan suatu cara menyusun dan mengolah hasil penelitian dari data serta bahan-bahan yang disusun menurut susunan tertentu, sehingga menghasilkan kerangka skripsi yang sistematis dan mudah dipahami, sistematikanya disusun sebagai berikut:

Bab pertama, dalam bab ini merupakan pendahuluan yang memaparkan tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah dan tujuan penelitian. Selain itu juga membahas tentang manfaat penelitian yang diangkat dalam topik pembahasan, metode penelitian, penegasan istilah, dan diteruskan dengan sistematika pembahasan yang digunakan dalam membuat penelitian ini agar lebih terstruktur dan sistematis.

(26)

Bab ketiga, tafsir Qs. Ar-Rahman ayat 1-4. Pada bab ini penulis akan menguraikan mengenai tema penelitian yang meliputi, asbabun nuzul dan munasabah pada Qs. Ar-Rahman 1-4.

Bab keempat, bab ini peneliti lebih memfokuskan dalam inti pembahasan yaitu, menganalisis Karakteristik Pendidik dalam telaah

Qur‟an Surat Ar-Rahman Ayat 1-4.

(27)

BAB II

DESKRIPSI SURAT AR-RAHMAN 1-4

A. Redaksi Surah ar-Rahman ayat 1-4

Dalam sub ini penulis akan menyajikan redaksi surat Ar Rahman yang menjadi obyek kajian penulis. Adapun redaksi surat Ar Rahman beserta terjemahnya disajikan dalam uraian berikut ini.

Artinya: “Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang telah mengajarkan Al-Qur‟an. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara. (Qs. ar-Rahman: 1-4).

B. Makna Mufrodat

Setelah penulis menyajikan redaksi surat Ar Rahman yang menjadi obyek kajian penulis, maka selanjutnya penulis menyajikan kosa kata yang terdapat dalam surat Ar Rahman tersebut. Adapun kosa kata yang terdapat dalam surat tersebut sebagai berikut.

1. Ar Rahman

Ar Rahman merupakan salah satu di antara nama-nama Allah yang indah (Asmaul Husna). Sifat Ar Rahman ini disebutkan dalam surat al Hasr ayat 22, sebagai salah satu sifat Allah, sebagai berikut:

(28)

Kata ar-Rahman tersebut berakar kata dari

-

yang

artinya mengasihi, menaruh kasihan (Yunus, 2007: 139). Kata ar-Rahman juga berakar dari kata rahmat, yaitu:

yang artinya: belas kasih (Munawwir, 1984:518).

Dengan demikian, Ar Rahman berarti Allah yang maha pengasih, atau Allah yang senantiasa mengasihi hamba-hambanya di dunia tanpa pilih kasih. Semuanya akan mendapatkan kasih sayang tanpa terkecuali. Kasih sayang Allah di dunia bersifat sementara, berhubungan dengan dimensi waktu dan tempat.

2. Allama

„Allama berasal dari akar kata

-

yang berarti

mengetahui sesuatu (Yunus, 2007:277). Kata juga berarti mengajar

(Munawwir, 1984: 1036).

Alima artinya mengetahui sesuatu, yang kata bendanya menjadi ilmun yang bermakna pengetahuan. Sementara allama ditambahkan tasdid

di ain fi‟ilnya berimplikasi pada maknanya. Jika alima artinya mengetahui, maka allama berarti mengajarkan ilmu. Sebagaimana disebutkan dalam surat Al Baqarah ayat 31 sebagai berikut:

Artinya:”dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda)

(29)

berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"

3. Al Insan

Al insan artinya manusia sepadan dengan kata al Basyar yang juga berarti manusia (Munawwir, 1984: 47). Al insan merupakan bentuk tunggal (mufrad) yang jamaknya adalah al anasi yang berarti umat manusia.

Meskipun kata al insan dalam surat Ar Rahman itu berbentuk tunggal yang kembali pada Rasulullah Muhammad, tetapi yang dimaksudkannya adalah seluruh umat manusia.

4. Khalaqa

Khalaqa merupakan bentuk kata kerja lampau (fiil madhi) artinya adalah menjadikan, membuat dan menciptakan (Munawwir, 1984:393). Dengan demikian Allah yang menjadikan manusia, menjadikannya dari sari pati tanah, atau Allah yang membuat manusia dari sari pati tanah yang dimakan manusia, atau Allah yang menciptakan manusia tanpa ada contoh yang mendahuluinya.

(30)

5. Al Bayãn

Kata al bayãn berasal dari akar kata

-

-

yang berarti

nyata, terang dan jelas (Yunus, 2007: 75). kemampuan manusia untuk mengutarakan isi hati dan memahamkannya kepada orang lain. Menurut Munawwir (1984:135) kata al-bayan juga berarti, tampak, jelas, dan

terang (

).

Kata al bayãn juga dapat dimaknai sebagai al Qur‟an al karim,

sebagaimana dikatakan bahwa salah satu nama Al Qur‟an adalah al bayãn

yang artinya menjadi penjelas atau pembeda antara perkara yang haq dengan perkara yang batil.

C. Isi Kandungan Ayat

Dalam pembahasan ini penulis akan memaparkan isi dari kandungan ayat yang dikaji, yaitu pada Qs. ar-Rahman ayat 1-4 menurut pendapat para mufassir, yakni sebagai berikut:

1. Tafsir Surah ar-Rahman ayat 1-2

Dalam membahas tafsir surat Ar Rahman ayat 1 dan 2 ini penulis akan menyajikan tiga pandangan mufasir. Tafsir tersebut adalah tafsir al Misbah, An Nur dan al Maraghi.











(31)

Masing-masing pandangan dari tafsir al Misbah, An Nur dan al Maraghi akan penulis uraikan sebagai berikut:

a. Tafsir al-Misbah

Surah ini dimulai dengan menyebut sifat Rahman, yaitu Allah yang telah melimpahkan rahmat kepada seluruh makhlukNya, baik manusia, jin, binatang, maupun tumbuhan. Setelah menyebutkan nikmatNya secara umum, kemudian disebutkan rahmat dan nikmat-Nya yang terbesar, yakni pengajaran al-Qur‟an kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Pada kata „allama banyak ulama yang menyebut objeknya adalah kata al-insan (manusia) yang diisyaratkan pada ayat

berikutnya. Thabathaba‟i menambahkan bahwa jin juga termasuk,

karena pada surah ini ditunjukkan kepada jin dan manusia atau bisa jadi mencakup selain keduanya.

