• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

A. PROFIL LEMBAGA MAN 1 SEMARANG

1. Sejarah Singkat Berdirinya MAN 1 SEMARANG

Madrasah Aliyah Negeri 1 Semarang berasal dari perubahan atau

ahli fungsi dari Sekolah Persiapan Institut Agama islam (SP IAIN) Sunan

Kalijaga Yogyakarta di Semarang. Dengan demikian status SP IAIN di

Semarang adalah sekolah negeri di bawah IAIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta.

Rintisan pendirian SP IAIN Semarang dilakukan oleh kepala

kantor perwakilan Departemen Agama Provinsi Jawa Tengah, Alm.

Bapak KH. Ali Mansyur bekerja sama dengan yayasan Al-Jami’ah

Semarang. Pada waktu pendirian SP IAIN Semarang di tahun 1996,

pengurus yayasan Al-Jami’ah Semarang antara lain terdiri dari ketua

Bapak KH. Ali Mansyur (Alm.) dan Bapak H. Saliyun M. Amir, BA

sebagai sekretarisnya.

Tempat penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar SP IAIN

Semarang berlokasi di kompleks pendidikan SMP-SMA Islam

Diponegoro Semarang. Selang beberapa tahun kemudian lokasinya

berpindah di kompleks pendidikan yayasan Al-Jami’ah di Jln. Ki Mangun

Sarkoro No. 17 Semarang.

Pada waktu berdirinya SP IAIN Semarang dipimpin oleh Bapak

Drs. Ahmad Darodji sebagai kepala sekolah dengan surat keputusan

Departemen Agama, Jakarta. Dengan berdirinya IAIN Walisongo

(2)

Semarang pada tahun 1978, Bapak Drs. Ahmad Darodji menjadi salah

satu unsur pemimpinnya, maka SP IAIN Semarang berganti pemimpin

yaitu Bapak Drs. H. Abdul Karim Husen (Alm) yang sebelumnya

menjabat kepala SP IAIN di Kendal.

Pada tahun 1979 berdasarkan SK Menteri Agama No. 17 tahun

1978, SP IAIN Semarang berubah fungsi menjadi Madrasah Aliyah

Negeri Kotamadya Semarang. Pemimpinnya masih tetap Bapak Drs. H.

Abdul Husen, pada tahun 1981 pindah ke tanah milik sendiri di kelurahan

Plamongan Sari Kecamatan Genuk Kotamadya Semarang. Dengan

adanya penataan kota baru dari Dinas Tata Kota nama lokasi MAN

Semarang kini berubah menjadi wilayah kelurahan Pedurungan Kidul

Kecamatan Pedurungan Kotamadya Semarang. Pada tahun 1990 MAN

Semarang resmi berubah nama menjadi MAN 1 Semarang. Secara

berurutan pimpinan yang memegang jabatan kepala MAN 1 Semarang

adalah sebagai berikut:

1. Drs. H. Abdul Karim Husen (1982-1984)

2. Abdul Fatah, SH (1984-1985)

3. Drs. H. Sunhadi (1985-1988)

4. Drs. Ismono (1988-1992)

5. Drs. H. Rachmat Shofi (1992-1994)

6. Drs. H. Muhammadi (1994-1996)

7. Drs. Agus Hadi Susanto (1996-1998)

8. Drs. H. Haryono (1998-2002)

(3)

10. Drs. Syaefuddin, M.Pd (2007-2012)

11. H. M Malzum Adnan, S.Pd, M.M (2012 – sekarang).

2. Visi dan Misi MAN 1 Semarang

Visi merupakan tujuan universal sebuah institusi/ lembaga untuk

mengarahkan dan menjadi barometer keberhasilan tujuan yang ingin

dicapai, MAN 1 Semarang menetapkan visi “membangun generasi yang beriman, bertaqwa, berprestasi dan berakhlaqul karimah”.

Maka untuk memperjelas visi tersebut, kemudian dijabarkan dalam

sebuah misi, yakni:

1. Menjadikan MAN 1 Semarang sebagai madrasah yang

mengembangkan pengajaran IPTEK dan IMTAQ.

2. Menjadikan MAN 1 Semarang sebagai lingkungan pendidikan yang

islami penuh ukhuwah, sederhana, disiplin dan berkreasi.

3. Membiasakan siswa dengan ajaran agama melalui kebiasaan

beribadah, baik maghdhoh maupun ghoiru maghdhoh.

4. Meningkatkan kemampuan professional tenaga pendidikan sesuai

perkembangan zaman.

5. Menyiapkan lulusan MAN 1 Semarang agar bisa diterima di

perguruan tinggi Negeri maupun swasta favorit dengan memiliki

prestasi akademik yang baik.

6. Mencetak generasi yang bermanfaat bagi masyarakat nusa bangsa dan

agama.

