• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka merupakan suatu tinjauan terhadap teori, generalisasi dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka merupakan suatu tinjauan terhadap teori, generalisasi dan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka merupakan suatu tinjauan terhadap teori, generalisasi dan konsep yang dapat mengarahkan penulis dalam mengkaji permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya. Selain itu, tinjauan pustaka dapat diartikan sebagai suatu kajian terhadap studi terdahulu yang relevan dengan studi yang dilakukan beberapa penelitian yang telah dituangkan kedalam bentuk buku.

Dalam buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Laporan Buku, Makalah, Skripsi, Tesis, Disertasi) yang diterbitkan Universitas Pendidikan Indonesia (2002: 47), dimuat hal-hal berikut, 1) apakah teori-teori utama dan teori-teori turunannya dalam bidang yang dikaji; 2) apa yang telah dilakukan oleh orang lain atau peneliti lain dalam bidang yang diteliti dan bagaimana mereka melakukannya (prosedur, subjek); 3) apa yang diketahui (berdasarkan hasil-hasil penelitian) dalam bidang yang diteliti; 4) setelah peneliti melakukan kajian secara komprehensif, maka dapatlah diketahui masalah apa yang masih perlu di teliti, sehingga jelas kedudukan penelitian ini ditengah-tengah penelitian sejenis sebelumnya.

Beradasarkan prosedur maka penulis pada bab ini mencoba untuk memaparkan dan menganalisis beberapa kajian terdahulu dengan objek yang sama. Untuk kemudian menempatkan sesuai kedudukan masing-masing, sehingga menajdi jelas bagian mana yang belum terbahas oleh pelenitian sebelumnya yang menjadi kajian penulisan ini. Dengan demikian penulis dapat menempatkan skripsi ini dalam kajian-kajian sejenis.

(2)

A. Literatur mengenai Komunis

Penelitian mengenai paham komunis telah banyak dilakukan oleh para peneliti baik luar maupun dlam negeri. Beberapa tulisan sangat membantu penulis dalam memahami apa dan bagaimana paham komunis itu. Untuk memahami ideologi komunis penulis menemukan beberapa literatur.

Tulisan Anthony Brewer yang berjudul Kajian Kritis Das kapital Karl Marx (1999), dalam buku ini membahas mengenai inti dari Das Kapital yang merupakan dasar dari ideologi komunis. Menurut Brewer komunis merupakan sebuah hasil dari sebuah proses sejarah yang dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi. Setiap tingkat perkembangan produksi itu sendiri adalah perkembangan sejarah dan hasil dari pencapaian generasi-generasi sebelumnya (Brewer, 1999:11). Selanjutnya Brewer menjelaskan mengenai proses perkembangan ekonomi manusia selanjutnya mengakibatkan lahirnya komunisme, seperti ditulis Brewer bahwa:

Perkembangan produksi mengharuskan keterlibatan bentuk-bentuk kerja sama, pembagian kerja organisasi kemasyarakatan. Selanjutnya masyarakat berubah melalui serentetan tingkat yang ditandai dengan berbagai bentuk kepemilikan. Pemilikan komunilan masyarakat kuno didasrkan pada peranan budak. Pemilikan feodal (tanah) atas perampasan hamba – serfs –. Dan kepemilikan perorangan borjuis (kapitalis) atas eksploitasinya terhadap ploletariat dari pkerja upahan yang tak punya milik apa-apa. Setiap tingkat menyediakan syarat bagi yang akan datang. Perkembangan kapitalis menciptakan pemiskinan ploletariat kapitalisme. Komunisme adalah produk sejarah ayng tak terhindarkan (Brewer, 1999:19).

Tulisan Brewer memberikan wawasan kepada penulis tentang latar belakang komunisme dan penjelasan mengenai Das Kapital. Buku ini bermanfaat untuk menjelaskan teori ekonomi Marx yang merupakan latar belakang

(3)

munculnya komunisme. Kelemahan buku ini adalah hanya memaparkan mengenai teori ekonomi Marx dalam das kapital tanpa penjelasan mengenai gerakan sosial komunisme. Padahal Dalam pemikiran Marx gerakan komunisme merupakan jawaban atas persoalan pertentangan kelas dalam ekonomi.