Malaikat Jibril bertugas menerima wahyu dari Allah termasuk juga wahyu al-Qur‟an yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw. Karena bagaimana mungkin dapat menyampaikan dan mengajarkannya kepada Rasulullah, kalau Malaikat tersebut tidak memperoleh pengajaran dari Allah sebelumya, seperti yang telah dinyatakan dalam firmanNya pada Qs. an-Najm: 5







Artinya: “yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat.”

(32)

dan mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkau oleh pengajaran-Nya (Shihab, 2012:278).

b. Tafsir An-Nur

Kata Rahman menunjukkan kepada dzat yang menunjukkan bukti-bukti rahmah berupa, kenikmatan-kenikmatan dan kebajikan. Apabila Allah disifati dengan sifat Rahman, dapat dipahami secara bahasa bahwa Allah itu pemberi nikmat. Ar-Rahman, yang sangat banyak rahmat dan karunia-Nya. Sifat Rahman adalah sifat yang menunjukkan bahwa Allah memiliki rahmat dan melimpahkannya tanpa batas kepada semua makhluk-Nya.

Surah ini diturunkan untuk menjelaskan nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepada hambaNya. Nikmat yang paling tinggi dan teragung serta paling banyak faedahnya disebutkan terlebih dahulu, yaitu nikmat diturunkannya al-Qur‟an dan diajarkannya al-Qur‟an.

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah telah mengajarkan

al-Qur‟an. Dan al-Qur‟an adalah sumber dari segala nikmat Tuhan serta

(33)

c. Tafsir al-Maraghi

Dalam ayat ini telah diterangkan nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepada hamba-Nya, sebagai rahmat bagi mereka. Salah satu diantara nikmat yang paling besar kedudukannya dan paling banyak faedahnya adalah diajarkannya al-Qur‟an.

Allah mengajarkan al-Qur‟an yang didalamnya terdapat hukum-hukum

syari‟at untuk menunjukkan kepada makhluk-Nya dan

menyempurnakan kebahagiaannya dalam kehidupan dunia maupun di akhirat.

Jadi kesimpulannya dari isi kandungan ayat 1-2 adalah Allah dengan sifat rahman-Nya telah melimpahkan berbagai nikmat kepada makhluk-Nya, dan salah satu diantara nikmat yang terbasar, yaitu nikmat diajarkannya al-Qur‟an. Al-Qur‟an adalah sebagai sumber dari nikmat Allah, dan al-Qur‟an juga merupakan pedoman atau petunjuk bagi manusia dalam menjalani kehidupannya agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.

2. Tafsir Surah ar-Rahman ayat 3-4

Sebagaimana dalam membahas tafsir surat Ar Rahman ayat 1 dan 2 ini di atas, dalam membahas ayat 3 dan 4 penulis juga akan menyajikan tiga pandangan mufasir tersebut.

(34)

a. Tafsir al-Misbah

Allah yang mengajarkan al-Qur‟an dan yang menciptakan manusia, makhluk yang paling membutuhkan tuntunanNya, serta yang paling berpotensi untuk memanfaatkan tuntunan tersebut. Kata al-bayan dapat dipahami dalam arti mengungkap potensi, yakni kalam atau ucapan yang dengannya dapat terungkap apa yang terdapat di dalam hati maupun pikiran. Allah telah menjadikan manusia dengan mengilhaminya mampu memahami apa yang terucap melalui bahasa.

Dengan al-bayan manusia telah membuka peluang untuk memberi dan memperoleh pemahaman. Pengajaran al-bayan tidak hanya terbatas pada ucapan tetapi mencakup segala ekspresi, termasuk seni dan raut muka. Al bayan juga dapat diartikan sebagai potensi berfikir, yakni mengetahui atau dapat menguraikan sesuatu yang tersembunyi dalam benaknya dan dapat menjelaskan atau mengajarkannya kepada orang lain. Hal tersebut dapat disampaikan melalui kata-kata, perbuatan, tulisan, maupun dengan menggunakan isyarat.

(35)

b. Tafsir An-Nur

Allah telah menjadikan manusia dengan memberikannya kekuatan

lahir, batin dan tabi‟at yang dapat disalurkan kepada tujuan tertentu.

Disamping itu Allah juga telah mengajarkan manusia pandai berbicara, untuk dapat menjelaskan atau menyampaikan apa yang terlintas dalam hati maupun pikirannya dengan bahasa yang dapat dipahami.

Dalam hidup ini manusia tidak dapat hidup sendiri, karena pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial. Bahasa sangat diperlukan sebagai alat penghubung atau sebagai alat komunikasi dan sebagai alat untuk memelihara ilmu yang diterima maupun yang akan disampaikan kepada orang lain.

Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan al-Insan pada ayat tersebut adalah Muhammad, dan yang dikehendaki al-bayan adalah al-Qur‟an. Maka makna ayat menjadi “Allah menjadikan

Muhammad dan mengajarkannya al-Qur‟an” (Ash-Shiddieqi,1972: 110).

c. Tafsir al-Maraghi

(36)

Menurut tabi‟atnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak

dapat hidup sendiri atau harus bergantung pada orang lain (masyarakat), maka diperlukan adanya bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dan memahamkan atas apa yang ingin disampaikan kepada sesamanya. Dan dengan bahasa manusia dapat memelihara ilmu-ilmu orang terdahulu supaya dapat diambil manfaatnya oleh generasi saat ini dan serterusnya.

Hal ini termasuk nikmat ruhani terbesar yang telah Allah berikan kepada makhluk-Nya. Pertama, Allah menyebutkan hal yang harus dipelajari, yaitu al-Qur‟an pedoman bagi manusia. Selanjutnya menyebutkan tentang belajar dan cara belajar yang diwujudkan melalui komunukasi (bahasa).

