A. Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII semester genap SMP Negeri 3 Terbanggibesar tahun pelajaran 2011/2012 yang terdistribusi ke dalam tujuh kelas, yaitu kelas VII A, VII B, VII C, VII D, VII E, VII F, dan VII G di mana terdapat 32 siswa untuk masing-masing kelas. Dari ketujuh kelas yang ada, terdapat satu kelas unggulan, yaitu kelas VII A sedangkan kelas yang lain memiliki kemampuan yang seimbang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu dengan
mengambil dua kelas yang memiliki nilai rata-rata yang mendekati sama pada ujian tengah semester genap untuk mata pelajaran matematika. Dengan melihat rata-rata nilai ujian tengah semester genap, terpilihlah dua kelas, yaitu kelas VII B dan kelas VII G. Penentuan kelas kontrol dan kelas eksperimen dilakukan secara acak dan diperoleh kelas VII B sebagai kelas eksperimen dan kelas VII G sebagai kelas kontrol.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experimental
research). Hal ini dikarenakan tidak memungkinkan bagi peneliti untuk
mengendalikan dan memanipulasi semua faktor yang relevan. Seperti yang dikemukakan Budiyono (2003: 82-83) bahwa tujuan penelitian eksperimen semu
adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasikan semua variabel yang relevan.
C. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini responden dikelompokkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok eksperimen, yaitu siswa yang mendapat perlakuan pembelajaran matematika dengan model kooperatif tipe STAD.
Kelompok kedua adalah kelompok kontrol, yaitu siswa yang mendapat perlakuan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran konvensional. Penelitian ini menggunakan desain faktorial 2 x 2 yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Desain Faktorial Penelitian
Kemampuan Awal (B) Model Pembelajaran (A)
Tinggi (B1)
Rendah (B2)
Kooperatif Tipe STAD (A1) AB11 AB12
Konvensional (A2) AB21 AB22
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaksanakan untuk memperoleh data kemudian akan dianalisis untuk menjawab permasalahan dalam penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik tes yang berupa soal uraian digunakan untuk memperoleh data hasil belajar, dan teknik nontes yang berupa angket digunakan untuk memperoleh data disposisi matematis siswa.
Langkah-langkah penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Observasi awal untuk melihat kondisi lapangan atau tempat penelitian seperti banyak kelas, jumlah siswa, dan cara guru mengajar.
2) Menentukan populasi dan sampel.
3) Menyusun dan menetapkan materi pelajaran yang akan digunakan dalam penelitian.
4) Menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
5) Membuat instrumen tes penelitian dan instrumen nontes penelitian berupa angket disposisi matematis siswa
6) Melakukan validasi instrumen 7) Mengujicobakan instrumen
8) Melakukan perbaikan instrumen tes dan nontes
9) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada kedua kelas 10) Mengadakan tes akhir pada kedua kelas
11) Menganalisis data 12) Membuat kesimpulan.
F. Instrumen Penelitian
1. Soal Uraian
Dalam upaya mendapatkan data yang akurat maka soal yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria tes yang baik, yaitu memenuhi kriteria valid dan reliabel.
a. Uji Validitas
yang hendak diukur (Arikunto, 2008:65). Adapun rumus yang digunakan untuk mencari validitas instrumen soal yaitu rumus korelasi product moment, yaitu:
= ∑ − (∑ )(∑ )
{( ∑ 2 − (∑ )2)( ∑ 2 − (∑ )2)}
Keterangan:
: koefisien korelasi tiap item ∑ : jumlah skor total N : banyaknya subjek uji coba ∑ : jumlah kuadrat skor item
∑ : jumlah skor item ∑ : jumlah kuadrat skor total
Kemudian hasil rxy dikorelasikan dengan nilai r tabel product moment dengan =5%. Jika r hitung > r tabel, maka alat ukur dikatakan valid (Arikunto, 2008: 72).
Sebelum instrumen soal ini diukur validitasnya secara empiris, terlebih dahulu diuji validitas isinya oleh guru yang dipandang ahli. Dalam penelitian ini, validitas isi instrumen soal ditelaah berdasarkan kriteria. Penelaahan untuk uji validitas isi instrumen tes adalah sebagai berikut.
