• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 HASIL dan PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 4 HASIL dan PEMBAHASAN"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 4

HASIL dan PEMBAHASAN

4.1 Profil Responden

Setelah upaya memanfaatkan potensi Sungai Asahan yang mengalir dari Danau Toba di propinsi Sumatera Utara untuk menghasilkan tenaga listrik mengalami kegagalan pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Pemerintah Republik Indonesia bertekad mewujudkan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di sungai tersebut.

Tekad ini semakin kuat ketika tahun 1972 pemerintah menerima dari Nippon Koei, sebuah perusahaan konsultan Jepang laporan tentang studi kelayakan Proyek PLTA dan Aluminium Asahan. Laporan tersebut menyatakan bahwa PLTA layak untuk dibangun dengan sebuah peleburan aluminium sebagai pemakai utama dari listrik yang dihasilkannya.

Pada tanggal 7 Juli 1975 di Tokyo, setelah melalui perundingan-perundingan yang panjang dan dengan bantuan ekonomi dari Pemerintah Jepang untuk proyek ini, pemerintah Republik Indonesia dan 12 (dua belas) Perusahaan Penanam Modal Jepang menandatangani Perjanjian Induk untuk PLTA dan Pabrik Peleburan Aluminium Asahan yang kemudian dikenal dengan sebutan Proyek Asahan.

Selanjutnya, untuk penyertaan modal pada perusahaan yang akan didirikan di Jakarta kedua belas Perusahaan Penanam Modal tersebut bersama pemerintah Jepang membentuk sebuah perusahaan dengan nama Nippon Asahan Aluminium Co., Ltd (NAA) yang berkedudukan di Tokyo pada tanggal 25 Nopember 1975.

(2)

Pada tanggal 6 Januari 1976, PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM), sebuah perusahaan patungan antara pemerintah Indonesia dan Nippon Asahan Aluminium Co., Ltd., didirikan di Jakarta. INALUM adalah perusahaan yang membangun dan mengoperasikan proyek Asahan, sesuai dengan perusahaan Induk. Perbandingan saham antara pemerintah Indonesia dan Nippon Asahan Aluminium Co., Ltd. pada waktu perusahaan didirikan adalah 10% dengan 90%. Pada bulan Oktober 1978 perbandingan tersebut berubah menjadi 25% dengan 75% dan sejak bulan Juni 1987 menjadi 41,13% dengan 58,87%.

Untuk melaksanakan ketentuan dalam Perjanjian Induk, Pemerintah Indonesia kemudian mengeluarkan SK Presiden No. 5 tahun 1976 yang melandasi terbentuknya Otorita Pengembangan Proyek Asahan sebagai wakil pemerintah yang bertanggung jawab atas lancarnya pembangunan dan pengembangan proyek Asahan.

INALUM dapat dicatat sebagai pelopor dan perusahaan pertama di Indonesia yang bergerak dalam bidang industri peleburan aluminium dengan investasi sebesar 411 milyar Yen.

A. Sarana Utama

Sarana Utama PT. INALUM adalah Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan pabrik peleburan Aluminium. Inalum membangun dan mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Air terdiri dari Stasiun Pembangkit Listrik Siguragura dan Tangga yang juga dikenal dengan PLTA Asahan No. 2, berlokasi di Paritohan Kabupaten Toba Samosir, Propinsi Sumatera Utara. Kedua stasiun pembangkit ini dioperasikan dengan memakai air Sungai Asahan yang mengalir dari Danau Toba ke Selat Malaka. Oleh karena itu tenaga listrik yang dihasilkan sangat tergantung pada tinggi muka air Danau Toba.

(3)

Kapasitas terpasang dari kedua stasiun pembangkit adalah 603 MW, output tetap sebesar 426 MW dan output puncak sebesar 513 MW. Tenaga listrik yang dihasilkan dipakai untuk industri Aluminium di Kuala Tanjung dan sesuai dengan Perjanjian Induk kelebihan tenaga listrik dari kebutuhan perusahaan untuk operasi PLTA, pabrik peleburan dan prasarana penunjang lainnya disalurkan kepada masyarakat melalui PLN dengan batasan beban puncak 50 MW dan energi listrik sebesar 218 GWh setiap tahun.

