• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAHAMAN SISWA TENTANG KONSEP DEMOKRASI DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMAHAMAN SISWA TENTANG KONSEP DEMOKRASI DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online) 530

PEMAHAMAN SISWA TENTANG KONSEP DEMOKRASI DALAM

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Agung Suharyanto

Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Medan Area

Corresponding: agungsuharyanto@staff.uma.ac.id

Abstrak

Siswa merupakan unsur penting dalam pembangunan dan kelangsungan hidup Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pada kondisi negara yang memiliki heterogenitas masyarakat, cenderung menerapkan sistem demokrasi dalam menjalankan roda pemerintahan. Konteks demokrasi secara sederhana menunjukkan adanya pemeritahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Prinsip utama dalam penerapan demokrasi adalah adanya pengakuan atas kebebasan hak individual (human right) terhadap upaya untuk menikmati hidup, sekaligus dalam mekanisme menjalankan kewajiban sebagai warga negara. Suasana kehidupan yang demokratis merupakan dambaan bagi umat manusia termasuk manusia Indonesia. Karena itu demokrasi tidak akan datang, tumbuh dan berkembang dengan sendirinya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, karena itu sikap demokrasi memerlukan usaha nyata setiap warga dan perangkat pendukungnya yaitu budaya yang kondusif (rancangan masyarakat). Sikap ini perlu diberikan kepada siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Kata Kunci : Pemahaman Siswa, Konsep Demokrasi, Pendidikan Kewarganegaraan PENDAHULUAN

Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 dan pasal 4 Menyebutkan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan nasional adalah: Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan untuk menjadikan warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab adalah pendidikan demokratis.

Dalam kehidupan bangsa Indonesia, pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup bangsa Indonesia. Oleh karena itu betapa pentingnya membina dan mengarahkan siswa agar menjadi manusia yang mampu dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, masyarakat, bangsa, dan negara.

Peranan pendidikan dalam kehidupan sangat penting. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 dan pasal 5 ayat 1 menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Demikian pentingnya peranan pendidikan, maka dalam UUD 1945 diamanatkan bahwa tiap-tiap warga negara berhak untuk mendapat pendidikan, pengajaran dan pemerintah mengusahakan untuk menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang pelaksanaannya diatur dalam undang-undang.

Sistem demokrasi merupakan suatu bentuk tindakan yang menghargai perbedaan prinsip, keberagaman (heterogenitas) nilai-nilai masyarakat dalam suatu negara. Konsekuensi logis dari penerapan demokrasi adalah memberikan kebebasan bertindak pada setiap orang sesuai dengan kehendaknya dalam batasan normatif tertentu. Terbentuknya budaya demokrasi pada suatu negara banyak ditentukan oleh penerapan sistem pendidikan yang berlaku, sehingga semakin demokratis pelaksanaan pendidikan di suatu negara, akan memberikan implikasi pada peningkatan taraf keperdulian masyarakat terhadap hak dan kewajibannya dalam menggunakan pikiran, tenaga, dan suaranya.

PEMBAHASAN

Pengertian Pemahaman

Menurut Ali (1999:280) dalam kamus lengkap bahasa Indonesia menyatakan “Pemahaman berasal dari kata paham yaitu mengerti atau memahami dengan benar”. Maka berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa apabila seseorang sudah belajar harus mampu untuk mengerti dan memahami apa yang telah dipelajari tersebut. Setiap individu mempunyai tingkat pemahaman yang berada antara individu yang satu dengan individu yang lainnya yang mungkin disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kemampuan Cognitive individu tersebut.

Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya (1) pengertian; pengetahuan yang banyak, (2) pendapat, pikiran, (3) aliran; pandangan, (4) mengerti benar (akan); tahu benar (akan); (5) pandai dan mengerti benar, apabila mendapat imbuhan me-i menjadi memahami, berarti; (1) mengetahui benar, (2) pembuatan, (3) cara memahami atau memahamkan

(2)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online) 531

(mempelajari baik-baik supaya paham) (Depdikbud , 1994: 74), sehingga dapat diartikan bahwa pemahaman adalah suatu proses, cara memahami, cara mempelajari baik-baik supaya paham dan mengetahui banyak.

Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Pemahaman adalah sesuatu hal yang kita pahami dan kita mengerti dengan benar.pemahaman menurut: (1) Sudirman adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan carnya sendiri tentang pengetahuan yang pernah deterimanya, (2) Suharsimi menyatakan bahwa pemahaman (comprehension) adalah bagaimana seorang mempertahankan, membedakan, menduga (estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan.(3) Dengan pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara fakta – fakta atau konsep.

Menurut Poesprodjo (1987: 52-53) bahwa pemahaman bukan kegiatan berpikir semata, melainkan pemindahan letak dari dalam berdiri di situasi atau dunia orang lain. Mengalami kembali situasi yang dijumpai pribadi lain di dalam erlebnis (sumber pengetahuan tentang hidup, kegiatan melakukan pengalaman pikiran), pemahaman yang terhayati. Pemahaman merupakan suatu kegiatan berpikir secara diam-diam, menemukan dirinya dalam orang lain.

Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan demokrasi dapat saja merupakan pendidikan yang diintegrasikan ke dalam berbagai bidang studi, misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Sejarah atau diintegrasikan kedalam kelompok ilmu sosial (social studies). Dilain pihak pendidikan demokrasi dapat pula dijadikan subject matter tersendiri sehingga merupakan suatu bidang studi atau mata pelajaran. Misalkan dimunculkan mata pelajaran civics yang masa lalu pernah menjadi mata pelajaran sekolah. Namun, civics yang sekarang hendaknya dipertegas dan dibatasi pendidikan demokrasi di Indonesia.

Mata Pelajaran Kewargaan Negara telah mengalami perubahan dari masa ke masa. Sebelum mata pelajaran pendidikan Kewargaan Negara, kita pernah mengenal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) pada kurikulum 1994, Pendidikan Moral Pancasila (PMP) pada kurikulum 1984, PKN pada kurikulum 1973. Civics tahun 1962 yang tampil dalam bentuk indoktrinasi politik; civics tahun 1968 sebagai unsur dari pendidikan kewargaan negara yang bernuansa pendidikan ilmu pengetahuan sosial; PKN tahun 1969 yang tampil dalam bentuk pengajaran konstitusi dan ketetapan MPRS; PKN tahun 1973 yang diidentikkan dengan pengajaran IPS; PMP tahun 1975 dan 1984 yang tampil menggantikan PKN dengan isi pembahasan P4; dan PPKn 1994 sebagai penggabungan bahan kajian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang tampil dalam bentuk pengajaran konsep nilai yang disaripatikan dari Pancasila dan P4.

Melalui mata pelajaran PKn diharapkan peserta didik bukan hanya memiliki pengetahuan yang luas tentang materi pokok PKn yang meliputi politik, hukum, dan moral (pengetahuan kewarganegaraan), tetapi juga memiliki keterampilan dalam merespon berbagai persoalan politik, hukum, moral, dan terampil menggunakan hak dan kewajibannya di bidang politik, hukum, dan moral (keterampilan kewarganegaraan). Selain itu, melalui PKn diharapkan peserta didik memiliki sikap, rasa tanggung jawab dan hormat terhadap peraturan yang berlaku (watak kewarganegaraan).

Hal yang sangat penting dalam pendidikan sekolah adalah mengenai kurikulum pendidikan demokrasi. Kurikulum pendidikan demokrasi menyangkut dua hal: panataan dan isi materi. Penataan menyangkut pemuatan pendidikan demokrasi dalam suatu kegiatan kurikuler (Mata Pelajaran). Isi materi berkenaan dengan kajian atau bahan apa sajakah yang layak dari pendidikan demokrasi.

Sejarah Demokrasi di Indonesia

Istilah "demokrasi" berasal dari Yunani Kuno yang tepatnya diutarakan di Athena kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun, arti dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan perkembangan sistem "demokrasi" di banyak Negara (Winarno : 89-90).

Kata "demokrasi" berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini disebabkan karena demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu Negara (Azra 2003:190).

Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian kekuasaan dalam suatu negara umumnya berdasarkan konsep dan prinsip trias politica dengan kekuasaan negara yang diperoleh dari rakyat juga harus digunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

Menurut Rinaharini (dalam Http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi). Semacam trias politica ini menjadi sangat penting untuk diperhitungkan ketika fakta-fakta sejarah mencatat kekuasaan pemerintah (eksekutif) yang begitu besar ternyata tidak mampu legislatif untuk membentuk masyarakat yang adil dan beradab, bahkan kekuasaan absolut pemerintah seringkali menimbulkan pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia.

