• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem Cakar Ayam adalah pelat beton dengan perkuatan cakar, yang berupa pipa beton. Sistem tersebut ditemukan oleh Sedyatmo pada 1961, sebagai fondasi tower transmisi listrik di Jakarta, dan kemudian digunakan sebagai runway Bandara Soekarno-Hatta di Jakarta. Sistem ini diharapkan dapat digunakan sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan badan jalan pada tanah ekspansif. Hal ini belum pernah diteliti dalam skala penuh sebelumnya, dan akan menjadi topik dalam penelitian ini.

Permasalahan yang terjadi pada tanah ekspansif adalah terjadinya displacement yang besar, dan badan jalan akan cepat rusak, sehingga perlu penanganan dengan baik. Kerusakan perkerasan lentur (flexible pavement) pada tanah ekspansif, dapat merusak badan jalan hingga pada bagian subgradenya. Sebagai contoh pada ruas jalan Ngawi-Caruban, Jawa Timur, Solo-Purwodadi, Jawa Tengah, dan masih banyak lagi sarana infrastruktur berupa jalan di Indonesia, bahkan di dunia yang belum tertangani dengan baik. Berbagai cara telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut di antaranya dengan pencampuran fly ash, kapur tohor dengan tanah subgradenya, dan kemudian dipadatkan. Cara ini dinilai kurang memberikan hasil yang signifikan.

Cara lain yaitu penggantian tanah ekspansif, dengan tanah urugan yang lebih baik. Hal tersebut akan memakan waktu dan biaya pemeliharaan yang cukup besar. Penggantian perkerasan lentur dengan perkerasan kaku berupa pelat beton mutu tinggi dengan tebal 30 cm. Penggantian ini bertujuan mereduksi tegangan akibat pengembangan tanah, ketika proses pembasahan. Alternatif lain yang dilakukan adalah dengan membuat saluran drainase yang baik, sehingga fluktuasi kadar air menjadi tetap. Cara ini umumnya dilengkapi dengan membran sebagai penahan intrusi air masuk ke dalam badan jalan, yang disebut penahan kelembaban vertikal (vertical moisture barrier).

(2)

2 Penggunaan Sistem Cakar Ayam yang telah digunakan pada tanah lunak di berbagai lokasi, menjadi salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Sistem ini digunakan di Tol Sedyatmo, Cengkareng. Tampak secara geometri sistem ini masih memperlihatkan kondisi yang baik, walaupun tetap terjadi penurunan timbunan akibat berat sendiri. Keuntungan lain adalah sistem ini merupakan Continous Reinforcement Concrete (perkerasan jalan yang menerus), sehingga nyaman dilalui. Penggunaan sistem ini juga telah dilakukan di Bandara Polonia, Medan, dan sejumlah jalan tol di Malaysia di antaranya jalan Tol Kampung Kayan – Sitiawan, kesemuanya berada di atas subgrade yang relatif lunak.

Perkembangan selanjutnya, yang diusulkan oleh Ir. Maryadi Darmokumoro (Suhendro, 2006), adalah dengan mengganti pipa beton tersebut dengan pipa baja galvanis, dan pipa beton yang lebih ringan, serta analisis dengan Metode Elemen Hingga (MEH) oleh Suhendro. Reaksi tegangan pada tanah akibat berat sendiri fondasi menjadi lebih kecil. Pelaksanaan pekerjaan jauh lebih ringan, mudah, cepat dan murah pemeliharaannya. Sistem ini disebut Sistem Cakar Ayam Modifikasi (CAM).

Sistem CAM digunakan untuk detour di Tol Sediyatmo. Tahun 2005 menjadi trial road di Pantura (Pamanukan-Indramayu), dan telah diuji coba dalam skala penuh di lapangan untuk jalan Tol Waru – Surabaya, jalan Tol Seksi IV di Makasar, dan jalan truk pengangkut semen di Samarinda, Kalimantan Timur. Khusus pada tanah ekspansif telah dilakukan di Bojonegoro, Jawa Timur.

Beberapa penelitian tentang Sistem CAM dan trial road telah dilakukan pada tanah lunak dan tanah ekspansif. Sistem ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan badan jalan pada tanah dasar ekspansif. Perpindahan vertikal displacement) akibat pengembangan tanah dasar dapat direduksi, dan pelat beton sebagai perkerasan kaku (rigid pavement) menjadi lebih kaku. Hasil yang diharapkan adalah beban lalu lintas yang melaluinya menjadi lebih aman dan nyaman.

(3)

3 B. Permasalahan

Permasalahan yang akan diteliti adalah :

1. bagaimana perilaku Sistem Cakar Ayam Modifikasi (CAM) untuk mengatasi permasalahan badan jalan pada tanah dasar ekspansif, ditinjau pada saat pengembangan tanah dasar dan pembebanan di permukaan pelat beton,

2. bagaimana hasil pengamatan model Sistem CAM diverifikasi dengan analisis Metode Elemen Hingga (MEH), menggunakan SAP 2000.

C. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk,

1. mengetahui perilaku Sistem CAM pada tanah dasar ekspansif, yaitu dengan membuat model fisik skala kecil di laboratorium dan di lapangan, dan skala penuh di lapangan,

2. menganalisis pembebanan dan perilaku Sistem Cakar Ayam Modifikasi akibat dari mengembangnya tanah ekspansif,

3. menganalisis kemampuan Sistem CAM dalam menerima beban luar dan tekanan pengembangan akibat pembasahan tanah dasar ekspansif,

4. menganalisis lendutan dan momen yang bekerja dengan menggunakan Metode Elemen Hingga (MEH), program SAP 2000.

D. Manfaat

Manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah memberikan sumbangan dalam metode, teknologi, kekuatan, dan keawetan jalan sebagai infra struktur transportasi, dan nilai ekonomis bagi masyarakat Indonesia maupun internasional.

(4)

4 E. Batasan Masalah

Beberapa hal sebagai batasan dalam penelitian ini, namun tetap fokus pada upaya penyelesaiannya, adalah sebagai berikut,

1. analisis penyelesaian yang dilakukan adalah dengan cara menggunakan persamaan yang berlaku dan terkait, selanjutnya dilakukan verifikasi dengan Metode Elemen Hingga dengan menggunakan program SAP 2000 v.11,

2. tanah dasar yang digunakan baik berasal dari Wates, Kulon Progo, Yogyakarta (untuk model skala kecil) maupun dari Widodaren, Ngawi, Jawa Timur (untuk model skala penuh), mewakili media tanah ekspansif yang sebenarnya,

3. dimensi pelat dan cakar pada model skala kecil dapat mewakili kondisi saat pengamatan sebelum dilakukan uji model dalam skala penuh,

4. tinjauan dilakukan saat tanah dasar ekspansif mengembang, sedangkan kondisi susut tidak dibahas,

5. pembebanan dilakukan dengan cara repetitif dan monotonik, terutama dalam model skala penuh.

6. hubungan pelat beton dengan cakar adalah monolit, pelat berada di atas permukaan tanah dasar, sedangkan cakar tertanam vertikal, di bawah dan tegak lurus pelat beton,

7. pengaruh pemuaian, penyusutan material, temperatur, konsolidasi dan gempa tidak ditinjau.

8. reaksi yang terjadi terhadap dinding kotak uji dalam skala di laboratorium dan kolam uji dalam skala di lapangan diabaikan (tidak dibahas).

F. Keaslian

Penelitian ini merupakan kelanjutan dari rangkaian penelitian sistem Cakar Ayam Modifikasi. Rangkaian tersebut berupa pengujian dengan model skala kecil di laboratorium dan skala penuh di lapangan, yang dilanjutkan dengan analisis Metode

(5)

5 Elemen Hingga dengan menggunakan SAP 2000 v.11, dan sebagai analisis perencanaan sistem tersebut. Beberapa pengujian telah dilakukan untuk model skala penuh di lapangan baik model preliminary maupun trial road sebagai bukti fungsi sebenarnya penggunaan Sistem CAM diaplikasikan di lapangan di atas tanah lunak.

Rencana penelitian yang diusulkan adalah meneliti perilaku model Sistem CAM dalam skala kecil di laboratorium maupun skala penuh di lapangan. Sistem CAM ini terletak di atas subgrade ekspansif, asli tanpa perbaikan tanah dasar terlebih dahulu. Berdasarkan berbagai pertimbangan dan referensi yang didapat, maka penelitian ini dapat dinyatakan sebagai penelitian murni. Penelitian Sistem CAM di atas tanah dasar ekspansif ini, belum pernah diteliti sebelumnya.

Pengamatan perilaku dengan model skala kecil dan skala penuh, baik di laboratorium ataupun di lapangan, yang dapat memberikan temuan (hal baru) model perilaku sebenarnya. Beberapa hal yang penting dalam penelitian ini adalah sebagai berikut,

1. penelitian ini menguji tekan model skala kecil, uji tekan dan cabut CAM skala penuh setelah mengalami proses swelling,

2. penelitian ini mengusulkan persamaan kesetimbangan gaya pada CAM tunggal saat proses swelling,

3. distribusi tekanan pengembangan di bawah pelat perkerasan dikembangkan berdasarkan pengamatan uji model dan skala penuh. Peneliti terdahulu mendasarkan pada hipotesa (hypotetical),

4. hubungan monolit antara pelat dan cakar dibuktikan melalui pengamatan skala penuh CAM cakar tunggal.