INALUM membangun pabrik peleburan aluminium beserta prasarana pendukung produksinya di atas area seluas 200 ha di Kuala Tanjung, Kecamatan Air Putih, Kabupaten Asahan yang berjarak 110 km dari Medan, Ibukota Propinsi Sumatera Utara. Pabrik Peleburan dengan kapasitas 225.000 Ton aluminium batangan (Ingot) per tahun, dibangun menghadap Selat Malaka. Pembangunannya dimulai tanggal 6 Juli 1979 sedang tahap pertama operasinya dimulai tanggal 20 Januari 1982. Pengoperasian tungku pertama dilaksanakan tanggal 15 Februari 1982 dan pada bulan Maret tahun yang sama aluminium ingot pertama berhasil dicetak.

Pada tanggal 14 Oktober 1982, kapal Ocean Prima dengan muatan 4800 Ton aluminium ingot bertolak meninggalkan pelabuhan Kuala Tanjung menuju Jepang sekaligus menandai ekspor perdana aluminium ingot produksi INALUM. Sejak itu Indonesia tercatat sebagai salah satu negara pengekspor aluminium di dunia. Produksi ke-sejuta ton dicapai pada tanggal 8 Februari 1988, produksi ke-dua juta ton tanggal 2 Juni 1993, dan pada tanggal 12 Desember 1997 dihasilkan produksi ke-tiga juta ton.

Produk INALUM menjadi komoditas ekspor dengan tujuan utama ke Jepang dan juga dipasarkan untuk konsumsi dalam negeri. Umumnya produsen dalam negeri yang menggunakan aluminium untuk industri hilir seperti produk ekstrusi, kabel dan lembaran aluminium. Produk Inalum telah mendapat ISO 9002 Quality Certification, sebuah standar internasional untuk jaminan mutu produksi, instalasi dan service. Aluminum

(4)

ingot produksi INALUM mempunyai tingkat kemurnian 99,70%, 99,85%, 99,90% dan 99,92%.

Peleburan Aluminium INALUM di Kuala Tanjung memproses alumina menjadi logam aluminium dengan memakai alumina, karbon dan tenaga listrik sebagai bahan baku utamanya. Pada peleburan ini terdapat 3 (tiga) bagian utama untuk proses produksi yaitu Bagian Tungku Reduksi, Bagian Karbon dan Bagian Penuangan serta fasilitas penunjang.

B. Pengendalian Dampak Lingkungan

INALUM sangat memperhatikan pengendalian polusi guna mencegah dampak operasi peleburan. Investasi cukup besar telah dilakukan untuk manajemen lingkungan berkaitan dengan aktifitas peleburan, terutama sekali untuk sistem pengendalian emisi yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan pengoperasian pabrik.

Pabrik peleburan dilengkapi dengan sistem pembersih gas untuk menghindari pencemaran gas buang termasuk Fluorida dan debu yang keluar dari tungku reduksi serta SOx dan ter dari proses pemanggangan anoda. Pabrik juga dilengkapi dengan 27 unit Pembersih Gas Kering yang dihubungkan ke tiga gedung reduksi untuk membersihkan emisi gas yang keluar dari tungku reduksi. Sistem recovery dan recycling dari fluorida ini tidak saja bermanfaat bagi pengendalian dampak lingkungan, tetapi juga merupakan penghematan yang cukup besar yang hampir dapat menutup biaya pengoperasian Pembersih Gas Kering.

Perusahaan menerapkan konsep R-3 (Reduction, Recovery dan Recycling). Material-material yang terlibat, baik dari bahan baku sampai produk akhir dapat dimanfaatkan kembali dalam rangkaian proses produksi.

(5)

Selain itu, perusahaan juga mengadakan pemantauan terhadap zat-zat pencemar, baik di lingkungan pabrik maupun di sekitarnya. Pemantauan ini dilakukan secara berkala terhadap emisi fluorida yang terdapat di udara, pada tumbuhan dan di tanah serta SOx yang terdapat di udara. Pemantauan terhadap kualitas air juga dilakukan secara cermat.

C. Sertifikat ISO

Salah satu persyaratan menjadi pemain kunci adalah kemampuan melaksanakan proses kerja, proses produksi dan servis berdasarkan metode standar global yang disebut ISO, sebuah metode yang pada prinsipnya telah diterapkan oleh INALUM sejak awal dalam memproduksi aluminium ingot.

Meski tanpa memakai jasa konsultan, perusahaan telah berhasil mendapatkan rekomendasi dari SGS International Certification untuk memperoleh sertifikat ISO pada tanggal 6 April 1998. INALUM memperoleh dua sertifikat yaitu Certificate No. Q12499, diberikan oleh United Kingdom Accreditation Service (UKAS) dan Certificate No. 1054/98 diberikan oleh Joint Accreditation System of Australia and New Zealand (JAS-ANZ).