Kesimpulan dari pendapat mufassir mengenai isi kandungan surah ar-Rahman ayat 3-4 adalah nikmat diciptakannya manusia, yang oleh Allah diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya, seperti dalam firman-Nya Qs. at-Tin ayat 4 sebagai berikut:



Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.

(37)
(38)

BAB III

ASBĀBUN NUZŪL DAN MUNĀSABĀH

A. Asbābun Nuzūl

Al-Qur‟an diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia dalam upaya mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Ayat-ayat dalam al-Qur‟an ada yang diturunkan tanpa sebab dan ada pula ayat-ayat yang diturunkan setelah terjadinya suatu peristiwa yang perlu direspon atau dijawab. Peristiwa atau persoalan yang melatarbelakangi turunnya ayat itu disebut asbābun nuzūl (Depag, 2009:228).

Asbābun al-nuzūl secara bahasa terdiri dari dua kata asbāb dan nuzūl, asbāb bentuk jama‟ dari sabab yang berarti sebab, sedangkan kata nuzūl

berasal dari akar kata nazala-yanzilu-nuzulan yang artinya turun, menurunkan sesuatu (Budihardjo, 2012:21). Sedangkan asbābun nuzūūl menurut istilah adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunnya ayat, dimana ayat tersebut menjelaskan pandangan al-Qur‟an tentang peristiwa yang terjadi atau mengomentarinya (Shihab, 2012:3).

(39)

Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa ayat-ayat al-Qur‟an itu diturunkan tanpa sebab dan ada pula ayat-ayat yang diturunkan setelah terjadinya suatu peristiwa yang perlu direspon dan dijawab. Dalam pembahasan ini penulis tidak menemukan seluruhnya asbabun nuzul pada ayat-ayat yang dikaji melainkan hanya akan menjelaskan asbābun nuzūl yang terdapat pada surah ar-Rahman ayat 1 dan 2 saja. Adapun asbābun nuzūl surah ar-Rahman ayat 1 dan 2 adalah sebagai berikut:

1. Surah ar-Rahman ayat 1-2

Artinya: (tuhan) yang Maha pemurah, yang telah mengajarkan Al Quran.

Para ulama berpendapat bahwa sebab turunnya surah ar-Rahman ayat 1 tersebut adalah karena tanggapan negatif kaum musyrikin Mekkah ketika mereka diperintahkan untuk bersujud kepada Allah SWT, seperti pada firman-Nya Qs. Al Furqon: 60 adalah sebagai berikut :



Artinya: dan apabila dikatakan kepada mereka: "Sujudlah kamu sekalian kepada yang Maha Penyayang", mereka menjawab:"Siapakah yang Maha Penyayang itu? Apakah Kami akan sujud kepada Tuhan yang kamu perintahkan kami(bersujud kepada-Nya)?", dan (perintah sujud itu) menambah mereka jauh (dari iman) (shihab, 2012:277).

(40)

Rahman bukanlah dia, tetapi Allah yang Maha Rahman yang telah mengajarkan al-Qur‟an dan telah menciptakan manusia.

2. Surah ar-Rahman ayat 3-4

Artinya:” Dia menciptakan manusia. mengajarnya pandai berbicara.”

Pada ayat ini Allah menyatakan bahwa Allah yang mengajar

al-Qur‟an kepada Muhammad saw melalui malaikat Jibril, dan Muhammad

telah mengajarkan pada umatnya. Ayat ini turun sebagai bantahan bagi penduduk Mekkah yang mengatakan:



Artinya: dan Sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata: "Sesungguhnya Al Quran itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)". Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa 'Ajam, sedang Al Quran adalah dalam bahasa Arab yang terang (Depag, 2010: 641).

B. Munāsabāh

Munāsabāh berasal dari kata nāsaba-yunāsibu-munāsabah, kata

(41)

kepantasan, keserasian antara ayat dengan ayat atau surat dengan surat, atau munāsabāh adalah kemiripan yang terdapat pada hal-hal tertentu dalam al-Qur‟an baik pada surat maupun pada ayatnya yang menghubungkan uraian satu dengan yang lain (Budihardjo, 2012:39).

1. Munāsabāh ayat dengan ayat

Al-Qur‟an surah ar-Rahman ayat 1-4 memiliki munāsabāh antara ayat satu dengan ayat lainnya:

Qur‟an. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara”.

Pada ayat pertama, dimulai dengan menyebut sifat Rahmat- Nya yang menyeluruh yaitu ar-Rahman, yakni Allah telah mencurahkan rahmat kepada seluruh makhluk di muka bumi ini, baik manusia, jin, malaikat, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan dan lainnya. Setelah menyebutkan rahmat-Nya secara umum, kemudian dilanjutkan dengan ayat kedua yaitu Allah menyebutkan rahmat-Nya, yaitu dengan mengatakan Dialah yang mengajarkan al-Qur‟an kepada siapa saja yang dikehendaki.

(42)

Ayat 1-4 di atas juga bermunāsabāh dengan ayat sesudahnya yaitu surah ar-Rahman ayat 5 dan 6 yaitu:





Artinya: matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan, Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan Kedua-duanya tunduk kepada nya.

Setelah ayat sebelumnya yang menyebutkan anugrah yang bersumber langsung dari Allah dan rahmat-Nya yang secara potensial tedapat pada diri manusia, yakni kemampuan berbicara. Kemudian ayat selanjutnya menyebutkan rahmat-Nya melalui makhluk-Nya dan berada di luar diri manusia yaitu matahari dan bulan beredar menurut perhitungan yang sangat sempurna, dan bukan hanya matahari dan bulan saja melainkan tumbuhan pun tunduk dalam peraturan Allah

2. Munāsabāh surah dengan surah

a. Surah ar-Rahman dengan Surah al-Qamar

Pada akhir surah al-Qamar ditutup dengan pernyataan tentang keagungan, kuasa, dan kesempurnaan kodrat Allah, yaitu sebagai berikut:

Artinya: di tempat yang disenangi di sisi Tuhan yang berkuasa

Kata “tempat yang disenangi” maksudnya adalah tempat

(43)

Pada ayat terakhir surah al-Qamar dinyatakan bahwa orang yang bertaqwa berada di dalam surga dan di sisi Allah Yang Maha Kuasa. Dan pada awal surah ar-Rahman dijelaskan tentang nikmat-nikmat Allah, bermula dari nikmat-nikmat-Nya yang terbesar dan teragung yaitu pengajaran al-Qur‟an (Shihab, 2012:131).