Demikian juga kekuasaan berlebihan di lembaga negara yang lain, misalnya kekuasaan berlebihan dari lembaga menentukan sendiri anggaran untuk gaji dan tunjangan anggota-anggotanya tanpa mempedulikan aspirasi rakyat, tidak akan membawa kebaikan untuk rakyat.

(3)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online) 532

Intinya, setiap lembaga negara bukan saja harus akuntabel (accountable), tetapi harus ada mekanisme formal yang mewujudkan akuntabilitas dari setiap lembaga negara dan mekanisme ini mampu secara operasional (bukan hanya secara teori) membatasi kekuasaan lembaga negara tersebut.

Sejak kemerdekaan 17 Agustus 1945, UUD 1945 memberikan penggambaran bahwa Indonesia adalah negara demokrasi. Dalam mekanisme kepemimpinannya presiden harus bertanggung jawab kepada MPR dimana MPR adalah sebuah badan yang dipilih dari rakyat. Sehingga secara hirarki seharusnya rakyat adalah pemegang kepemimpinan negara melalui mekanisme perwakilan yang dipilih dalam pemilu. Indonesia sempat mengalami masa demokrasi singkat pada tahun 1956 ketika untuk pertama kalinya diselenggarakan pemilu bebas di Indonesia, sampai kemudian Presiden Soekarno menyatakan demokrasi terpimpin sebagai pilihan.

Keyakinan bahwa kehendak rakyat adalah dasar utama kewenangan pemerintah menjadi basis bagi tegak kokohnya sistem politik demokrasi. Awal abad ini pun akan terus menyaksikan gelombang aneksasi paham demokrasi mewabah ke seluruh negara berbarengan dengan isu-isu global lainnya seperti hak asasi manusia, keadilan, masalah gender, dan persoalan lingkungan hidup.

Hakikat Demokrasi

Menurut Winarno (2006:86) dari sudut bahasa (etimologis) “demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu demos yang berarti rakyat dan cratos atau cratein yang berarti pemerintahan atau kekuasaan. Jadi, secara bahasa, demos-cratein atau demos-cratos berarti pemerintahan rakyat atau kekuasaan rakyat”. Konsep demokrasi lahir dari Yunani Kuno yang dipraktikkan dalam hidup bernegara. Demokrasi yang dipraktikkan pada waktu itu adalah demokrasi langsung, artinya hak rakyat untuk membuat keputusan-keputusan politik dijalankan secara langsung oleh seluruh rakyat atau warga negara.

Menurut Winarno (2006:90) bila ditinjau keadaan di Yunani pada saat itu, tampak bahwa “ rakyat ikut secara langsung”. Karena keikutsertaannya yang secara langsung maka pemerintahan pada waktu itu merupakan pemerintahan dengan demokrasi secara langsung. Hal ini dapat dilakukan karena Yunani pada waktu itu berupa kota (polis) yang penduduknya terbatas pada sebuah kota dan daerah sekitarnya yang berpenduduk sekitar 300.000 orang. Tambah lagi, meskipun ada keterlibatan seluruh warga, namun masih ada pembatasan, misalnya para anak, wanita, dan para budak tidak berhak berpartisipasi dalam pemerintahan.

Maka untuk menghindari kesulitan seperti di atas dan agar rakyat tetap memegang kedaulatan tertinggi, dibentuklah badan perwakilan rakyat, badan inilah yang menjalankan demokrasi. Namun pada prinsipnya rakyat tetap merupakan pemegang kekuasaan tertinggi sehingga mulailah dikenal “ demokrasi tidak langsung” atau “demokrasi perwakilan”.

Jadi, demokrasi atas dasar penyaluran kehendak rakyat ada dua macam, yaitu Demokrasi langsung adalah paham demokrasi yang mengikut sertakan setiap warga negaranya dalam permusyaratan untuk menentukan kebijaksanaan umum dan undang-undang. Dan demokrasi tidak langsung adalah paham demokrasi yang dilaksanakan melalui sistem perwakilan. Demokrasi langsung atau tidak langsung biasanya dilaksanakan melalui pemilihan umum.