Pada tahap berikutnya seiring dengan komitmen perusahaan dalam melestarikan lingkungan, INALUM telah memperoleh sertifikasi tentang lingkungan yaitu ISO-14001 dari SGS pada 5 April 2002.

(6)

D. STRUKTUR ORGANISASI

Sumber : PT. Inalum Gambar 4.1 Struktur Organisasi

Uraian Jabatan dari masing-masing bagian di PT. Inalum sebagai berikut.

1. GMS (General Meeting of Share Holders) : Rapat Umum Pemegang saham yang memiliki wewenang tertinggi dalam setiap kebijakan yang diambil PT. Inalum. 2. Board of Commisioner : Dewan yang mewakili setiap pemegang saham dalam

memutuskan kebijakan PT. Inalum.

3. Board of Directors : Dewan Direksi yang mengawasi secara langsung setiap keputusan, baik jangka panjang dan pendek yang diambil, demi kepentingan PT. Inalum. BOARD OF COMMISIONER BOARD OF DIRECTORS PRESIDENT DIRECTOR INTERNAL AUDITOR MR IIC GMS DIRECTOR BUSINESS DIRECTOR PRODUCTION DIRECTOR POWER PLANT DIRECTOR PLANNING & FINANCE DIRECTOR HR

(7)

4. Presiden Director : Pimpinan PT. Inalum yang mengambil serta bertanggungjawab atas setiap keputusan yang diambil PT. Inalum.

5. Internal Auditor : Mengawasi dan menganalisa keputusan yang telah diambil President Director serta konsekuensi dari keputusan tersebut.

6. MR (Management Representative of ISO 9002 & 14001) : Membuat kebijakan PT. Inalum mengenai mutu perusahaan sesuai standar ISO 9002 & 14001.

7. IIC (Inalum Internal Control) : Mengatur kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan urusan internal perusahaan.

8. Director Business : Memimpin bagian pemasaran dan perdagangan PT. Inalum. 9. Director Production : Memimpin bagian produksi aluminium PT. Inalum.

10. Director Power Plant : Memimpin bagian pembangkit listrik untuk kebutuhan listrik operasional PT. Inalum.

11. Director Planning & Finance : Memimpin bagian perencanaan dan finansial (keuangan) PT. Inalum.

12. Director HR : Memimpin bagian HRD yang dimiliki PT. Inalum.

E. Analisis Porter

The Five-Force Model of Competition menganalisa mengenai lingkungan eksternal bisnis PT. Inalum. Hakekat persaingan suatu industri dapat dilihat sebagai kombinasi atas lima kekuatan PT. Inalum yang dapat digambarkan sebagai berikut.

(8)

Sumber : PT. Inalum Gambar 4.2 Analisis lima kekuatan persaingan PT. Inalum

Penjabaran dari lima kekuatan persaingan PT. Inalum dijelaskan sebagai berikut. 1. Persaingan antar perusahaan sejenis

Perusahaan yang menjadi pesaing utama PT. Inalum dalam industri peleburan aluminium adalah dua perusahaan peleburan aluminium Jepang. Kedua perusahaan tersebut adalah Nippon Light Metal Company Ltd. Dan Mitsui Aluminium Co., Ltd. Kedua perusahaan ini memiliki pangsa pasar yang cukup besar di Eropa. Mereka memasok aluminium kepada industri-industri besar di Eropa.

Produk Substitusi • Besi • Tembaga • Baja ringan Pemasok • PT. Aneka Tambang Pesaing

• Nippon Light Metal Company Ltd. • Mitsui Aluminium Co., Ltd. Pembeli • PT. LG Indonesia • Mitsubishi Chemical Pendatang Baru • Sumitomo Chemical Company Ltd.

(9)

2. Kemungkinan masuknya pendatang baru

Bagi perusahaan yang ingin masuk dalam industri peleburan aluminium seperti ini sangat sulit. Hal ini membutuhkan modal yang sangat besar untuk pembangunan teknologi dan tenaga kerja yang besar jumlahnya. Kualitas dari aluminium ingot yang dihasilkan juga sangat menentukan keberhasilan dalam bersaing di industri ini. Dalam hal ini, PT. Inalum telah menghasilkan aluminium ingot dengan kualitas yang baik. PT. Inalum telah mendapatkan sertifikat ISO yang menjamin hal tersebut. Kedua hal tersebut perlu dipertimbangkan oleh Sumitomo Chemical Company Ltd. dan perusahaan lain sebelum masuk kedalam industri peleburan aluminium.