Adapun munāsabāh atau persesuaian makna antara surah ar-Rahman dengan surah Al-Qamar ada dalam beberapa hal. Pertama, Dalam surah ar Rahman ini dijelaskan tentang keadaan orang-orang yang mendustakan Allah dan orang-orang yang bertakwa kepada-Nya, yang pada surah sebelumnya telah dijelaskan secara umum, yaitu pada surah al-Qamar ayat 47 dan 54:

Artinya:”Sesungguhnya orang-orang yang berdosa berada dalam kesesatan (di dunia) dan dalam neraka. (Qs. Al-Qamar/54: 47).

Artinya:”Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai, (Qs. Al-Qamar/54: 54).

(44)

manusia dan dengan potensi yang dimilikinya dapat memudahkan mereka dalam memahaminya.

Dan pada surah ar-Rahman, Allah menerangkan berbagai nikmat, baik nikmat akhirat maupun nikmat duniawi yang telah dilimpahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman (Shiddieqy, 1972:107). Tuhannya ada dua syurga. (Qs. Ar-Rahman/55: 46)







Artinya:”kedua syurga itu mempunyai pohon-pohonan dan

buah-buahan. (Qs.ar-Rahman/55:48).

Nikmat yang bersifat keduniawian telah dijelaskan pada ayat 10-12, yaitu:

Artinya: “dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk(Nya). Di bumi itu ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang. Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya (Qs. Ar-Rahman/55:10-12).

Ketiga, Firman Allah pada ayat 1 dan 2 yang berbunyi, “Ar

(45)

pertanyaan: “apakah yang dilakukan oleh Raja Yang Maha Kuasa

itu?” yang terdapat pada akhir ayat yang menutup surah yang lalu.

b. Munāsabāh surah ar-Rahman dengan surah al-Waqi‟ah

Munāsabāh atau kesesuaian antara surah ar-Rahman dengan surah al-Waqi‟ah, ada dalam beberapa poin. Pertama, pada masing-masing surah menjelaskan tentang keadaan kiamat, surga, dan neraka. Pada surah ar-Rahman menjelaskan keadaan kiamat, seperti dalam ayat 35-37:

kamu dustakan?. Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak (Qs. Ar-Rahman/55:35-37).

(46)

Pada surah ar-Rahman yang menjelaskan tentang surga terdapat

Artinya:”kedua syurga itu mempunyai pohon-pohonan dan

buah-buahan. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?. Di dalam kedua syurga itu ada dua buah mata air yang mengalir (Qs.ar-Rahman/55:48-50).

Dalam surah al-Waqi‟ah, surga telah dijelaskan seperti yang terdapat pada ayat 11-12, yaitu:

Artinya: “Mereka Itulah yang didekatkan kepada Allah. Berada dalam jannah kenikmatan (Qs. Al-Waqi‟ah/56: 11-12).

Pada surah ar-rahman yang menjelaskan mengenai keadaan neraka ada pada ayat 43, yaitu:



Artinya: Inilah neraka Jahannam yang didustakan oleh orang-orang berdosa (Qs. Ar-Rahman/55: 43).

Dalam surah al-Waqi‟ah yang menjelaskan tentang keadaan neraka terdapat pada ayat 42-43



Artinya:” dalam (siksaan) angin yang Amat panas, dan air panas yang mendidih, dan dalam naungan asap yang hitam (Qs.

(47)

Kedua, Dalam surah ar-Rahman dijelaskan mengenai adzab yang di derita oleh orang-orang yang berdosa dan nikmat yang diperoleh oleh orang-orang yang bertakwa, dan perbedaan dua surga yang diperoleh sebagian mukmin dengan surga yang diperoleh sebagian mukmin lainnya yang terdapat pada ayat 41-54

Artinya:“orang-orang yang berdosa dikenal dengan

(48)

dalamnya dari sutera. dan buah-buahan di kedua syurga itu dapat (dipetik) dari dekat (Qs. Ar-Rahman/55: 41-54).

Kemudian dalam surah al-Waqi‟ah Allah membagi para mukalaf menjadi tiga golongan, yaitu: ash-sabiqun, ash-habul yamin, dan ash-habusy syimal. Berikut ayat yang menjelaskan

mengenai ash-sabiqun, yaitu ayat 8-10





Artinya: “Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu. Dan golongan kiri, alangkah sengsaranya golongan kiri itu. Dan orang-orang yang beriman paling dahulu (Qs.

Al-Waqi‟ah/56: 8-10).

Kemudian ayat yang menjelaskan tentang golongan ash-habul yamin, yaitu terdapat pada ayat 27-40

(49)

mengambilnya. Dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk. Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (Bidadari-bidadari) dengan langsung. Dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. Penuh cinta lagi sebaya umurnya. (kami ciptakan mereka) untuk golongan kanan. (yaitu) segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu. Dan segolongan besar pula dari orang-orang yang kemudian (Qs. Al-Waqi‟ah/56: 27-40).

Ayat yang menjelaskan tentang ash-habusy syimal, yaitu sebagai berikut: menyenangkan (Qs. Al-Waqi‟ah/56: 41-44).

Ketiga, Pada surah ar-Rahman dijelaskan mengenai langit yang terbelah, yaitu pada ayat 37



Artinya: “Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak (Qs. Ar-Rahman/55: 37).

Sedangkan pada surah al-Waqi‟ah dijelaskan tentang bumi yang terguncang, yaitu pada ayat 4











Artinya: “apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya (Qs. Al-Waqi‟ah/56: 4).