Selanjutnya karya David Smith dan Phil Evans yang berjudul Das Kapital untuk Pemula (2004). Buku ini membahas secara komprehensi das kapital. Menurut Smith dan Evans latar belakang munculnya komunisme adalah karena adanya sistem yang menjadikan tenaga kerja sebagai komoditas. Tenaga kerja merupakan buruh yang teralienasi ketika berkerja dibawah perintah pemilik modal (Smith & Evans, 2004:162). Selanjutnya menurut Marx untuk dapat melepaskan diri dari kapitasi tenaga kerja harus berdiri sendiri.seperti ditulis Smith dan Evans, bahwa

Pekerja tidak hanya dapat meningkatkan nilai mereka sebagai tenaga kerja tapi juga meghapus status mereka yang selama ini dilihat sebagai komoditas. Kemampuan kerja tak harus dilihat sebagai komoditas dengan kemampuan tukar tertentu, yang dijual demi upah. Sebaliknya, kehidupan pekerja dapat dipersatukan dalam kehidupan kerjasama produksi yang demokratis. Tanpa batas, tanpa bisa gender, melalui produksi untuk kegunaan bersama. Ini mungkin komunisme dalam semangat yang otentik. Orang-orang biasa secara demokratis dalam mengontrol, baik produksi maupun kehidupan sosial, dalam produksi untuk kegunaan dan bukan untuk jual-beli atau keuntungan semata (Smith & Evans, 2004:163).

Selanjutnya Smith dan Evans menjelaskan bahwa jika komunisme tidak akan terwujud bila kelas ploletar (buruh) tidak bersatu. Jika ingin menghapus eksploitasi, maka harus kaum terekploitasi yang melakukannya. Terorganisisr secara politik dalam partai-partai revulisoner dan perwakilan-perwakilan daerah (Smith & Evans, 2004:177). Karya ini membantu pembahasan mengenai inti dari

(4)

ideologi komunisme secara komprehensif. Mulai dari latar belakang lahirnya komunisme sampai dengan gerakan sosial komunisme.

Tulisan Dipagitrop merupakan inti adalah diktat untuk KPS dan KPSS tentang "Pembangunan Partai" disusun oleh Depagitrop (Departemen Agitasi dan Propaganda) CC PKI, 1958.Tulisan ini memaparkan tentang pengertian Komunis. Tulisan ini membahasa ideologi kaum komunis, pengertian komunis serta lawan komunis. Menurut Dipagitrop koumunis merupakan ideologi kaum buruh, menurut Dipagitrop kaum buruh harus bersatu untuk melawan kapitalis, seperti ditulis sebagai berikut:

Klas buruh tidak memiliki alat-alat produksi. Klas buruh bekerja di dalam pabrik-pabrik, bekerjasama dan mengadakan pembagian pekerjaan dengan mempunyai tanggungjawab perseorangan menurut pembagian pekerjaan masing-masing, dan menjalankan produksi secara kolektif. Dalam produksi yang maju di pabrik-pabrik, terpeliharalah kebiasaan kaum buruh untuk bersatu, untuk saling membantu, berorganisasi dan berdisiplin. Untuk perkembangan diri klas buruh sendiri, klas buruh harus bersatu dengan massa Rakyat pekerja lainnya. Hanya dengan persatuan di kalangan klas buruh dan massa Rakyat pekerja lainnya itulah, klas buruh dapat membebaskan dirinya dan selanjutnya membebaskan seluruh massa Rakyat pekerja dari penghisapan kapitalisme. Klas buruh menaruh perhatian pada perjuangan-perjuangan untuk pembebasan Rakyat pekerja sedunia, pada kemenangan-kemenangan dan kekalahan-kekalahannya. Mereka mengerti, bahwa setiap kemenangan atau kekalahan Rakyat pekerja dimana saja adalah berarti kemenangan atau kekalahan mereka sendiri. (Dipagitrop, 1958:3)

Tulisan ini memamaparkan dasar-dasar organisasi komunis, menurut tulisan ini kelas buruh mempunyai bermacam-macam organisasi perlawanan. Terdapat diantaranya serikat buruh, organisasi koperasi kaum buruh yang dengan usaha sendiri meringankan beban dari anggota-anggotanya dan perkumpulan perkumpulan pendidikan, organisasi-organisasi pemuda, dan lain-lain sebagainya.

(5)

Semua organisasi adalah organisasi kelas buruh yang berusaha meningkatkan kesadaran kelas buruh. Dari tulisan ini penulis mengetahui dasar-dasar organisasi komunis dan pergerakan komunis dalam mencapai tujuannya.

Karya Harun Hadiwijono yang berjudul Sari Sejarah Filsafat barat 2 (1980), membahas mengenai perkembangan pemikiran umat manusia dari jaman Yunani Kuno hingga abad ke-20. didalamnya terdapat tulisan megenai pemikiran Karl Marx dan komunisme. Henrut Hadiwijono komunisme bermula dari teori Marx tentang materialisme sejarah. Sejarah terdiri dari peperangan kelas (Hadiwijono 1980, 122). Dijelaskan bahwa pada masa awal kehidupan, manusia tidak mengenal kelas dan hidup secara berkelompok (komunal). Seperti ditulis oleh Hadiwijono

Menurut Marx masyarakat asali tidak mengenal pertentangan kelas. Pada waktu itu manusia hidup dalam keadaan komunisme sejati, dimana alat-alat produksi berada di tanga masyarakat. Adanya kelas-kelas di dalam masyrakat disebabkan oleh kekhusuan pekerjaan dan karena timbulnya gagasan tentang milik pribadi (Hadiwijono, 1980:122)

Buku ini memberikan pandangan baru kepada penulis tentang komunisme. Bahwa masyarakat komunis telah tercipta pada awal kehidupan dan merupakan bentuk asali dari manusia. Ini memberikan gambaran kepada penulis untuk dapat mengalisis mengenai perkembangan paham komunis.

