• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASAN KESEHATAN TEMPAT-TEMPAT UMUM DI UPT PUSKESMAS SINDANGJAYA KOTA BANDUNG 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASAN KESEHATAN TEMPAT-TEMPAT UMUM DI UPT PUSKESMAS SINDANGJAYA KOTA BANDUNG 2018"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASAN KESEHATAN

TEMPAT-TEMPAT UMUM DI UPT PUSKESMAS SINDANGJAYA

KOTA BANDUNG 2018

Ayu Laili Rahmiyati1, Zenica Bela2

1Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi Bandung 2Puskesmas Sindangjaya Kota Bandung

(ayunasihin@gmail.com, 081289248964)

ABSTRAK

Isu sanitasi di tempat-tempat umum merupakan salah satu indikator kesehatan lingkungan, karena tempat umum merupakan tempat bertemunya berbagai anggota masyarakat dengan berbagai sumber penyakit yang berpotensi menyebarkan segala penyakit. Berdasarkan data Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI, secara nasional prosentase TTU yang telah memenuhi syarat kesehatan pada tahun 2016 adalah mencapai 52,46%, pencapaian ini telah melebihi target Renstra Kementrian Kesehatan 2016 yaitu 52%. Provinsi dengan prosesntase tertinggi adalah Kalimantan Utara (89,47%), Kep. Bangka Belitung (88,53%) dan Bengkulu (86,76%) sedangkan Provinsi Jawa Barat tidak termasuk 3 tertinggi karena nilai capaiannya masih 71,81%.Tujuan analisis pelaksanaan program pengawasan TTU ini dilakukan untuk mengetahui gambaran situasi TTU, pelaksanaan dan hambatan pelaksanaan pengawasan TTU di Puskesmas Sindangjaya Kota Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi dan studi dokumentasi. Hasil penelitian yaitu pengawasan Tempat-Tempat Umum yang ada diwilayah UPT Puskesmas Sindangjaya yang berjumlah 67 sarana, 43 diantaranya telah diperiksa dan memenuhi syarat dengan presentase 64%. Sedangkan target pengawasan Tempat-Tempat Umum adalah 75% masih dibawah target. Dalam pelaksanaan progam pengawasan TTU tersebut, hanya terdapat 2 orang sanitarian, belum adanya pencatatan dan pendokumentasian,belum adanya tindak lanjut dari hasil kunjungan, sehingga setelah pemeriksaan selesai tidak direncanakan kembali kapan kunjungan selanjutnya, untuk meninjau kembali apakah saran dari kunjungan sebelumnya sudah diperbaiki atau belum. Selain itu, kegiatan promosi kesehatan terkait sarana TTU belum pernah dilaksanakan, kurangnya kordinasi petugas sanitarian dengan kader/RW terkait keberadaan TTU. Kesimpulan penelitian yaitu pelaksanaan program pengawasan TTU penting adanya perencanaan, penjadwalan kunjungan pengawasan TTU, pendokumentasian, perlunya standar pencatatan dalam pengawasan TTU, perlunya koordinasi dengan masyarakat/kader RW setempat, sehingga dengan adanya keterbatasan pegawai sanitasi dapat diatasi dengan bantuan para kader dalam pengawasan TTU, penting adanya peraturan yang mengenai pengawasan TTU karena berpotensi sebagai tempat terjadinya penularan penyakit, pencemaran lingkungan maupun gangguan kesehatan lainnya.

(2)

ABSTRACT

The issue of sanitation in public places is one of the indicators of environmental health, because the public place is a meeting place of various members of the community with various sources of diseases that have the potential to spread all diseases. Based on data from the Directorate General of Public Health Ministry of Health, nationally the percentage of TTU that has fulfilled the health requirement in 2016 is 52.46%, this achievement has exceeded the target of Renstra Ministry of Health 2016, 52%. Provinces with the highest percentage were North Kalimantan (89.47%), Kep. Bangka Belitung (88.53%) and Bengkulu (86.76%) while West Java Province excludes the highest 3 because the value is still 71.81%. The purpose of the analysis of the implementation of TTU supervision program was conducted to find out the situation of TTU, implementation and obstacles of TTU supervision implementation at Puskesmas Sindangjaya Bandung. Method: Qualitative research method. Data collection was done by interview and observation and documentation study. Result: Supervision of Public Places in the area of UPT Puskesmas Sindangjaya which amounted to 67 means, 43 of which have been checked and fulfill the requirement with 64% percentage. While the target of Public Places surveillance is 75% is still below target. In the implementation of the TTU supervision program, there are only 2 sanitarians, no record and documentation, no follow-up from the visit result, so that after the inspection is not re-planned any subsequent visits, to review whether suggestions from previous visits have been improved or not. . In addition, health promotion activities related to TTU facilities have never been implemented, lack of coordination of sanitarian officers with cadres / RW related to the existence of TTU. Conclusion: The implementation of the TTU supervision program is important in the planning, scheduling of TTU supervision visits, documentation, the need for recording standards in TTU supervision, the need for coordination with local RW community / cadres so that with limited sanitation personnel can be overcome with the help of cadres in TTU supervision, the existence of regulations concerning the supervision of TTU because of potential as a place for the occurrence of disease transmission, environmental pollution or other health problems.