7. Menyiapkan calon pemimpin dan mubaligh Islam yang kreatif,

(4)

berlandaskan iman dan taqwa kepada Allah SWT melalui boarding

school.

3. Letak Geografis MAN 1 Semarang

Secara geografis MAN 1 Semarang berada di pinggiran kota,

sehingga terlepas dari hiruk pikuk keramaian kota. Walaupun letaknya di

pinggir kota, akan tetapi mudah dijangkau sebab posisinya cukup

strategis, sehingga orang mudah menemukan dan juga terletak tidak jauh

dari pinggir jalan utama Semarang-Purwodadi.

 Sebelah timur berbatasan dengan rumah penduduk dan jalan menuju Plamongan.

 Sebelah utara berbatasan dengan Jalan Raya Brigjend Sudirman.  Sebelah barat berbatasan dengan rumah penduduk.

 Sebelah selatan berbatasan dengan rumah penduduk.

Kemudian jika dilihat dari sudut pandang lingkungan sekitarnya,

maka MAN 1 Semarang mempunyai keberuntungan, diantaranya berada

di daerah pesantren dan jauh dari keramaian kota, sehingga sangat

menguntungan dalam proses belajar mengajar.

4. Keadaan Guru dan Peserta Didik MAN 1 Semarang a. Guru

Guru merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan

proses belajar dan mengajar. Maka ketersediaan tenaga pendidik

dalam suatu lembaga pendidikan yang berkualitas dan mempunyai

dedikasi yang tinggi sangatlah penting adanya. Di MAN 1 Semarang

(5)

dari guru tetap sebanyak 58 orang dan guru tidak tetap 19 orang.

Sedangan untuk kualifikasi pendidikan, guru lulusan S2 sebanyak 3

orang, lulusan S1 sebanyak 71 orang dan untuk lulusan D3 sebanyak 3

orang.

b. Peserta Didik

Berkenaan dengan kondisi peserta didik di MAN 1 Semarang

sangat variatif, ada yang menonjol dalam bidang akademik dan ada

yang menonjol dalam bakat yang lain, misalnya dalam bakat olah

raga, paskibra, paduan suara, musik dan lain-lain. Adapun jumlah

keseluruhan peserta didik di MAN 1 Semarang sebanyak 1171 peserta

didik dengan rincian per kelas sudah dijelaskan pada bab III (poin

populasi dan sampel).

5. Sarana Prasarana MAN 1 Semarang

Bangunan fisik menjadi unsur terpenting dalam sebuah dunia

pendidikan. Kondisi yang nyaman tentunya akan menambah semangat

dan memotivasi peserta didik dalam proses belajar dan mengajar.

Beberapa tahun terakhir ini, MAN 1 Semarang terus berbenah mengenai

bangunan fisik demi terciptanya lingkungan pendidikan yang harmonis

dan memadai. Diantara bangunan yang ada di lingkungan MAN 1

Semarang adalah ruang kepala sekolah yang satu atap dengan ruang TU, 1

bangunan luas yang digunakan sebagai ruang guru yang berada di lantai

dasar dan lantai kedua dijadikan ruang perpustakaan, ruang kelas, ruang

(6)

ketrampilan, ruang kesenian, lapangan orang raga, aula, masjid, klinik

sekolah, UKS, asrama, kantin dan lain-lain.

B. DESKRIPSI DATA

Data tentang peserta didik yang laju atau tinggal di rumah dalam

penelitian ini berjumlah 11 peserta didik, terdiri dari 4 peserta didik kelas

X dan 7 pesertadidik kelas XI. Kemudian peserta didik perempuan laju

sebanyak 29 peserta didik yang terdiri dari 17 peserta didik kelas X dan

12 peserta didik kelas XI. Sedangkan data tentang laki-laki asrama

sebanyak 10 peserta didik yang terdiri dari peserta didik kelas X dan

peserta didik kelas XI. Dan data tentang responden perempuan yang

tinggal di asrama sebanyak 28 peserta didik yang terdiri dari peserta didik

kelas X dan kelas XI. (Skor motivasi belajar masing-masing responden

tercantum dalam lampiran)

Data tersebut kemudian dianalisa secara deskriptif dengan

menghitung mean, standar deviasi berdasarkan variabel dan interaksi

antar variabel. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui

kecenderungan pemusatan dan penyebaran skor masing-masing

kelompok perserta didik laki-laki yang laju ataupun yang tinggal di

asrama, dan kelompok peserta didik perempuan yang laju maupun yang

di asrama. Analisis deskriptif ini menggambarkan perolehan skor

motivasi belajar masing-masing kelompok. Demikian adalah hasil

(7)

Tabel 4.1 Hasil Analisis Deskriptif Data

Tempat tinggal (A)