Tabel 1.1 menunjukkan hasil penelitian tentang Sistem Cakar Ayam yang telah dilakukan. Perkuatan dengan Cakar Ayam, pada awalnya digunakan sebagai fondasi menara transmisi hingga perkuatan runway di Bandara Sukarno Hatta, Tol Sedyatmo, hingga perkembangan Sistem Cakar Ayam Modifikasi. Hal ini merupakan penyempurnaan sistem tersebut dengan mengganti cakar beton dengan cakar baja.

(6)

6 Tabel 1.1 Riwayat penelitian Sistem Cakar Ayam

No. Peneliti Tahun Topik/judul penelitian Keterangan 1. Sedyatmo 1969 Penemuan Cakar Ayam pada tanah

lunak

Teori dan aplikasinya 2. Hadmojo 1982 Aplikasi Sistem Cakar Ayam di

lapangan

Desain dan aplikasi 3. Antono dan

Daruslan

1981 Kajian konstruksi Sistem Cakar Ayam di Bandara Polonia Medan

Hasil uji dan analisis di lapangan 4. Sutrisno 1982 Desain Sistem Cakar Ayam untuk

perkerasan bandara

Analisis hitungan 5. Suraatmaja 1982 Sistem Cakar Ayam sebagai pelat

tipis dan panjang

Analisis hitungan 6. Sosrowinarso 1982 Perilaku Sistem Cakar Ayam dan

unsurnya

Perilaku dan analisis hitungan 7. Chen dan

Limassale

1982 Analisis numeris fondasi Cakar Ayam

Analisis hitungan 8. Suhendro 1992,

1996

Hitungan numeris pendekatan analisis model Sistem Cakar Ayam

Model numeris 9. Hutagamissufardal 1999 Perilaku fondasi Cakar Ayam

akibat beban terpusat

Analisis numeris dengan MEH 10. Hardiyatmo 2000 Perilaku fondasi Cakar Ayam pada

model di Laboratorium kontribusi untuk perencanaan

Model fisik di laboratorium 11. Hardiyatmo 2003 Fondasi tiang dengan pile cap tipis

untuk mengatasi masalah bangunan di atas tanah lunak

Model fisik di laboratorium 12. Hardiyatmo 2006 Usulan penanganan tanah

ekspansif Purwodadi dengan Sistem Cakar Ayam

Teori aplikasi

13. Suhendro 2006 Uji skala penuh di lapangan Sistem Cakar Ayam Modifikasi, Waru, Jawa Timur

Model fisik skala penuh di

lapangan 14. Nawangalam 2008 Analisis dengan elemen hingga

pada model di lapangan Waru, Jawa Timur

Model numeris dengan SAP 15. Romadhoni 2008 Model elemen hingga dengan

program SAP 2000

Model numeris dengan SAP

(7)

7 Lanjutan Tabel 1.1.

No. Peneliti Tahun Topik/judul penelitian Keterangan 16. Firdiansyah 2009 Simulasi model dengan

elemen hingga SAP 2000 untuk model Waru dan Polonia

Model numeris dengan SAP

17. Latief 2009 Simulasi model numeris dengan BoEF Sistem Cakar Ayam pada tanah ekspansif

Model fisik di laboratorium dan komputerisasi 18. Hardiyatmo 2010 Analisis hitungan lendutan,

momen dengan faktor hitungan Sistem CAM

Analisis hitungan 19. Yuwono 2012 Penambahan sayap (koperan)

pada Sistem CAM

Model fisik di laboratorium dan analisis

20. Rahman 2014 Evaluasi beban pada Sistem Cakar Ayam

Analisis numeris MEH

Referensi

Dokumen terkait

Tati dkk., Buruh Migran Pekerja Rumah Tangga (TKW-PRT) Indonesia: Kerentanan dan Inisiatif-inisiatif Baru untuk Perlindungan Hak Asasi TKW-PRT, Kuala Lumpur:

Prinsip dasar dari reaksi Jaffe adalah reaksi antara kreatinin dengan pikrat dalam suasana alkali tanpa deproteinasi, membentuk kompleks kreatinin pikrat berwarna jingga

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, masalah yang dapat diidentifikasikan adalah Bagaimana pengaruh lama pengeringan dan konsentrasi tapioka

Menurut asumsi peneliti, dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat Hubungan antara Paparan Media Informasi tentang Vaksin Palsu dengan Minat Ibu

Hasil estimasi yang akan di analisis dalam penelitian ini adalah variabel dependen yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan variabel independen yaitu infrastruktur jalan

Raya Sultan Agung Pondok Ungu Rt.. Mekar

Pada Gambar 3 terlihat bahwa intensitas infeksi Thaparocleidus sp pada Lokasi I dari tiga kali pengambilan sample lebih tinggi dari lokasi sampling lainnya, intensitas rata-rata

operator, karena di lantai produksi perusahaan belum terdapat exhausted fan, maka perlu adanya pemasangan exhausted fan pada lantai produksi agar terjadi pertukaran