Tulisan Molyneux (2001) yang berjudul Mana Tradisi Marxis yang Sejati?, membahas mengenai ideologi Marxis yang sebenarnya, dirunut Karl Marx hingga kaum revisian. Molyneux menyatakan bahwa banyak orang yang mengaku Marxis yang memiliki pendapat berbeda mengenai masalah-masalah tertentu (katakanlah akan kecenderungan laju profit untuk turun, atau analisis terperinci

(6)

tentang Uni Soviet); itu wajar dalam setiap gerakan politik yang sehat dan teguh. Persoalannya jauh lebih rumit: bahwa kaum "Marxis" sering saling memenjara, memerangi serta membunuh; yang lebih merisaukan lagi, bahwa dalam semua konflik sosial, ada banyak kelompok atau tokoh "Marxis" mengambil sikap yang sama sekali bertentangan.

Molyneux (2001) berpendapat bahwa Marxis yang berkembang setelah kematian Marx jauh menyimpang dari tujuan Marx sendiri. Menurut Molyneux Marxis diciptakan oleh Marx dengan rasa humanis yang besar namun seiring perkembangan waktu Marxis berubah menjadi alat pembunuh massal, seperti yang terjadi di Uni Soviet masa Lenin dan Stalin. Dalam tulisan Molynoux ini dijelaskan bahwa:

Ada yang berupaya memecahkan masalah ini dengan menyamakan Marxisme dengan karya Marx sendiri, kemudian membandingkan karya tokoh politik lain dengan patokan itu. Namun ini pendekatan religius. Menurut Friedrich Engels, Marxisme "bukanlah sebuah dogma melainkan harus memandu aksi", makanya teori tersebut harus terus hidup dan berkembang, harus mampu menganalisis alam nyata yang senantiasa mengalami perubahan – alam nyata yang sudah berubah secara dahsyat sejak meninggalnya Marx sendiri. Meskipun dengan alasan historis kita memberi nama Marx sendiri untuk teori Marxisme, tradisi ini tidak bisa direduksi secara dogmatis kepada karya-karyanya saja. Seperti yang Leon Trotsky tulis, "Pada pokoknya Marxisme adalah metode analisis: bukan analisis akan teks-teks saja melainkan terutama akan hubungan sosial. (http://arts.anu.edu.au/suarsos/Tradisi.htm)

Tulisan Molyneux (2001) memberikan pemahaman baru kepada penulis tentang bagaimana sebenarnaya ideologi Marxis bergerak dan apa tujuan Marxis itu. Bahwa ideologi Marxis diciptakan oleh Marx dengan rasa humanis, namun – pada perkembangannya terdapat pelencengan-pelencengan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh komunis sendiri. Sehingga penulis dapat membandingkan pemikiran

(7)

komunis tokoh komunis internsional diatas dengan pemikiran komunis di Indonesia (Musso dan Aidit).

Berikutnya tulisan karya Piötr Sztompka yang berjudul Sosiologi Perubahan Sosial (2004). Dalam karya Sztompka teori perjuangan kelas dialasisi secara sosiologi. Menurut Sztompka konsep-konsep yang digunakan oleh Marx tak dapat segera dihubungkan dengan fenomena empiris karena memang merupakan konstruk, model datau idealisasi yang berguna untuk menata pengalaman empiris yang sangat kompleks (Sztompka, 2004:186).

Permikiran Marx mengenai perubahan sosial menurut Sztompka terbagi menjadi tiga pandangan. Pertama Pada tingkat sejarah dunia, Marx membayangkan kemunculan komunisme, yakni terutama melimpahnya komoditi ekonomi yang teropelihara oleh ledakan perkembangan kekuatan produktif(teknologi), lenyapnya sistem pemilikan pribadi dan lenyapnya negara. Kedua Pada tingkat sosial, ia meramalkan akan terciptanya masyarakat tanpa kelas yang adil dan merata terwujudnya prinsip ”setiap orang akan terpenuhi kebutuhannya”. Ketiga Pada tingkat tindakan idividual, ia berharap keterasingan anggota masyrakat akan lenyap sama sekali, dalam arti tercapainya kebebasan penuh: secara negatif bebas dari semua hambatan struktural dan secara positif bebas untuk membentuk lembaga dan organisasi sosial menurut keinginan orang (Sztompka, 2004:1987). Revolusi sosial tercipta pada tahapan individual.