3. Perkembangan produk substitusi

Produk yang dapat menjadi substitusi dari aluminium berupa besi, tembaga, dan baja ringan. Hal ini dimungkinkan karena aluminium, besi, baja, dan tembaga dapat digunakan sebagai alat dengan fungsi sama. Bahan dasar beberapa komponen kendaraan terbuat dari aluminium, besi, bahkan sudah menggunakan baja ringan. 4. Kekuatan tawar-menawar pemasok

Pemasok utama dari industri peleburan aluminium PT. Inalum adalah pertambangan aluminium milik PT. Aneka Tambang. PT. Inalum memproses alumina menjadi logam aluminium. Kekuatan tawar-menawar pemasok sangat besar karena Aneka Tambang merupakan pemasok utama alumina kepada PT. Inalum.

5. Kekuatan tawar-menawar konsumen

Yang dimaksud konsumen PT. Inalum adalah perusahaan yang bergerak dibidang industri yang membutuhkan aluminium sebagai bahan dasarnya. LG Indonesia yang

(10)

menghasilkan alat-alat elektronik. Hal ini tentu memerlukan aluminium sebagai bahan dasar.

4.2 Uraian Hasil Pengambilan Data dan Analisis

Kuesioner kami sebarkan kepada 30 orang pegawai kantor pusat PT. INALUM untuk dilakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu. Skor yang diberikan untuk setiap jawaban kuesioner seperti dibawah ini.

Sangat Setuju (SS) = 4 Setuju (S) = 3 Tidak Setuju (TS) = 2 Sangat Tidak Setuju (STS) = 1

4.2.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Setelah data kuesioner dihimpun, selanjutnya data akan diuji validitas dan reliabilitasnya.

A. Pelatihan

Dengan melihat berdasarkan tabel koefisien korelasi dari setiap pertanyaan yang ada, apabila korelasi > r tabel maka dinyatakan pertanyaan dari kuesioner tersebut valid.

Tabel 4.1 Uji Validitas Pelatihan Pertanyaan R Hitung R Tabel

1 0.871 0.31 2 0.773 0.31 3 0.847 0.31 4 0.767 0.31 5 0.744 0.31 6 0.704 0.31

(11)

7 0.768 0.31 8 0.851 0.31 9 0.750 0.31 10 0.678 0.31 11 0.804 0.31 12 0.062 0.31

Sumber : pengolahan data

Jadi berdasarkan perbandingan tersebut maka didapat bahwa pertanyaan no : 12 tidak valid karena kurang dari 0,31 maka dihapuskan dari daftar pertanyaan. Sedangkan selebihnya valid.

Tabel 4.2 Uji Reliabilitas Pelatihan

Cronbach's

Alpha N of Items

.939 12

Sumber : pengolahan data

Karena Cronbach’s alpha (0,939) > 0,6 maka instrumen dianggap reliabel.

B. Motivasi

Dengan melihat berdasarkan tabel koefisien korelasi dari setiap pertanyaan yang ada, apabila korelasi > r tabel maka dinyatakan pertanyaan dari kuesioner tersebut valid.

Tabel 4.3 Uji Validitas Motivasi Pertanyaan R Hitung Tabel R

13 0.748 0.31

14 0.696 0.31

15 0.717 0.31

16 0.765 0.31

(12)

18 -0.051 0.31 19 0.731 0.31 20 0.787 0.31 21 -0.324 0.31 22 0.808 0.31 23 0.784 0.31 24 0.801 0.31 25 0.772 0.31 26 0.740 0.31 27 0.721 0.31 28 0.854 0.31 29 0.691 0.31 30 0.823 0.31 31 0.134 0.31

Sumber : pengolahan data

Jadi berdasarkan perbandingan tersebut maka didapat bahwa pertanyaan no : 17, 18, 21,31 tidak valid karena kurang dari 0,31 maka dihapuskan dari daftar pertanyaan. Sedangkan selebihnya valid.

Tabel 4.4 Uji Reliabilitas Motivasi

Cronbach's

Alpha N of Items

.924 19

Sumber : pengolahan data

(13)

C. Kinerja

Dengan melihat berdasarkan tabel koefisien korelasi dari setiap pertanyaan yang ada, apabila korelasi > r tabel maka dinyatakan pertanyaan dari kuesioner tersebut valid.

Tabel 4.5 Uji Validitas Kinerja Pertanyaan R Hitung R Tabel

31 0.622 0.31 32 0.713 0.31 33 0.787 0.31 34 0.632 0.31 35 0.622 0.31

Sumber : pengolahan data

Jadi berdasarkan perbandingan tersebut maka didapat bahwa semua pertanyaan dinyatakan valid.