(a) Kesesuaian soal dengan kisi-kisi, kurikulum, dan kompetensi dasar; (b) Bahasa mudah dipahami;
(c) Materi soal pernah dipelajari;
(d) Soal tidak menimbulkan interpretasi atau bermakna ambigu.
Dari hasil perhitungan validitas isi yang telah dilakukan dengan bantuan program Statistical Package for Social Sciences (SPSS) 20, diperoleh data sebagai berikut:
No. Butir Nilai r hitung Butir 1a -0.0694 Butir 1b 0.5735 Butir 1c 0.0284 Butir 1d 0.4975 Butir 2 0.5776 Butir 3 0.5141 Butir 4 0.5662 Butir 5a 0.6171 Butir 5b 0.7297 Butir 6 0.5617 Butir 7 0.6403 Butir 8 0.5003
Dengan nilai r tabel = 0.497, maka butir-butir yang valid adalah butir 1b, 1d, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8.
b. Uji Reliabilitas
Menurut Arikunto (2008: 109) pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha sebagai berikut.
2 2 11 1 1 t i n n r Keterangan : 11
r : koefisien reliabilitas instrumen (tes) n : banyaknya item
2
i : jumlah varians dari tiap-tiap item tes 2
t : varians total
Nilai reliabiltas yang didapat dari diimplementasikan dengan kriteria yang dinyatakan oleh Arikunto (2008: 75) sebagai berikut.
1. antara 0,800 sampai dengan 1,000 : sangat tinggi 2. antara 0,600 sampai dengan 0,800 : tinggi 3. antara 0,400 sampai dengan 0,600: sedang 4. antara 0,200 sampai dengan 0,400 : rendah 5.
Kriteria soal yang digunakan dalam instrumen tes ini adalah antara 0,60 sampai dengan 0,800, yaitu soal memiliki reliabilitas tinggi. Setelah menghitung
reliabilitas instrumen tes, diperoleh nilair = 0,77. Berdasarkan pendapat11
Arikunto di atas, nilair memenuhi kriteria tinggi. Oleh karena itu instrumen11
tes tersebut sudah layak digunakan untuk mengumpulkan data.
c. Tingkat Kesukaran
Aiken (1994) dalam Safari (2004: 23) menyatakan bahwa tingkat kesukaran butir soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu butir tes pada tingkat kemampuan tertentu. Selanjutnya dikatakan, pada prinsipnya tingkat kesukaran suatu butir soal merupakan rata-rata skor yang diperoleh seluruh siswa dan dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya 0,00 sampai dengan 1,00. Oleh karena itu, untuk mengetahui tingkat kesukaran butir soal digunakan rumus berikut:
maks i S S TK dengan
TKi : Tingkat kesukaran butir tes ke-i S : Rataan skor siswa pada butir tes ke-i Smaks : Skor maksimum butir tes ke-i
Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria indeks kesukaran seperti tabel berikut.
Tabel 3.3 Interpretasi Tingkat Kesukaran
Besarnya TKi Interpretasi
TKi<0,30 Sangat Sukar
TKi<0,70 Cukup (Sedang)
Terlalu Mudah (Arikunto, 2008:210)
Untuk keperluan pengambilan data dalam penelitian ini, digunakan butir-butir soal dengan kriteria cukup (sedang), yaitu dengan membuang butir-butir soal dengan kategori terlalu mudah dan sangat sukar.