Karya Sztompka memberikan gambaran mengenai kelemahan dan kelebihan dari teori Marxis yang disusun oleh Karl Marx. Selain itu memberikan

(8)

pandangan lain Marxisme, yaitu dilihat dari sudut pandang sosiologi. Sehingga memberikan gambaran luas bagi penulis untuk dapat memahami komunisme.

Selanjutnya karya Takashi Shiraishi (1997) yang berjudul Zaman Bergerak. Buku karangan Takashi Shiraishi memberi gambaran tantang kondisi pergerakan nasional Indonesia pada masa awalnya. Dalam buku ini dijelaskan mengenai perkembangan ideologi-ideologi yang mempengaruhi pergerakan nasional pada masa awal. Di dalamnya menyangkut perkembangan awal komunisme di Indonesia. Komunis yang pada saat itu diterima sebagai ideologi pergerakan bahkan dipersatukan dengan Islam secara terang-terangan menentang imprealisme. Hal ini mengundang dukungan banyak kalangan untuk masuk dan mendukung komunis termasuk kaum ulama seperti Haji Misbach. Dijelaskan pula mengenai pergerakan komunis pada masa awal yang berafiliasi dengan Sarekat Islam.

Buku ini memberikan pemahaman kepada penulis tentang kondisi awal pergerakan nasional yang didalamnya melibatan paham komunis. Bahkan komunis menjadi paham yang diterima oleh tokoh-tokoh pergerakan Indonesia. Komunisme pada masa awal dipersatukan dengan Islam oleh Haji Misbach, seperti ditulis Shiraishi:

Bagi Misbach, melakukan propaganda kebebasan kita, kebebasan negeri sama seperti melakukan propaganda untuk Islam dan dalam pengertian itulah ia menunjukkan sebagai mubaligh sekaligus propagandis Insulinde. (Shiraishi, 1997:204)

Hal ini memberikan gambaran kepada penulis mengenai komunisme di Indonesia. Seperti dikatakan oleh Edman bahwa sebelum datangnya komunisme ala Eropa Indonesia telah memiliki nilai-nilai komunisme (Edman, 2005:12)

(9)

Michael C Williams (2003) memaparkan tentang kondisi awal komunisme di Indonesia. Buku ini memberikan pemahaman kepada penulis bahwa komunis pada masa awal masuk ke Indonesia berafiliasi dengan Islam, bahkan saling mendukung. Williams memaparkan bahwa Islam dan komunis pernah bersatu dalam melakukan pemberontakan petani di Banten. Mengenai Islam komunis ini Williams mengatakan bahwa Islam komunis menampakkan satu paradoks yang nyata ketika seseorang mengakui bahwa tidak ada satu agama pun yang lebih membuktikan resistensinya terhadap ideologi komunis kecuali Islam (Williams, 2003:3).

Namun dalam perkembangan komunis, Islam Komunis merupakan sebuah kenyataan bahwa menurut William salah satu pemimpin komunis Indonesia Tan Malaka percaya bahwa Islam dapat digunakan untuk meraih cita-cita reaksioner. Tokoh lainnya semacam haji Misbach dan Pemimpin banten, Haji Achmad Chatib yakin tidak ada perbedaan fundamental antara Islam dan komunis (Williams, 2003:3).

Selanjutnya karya William Ebenstein berjudul Isme-isme yang Mengguncang Dunia (2006). Dalam buku ini juga dipaparkan akan peran signifikan Musso dalam pembangunan kembali PKI setelah kegagalan pemberontakan 1926-1927. Tulisan Musso yang terkenal; Djalan Baroe (1948), menemukan pijakannya dalam buku ini. Karena inti dari tulisan Musso tersebut adalah adalah perjuangan yang tidak mengenal ampun terhadap oportunisme "Kiri" dan “Kanan” didalam dan diluar Partai. Karena setelah kegagalan pemberontakan 1926-1927, kekuatan PKI tercerai berai, walau berhasil

(10)

membentuk Central Comite dibawah pimpinan Pamudji (1937), akan tetapi kepemimpinan tersebut tidaklah mulus. Terutama kesepahaman dalam menjalankan strategi taktik. Hal tersebut dapat tercermin dengan meletusnya peristiwa revolusi tiga daerah. Baik Imam Soedjono menyimpulkan akan lemahnya kepemimpinan politik PKI pada waktu itu dan adanya perbedaan garis politik dengan implementasi kerja yang berbeda diantara para pimpinan PKI dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

B. Musso

Karya Musso (1948), yang berjudul Djalan Baroe karya Musso ini merupakan sebuah oto kritik terhadap perjuangan PKI pada masa perang kemerdekaan. Dalam tulisan ini terlihat bagaimana pandangan dan pemikiran Musso terhadap komunisme di Indonesia. Dalam tulisan ini musso lebih menitikberatkan kepada perjuangan kaum komunis untuk merebut kekuasaan pemerintah. Menurut Musso tujuan kaum komunis adalah mendirikan Republik Indonesia berdasarkan Demokrasi rakyat, yang meliputi seluruh daerah Indonesia dan yang bebas dari pengaruh imprealisme serta tentaranya (Musso. 1948:17). Dalam tulisan ini Musso mangatakan bahwa kaum komunis Indonesia dalam upayanya mencapai tujuan harus bekerjasama dengan gerakan-gerakan anti-imprealis Asia, Eropa dan Amerika.