Sumber : pengolahan data

Karena Cronbach’s Alpha (0,844) > 0,6 maka instrumen diangap Reliabel.

4.2.2 Tes Normalitas

Setelah melakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap pertanyaan-pertanyaan kuesioner, kuesioner disebar kembali kepada 35 (tiga puluh lima) karyawan tetap kantor

Tabel 4.6 Uji Reliabilitas Kinerja

Cronbach's

Alpha N of Items

(14)

pusat PT. Inalum dan akan dilakukan tes normalitas terhadap data kuesioner tersebut, yang hasilnya :

Sumber : pengolahan data Gambar 4.3 Grafik Normalitas

Suatu data akan terdistribusi normal jika nilai probabilitas yang diharapkan adalah sama dengan nilai probabilitas pengamatan. Pada grafik diatas, kesamaan antara nilai probabilitas harapan dan probabilitas pengamatan ditunjukkan dengan garis diagonal yang merupakan perpotongan antara garis probabilitas harapan dan probabilitas pengamatan. Dari grafik terlihat bahwa nilai plot P-P terletak diantara garis diagonal. Maka dapat dikatakan bahwa distribusi data kuesioner adalah normal.

4.2.3 Uji Keselarasan

Uji keselarasan digunakan untuk mengetahui apakah responden bersifat homogen (memiliki kesamaan varian) atau tidak.

(15)

Hipotesis : Ho : Responden bersifat homogen (memiliki kesamaan varian)

Hi : Responden tidak bersifat homogen (tidak memiliki kesamaan varian) Dasar Pengambilan Keputusan : Sig > (0,05) = Ho diterima

Sig < (0,05) = Ho ditolak

Tabel 4.7 Uji keselarasan

kinerja

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.099 8 20 .404

Sumber : pengolahan data

Sig = 0,404>0,05 = Ho diterima.

Sehingga dapat disimpulkan responden bersifat homogen atau memiliki kesamaan varian.

4.2.4 Transformasi Data Ordinal menjadi Interval

Data hasil penghimpunan kuesioner yang berupa data ordinal diubah menjadi data interval terlebih dahulu. Hal ini dilakukan karena data ordinal dari kuesioner belum mempunyai nilai.

(16)

A. Pelatihan

Hasil pengolahan data ordinal menjadi interval untuk variabel pelatihan adalah sebagai berikut.

Tabel 4.8 Transformasi Data Ordinal ke Interval Pelatihan

Sumber : pengolahan data Alternatif Jawaban Item

Pertanyaan 1 2 3 4 Frekuensi Total

1 7 4 8 16 35 2 3 7 17 8 35 3 4 5 10 16 35 4 3 7 10 15 35 5 3 6 12 14 35 6 4 5 13 13 35 7 7 4 7 17 35 8 4 5 12 14 35 9 3 10 8 14 35 10 3 8 16 8 35 11 6 5 13 11 35 Frekuensi 47 66 126 146 385 Proporsi 0.12 0.18 0.32 0.38 Proporsi kumulatif 0.12 0.30 0.62 1 Zi -1.18 -0.53 1.18 0 Densitas 0.1989 0.3467 0.1989 0 Scale Value -1.65 -0.82 0.46 0.52 Transformasi 1 1,83 3,11 3,17

(17)

B. Motivasi

Hasil pengolahan data ordinal menjadi interval untuk variabel motivasi adalah sebagai berikut.

Tabel 4.9 Transformasi Data Ordinal ke Interval Motivasi

Sum

ber : pengolahan data Alternatif Jawaban Item Pertanyaan 1 2 3 4 Total Frekuensi 12 4 8 10 13 35 13 3 6 12 14 35 14 4 5 13 13 35 15 8 4 6 17 35 16 4 9 11 11 35 17 7 3 8 17 35 18 4 5 13 13 35 19 4 9 12 10 35 20 5 5 12 13 35 21 3 9 9 14 35 22 3 8 16 8 35 23 7 5 12 11 35 24 7 2 10 16 35 25 3 7 17 8 35 26 4 5 10 16 35 Frekuensi 70 90 171 194 525 Proporsi 0,13 0,17 0,33 0,36 Proporsi kumulatif 0,13 0,3 0,63 1 Zi -1,13 -0,53 1,13 0 Densitas 0,2107 0,3467 0,2107 0 Scale Value -1,62 -0,8 0,41 0,58 Transformasi 1 1,82 3,03 3,2

(18)

C. Kinerja

Hasil pengolahan data ordinal menjadi interval untuk variabel kinerja adalah sebagai berikut.