Setelah melakukan perhitungan tingkat kesukaran soal diperoleh hasil bahwa butir 1a memiliki tingkat kesukaran 0,65 sehingga termasuk soal dengan kriteria sedang, butir 1b memiliki tingkat kesukaran 0,82 sehingga termasuk soal dengan kriteria terlalu mudah, butir 1c memiliki tingkat kesukaran 0,71 sehingga termasuk soal dengan kriteria terlalu mudah, butir 1d memiliki tingkat kesukaran 0,50 sehingga termasuk soal dengan kriteria sedang, butir 2 memiliki tingkat kesukaran 0,72 sehingga termasuk soal dengan terlalu mudah, butir 3 memiliki tingkat kesukaran 0,61 sehingga termasuk soal dengan kriteria sedang, butir 4 memiliki tingkat kesukaran 0,75 sehingga termasuk soal dengan kriteria terlalu mudah, butir 5a memiliki tingkat kesukaran 0,57 sehingga termasuk soal dengan kriteria sedang, butir 5b memiliki tingkat kesukaran 0,60 sehingga termasuk soal dengan kriteria sedang, butir 6 memiliki tingkat
kesukaran 0,66 sehingga termasuk soal dengan kriteria soal sedang, butir 7 memiliki tingkat kesukaran 0,60 sehingga termasuk soal dengan kriteria sedang, dan butir 8 memiliki tingkat kesukaran 0,39 dengan kriteria sedang sehingga termasuk soal dengan kriteria soal sedang.
d. Daya Beda
Budiyono (2003: 65) menyatakan semua butir dari suatu instrumen harus mengukur hal yang sama dan menunjukkan kecenderungan yang sama pula.
Kecenderungan tersebut dinyatakan dengan indeks konsistensi internal yang dilihat dari korelasi antara skor butir dengan skor totalnya. Untuk instrumen soal tes hasil belajar, indeks konsistensi internal sering disebut daya beda. Selanjutnya dinyatakan jika daya beda untuk butir ke-i kurang dari 0,3 maka butir tersebut harus dibuang. Berdasarkan pendapat tersebut, rumus yang digunakan untuk menghitung daya beda tes dalam penelitian ini adalah rumus korelasi Karl Pearson dalam Budiyono (2003: 65), berikut:
2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n rxy dengan
rxy : daya beda untuk butir ke-i
n : banyaknya subyek yang dikenai tes
X : skor untuk butir ke-i (dari subyek uji coba) Y : total skor (dari subyek uji coba).
Untuk keperluan pengambilan data dalam penelitian ini digunakan butir soal dengan daya beda lebih dari atau sama dengan 0,3.
Setelah menghitung daya beda butir soal, diperoleh hasil bahwa butir 1a memiliki daya beda -0,070; butir 1b memiliki daya beda 0,573; butir 1c memiliki daya beda 0,025; butir 1d memiliki daya beda 0,540 , butir 2
memiliki daya beda 0,680; butir 3 memiliki daya beda 0,504, butir 4 memiliki daya beda 0,651; butir 5a memiliki daya beda 0,715; butir 5b memiliki daya beda 0,814; butir 6 memiliki daya beda 0,556; soal nomor 7 memiliki daya beda 0,812; dan soal nomor 8 memiliki daya beda 0,685.
Tabel 3.4 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes Hasil Belajar
1a Tidak Valid
0.77 (Reliabilitas
Tinggi)
-0,07 0.65 (sedang)
1b Valid 0,573 0,82 (terlalu mudah)
1c Tidak Valid 0,025 0,71 (terlalu mudah)
1d Valid 0,540 0,50 (sedang)
2 Valid 0,680 0.72 (terlalu mudah)
3 Valid 0,50 0,61 (sedang)
4 Valid 0,651 0.75 (terlalu mudah)
5a Valid 0.715 0.5 (sedang)
5b Valid 0,814 0,60 (sedang)
6 Valid 0.456 0.66 (sedang)
7 Valid 0.812 0.60 (sedang)
8 Valid 0.685 0.39 (sedang)
Dari tabel di atas, terlihat bahwa ada lima butir, yaitu butir 1a, 1b, 1c, 2, dan 4 yang tidak masuk kategori valid. Untuk keperluan pengambilan data, kelima butir soal tersebut tidak digunakan. Jadi hanya ada tujuh soal yang digunakan untuk pengambilan data.
2. Angket
Angket digunakan untuk memperoleh data mengenai disposisi matematis siswa. Angket ini digunakan mengingat penelitian ini menyangkut responden yang jumlahnya banyak sehingga tidak mungkin jika dilakukan penelitian satu demi satu. Angket dalam penelitian ini memuat pernyataan-pernyataan mengenai disposisi matematis siswa yang berupa soal pilihan ganda dengan 4 alternatif jawaban.