Kedua surah tersebut, yaitu surah ar-Rahman dan surah

(50)
(51)

BAB IV

KARAKTERISTIK PENDIDIK DALAM SURAT AR-RAHMAN AYAT 1-4

A. Karakteristik Pendidik dalam Qs. ar-Rahman ayat 1-4

Dalam paradigma jawa, pendidik diidentikan dengan guru (gu dan ru)

yang berarti “digugu dan ditiru” (Mujib, 2006:90). Dikatakan digugu

(dipercaya) karena seorang pendidik atau guru memiliki pengetahauan dan wawasan yang lebih dari peserta didiknya. Sedangkan dikatakan ditiru (diikuti) karena pendidik memiliki kepribadian atau yang biasa disebut dengan kompetensi personal. Pendidik juga dijadikan panutan dan suri tauladan bagi peserta didiknya, sehingga apa yang diucapkan oleh pendidik (yang didengar oleh peserta didik) dan apa yang dilakukan pendidik (dilihat peserta didik) haruslah sinkron.

(52)

Kompetensi yang dimiliki pendidik berperan penting dalam proses pembelajaran peserta didik. Proses belajar dan hasil belajar peserta didik tidak hanya ditentukan oleh sekolah maupun isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh kompetensi pendidik yang mengajar dan membimbing peserta didiknya. Pendidik yang kompeten akan lebih mampu menciptakan suasana belajar yang efektif dan menyenangkan serta akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga hasil belajar peserta didiknya dapat optimal (Hamalik, 1991:40).

Kompetensi tersebut harus diimplementasikan dalam proses belajar mengajar. Sehingga dapat diketahui bahwa setiap pengetahuan dan ketrampilan pendidik itu merupakan cerminan dari kompetensi yang dimiliki. Dan selama kompetensi tersebut diaktualisasikan dalam kegiatan pembelajaran, maka setiap materi (pengetahuan) yang disampaikan akan mudah diterima dan dipahami oleh peserta didik.

Pada pembahasan ini penulis akan memaparkan analisis karakteristik pendidik sesuai pada ayat-ayat yang dikaji yaitu, pada surah ar-Rahman ayat 1-4 sebagai berikut:

1. Sifat Kasih Sayang

Ar-Rahman, yang terdapat dalam ayat satu, menggambarkan

(53)

Pendidikan sebagai pengembangan potensi memanusiakan manusia semestinya dilaksanakan atas dasar sifat kasih sayang yang pada hakekatnya adalah refleksi dari sifat ar-Rahman. Pendidik dalam perspektif Islam harus mempunyai beberapa kompetensi (kemampuan dasar) dan unsur kompetensi yang harus dimiliki diantaranya, yaitu diwujudkan pribadi pendidik sebagai ar-Rahman. Kompetensi tersebut termasuk dalam kompetensi personal religius yang menyangkut kepribadian agamis pendidik. Misalnya mempunyai sifat amanah, jujur, kasih sayang dan sebagainya.

Kepribadian seorang pendidik (guru) adalah faktor yang sangat penting. Dengan kebribadian tersebut akan menentukan apakan ia akan menjadi seorang pendidik yang baik bagi anak didiknya, atau menjadi perusak bagi masa depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang masih berada pada tingkat pendidikan dasar (Daradjat, 1980:16).

Kepribadian ialah salah satu hal yang menentukan tinggi rendahnya kewibawaan seorang pendidik dalam pandangan anak didiknya bahkan masyarakat sekalipun. Dengan kata lain, baik tidaknya citra seseorang ditentukan oleh kepribadiannya. Terlebih bagi seorang guru, kepribadian tersebut merupakan faktor yang menentukan terhadap keberhasilan melaksanakan tugasnya.

(54)

sehingga hubungan timbal balik tersebut akan membawa pengaruh positif dalam proses pendidikan.

2. Penguasaan Materi Secara Mendalam

Setelah diterangkan mengenai karakteristik pribadi pendidik seperti yang tergambar pada ayat pertama di atas, karakteristik yang kedua adalah pengajaran al-Quran yang berarti penguasaan materi ajar. Pada penjelasan ayat ke dua ini merupakan salah satu dari kasih sayang Allah kepada manusia yaitu, diajarkannya al-Qur‟an yang diwahyukan kepada Rasulullah melalui malaikat jibril. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya Rasulullah telah mendapatkan pengajaran al-Qur‟an dari malaikat Jibril, seperti pada firman Allah berikut telah dijelaskan pada surah at-Takwir ayat 19-21 dan surah an-Nahl ayat 44.



Artinya:“Sesungguhnya Al Qur'aan itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril). Yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan Tinggi di sisi Allah yang mempunyai 'Arsy. Yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya”.









(55)

Dan ayat yang kedua mengisyaratkan bahwa pengajaran al-Qur‟an adalah salah satu tugas seorang pendidik, bahwa salah satu tugas pendidik adalah mengamalkan ilmu yang dimilikinya dan menyampaikan atau mengajarkannya kepada peserta didik.

Kemudian Rasulullah mengajarkan atau menyampaikan al-Qur‟an

kepada para sahabat, tabi‟in, dan dilanjutkan oleh generasi-generasi

selanjutnya.

Al-Qur‟an merupakan pedoman dan petunjuk bagi manusia yang di dalamnya terdapat aturan-aturan dari Allah mengenai syari‟ah, ibadah dan

mu‟amalah. Segala sesuatu tentang hidup manusia sudah diatur di

dalamnya. Dengan berpedoman dan mengamalkan apa yang diajarkan di dalam al-Qur‟an maka akan diperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Seperti firman Allah dalam halnya menyampaikan ilmu pengetahuan (materi).

Unsur kompetensi yang terdapat dalam pembahasan ini adalah kompetensi profesional, yaitu diwujudkan pada kemampuan pendidik dalam mengajarkan al-Qur‟an atau yang diartikan sebagai materi pelajaran.

(56)

melainkan materi yang menaunginya. Indikator dari kompetensi tersebut diantaranya:

a. Memahami materi pembelajaran yang terdapat pada kurikulum sekolah

b. Memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang berkaitan dengan materi pembelajaran

c. Menerapkan konsep-konsep keilmuan atau materi pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari (Wibowo, 2012:117).