Tabel 4.10 Transformasi Data Ordinal ke Interval Kinerja

Sumber : pengolahan data

Setelah melakukan transformasi data ordinal ke interval setiap variabel, maka data kuesioner diubah menjadi :

Tabel 4.11 Data setelah ditransformasi

Responden Pelatihan pelatihan Motivasi average motivasi Kinerja average average kinerja 1 33,23 3,02090909 44,05 2,93666667 11,24 2,81 2 14,32 1,30181818 18,28 1,21866667 5,74 1,435 3 34,63 3,14818182 47,15 3,14333333 12,7 3,175 Alternatif Jawaban Item Pertanyaan 1 2 3 4 Total Frekuensi 27 4 10 8 13 35 28 2 9 14 10 35 29 7 2 10 16 35 30 3 6 18 8 35 Frekuensi 16 27 50 47 140 Proporsi 0,11 0,19 0,35 0,34 Proporsi kumulatif 0,11 0,3 0,65 1 Zi -1,23 -0,53 1,04 0 Densitas 0,1872 0,3467 0,2323 0 Scale Value -1,7 -0,83 -0,32 0,63 Transformasi 1 1,87 3,02 3,33

(19)

4 14,32 1,30181818 19,92 1,328 6,61 1,6525 5 23,77 2,16090909 30,75 2,05 6,61 1,6525 6 34,69 3,15363636 47,32 3,15466667 13,01 3,2525 7 34,57 3,14272727 46,81 3,12066667 13,01 3,2525 8 34,57 3,14272727 46,81 3,12066667 12,7 3,175 9 15,15 1,37727273 21,56 1,43733333 5,74 1,435 10 31,89 2,89909091 43,88 2,92533333 11,24 2,81 11 15,98 1,45272727 21,56 1,43733333 6,74 1,685 12 34,45 3,13181818 46,47 3,098 12,39 3,0975 13 33,29 3,02636364 45,19 3,01266667 12,7 3,175 14 15,98 1,45272727 21,56 1,43733333 4,87 1,2175 15 18,09 1,64454546 23,59 1,57266667 5,74 1,435 16 34,69 3,15363636 47,32 3,15466667 12,7 3,175 17 34,57 3,14272727 46,98 3,132 13,01 3,2525 18 30,55 2,77727273 39,91 2,66066667 11,55 2,8875 19 34,63 3,14818182 46,98 3,132 13,01 3,2525 20 34,45 3,13181818 46,47 3,098 12,39 3,0975 21 23,59 2,14454546 30,89 2,05933333 7,76 1,94 22 34,69 3,15363636 47,49 3,166 12,7 3,175 23 34,69 3,15363636 47,15 3,14333333 13,01 3,2525 24 34,57 3,14272727 46,81 3,12066667 12,7 3,175 25 34,51 3,13727273 46,64 3,10933333 12,39 3,0975 26 34,51 3,13727273 46,64 3,10933333 12,39 3,0975 27 14,32 1,30181818 19,1 1,27333333 5,74 1,435 28 34,51 3,13727273 46,81 3,12066667 12,39 3,0975 29 34,63 3,14818182 47,15 3,14333333 13,01 3,2525 30 33,17 3,01545455 45,43 3,02866667 12,39 3,0975 31 32,07 2,91545455 37,32 2,488 10,09 2,5225 32 27,16 2,46909091 34,94 2,32933333 10,99 2,7475 33 31,89 2,89909091 42,5 2,83333333 12,7 3,175 34 29,09 2,64454546 39,91 2,66066667 10,93 2,7325 35 33,41 3,03727273 42,53 2,83533333 11,24 2,81

(20)

4.3 Analisis Data

Setelah melakukan transformasi data ordinal menjadi interval, maka data dapat diolah dengan analisis korelasi dan regresi. Data yang diolah adalah rata-rata (average) dari setiap variabel. Hasil ini didapat dari penjumlahan nilai setiap jawaban kuesioner dibagi banyaknya pertanyaan setiap variabel.

4.3.1 Analisis Korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk menganalisa hubungan antara pelatihan dan motivasi terhadap kinerja.

Correlations

Control Variables pelatihan motivasi kinerja

Correlation 1.000 .992 .524 Significance (2-tailed) . .000 .001 pelatihan df 0 33 33 Correlation .992 1.000 .555 Significance (2-tailed) .000 . .001 motivasi df 33 0 33 Correlation .524 .555 1.000 Significance (2-tailed) .001 .001 . -none-a kinerja df 33 33 0 Correlation 1.000 .990 Significance (2-tailed) . .000 kinerja pelatihan df 0 32

(21)

Correlation .990 1.000 Significance (2-tailed) .000 . motivasi

df 32 0

a. Cells contain zero-order (Pearson) correlations.