Laju (1) Asrama (2) Jenis kelamin (B) Laki-laki (1) Σ LL = 774 N = 11 ẍ = 70,36 Σ(X)2 = 54526 s2 = 6,5 s = 2,5 Σ LA = 895 N = 10 ẍ = 89,5 Σ(X)2 = 80221 s2 = 13,1 s = 3,6 Σ LLA = 1669 N = 21 ẍ = 79,47 s2 = 105,05 s = 10,2 Perempuan (2) Σ PL = 2074 N = 29 ẍ = 71,51 Σ(X)2 = 149346 s2 = 36,4 s = 6,03 Σ PA = 2525 N = 28 ẍ = 90,17 Σ(X)2 = 228039 s2 = 12,5 s = 3,5 Σ PLA = 4599 N = 57 ẍ = 80,68 s2 = 112,82 s = 10,6 Σ LLP = 2848 N = 40 ẍ = 71,2 s2 = 28,06 s = 5,2 Σ ALP = 3420 N = 38 ẍ = 90 s2 = 12,43 s = 3,5 Σ LLAPLA = 6268 N = 78 ẍ = 80,35 s2 = 109,63 s = 10,4 Keterangan :

 Σ LL = jumlah responden laki-laki laju

 Σ LA = jumlah responden laki-laki asrama

 Σ PL = jumlah responden perempuan laju

 Σ PA = jumlah responden perempuan asrama

 Σ LLA = jumlah responden laki-laki laju dan asrama

 Σ PLA = jumlah responden perempuan laju dan asrama

 Σ LLP = jumlah responden laju laki-laki dan perempuan

(8)

 Σ LLAPLA = jumlah responden laki-laki yang laju maupun yang di asrama dan perempuan yang laju maupun yang di asrama.

Hasil analisis data di atas menunjukkan rata-rata atau mean dan

standar deviasi motivasi belajar yang diperoleh masing-masing kelompok

utama dan interaksi. Perbedaan antar kelompok utama dan interaksi

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kelompok peserta didik laki-laki yang laju berjumlah 11 orang,

memperoleh total skor motivasi belajar 774 dengan nilai rata-rata

(mean) 70,36 dan standar deviasi 2,5.

2. Kelompok peserta didik laki-laki yang tinggal di asrama berjumlah

10 orang, memperoleh total skor motivasi belajar 895 dengan nilai

rata-rata (mean) 89,5 dan standar deviasi 3,6.

3. Kelompok peserta didik perempuan yang laju berjumlah 29 orang,

memperoleh total skor motivasi belajar 2074 dengan nilai rata-rata

(mean) 71,51 dan standar deviasi 6,03

4. Kelompok peserta didik perempuan yang tinggal di asrama

berjumlah 28 orang, memperoleh total skor motivasi belajar 2525

dengan nilai rata-rata (mean) 90,17 dan standar deviasi 3,5.

5. Kelompok gabungan peserta didik laki-laki yang laju dan yang

tinggal di asrama berjumlah 21 orang memperoleh total skor

motivasi belajar 1669 dengan nilai rata-rata (mean) 79,47 dan

standar deviasi 10,2.

6. Kelompok gabungan peserta didik perempuan yang laju dan yang

(9)

motivasi belajar 4599 dengan nilai rata-rata (mean) 80,68 dan

standar deviasi 10,6.

7. Kelompok gabungan peserta didik laki-laki dan perempuan yang laju

berjumlah 40 orang memperoleh total skor motivasi belajar 2848

dengan nilai rata-rata (mean) 71,2 dan standar deviasi 5,2.

8. Kelompok gabungan peserta didik laki-laki dan perempuan yang

tinggal di asrama berjumlah 38 orang memperoleh total skor

motivasi belajar 3420 dengan nilai rata-rata (mean) 90 dan standar

deviasi 3,5.

9. Kelompok gabungan peserta didik laki-laki dan perempuan baik

yang laju maupun yang tinggal di asrama berjumlah 78 orang

memperoleh total skor motivasi belajar 6268 dengan nilai rata-rata

(mean) 80,35 dan standar deviasi 10,4.

Tabel dan penjelasan di atas memperlihatkan adanya perbedaan

motivasi belajar antar kelompok utama maupun kelompok interaksi serta

adanya kecenderungan motivasi belajar antar kelompok yang berbeda.

