• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. PERHITUNGAN PERINGKAT KOMPONEN PERMODALAN ( CAPITAL )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. PERHITUNGAN PERINGKAT KOMPONEN PERMODALAN ( CAPITAL )"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PERHITUNGAN PERINGKAT KOMPONEN PERMODALAN ( CAPITAL )

1. Pemenuhan KPMM terhadap ketentuan (Rasio Modal dibandingkan dengan ATMR)

Bank Mandiri tahun 2009 memiliki modal sebesar Rp. 30.456.978 Juta dan ATMR sebesar Rp. 197.426.968 juta sehingga Rasio CAR Bank Mandiri sebesar 15.42 % dan pada tahun 2010 memiliki modal sebesar Rp. 35.654.733 Juta dan ATMR sebesar Rp. 266.846.641 juta sehingga Rasio CAR Bank Mandiri sebesar 13.36 % dimana rasio tersebut telah memenuhi ketentuan Bank Indonesia yaitu sebesar 8 %. 2. Komposisi permodalan

Bank Mandiri pada tahun 2009 memiliki modal inti (Tier 1) sebesar Rp. 22.626.476 juta, dan memiliki modal pelengkap (Tier 2) sebesar Rp. 7.380.502 juta jadi komposisi permodalan Bank Mandiri menjadi sebesar 306.57 % dan pada tahun 2010 memiliki modal inti (Tier 1) sebesar Rp. 28.045.806 juta, dan memiliki modal pelengkap (Tier 2) sebesar Rp. 7.608.927 juta jadi komposisi permodalan Bank Mandiri menjadi sebesar 368.59%, dimana Komposisi tersebut telah memenuhi ketentuan Bank Indonesia yaitu diatas 150 %

(2)

3. Trend KPMM

Trend Rasio KPMM Bank Mandiri tidak bisa diaplikasikan, karena CAR Bank Mandiri Per 31 Desember 2009 sebesar 15.42 % dan Per 31 Desember 2010 sebesar 13.36 % jauh diatas ketentuan minimum CAR Bank Indonesia yaitu 8%

4. Aktiva Produksi yang diklasifikasikan (APYD) dibandingkan dengan modal Bank

Pada tahun 2009 :

Macam – Macam Aktiva Produktif Bank Mandiri Giro Bank Lain Rp. 7.129.609 Juta

Penempatan Pada Bank Indonesia Rp. 41.749.594 Juta Efek – Efek Rp. 18.168.414 Juta

Obligasi Rp. 89.132.940 Juta

Tagihan Lainnya – Trade Rp. 3.990.924 Juta Reverse Repo Rp. 4.936.029 Juta

Tagihan Derivatif Rp. 176.291 Juta

Kredit Yang Diberikan Rp. 197.126.229 Juta Piutang Pembiayaan Konsumen Rp. 1.404.045 Juta Tagihan Akseptasi Rp. 4.356.773 Juta

Modal Bank Mandiri sebesar Rp. 30.456.978 Juta, jadi hasil perhitungan APYD dibandingkan dengan modal Bank yaitu sebesar 12.08 %. Analisisnya besarnya APYD mengarah sama dengan modal

(3)

Pada tahun 2010 :

Macam – Macam Aktiva Produktif Bank Mandiri Giro Bank Lain Rp. 8.569.778 Juta

Penempatan Pada Bank Indonesia Rp. 29.051.920 Juta Efek – Efek Rp. 27.496.424 Juta

Obligasi Rp. 78.092.734 Juta

Tagihan Lainnya – Trade Rp. 3.721.913 Juta Reverse Repo Rp. 8.980.757 Juta

Tagihan Derivatif Rp. 37.096 Juta

Kredit Yang Diberikan Rp. 244.026.984 Juta Piutang Pembiayaan Konsumen Rp. 2.173.592 Juta Tagihan Akseptasi Rp. 3.950.506 Juta

Modal Bank Mandiri sebesar Rp. 35.654.733 Juta, jadi hasil perhitungan APYD dibandingkan dengan modal Bank yaitu sebesar 11.38%. Analisisnya besarnya APYD mengarah sama dengan modal Bank.

