• Tidak ada hasil yang ditemukan

35130814 Sifat Sifat Dental Amalgam(2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "35130814 Sifat Sifat Dental Amalgam(2)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

MAKALAH

SIFAT-SIFAT AMALGAM

SIFAT-SIFAT AMALGAM

(Sifat Fisik, Mekanik, Kimia, serta Biologi)

(Sifat Fisik, Mekanik, Kimia, serta Biologi)

Makalah ini Disusun Guna Melengkapi

Makalah ini Disusun Guna Melengkapi

Tugas Matakuliah Ilmu Biomaterial KG I

Tugas Matakuliah Ilmu Biomaterial KG I

Disusun Oleh:

Disusun Oleh:

Wahyu

Wahyu Septian Septian A. A. A. A. 09/KG/838109/KG/8381 Sukron

Sukron Tajudin Tajudin 09/KG/838309/KG/8383 Amiga

Amiga Rusyda Rusyda 09/KG/838509/KG/8385 Reyhan

Reyhan Al-Zena Al-Zena 09/KG/838709/KG/8387 Dodo

Dodo Hidayat Hidayat 09/KG/838909/KG/8389 Puti

Puti Lenggogeni Lenggogeni 09/KG/839109/KG/8391 Rizqie

Rizqie Indra Indra Maulana Maulana 09/KG/839309/KG/8393 Rizky

Rizky Noorleta Noorleta Putri Putri 09/KG/839509/KG/8395 Winadi

Winadi Surtanata Surtanata Woe Woe 09/KG/839709/KG/8397

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2010

2010

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.,

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan kemudahan sehingga   penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “SIFAT-SIFAT AMALGAM; Sifat

Fisik, Mekanik, Kimia, Biologi” sebagai salah satu tugas mata kuliah Ilmu Biomaterial

Kedokteran Gigi I.

Makalah ini sekilas menjelaskan tentang Sifat Fisik Amalgam yang mencakup Creep, Konduktivitas Termal, serta Stabilitas Dimensional; Sifat kimia amalgam yang mencakup reaksi elektrokimia sel galvanik, korosi, dan tarnish; sifat mekanik yang meliputi kekuatan, sifat biologi yang mencakup alergi dan toksisitas raksa, kerugian sifat-sifat tersebut dan solusinya.

Seperti peribahasa ”Tiada gading yang tak retak”, penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari kekurangan karena keterbatasan waktu, tenaga, dan pengetahuan kami. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat pada umumnya, maupun bagi dunia kedokteran gigi pada khususnya.

Yogyakarta, 20 Mei 2010 Penyusun

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 4

B. Tujuan Makalah 6

BAB II : PEMBAHASAN BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan 14

B. Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 15

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dental amalgam merupakan bahan tumpatan yang sering digunakan di Kedokteran Gigi. Pertama diperkenalkan di Perancis pada awal 1800-an, berisi campuran air raksa dengan setidaknya satu logam lainnya. Amalgam telah menjadi metode restoratif pilihan selama bertahun-tahun karena biaya rendah, kemudahan aplikasi, kekuatan, ketahanan, dan efek bakteriostatik. Faktor-faktor yang menyebabkan penurunan penggunaan baru-baru ini adalah dampak merugikan bagi kesehatan, estetika yang kurang, dan pencemaran lingkungan. Masalah estetika adalah karena warna metalik tidak berbaur dengan baik dengan warna gigi alami. Hal ini terutama menjadi perhatian bila digunakan pada gigi depan, tetapi dapat diatasi dengan menggunakan bahan gigi alternatif. Masalah-masalah lingkungan adalah tentang emisi merkuri selama persiapan dan dari amalgam kremasi sampah pada individu almarhum.