Karya Soek Hok Gie (1997), dalam tulisan ini memaparkan mengenai latar belakang terjadinya pemberontakan PKI tahun 1948 terhadap pemerintahan Republik Indonesia. Dipaparkan bagaimana kondisi sosial ekonomi rakyat Indonesia sebelum terjadinya pemberontakan, serta dijelaskan pula pertentangan

(11)

ideologi yang terjadi sebelum pemberontakan terjadi termasuk ideologi komunis. Karya ini cukup membahas secara lengkap perkembangan komunis di Indonesia mulai dari awal berdiri sampai pada masa perang kemerdekaan, dengan melihat dari berbagai pandangan. Karya ini membantu penulis dalam memahami kondisi komunis di Indonesia khususnya pada masa perang kemerdekaan.

Gie memaparkan beberapa perubahan yang terjadi dalam komunis di dunia pasca Perang Dunia II. Pada masa perang dunia II komunisme Internasional bekerja sama dengan kaum liberal untuk melawan fasis. Setelah perang dunia berakhir pandangan tersebut hilang dengan adanya teori Zhdanov, yang menyatakan bahwa, kerjasama dengan kaum imprealis tidak usah dilanjutkan. Selain itu, partai-partai komunis harus mengambil garis keras dan memimpin perjuangan di negara-negara masing-masing. (Gie, 1997:170)

Tulisan ini memaparkan bagaimana pemikiran Musso dalam resolusi Djalan Baroe mempengaruhi pergerakan komunisme Indonesia. Tulisan ini membantu penulis dalam menganalisis kondisi komunis Indoensia serta membantu penulis dalam menganalisis pemikiran Musso pada sekitar tahun 1948. Menurut Gie ide dasar Musso dalam Djalan Baroe terbagi menjadi tiga, pertama ia ingin membentuk sebuah fron nasional yang dipimpin oleh PKI. Kedua, ia ingin mengubah organisasi PKI menjadi partai Marxis-Leninis yang tunggal. Ketiga ia ingin menyesuaikan garis partai dengan garis keras komintern (Gie, 1997:224).

Tulisan terakhir merupakan karya Himawan Sutanto (2003) yang berjudul Pemberontakan PKI 19 September 1948 (1) Muso Datang untuk ”Menertibkan

(12)

Keadaan”. Tulisan ini membahas mengenai pemberontakan PKI madiun serta peranan Musso dalam pemberontakan tersebut. Sutanto mangatakan bahwa

Tahun 1948 merupakan tahun perjuangan terberat bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaannya. Kesatuan dan persatuan yang sangat diperlukan menghadapi Belanda mendapatkan tikaman dari belakang. Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun September 1948 dilancarkan ketika Indonesia sedang bersiap menghadapi agresi Belanda yang bermaksud menguasai daerah RI yang masih tersisa di Jawa dan Sumatera. (http://www.sinarharapan.co.id/berita/0509/19/opi01.html) Menurut Sutanto (2003) pemberontakan 1948 sangat dipenngaruhi oleh pemikiran Musso, seperti dikatakan Sutanto:

Kehadiran Muso mempunyai arti politis bagi gerakan komunis di Indonesia. Ia membawa “garis komunis internasional ortodoks“ ialah garis keras Zhadanov. Di tahun 1947, gerakan komunis internasional (Komintern) berubah haluan dan menempuh garis keras. Garis lunak Dimitrov yang dilakoni sejak 1935 yaitu bekerja sama dengan kapitalis untuk melawan fasisme sudah dikesampingkan. Komintern diubah namanya menjadi Kominform (komunis reformasi). Angin perubahan dari Moskow ini yang dibawa Muso ke Indonesia. Ia ingin merombak organisasi yang dinilainya kurang revolusioner dan radikal. Dalam konferensi PKI pada 26-27 Augustus 1948, ia mengungkapkan garis Kominform yang telah berubah seraya mengajukan rencana-rencana baru yang dituangkannya di thesisnya: ”Jalan Baru untuk Republik Indonesia”. (http://www.sinarharapan.co.id/berita/0509/19/opi01.html)

Tulisan Sutanto (2003) memberikan pengertian kepada penulis bahwa pemikiran Musso membawa garis komunis Moskow dan mencoba menerapkannya di Indonesia dengan cara pemberontakan.