5. Kemampuan Bank memelihara kebutuhan pertambahan modal yang bersal dari keuntungan (Laba ditahan)

Pada tahun 2009 Jumlah Deviden yang dibagi oleh perusahaan sebesar Rp. 1.859.488 Juta, Laba setelah pajak Bank Mandiri pada 31 Desember 2009 adalah sebesar Rp. 7.155.464 Juta. Sehingga

(4)

perhitungan Deviden Pay Out Rasio adalah sebesar 25% dan Retention Rate sebesar 58.63%

Pada tahun 2010 Jumlah Deviden yang dibagi oleh perusahaan sebesar Rp. 2.504.412 Juta, Laba setelah pajak Bank Mandiri pada 31 Desember 2010 adalah sebesar Rp. 9.218.298 Juta. Sehingga perhitungan Deviden Pay Out Rasio adalah sebesar 35% dan Retention Rate sebesar 68.55%, sehingga analisisnya Pertumbuhan modal yang berasal dari laba ditahan cukup signifikan, atau bank memiliki kemampuan untuk menambah modal dari laba ditahan

Pertumbuhan modal yang berasal dari laba ditahan cukup untuk mendukung pertumbuhan usaha bank.

6. Rencana permodalan untuk mendukung pertumbuhan usaha.

Persentase pertumbuhan modal dibandingkan dengan persentase pertumbuhan usaha lebih tinggi sangat signifikan. Dengan pertumbuhan modal yang sangat tinggi diharapkan dapat menjadi pondasi yang kuat untuk meningkatkan volume usaha.

7. Akses kepada sumber permodalan

Earning Per Share (EPS) adalah laba setelah pajak dibagi dengan jumlah saham. PER adalah Harga Saham jadi EPS Bank Mandiri adalah sebesar Rp. 439.38. ROA (Return On Assets) Bank Mandiri

(5)

adalah sebesar 3.40%, ROE (Return On Equity) Bank Mandiri sebesar 24.39%

8. Kinerja keuangan pemegang saham (PS) untuk meningkatkan permodalan Bank.

Saham Bank Mandiri dimiliki oleh Pemerintah RI sebanyak 66.68 % dan sisanya sebesar 33.32% dimiliki oleh publik.

Dengan pertimbangan bahwa mayoritas saham Bank Mandiri dimiliki oleh Pemerintah RI, maka kondisi Pemegang Saham dapat dikatakan sangat stabil dan mampu untuk mendukung peningkatan permodalan Bank secara maksimal

Peringkat Obligasi subordinasi Rupiah Bank Mandiri 1 menurut pefindo adalah idAA+

B. PERHITUNGAN PERINGKAT KOMPONEN KUALITAS ASET (ASSET QUALITY)

1. Aktiva Produksi yang diklasifikasikan dibandingkan dengan total aktiva produktif.

Total aktiva produktif yang di klasifikasi adalah Rp. 406.100.704 Juta sedangkan Total Aktiva Produktif adalah Rp. 406.108.237 Juta jadi hasilnya dalah 0.99%

2. Debitur inti kredit diluar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit.

(6)

Pada tahun 2009 Debitur inti kredit Bank Mandiri adalah 25 Debitur inti yang mempunyai plafon terbesar. Yaitu Rp. 31.410 milyar. Total kredit Bank Mandiri adalah sebesar Rp 197.426.968 milyar sehingga Rasio Debitur Inti Kredit Bank Mandiri adalah 15.42 %. Masih cukup tinggi.

Pada tahun 2010 Debitur inti kredit Bank Mandiri adalah 25 Debitur inti yang mempunyai plafon terbesar. Yaitu Rp. 33.761 milyar. Total kredit Bank Mandiri adalah sebesar Rp 244.026,98 milyar sehingga Rasio Debitur Inti Kredit Bank Mandiri adalah 13.83 %. Masih cukup tinggi.

