• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL LITBANG PROVINSI JAWA TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL LITBANG PROVINSI JAWA TENGAH"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ISSN 1412–9833

Vol. 12 No. 2 – Desember 2014

JURNAL LITBANG

PROVINSI JAWA TENGAH

DEWAN REDAKSI

PENANGGUNG JAWAB : Agus Wariyanto

PENYUNTING AHLI : Daniel D. Kameo

Siti Fatimah Muis Budi Widianarko Slamet Imam Wahyudi Djoko Suprapto

Mungin Edi Wibowo Yos Johan Utama Eddy Prianto

Dwi Retno Lukiwati Dwi Setia Purwono Retno Sunu

Dhanang Respati Puguh Joko Setijowarno

KETUA DEWAN REDAKSI : Senen Budi P.

WAKIL KETUA DEWAN REDAKSI : Agus Suranta

SEKRETARIS : Arif Sofianto

ANGGOTA DEWAN REDAKSI : Rachman Djamal

Soebandriyo Mursid Zuhri Sriyanto

Eny Hari Widowati Wiwin Widiastuti Sumarno

STAF SEKRETARIAT : Nur Rohmat

Nurhayati Sri Wahyuni Teguh Surono

Andri Surya Setiawan Rohmat

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PROVINSI JAWA TENGAH

Jl. Imam Bonjol No. 190 Semarang – 50132

Telp. (024) 3540025, 3546063, 3521411 Fax. 3560505, 3545409 Homepage: http://www.balitbangjateng.go.id

e-Mail: sekretariat@balitbangjateng.go.id

(3)

ISSN 1412–9833

Vol. 12 No. 2 – Desember 2014

DAFTAR ISI

1. PENAMBAHAN BERBAGAI ARAS ”STARTER FUNGSIONAL” DALAM FERMENTASI LIMBAH PABRIK PAKAN TERHADAP NILAI POTENSIAL HIDROGEN (pH) DAN TOTAL BAKTERI ASAM LAKTAT (BAL)

(E.D.K. Marhaen, C.S. Utama, B.I.M. Tampoebolon – FPP UNDIP Semarang) 95 – 100 2. PRODUKSI BAHAN KERING, KADAR NITROGEN DAN FOSFOR

HIJAUAN SORGUM MANIS (Sorghum bicolor L. Moench) DENGAN APLIKASI PUPUK ORGANIK DAN FOSFAT

(E. Sadana, DR. Lukiwati, Karno – FPP UNDIP Semarang)………... 101 – 108 3. PENGARUH pH, LAMA PEMANASAN, SUHU PEMANASAN, KADAR

GARAM DAN KADAR GULA TERHADAP STABILITAS EKSTRAK BUNGA BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L)

(Haslina dan Sri Budi Wahjuningsih – FTP USM Semarang)………... 109 – 116 4. SISTEM PERBENIHAN KEDELAI MELALUI SISTEM JABALSIM

DI SENTRA PRODUKSI KEDELAI JAWA TENGAH

(Eny Hari Widowati, Alfina Handayani, Imam Sutrisno – Balitbang Prov. Jateng dan Balitkabi)………...

117 – 128

5. INOVASI PELAYANAN PUBLIK DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN (Studi Kasus Unit Pelayanan Terpadu Penanggulangan Kemiskinan

(UPTPK) Kabupaten Sragen)

(Arif Sofianto, Kissumi D, Sadiman Al Kundarto – Balitbang Prov. Jateng)….. 129 – 140 6. IPTEKS BAGI MASYARAKAT KELOMPOK TANI TERNAK KERBAU

(Cahya S Utama, B. Sulistiyanto, S. Sumarsih – FPP UNDIP Semarang)…… 141 – 146 7. MODEL PENDAYAGUNAAN SUMBERDAYA PANGAN LOKAL UNTUK

MENINGKATKAN NILAI TAMBAH

(Studi di Kecamatan Wonoboyo Kabupaten Temanggung)

(Sriyanto – Balitbang Prov. Jateng)………... 147 – 162 8. MODEL PEMBERDAYAAN PEREMPUAN NELAYAN DI KABUPATEN