(3)

A. PENDAHULUAN

Isu sanitasi merupakan masalah yang perlu diperhatikan semua pihak karena berkaitan dengan seluruh kegiatan manusia (Fachri, 2013).Sanitasi yang tidak sehat berpotensi menimbulkan berbagai macam penyakit.Karena itu, kampanye sanitasi sehat harus terus digalakkan. Sekitar 2,4 juta kematian di dunia (4,2% dari jumlah semua kematian) dapat dicegah setiap tahun jika semua orang menjaga kebersihan dengan baik dan memiliki fasilitas sanitasi dan air bersih yang memadai (Bartram & Cairncross, 2010).

Di antara masalah utama yang menjadi penyebab masalah sanitasi di negara-negara berkembang menurut WHO (2010) dalam Itchon dan Gensch (2013) adalah: kurangnya prioritas yang diberikan pada sektor sanitasi, kurangnya sumber daya keuangan, kurangnya keberlanjutan pelayanan air bersih dan sanitasi, perilaku kebersihan yang buruk dan sanitasi yang tidak memadai di tempat-tempat umum termasuk rumah sakit, puskesmas, sekolah dan lain-lain.

Pusat Kesehatan Masyarakat yang biasa disebut Puskesmas merupakan sarana fasilitas kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setingi-tingginya di wilayah kerjanya. Salah satu pelayanan kesehatan yang terdapat di puskesmas adalah pelayanan kesehatan lingkungan yaitu merupakan salah satu bagian dari pelayanan puskesmas yang bertujuan mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial guna mencegah penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor risiko lingkungan. (Permenkes No. 13 Tahun 2015).

Faktor risiko lingkungan adalah hal, keadaan, atau peristiwa yang berkaitan dengan

kualitas media lingkungan yang mempengaruhi atau berkontribusi terhadap terjadinya penyakit dan/atau gangguan kesehatan.Lingkungan merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.Setiap Puskesmas wajib menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Lingkungan.

Berdasarkan Indikator SPM Permenkes No 828/Menkes/IX/2008), Kegiatan pelayanan kesehatan lingkungan dilakukan dalam bentuk : konseling terhadap pasien yang menderita penyakit berbasis lingkungan, inspeksi kesehatan lingkungan dengan pengamatan fisik media lingkungan dan intervensi kesehatan lingkungan dari data yang didapatkan. Terdapat beberapa cakupan dalam menentukan derajat kesehatan lingkungan di suatu wilayah, diantaranya; cakupan rumah sehat, cakupan jamban sehat, cakupan keluarga dengan sumber air minum terlindung, cakupan pengawasan tempat – tempat umum (TTU) dan cakupan tempat pengelolaan makanan (TPM).

Salah satu indikator kesehatan lingkungan adalah tempat–tempat umum (TTU). Menurut Mukono (2006), sanitasi di tempat-tempat umum, merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup mendesak. Karena tempat umum merupakan tempat bertemunya masyarakat dengan segala penyakit yang berpotensi diderita anggota masyarakat. Oleh sebab itu, tempat umum bisa menjadi tempat menyebarnya segala penyakit terutama penyakit yang medianya makanan, minuman, udara dan air.Dengan demikian sanitasi tempat-tempat umum harus memenuhi persyaratan kesehatan untuk melindungi, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Tempat-tempat umum (TTU) perlu terus dipantau dan dibina tentang keadaan lingkungan dan upaya untuk menciptakan lingkungan sehatnya secara terus menerus oleh tenaga kesehatan.Hal ini disebabkan karena tempat–tempat umum berpeluang menjadi sumber tempat tersebarnya

(4)

wabah penyakit.Tempat-tempat umum (TTU) merupakan suatu sarana yang dikunjungi banyak orang dan berpotensi menjadi tempat persebaran penyakit.

Penularan penyakit dapat terjadi di tempat-tempat umum karena kurang tersedianya air bersih dan jamban, kurang baiknya pengelolaan sampah dan air limbah, kepadatan vektor berupa lalat dan nyamuk, kurangnya ventilasi dan pencahayaan, kebisingan dan lain-lain. Tempat-tempat umum yang tidak sehat dapat menimbulkan berbagai penyakit antara lain diare, infeksi saluran pernafasan akut serta penyakit-penyakit akibat terpapar asap rokok, seperti : penyakit paruparu, jantung dan kanker, yang selanjutnya dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia dan berpotensi menjadi tempat persebaran penyakit.

Berdasarkan Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, tahun 2017, secara nasional persentase TTU yang telah memenuhi syarat kesehatan pada tahun 2016 adalah mencapai 52,64%, pencapaian ini telah melebihi target Renstra Kementerian Kesehatan 2016 yaitu 52%. Namun capaian tersebut cenderung menurun dibandingkan capaian tahun 2015 (61,44%). Provinsi dengan persentase tertinggi adalah Kalimantan Utara (89,47%), Kep. Bangka Belitung (88,53%), dan Bengkulu (86,76%) sedangkan Provinsi Jawa Barat tidak termasuk 3 teringgi karena nilai capaiannya masih 71,81%.