3. Perkembangan Aktiva produktif bermasalah dibandingkan dengan aktiva produktif.

Aktiva Produktif bermasalah adalah Aktiva yang mempunyai kolektibilitas macet. Rasio perkembangan aktiva produktif bermasalah Bank Mandiri adalah 1.48%, Rasio ini masih sangat kecil bila di bandingan dengan Total Aktiva Produktif.

4. Tingkat kecukupan pembentukan PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif)

Pada tahun 2009 PPAP yang telah dibentuk Bank Mandiri adalah sebesar Rp. 14.493.724 Juta, sedangkan PPAP yang wajib dibentuk

(7)

adalah Rp. 13.091.386 Juta sehingga PPAP yang telah dibentuk Bank Mandiri lebih besar dari pada PPAP yang wajib dibentuk.

Pada tahun 2010 PPAP yang telah dibentuk Bank Mandiri adalah sebesar Rp. 12.030.851 Juta, sedangkan PPAP yang wajib dibentuk adalah Rp. 11.049.159 Juta sehingga PPAP yang telah dibentuk Bank Mandiri lebih besar dari pada PPAP yang wajib dibentuk.

5. Kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif.

Keterlibatan pengurus Bank dalam menyusun dan menetapkan kebijakan Aktiva Produktif serta memonitor pelaksanaannya, konsistensi antara kebijakan dengan pelaksanaan, tujuan dan strategi usaha Bank (rencana bisnis), Kecukupan sistem dan prosedur. Penyusunan kebijakan dan pedoman pemberian kredit selalu melalui tahap persetujuan Direksi dan Dewan komisaris, Pelaksanaan telah sesuai dengan kebijakan yang dibuat, meskipun terdapat beberapa deviasi minor yang masih pada batas kewajaran, Bank telah mempunyai Kebijakan Manajemen Risiko, Kebijakan Pemberian Kredit serta Kebijakan ALMA

6. Sistem kaji ulang (review) internal terhadap Aktiva Produktif

Annual review per account dibahas dalam forum RKK secara mingguan, ketaatan external telah ditaati, demikian juga ketentuan internal telah dilaksanakan dengan tertib meskipun masih terdapat

(8)

kekurangan minor yang masih dapat diterima, Bank mempunyai sistem datawarehouse untuk memantau Aktiva Produktif bank, setiap proses keputusan manajemen dilakukan secara independen dan transparan melalui RKK atas dasar sistem independen review (4 eyes principles)

7. Dokumentasi Aktiva Produktif.

Dokumentasi termasuk dalam fokus audit bidang perkreditan. Dokumen Aktiva Produktif baik sistem dokumentasi, backup sistem, kemudahan audit trail termasuk di dalamnya pengecekan keabsahan dokumen pada umumnya lengkap dan informative.

8. Kinerja penanganan Aktiva produktiv bermasalah.

a. Pada tahun 2009 Kredit Restu Bank Mandiri adalah sebesar Rp. 14.252.472 Juta dibandingkan dengan total kredit Bank Mandiri yaitu Rp. 197.126.230 Juta menjadi 7.23% masih sangat kecil Pada tahun 2010 Kredit Restu Bank Mandiri adalah sebesar Rp. 15.334.025 Juta dibandingkan dengan total kredit Bank Mandiri yaitu Rp. 244.026.984 Juta menjadi 6.28% masih sangat kecil. b. Pada tahun 2009 Kredit Restru yang lancar adalah Rp. 12.759.138

Juta dibandingkan dengan Kredit Restru Rp. 14.252.472 Juta sehingga Rasio menjadi 89.52 %.

