• Tidak ada hasil yang ditemukan

Artinya:” Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui

C. Isi Kandungan Ayat

Dalam pembahasan ini penulis akan memaparkan isi dari kandungan ayat yang dikaji, yaitu pada Qs. ar-Rahman ayat 1-4 menurut pendapat para mufassir, yakni sebagai berikut:

1. Tafsir Surah ar-Rahman ayat 1-2

Dalam membahas tafsir surat Ar Rahman ayat 1 dan 2 ini penulis akan menyajikan tiga pandangan mufasir. Tafsir tersebut adalah tafsir al Misbah, An Nur dan al Maraghi.











Artinya: “(tuhan) yang Maha pemurah, yang telah mengajarkan Al Quran.”

Masing-masing pandangan dari tafsir al Misbah, An Nur dan al Maraghi akan penulis uraikan sebagai berikut:

a. Tafsir al-Misbah

Surah ini dimulai dengan menyebut sifat Rahman, yaitu Allah yang telah melimpahkan rahmat kepada seluruh makhlukNya, baik manusia, jin, binatang, maupun tumbuhan. Setelah menyebutkan nikmatNya secara umum, kemudian disebutkan rahmat dan nikmat-Nya yang terbesar, yakni pengajaran al-Qur‟an kepada siapa saja yang

dikehendaki-Nya. Pada kata „allama banyak ulama yang menyebut objeknya adalah kata al-insan (manusia) yang diisyaratkan pada ayat

berikutnya. Thabathaba‟i menambahkan bahwa jin juga termasuk,

karena pada surah ini ditunjukkan kepada jin dan manusia atau bisa jadi mencakup selain keduanya.

Malaikat Jibril bertugas menerima wahyu dari Allah termasuk juga wahyu al-Qur‟an yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw.

Karena bagaimana mungkin dapat menyampaikan dan mengajarkannya kepada Rasulullah, kalau Malaikat tersebut tidak memperoleh pengajaran dari Allah sebelumya, seperti yang telah dinyatakan dalam firmanNya pada Qs. an-Najm: 5









Artinya: “yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat.” Di sisi lain karena tidak disebutkannya objek kedua dari kata „allama, maka mengisyaratkan bahwa objek tersebut bersifat umum

dan mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkau oleh pengajaran-Nya (Shihab, 2012:278).

b. Tafsir An-Nur

Kata Rahman menunjukkan kepada dzat yang menunjukkan bukti-bukti rahmah berupa, kenikmatan-kenikmatan dan kebajikan. Apabila Allah disifati dengan sifat Rahman, dapat dipahami secara bahasa bahwa Allah itu pemberi nikmat. Ar-Rahman, yang sangat banyak rahmat dan karunia-Nya. Sifat Rahman adalah sifat yang menunjukkan bahwa Allah memiliki rahmat dan melimpahkannya tanpa batas kepada semua makhluk-Nya.

Surah ini diturunkan untuk menjelaskan nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepada hambaNya. Nikmat yang paling tinggi dan teragung serta paling banyak faedahnya disebutkan terlebih dahulu, yaitu nikmat diturunkannya al-Qur‟an dan diajarkannya al-Qur‟an.

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah telah mengajarkan

al-Qur‟an. Dan al-Qur‟an adalah sumber dari segala nikmat Tuhan serta sarana untuk mencapai nikmat spiritual maupun material. Nikmat pengajaran al-Qur‟an telah disebutkan terlebih dahulu daripada

penciptaan manusia. Namun realitas dalam tatanan alam menyebutkan dengan urutan terbalik, yaitu menciptakan manusia terlebih dahulu, kemudian menyebutkan nikmat mengajari manusia berbicara dan mengajari al-Qur‟an (Ash-Shiddieqi, 1972:108).

c. Tafsir al-Maraghi

Dalam ayat ini telah diterangkan nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepada hamba-Nya, sebagai rahmat bagi mereka. Salah satu diantara nikmat yang paling besar kedudukannya dan paling banyak faedahnya adalah diajarkannya al-Qur‟an.

Allah mengajarkan al-Qur‟an yang didalamnya terdapat hukum-hukum

syari‟at untuk menunjukkan kepada makhluk-Nya dan menyempurnakan kebahagiaannya dalam kehidupan dunia maupun di akhirat.

Jadi kesimpulannya dari isi kandungan ayat 1-2 adalah Allah dengan sifat rahman-Nya telah melimpahkan berbagai nikmat kepada makhluk-Nya, dan salah satu diantara nikmat yang terbasar, yaitu nikmat diajarkannya al-Qur‟an. Al-Qur‟an adalah sebagai sumber dari

nikmat Allah, dan al-Qur‟an juga merupakan pedoman atau petunjuk

bagi manusia dalam menjalani kehidupannya agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.