Namun demikian, untuk mengetahui apakah perbedaan tersebut signifikan

atau tidak, perlu adanya analisis data dengan menggunakan teknik anava

dua jalur. Sebelum menganalisa menggunakan anava, terlebih dahulu

melakukan uji normalitas dan uji homogenitas yang akan dibahas dalam

(10)

C. ANALISIS DATA

Sebelum penyebaran angket kepada 78 responden, terlebih dahulu

penulis melakukan uji instrumen, yang terdiri dari uji validitas, uji reliabilitas,

uji normalitas dan uji homogenitas. Pengujian instrument ini diujikan kepada

86 peserta didik (daftar responden uji coba dan skor tersajikan dalam

lampiran), yang terdiri dari 40 peserta didik kelas X-12 dan kelas XI IPA 5,

serta santri asrama MAN 1 Semarang yang berjumlah 46 santri. Adapun

rincian tentang masing-masing pengujian instrumen adalah sebagai berikut:

1. Uji Validitas

Uji validitas intrumen pada penelitian ini menggunakan Rumus Uji

t, yaitu:

t =

ẍ ẍ

di mana

gab

=

( ) ( )

*

gab = gabungan

Pengujian validitas skala Likert paling banyak menggunakan

rumus ini. Validitas instrument penelitian ini dapat dicel melalui analisis

daya pembeda dengan menggunakan uji t terhadap 27 % skor kelompok

tertinggi dan 27 % skor kelompok rendah (Usman, 2003: 288). Di bawah

ini adalah pembagian 27% dari kelompok skor tertinggi dan terendah,

yaitu 27% dari 86 = 23. Jadi teknik pertama dalam penghitungan validitas

ini adalah mengambil 23 skor tertinggi, dan 23 skor terendah.

Langkah-langkah pengujian validitas adalah :

(11)

 Mencari mean, simpangan baku dan varian masing-masing kelompok Tabel 4.2 Data Skor Kelompok Tertinggi Dan Terendah

 mencari nilai Simpangan Baku (S²) dan Varian (s)

gab

=

( ) ( )

=

( ) ( )

=

= 7,7

S

gab = √7,7 = 2,77 No. Skor tinggi

(X1)

Xi - ẍ (Xi - ẍ)² Skor rendah (X2) Xi - ẍ (Xi - ẍ)² 1 99 4,13 17,06 60 - 6,34 40,29 2 99 4,13 17,06 62 - 4,34 18,90 3 99 4,13 17,06 62 - 4,34 18,90 4 99 4,13 17,06 64 - 2,34 5,51 5 97 2,13 4,53 64 - 2,34 5,51 6 97 2,13 4,53 65 - 1,34 1,81 7 97 2,13 4,53 65 - 1,34 1,81 8 96 1,13 1,27 65 - 1,34 1,81 9 96 1,13 1,27 65 - 1,34 1,81 10 95 0,13 0,01 66 - 0,34 0,12 11 95 0,13 0,01 66 - 0,34 0,12 12 94 - 0,86 0,75 66 - 0,34 0,12 13 94 - 0,86 0,75 66 - 0,34 0,12 14 94 - 0,86 0,75 67 - 0,65 0,42 15 94 - 0,86 0,75 68 - 1,65 2,72 16 93 - 1,86 3,49 68 - 1,65 2,72 17 93 - 1,86 3,49 68 - 1,65 2,72 18 93 - 1,86 3,49 69 - 2,65 7,03 19 93 - 1,86 3,49 69 - 2,65 7,03 20 93 - 1,86 3,49 70 - 3,65 13,3 21 91 - 3,86 14,97 70 - 3,65 13,3 22 91 - 3,86 14,97 70 - 3,65 13,3 23 90 - 4,86 23,71 71 - 4,65 21,64 ∑ 2182 158,6 1526 181,2 Mean 94,8 66,3 S² 7,2 8,2 S 2,6 2,8

(12)

 Mencari nilai t hitung

t =

t =

t

= 34,8  Kesimpulan

Berdasarkan ttabel dengan dk = 86 dan α = 0,05 didapat nilai 1,98.

Sedangkan thitung = 34,8, jadi thitung > ttabel. Maka kesimpulan instrumet ini

dinyatakan VALID untuk mengukur variabel penelitian.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan rumus Alpha

Cronbach (α). Rumus ini digunakan untuk menguji reliabilitas instrument

skala Likert (1-5) atau instrument yang itemnya dalam bentuk esai.

Rumusnya ialah :

α = (

) (

)

di mana : k = jumlah item

Σs²t = jumlah varians skor total

Σs²i = jumlah varians responden masing-masing item

Untuk mengetahui semua data dan perhitungannya, dapat dilihat

pada lampiran tabel perhitungan reliabilitas yang sudah penulis susun

(13)

varians responden masing-masing item, kemudian hasilnya dimasukkan ke

dalam rumus.

α = (

) (

) = 0,813

Sebuah data dikatakan reliabel apabila hasil α > 0,80 (Usman, 2003: 293). Jadi, instrument penelitian ini dapat dinyatakan reliabel karena

nilai α = 0,81, yang artinya α > 0,80.

3. Uji Normalitas

Uji normalitas dapat dijadikan dasar dalam pengujian hipotesis

apabila hasil uji normalitas menunjukkan data berdistribusi normal

(Sugiyono, statistic untuk penelitian, 2002: 69). Uji normalitas dilakukan

untuk mengetahui semua kelompok data yang akan dianalisis berdistribusi

normal ataukah tidak. Jika data berdistribusi normal maka data terkumpul

telah memenuhi syarat untuk dianalisis guna membuktikan hipotesis.