Menurut Azra (2003:190) Untuk negara-negara modern, penerapan demokrasi tidak langsung dilakukan karena berbagai alasan, antara lain: Penduduk yang selalu bertambah sehingga pelaksanaan musyawarah pada suatu tempat tidak dimungkinkan ; Masalah yang dihadapi semakin kompleks karena kebutuhan dan tantangan hidup semakin banyak ; Setiap warga negara mempunyai kesibukan sendiri-sendiri didalam mengurus kehidupannya sehingga masalah pemerintahan cukup diserahkan pada orang yang berminat dan memiliki keahlian dibidang pemerintahan negara.

Maka untuk menghindari kesulitan seperti di atas dan agar rakyat tetap memiliki kedaulatan tertinggi agar masyarakat dapat mewujudkan konsep demokrasi, dalam mewujudkan budaya demokrasi memang tidak mudah, perlu adanya usaha dari semua warga Negara.

Dari sudut terminologi, banyak sekali definisi demokrasi yang dikemukakan oleh beberapa ahli politik. Menurut Azra (Harris Soche 2006:91) “Demokrasi adalah bentuk pemerintahan rakyat, karena itu kekuasaan pemerintah itu melekat pada diri rakyat, diri orang banyak untuk mengatur, mempertahankan, dan melindungi dirinya dari paksaan orang lain atau badan yang diserahi untuk pemerintah”.

Menurut Azra (Samuel Hungtinton 2006:91) Demokrasi adalah sebagai demokrasi sejauh para pembuat keputusan kolektif yang paling kuat dalam sistem itu dipilih melalui pemilihan umum yang adil, jujur, dan berkala dan di dalam sistem itu para calon bebas bersaing untuk memperoleh suara dan hampir semua penduduk dewasa berhak memberikan suara.

Ada pengertian mengenai demokrasi yang dianggap paling populer diantara pengertian yang ada. Pengertian tersebut dikemukakan oleh Azra (2003:111) yang mengatakan “demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat,oleh rakyat, dan untuk rakyat (government of the people, by the people, and for the people)”.

Dalam demokrasi, kekuasaan pemerintahan di negara itu berada ditangan rakyat. Rakyat adalah pemegang kekuasaan tertinggi atau kedaulatan di negara tersebut. Dengan konsep kedaulatan rakyat, pada hakikatnya kebijakan yang dibuat adalah kehendak rakyat dan untuk kepentingan rakyat. Pemerintahan dari rakyat berarti pemerintahan itu mendapat mandat dari rakyat untuk menyelenggarakan pemerintahan. Rakyat adalah pemegang kedaulatan atau kekuasaan tertinggi dalam demokrasi tertinggi. Apabila pemerintahan telah mendapat mandat dari rakyat untuk memimpin penyelenggaraan bernegara, pemerintahan itu sah.

Menurut Azra (2003:121) mengajukan lima corak (saklar) atau bentuk demokrasi yaitu: Demokrasi liberal, yaitu pemerintahan yang dibatasi undang-undang dan pemilihan percaya rakyat umum bebas yang diselenggarakan dalam waktu yang ajeg, banyak negara Afrika menerapkan model ini hanya sedikit yang bisa bertahan. Demokrasi terpimpin yaitu para

(4)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online) 533

pemimpin percaya bahwa semua tindakan mereka dipercaya rakyat tetapi menolak pemilihan umum yang bersaing sebagai kendaran untuk menduduki kekuasaan. Demokrasi sosial adalah demokrasi yang menaruh kepedulian pada keadilan sosial dan egalitarianisme bagi persyaratan untuk memperoleh kepercayaan politik. Demokrasi Partisipasi, yang menekankan hubungan timbal-balik antar penguasa dan yang dikuasai. Demokrasi consociational, yang menekankan proteksi khusus bagi kelompok-kelompok budaya yang menekankan kerjasama yang erat diantara elit yang mewakili bagian budaya masyarakat utama.