DEMAK

(Studi Kasus di Desa Morodemak)

(Tri Risandewi – Balitbang Prov. Jateng)………... 163 – 177 9. PENANGANAN ANAK PUTUS SEKOLAH DI JAWA TENGAH

(Mursid Zuhri, Resti Dwiyantoro – Balitbang Prov. Jateng)………... 178 – 186 10. PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR DI JAWA TENGAH

(Studi Kasus Kabupaten Batang dan Pati)

(4)

Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.12 No.2 – Desember 2014 109

PENGARUH pH, LAMA PEMANASAN, SUHU PEMANASAN, KADAR GARAM DAN KADAR GULA TERHADAP STABILITAS

EKSTRAK BUNGA BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L)

THE EFFECT OF pH, HEATING DURATION, TEMPERATURE DURATION, SALT AND SUGAR LEVELS TOWARD STABILITY OF

STARFRUIT FLOWER EXTRACT Haslina dan Sri Budi Wahjuningsih

Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Semarang,

Email: chana_panca@yahoo.com, sribudiwahjuningsih@yahoo.com

ABSTRACT

The aim of this research was to know on flower to ethanol ratio influence and the extraction time on starfruit flower extract. The research was also aimed to know pH, heating and temperature duration, salt and sugar levels effect at stability of starfruit flower extract. This research was conducted in two factorial randomized block design. The first factor was flower to ethanol ratio (1:1 b/v), (1:3 b/v) and (1:5 b/v) and the second factor was time extraction 40, 50 and 60 minute. Each treatment combination was conducted in triplication.The result of this research was analyzed using Anova, followed by 5 %. If it had interaction, it would be continued by DMRT 5% test. The result showed that on flower to ethanol ratio and time extraction influence significantly (p<0,05) on yield, pH, anthocyanin, colour intensity and vitamine C. Extract with on flower to ethanol ratio and time extraction as follows: yield of 26 %, pH of 3,91, anthocyanin content of 4,72 ppm and colour intensity of 22,35. Starfruit flower extract stable at 1-4, heating duration 70-80°C, temperature duration 0-90 minute, salt levels2-10% and sugar levels 10-50 %.

Keywords: extract, anthocyanin, starfruit

PENDAHULUAN

Penentuan bahan makanan pada

umumnya sangat bergantung pada

beberapa faktor antara lain cita rasa, warna, tekstur dan nilai gizi serta mikrobiologisnya. Tetapi faktor yang paling mudah diamati secara visual dan kadang-kadang sangat menentukan adalah warna (Winarno, 2004).

Dewasa ini penggunaan zat warna sudah semakin luas terutama dalam makanan dan minuman, karena warna makanan memberikan daya tarik bagi konsumen. Zat warna menurut asalnya terdiri dari zat warna alami dan zat warna sintetikya. Salah satu pigmen yang dapat diekstrak dari sumber bahan alami adalah

antosianin yang termasuk golongan

senyawa flavonoid. Pigmen ini berperan terhadap timbulnya warna merah hingga biru pada beberapa bunga, buah dan daun (Andersen dan Bernard, 2001).

Senyawa antosianin merupakan sumber pewarna alami yang terdapat pada beberapa jenis tanaman, salah satunya adalah belimbing wuluh. Bunga belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) merupakan salah satu sumber pigmen antosianin yang belum banyak dimanfaatkan. Kelebihan dari bunga belimbing wuluh adalah umur panen singkat, mudah batuk (Anonim, 2004).