2. Tafsir Surah ar-Rahman ayat 3-4

Sebagaimana dalam membahas tafsir surat Ar Rahman ayat 1 dan 2 ini di atas, dalam membahas ayat 3 dan 4 penulis juga akan menyajikan tiga pandangan mufasir tersebut.













a. Tafsir al-Misbah

Allah yang mengajarkan al-Qur‟an dan yang menciptakan manusia, makhluk yang paling membutuhkan tuntunanNya, serta yang paling berpotensi untuk memanfaatkan tuntunan tersebut. Kata al-bayan dapat dipahami dalam arti mengungkap potensi, yakni kalam atau ucapan yang dengannya dapat terungkap apa yang terdapat di dalam hati maupun pikiran. Allah telah menjadikan manusia dengan mengilhaminya mampu memahami apa yang terucap melalui bahasa.

Dengan al-bayan manusia telah membuka peluang untuk memberi dan memperoleh pemahaman. Pengajaran al-bayan tidak hanya terbatas pada ucapan tetapi mencakup segala ekspresi, termasuk seni dan raut muka. Al bayan juga dapat diartikan sebagai potensi berfikir, yakni mengetahui atau dapat menguraikan sesuatu yang tersembunyi dalam benaknya dan dapat menjelaskan atau mengajarkannya kepada orang lain. Hal tersebut dapat disampaikan melalui kata-kata, perbuatan, tulisan, maupun dengan menggunakan isyarat.

Allah menciptakan potensi pada diri manusia dengan jalan menjadikannya tidak dapat hidup sendiri atau disebut juga sebagai makhluk sosial. Hal tersebut yang membuat manusia harus saling berinteraksi satu sama lain dan pada akhirnya melahirkan aneka suara yang disepakati bersama dan itulah yang merupakan bahasa mereka (Shihab, 2012:279).

b. Tafsir An-Nur

Allah telah menjadikan manusia dengan memberikannya kekuatan

lahir, batin dan tabi‟at yang dapat disalurkan kepada tujuan tertentu.

Disamping itu Allah juga telah mengajarkan manusia pandai berbicara, untuk dapat menjelaskan atau menyampaikan apa yang terlintas dalam hati maupun pikirannya dengan bahasa yang dapat dipahami.

Dalam hidup ini manusia tidak dapat hidup sendiri, karena pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial. Bahasa sangat diperlukan sebagai alat penghubung atau sebagai alat komunikasi dan sebagai alat untuk memelihara ilmu yang diterima maupun yang akan disampaikan kepada orang lain.

Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan al-Insan pada ayat tersebut adalah Muhammad, dan yang dikehendaki al-bayan adalah al-Qur‟an. Maka makna ayat menjadi “Allah menjadikan Muhammad dan mengajarkannya al-Qur‟an” (Ash-Shiddieqi,1972: 110).

c. Tafsir al-Maraghi

Setelah menyebutkan nikmat pengajaran al-Qur‟an kemudian Allah

menyebutkan nikmat lainnya, yaitu diciptakannya manusia dan mengajarinya sehingga dapat mengungkapkan apa yang terlintas dalam hatinya. Sekiranya tidak demikian, maka Nabi Muhammad tidak dapat mengajarkan al-Qur‟an kepada umatnya.

Menurut tabi‟atnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak

dapat hidup sendiri atau harus bergantung pada orang lain (masyarakat), maka diperlukan adanya bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dan memahamkan atas apa yang ingin disampaikan kepada sesamanya. Dan dengan bahasa manusia dapat memelihara ilmu-ilmu orang terdahulu supaya dapat diambil manfaatnya oleh generasi saat ini dan serterusnya.

Hal ini termasuk nikmat ruhani terbesar yang telah Allah berikan kepada makhluk-Nya. Pertama, Allah menyebutkan hal yang harus dipelajari, yaitu al-Qur‟an pedoman bagi manusia. Selanjutnya

menyebutkan tentang belajar dan cara belajar yang diwujudkan melalui komunukasi (bahasa).

Kesimpulan dari pendapat mufassir mengenai isi kandungan surah ar-Rahman ayat 3-4 adalah nikmat diciptakannya manusia, yang oleh Allah diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya, seperti dalam firman-Nya Qs. at-Tin ayat 4 sebagai berikut:















Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Allah menjadikan manusia dengan dibekali potensi. Dengan potensi tersebut manusia dapat menjalankan tugasnya sebagai khalifah, dan dengan adanya potensi manusia dapat berinteraksi dengan sesamanya yaitu, dengan

menciptakan manusia dengan tidak dapat hidup sendiri atau disebut juga sebagai makhluk sosial.

BAB III

Dokumen terkait