Amalgam merupakan bahan yang paling sering digunakan karena bahan ini dapat bertahan lama sebagai bahan tumpatan, mudah memanipulasinya, mudah beradaptasi dengan cairan mulut dan harganya relatif murah. Namun, mengenai masalah efek samping yang ditimbulkan oleh bahan ini masih dipertanyakan karena masih ada anggapan bahwa amalgam berbahaya bagi kesehatan tubuh pasien, hal ini karena di dalam amalgam terkandung merkuri. Merkuri dalam keadaan bebas sangat berbahaya bagi kesehatan karena dapat meracuni tubuh oleh karena itu merkuri di dalam amalgam dianggap berbahaya. Bahaya merkuri ini tidak  hanya mengancam kesehatan pasien tetapi juga dokter gigi itu sendiri, uap merkuri yang terhirup pada saat mengaduk amalgam dapat menimbulkan efek toksik kumulatif pada dokter gigi tersebut.

Biokompatibilitas dapat diartikan sebagai kehidupan harmonis antara bahan dan lingkungan yang tidak mempunyai pengaruh toksik atau jejas terhadap fungsi biologi. Biokompatibilitas berhubungan dengan uji biologis yang merupakan interaksi antara sifat fisika atau mekanik dan sifat kimia melalui degenerasi sel, kematian sel dan beberapa tipe nekrosis. Tujuan biokompatibilitas adalah untuk mengeliminasi komponen bahan yang berpotensi merusakan jaringan rongga mulut.

(5)

Sebuah bahan dikatakan biokompatible ketika bahan tersebut tidak merusak  lingkungan biologis di sekitarnya. Syarat biokompatibilitas bahan kedokteran gigi adalah: 1. Tidak membahayakan pulpa dan jaringan lunak.

2. Tidak mengandung bahan toksik yang dapat berdifusi, terlepas dan diabsorbsi dalam sistem sirkulasi.

3. Bebas dari agent yang dapat menyebabkan reaksi alergi. 4. Tidak berpotensi sebagai bahan karsinogenik.

Amalgam memiliki sifat-sifat fisis yaitu perubahan dimensi dan memiliki kekuatan untuk menahan tekanan pengunyahan. Alloy yang digunakan bersama dengan merkuri untuk  keperluan kedokteran gigi biasanya disebut dengan dental amalgam alloy. Merkuri dicampur dengan bubuk alloy membentuk suatu bahan plastis yang kemudian dimasukkan ke dalam kavitas gigi yang telah dipreparasi. Amalgam sebagai bahan tumpatan lebih kuat dari semua   jenis bahan tumpatan untuk gigi posterior lainnya. Pemanipulasian amalgam terdiri dari

mixing, triturasi, kondensasi, triming dan karving serta polishing yang dapat mempengaruhi sifat-sifat fisisnya seperti tekanan kondensasi yang tinggi menghasilkan kekuatan yang lebih besar.

Makalah ini membahas sifat-sifat fisik, kimia, mekanis, serta biologi dari abstrak di atas. Lebih jauh akan dijelaskan kekurangannya masing serta solusinya sehingga didapat biokompatibilitas dari material amalgam.

B. Tujuan

1. untuk mengetahui sifat-sifat fisik, kimia, mekanik, serta biologi dari amalgam 2. untuk mengetahui kekurangan serta solusi dari sifat-sifat tersebut sehingga bisa memanipulasi restorasi amalgam yang baik.

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sifat Fisik Amalgam 1. Creep

Creep adalah sifat viskoelastik yang menjelaskan perubahan dimensi secara bertahap yang terjadi ketika material diberi tekanan atau beban. Untuk tumpatan amalgam, tekanan mengunyah yang berulang dapat menyebabkan creep. ANSI  –  ADA specification no.1 menganjurkan agar creep kurang dari 3%. Amalgam yang rendah tembaga lebih rentan mengalami kerusakan di bagian tepi, dibandingkan dengan amalgam yang tinggi kandungan tembaga. (Craig, 2000)

Amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi mempunyai nilai creep yang jauh lebih rendah, beberapa bahkan kurang dari 0,1%. Tidak ada data yang menunjukkan bahwa mengurangi nilai creep 1% akan dapat mempengaruhi kerusakan tepi. (Marek, 1992)

Secara umum besarnya creep yang terjadi adalah sebagai berikut :

Creep alloy konvensional > creep blonded alloy > creep alloy komposisi tunggal. (Combe, 1992)

 Kekurangan; Amalgam yang memiliki tingkat creep tinggi akan mengalami kerusakan marginal dan mengakibatkan menurunnya nilai estetik. (Williams, 1979)

Solusi;

1. Meminimalkan fase gamma 2 saat setting 2. penambahan palladium dan indium

(McCabe, 2008) 2. Stabilitas Dimensional

Idealnya amalgam harus mengeras tanpa terjadi perubahan pada dimensinya dan kemudian tetap stabil. Meskipun demikian ada beberapa faktor yang mempengaruhi dimensi awal pada saat pengerasan dan stabilitas dimensional jangka panjang.

1) Perubahan dimensional

Amalgam dapat memuai dan menyusut tergantung pada cara manipulasinya idealnya perubahan dimensi kecil saja. Kontraksi nya yang hebat dapat menyebabkan terbentuknya

(7)

kebocoran mikro dan karies sekunder. Ekspansi yang berlebihan dapat menimbulkan tekanan pada pulpa dan kepekaan paska operasi. Protrusi dari restorasi juga dapat diakibatkan oleh ekspansi yang berlebihan.

Perubahan dimensional dari amalgam tergantung pada seberapa banyak amalgam tertekan pada saat pengerasan dan kapan pengukuran dimulai. Spesifikasi ADA No.1 menyebutkan bahwa amlgam dapa berkontraksi atau berekspansi lebih dari 20 µ m/cm, diukur pada 30ºc , 5 menit dan 24 jam sesudah dimulainya trituasi dengan alat yang keakuratannya tidak sampai 0,5µm.

(Anusavice, 2004)

Amalgam dapat meregang dan berkontraksi tergantung saat manipulasinya. Idealnya perubahan dimensi amalgam terjadi pada skala kecil. Beberapa kontraksi dapat mengakibatkan kebocoran mikro dan sekunder karies. (Phillips, 1981)

Beberapa faktor penting yang dapat mempengaruhi perubahan dimensi adalah :

1. komposisi alloy : semakin banyak jumlah silver dalam amalgam, maka akan lebih besar pula expansi yang terjadi. Semakin besar jumlah tin, maka kontraksi akan lebih besar.

2. rasio mercuri/alloy : makin banyak mercury, akan semakin besar tingkat expansinya 3. ukuran partikel alloy : dengan berat yang sama, jika ukuran partikel menyusut, maka

total area permukaan alloy akan meningkat. Area permukaan yang lebih besar akan menghasilkan mercury dengan kecepatan difusi ke partikel yang lebih tinggi, saat triturasi. Hal ini akan mengakibatkan kemungkinan kontraksi lebih tinggi saat tahap pertengahan.

4. waktu triturasi : merupakan faktor paling penting. Secara umum, semakin lama waktu triturasi, maka expansi akan lebih kecil.

5. tekanan kondensasi : jika amalgam tidak mengalami kondensasi setelah triturasi, akan terjadi kontraksi dalam skala besar karena tidak terganggunya difusi mercury ke alloy.

(Williams, 1979) Kekurangan; Dapat menyebabkan kebocoran mikro dan sekunder karies

(8)

Solusi; Menggunakan “cavity varnish” yang mengandung larutan resin alami atau sintetis dalam pelarut yang menguap misalkan eter dan harus tahan air (  McCabe, 2008)

3. Difusi termal

Difusi termal amalgam adalah empat puluh kali lebih besar dari dentin sedangkan koefisien ekspansi termal amalgam 3 kali lebih besar dari dentin yang mengakibatkan mikroleakage dan sekunder karies.