Berdasarkan pencatatan pelaporan kabupaten/kota di Jawa Barat selama tahun 2016 tercatat 36.049 buah Tempat-tempat umum (TTU) yang terdiri dari sarana pendidikan sebanyak 32.893 buah, sarana kesehatan (RS dan Puskesmas) sebanyak 1.378 buah dan hotel sebanyak 1.778, diketahui 23.860 buah (66,19%)

B. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pndekatan kualitatif. Alasan peneliti menggunakan

dinyatakan memenuhi syarat kesehatan, akan tetapi masih terdapat 12.189 buah (33,81%) TTU yang belum memenuhi syarat kesehatan. Cakupan Tempat Tempat Umum (TTU) tertinggi di Kota Cirebon sebesar 96,9% sedangkan Kota Bandung sebesar53,1% nilai ini cukup jauh dengan Kota Cirebon yang sudah hampir 100% (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2016).

Menurut Profil Dinas Kesehatan Kota Bandung tahun 2016, Tempat-tempat umum meliputi terminal, pasar, tempat ibadah, station, tempat rekreasi, dan lain-lain.Tempat-tempat umum yang diulas dalam profil kesehatan ini adalah sarana pendidikan, sarana kesehatan, dan hotel yang totalnya berjumlah sebanyak 1.756 titik. Sebanyak 1.332 TTU atau 75,85 % diantaranya telah memenuhi syarat kesehatan. Persentase TTU memenuhi syarat tahun 2016 meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 75,73%. Cakupan tertinggi diperoleh Kecamatan Gedebage dengan presentase 100% sedangkan beberapa Kecamatan lain masih cukup jauh tertinggal seperti kecamatan Mandalajati (60%), Sukajadi (65%), Cicendo (66%).

Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Kota Bandung tahun 2016, salah satu Kecamatan yang cakupan TTU nya masih terbilang rendah yaitu Kecamatan Mandalajati yang merupakan wilayah kerja UPT Puskesmas Sindangjaya memiliki jumlah TTU sebanyak 50 titik diantaranya 30 SD, 10 SLTP, 5 SLTA dan 5 puskesmas. Presentasi TTU yang memenuhi syarat masih 60% dan tergolong lebih rendah bila dibandingkan dengan UPT Puskesmas yang lain seperti UPT Puskesmas Riung Bandung Kecamatan Gedebage yang sudah mencapai 100%.

metode tersebut karena penelitian ini berusaha ingin mengetahui atau menggali secara mendalam tentang fenomena atau permasalahan yang menjadi

(5)

fokus penelitian, dengan menganalisis data sekunder,dan wawancara langsung untuk menggali data primer.Pengumpulan data pada penelitian kualitatif dilakukan secara natural atau alamiah,

C. HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian, UPT Puskesmas Sindangjaya dengan meningkatkan upaya Pembangunan Kesehatan Kota Bandung sedang terus melakukan peningkatan mutu

sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada obeservasi berperan serta (participation obeservation).

pelayanan, evaluasi dan perbaikan-perbaikan dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Berikut data demografi dan tempat-tempat umum.

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Wilayah

Kerja UPT Puskesmas Sindangjaya Tahun 2016

NO KELOMPOK UMUR JUMLAH

1 0-4 2.091 2 5-14 7.284 3 15-44 9.464 4 45-64 5.414 5 >65 1.100 Jumlah 25.353

(Sumber data : Laporan Kependudukan Kelurahan Sindangajya dan Kelurahan Pasir Impun, tahun2016)

Berdasarkan tabel 3.1, penduduk wilayah kerja UPT Puskesmas Sindangjaya sebesar 25.353 orang dengan jumlah kelurahan 2 yaitu Kelurahan Sindangjaya dan Kelurahan Pasir impun. Komposisi

jumlah penduduk terbanyak terdapat pada kelompok umur 15-44 tahun sebanyak sebanyak 9.464 orang dan jumlah penduduk terrendah yaitu kelompok umur >65 tahun sebanyak 1.100.

a. Tingkat Pendidikan

Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan yang

Ditamatkan Di Wilayah UPT Puskesmas Sindangjaya Tahun 2016

NO Pendidikan Jumlah 1 Belum Sekolah 1.737 2 Tidak tamat SD 4.780 3 SD 5.054 4 SLTP 5.789 5 SMU 5.004 6 D1/D3 1.738 7 PT 1.251 Jumlah 25.353

(6)

Berdasarkan tabel 3.2, jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di wilayah kerja UPT Puskesmas Sindangjaya paling banyak adalah SLTP dengan jumlah 5.789 orang

sedangkan yang paling rendah adalah Perguruan Tinggi yaitu sebesar 1.251 orang.

c. Mata pencaharian Penduduk

Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Di Wilayah

Kerja UPT Puskesmas Sindangjaya Tahun 2016

NO Jenis Mata Pencaharian Jumlah

1 Pegawai Negeri 1.229 2 TNI/POLRI 65 3 Pegawai Swasta 5.306 4 Tani 1.497 5 Dagang 5.004 6 Pelajardanmahasiswa 961 7 Pensiunan 833 8 Lain-lain 10.458

(Sumber data : Laporan Kependudukan Kelurahan Sindangajya dan Kelurahan Pasir Impun, tahun2016)

Berdasarkan tabel 3.3, mata pencaharian tertinggi di wilayah kerja UPT Puskesmas Sindangjaya adalah lain-lain sebesar 10.458

orang dan terendah adalah TNI/POLRI dengan jumlah 65 orang.