C. Aidit

Komunisme ala Aidit yang ditulis oleh Peter Edman (seterusnya disebut Edman). Buku ini mengkaji tentang pemikiran komunisme Aidit (1950-1965). Selain itu buku ini mengkaji tentang sejarah pergerakan PKI sejak awal berdiri hingga masa Aidit. Dijelaskan pula perbedaan-perbedaan pemikiran Aidit selama

(13)

menjadi pemimpin PKI dengan tokoh-tokoh PKI sebelumnya, seperti di ungkapkan oleh Edman, bahwab kepemimpinan Aidit atas PKI telah membawa partai tersebut pada suatu arah yang jelas-jelas berbeda dengan sebagian besar pendahulunya, yang telah memberinya sentuhan khas Indonesia dengan jelas (Edman, 2002:3).

Selanjutnya Edman memaparkan pengaruh kehidupan Aidit terhadap pemikirannya tentang komunisme di Indonesia yang membedakannya dengan tokoh-tokoh komunis Indonesia lainnya khususnya Musso.

Dengan latar belakang yang sepenuhnya Indonesia, Aidit dapat berinteraksi dengan situasi melalui cara-cara yang tidak dapat dilakukan oleh sebagain besar tokoh PKI. Meskipun ia bukanlah seorang Jawa, akan tetapi sebagaimana mereka yang tetap tinggal di Indonesia selama pendudukan ataupun masa-masa revolusi, ia memiliki kelebihan-kelebihan tertentu yang tidak dimiliki oleh para tokoh lainnya, misalnya saja Tan Malaka yang menghabiskan sebagain terbesar waktunya di Moskow dan tentu saja Musso yang kurang begitu memahami Indonesia.(Edman, 2002:249)

Melalui tulisan Edman dapat diketahuai pemikiran-pemikiran Aidit dalam kurun waktu 1951 – 1965 sayangnya Edman kurang menjelaskan secara mendalam bagaimana perbedaan-perbedaan Aidit dengan tokoh PKI lain khususnya Musso. Bertolak dari hal tersebut maka skripsi ini berudaha mengisi kekosongan tersebut.

Sumber kedua merupakan tulisan dari Aidit. Dari tulisan Aidit dapat diketahui pemikiran Aidit tentang komunisme di Indonesia. Menurut Aidit kaum komunis di Indonesia harus bekerja sama dengan masa nasionalis dan Islam, seperti diungkapkan sebagai berikut:

(14)

Tidak ada alasan samasekali bagi massa komunis, jang terorganisasi dan tidak terorganisasi, untuk menolak kerdjasama berdasarkan suatu program jang kongkret dengan massa nasionalis dan Islam, jaitu massa partai2 nasionalis dan Islan jang terorganisasi dan tidak terorganisasi. (Aidit, 1954:29)

Menurut Aidit kaum komunis harus berada ditengah-tengah rakyat dan membantu kehidupan rakyat dan pemahaman tersebut harus ditekankan kepada seluruh kuam komunis, seperti diungkapkan

Partai komunis adalah partai jang hidup di tengah2 masjarakat. Adalah keliru djika kita mengira bahwa ideologi burjduis dan pengaruh burdjuis hanja ada di luar partai. Apalagi dengan banjaknja orang2 baru jang masuk kedalam partai kita, juga kebanjakanja masuk dengan membawa restan2 ideologi dan kebiasaan2 burdjuis dan feodal ke dalam partai.

Tulisan Kasenda (2001) yang berjudul Soekarno, D.N. Aidit dan PKI membahas mengenai hubungan antara Soekarno Aidit dan PKI. Kasenda memaparkan hubungan Soekarno dengan tokoh-tokoh PKI khususnya Musso dan Aidit. Menurut Kasenda hubungan antara Sukarno dengan Musso dan Aidit dapat dikatakan sangat baik, sebelum terjadinya pemberontakan yang dilakukan oleh keduanya. Menurut Kasenda naiknya nama PKI pada masa pemerintahan Soekarno tidak lepas dari pengaruh Soekarno sendiri, disini Kasenda menulis:

Dengan diawali adanya Demokrasi Terpimpin, inilah PKI mulai lagi memainkan peranan yang penting dalam peta politik Indonesia. Naik panggungnya PKI tidak lepas dari pemikiran politik Soekarno. Untuk itu ada baiknya saya menjelaskan sedikit tentang masa transisi ke arah Demokrasi Terpimpin. Konsepsi Presiden, 21 Februari 1957, di mana ia ingin membentuk Kabinet Gotong Royong dan Dewan Nasional. Artinya, kabinet semacam itu diartikan Soekarno dengan memakai bahasa Belanda “Alle kinderen aan een eettafel aan werktafel“ (Semua makan bersama di satu meja dan kerja). Maksudnya Soekarno adalah di dalam kabinet itu, nantinya semua partai dan golongan yang mempunyai suara minimal di DPR harus diikutsertakan. Dengan demikian Presiden Soekarno secara tidak langsung mengkondisikan PKI dimasukkan dalam kabinet itu, sebagaimana pencerminan 4 besar