(9)

Pada tahun 2010 Kredit Restru yang lancar adalah Rp. 13.692.521 Juta dibandingkan dengan Kredit Restru Rp. 15.334.025 Juta sehingga Rasio menjadi 89.29%.

c. Pada tahun 2009 Kredit bermasalah dikurangi PPAP adalah Rp. 1.531.804 Juta dibagi total kredit Bank Mandiri adalah Rp. 197.126.230 Juta menjadi 0.77%

Pada tahun 2010 Kredit bermasalah dikurangi PPAP adalah Rp. 1.493.883 Juta dibagi total kredit Bank Mandiri adalah Rp. 244.026.984 Juta menjadi 0.61%

d. Pada tahun 2009 Penyertaan Modal Lancar Rp. 186.848 Juta dibagi total penyertaan yaitu Rp. 188.954 Juta sehingga Rasionya menjadi 98.88%

Pada tahun 2010 Penyertaan Modal Lancar Rp. 6.233 Juta dibagi total penyertaan yaitu Rp. 7.533 Juta sehingga Rasionya menjadi 82.74%

e. Pada tahun 2009 Agunan yang diambil alih adalah Rp. 151.660 Juta dibandingkan dengan Total Kredit adalah Rp. 197.126.230 Juta sehingga rasionya menjadi 0.07%

Pada tahun 2010 Agunan yang diambil alih adalah Rp. 142.928 Juta dibandingkan dengan Total Kredit adalah Rp. 244.026.984 Juta sehingga rasionya menjadi 0.05%

(10)

Telah terdapat Unit Independen yang khusus menangani kredit bermasalah, antara lain restrukturisasi kredit, recovery atas kredit yang dihapus buku.

C. PERHITUNGAN PERINGKAT KOMPONEN MANAJEMEN

(MANAGEMENT) 1. Manajemen Umum

Struktur dan komposisi pengurus Bank a. Komisaris

Bank Mandiri memiliki 7 Komisaris, yaitu 1 Komisaris Utama merangkap Komisaris Independen, 1 Wakil Komisaris Utama, 4 Komisaris Independen, 1 Komisaris.

b. Direksi

Bank Mandiri memiliki 11 Direksi yang terdiri dari 1 Direktur Utama, 1 Wakil Direktur Utama dan 9 Direktur, serta dibantu 2 EVP Koordinator untuk bidang Finance & Strategy dan Change Management Office

c. Penanganan Conflict Of Interest

Pengambilan keputusan untuk hal-hal yang bersifat strategis diputuskan dalam Rapat Direksi. Dalam hal keputusan memerlukan persetujuan Komisaris atau RUPS sesuai AD, maka keputusan tersebut akan diajukan kepada Komisaris atau RUPS.

(11)

Pengaruh (Intervensi) pihak eksternal dalam pengambilan keputusan sangat kecil.

e. Kemampuan untuk membatasi atau mencegah penurunan kualitas Good Corporate Governance (GCG)

Bank Mandiri pada tanggal 18 Juli 2005 telah membentuk Komite GCG yang memiliki tugas & tanggung jawab dalam memberikan rekomendasi kepada komisaris mengenai arah kebijakan dan perbaikan implementasi GCG.

Program kerja Komite GCG yang telah dilaksanakan antara lain adalah ;

a. Menyusun Charter GCG yang ditetapkan melalui SK Komisaris No.005/Kep.Kom/2005 tanggal 17 Oktober 2005 tentang Penetapan Charter GCG.

b. Melakukan self assessment implementasi GCG baik di Kantor Pusat maupun di Wilayah termasuk Kantor Luar Negeri.

c. Melakukan sosialisasi GCG

d. Melakukan sosialisasi PBI No.8/14/PBI/2006 tentang perubahan atas PBI No.8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum.

Bank Mandiri memiliki code of conduct, SOP, dan ketentuan internal tentang kegiatan operasional Bank.

(12)

Dalam rangka implementasi GCG di Bank Mandiri, Komisaris telah menetapkan keputusan No. 005/KEP.KOM/2005 tgl. 17 oktober 2005 tentang Penerapan Piagam (Charter GCG), untuk diterapkan diseluruh aspek organisasi Bank Mandiri.

Dalam upaya meningkatkan implementasi GCG, Bank Mandiri telah pula menunjuk lembaga pemeringkat independen untuk melakukan penilaian terhadap implementasi GCG di Bank Mandiri yaitu The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) dan Standard & Poor’s.