Data 10 Pola Penyakit Terbanyak Penderita Umum di wilayah UPT Puskesmas Sindangjaya Tahun 2016

Tabel 3.4 Jumlah 10 Pola Penyakit Terbanyak Penderita UmumDi Wilayah

Kerja UPT Puskesmas Sindangjaya Tahun 2016

No Jenis Penyakit Jumlah

1 Common Cold 1867

2 Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut 1565

3 Hipertensi Essensial 1484 4 Myalgia 750 5 Batuk 652 6 Dispepsia 649 7 Sakit Kepala 601 8 Derrmatitis 475

9 Diare dan Gastroenteritis 388

10 Faringitis Akut 317

(Sumber data : Laporan tahunan UPT Puskesmas Sindangjaya tahun 2016)

Berdasarkan tabel 3.4, kecenderunganpola penyakit pasien yang berobat ke Puskesmas adalah masalah pernafasan. Hal ini menunjukkan adanya faktor risiko polutan yang ditimbulkan dari

lingkungan yang kurang sehat. Setelah itu, penyakit nyeri sendi dan hipertensi. Hal ini menunjukkan adanya perubahan pola hidup yang mengarah pada penyakit degeneratif.

(7)

Cakupan pengawasan program kesehatan lingkungan adalah sebagai berikut: a) Pengawasan Rumah Sehat

Tabel 3.5 Cakupan Pengawasan Rumah di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sindangjaya Tahun 2017

NO Uraian Jumlah Pencapaian Target

1 Rumah Yang Ada 6.040

41,40% 75%

2 Rumah Yang di Periksa 4.275

3 Rumah Yang Sehat 2.500

4 Rumah Yang Memenuhi Syarat 41,40%

(Sumber data : Program Kesling tahun 2017)

Berdasarkan tabel 3.5, dari 6.040 rumah yang ada sudah 2.500 rumah yang telah diperiksa dan sehat. Pencapaian dari cakupan pengawasan rumah sehat adalah 41,40% dari target yaitu 75%.

Hal ini disebabkan, sasaran rumah yang ada memiliki nilai yang besar sedangkan tenaga sanitarian hanya berjumlah 2 orang.

b) Pengawasan Sarana Air Bersih

Tabel 3.6 Cakupan Pengawasan Sarana Air Bersih di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sindangjaya Tahun 2017

NO Uraian Jumlah Pencapaian Target

1 SAB Yang Ada 6.599

59% 80%

2 SAB Yang di Periksa 3.966

3 SAB Yang Sehat 3.900

4 SAB Yang Memenuhi Syarat 59%

(Sumber data : Program Kesling tahun 2017)

Berdasarkan tabel 3.6, dari 6.599 Sarana Air Bersih yang ada sudah 3.900 SAB yang telah diperiksa dan sehat. Pencapaian dari cakupan pengawasan Sarana Air Bersih adalah 59% dari target

yaitu 80%. Hal ini disebabkan, sasaran SAB yang ada memiliki nilai yang besar sedangkan tenaga sanitarian hanya berjumlah 2 orang. Sehingga sasaran belum semua tercapai.

c) Pengawasan Jamban Keluarga

Tabel 3.7 Cakupan Pengawasan Jamban di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sindangjaya Tahun 2017

NO Uraian Jumlah Pencapaian Target

1 JAGA Yang Ada 6.042

71% 75%

2 JAGA Yang Diperiksa 6.036

3 JAGA Yang Sehat 4.298

4 JAGA Yang memenuhi Syarat 71%

(8)

d) Pengawasan SPAL (Sarana Pembuangan Air Limbah)

Tabel 3.8 Cakupan Pengawasan SPAL di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sindangjaya Tahun 2017

NO Uraian Jumlah Pencapaian Target

1 Sarana Pembuangan Air Limbah Yang

Ada 5.168

62,6% 80%

2 Sarana Pembuangan Air Limbah Yang

Diperiksa 4.275

3 Sarana Pembuangan Air Limbah Yang

Sehat 3.235

4 SPAL Memenuhi syarat 62,6%

(Sumber data : Program Kesling tahun 2017)

Berdasarkan tabel 3.8, dari 5.168 sarana pembuangan air limbah (SPAL) yang ada sudah 3.235 SPAL yang telah diperiksa dan memenuhi syarat. Pencapaian dari cakupan pengawasan SPAL adalah 62,6% dari target yaitu 80%.

e) Pengawasan Inspeksi Sanitasi TTU

Tabel 3.9 Cakupan Pengawasan Inspeksi Sanitasi TTU di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sindangjaya Tahun 2017

NO Uraian Jumlah Pencapaian Target

1 Jumlah TTU yang Ada 67

64% 75%

2 Jumlah TTU Yang

diperiksa 43

3 Jumlah TTU Yang Sehat 43

4 % TTU memenuhi syarat 64%

(Sumber data : Program Kesling tahun 2017)

Berdasarkan tabel 3.9, dari 67 TTU yang ada sudah 42 TTU yang telah diperiksa dan memenuhi syarat. Pencapaian dari cakupan pengawasan TTU adalah 64% dari target yaitu 75%.

f) Pengawasan Inspeksi Sanitasi TPM

Tabel 3.10 Cakupan Pengawasan Inspeksi Sanitasi TPM di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sindangjaya Tahun 2017

NO Uraian Jumlah Pencapaian Target

1 Jumlah Sarana TPM Yang Ada 116

49% 75%

2 Jumlah Sarana TPM Yang

Diperiksa 57

3 Jumlah TPM Yang Sehat 57

4 % TPM Memenuhi syarat 49%

(Sumber data : Program Kesling tahun 2017)

Berdasarkan tabel 3.10, dari 116 TPM yang ada sudah 57 TPM yang telah diperiksa dan memenuhi syarat. Pencapaian dari cakupan pengawasan TPM adalah 49% dari target yaitu 75%.