Dengan menguasai materi pembelajaran dan materi lain yang bersangkutan dengan materi ajar, maka diharapkan pendidik mampu menjelaskan materi pembelajaran dengan jelas, rinci, serta dapat menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. sehingga paseta didiknya dapat memahami apa yang disampaikan dan tidak menimbulkan kesulitan serta keraguan.

3. Membentuk Kepribadian Insan Sempurna

(57)

Artinya:“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” (Qs. Adz-Dzariyat: 56).

Dengan adanya potensi yang ada dalam diri manusia maka, Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi. Karena dengan kelebihan tersebut manusia dapat menjalankan tugas dan tanggung jawab yang telah diamanahkan Allah kepadanya.

Seorang pendidik sebelum melakukan proses pembelajaran hendaknya telah menguasai materi yang akan disampaikan agar nantinya dapat menyampaikan materi tersebut dengan baik dan bisa memahamkan anak didiknya. Dan diantara tugas pendidik adalah membimbing atau mengarahkan anak kepada hal-hal yang positif.

Hal ini ada kaitannya dengan pembahasan sebelumnya yaitu kepribadian pendidik. Karena pribadi pendidik sangat berperan dalam membentuk pribadi anak didiknya. Seorang pendidik juga sekaligus menjadi contoh atau teladan bagi anak didiknya, karena manusia merupakan makhluk yang suka mencontoh atau meniru. Sehingga pendidik harus menjaga setiap ucapan dan perbuatannya.

Tujuan yang ingin dicapai dalam ayat 3 diatas adalah membentuk dan mengembangkan potensi menjadi anak didik yang berilmu, berbudi pekerti luhur dan menjadi insan kamil. Hal ini termasuk kompetensi profesional guru/pendidik.

(58)

perencanan, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik (Wibowo, 2012:110).

Pada pembahasan ini penulis akan memaparkan beberapa ruang lingkup yang ada dalam kompetensi pedagogik adalah sebagai berikut: a. Pendidik memahami peserta didik

Pendidik memiliki pemahaman akan psikologi perkembangan peserta didiknya, sehingga dapat mengetahui metode pendekatan yang tepat untuk digunakan dalam proses belajar mengajarnya.

b. Perencanaan pembelajaran

Pendidik menentukan strategi pembelajaran berdasarkan tingkat pemahaman peserta didiknya dan kompetensi yang ingin dicapai. Kemudian menyusun rencana pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih mencakup, menyusun silabus, memilih dan mengorganisasikan materi dan bahan ajar, menentukan media dan sumber belajar yang ditentukan, serta membuat rancangan evaluasi proses dan hasil.

c. Melaksanakan pembelajaran

(59)

d. Evaluasi pembelajaran

Pendidik memiliki kemampuan untuk mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan meliputi, hasil belajar dan metode yang digunakan dengan merencanakan penilaian yang tepat serta dapat membuat kesimpulan dan solusi yang akurat.

e. Mengembangkan potensi peserta didik

Seorang pendidik hendaknya mampu membimbing, memfasilitasi, dan sebagai wadah bagi peserta didik untuk dapat mengenali potensinya serta melatih untuk dapat mengaktualisasikan potensi tersebut.

Semua aspek kompetensi pedagogik di atas dapat ditingkatkan melalui kajian masalah dan alternatif solusi (Wibowo, 2012:112). 4. Kemampuan Berfikir dan Komunikasi

Diantara nikmat Allah yang diberikan pada makhluknya dalam ayat ini adalah nikmat diajarkannya pandai berbicara. Kemampuan berbicara merupakan potensi dasar manusia dan sebagai aspek yang membedakan dengan makhluk lainnya. Akan tetapi dalam sudut pandang al-Qur‟an kepandaian berbicara bukanlah potensi dasar manusia, tapi kemampuan berfikir dan berkomunikasi dengan orang lain.

(60)

serangkaian cara manusia untuk berfikir. Berfikir merupakan salah satu pilihan manusia untuk mencoba memperoleh informasi, sehingga ia bisa menyampaikan apa yang terdapat dalam fikirannya dengan cara berbicara (Gunawan, 2014: 147).

Pada ayat ini yang dimaksud dengan al-bayan tidak hanya sebatas pada ucapan/berbicara tetapi mencakup segala bentuk ekspresi, seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya.

Al-Qur‟an juga disebut kitab yang menjelaskan dan ayat-ayatnya disebut al-bayyinat yang berarti hujjah yang jelas dan pasti. Al-bayan di sini apabila dikaitkan dengan al-Qur‟an dan dikaitkan juga dengan al-insan, maka semakin jelas bahwa hanya manusia yang memiliki potensi

al-bayan. Jika yang dimaksud al-bayan di sini hanya sekedar

mengeluarkan suara, tentu binatang pun dapat melakukannya (Ghozali, 2004:158).

Dengan demikian yang menjadi pembeda dan penentu kemanusiaan manusia adalah kemampuan menjelaskan, menerangkan dan mengungkapkan dari apa yang disimbolkannya melalui bahasa. Dan dari kemampuan berbahasa inilah dimulainya proses peradaban manusia dengan mengembangkan ilmu pengetahuan, dan berbagai keterampilan serta teknologi.

(61)

efisien, baik dengan peserta didik, sesama pendidik, orang tua atau wali, maupun dengan masyarakat (Wibowo, 2012:124).

Kompetensi sosial ini diwujudkan pada kemampuan berinteraksi terhadap anak didiknya dalam menyampaikan materi pelajaran yang dapat menunjang komunikasi edukatif.

B. Implementasi Karakteristik Pendidik dalam Qs. ar-Rahman ayat 1-4 Setelah penulis membahas karakteristik pendidik dalam surat ar-Rahman ayat 1 sampai 4, maka penulis akan menyajikan implementasi karakteristik pendidik dalam perspektif surat ar-Rahman, yaitu sebagai berikut:

1. Mendidik dengan kasih sayang

Seorang pendidik harus mempersiapkan dirinya secara keseluruhan, baik secara lahir maupun batin dengan pribadi yang baik, memiliki sifat kasih sayang kepada anak didiknya dan tanpa membeda-bedakan kekurangan maupun kelebihan peserta didiknya. Misalnya dengan bersikap adil, tidak pilih kasih dan tidak mengistimewakan yang satu dengan lainnya dikarenakan oleh sebab tertentu.