Adapun hasil penilaian IICG melalui program Corporate Governance Perception Index (CGPI) pada tahun 2003 adalah peringkat ke 12 dari 31 Perusahaan Publik dan tahun penilaian 2004 adalah peringkat 11 atau peringkat 6 sektor keuangan dari total 22 Perusahaan Publik, sementara untuk tahun 2005 untuk penilaian IICG mendapat peringkat ke-2,

Sedangkan hasil penilaian oleh Standard & Poor’s, untuk tahun penilaian 2002, Bank Mandiri mendapat peringkat 5,4 (moderate) Transparansi informasi dan edukasi nasabah

(13)

b. Edukasi kepada nasabah mengenai kegiatan operasional maupun produk dan jasa bank dilakukan secara berkesinambungan

c. Laporan Keuangan Bank diaudit oleh KAP setiap tahun. Efektivitas kinerja fungsi Komite

Bank Mandiri memiliki 3 Komite di tingkat direksi, terdiri dari : a. Risk & Capital Committee

b.Personnel Policy Committee dan c. Information Technology Committee

Disamping itu, Bank Mandiri juga memiliki 4 Komite di tingkat Komisaris, yaitu Komite Audit, Komite Pemantau Risiko, Komite Remunerasi dan Nominasi serta Komite Good Corporate Governance. Seluruh Komite yang ada telah berperan aktif melalui rapat yang diadakan secara rutin.

2. Penerapan Sistem Manajemen Risiko

a. Kebijakan dan strategi dibuat dengan mempertimbangkan kondisi internal dan eksternal serta harus mendapatkan persetujuan Komite Manajemen Risiko yang beranggotakan Direksi dan selanjutnya dilaporkan kepada Komisaris. Komisaris secara aktif melakukan evaluasi terhadap strategi dimaksud. Review terhadap kebijakan dilakukan secara berkala dan mendapatkan persetujuan Direksi dan Komisaris.

b. Bank telah mempunyai Kebijakan Manajemen Risiko yang didalamnya memuat kebijakan, prosedur dan penetapan limit sesuai risiko. Adapun prosedurnya diatur dalam kebijakan ALMA dan

(14)

Pedoman Pelaksanaan Kredit (PPK). Seluruh kebijakan dan prosedure direview secara berkala.

c. Untuk proses identifikasi, pengukuran risiko, Bank telah mengimplementasikan Sistem Informasi One Obligor, Sistem Rating, Credit Scoring Tools (CST). Untuk Risiko Pasar, Bank telah menggunakan Sistem Sendero untuk mengukur dan monitoring Asset Liability Management (ALM) dan sistem OPICS untuk melakukan perhitungan Value at Risk, monitor VaR Limit di aktivitas treasury. Khusus Risiko Operational Bank telah mengembangkan alat untuk mengidentifikasi dan mengukur Risiko Operasional (ORM Tools). Untuk proses pemantauan, Bank memiliki laporan portfolio bulanan, semesteran dan tahunan yang disampaikan kepada Komisaris, unit kerja terkait. Saat ini Bank telah mengembangkan sistem informasi manajemen risiko yang menyeluruh dalam Enterprise Risk Management (ERM)

d. Secara keseluruhan, unit manajemen risiko diaudit oleh satuan kerja audit intern (SKAI) sehingga terbentuk sistem pengendalian terpadu yang efektif.

3. Kepatuhan Bank

a. Penetapan kebijakan dan prosedur tertulis oleh pengurus serta kebijakan pengorganisasian sangat memadai

(15)

c. Kebijakan dan Prosedur komprehensif

d. Pelaksanaan kebijakan dan prosedur konsisten dan effektif, termasuk penerimaan & pengkinian data nasabah, monitoring & pelaporan STR, serta penanganan high risk customer/business/ product/services.

e. Sistem dan prosedur pengendalian intern dan fungsi audit intern Bank memadai.

f. Pelaksanaan pengendalian intern & fungsi audit intern Bank efektif. g. Bank memiliki SIM yang cukup memadai dan kelemahan yang ada

mudah diperbaiki.

h. SIM cukup efektif untuk mengidentifikasi terjadinya transaksi keuangan mencurigakan.

i. Bank memiliki SDM yang kompeten dan terlatih dengan jumlah yang memadai

j. Memiliki program pelatihan yang komprehensif dan efektif.