Antosianin adalah pigmen yang bersifat larut air, terdapat dalam bentuk aglikon sebagai antosianidin dan glikon

(5)

Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.12 No.2 – Desember 2014

110

sebagai gula yang diikat secara glikosidik. Bersifat stabil pada pH asam, yaitu sekitar 1-4, dan menampakkan warna oranye, merah muda, merah, ungu hingga biru (Li, 2009; Lewis dkk, 1997). Kestabilan pigmen antosianin sangat dipengaruhi oleh pH, temperatur, sinar, oksigen serta faktor lainnya seperti kadar gula dan garam. Pada umumnya antosianin lebih stabil dalam kondisi asam, media bebas oksigen dan dalam kondisi suhu dingin dan gelap. Hasil penelitian Konga dkk (2007) menunjukkan bahwa pigmen antosianin mempunyai daya antioksidatif 3-4,5 kali dari vitamin E, dan dapat membantu menyembuhkan beberapa penyakit (Madhavi dkk, 1996), seperti diabetes melitus (Miyake dkk 1998). Ekstrak antosianin bunga belimbing wuluh dilakukan dengan rasio bunga:etanol (1:1) dan waktu ekstraksi 40 menit. Pada ekstrak bunga belimbing wuluh pelarut yang digunakan adalah etanol. Tujuan dari penggunaan etanol tersebut disebabkan sifat antosianin yang larut dalam alkohol dan optimal pada asam (Khuluk dkk, 2007).

Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh pH, lama

pemanasan, suhu pemanasan, kadar garam dan kadar gula terhadap stabilitas ekstrak dari bunga belimbing wuluh (averrhoa

bilimbi) sebagai pewarna alami pada

makanan.

METODE PENELITIAN Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan untuk

ekstraksi adalah bunga belimbing wuluh yang yang berukuran kecil berbentuk bintang warnanya ungu kemerahan dari percabangan pohon lebih kurang umur 2 minggu), etanol, kertas saring dan tisue.

Bahan yang digunakan untuk analisis adalah aquabides, etanol, asam asetat, garam dan gula.

Beberapa peralatan yang

dipergunakan adalah becker glass, blender,

waterbath, spektrofotometer, pH meter dan

beberapa peralatan gelas untuk analisis.

Metode

Bunga dicuci dengan air sampai

bersih untuk menghilangkan kotoran

kemudian ditiriskan. Bunga yang telah

dikeringanginkan kemudian ditimbang

sebanyak 20 g.Sebanyak 20 gram bunga yang siap diekstrak dimasukkan ke dalam blender sesuai rasio (bunga:etanol) (1:1)

(b/v), (1:3) (b/v) dan (1:5) (b/v).

Selanjutnya diblender untuk memperkecil ukuran selama 5 menit. Dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan dilakukan proses ekstraksi dengan waktu ekstraksi sesuai perlakuan (40, 50 dan 60 menit) pada suhu

60°C. Ekstrak disaring dengn

menggunakan penyaring vakum untuk memisahkan ekstrak. Dipekatkan dengan evaporator vakum suhu 70 °C dan tekanan 220 mbar selama 20 menit untuk memisahkan etanol. Perlakuan terbaik dianalisis stabilitas warna pada pH, lama pemanasan, suhu pemanasan, kadar gula dan kadar garam. Stabilitas warna ditera absorbansinya pada 517 nm.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Bunga Belimbing Wuluh

Karakteristik bunga belimbing

wuluh dapat dilihat pada Tabel 1. Pada

tabel tersebut diperoleh kandungan

antosianin bunga belimbing wuluh sebesar 38,62 mg/100g dengan kecerahan warna 40,38 serta aktivitas antioksidan sebesar 37,63 %.

(6)

Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.12 No.2 – Desember 2014 111

Tabel 1. Karakteristik bunga belimbing wuluh Parameter Nilai Air 86,78 % Abu 1,60 % Lemak 2,17 % Protein 0,68 % Karbohidrat 8,76 % Serat Kasar 1,51 % Vitamin C 3,36 mg/100g Tanin 6,67 % Antosianin 38,62 mg/100g Kecerahan 40,38 Antioksidan 37,63 % Total asam 0,41 %

Sumber : Data Terolah (2014)

Karakteristik Ekstrak Bunga Belimbing Wuluh

Hasil ekstrak bunga belimbing wuluh diperoleh rendemen 26 %, pH 3,91, antosianin 4,72 ppm dan intensitas warna 22,35.

Pengaruh pH terhadap Stabilitas Ekstrak Bunga Belimbing Wuluh

Perlakuan berbagai pH terhadap stabilitas ekstrak bunga belimbing wuluh dapat dilihat pada Tabel 2.