Pentingnya Kehidupan Demokrasi Dalam Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara

Demokrasi telah lama berkembang di pelosok tanah air, bahkan telah menjadi bagian dari budaya bangsa Indonesia. Contoh demokrasi yang berkembang di daerah antara lain adanya musyawarah adat, rembug desa, dan rapat nagari. Contoh-contoh tersebut menandakan adanya budaya demokrasi di negeri bangsa Indonesia ini. Dalam rembug desa, musyawarah adat, dan rapat nagari itu, masing-masing warga mengambil bagian dalam proses pembuatan keputusan atau kebijakan yang menyangkut kepentingan bersama.

Kehidupan demokrasi itu sangat nyata diterapkan ketika ada suatu masalah di kampung; demokrasi tidak berjalan apabila pihak yang memecahkan masalah itu hanya ketua adat saja. Sebaliknya, demokrasi berjalan apabila semua warga kampung dilibatkan untuk memecahkan masalah tersebut, maka masing-masing warga tentu memiliki pandangan tertentu terhadap masalah dan pemecahannya. Semakin banyak orang yang berpikir dan mengemukakan pandangan, semakin bagus pemecahan atas masalah itu. Meski demikian, demokrasi tidak hanya diterapkan kalau ada masalah saja, demokrasi bisa diterapkan dalam hal merumuskan kebijakan-kebijakan bersama demi kemajuan kampung, dimana semua orang bisa mengemukakan pendapat dengan bebas.

Menurut Mahfud (2003:110), ada dua alasan dipilihnya demokrasi sebagai sistem bermasyarakat dan bernegara yaitu: Hampir semua negara di dunia ini telah menjadikan demokrasi sebagai asas yang fundamental. Demokrasi sebagai asas kenegaraan secara esensial telah memberikan arah bagi peranan masyarakat untuk menyelenggarakan negara sebagai organisasi tertingginya.

Menurut penjelasan di atas maka demokrasi merupakan sebagai dasar hidup bermasyarakat dan bernegara mengandung pengertian bahwa rakyatlah yang memberikan ketentuan dalam masalah-masalah mengenai kehidupannya, termasuk dalam menilai kebijakan negara, karena kebijakan tersebut akan menentukan kehidupan rakyat. Dengan demikian negara yang menganut sistem demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat.

SIMPULAN

Siswa sebagai penerus bangsa memiliki peran penting dan sekaligus memiiki tanggung jawab yang besar terhadap kelangsungan hidup bangsa dan negara. Pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan bela negara yang merupakan wadah demokrasi. Pendidikan kewarganegaraan bertugas membentuk peserta didik agar memiliki kesadaran bela negara sehingga dapat diandalkan untuk menjaga kelangsungan negara dari berbagai ancaman. Hal yang sangat penting dalam pendidikan sekolah adalah mengenai kurikulum pendidikan demokrasi. Kurikulum pendidikan demokrasi menyangkut dua hal; panataan dan isi materi. Penataan menyangkut pemuatan pendidikan demokrasi dalam suatu kegiatan kurikuler (mata pelajaran). Isi materi berkenaan dengan kajian atau bahan apa sajakah yang layak dari pendidikan demokrasi.Siswa merupakan generasi penerus bangsa untuk mewujudkan bangsa yang adil dan sejahtera, dan mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia. Dalam kehidupan bangsa Indonesia, pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup bangsa Indonesia. Oleh karena itu betapa pentingnya pembinaan dan mengarahkan siswa agar menjadi manusia yang mampu dan bertangung jawab terhadap dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. Siswa merupakan bagian yang belum terpisahkan dari pada masyarakat Indonesia, mempunyai tanggung jawab dan dapat mampu memahami konsep demokrasi ditengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu sistem demokrasi harus dapat dipahami dan dapat diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Maka dapat disimpulkan dengan menerapkan sistem demokrasi dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

REFERENSI

Ali, Lukman dkk. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Ambarita, T., (2017), Penerapan Model Pembelajaran Inside-Outside Circle Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn, Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya, 3 (1): 43-47

Aryani, Ine kusuma dan Markum. (2010). Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Nilai. Bogor: Ghalia Indonesia. Azra, Azyumardi. (2003). Demokrasi, HAM, Masyarakat Madani. Jakarta: Prenada Media.

Azra, Azyumardi. 2003. Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani. Jakarta: Tim ICCE UIN. Benyamin, dkk. (2005). Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Rineka Cipta.

Damanik, F.H.S. (2014). Hakikat Pancasila dalam Membentuk Karakter Kebangsaan melalui Organisasi Siswa Intra Sekolah. Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 6 (2): 49-60.