Pada dasarnya Bank telah mematuhi semua peraturan dan pedoman yang ada, namun masih terdapat denda atau sangsi atas kesalahan dan keterlambatan penyampaian laporan, hal ini telah dilakukan perbaikan terus menerus.

D. PERHITUNGAN PERINGKAT KOMPONEN RENTABILITAS (EARNINGS)

(16)

Perhitungan ROA adalah Laba Bersih sebelum pajak dibagi dengan Rata Rata Total Aktiva sehingga Rasio ROA pada tahun 2009 2.96 tahun 2010 menjadi 3.40 % diatas ketentuan BI yaitu 1.25%.

2. Return On Equity (ROE)

Perhitungan ROE adalah Laba Bersih setelah pajak dibagi dengan Rata Rata Modal Inti sehingga rasio ROE tahun 2009 menjadi 22.06% dan 2010 menjadi 24.39% diatas ketentuan Bank Indonesia yaitu 12.5%. 3. Net Interest Margin (NIM)

Perhitungan NIM adalah Pendapatan Bunga Bersih dibagi Rata Rata Aktiva Produktif sehingga rasio NIM tahun 2009 menjadi 5.04% dan tahun 2010 menjadi 5.28% diatas ketentuan BI yaitu 2%

4. Biaya Operasional dibandingkan dengan pendapatan operasioanal (BOPO)

Perhitungan BOPO adalah Biaya Operasional dibandingkan dengan pendapatan Operasional. Tahun 2009 biaya Operasional Rp. 25.831.716 Juta dan Pendapatan Operasional Rp. 38.447.327 Juta sehingga Rasio BOPO menjadi 67.18 % sedangkan tahun 2010 Biaya Operasional Rp. 30.023.401 Juta dan Pendapatan Operasional Rp. 43.765.421 Juta sehingga Rasio BOPO menjadi 68.6% Jauh dibawah ketentuan Bank Indonesia yaitu 94%

(17)

6. Komposisi portofolio Aktiva Produktif dan diversifikasi pendapatan (disesuaikan dengan karakteristik portofolio Bank)

Pendapatan bunga dari aktiva produktif cenderung meningkat, Rasio kredit terhadap obligasi pemerintah terus meningkat.

7. Penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya. Pengakuan pendapatan dan biaya telah sesuai dengan pedoman yang berlaku.

8. Prospek laba operasional.

Prospek laba operasional cenderung meningkat

E. PERHITUNGAN PERINGKAT KOMPONEN LIKUIDITAS (LIQUIDITY)

1. Rasio Aktiva Likuid < 1 bl dibandingkan dengan pasiva likuid < 1 bulan Pada tahun 2009 Aktiva Liquid = Rp. 89.391.401 dan Passiva Liquid = Rp. 304.751.914 sehingga persentase menjadi 29.33 % dan pada tahun 2010 Aktiva Liquid Rp. 67.947.869 Juta dan Passiva Liquid Rp. 329.647.432 Juta sehingga persentase menjadi 20.61%, Berdasarkan pendekatan Liquidity Gap (static) aktiva liquid <1 bulan lebih kecil dari pasiva likuid<1 bulan

Komponen aktiva likuid <1 bulan yang terbesar adalah SBI dan komponen pasiva likuid <1 bulan yang terbesar adalah kewajiban segera.

(18)

2. 1-Month Maturity Mismatch Ratio

Pada tahun 2009 Selisih aktiva dan Passiva Rp. 184.259.029 Juta, Passiva yang akan Jatuh Tempo Rp. 278.350.884 Juta sehingga hasil perhitungannya adalah 66.19% dan pada tahun 2010 Selisih aktiva dan Passiva Rp. 251.761.772 Juta, Passiva yang akan Jatuh Tempo Rp. 337.461.604 Juta sehingga hasil perhitungannya adalah 74.60 % Liquidity Gap (static) s/d 1 bulan adalah positif, yang menunjukkan ekses likuiditas yang dimiliki Bank lebih besar dibandingkan kewajibannya.