Pengujian persyaratan normalitas dengan menggunakan teknik

statistic non parametric one-sample kolmogrov-smirnov test, dengan SPSS 16.00 sebagaimana hasilnya tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas

No. Kelompok Kolmogorov-Smirnov Z Probabilitas (Signifikan) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. LL PL LA PA LLA PLA LPL LPA LPLA 0,479 1,035 0,823 0,535 1,041 1,256 1,202 0,688 1,562 0,976 0,234 0,507 0,937 0,228 0,085 0,111 0,731 0,015

(14)

Keterangan :

LL = kelompok peserta didik laki-laki yang laju

PL = kelompok peserta didik perempuan yang laju

LA = kelompok peserta didik laki-laki yang asrama

PA = kelompok peserta didik perempuan asrama

LLA = kelompok peserta didik laki-laki yang laju dan asrama

PLA = kelompok peserta didik perempuan yang laju dan asrama

LPL = kelompok peserta didik laki-laki dan perempuan yang laju

LPA = kelompok peserta didik laki-laki dan perempuan yang asrama

LPLA = kelompok peserta didik laki-laki dan perempuan yang laju dan

asrama.

Hasil dari analisis uji normalitas di atas menunjukkan bahwa

masing-masing kelompok berdistribusi normal, karena nilai signifikansinya

> 0,05.

4. Uji Homogenitas

Untuk mengetahui homogenitas varian masing-masing kelompok

utama dan kelompok interaksi, perlu dilakukan uji homogenitas terhadap

varian yang meliputi data motivasi belajar kelompok peserta didik laki-laki

dan perempuan yang tinggal di asrama, dan kelompok peserta didik

(15)

peserta didik laki-laki dan perempuan yang tinggal di asrama dan yang

tinggal di rumah.

Uji homogenitas untuk kelompok jenis kelamin dan tempat tinggal

menggunakan teknik analisis statistic compare mean one way anova.

Sedangkan untuk data kelompok interaksi jenis kelamin dan tempat

tinggal menggunakan teknik analisis statistic general linier model

univariate two way anova, dengan progam SPSS 16.00 for windows. Rangkuman hasil uji homogenitas data disajikan dalam bentuk tabel di

bawah ini:

Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas

No. Kelompok Nilai Leven Test Signifikan 1. 2. 3. LP LA Interaksi AB 0,112 0,666 1,799 0,739* 0,417* 0,155* Keterangan :

LA = kelompok peserta didik laki-laki dan perempuan

LA = kelompok peserta didik laju dan asrama

AB = kelompok interaksi peserta didik laki-laki dan perempuan yang

tinggal di rumah (laju) dan yang tinggal di asrma

*) = Probabilitas (p) > 0,05

Hasil analisa tersebut dapat dihasilkan sebagai berikut :

a) Kelompok peserta didik laki-laki dan perempuan, dari hasil perhitungan

di atas mendapatkan nilai levene statistic 0,112 dengan signifikansi

(16)

ditarik kesimpulan bahwa varian kedua kelompok tidak berbeda secara

signifikan, dengan kata lain kedua varian tersebut homogen.

b) Kelompok peserta didik laki-laki dan perempuan, dari hasil perhitungan

di atas mendapatkan nilai levene statistic 0,666 dengan signifikansi

0,417. Jadi probabilitasnya dalah 0,417 > 0,05. Dengan demikian dapat

ditarik kesimpulan bahwa varian kedua kelompok tidak berbeda secara

signifikan, dengan kata lain kedua varian tersebut homogen.

c) Kelompok interaksi peserta didik laki-laki dan perempuan yang tinggal di

rumah dan yang di asrama, dari hasil perhitungan di atas mendapatkan

nilai levene statistic 1,799 dengan signifikansi 0,155. Jadi probabilitasnya

dalah 0,155 > 0,05. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa

varian keempat kelompok tidak berbeda secara signifikan, dengan kata

lain kedua varian tersebut homogen.

Berdasarkan hasil uji persyaratan tersebut, maka data yang ada

telah memenuhi syarat dijadikan dasar pengujian hipotesis yang telah

diajukan dalam penelitian ini.

D. UJI HIPOTESIS

Sebagaimana telah dikemukakan pada bab sebelumnya, hipotesis pada

penelitian ini adalah:

1. Terdapat perbedaan motivasi belajar antara peserta didik yang tinggal di

asrama dan yang tinggal di rumah.

2. Terdapat perbedaan motivasi belajar antara peserta didik laki-laki dan

(17)

3. Terdapat pengaruh interaktif tempat tinggal dan jenis kelamin terhadap

motivasi belajar.