(9)

g) Data Pelaksanaan Program Pengawasan Tempat-tempat Umum (TTU) di UPT Puskesmas Sindangjaya Tahun 2017

Tabel 3.11 Data Jenis Sarana Tempat-tempat umum (TTU) di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sindangjaya Tahun 2017

NO JENIS SARANA

KEL. SINDANGJAYA KEL.PASIRIMPUN

JUMLAH JUMLAH

SARANA DIPERIKSA MS SARANA DIPERIKSA MS A. INSTITUSI YANG DIBINA

1 Rumah Sakit 0 0 0 0 0 0 2 Puskesmas 1 1 1 0 0 0 3 Sarana Kesehatan Lainnya 14 0 0 0 0 0 4 Sekolah 14 4 4 2 2 2 5 Rutan 0 0 0 0 0 0 6 Perkantoran 2 0 0 2 0 0

7 Tempat Penitipan Anak 0 0 0 0 0 0

8 Panti Asuhan 0 0 0 0 0 0

9 Asrama 0 0 0 0 0 0

JUMLAH 31 5 5 4 2 2

B. TEMPAT-TEMPAT UMUM (TTU)

1 Hotel 0 0 0 0 0 0 2 Penginapan 0 0 0 0 0 0 3 Kolam renang 1 0 0 1 0 0 4 Bioskop 0 0 0 0 0 0 5 Pasar (tradisional / modern) 0 0 0 0 0 0 6 T.Rekreasi/Sarana Pariwisata 0 0 0 0 0 0 7 Sanggar senam 1 0 0 0 0 0 8 Fitnes Centre 1 0 0 0 0 0 9 Terminal 0 0 0 0 0 0 10 Bandara 0 0 0 0 0 0 11 Stasiun 0 0 0 0 0 0 12 Mesjid 15 2 2 13 0 0 13 Salon 0 0 0 0 0 0 JUMLAH 18 2 2 14 0 0

(10)

Berdasarkan tabel 3.11, dari 67 TTU yang ada 9 diantaranya sudah di kunjungi pada bulan februari dengan hasil memenuhi syarat kesehatan lingkungan, antara lain : 6 sekolah, 1 puskesmas dan 2 mesjid. Kondisi

di lapangan menunjukan bahwa hubungan pengelola TTU dengan petugas puskesmas sangatlah baik dikarenakan waktu kunjungan tidak menganggu aktivitas dari TTU itu sendiri.

D. PEMBAHASAN

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 menyebutkan bahwa puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya Kecamatan Sehat. Selain melaksanakan tugas tersebut, Puskesmas memiliki fungsi sebagai penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertama dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP), (Profil Kesehatan Jawa Barat Tahun 2017).

Pelaksanaan program pengawasan tempat-tempat umum (TTU) masih terus ditingkatkan. Ditandai dengan belum tercapainya nilai pencapaian program pengawasan tempat-tempat umum (TTU) yang sesuai dengan target yang telah di tetapkan yaitu 75%. Dari 67 TTU yang ada, 43 diantaranya memenuhi syarat dengan presentase 64%. Berarti masih ada kesenjangan pencapaian sebesar 11%. Hal ini disebabkan karena jumlah sasaran yang banyak sedangkan jumlah tenaga terbatas dengan beban kerja yang tidak sedikit. Kurangnya koordinasi petugas sanitarian dengan masyarakat / kader masing-masing RW terkait keberadaan sarana Tempat-tempat Umum (TTU). Masih ada beberapa sarana tempat umum yang belum terdata oleh petugas sanitarian. Seiring berjalannya waktu, banyak sarana tempat-tempat umum yang baru dan

tidak diketahui oleh Puskesmas. Sejauh ini, informasi yang petugas sanitarian dapat berasal dari Kader-kader saat kegiatan posyandu dan belum optimal disetiap RW.

Tempat-tempat umum adalah suatu tempat dimana umum (semua orang) dapat masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul mengadakan kegiatan baik secara insidentil maupun terus menerus. Tempat-tempat umum merupakan tempat kegiatan bagi umum yang mempunyai tempat, sarana dan kegiatan tetap yang diselenggarakan oleh badan pemerintah, swaasta, dan atau perorangan yang dipergunakan langsung oleh masyarakat (Alfian dkk, 1977).