3. Loan to Deposit Ratio

Rasio LDR Bank Mandiri sebesar 61.36% tahun 2009 dan 67.58% tahun 2010, Penggunaan sumber dana untuk penempatan pada kredit (aktiva non likuid) 61.36% & 67.58 % artinya berdasarkan tinjauan likuiditas Bank dalam kondisi likuid karena tidak seluruh sumber dana ditempatkan pada kredit.

4. Net Cash Flow Ratio (NCF thd DPK) selama 3 (tiga) bulan

Net cash flow s/d 3 bulan positif, menunjukkan Bank dapat menutup kewajibannya 3 bulan mendatang. Cash inflow terbesar adalah SBI. 5. Ketergantungan pada dana antar bank (ABP) dan Deposan Inti (DI)

a. Pada tahun 2009 Rasio Antar Bank Pasiva, yaitu kewajiban antar bank dibandingkan dengan Total Dana = Rp. 10.786 mly / Rp.

(19)

antar bank dibandingkan dengan Total Dana = Rp. 7.629 mly / Rp. 376.969 mly = 2.02 %

b. Rasio 50 deposan inti dibandingkan dengan DPK adalah 15.14% tahun 2009 dan 16.15 % tahun 2010.

Rasio Antar Bank Pasiva sebesar 15.14% & 16.15 % masih sangat rendah dan rasio 50 deposan inti 15.14% & 16.15 % masih rendah. 6. Kebijakan dan Pengelolaan Likuiditas

a. Alternatif funding untuk memenuhi kebutuhan likuiditas diatur dalam contigency plan.

b. Kebijakan likuiditas dibuat untuk mengantisipasi kebutuhan

likuiditas jangka pendek dan jangka panjang atas dasar perhitungan likuidity gap (dynamic), sehingga sudah mempertimbangkan struktur assets dan liabilities.

c. Penerapan limit telah dilakukan dan dimonitoring secara rutin setiap bulan.

d. Pendelegasian wewenang pada unit-unit terkait dalam melaksanakan kebijakan likuiditas telah diatur secara jelas dan akuntabilitas dalam data dan informasi terus ditingkatkan

Kebijakan dan pengelolaan likuiditas sudah dilakukan secara

menyeluruh, lengkap dan konsisten dengan komitmen penuh dari unit kerja terkait lainnya.

(20)

7. Kemampuan Bank untuk memperoleh akses kepada Pasar Uang, Pasar Modal atau sumber – sumber pendanaan lainnya

Persyaratan FPJP :

a. Bank memiliki SUN dan SBI yang dapat digunakan sebagai collateral. Bank memiliki SUN dan SBI yang cukup.

b. Track Record dan ketersediaan money market line (credit line): c. Berdasarkan historis ketersediaan money market line cukup memadai

pada saat dibutuhkan.

d. Suku bunga PUAB dibandingkan suku bunga PUAB yang dikenakan pada Bank:

e. Suku bunga PUAB yang dikenakan pada Bank lebih rendah atau wajar dibandingkan suku bunga PUAB yang berlaku.

Bank memiliki akses yang cukup tinggi ke pasar uang atau sumber pendanaan lainnya untuk memperoleh likuiditas segera apabila dibutuhkan.

Rating Bank cenderung membaik dengan positive outlook.

8. Stabilitas Dana Pihak Ketiga (DPK)

Pertumbuhan DPK dalam jangka panjang stabil. Dalam hal ini Bank tetap mengupayakan peningkatan DPK terutama pada dana masyarakat ritel yang bersifat lebih stabil.

(21)

E. PERHITUNGAN PERINGKAT KOMPONEN SENSITIVITAS TERHAGAP PASAR RISIKO (SENSITIVITY TO MARKET RISK)

1. Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktasi suku bunga dibandingkan dengan potensialloss suku bunga.