Hasil analisis deskriptif sebagaimana disajikan dalam tabel

menunjukkan adanya perbedaan rata-rata motivasi belajar peserta didik, antar

kelompok utama maupun antar kelompok interaksi. Untuk menguji apakah

perbedaan tersebut signifikan atau tidak, data selanjutnya diolah menggunakan

rumus teknik analisis anava dua jalur (mengolahan data menggunakan rumus

W-Stats) dengan taraf signifikansi 5%. Maka hasil pengujiannya dapat dilihat

dalam tabel di bawah ini:

Jumlah variasi JK dk RK F

Faktor A (Tempat Tinggal) 6887,549 1 6887,549 330,875

Faktor B (Jenis Kelamin) 22,395 1 22,395 1,076

Interaksi (A*B) -8,389 1 -8,389 -0,403

Inter 1540,394 74 20,816

Total 8441,949 77

Berdasarlan hasil perhitungan di atas, maka hasil pengujian

hipotesis dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Hipotesis pertama yakni terdapat perbedaan motivasi belajar antara

peserta didik yang tinggal di asrama dan yang tinggal di rumah.

Tujuan dari analisis hipotesis ini adalah untuk membuktikan ada atau

tidaknya perbedaan motivasi belajar antara peserta didik yang tinggal

di asrama dan yang tinggal di rumah. Ternyata hasil analisis

(18)

peserta didik yang tinggal di asrama dan yang tinggal di rumah. Hal

ini berarti data tersebut tidak mendukung hipotesis yang diajukan

dalam penelitian ini. Maka kesimpulannya Ha diterima dan Ho

ditolak.

2. Hipotesis kedua yakni terdapat perbedaan motivasi belajar antara

peserta didik laki-laki dan perempuan. Tujuan dari analisis hipotesis

ini adalah untuk membuktikan ada atau tidaknya perbedaan motivasi

belajar antara peserta didik laki-laki dan perempuan. Ternyata hasil

analisis membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan motivasi

belajar antara peserta didik laki-laki dan perempuan. Hal ini berarti

data tersebut tidak mendukung hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini. Maka kesimpulannya Ho diterima dan Ha ditolak

3. Hipotesis ketiga adalah terdapat pengaruh interaktif tempat tinggal

dan jenis kelamin terhadap motivasi belajar. Tujuan dari analisis ini

adalah untuk membuktikan ada atau tidaknya pengaruh interaktif

tempat tinggal dan jenis kelamin terhadap motivasi belajar. Ternyata

hasil analisis membuktikan bahwa tidak terdapat pengaruh interaktif

tempat tinggal dan jenis kelamin terhadap motivasi belajar. Hal ini

berarti data tersebut mendukung hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini. Maka kesimpulannya adalah Ho diterima dan Ha

(19)

E. PEMBAHASAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji perbedaan motivasi belajar

antara peserta didik laki-laki dan perempuan baik yang tinggal di rumah

maupun yang tinggal di asrama, serta interaksi antar faktor-faktor tersebut.

Perbedaan dalam faktor tersebut diduga mempunyai pengaruh yang berbeda

terhadap motivasi belajar peserta didik. Demikian juga interaksi antara kedua

faktor, yakni jenis kelamin dan tempat tinggal akan menghasilkan perbedaan

dalam pencapaian motivasi belajar yang tinggi pada peserta didik.

Dari hasil analisis data, sebagaimana telah terurai pada halaman

sebelumnya, ternyata tidak semua hipotesis diterima. Artinya, ada sebagian

dugaan (hipotesis pertama) terbukti, dan ada sebagaian dugaan (hipotesis

kedua dan ketiga) yang tidak terbukti. Hasil dari penelitian ini menunjukkan

bahwa ada perbedaan motivasi belajar antara peserta didik laki-laki dan

perempuan, akan tetapi tidak ada perbedaan motivasi belajar bagi mereka

yang tinggal di asrama maupun tinggal di rumah. Serta faktor jenis kelamin

dan tempat tinggal secara bersama-sama tidak memiliki interaksi yang

signifikan terhadap motivasi belajar peserta didik.

Untuk lebih rincinya, pembahasan berikut ini akan fokus pada

pengaruh masing-masing faktor terhadap motivasi belajar peserta didik,

dalam hubungannya dengan kerangka teori yang telah penulis bangun pada

bab II dan implikasinya.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa hasil riset pertama sesuai

dengan hipotesis yang telah diajukan dalam penelitian ini. Dugaan adanya

(20)