Solusi; mengisolasi dan menyekat dasar cavitas dengan semen amalgam (Koudi, 2007) 4. Abrasi

Proses abrasi yang terjadi saat mastikasi makanan, berefek pada hilangnya sebuah substansi / zat, biasa disebut wear . Mastikasi melibatkan pemberian tekanan pada tumpatan, yang mengakibatkan kerusakan dan terbentuknya pecahan/puing amalgam . (Marke, 1992) B. Sifat Mekanik Amalgam

1. Kekuatan

Dental amalgam mempunyai berbagai macam struktur, dan kekuatan struktur tersebut tergantung dari sifat individu dan hubungannya antara satu struktur dengan struktur yang lainnya.

Dental amalgam adalah material yang brittle/rapuh. Kekuatan tensile amalgam lebih rendah dibanding kekuatan kompresif. Kekuatan kompresif ini cukup baik untuk  mempertahankan kekuatan amalgam, tetapi rendahnya kekuatan tensile yang memperbesar kemungkinan terjadinya fraktur/retakan.

Beberapa faktor yang mengontrol/mempengaruhi kekuatan amalgam :

1. rasio mercury/alloy : jika mercury yang digunakan terlalu sedikit, maka partikel alloy tidak akan terbasahi secara sempurna sehingga bagian restorasi alloy tidak akan bereaksi dengan mercury, menyisakan peningkatan lokal porositas dan membuat amalgam menjadi lebih rapuh.

(9)

2. Komposisi alloy : komposisi tidak terlalu berpengaruh terhadap kekuatan amalgam. Beberapa sumber mengatakan amalgam yang tinggi copper dengan tipe dispersi lebih kuat dibanding alloy dengan komposisi konvensional.

3. Ukuran dan bentuk partikel : kekuatan amalgam diperoleh dengan ukuran partikel yang kecil, mendukung kecenderungan fine atau microfine particles.

4. Porositas : sejumlah kecil porositas pada amalgam akan mempengaruhi kekuatan. Porositas dapat dikurangi dengan triturasi yang tepat, dan yang lebih penting adalah teknik triturasi yang baik.

(Williams, 1979)

Faktor-faktor berikut ini dapat mendorong terbentuknya suatu restorasi amalgam yang tidak kuat:

1. Triturasi yang tidak sempurna (under-trituration) 2. Kandungan mercury yang terlalu besar

3. Terlalu kecil tekanan yang diberi sewaktu kondensasi 4. Kecepatan pengisian kavitet yang lamban

5. Korosi

(Combe, 1992)

Kekuatan tarik dari amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi tidak jauh berbeda dengan amalgam yang memiliki kandungan tembaga yang rendah. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan diantaranya.

1.  Efek Triturasi. efek triturasi terhadap kekuatan tergantung pada jenis logam campur amalgam, waktu triturasi, dan kecepatan amalgamator. Baik triturasi yang kurang maupun yang berlebih akan dapat menurunkuan kekuatan dari amalgam tradisional dan amalgam dengan tembaga yang tinggi

2.   Efek Kandungan Merkuri. Faktor penting dalam mengontrol kekuatan adalah kandungan merkuri dari restorasi tersebut. Merkuri dalam jumlah yang cukup harus dicampur dengan logam campur untuk menutupi partikel-partikel logam campur dan memungkinkan terjadinya amalgamasi yang menyeluruh. Masing-masing partikel logam campur harus dibasahi oleh merkuri: bila tidak, akan terbentuk adonan yang kering dan berbutir-butir. Adonan semacam itu menghasilkan permukaan yang kasar

(10)

dan berlubang-lubang yang dapat menimbulkan korosi. Setiap kelebihan merkuri yang tertinggal pada restorasi dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan dalam jumlah yang cukup besar.