(62)

Pendidik harus memahami bahwa setiap peserta didik memiliki kelebihan masing-masing, baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Pendidik perlu memahami karakter dan kondisi psikologis masing-masing peserta didik, agar tidak membedakan antara satu individu dengan individu lain. Perbedaan ini perlu disikapi dengan arif dan bijaksana tanpa memberi porsi lebih. Setiap peserta didik membutuhkan kasih sayang dan perhatian, sehingga pendidik hendaknya mampu menyayangi mereka tanpa pilih kasih.

Wujud kasih sayang diaktualisasikan baik dalam bentuk nasihat (cara berkomunikasi), membuka ruang bagi peserta didik yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran, maupun menjalin kedekatan emosional baik ketika di ruang kelas maupun di luar kelas. Kasih sayang muncul dari jiwa yang tulus, setiap manusia diberi hati agar bisa merasakan sikap positif dari orang lain. Melalui ketulusan itulah setiap peserta didik akan merasakan dirinya disayangi dan mendapat kenyamanan dari pendidik, sehingga akan berpengaruh terhadap proses pembelajaran peserta didik. 2. Menguasai Materi Ajar

Salah satu tugas seorang pendidik adalah transfer of knowledge (memberikan ilmu pengetahuan) yang diwujudkan dengan mengajarkan

al-Qur‟an. Dalam proses pengajaran tersebut, dapat dipahami bahwa tugas

(63)

Tugas seorang pendidik tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan saja, tetapi juga menanamkan nilai-nilai keagaman dalam diri peserta didik melalui materi pembelajaran yang disampaikan.

Pengajaran al-Qur‟an disini menunjukkan bahwa seorang pendidik harus terlebih dahulu mempersiapkan al-Qur‟an, yang dalam konteks ini al-Qur‟an diartikan sebagai materi pelajaran atau bahan ajar. Sebelum menjalankan tugasnya sebagai pendidik hendaknya mempersiapkan (merencanakan) program pengajaran termasuk juga materi yang akan disampaikan.

(64)

3. Memperbaiki Akhlak dan Kepribadian

Seorang pendidik bertanggung jawab memberikan pertolongan kepada anak didiknya dalam pengembangan potensi jasmani maupun rohaninya agar mampu melakukan tugasnya sebagai makhluk individu yang mandiri dan makhluk sosial dan mampu memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah.

Sebagaimana disebutkan di atas, pendidikan tidak terbatas pada transfer pengetahuan lebih dari itu, yaitu membentuk kepribadian peserta didik. Merujuk pada tujuan utama pendidikan, yaitu mencetak generasi yang berilmu, berbudi pekerti luhur, dan beradab, maka pendidik terlebih dahulu harus mempunyai pribadi yang matang, baik, akhlaq yang baik. Dengan bekal ini diharapkan dapat menghantarkan peserta didik menjadi pribadi yang matang pula.

Hal ini ada kaitannya dengan kepribadian atau tingkah laku pendidik. Karena akan menjadi cerminan dan tolak ukur bagi peserta didik. Pendidik harus bisa menjadi contoh/tauladan yang baik, karena tingkah laku pendidik sangat berpengaruh terhadap tingkah laku (akhlak) peserta didik.

(65)

bimbingan dan membantu kesulitan-kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam pembelajaran.

Proses pendewasaan sangatlah penting bagi peserta didik, karena akan membantu peserta didik menemukan sebuah makna dari suatu materi pelajaran yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, memiliki kepribadian yang baik, santun dan berbudi, hal inilah yang merupakan sesuatu inti dari tugas pendidik dalam mendidik.

4. Mengajarkan Pandai Berbicara

Pendidik dalam menyampaikan materi pelajaran hendaknya disampaikan dengan jelas dan rinci. Untuk dapat memberikan pemahaman kepada pserta didiknya, selain pendidik menguasai materi juga harus memiliki kecakapan berinteraksi dalam menyampaikan materi yang diajarkan.

Kelancaran berdialog bagi seorang pendidik juga penting, karena apabila pendidik kurang berdialog dan berinteraksi maka akan berdampak pada komunikasi dalam proses pembelajaran dan bisa menyebabkan anak didik tidak memahami yang disampaikan oleh pendidik.

(66)

Komunikasi yang efektif akan menimbulkan beberapa hal, diantaranya: a. Pengertian

Dalam arti ada penerimaan yang cermat seperti yang dimaksudkan oleh komunikator. Dalam hal ini peserta didik sebagai penerima materi pembelajaran dan pendidik sebagai penyampai materi.

b. Kesenangan

Komunikasi dilakukan untuk mengupayakan agar orang lain merasa senang. Hal tersebut dapat diwujudkan melalui penyampaian materi dengan bercerita atau dengan diselipkan beberapa humor, sehingga peserta didik akan merasa senang dan akan lebih mudah menerima pelajaran.

c. Pengaruh terhadap sikap

Komunikasi ini bersifat persuasif. Persuasif di sini diartikan sebagai proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan orang lain. Pada hal ini dapat terwujud dalam proses pembelajaran, yaitu pendidik harus lebih kreatif dalam memilih metode untuk menyampakan materi, misalnya menggunakan metode tanya jawab. Dengan begitu peserta didik akan dapat mengungkapkan pendapatnya.

d. Hubungan menjadi makin baik

(67)

baik antara pendidik dan peserta didik. Hubungan tersebut akan memudahkan pendidik dalam memahami karakter peserta didiknya. Sebagai pendidik diharapkan mampu memanfaatkan komunikasi untuk menunjang tugas dan keberhsilannya dalam mengajar. Komunikasi yang efektif akan mendukung pendidik dalam mengajar yang efektif.