Stabilitas ditunjukkan pada absorbansi 517 nm. Perlakuan berbagai pH terhadap stabilitas ekstrak bunga belimbing wuluh ditunjukkan pada Tabel 2 dan Gambar 1. Tabel 2. Pengaruh pH terhadap absorbansi __________________________________ pH Absorbansi __________________________________ 1 0,4339f 2 0,7952g 3 0,3701e 4 0,2316d 5 0,1003b 6 0,0860a 7 0,1386c __________________________________ Keterangan :

1. Hasil merupakan rerata dari tiga kali ulangan

2. Hasil yang diikuti superskrip yang

berbeda menunjukkan beda nyata

(p<0,05)

Gambar 1. pH terhadap absorbansi

Berdasarkan analisis ragam

menunjukkan bahwa pH berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap stabilitas ekstrak

antosianin bunga belimbing wuluh.

Berdasarkan Tabel 2, absorbansi

cenderung menurun seiring dengan

meningkatnya nilai pH. Pada pH rendah (asam) nilai absorbansinya lebih tinggi dibandingkan dengan pH tinggi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Zuzziva dkk. (2012) pada ekstraksi zat warna biru pada bunga telang diperoleh hasil bahwa semakin asam kondisi penyimpanan, nilai absorbansinya semakin tinggi. Antosianin umumnya lebih stabil pada larutan asam dibandingkan larutan netral atau alkali. Menurut Markakis (1982) pada pH 5 ke atas menyebabkan kerusakan pigmen antosianin yang berubah warnanya menjadi tidak berwarna. Pada kondisi asam warna antosianin adalah merah karena struktur antosianin utamanya berada dalam bentuk kation flavinium yang berwarna merah. Peningkatan pH mengakibatkan warna antosianin memudar karena kation flavium merah mengalami hidrasi menjadi struktur tidak berwarna karbinol. Pada pH yang

0 0.6 1.2 1.8 1 2 3 4 5 6 7 n ila i a b so rb an si )= 517 n m pH 1 2 3 4 5 6 7

(7)

Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.12 No.2 – Desember 2014

112

lebih tinggi antosianin berwarna biru keunguan karena terdegradasi menjadi kuonoidol. Oleh karena itu aplikasi

antosianin pada umumnya banyak

digunakan pada makanan asam seperti jam, jus dsb.

Pengaruh Lama Pemanasan terhadap Stabilitas Ekstrak Bunga Belimbing Wuluh

Perlakuan berbagai lama

pemanasan terhadap stabilitas ekstrak bunga belimbing wuluh dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengaruh lama pemanasan terhadap absorbansi

__________________________________ Lama Pemanasan Absorbansi __________________________________ 0 menit 0,3708a 30 menit 0,4260a 60 menit 0,6180b 90 menit 0,6819c __________________________________ Keterangan :

1. Hasil merupakan rerata dari tiga kali ulangan

2. Hasil yang diikuti superskrip yang

berbeda menunjukkan beda nyata

(p<0,05)

Perlakuan berbagai lama pemanasa terhadap stabilitas ekstrak bunga belimbing wuluh ditunjukkan pada Tabel 3 dan Gambar 2.

Gambar 2. Lama pemanasan terhadap absorbansi

Berdasarkan analisis ragam

menunjukkan bahwa berbagai lama

pemanasan berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap stabilitas ekstrak antosianin bunga belimbing wuluh. Pada Tabel 3 terlihat ekstrak bunga belimbing wuluh masih stabil sampai lama pemanasan 90 menit. Naiknya suhu akan menginduksi

rusaknya struktur antosianin dengan

mekanisme terjadinya hidrolisis ikatan glikosidik antosianin dan menghasilkan aglikon-aglikon yang labil serta terbukanya cincin pirilium sehingga terbentuk cincin karbonol dan kalkon yang tidak berwarna (Giusti dan Wrolstad, 2001).