3.   Efek kondensasi. Tekanan kondensasi, dan bentuk partikel logam campur, semuanya mempengaruhi sifat amalgam. Jika digunakan teknik kondensasi tipikal dan logam campur lathe-cut , makin besar tekanan kondensasi, makin tinggi kekuatan kompresinya, terutama kekuatan awal (misalnya pada 1 jam). Teknik kondensasi yang baik akan memeras keluar merkuri dan menghasilkan fraksi volume dari fase matriks yang lebih kecil. Tekanan kondensasi yang tinggi diperlukan untuk mengurangi porositas dan mengeluarkan merkuri dari amalgam lathe-cut . Sebaliknya, amalgam sferis yang dimampatkan dengan tekanan ringan akan mempunyai kekuatan yang baik.

4.   Efek Porositas. Ruang kosong dan porus adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan kompresi dari amalgam yang sudah mengeras.

5.  Efek Laju Pengerasan Amalgam. Laju pengerasan amalgam penting diperhatikan oleh dokter gigi. Karena pasien pada umumnya diperbolehkan pulang dari praktik gigi dalam waktu 20 menit setelah triturasi amalgam,pertanyaan yang penting diperhatikan di sini adalah apakah amalgam sudah mempunyai kekuatan yang cukup untuk  menjalankan fungsinya. Ada kemungkinan bahwa persentase patahnya restorasi amalgam yang tinggi. Amalgam tidak memperoleh kekuatan secepat yang kita inginkan. Spesifikasi ADA menyebutkan kekuatan kompresi minimal adalah 80 MPa pada 1 jam. Kekuatan kompresi 1 jam dari amalgam komposisi tunggal yang kandungan tembaganya tinggi sangatlah besar.

(Anusavice, 2004) Kelebihan;

 Ketahanan terhadap keausan sangat tinggi, tidak seperti bahan lain yang pada

umumnya lama kelamaan akan mengalami aus karena faktor- faktor dalam mulut yang saling berinteraksi seperti gaya kunyah dan cairan mulut.

(11)

C. Sifat Kimia Amalgam

1. Reaksi Elektrokimia Sel Galvanik

Korosi galvanic atau bimetalik terjadi ketika dua atau lebih logam berbeda atau alloy berkontak dalam larutan elektrolit , dalam hal ini adalah air ludah . Besarnya arus galvanis dipengaruhi oleh lama / usia restorasi , perbedaan potensial korosi sebelum berkontak dan daerah permukaan.

Jarak yang cukup lebar / besar dihasilkan dan kontak elektrik dari beberapa restorasi secara in vivo . Untuk restorasi amalgam –  amalgam , perbedaan potensial korosi sebelum berkontak mungkin akan berguna dalam memprediksi besarnya arus galvanis, yang mana paling tidak perbedaan keluarnya adalah 24 mV

Hubungan lama restorasi dengan besar arus galvanic berbanding terbalik .artinya semakin lama usia restorasi amalgam dengan tumpatan lainnya , semakin kecil arus galvanic yang dihasilkan.

(Sutouw, 2004)

Kekurangan; mengakibatkan rasa nyeri bila menimbulkan arus galvanis bersama dengan tumpatan logam lain

Solusi; melepas tumpatan logam lain sebelum memakai tumpatan amalgam. 2) Korosi

Korosi adalah reaksi elektrokimiawi yang akan menghasilkan degradasi struktur dan properti mekanis. Banyak korosi amalgam terjadi pada bagian pits dan cervical. Korosi dapat mengurangi kekuatan tumpatan sekitar 50%, serta memperpendek keawetan penggunaan . (Marke, 1992)

Solusi;

1. memoles tumpatan amalgam ( McCabe, 2008) 2. meminimalkan timbulnya arus galvanis

(12)

3) Tarnish

Reaksi elektrokimia yang tidak larut, adherent, serta permukaan film yang terlihat dapat menyebabkan tarnish. Penyebab discoloration yang paling terkenal adalah campuran silver dan copper sulfida karena reaksi dengan sulfur dalam makanan dan minuman.