ternyata terbukti. Pada bab II, penulis menguraikan adanya dugaan bahwa

perempuan mempunyai motivasi lebih tinggi daripada laki-laki. Dan dugaan

penulis tepat dengan adanya hasil penelitian ini. Hal ini mencerminkan bahwa

peserta didik perempuan memang lebih termotivasi dalam meraih prestasi, hal

ini dikarenakan mereka mempunyai perasaan yang lebih mendalam tentang

arti sebuah keberhasilan demi masa depannya. Sangat mempengaruhi juga

seberapa besar andil guru dalam pemberian motivasi belajar, guru sangat

berperan aktif dalam pemberian motivasi belajar kepada seluruh peserta

didiknya. Dalam hal ini, pemberian motivasi oleh guru atau orang tua

dilakukan secara merata dan tidak ada perbedaan antara laki-laki dan

perempuan, sehingga mereka mampu memotivasi dirinya untuk maju dan

berkembang secara bersama-sama tanpa ada perbedaan demi kesuksesan

belajar.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang terdahulu, yang

sebelumnya dilakukan oleh saudara Darumawan dan saudari Dena Amirul

Fata. Pada kajian teori yang penulis jadikan rujuan, kedua penelitian

mengatakan bahwa perempuan memiliki motivasi belajar lebih tinggi

daripada laki-laki, senada dengan dugaan penulis. Hal ini dapat dijadikan

pedoman bahwa motivasi belajar peserta didik di MAN 1 Semarang bisa

disamakan dengan motivasi belajar peserta didik lainya, meskipun

masing-masing peserta didik mempunyai keadaan dan faktor yang berbeda-beda.

Selanjutnya, hasil analisis data menunjukkan bahwa hasil riset yang

kedua tidak sesuai dengan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini.

(21)

di asrama dan peserta didik yang tinggal di rumah tidak terbukti. Hal ini juga

menunjukkan tidak adanya persesuaian antara hasil analisis dengan landasan

teori yang penulis uraian pada bab II, yakni bahwa peserta didik yang tinggal

di asrama memiliki motivasi belajar lebih tinggi daripada peserta didik yang

tinggal di rumah. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh saudara Ali Khomsin dan saudara Chasan Basri, mereka

sama-sama menyimpulkan dari penelitian mereka bahwa tidak adanya perbedaan

motivasi belajar antara peserta didik yang tinggal di asrama dan yang tinggal

di rumah.

Awalnya, penulis beranggapan bahwasannya mereka yang tinggal di

asrama akan mampu memotivasi dirinya untuk terus semangat dalam belajar

demi sebuah kesuksesan masa depan mereka, dengan sebuah alasan karena

adanya peraturan yang ketat dan mengikat di asrama sehingga lebih mampu

mengontrol diri peserta didik, ketimbang keadaan di rumah yang cenderung

tidak adanya kontrol dari orang tua untuk selalu memantau proses belajar

peserta didik. Asumsi tersbut terbantahkan ketika hasil penelitian ini

menujukkan bahwa tidak adanya pengaruh perbedaan tempat tinggal terhadap

motivasi peserta didik.

Implikasi dari penelitian ini adalah tidak adanya perbedaan keadaan

lingkungan peserta didik dalam hubungannya dengan motivasi belajar

mereka. Baik mereka yang tinggal di asrama maupun yang tinggal di rumah

mempunyai aturan tersendiri yang mampu mengontrol proses belajar mereka,

dan keadaan yang mereka hadapi sehari-haripun tidak memberikan pengaruh

(22)

positif terhadap semuanya, baik peserta didik, pihak sekolah maupun

keluarga. Dengan adanya persamaan ini akan mempermudah pihak sekolah

dalam memperlakukan peserta didiknya. Maksud nya, ketika keadaan

lingkungan sekitar mereka tinggal ternyata tidak memberikan pengaruh

terhadap motivasi belajar mereka, tentunya pihak sekolahpun tidak perlu

melakukan tindak lanjut untuk mengadakan peninjuan tempat tinggal peserta

didiknya. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh guru, bahwa dengan adanya

persamaan motivasi belajar ini, guru tidak perlu membedakan antar peserta

didiknya. Semua mempunyai kesempatan yang sama meskipun dengan

keadaan lingkungan tempat tinggal yang berbeda.

Terakhir, hasil analisis data menunjukkan bahwa hasil riset ketiga

tidak sesuai dengan hipotesis ketiga yang diajukan penulis, yakni terdapat

pengaruh interaksi antara tempat tinggal dan jenis kelamin terhadap motivasi

belajar peserta didik. Implikasi dari hipotesis yang ketiga ini adalah kedua

faktor ini secara bersama-sama tidak mampu memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap motivasi belajar peserta didik.

Hal ini tidak sesuai dengan landasan teori yang penulis uraikan pada

bab II, yaitu jenis kelamin dan tempat tinggal mampu mempengaruhi

motivasi belajar. Jenis kelamin masuk dalam kategori faktor internal peserta

didik, sedangkan tempat tinggal masuk dalam kategori faktor eksternal.