Pengaruh Suhu Pemanasan terhadap Stabilitas Ekstrak BungaBelimbing Wuluh

Perlakuan berbagai suhu

pemanasan terhadap stabilitas ekstrak bunga belimbing wuluh dapat dilihat pada Tabel 4 dan Gambar 3.

(8)

Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.12 No.2 – Desember 2014 113

Tabel 4. Pengaruh suhu pemanasan terhadap absorbansi

__________________________________

Suhu Pemanasan Absorbansi __________________________________ 70°C 0,3118a 80°C 0,4268c 90°C 0,3872b __________________________________ Keterangan :

1. Hasil merupakan rerata dari tiga kali ulangan

2. Hasil yang diikuti superskrip yang

berbeda menunjukkan beda nyata

(p<0,05)

Gambar 3. Suhu pemanasan terhadap absorbansi

Berdasarkan analisis ragam

menunjukkan bahwa berbagai suhu

pemanasan berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap stabilitas ekstrak antosianin bunga belimbing wuluh.

Suhu memiliki peranan dan

pengaruh yang sangat penting terhadap

kestabilan antosianin. Semakin

meningkatnya suhu pemanasan dapat menyebabkan hilangnya glikosil pada

antosianin dengan hidrolisis ikatan

glikosidik. Aglikon yang dihasilkan kurang stabil dan menyebabkan hilangnya warna antosianin.

Tabel 4 terlihat bahwa, ekstrak

antosianin bunga belimbing wuluh

meningkat sampai suhu pemanasan 80oC

dan mulai menurun pada suhu 90oC.

Gambar 3 menunjukkan bahwa absorbansi atau stabilitas warna semakin meningkat sampai suhu pemanasan 80oC, dan setelah itu nilai absorbansinya menurun, artinya warna merah akan berkurang. Menurut hasil penelitian Ponting dkk (1960) dikutip

Wijaya dkk (2001) tentang efek

pemanasan pada sari buah anggur

dijelaskan bahwa pemanasan sangat

berpengaruh pada stabilitas warna dan dapat menyebabkan warna menjadi pucat. Menurut Markakis (1982) dalam Wijaya dkk (2001), menurunnya stabilitas warna karena pada suhu tinggi diduga terjadi

dekomposisi antosianin dari bentuk

aglikon menjadi kalkon (tidak berwarna).

Pengaruh Kadar Garam terhadap Stabilitas Ekstrak Bunga Belimbing Wuluh

Perlakuan berbagai kadar garam terhadap stabilitas ekstrak bunga belimbing wuluh dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 4.

Tabel 5. Pengaruh kadar garam terhadap absorbansi

__________________________________

Kadar Garam Absorbansi __________________________________ 2 % 0,1089a 4 % 0,1381d 6 % 0,1310c 8 % 0,1247b 10 % 0,1488e __________________________________ Keterangan :

1. Hasil merupakan rerata dari tiga kali ulangan

2. Hasil yang diikuti superskrip yang

berbeda menunjukkan beda nyata

(p<0,05)

Berdasarkan analisis ragam

menunjukkan bahwa berbagai kadar garam

0 0.2 0.4 0.6 0.8 70 80 90 n ila i a b so rb an si ( λ)= 51 7 nm Suhu Pemanasan (C ͦ ) 70 80 90

(9)

Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.12 No.2 – Desember 2014

114

berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap

stabilitas ekstrak antosianin bunga

belimbing wuluh.

Gambar 4. Kadar garam terhadap absorbansi

Gambar 4 menunjukkan bahwa warna merah dari bunga belimbing wuluh tetap stabil sampai kadar garam 10%. Hal ini diduga karena sampai kadar garam 10% belum terjadi reaksi yang kuat antara garam dan gugus reaktif pada pigmen

pemberi warna merah, sehingga

menyebabkan gugus reaktif pemberi warna merah tetap stabil.

Pengaruh Kadar Gula terhadap Stabilitas Ekstrak Bunga Belimbing Wuluh

Perlakuan berbagai kadar gula terhadap stabilitas ekstrak bunga belimbing wuluh dapat dilihat pada Tabel 6 dan Gambar 5.