(Marke, 1992)

Kekurangan; gigi terlihat lebih hitam

Solusi; tidak memakan makanan mengandung sulfur berlebih D. Sifat Biologi Amalgam

1. Alergi

Secara khas respon alergi mewakili antigen dengan reaksi antibodi yang ditandai dengan rasa gatal, ruam, bersin, kesulitn bernafas, pembengkakan, dan gejala lain. Dermaititis kontak atau reaksi hipersensitif tipe 4 dari Commbs mewakili efek samping fisiologis yang paling mungkin terjadi pada amalgam gigi, t etapi reaksi ini terjadi oleh kurang dari 1 % dari populasi yang di rawat..(Anusavice, 2004)

Solusi; tidak menggunakan tumpatan amalgam (tumpatan jenis lain yang dipakai) 2. Toksisitas

Sejak awal penggunaannya kemungkinan efek samping dari air raksa sudah mulai dipertanyakan. Kadang-kadang masih ada dugaan bahwa keracunan air raksa dari tambalan gigi adalah penyebab dari penyakit-penyakit tertentu yang diagnosisnya tidak jelas dan ada bahaya bagi dokter gigi atau asistennya. Ketika uap air raksa terhirup selama pengadukan penempatan dan pembuangan.

Tidak diragukan bahwa air raksa merembes ke dalam struktur gigi. Suatu analisis pada dentin dibawah tambalan amalgam mengungkapkan adanya air raksa yang turut berperan dalam perubahan warna gigi.

Sejumlah air raksa dilepaskan pada saat pengunyahan tetepi kemungkinan keracunan dari air raksa yang menembus gigi atau sensititasi terhadap garam-garam air raksa yang larut dari permukaan amalgam sangat jarang terjadi . kemungkinan pyang paling menonjol bagi asimilasi air raksa dari amalgam gigi adalah melalui tahap uapnya.

(13)

Kekurangan;

Merkuri adalah elemen yang beracun, baik sebagai logam bebas maupun unsur dari senyawa kimia. Raksa larut dalam lemak dan sewaktu-waktu dapat terhirup oleh paru-paru yang mana akan teroksidasi menjasi Hg 2+. Kemudian ia akan ditransportasikan dari paru-paru oleh sel darah merah ke jaringan lain termasuk sistem saraf pusat. Merkuri dengan mudah menjadi senyawa metil merkuri, melewati barrier darah-otak dan juga plasenta kepada   janin. Konsekuensinya, metilmerkuri dapat nerakumulasi di otak dan berefek kepada bayi

yang akan dilahirkan. (Nicholson, 2002)

Debu merkuri bisa dikeluarkan ke udara selama triturasi, kondensasi atau pembuangan tunpatan amalgam yang telah lama. Tumpatan merkuri dalam proses pembedahan dapat mengakibatkan kontaminasi udara dalam jangka panjang (McCabe, 2008) Solusi;

1. Material yang mengandung raksa harus disimpan jauh dari sumber panas. 2. menjamin adanya ventilasi yang baik pada pembedahan

3. pemiliha tipe lantai yang cocok 

4. penyimpanan amalgam di bawah air atau larutan fiksatif kimia 5.  jangan disentuh denga tangan

(McCabe, 2008) 6. menggunakan masker

7. memakai teknik hand condensor 8. ruang tidak berkarpet

(14)

BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Dari tulisan di atas dapat disimpulkan bahwa;

1. Sifat fisik, mekanik, kimia, serta biologi amalgam sebagai bahan restoratif memiliki spesifikasi yang cenderung memberikan efek negatif (kekurangan) terhadap amalagam itu sendiri maupun pemakainya. Sifat yang menguntungkan hanya ditunjukkan dari kekuatannya yang relatif lebih tahan terhadap kekuatan pengunyahan dibanding bahan tumpatan lainnya.