Tempat-Tempat Umum Menurut

Kepmenkes Nomor 288 tahun 2003, Sarana dan bangunan umum merupakan tempat dan atau alat yang dipergunakan oleh masyarakat umum untuk melakukan kegiatannya, oleh karena itu perlu dikelola demi kelangsungan kehidupan dan penghidupannya untuk mencapai keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial, yang memungkinkan penggunanya hidup dan bekerja dengan produktif secara social ekonomis. Sarana dan bangunan umum dinyatakan memenuhi syarat kesehatan lingkungan apabila memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan dapat mencegah penularan penyakit antar pengguna, penghuni dan masyarakat sekitarnya, selain itu harus memenuhi persyaratan dalam pencegahan terjadinya kecelakaan. Menurut Departemen kesehatan RI tempat-tempat umum adalah tempat kegiatan bagi umum yang dilakukan oleh badan-badan pemerintah, swasta, perorangan yang langsung digunakan oleh masyarakat, mempunyai tempat dan kegiatan tetap serta memiliki fasilitas. Tempat-tempat

(11)

umum memiliki potensi sebagai tempat terjadinya penularan penyakit, pencemaran lingkungan, ataupun gangguan kesehatan lainnya. Pengawasan atau pemeriksaan sanitasi terhadap tempat-tempat umum dilakukan untuk mewujudkan lingkungan tempat-tempat umum yang bersih guna melindungi kesehatan masyarakat dari kemungkingan penularan penyakit dan gangguan kesehatan lainnya (Budiman, 2007). Menurut Budiman (2006), Tempat-tempat umum meliputi hotel, terminal angkutan umum, pasar tradisional atau swalayan pertokoan, bioskop, salon kecantikan atau tempat pangkas rambut, panti pijat, taman hiburan, gedung pertemuan, pondok pesantren, tempat ibadah, objek wisata, dan lain-lain.

1. Sanitasi Tempat-Tempat Umum

Sanitasi menurut kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai pemelihara kesehatan. Menurut WHO, sanitasi adalah upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia, yang mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan, bagi perkembangan fisik, kesehatan, dan daya tahan hidup manusia (Mundiatun, 2014). Sanitasi tempat-tempat umum merupakan usaha untuk mengawasi kegiatan yang berlangsung di tempat-tempat umum terutama yang erat hubungannya dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit, sehingga kerugian yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut dapat dicegah (Fahmi, 2009).

Sanitasi tempat-tempat umum menurut Mukono (2006), merupakan problem kesehatan masyarakat yang cukup mendesak. Tempat umum merupakan tempat bertemunya segala macam masyarakat dengan segala penyakit yang dipunyai oleh masyarakat. Oleh sebab itu tempat umum merupakan tempat menyebarnya segala penyakit terutama penyakit yang medianya makanan, minuman, udara dan air, dengan demikian sanitasi

tempat-tempat umum harus memenuhi persyaratan kesehatan dalam arti melindungi, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tempat-tempat umum harus mempunyai kriteria sebagai berikut :

1. Diperuntukkan bagi masyarakat umum, artinya masyarakat umum boleh keluar masuk ruangan tempat umum dengan membayar atau tanpa membayar.

2. Harus ada gedung/ tempat peranan, artinya harus ada tempat tertentu dimana masyarakat melakukan aktivitas tertentu. 3. Harus ada aktivitas, artinya pengelolaan

dan aktivitas dari pengunjung tempat-tempat umum tersebut.

4. Harus ada fasilitas, artinya tempat-tempat umum tersebut harus sesuai dengan ramainya, harus mempunyai fasilitas tertentu yang mutlak diperlukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di tempat-tempat umum.

Tempat atau sarana layanan umum yang wajib menyelenggarakan sanitasi lingkungan antara lain, tempat umum atau sarana umum yang dikelola secara komersial, tempat yang memfasilitasi terjadinya penularan penyakit, atau tempat layanan umum yang intensitas jumlah dan waktu kunjungannya tinggi.

2. Pengawasan Sanitasi Tempat Umum Pengawasan sanitasi Tempat-Tempat Umum adalah kegiatan pengawasan terhadap tempat-tempat umum agar tercipta kondisi tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan, bebas dari faktor resiko penyakit dan kecelakaan terhadap masyarakat di dalam tempat-tempat umum maupun terhadap masyarakat di sekitar/diluar tempat-tempat umum tersebut. Tujuan umum pengawasan dan pembinaan tempat tempat umum adalah terlaksananya pengawasan kesehatan lingkungan untuk mewujudkan tempat tempat umum yang bersih, nyaman dan sehat. Sedangkan tujuan khususnya adalah teridentifikasinya faktor risiko lingkungan di TTU, teridentifikasinya faktor risiko perilaku

(12)

di TTU, terwujudnya rekomendasi dan tindak lanjut dan terwujudnya TTU yang bersih, nyaman dan sehat.

Tujuan pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, antara lain :

a. Untuk memantau sanitasi tempat-tempat umum secara berkala.

b. Untuk membina dan meningkatkan peran aktif masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat ditempat-tempat umum.

c. Mencegah timbulnya berbagai macam penyakit menular dan penyakit akibat kerja.

Penyelenggaraan kesehatan lingkungan terdiri dari upaya penyehatan,

upaya pengamanan dan upaya

pengendalian. a. Upaya penyehatan

 Pengawasan, pelindungan dan peningkatan kualitas pangan, air dan sarana bangunan.

 Pemantauan, pencegahan penurunan kualitas tanah dan udara.

b. Upaya pengamanan

 Pengawasan pembuangan limbah yang sesuai dengan perundang-undangan.

 Pengolahan limbah cair, padat dan gas sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

 Perlindungan kesehatan masyarakat dari dampak sampah yang tidak diolah, zat kimia yang berbahaya, gangguan fisik udara, radiasi pengion dan non pengion serta pestisida. c. Upaya pengendalian vektor dan binatang

penganggu pembawa penyakit

 Melalui kegiatan pengamatan dan penyelidikan bioekologi, Status kevektoran, Status resistensi, Efikasi, Pemeriksaan spesimen, pengendalian vektor pengelolaan lingkungan dan pengendalian vektor terpadu.