Berdasarkan analisis ragam menunjukkan bahwa berbagai kadar gula berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap stabilitas ekstrak antosianin bunga belimbing wuluh.

Tabel 6. Pengaruh kadar gula terhadap absorbansi

__________________________________ Kadar Gula Absorbansi __________________________________ 10 % 0,1192a 20 % 0,1209a 30 % 0,1371b 40 % 0,1645b 50 % 0,2010c __________________________________ Keterangan :

1. Hasil merupakan rerata dari tiga kali ulangan

2. Hasil yang diikuti superskrip yang

berbeda menunjukkan beda nyata

(p<0,05)

Gambar 5. Kadar gula terhadap absorbansi

Tabel 6 dan Gambar 5

menunjukkan bahwa, kadar gula

mempengaruhi stabilitas ekstrak pigmen

antosianin bunga belimbing wuluh.

Semakin tinggi kadar gula menyebabkan warna bunga belimbing wuluh keruh sehingga warna merah semakin pudar dan berakibat menurunkan stabilitas pigmen.

Hasil penelitian berlawanan dengan

penelitian de Man (1997) dan Sudarmanto dkk (1990) yang menyatakan bahwa kadar gula akan mempengaruhi laju rusaknya pigmen antosianin. Namun pada penelitian ini kadar antosianin masih stabil sampai kadar gula 50%. 0 0.2 0.4 0.6 0.8 2 4 6 8 10 ni la i a bso rba nsi ( λ)=517 nm Kadar Garam (%) 2 4 6 8 10 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 10 20 30 40 50 n ila i a b so rb an si ( λ)=51 7 nm Kadar Gula (%) 10 20 30 40 50

(10)

Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.12 No.2 – Desember 2014 115

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada Dirjen DIKTI yang telah memberikan bantuan dana penelitian melalui program penelitian

Hibah Bersaing Tahun 2013, dan

mahasiswa yang terlibat penelitian ini.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Ekstrak dengan rasio

(bunga:etanol) (1:1 b/v) dan waktu

ekstraksi 40 menit menghasilkan

karakteristik terbaik dengan rendemen 26

%, pH 3,91, kadar antosianin 4,72 ppm dan intensitas warna merah 22,35.

Ekstrak bunga belimbing wuluh stabil pada pH 1-4, lama pemanasan 70-80°C, suhu pemanasan 0-90 menit, kadar garam 2-10 % dan kadar gula 10-50 %.

Saran

Hasil ektsrak terbaik yaitu rasio (bunga:etanol) (1:1 b/v) dan waktu ekstraksi 4 menit akan diaplikasikan pada serbuk effervescent.

DAFTAR PUSTAKA

Andersen, O.M. dan Bernard, K (2001). Chemistry, analysis and application of anthocyanin pigments from flowers, fruits and vegetables.

Available at

http://www.Uib.no/makerere-uib/Subprojec t % 201.htm-18 (3 Mei 2011).

Anonim. (2004). Belimbing wuluh. Iptek

Net. http://iptek.net.id cakra

obat/tanaman obat php?id:69 (4 Pebruari 2004).

de Man, JM. (1997). Kimia Makanan,

Institut Teknologi Bandung,

Bandung.

Giusti, M.M dan Wrolstand, R.E. (2001). Characterization and measurement of anthocyanins by UV visible

spectroscopy. Journal of C

urrent Protocol in Food

Analytical Chemistry

F1.2.1-F1.2.13.

Khuluk, A.D, Widjanarko, B.S dan Murtini., E.S. (2007). Ekstraksi dan stabilitas daun darah : Kajian perbandingan pelarut air:etanol dan suhu estraksi. Jurnal Teknologi

Pertanian 8 (3):169-178.

Lewis, D.H., Bloor, S.J. dan Itchell, K.A.

(1997). Flower colour in

cymbidium, what makes up the

colour you

see?.http://www.crop.cri/nz/meida

kit/Release/971308835.htm. (17

Maret 2014).