Dalam hal ini skor penilaian angket adalah: 1) untuk butir angket yang positif
- jawaban a skor : 4 - jawaban b skor : 3 - jawaban c skor : 2
- jawaban d skor : 1
2) untuk butir angket yang negatif - jawaban a skor : 1
- jawaban b skor : 2 - jawaban c skor : 3 - jawaban d skor : 4
Sebelum angket digunakan untuk mengumpulkan data, terlebih dahulu diuji cobakan. Data yang diperoleh dari uji coba angket digunakan untuk
mengetahui, validitas, konsistensi internal, dan reliabilitas.
a. Uji Validitas
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 2008:65). Adapun rumus yang digunakan untuk mencari validitas instrumen tes yaitu rumus korelasi product moment, yaitu:
Keterangan:
: koefisien korelasi tiap item N : banyaknya subjek uji coba
∑ : jumlah skor item
∑ : jumlah skor total
∑ : jumlah kuadrat skor item
∑ : jumlah kuadrat skor total
) ) ( )( ) ( ( ) )( ( 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n rxy
Kemudian hasil rxy dikorelasikan dengan nilai r tabel product moment dengan =5%. Jika r hitung > r tabel, maka alat ukur dikatakan valid (Arikunto, 2008: 72).
Sebelum instrumen angket ini diukur validitasnya secara empiris, terlebih dahulu diuji validitas isinya oleh guru yang dipandang ahli. Dalam penelitian ini, validitas isi instrumen angket ditelaah berdasarkan kriteria. Penelaahan untuk uji validitas isi instrumen tes adalah sebagai berikut.
(a) Kesesuaian soal dengan kisi-kisi, kurikulum, dan kompetensi dasar; (b) Bahasa mudah dipahami;
(c) Materi soal pernah dipelajari;
(d) Soal tidak menimbulkan interpretasi atau bermakna ambigu
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dengan bantuan program
Statistical Package for Social Sciences (SPSS) 20, diperoleh butir-butir yang
tidak valid, yaitu butir 6, 18, 19, 20, 21, 22, dan 25. Ketujuh butir ini tidak valid karena nilai r hitung<r tabel (0.311).
b. Konsistensi Internal
Sebuah instrumen terdiri dari sejumlah butir-butir instrumen. Semua butir tersebut harus mengukur hal yang sama dan menunjukkan kecenderungan yang sama pula. Ini berarti harus ada korelasi positif antara skor masing butir-butir tersebut dengan skor totalnya. Biasanya untuk menghitung konsistensi internal butir ke-i, rumus yang digunakan adalah rumus korelasi product
moment berikut: ) ) ( )( ) ( ( ) )( ( 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n rxy
dengan:
rxy : indeks konsistensi internal untuk butir ke-i n : banyaknya subyek yang dikenai tes (instrumen)
X : skor butir ke-i (dari subjek uji coba) Y : skor total (dari subjek uji coba) Butir soal dikatakan:
Konsisten, jika rxy 0,3
Tidak konsisten, jika rxy< 0,3
(Budiyono, 2003:65) Dalam penelitian ini jika indeks konsistensi internal untuk butir ke-i kurang dari 0,3 maka butir tersebut harus dibuang.
Dari perhitungan yang telah dilakukan, terdapat tujuh butir yang tidak konsisten, yaitu butir 6, butir 18, butir, 19, butir, 20, butir 21, butir 22, dan butir 25. Untuk keperluan pengambilan data keenam butir ini tidak digunakan.
c. Reliabilitas
Menurut Arikunto (2008: 109) pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha sebagai berikut.
2 2 11 1 1 t i n n r Keterangan : 11
r : koefisien reliabilitas instrumen (tes) n : banyaknya item
2
i : jumlah varians dari tiap-tiap item tes 2
Sudijono (2008: 207) berpendapat bahwa suatu instrumen dikatakan reliabel jika r11lebih dari atau sama dengan 0,70. Dari perhitungan yang telah
dilakukan, diketahui bahwa nilai r11instrumen ini adalah 0,89 sehingga
instrumen ini reliabel.
G. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, uji normalitas yang digunakan adalah metode Lilliefors dengan prosedur sebagai berikut:
a) Hipotesis
Ho : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1: Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
b) Taraf Signifikansi c) Statistik Uji L = max F(zi) S(zi) s X X z i i dengan: F(zi) = P(Z zi); Z ~ N(0,1)
S(zi iterhadap seluruh cacah zi
Xi = skor responden
d) Daerah Kritik (DK) ={ L L > L ;n} ; n adalah ukuran sampel e) Keputusan Uji
Ho ditolak jika Lhitungterletak di daerah kritik
f) Kesimpulan
1) Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika Ho diterima.
2) Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal jika Ho ditolak.
(Budiyono, 2009: 170)
2. Uji Homogenitas Variansi
Uji homogenitas variansi dilakukan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Dalam penelitian ini, uji homogenitas variansi menggunakan uji Bartlett dengan prosedur sebagai berikut.
a) Hipotesis uji:
H0: 12 22(kedua variansi homogen)
H1: 12 22(kedua variansi tidak homogen).
b) Taraf signifikansi: = 0,05 c) Statistik uji : s s ... s s b 2 p k N 1 1 k n 2 k 1 2 n 2 2 1 1 n 2 1 k N s 1 n s dengan k 1 i 2 i i 2 p i
2 i
s = variansi sampel ke-i k = jumlah sub populasi N = total sampel DK b jika ditolak H : uji Keputusan e) N n α; b n ) n , ... , n , n ; ( k b dengan ) n , ... , n , n ; ( k b b b DK : kritik Daerah d) 0 k 1 i i k i k 2 1 k 2 1 (Budiyono, 2009: 174-175) 3. Uji Hipotesis
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik statistik melalui uji analisis variansi dua jalur 2x2 dengan sel yang tak sama. Model datanya dapat
dinyatakan sebagai berikut: Xijk i j ( )ij ijk,
Keterangan:
ijk
X = data pada subyek yang dikenai faktor A (model pembelajaran) ke-i dan faktor B (kreativitas siswa) ke-j pada pengamatan ke-k = rata-rata besar
i = pengaruh faktor A kategori ke-i terhadap Xijk j = pengaruh faktor B kategori ke-j terhadap Xijk
ij
)
( = pengaruh interaksi faktor A ke-i dan faktor B ke-j terhadap Xijk
,
ijk = galat berdistribusi normal
a. Hipotesis
Hipotesis 1 Hipotesis 2 Hipotesis 3
H0A: i 0
i = 1, 2
H1A: paling sedikit ada
H0B: j 0
j = 1, 2
H0AB: ij 0
satu i 0 H1A: paling sedikit ada
satu j 0
H1A: paling sedikit ada
satu ij 0
dimana:
H0A : tidak ada perbedaan pengaruh antar baris terhadap variabel terikat
H1A : ada perbedaan pengaruh antar baris terhadap variabel terikat
H0B : tidak ada perbedaan pengaruh antar kolom terhadap variabel terikat
H1B : ada perbedaan pengaruh antar kolom terhadap variabel terikat
H0AB : tidak ada perbedaan pengaruh antar kolom dan baris terhadap variabel
terikat
H1AB : ada perbedaan pengaruh antar kolom dan baris terhadap variabel terikat
b. Taraf signifikansi: = 5 % c. Komputasi
Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama didefinisikan notasi- notasi sebagai berikut:
nij : ukuran sel ij ( sel pada baris ke –i dan kolom ke-j )
: cacah data amatan pada sel ij
: rataan harmonik frekuensi seluruh sel
= j i nij pq , 1 ij ijk ijk ij n X X SS 2 2 ( ) : N = j i ij n , ij
AB : rataan pada sel ij
N : cacah seluruh data amatan
SSij : jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij h
n
h n
Ai= j
ij
AB : jumlah rataan pada baris ke-i
Bj= i
ij
AB : jumlah rataan pada kolom ke-j
G = j i ij AB ,
: jumlah rataan semua sel