2. komponen dari amalgam serta proses manipulasi amalgam memegang peranan penting dalam menentukan sifat-sifat amalgam.

3. Amalgam berdasarkan kandungan raksanya memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kesehatan pemakainya serta profesional di bidang kedokteran gigi. Untuk  itu, dibutuhkan pengetahuan yang mendalam mengenai toksisitas dari amalgam

B. Saran

1. Sebaiknya memanfaatkan sifat-sifat amalgam secara maksimal agar mendapat hasil tumpatan amalgam sesuai dengan yang dikehendaki.

2. sangat perlu memperhatikan standard serta spesifikasi yang berlaku dalam proses manipulasi amalgam

3. pengetahuan mengenai toksisitas amalgam perlu diketahui oleh profesional di bidang kedokteran gigi pada khususnya serta khalayak ramai pada umumnya.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Anusavice,Kenneth J.1996.Phillips’science Of Dental Materials. florida : W.B Saunders company

---. 2004. Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. EGC: Jakarta Combe, E.C. 1992. Sari Dental Material. Balai Pustaka. Jakarta

Craig, R.G. et al. 2000. Dental Materials Properties and Manipulation 7th edition. Toronto: Mosby

Koudi, M S dan Sanjayagouda B Patil. 2007. Dental Materials; Preparations for Undergraduates. Elsevier: New Delhi.

Marek, M. 1992. Interactions Between Dental Amalgams and the Oral Environment dalam Adv Dent Res 6:100-109

Mc Cabe,John F.1985.Anderson’s Applied Dental Material 6th Edition. london : Blackwell scientific publication

. 2008. Applied Dental Materials 9th edition. Blackwell: Oxford Nicholson, J. W. 2002. The Chemistry of Medical and Dental Materials. RSC:

Cambridge

Phillips, R.W. 1991. Science Of Dental Materials 9thEdition. W.B Saunders Company. Philadelphia

Surouw, Elliott et al. 2004. Invivo Galvanic Current Of Intermittently Contacting Dental Amalgam And Other Metallic Restoration In Elsevier Ltd Journals 20: 823-831 Williams, D.F and J. Cunningham. 1979. Materials in Clinical Dentistry. Oxford:

Referensi

Dokumen terkait

(B) Tumbukan yang berlangsung pada suhu tinggi akan menghasilkan reaksi. (C) Tekanan tidak mempengaruhi laju reaksi (D) Hanya tumbukan antara

Maka Sifat koligatif larutan non elektrolit dapat di hitung dengan menghitung tekanan uap, titik didih, titik beku, dan tekanan osmosis.. Menurut hukum sifat koligatif, selisih

Yang termasuk sifat mekanis pada logam, antara lain: kekuatan bahan ( strength ), kekerasan elastisitas, kekakuan, plastisitas, kelelahan bahan, sifat fisika, sifat kimia, dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses perlakuan menggunakan solution treatment (ST) setelah proses pengelasan cenderung menghasilkan sifat kekuatan tarik yang

Logam campur dengan kandungan tembaga yang tinggi ini menjadi bahan pilihan karena sifat mekanisnya yang lebih baik, juga ketahanan terhadap korosi, dan integrit as

Hasil uji sifat viskoelastis kedua lapisan menghasilkan sifat yang rigid dengan nilai impedansi 12,23Ω, sehingga perbedaan jenis pelarut ini hanya mempengaruhi

Material komposit memiliki sifat mekanis yang lebih bagus dari pada logam, memiliki kekuatan bisa diatur yang tinggi (tailorability), memiliki kekuatan lelah

SIFAT-SIFAT BATU SIFAT MEKANIK BATU: - Kekuatan tekan compressive strength menyatakan sifat ketahanan suatu batuan terhadap tekanan / kompresi yang berada pada satu garis lurus -