Pertumbuhan DPK dalam jangka panjang stabil. Dalam hal ini Bank tetap mengupayakan peningkatan DPK terutama pada dana masyarakat ritel yang bersifat lebih stabil.

a. Alokasi modal u/ risiko sk bunga = Rp 1.918,02 milyar (50% x (20%xRp19.180,18 milyar))

b. Posisi Gap eksposure trading + banking book (kumulatif 12 bln.)=Rp9.777,91 mly

c. Potential loss (rate shock 500 bps)= Rp488,80 milyar (Rp9.777,91 x 5%)

Rasio modal terhadap potensial loss = 3,92x

Eksposure trading book dan banking book memiliki tingkat sensitivitas yang sangat tidak rentan thd perubahan suku bunga. Ekses modal yang dicadangkan cukup untuk mengcover risiko suku bunga, dengan rasio modal terhadap potential loss sebesar 3,92 x dalam skenario 1 (rate shock 500 bps).

2. Rasio modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi nilai tukar terhadap potential loss nilai tukar.

Rasio modal terhadap Potential loss =14,40 x Analisis dan kesimpulan :

(22)

Bank memiliki eksposure yang sangat tidak rentan terhadap pergerakan nilai tukar, karena memiliki ekses modal yang cukup untuk mengcover eksposure tersebut bila terjadi pergerakan nilai tukar. Ekses modal yang disediakan untuk mengcover risiko nilai tukar terhadap potensial loss sebesar 14,40 kali dalam skenario 1 (kenaikan/penurunan nilai tukar 12%.

3. Kecukupan penerapan Sistem Manajemen Resiko Pasar (Market Risk) a. Pengawasan aktif dilakukan oleh Komite Manajemen Risiko (Risk &

Capital Committee/RCC) yang beranggotakan Direksi sebagai voting member. RCC memiliki tanggung jawab atas penetapan kebijakan & prosedur yang ditetapkan.

b. Hasil rapat RCC disampaikan sebagai laporan kepada Komisaris. Selain itu, tanggung jawab dan peran Direksi serta Komisaris telah tercantum dalam kebijakan manajemen risiko bank.

c. Bank telah memiliki sistem pengendalian yang efektif dengan melibatkan peran aktif Pengurus Bank.

d. Bank telah memiliki kebijakan risiko dan kebijakan limit dan telah dipantau secara rutin.

Referensi

Dokumen terkait

Pertanian Kelas II Kendari telah melaksanakan kegiatan pemberian penjelasan pekerjaan Rehabilitasi Ruangan Kantor BKP Kendari yang dimulai pada pukul 09.00 sd 10.00 WITA secara

Melihat dari tabel 1.2 jumlah kunjungan ke objek wisata Pemandian Muncul mendapat kunjungan paling banyak kedua setelah Candi Gedongsongo untuk wisata non religi,

 Kebijakan Kementerian Pertanian dalam Aspek Lingkungan Pengelolaan Lahan Gambut ( Ir. Mukti Sardjono, MS-Staf Ahli Menteri Bidang Lingkungan ). Diikuti semua peserta Pemandu

Sebagai penghasil teh terbesar di Sumatera Utara, perkebunan teh Sidamanik harus menyediakan berbagai informasi.Salah satunya adalah informasi tata letak lokasi kerja

STUDI EFFEKTIVITAS KEFIR BENING DAN MENIRAN (Philanthus niruri) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA HEWAN TIKUS WISTAR HIPERGLIKEMIA..

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di kelas III Sekolah Dasar Negeri 34 Pontianak Selatan, hasil analisis data yang diperoleh dari hasil belajar siswa pada mata

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.. ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL

Pada hari ini, Kamis tanggal Dua puluh tiga bulan April tahun Dua ribu lima belas, Unit Layanan Pengadaan (ULP) SPN Singaraja Tahun 2015 telah melaksanakan pemberian penjelasan