Damanik, M Ridha S dan Deny S. (2016), Pengembangan Penilaian Autentik Berbasis Karakter pada Ranah Keterampilan di Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 8 (2) (2016): 88-94

(5)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online) 534

Dekdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka: Jakarta.

Dharma, S dan Rosnah Siregar. (2015). Membangun Pengalaman Belajar Kewarganegaraan melalui Model Pembelajaran Project citizen pada Siswa, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 7 (1) (2015): 100-106.

Dharma, S. dan Rosnah Siregar (2014). Internalisasi Karakter melalui Model Project Citizen pada Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 6 (2) (2014): 132-137

Faizah, (2017), Penggunaan Media Pembelajaran Audio Visual dalam Mata Pelajaran PKn, Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya, 3 (1): 55-60

Jhonson. (2002). Ilmu Politik Suatu Pengantar. Jakarta: Djambatan.

Kaelan dan Zubaidah. (2013). Pendidikan Kewarganegaraan untuk perguruan tinggi. Yogyakarta: Paradigma.

Khairat, (2016), Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada Materi Demokrasi, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 8 (1) (2016): 80-87.

Lickona, T. 1997. Educating for Character: How Our School Can Teach Respect and Responsibility, New York: Simon & Schuster, Inc

Narmoatmojo, Winarno, dkk. (2015). Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Ombak.

Nasution, A.R., (2016), Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Karakter Bangsa Indonesia melalui Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 8 (2) (2016): 201-212

Poesprodjo, 1987 Pemahaman Belajar,Jakarta Rieneka Cipta Rinaharini (dalam Http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi)

Rumapea, M.E.M. (2015). Urgensi Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 7 (1) (2015): 49-59.

Setiawan, D. (2014). Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Karakter melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 6 (2): 61-72.

Setiawan, Deny. 2013. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Medan: Unimed Press

Setiawan, Deny. 2014. Pendidikan Karakter Dalam Persfektif Kewarganegaraan. Medan Larispa Indonesia Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.

Suharyanto, A., (2013). Peranan Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membina Sikap Toleransi Antar Siswa, Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik, 2 (1): 192-203

Sumarsono,dkk., (2007), Pendidikan Kewarganegaraan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sutoyo. (2006). Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Teniredja, Tukiran. (2013). Konsep Dasar Penddikan Kewarganegraan. Yogyakarta: Ombak.

Winarno, 2011. Pengembangan Sikap Enterpreneurship dan Intrapreneurship. Cetakan Pertama. Penerbit PT INDEKS, Jakarta.

Winataputra, U.S dan Budimansyah D. (2007). Civic Education (Konteks, Landasan, Bahan Ajar, dan Kultur Kelas. Bandung: UPI Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Referensi

Dokumen terkait

Batu empedu terbuat dari kolesterol. Orang yang kelebihan berat badan atau obesitas memiliki resiko cukup signifikan pada batu empedu. Selain

Setelah mengikuti pembelajaran NHT siswa dapat menjelaskan penggunaan teknologi untuk pemanfaatan sumber daya alam dengan benar.. Setelah mengikuti pembelajaran NHT siswa

Dari grafik rata-rata delay seluruh jaringan pada penggunaan perangkat tiga router dan enam router diperoleh bahwa Protocol RIPng yang menggunakan IPv6 sebagai

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang diangkat adalah : Adakah hubungan antara prestasi belajar pendidikan agama Islam terhadap akhlak

Berdasarkan masalah tersebut, pembahasan yang akan diulas yaitu mengenai standar akuntansi, karakteristik kualitatif informasi laporan keuangan, pengakuan unsur-unsur

Data primer didapatkan melalui wawancara dan penyebaran kuesioner pada petani di salah satu desa yang mewakili dari 15 desa yang ada di Kecamatan Mestong, yaitu

Pasal 14 Lieber Code adalah “kebutuhan militer yang dapat dimengerti oleh masyarakat modern yang beradap, terdiri dari kebutuhan yang dipilih dengan hati-hati yang sangat

Dari kegiatan evaluasi setidak-tidaknya ada dua macam kemungkinan hasil yang akan diperoleh; yaitu: (1) Hasil evaluasi itu ternyata menggembirakan, sehingga