(15)

dalam Pemilihan Umum 1955 dan dibantu oleh partai kecil. maksudnya agar kabinet semacam itu lebih mampu menjalankan koalisi yang senantiasa diganggu oposisi. Walaupun hasilnya tidak seperti yang diinginkan Soekarno. (http://peter-kasenda.blogspot .com/2008/04/soekarno-d-n-aidit-dan-pki.html)

Menurut Kasenda dukungan Soekarno ini terjadi karena mencuatnya pemikiran tantang Nasakom. Pemikiran yang pernah dikemukakan pada tahun 1920-an tentang bersatunya tiga isme mau merealisir kembali. Bukan berarti ini bahwa Soekarno ingin mempertahankan PKI dalam persatuan nasional. Seperti apa yang dikatakan dalam pidatonya, “Laksana Malaikat yang Menyerbu dari Langit: Jalannya Revolusi Kita 17 Agustus 1960“, ia menegaskan bahwa di Indonesia, ada tiga golongan besar revolusionaire krachten yang tidak dapat diingkari keberadaannya di Indonesia, yaitu Nasakom yang merupakan kerja sama aliran-aliran politik ideologis. Dan seringkali Soekarno menegaskan tentang Nasakom sebagai suatu kebenaran yang hidup dalam masyarakat Indonesia. (http://peter-kasenda.blogspot.com/2008/04/soekarno-d-n-aidit-dan-pki.html)

Dari tulisan Kasenda dapat disimpulkan bahwa perkembangan komunis pada masa pemerintahan Soekarno sangat diepangruhi oleh Soekarno sendiri. Hal ini memepengaruhi kebijakan partai, hal ini mempengaruhi pula pemikiran Aidit. Tulisan ini memberikan pemahaman baru kepada penulis tenatang perubahan pemikiran tokoh komunis dipangruhi oleh kondisi sosial politik suatu Negara.

Rex Mortimer (1974) memaparkan tentang Ideologi komunis pada masa Pemerintahan Sukarno (1959-1965). Disini dijelaskan bagaimna ideologi komunis dalam tubuh PKI secara berangsur-sangsur mulai meninggalkan garis Moskow. Menurut Mortimer untuk memahami bagaimana kegiatan dan strategi yang

(16)

digunakan pada masa Sukarno, kita harus memahami bagaimana Ideologi PKI, seperti dikatakan oleh Mortimer:

Consequently, the elucidation of the ideologi of the PKI will necessary state a survey of the party activities and the events to which those activities were related. But the present work does not purpost to be a history of the PKI, and still less a history of guined Democracy. Events and activities are introduced only to the extent that they demonstrate how the PKI concived of the action implications of this generalized strategy (Montimer, 1979:21).

Dari buku ini penulis mendapatkan pemahaman mengenai perbandingan ideologi PKI masa Soekarno dan masa perang kemerdekaan. Selain itu Mortimer juga mengungkapkan bahwa aktivitas PKI pada masa pemerintahan Soekarno sangat bergantung sekali kepada pemimpinnya. Seperti ditulis Montimer:

The PKI was a practical party in that its programantic statements were always concerned with the political task of the fore see able future and in that it was seldom constrained by considerations of docrinal fedelity from pursuing a course which its the leader felt were its best immediate interest (Mortimer, 1979:23).

Dalam buku ini menerangkan adanya perubahan dalam pemikiran Aidit, seperti ditulis Montimer:

At first the Aidit leadership worked with a concept of the United National Front strategy taken from Uni Soviet source, but by 1954 it had already begun to modify this strategy, principally by downgrading the role of class stunggle and the significance of PKI hegemony over the front in favor of a top levels alliance with PNI in which the PKI was prevared to accept a sub ordinate status for an idenfinite periode (Montimer, 1979:24)

Sulistyo dalam tulisannya menjelaskan penyebab komunis pada masa Aidit dapat berkembang dengan pesat, seperti ditulis Sulistyo

Ada dua penjelasan yang dapat digunakan untuk menerangkan pertumbuhan jumlah anggota PKI. Pertama, PKI melancarkan strategi

(17)

yang radikal dan agresif sehingga menarik lebih banyak pengikut dan simpatisan dalam waktu singkat. Kedua PKI mengubah taktik dari perjuangan bersenjata menajadi fron kesatuan. (Sulistyo, 2000:32)