Untuk memudahkan perhitungan, didefinisikan besar-besaran (1),(2),(3),(4),(5), sebagai berikut : (1) = pq G2 (3) = i i q A2 (5) = j i ij AB , 2 (2) = j i ij SS , (4) = j j p B 2
Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama terdapat lima jumlah kuadrat, yaitu : JKA = nh{(3) – (1)} JKB = nh{(4) – (1)} JKAB = nh{(1)+(5) – (3) – (4)} JKG = (2) JKT = JKA+JKB+JKAB+JKG dengan:
JKA = jumlah kuadrat baris JKG = Jumlah kuadrat galat
JKB = jumlah kuadrat kolom JKT = Jumlah kuadrat total
JKAB = jumlah kuadrat interaksi antara baris dan kolom
Derajat kebebasan untuk masing-masing jumlah kuadrat tersebut adalah:
dkA = p-1 dkT = N -1
dkAB = (p-1)(q-1)
Berdasarkan jumlah kuadrat dan derajat kebebasan masing-masing diperoleh rataan kuadrat berikut:
dkA JKA RKA dkAB JKAB RKAB dkB JKB RKB dkG JKG RKG d. Statistik Uji RKG RKB Fb e. Daerah Kritik
1) Daerah kritik Faadalah DK = Fa Fa >F ;p 1,N pq
2) Daerah kritik Fbadalah DK = Fb Fb>F ;q 1,N pq
3) Daerah kritik Fabadalah DK = FabFab>F ;p 1 q 1,N pq
f. Keputusan Uji
Ho ditolak jika Fhitung terletak di daerah kritik
g. Rangkuman Analisis Sumber
JK dk RK Fhitung Ftabel
Baris (A) JKA p-1 RKA Fa Ftabel
Kolom (B) JKB q-1 RKB Fb Ftabel
Interaksi (AB) JKAB (p-1)(q-1) RKAB Fab Ftabel
Galat (G) JKG N – pq RKG - -Total JKT N-1 - - -( Budiyono, 2009: 229) RKG RKA Fa RKG RKAB Fab
4. Uji Komparasi ganda
Komparasi ganda adalah tindak lanjut dari analisis variansi apabila hasil analisis variansi tersebut menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak. Untuk uji lanjutan setelah analisis variansi digunakan metode Scheffe karena metode tersebut akan menghasilkan beda rerata dengan tingkat signifikan yang kecil. Langkah-langkah dalam menggunakan metode Scheffe sebagai berikut:
a. Mengidentifikasikan semua pasangan komparasi rerata
b. Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut c. Menentukan taraf signifikansi ( = 0,05 )
d. Mencari harga statistik uji F dengan rumus sebagai berikut: 1) Komparasi rerata antar baris
Karena dalam penelitian ini hanya terdapat 2 model pembelajaran maka jika HoAditolak tidak perlu dilakukan komparasi pasca anava antar baris.
Untuk mengetahui model pembelajaran manakah yang lebih baik cukup dengan membandingkan besarnya rataan marginal dari masing-masing model pembelajaran. Jika rataan marginal untuk model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih besar dari rataan marginal untuk
pembelajaran konvensional berarti pendekatan pembelajaran kooperatif STAD dikatakan berpengaruh.
2) Komparasi rerata antar kolom
Karena dalam penelitian ini peneliti tidak mencari tahu pengaruh
kemampuan awal, maka jika HoBditolak tidak perlu dilakukan komparasi
pasca anava antar kolom.
kj ij kj ij kj ij n n RKG X X F 1 1 2 dengan:
Fij-kj : nilai Fhitpada pembandingan kolom ke-ijdan kolom ke-kj
ij
X : rataan pada sel ij
kj
X : rataan pada sel kj
RKG : rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis
variansi
nij : ukuran sel ij nik : ukuran sel kj
Daerah kritik untuk uji adalah: Fij kj Fij kj> pq 1F ;pq 1,N pq
4) Komparasi rataan antar sel pada baris yang sama
Karena penellitian ini tidak mencari tahu pengaruh kemampuan awal ditinjau dari masing-masing model pembelajaran, maka komparasi rataan antar sel pada baris yang sama tidak perlu dilakukan.
e. Menentukan keputusan uji (beda rataan) untuk setiap pasang komparasi rataan.
f. Menyusun rangkuman analisis (komparasi ganda).