 Menggunakan metode pengendalian terdiri dari fisik, kimia, biologi, pengelolaan lingkungan terpadu. 3. Penyakit yang disebabkan / ditularkan di

Tempat –Tempat Umum (TTU)

Menurut Chandra (2006), tempat-tempat umum memiliki potensi sebagai tempat terjadinya penularan penyakit, pencemaran lingkungan ataupun gangguan kesehatan lainnya. Kondisi lingkungan tempat-tempat umum yang tidak terpelihara akan menambah besarnya resiko penyebaran penyakit serta pencemaran lingkungan sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan dengan menerapkan sanitasi lingkungan yang baik.

Oleh sebab itu tempat umum merupakan tempat menyebarnya segala penyakit terutama penyakit yang medianya makanan, minuman, udara dan air. Dengan demikian sanitasi

tempat-tempat umum harus memenuhi

persyaratan kesehatan dalam arti

melindungi, memelihara, dan

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Mukono, 2005).

4. Jenis – jenis tempat umum (TTU)

Berdasarkan PP 66 Tentang Kesling, tempat-tempat umum adalah lokasi, sarana dan prasarana antara lain :  Fasilitas Kesehatan

 Fasilitas Pendidikan  Tempat ibadah  Hotel

 Rumah makan dan usaha lain yang sejenis  Sarana olahraga

 Sarana transportasi  Stasiun dan terminal

 Pasar dan pusat perbelanjaan

 Pelabuhan, bandar udara, dan pos lintas batas darat dan negara, dan

 Tempat dan fasilitas umum lainnya.

(13)

Jenis tempat umum yang biasa ditemukan di setiap wilayah kerja puskesmas terdiri dari sarana pendidikan (sekolah, tk/paud, pesantren), pusat perbelanjaan (pasar, minimarket), tempat ibadah (mesjid, gereja). Tempat tersebut merupakan tempat berkunjungnya masyarakat umum dan silih berganti dengan latar belakang perilaku yang berbeda-beda.

5. Peraturan Terkait Pengawasan Tempat-tempat Umum (TTU)

a. Peraturan Pemerintah No 66 Tahun

2014 Tentang Kesehatan

Lingkungan.

b. Permenkes No 13 Tahun 2015

Tentang Penyelenggaraan

Pelayanan Kesling di Puskesmas. c. Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No

1428/Menkes/SK/XII/2006 Tentang

Pedoman Penyelenggaraan

Kesehatan Lingkungan Puskesmas. d. Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No

1429/Menkes/SK/XII/2006 Tentang

Pedoman Penyelenggaraan

Kesehatan Lingkungan Sekolah. e. Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 519/Menkes/SK/VI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat

f. Permenkes No 80 Tahun 1990 tentang Persyaratan Kesling Hotel. g. Keputusan Menteri Kesehatan RI

No 288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman penyehatan sarana dan bangunan umum masjid.

Peraturan diatas belum banyak diketahui masyarakat / pengelola tempat-tempat umum (TTU), karena belum optimalnya sosialisasi yang dilakukan oleh sektor pemerintah. Oleh karena itu, dalam setiap kegiatan yang berkaitan

dengan pengawasan tempat-tempat umum (TTU) diharapkan selalu memberikan penyuluhan dan sosialisasi terkait peraturan yang berlaku.

Dalam pelaksanaan program pengawasan tempat-tempat umum (TTU) di Puskesmas Sindangjaya tidak terlepas dari ditemukannya suatu permasalahan. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara langsung dari pemegang Program Pengawasan Tempat-tempat umum (TTU) di UPT Puskesmas Sindangjaya adalah sebagai berikut: 1. Pelaksanaan program pengawasan

tempat-tempat umum (TTU) masih perlu ditingkatkan. Ditandai dengan belum tercapainya nilai pencapaian program pengawasan tempat-tempat umum (TTU) yang sesuai dengan target yang telah di tetapkan yaitu 75%. Dari 67 TTU yang ada, 43 diantaranya memenuhi syarat dengan presentase 64%. Berarti masih ada kesenjangan pencapaian sebesar 11%. Hal ini disebabkan karena jumlah sasaran yang banyak sedangkan jumlah tenaga terbatas dengan beban kerja yang tidak sedikit. Selain itu, kegiatan promosi kesehatan terkait sarana TTU belum pernah dilaksanakan sehingga sasaran belum mengetahui bahwa perlu diadakannya pengawasan dan pembinaan oleh petugas sanitarian.

2. Kurangnya koordinasi petugas sanitarian dengan masyarakat / kader masing-masing RW terkait keberadaan sarana Tempat-tempat Umum (TTU). Masih ada beberapa sarana tempat umum yang belum terdata oleh petugas sanitarian. Seiring berjalannya waktu, banyak sarana tempat-tempat umum yang baru dan tidak diketahui oleh Puskesmas. Sejauh ini, informasi yang petugas sanitarian dapat berasal dari Kader-kader saat kegiatan posyandu dan belum optimal disetiap RW.

(14)

3. Belum tersedia data-data tertulis penunjang program pengawasan TTU. Jadi, belum tersedianya rekapitulasi data sarana TTU mana saja yang sudah di kunjungi dan dibina.

E. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan adalah sebagai berikut: 1. Program Kesehatan Lingkungan di UPT

Puskesmas Sindangjaya adalah pemeriksaan Rumah Sehat, Sarana Air Bersih (SAB), Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL), dan Jamban Keluarga (JAGA), Pengawasan Tempat-Tempat Umum dan TPM, Klinik Sanitasi.

2. Masalah yang ditemukan pada pelaksanaan program Kesehatan Lingkungan adalah Pengawasan Tempat-Tempat Umum (TTU), yaitu :

a. Belum tersedia data-data tertulis penunjang program pengawasan TTU.

b. Kurangnya koordinasi petugas sanitarian dengan masyarakat / kader

masing-masing RW terkait

keberadaan sarana TTU F. SARAN

Segera menindaklanjuti semua permasalahan yang telah di sebutkan pada kesimpulan di atas. Adapun sarannya yaitu :

1. Menyediakan setiap form Inspeksi Sanitasi TTU yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2. Menyediakan tempat (map) khusus dan terpisah untuk pencatatan TTU yang sudah terregistrasi dan sudah dikunjungi. 3. Membuat perencanaan terkait Inspeksi

Sanitasi TTU yang disesuaikan dengan target setiap bulannya.

Seperti data umum sarana TTU (alamat, penanggugjawab, tanggal registrasi), data inspeksi sanitasi sarana TTU yang harusnya dilakukan pengawasan secara berkala.

c. Pelaksanaan program pengawasan tempat-tempat umum (TTU) belum optimal.

3. Berdasarkan penetapan prioritas utama dengan metode matriks adalah belum tersedia data-data tertulis penunjang program pengawasan TTU.

4. Penyebab terjadinya masalah tersebut adalah sebagai berikut:

a. Belum ada form khusus untuk setiap IS TTU.

b. Peraturan / regulasi yang sudah berubah.

c. Belum adanya pengarsipan TTU yang sudah terdata dan sudah dikunjungi.

4. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang Sanitasi TTU mulai dari jenis-jenis sarana dan bagaimana TTU yang memenuhi syarat kesehatan lingkungan.

5. Melakukan pendataan kembali TTU yang berada pada wilayah kerja UPT Puskesmas Sindangjaya dengan melibatkan kader atau pengurus RW dan RT.

6. Menambah media promosi kesehatan terkait jenis sarana TTU yang disebarluaskan di tempat yang mudah dilihat oleh masyarakat misal Posyandu, Puskesmas dan tempat lainnya.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi Fahmi U, 2010, Manajemen Penyakit Berbasis Lingkungan, Penerbit Universitas Indonesia Press.

Chandra, budiman. 2007. Pengantar kesehatan lingkungan. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC

Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No

1428/Menkes/SK/XII/2006

Tentang Pedoman

Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Puskesmas.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No 288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman penyehatan sarana dan bangunan umum masjid.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No

1429/Menkes/SK/XII/2006

Tentang Pedoman

Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor

519/Menkes/SK/VI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat

Mukono H.J., 2006, Prinsip Dasar Kesehatan

Lingkungan, Airlangga

Universitas Press, Surabaya

Mundiatun dan Daryanto. 2014. Pengelolaan Kesehatan

Lingkungan.Yogyakarta: Penerbit Gava Media.

Peraturan Pemerintah No 66 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Lingkungan.

Permenkes No 13 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesling di Puskesmas.

Permenkes No 80 Tahun 1990 tentang Persyaratan Kesling Hotel.

Permenkes No 13 Tahun 2015 tentang Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas.

Santoso, Imam. 2015. Inspeksi Sanitasi

Tempat-Tempat Umum.

(16)

Gambar

Tabel 3.11  Data Jenis  Sarana Tempat-tempat umum (TTU) di  Wilayah  Kerja UPT Puskesmas Sindangjaya Tahun 2017

Referensi

Dokumen terkait

Demikian proposal ini kami buat, berdasarkan kebutuhan yang sesuai dengan kondisi lapangan, Demikian proposal ini kami buat, berdasarkan kebutuhan yang sesuai dengan kondisi

Apabila konsumen membeli kendaraan bermotor bekas (second), maka balik nama atas kepemilikan kendaraan bermotor tersebut akan diurus oleh konsumen itu sendiri.Namun

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden masyarakat di tiga desa yaitu Desa Gajah Mati, Desa Gajah Mukti dan Desa Gajah Mulya, diketahui bahwa manfaat kawasan hutan

Carver, dkk., (1989), mengemukakan 5 macam PFC: 1) menghadapi masalah secara aktif, yaitu proses menggunakan langkah- langkah aktif untuk mencoba menghilangkan stressor atau

Prosedur pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi merupakan alat yang sangat penting untuk memverifikasi saldo akun dalam siklus penggajian dan

Peran camat ini sangat penting dan sangat strategis dalam mendukung terlaksananya otonomi daerah, apalagi saat ini Kecamatan bukan lagi sebagai kepala wilayah Kecamatan

Analisis yang digunakan adalah analisis spasial pada citra untuk menentukan kelas penggunaan lahan dan menghitung luas perubahan penggunaan lahan, analisis

Yazar, para ile ilgili iddiasına, Vahidettin ile M.Kemal'in 15 Mayıs 1919 günkü veda sahnesı'yle başlıyor, "Enver Behnan Şapolyo olayı şöyle anlatıyor" diyor ve