Dari tabel diatas, maka dapat dilihat nilai korelasi dari : • Pelatihan – Kinerja adalah 0,524

Dengan ini menyatakan bahwa hubungan antara Program Pelatihan terhadap Kinerja adalah kuat dan positif.

• Motivasi – Kinerja adalah 0,555

Dengan ini menyatakan bahwa hubungan antara Program Pelatihan terhadap Kinerja adalah kuat dan positif.

4.3.2 Analisis Regresi

Analisis regresi digunakan untuk menganalisa pengaruh pelatihan terhadap kinerja, motivasi terhadap kinerja, dan pengaruh pelatihan dan motivasi secara simultan terhadap kinerja.

A. Hubungan Program Pelatihan – Kinerja

Hasil pengolahan data interval menggunakan analisis regresi sederhana untuk menganalisa pengaruh pelatihan terhadap kinerja.

Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .524a .275 .253 .72932

a. Predictors: (Constant), pelatihan b. Dependent Variable: kinerja

(22)

Maka dapat dinyatakan bahwa nilai koefisien korelasinya adalah 0,524, sedangkan nilai koefisien determinasinya 0,275 (27,5%).

Dengan persamaan regresi : Y = 1,084 + 0,643 X1

Keterangan :

1. Jika variabel pelatihan (X1) bernilai nol, maka nilai variabel kinerja (Y) sebesar nilai a (1,084)

2. Jika variabel pelatihan (X1) mengalami kenaikan 1, maka nilai variabel kinerja (Y) bertambah sebesar 0,643.

B. Hubungan Motivasi – Kinerja

Hasil pengolahan data interval menggunakan analisis regresi sederhana untuk menganalisa pengaruh motivasi terhadap kinerja.

Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Coefficientsa Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) 1.084 .498 2.176 .037

1

pelatihan .643 .182 .524 3.538 .001

(23)

1 .555a .308 .287 .71230 a. Predictors: (Constant), motivasi

b. Dependent Variable: kinerja

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) 1.022 .477 2.145 .039

1

motivasi .677 .176 .555 3.836 .001

a. Dependent Variable: kinerja

Maka dapat dinyatakan bahwa nilai koefisien korelasinya adalah 0,555, sedangkan nilai koefisien determinasinya 0,308 (30,8%).

Dengan persamaan regresi : Y = 1,022 + 0,677 X1 Keterangan :

1. Jika variabel motivasi (X1) bernilai nol, maka nilai variabel kinerja (Y) sebesar nilai a (1,022)

2. Jika variabel motivasi (X1) mengalami kenaikan 1, maka nilai variabel kinerja (Y) bertambah sebesar 0,677.

C. Hubungan Program Pelatihan dan Motivasi Terhadap Kinerja

Hasil pengolahan data interval menggunakan analisis regresi berganda untuk menganalisa pengaruh pelatihan dan motivasi secara simultan terhadap kinerja.

(24)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 8.617 2 4.308 8.842 .001a

Residual 15.593 32 .487

1

Total 24.210 34

a. Predictors: (Constant), motivasi, pelatihan b. Dependent Variable: kinerja

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) 1.191 .480 2.483 .018

pelatihan 2.175 1.416 -1.775 -1.536 .134

1

motivasi 2.824 1.408 2.317 2.005 .053

a. Dependent Variable: kinerja

Maka dapat dinyatakan bahwa nilai koefisien korelasinya adalah 0,597, nilai koefisien determinasinya adalah 0,356 (35,6%). Jadi 35,6% yang mempengaruhi kinerja

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .597a .356 .316 .69806

a. Predictors: (Constant), motivasi, pelatihan b. Dependent Variable: kinerja

(25)

adalah program pelatihan dan motivasi kerja, sedangkan sisanya 64,4 % adalah faktor lain.

Dengan persamaan regresi : Y = 1,191 + 2,175 X1 + 2,824 X2 Keterangan :

1. Jika variabel pelatihan (X1) dan motivasi (X2) bernilai nol, maka nilai variabel kinerja (Y) sebesar nilai a (1,191)

2. Jika variabel pelatihan (X1) mengalami kenaikan 1, maka nilai variabel kinerja (Y) bertambah sebesar 2,175

3. Jika variabel motivasi (X2) mengalami kenaikan 1, maka nilai variabel kinerja (Y) bertambah sebesar 2,824.

Terlihat bahwa pada kolom Sig (signifikan) tabel anova, nilai Sig 0,001 atau lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau nilai 0,001 < 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Jadi, program pelatihan dan motivasi kerja berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap kinerja.