Sulistyo memaparkan kondisi PKI pada masa Aidit. Dari pemaparan Sulistyo penulis mengetahui pola dan strategi PKI pada masa Aidit, yang secara tidak langsung merupakan hasil pemikiran Aidit. Pada masa Aidit PKI melakukan penyesuaian ideologi Marxis-Leninis, menurut Sulistyo hal ini adalah terjemahan pribumi atas Marxisme dan komunisme, seperti konsepsi tentang pertentangan kelas berdasarkan jenis pekerjaan yang ada di masyrakat (Sulistyo, 2000:32)

Buku karangan Herbert Feith dan Lance Castles (1970) memaparkan tentang pertentangan ideologi dan pemikiran politik Indonesia masa 1945-1965. Buku ini merupakan kumpulan tulisan dari tokoh-tokoh politik Indonesia pasca Proklamasi, didalamnya terdapat empat tulisan Aidit yang menggambarkan pola pemikiran Aidit tentang republik Indonesia dan komunisme di Indonesia. Dari buku ini penulis mengetahui perkembangan ideologi yang berkembangan di Indonesia pasca Proklamasi. Termasuk di dalamnya perkembangan komunis dan tulisan-tulisan Aidit masa itu.

Buku ini tidak memberikan seuatu analisis mengenai perkembangan pemikiran politik Indonesia secara menyeluruh, tulisan ini hanya menyampaikan tulisan-tulisan dari tokoh Indonesia yang sebelumnya pernah di tulis. Sehingga penulis tidak menemukan penjelasan yang komprehensif mengenai pemikiran tokoh Indonesia khususnya Aidit. Feith dan Castles hanya mengkalisfikasikan pemikiran-pemikiran politik tokoh Indonesia berdasarkan ideologi. Namun buku

(18)

ini memberikan pemahaman kepada penulis tentang keadaan ideologi politik Indonesia sebagai latar belakang pemikiran Aidit.

Buku Hermawan Sulistyo (2000) berisi tentang aksi penumpasan pemberontakan Gestapu. Sulistyo memaparkan kondisi sebelum terjadinya pemberontakan dari berbagai sudut pandang. Mulai dari susut pandang PKI sendiri maupun dari pihak anti-komunis. Hal ini memberikan gambaran kepada penulis tentang kondisi sosial politik pada masa akhir kepemimpinan Aidit yang mempengaruhi pemikiran Aidit. Selain itu membantu penulis dalam menganalisis dampak dari pemikiran tokoh Musso dan Aidit terhadap perkembangan komunisme di Indonesia.

Sulistyo dalam tulisannya menjelaskan penyebab komunis pada masa Aidit dapat berkembang dengan pesat, seperti ditulis Sulistyo

Ada dua penjelasan yang dapat digunakan untuk menerangkan pertumbuhan jumlah anggota PKI. Pertama, PKI melancarkan strategi yang radikal dan agresif sehingga menarik lebih banyak pengikut dan simpatisan dalam waktu singkat. Kedua PKI mengubah taktik dari perjuangan bersenjata menajadi fron kesatuan. (Sulistyo, 2000:32)

Sulistyo memaparkan kondisi PKI pada masa Aidit. Dari pemaparan Sulistyo penulis mengetahui pola dan strategi PKI pada masa Aidit, yang secara tidak langsung merupakan hasil pemikiran Aidit. Pada masa Aidit PKI melakukan penyesuaian ideologi Marxis-Leninis, menurut Sulistyo hal ini adalah terjemahan pribumi atas Marxisme dan komunisme, seperti konsepsi tentang pertentangan kelas berdasarkan jenis pekerjaan yang ada di masyrakat (Sulistyo, 2000:32).

Referensi

Dokumen terkait

Kepuasan responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang kategori tinggi adalah 38 responden ( 38 % ) dan kategori sedang 62 responden ( 62 % ), dengan

 Prinsip: memeriksa berat jenis urine dengan alat urinometer  Tujuan: mengetahui kepekatan urine.  Alat

Tabel 5.3 Realisasi Pendapatan Pemerintah Kabupaten Minahasa Menurut Jenis Pendapatan (juta rupiah), 2012-2015. Sumber: Kabupaten Minahasa Dalam Angka

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Ervilah dan Fachriyah (2015), Bustamam, et al (2010) dan Kartika (2011) menemukan pengaruh antara total

Adapun hasil penelitiannya menunjukkan bahwa untuk emiten BEI, rasio lancar dan profit margin berpengaruh signifikan, sedangkan perputaran total aktiva, total hutang terhadap

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, dengan ini menyetujui untuk memberikan ijin kepada pihak Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknik Universitas Muria Kudus

Verifikasi dilakukan dengan memasukan data eksperimen ke dalam model Renko sehingga diperoleh nilai parameter model baru untuk memprediksi pola pengendapan yang terbbentuk..