Meskipun pada hasil analisis sebelumnya terdapat perbedaan motivasi belajar

antara laki-laki dan perempuan, dan perbedaan jenis kelamin laki-laki dan

perempuan memberikan pengaruh terhadap motivasi belajar mereka, baik itu

(23)

internal ini mampu membedakan motivasi belajar mereka. akan tetapi

berbeda dengan peran tempat tinggal dalam mempengaruhi motivasi belajar

mereka. Faktor eksternal ini tidak sampai memberikan pengaruh yang

berakibat pada perbedaan motivasi belajar antara peserta didik yang tinggal di

asrama dan di rumah, hanya saja faktor tempat tinggal memberikan pengaruh

terhadap tinggi atau rendahnya motivasi belajar mereka. hal inilah yang

memyebabkan tidak adanya interaksi secara bersama-sama antara jenis

kelamin dan tempat tinggal terhadap motivasi belajar peserta didik.

Kesimpulan terakhir yang dapat penulis uraikan dari penelitian ini

adalah kedua faktor ini, yakni faktor internal (jenis kelamin) dan faktor

eksternal (tempat tinggal) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

motivasi belajar. Perbedaan jenis kelamin dan perbedaan tempat tinggal

tersebut tidak sepenuhnya membedakan dalam hal motivasi belajar peserta

didik. Laki-laki dan perempuan masing-masing memiliki motivasi belajar

yang berbeda, tetapi apabila ditinjau dari latar belakang tempat tinggal,

mereka yang tinggal di asrama ataupun di rumah memiliki motivasi belajar

yang sama.

F. KETERBATASAN PENELITIAN

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan.

Peneliti juga merasa ada banyak hal yang menghambat dan menjadi kendala

selama proses penelitian ini. Hal itu terjadi bukan karena faktor kesengajaan,

melainkan karena adanya beberapa keterbatasan dalam melakukan penelitian.

(24)

1. Keterbatasan waktu penelitian. Hal ini dikarenakan peneliti melaksanakan

penelitian hanya dua bulan, yakni bulan April sampai Mei, dengan

pertimbangan pada bulan April dan Mei adalah bulan pertengahan antara

pelaksanaan UTS dan UAS, jadi tidak menganggu konsentrasi responden

dalam menyiapkan UAS.

2. Keadaan sekolah yang berisik karena sedang ada renovasi gedung

poliklinik dan pengecoran gedung baru.

3. Sulitnya menemui narasumber, seperti kepala sekolah yang saat itu sering

melakukan kunjungan di luar sekolah, dan minimnya informasi dari

pengasuh asrama terkait dengan beberapa hal yang ingin peneliti ketahui,

seperti keadaan responden waktu belajar, antusias responden mengikuti

kegiatan di asrama dan lain-lain.

4. Faktor internal peneliti. Seperti jarak tempuh yang cukup jauh dan

kesibukan peneliti sebagai ibu rumah tangga.

Meskipun terdapat beberapa kendala yang menghambat peneliti,

namun akhirnya peneliti mampu menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

Semoga keterbatasan yang peneliti dahapi dapat menjadikan arahan dan

masukan bagi pembaca untuk lebih fokus dan mengatur waktu dengan lebih

Gambar

Tabel 4.1 Hasil Analisis Deskriptif Data  Tempat tinggal (A)  Laju (1)  Asrama (2)  Jenis  kelamin (B)  Laki-laki (1)  Σ LL = 774 N = 11  ẍ = 70,36  Σ(X) 2  = 54526  s 2  = 6,5  s = 2,5  Σ LA = 895 N = 10 ẍ = 89,5 Σ(X)2  = 80221 s2 = 13,1  s = 3,6  Σ  LLA
Tabel 4.3  Hasil Uji Normalitas
Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas

Referensi

Dokumen terkait

didapatkan hasil bahwa 100% menjadi keluarga mandiri IV yaitu keluarga yang dapat terlibat aktif dalam melakukan perawatan pada anggota keluarga yang mengalami

a) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. c) Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan Dan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa pengembangan materi komunikasi interpersonal siswa kelas X SLTA sederajat berdasarkan hasil validitaas dari

Dari hasil simulasi starting dua buah motor dapat diketahui jika pada kondisi ini tidak terjadi fluktuasi tegangan/flicker atau relatif sama dengan kasus pada starting

Verifikasi adalah proses untuk memastikan bahwa disain model (model konseptual) telah ditranformasikan ke dalam model komputer dengan akurasi yang memadai;

Pengertian Banjar kaitannya dengan desa adat di Bali adalah kelompok masyarakat yang lebih kecil dari desa adat serta merupakan persekutuan hidup sosial, dalam keadaan

Kebijakan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Bapak Eko Putro Sandjojo yaitu ada 4 Program Prioritas salah satunya adalah Badan Usaha Milik

Mengenai perencanaan Rumah Sakit Swasta, dengan adanya ketentuan izin bagi Rumah Sakit swasta oleh pemerintah, tentunya pendirian suatu rumah sakit swasta tidak terlepas