Li, J. (2009). Total Anthocyanin Content in

Blue Corn Cookies as Affected by

Ingredients and Oven Types.

Disertation. Departement of Grain Science and Industry Collage of Agriculture. Kansas University. Manhattan, Kansas, Pp 111.

Madhavi, D.L., Desphpande, S.S. dan Dalunkhe, D.K. (1996). Food

Antioxidants, Technological,

Toxicological and Health

Perspectives. IV Series. Marcel

Dekker, Inc. New York-Bassel-Hongkong.

Markakis, P. (1982). Anthocyanins as

Food Colors. Di dalam

Anthocyanins as Food Colors. Markakis P (ed). 1982. Academic Press, New York.

Miyake, Y., Yamamoto, K. Tsujihara, N., dan Sawa, T., (1998). Protective

Effect of Lemon Flavonoids on Oxidative Stress. Department of

(11)

Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.12 No.2 – Desember 2014

116

Pharmacy, Cairo University, Cairo, Egypt.

Sudarmanto, S dkk. (1996). Analisa Bahan

Makanan dan Pertanian, Penerbit

Liberty, Yogjakarta.

Zussiva, A. dan Laurent, B.K, (2012). Ekstraksi dan analisis zat warna biru (anthosianin) dari bunga telang (Clitoria ternatea) sebagai pewarna alami, Jurnal Teknologi Kimia dan

Industri Volume 1, No.1, halaman

356-365.

Wijaya, S.I, Widjanarko, B.S, Susanto, T. (2001). Ekstraksi dan karakterisasi pigmen dari kulit buah rambutan (Nephelium lappuceum) van Binjai, Biosain, Volume 1 No.2 Malang, Universitas Brawijaya.

Winarno, F., G. (2004). Kimia Pangan dan

Gizi. Jakarta: PT. Gramedia.

Wrolstad, R. (2001). The possible health of

anthocyanin pigmens and

polyphenolics. diakses dari http:/lpt oreganostate edu sell anthocyanin html pada April 2011.

Gambar

Tabel 2. Pengaruh pH terhadap absorbansi  __________________________________   pH                                Absorbansi  __________________________________    1   0,4339 f   2   0,7952 g   3                                     0,3701 e   4   0,2316 d
Tabel 3. Pengaruh lama pemanasan  terhadap absorbansi
Gambar 3. Suhu pemanasan terhadap  absorbansi
Gambar  4  menunjukkan  bahwa  warna  merah  dari  bunga  belimbing  wuluh  tetap  stabil  sampai  kadar  garam  10%

Referensi

Dokumen terkait

Universitas Negeri Semarang. Hery Suroso, ST, MT. Perkembangan penduduk dari tahun ketahun berkorelasi positif dengan bertambahnya kebutuhan pemukiman. Berbagai inovasi bahan

“dalam rangka menyediakan koleksi yang sesuai dengan minat baca pemustaka, usaha yang dilakukan oleh badan arsip perpustakaan dan dokumentasi kota palembang yaitu

Habitat dan Ekologi : Spesies ini dapat ditemukan di hutan dataran rendah hingga hutan sekunder.. Spesies ini dimukan tinggal di pohon y ang

FPI dan MMI dapat dianggap sebagai dua ormas yang konsisten dalam menanggapi isu-isu yang terkait dengan Islam sekaligus merupakan ormas-ormas dengan kekuatan

Model sistem diagnosis seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1 untuk proses feature selection dengan information gain menghasilkan atribut yang diranking

Jalan Kuchai Lama.58200 Kuala Lumpur. Murid-murid yang berumur 8 tahun yang kini berada di tahun dua bukan semua mempunyai kebolehan pembelajaran yang baik. Murid-murid ini

Cost of Equity yang menjadi tingkat diskonto dalam perhitungan harga wajar saham pada Gordon Growth Model adalah sama dengan yang digunakan CAPM pada persamaan (4-2) yaitu :..

Penelitian Sujana (2010) menunjukkan hasil bahwa partisipasi penganggaran, penekanan anggaran, komitmen organisasi dan ketidakpastian lingkungan tidak berpengaruh