(68)

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Karakteristik pendidik dalam surah ar-Rahman ayat 1-4

Berdasarkan pembahasan dan analisis pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa karakteristik pendidik dalam surah ar-rahman ayat 1-4. Karakteristik atau cirri khas tersebut diwujudkan melalui kompetensi yang harus dimiliki seorang pendidik. Diantaranya, yaitu:memiliki sifat kasih sayang terhadap peserta didiknya (kompetensi personal), Menguasai materi pembelajaran (kompetensi professional), dapat mengarahkan dan membimbing peserta didik menjadi pribadi yang lebih baik dengan mengembangkan potensinya (kompetensi pedagogik), dan memiliki kemampuan berkomunikasi serta berinteraksi (kompetensi sosial). 2. Implementasi karakteristik pendidik

Sifat kasih sayang merupakan wujud dari kompetensi personal yang harus dimiliki seorang pendidik. Kepribadian pendidik akan lebih banyak mempengaruhi minat dan antusias peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar. Misalnya dengan bersikap adil dan menghargai peserta didik. Karena setiap peserta didik itu berbeda dan memiliki potensi masing-masing.

(69)

dalam kompetensi profesional. Karena hal tersebut akan berdampak pada pemahaman peserta didik.

Seorang pendidik harus memahami peserta didiknya baik dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotoriknya. Dengan pemahaman tersebut pendidik dapat membimbing dan mengarahkan pribadi/akhlak peserta didik. Karena pendidik sekaligus sebagai panutan atau contoh bagi peserta didiknya, maka hendaknya bisa menjaga tingkah lakunya. Mengajar di depan kelas merupakan wujud dari interaksi dalam berkomunikasi. Kemampuan berkomunikasi sangatlah penting bagi pendidik. Hal ini bertujuan menciptakan hubungan yang harmonis antara pendidik dan peserta didik, sehingga materi yang disampaikan akan lebih mudah dipahami oleh peserta didik.

pendidikan tidak lepas dari kompetensi yang dimiliki oleh seorang pendidik, diantaranya sebagai berikut:

a. Keberhasilan pengembangan sumber daya manusia atau peserta didik sangat tergantung kepada kompetensi yang dimiliki oleh pendidik.

(70)

c. Dengan pendidikan yang menekankan pada kompetensi pendidik maka diharapkan nilai-nilai kemanusiaan dan kepribadian yang santun serta akhlak mulia dapat terwujud pada diri peserta didik. d. Dilihat dari proses belajar mengajar seorang pendidik bukan hanya

memberikan materi pelajaran tetapi menuntun proses pendewasaan peserta didik agar mereka mampu menemukan sebuah makna dari suatu materi pelajaran yang didapat dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

B. SARAN

1. Bagi pendidik

Pendidik haruslah mempunyai landasan dasar yang kuat untuk menjadi seorang pendidik, pendidik yang baik dari segi sikap dan moral serta keimanan yang kuat kepada Allah SWT. Pendidik juga berperan penting dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan kepada peserta didik. Sehingga dapat mengarahkan atau membimbing peserta didik menjadi pribadi yang berakhlak baik dan dapat menerima pengajaran dengan baik pula dalam aplikasinya di kehidupan sehari-hari.

2. Bagi dunia penelitian

(71)
(72)

Daftar Pustaka

Al Maragi, Mustafa Ahmad. 1993. Terjemah Tafsir Al Maragi, Semarang: CV. Toha Putra Semarang.

Abdurrahman. 1992. Kompilasi Hukum Islam. Jakarta: CV Akademika Presindo. Abdurrahman, An-Nahlawi.1995. Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah Dan

Masyarakat, Jakarta: Gema Insani Press.

Amrullah, Fahmi. 2008. Ilmu Al-Qur‟an untuk Pemula, Jakarta: CV Artha Rivera.

Hasbi Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad. 1972. Tafsir Al-Qur‟an An-Nur, Jakarta: Bulan Bintang.

B. Uno, Hamzah. 2008. Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Budihardjo. 2012. Pembahasan Ilmu-Ilmu al-Qur‟an, Yogyakarta: LOKUS

Departemen Agama RI. 2010. Al-Qur‟an dan Tafsirnya, Jilid. IX, Jakarta: Lentera Abadi.

Darajat, Zakiah. 1980. Kepribadian Guru, Jakarta: Bulan Bintang

Faqih Imani, Allamah Kamal. 2013, Tafsir Nurul Qur‟an sebuah tafsir sederhana menuju cahaya al-Qur‟an, Jakarta: Nur al-Huda.

Gunawan, Heri. 2014. Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Hamalik, Oemar. 1991. Pendidikan Guru Konsep dan Strategi, Bandung: Mandar Maju.

Hamrin dan Wibowo, Agus. 2012. Menjadi Guru Berkarakter (strategi membangun kompetensi dan karakter guru), Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Marimba, Ahmad. 1987. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT Al

Ma‟arif.

Mudlofir, Ali. 2012. Pendidik Profesional, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Mudyahardjo, Redja. 2008. Filsafat Ilmu Pendidikan, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Muhaimin, dkk. 2008. Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berlakunya projek-projek terbengkalai telah menyekat sektor pembinaan daripada berperanan sebagai penggerak utama kepada pembangunan sesebuah negara. Pihak yang paling

3 Ainul Yaqin, Pendidikan Multikultural: Cross-Cultural Understanding Untuk Demokrasi dan Keadilan (Yogyakarta: Pilar Media, 2007), hal.. Kembali pada persoalan pendidikan

Dengan ketebalan kurang dari 3 mm, Dengan ketebalan kurang dari 2 mm, Mengandung karbon 0.6%atau lebih menurut beratnya Tidak dengan pola relief, dalam gulungan,

Kebiasaan belajar yang efektif juga akan berdampak dalam kehidupan sehari-hari siswa dimana mereka akan senantiasa terbiasa melakukan sesuatu dengan hasil

Rum, Daya Saing Jagung Hibrida Volume 1 Nomor 2 November 2020 AGRISCIENCE diantaranya yaitu: (1) penentuan input dan output usahatani jagung hibrida unggul Madura MH-3

Kecuali apabila ditentukan lain oleh Pengekspor Data, Data Pribadi yang ditransfer berhubungan dengan kategori subjek data berikut: pegawai, kontraktor, mitra bisnis atau

Olahraga sudah menempati posisi yang penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat kota Jepara bahkan meningkatnya minat masyarakat ditunjukkan dengan semakin