4.4 Implikasi

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menggunakan software SPSS versi 16, dapat diketahui bahwa :

1. Pelatihan – Kinerja

Program pelatihan berhubungan kuat dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Hal ini dibuktikan dengan koefisien korelasi sebesar 0,524. Selain itu pelatihan memiliki pengaruh sebesar 27,5% terhadap kinerja karyawan dengan persamaan regresi Y = 1,084 + 0,643 X1 yang berarti :

(26)

• Jika variabel pelatihan (X1) bernilai nol, maka nilai variabel kinerja (Y) sebesar nilai a (1,084)

• Jika variabel pelatihan (X1) mengalami kenaikan 1, maka nilai variabel kinerja (Y) bertambah sebesar 0,643.

2. Motivasi – Kinerja

Motivasi berhubungan kuat dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Hal ini dibuktikan dengan koefisien korelasi sebesar 0,555. Selain itu motivasi memiliki pengaruh sebesar 30,8% terhadap kinerja karyawan dengan persamaan regresi Y = 1,022 + 0,677 X1 yang berarti :

• Jika variabel motivasi (X1) bernilai nol, maka nilai variabel kinerja (Y) sebesar nilai a (1,022)

• Jika variabel motivasi (X1) mengalami kenaikan 1, maka nilai variabel kinerja (Y) bertambah sebesar 0,677.

3. Pelatihan dan Motivasi – Kinerja

Program pelatihan dan pemberian motivasi karyawan memiliki hubungan yang kuat terhadap kinerja karyawan. Hal ini dibuktikan dengan koefisien korelasi sebesar 0,597. Selain itu pelatihan dan motivasi secara simultan mempengaruhi kinerja karyawan sebesar 35,6% dengan persamaan regresi

Y = 1,191 + 2,175 X1 + 2,824 X2 yang berarti :

• Jika variabel pelatihan (X1) dan motivasi (X2) bernilai nol, maka nilai variabel kinerja (Y) sebesar nilai a (1,191)

• Jika variabel pelatihan (X1) mengalami kenaikan 1, maka nilai variabel kinerja (Y) bertambah sebesar 2,175

(27)

• Jika variabel motivasi (X2) mengalami kenaikan 1, maka nilai variabel kinerja (Y) bertambah sebesar 2,824.

Gambar

Tabel 4.2 Uji Reliabilitas Pelatihan
Tabel 4.4 Uji Reliabilitas Motivasi
Tabel 4.5 Uji Validitas Kinerja  Pertanyaan  R Hitung  R Tabel
Tabel 4.7 Uji keselarasan  kinerja

Referensi

Dokumen terkait

e. Komunikasi antarpribadi merupakan proses belajar f. Mengubah pendapat orang lain h. Membantu orang lain.. Dapat disimpulkan bahwa tujuan komunikasi antarpribadi adalah untuk dapat

Jadi, Dipenda Kabupaten atau Kota Padangsidimpuan dapat merumuskan keputusan strategi terbaik dari hasil analisis QSPM ini yakni untuk meningkatkan PAD pada masa mendatang

Schiffman dan Kanuk (2008:148) mengungkapkan bahwa stimulus mempunyai sifat yang dapat menarik perhatian konsumen, yaitu kontras. Sifat stimulus ini sering digunakan dalam

Kesedaran masyarakat terhadap gerakan koperasi di luar negara telah memberi impak positif apabila masyarakat dunia mengiktiraf koperasi sebagai medium yang mampu mengubah kehidupan

diketahui bahwa tidak ada pengaruh yang bermakna secara statistik antara suhu udara yang optimal (20 – 25 O C) bagi perkembangan bakteri Leptospira dengan

$gar medium dapat tumbuh dengan baik maka medium kultur harus mengandung semua nutrient yang diperlukan dalam keadaan seimbang, tidak mengndung zat!zat penghambat, dalam

Mentor / Instruktur Nasional : IKA SETYANINGSIH (TK NEGERI PEMBINA BREBES).. Pusat Belajar : TK NEGERI

Hal ini tidak dilakukan pada input berupa e-KTP, karena terdapat data lain (foto dsb) yang bisa digunakan untuk verifikasi tambahan.. Kata sandi dan IMEI dari telepon