• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISIKO ERGONOMI DAN KELUHAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA PEKERJA KEHUTANAN BIDANG PEMANENAN KAYU DI KPH KENDAL PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RISIKO ERGONOMI DAN KELUHAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA PEKERJA KEHUTANAN BIDANG PEMANENAN KAYU DI KPH KENDAL PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

RISIKO ERGONOMI DAN KELUHAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS

PADA PEKERJA KEHUTANAN BIDANG PEMANENAN KAYU DI KPH

KENDAL PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH

REZA AHDA SABIILA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Risiko Ergonomi dan Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Pekerja Kehutanan Bidang Pemanenan Kayu di KPH Kendal Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah” adalah benar karya saya dengan arahan dari Dr Efi Yuliati Yovi SHut, M Life Env Sc dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, November 2013

Reza Ahda Sabiila

(3)

ABSTRAK

REZA AHDA SABIILA. Risiko Ergonomi dan Keluhan Musculoskeletal

Disorders pada Pekerja Kehutanan Bidang Pemanenan Kayu di KPH Kendal

Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Dibimbing oleh EFI YULIATI YOVI. Kegiatan pemanenan kayu di Perum Perhutani mempunyai risiko ergonomi yang tinggi dan masih dilakukan menggunakan tenaga manusia. Musculoskeletal

disorders (MSDs) adalah penyakit atau gangguan pada jaringan lunak berupa otot,

sendi, ligamen, tendon dan tulang rawan serta pada sistem saraf. Adanya paparan yang berkepanjangan dari faktor risiko ergonomi dapat menimbulkan MSDs pada pekerja. Tujuan penelitian ini adalah mengukur besarnya keluhan MSDs pekerja pada setiap unsur kerja dikegiatan pemanenan hutan dan menguraikan hubungan antara faktor-faktor risiko (postur tubuh, usia, indeks massa tubuh) terhadap keluhan MSDs. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Data dianalisis menggunakan metode rapid entire body assessment. Hasil analisis pada kegiatan penebangan, pembagian batang, dan penyaradan menunjukkan risiko MSDs tingkat sedang sampai tinggi. Faktor alat mekanis dan faktor beban yang diterima pekerja menjadi faktor utama penyebab MSDs. Faktor-faktor risiko lainnya seperti temperatur, usia pekerja dan indeks massa tubuh pekerja mempunyai peran dalam keluhan yang dirasakan oleh pekerja. Kata kunci: postur kerja, musculosketal disorders, pemanenan kayu, rapid entire

body assessment, risiko

ABSTRACT

REZA AHDA SABIILA. Ergonomic risk and Musculoskeletal Disorders Complaints in Forestry Workers Timber Harvesting in KPH Kendal Perum Perhutani Unit I Central Java. Supervised by EFI YULIATI YOVI.

Timber harvesting activities in Perum Perhutani has a high risk of ergonomics and are still using human power. Musculoskeletal disorders (MSDs), is illness or disorders of the soft tissues of the muscles, joints, ligaments, tendons and cartilage as well as on the nervous system. The existence of prolonged exposure from ergonomics risk factors can lead to MSDs on workers. The purpose of this study was to measure the magnitude of workers on the MSDs complaints for every elements of the work in forest harvesting activities and to define the relationship between the risk factors (body posture, age, body mass index) of MSDs complaints. The method of this research was using observation and interview data then were analyzed by REBA method. The analysis results on the logging, bucking and skidding activities showed the various risk from medium to high levels of MSDs. Mechanical tools factors and load factor of workers was a major factor that cause MSDs risk factors. The other risk factors, such as temperature, workers age and body mass index of the workers also has a role on worker’s complaint.

Keyword: musculosketal disorders, risk, rapid entire body assessment, timber harvesting, work postures

(4)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Manajemen Hutan

RISIKO ERGONOMI DAN KELUHAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS

PADA PEKERJA KEHUTANAN BIDANG PEMANENAN KAYU DI KPH

KENDAL PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH

REZA AHDA SABIILA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Risiko Ergonomi dan Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Pekerja Kehutanan Bidang Pemanenan Kayu di KPH Kendal Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah

Nama : Reza Ahda Sabiila NIM : E14080117

Disetujui oleh

Diketahui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, MSc F Trop Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Dr Efi Yuliati Yovi, SHut MLife Env Sc Dosen Pembimbing

(6)

PRAKATA

Penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas segala curahan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini sebagai syarat untuk melakukan penelitian berjudul “Risiko Ergonomi dan Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Pekerja Kehutanan Bidang Pemanenan Kayu di KPH Kendal Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah” dengan sebaik-baiknya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Efi Yuliati Yovi SHut, M Life Env Sc selaku dosen pembimbing atas kesabarannya dalam membimbing dan memberi arahan kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, kakak, serta seluruh keluarga atas doa dan dukungan yang diberikan. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman RIMPALA, MNH 45 dan FAHUTAN 45 yang telah memberi semangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, November 2013

(7)

DAFTAR ISI

PRAKATA V

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

Metodologi 2

Pengumpulan Data 2

Bahan 3

Alat 3

Prosedur Analisis Data 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Proses Penebangan 6

Proses Penyaradan 11

Penilaian Postur Tubuh pada Setiap Unsur Kerja terhadap Risiko MSDs 17 Perbandingan Hasil Keluhan MSDs dengan Hasil REBA 18

SIMPULAN DAN SARAN 24

Simpulan 24

Saran 24

DAFTAR PUSTAKA 25

LAMPIRAN 26

(8)

DAFTAR TABEL

1 Karakteristik responden 5

2 Temperatur udara di KPH kendal 6

3 Skor grup a dan beban pada kegiatan penebangan 7 4 Skor grup b dan coupling pada kegiatan penebangan 8 5 Skor grup c dan aktivitas pada kegiatan penebangan 8 6 Skor grup a dan beban pada kegiatan pembagian batang 9 7 Skor grup b dan coupling pada kegiatan pembagian batang 10 8 Skor grup c dan aktivitas pada kegiatan pembagian batang 11 9 Berat rata-rata log Tectona grandis berdasarkan diameter 11 10 Skor grup a dan beban pada kegiatan pemuatan dengan bahu 12 11 Skor grup b dan coupling pada kegiatan pemuatan dengan bahu 13 12 Skor grup c dan aktivitas pada kegiatan pemuatan dengan bahu 13 13 Skor grup a dan beban pada kegiatan penyaradan dengan sapi-sapi 14 14 Skor grup b dan coupling pada kegiatan penyaradan dengan

sapi-sapi 15

15 Skor grup c dan aktivitas pada kegiatan penyaradan dengan

sapi-sapi 15

16 Skor grup a dan beban pada kegiatan pemuatan kayu ke atas

angkutan 16

17 Skor grup b dan coupling pada kegiatan pemuatan kayu ke atas

angkutan 16

18 Skor grup c dan aktivitas pada kegiatan pemuatan kayu ke atas

angkutan 17

19 Skor REBA unsur kerja pada kegiatan penebangan, pembagian

batang dan penyaradan 17

20 Skor REBA unsur kerja pada kegiatan penebangan, penyaradan

dan penggergajian kayu 18

21Pengaruh usia terhadap keluhan MSDs penebang 21 22 Pengaruh usia terhadap keluhan MSDs pekerja kegiatan

penyaradan 21

23Pengaruh IMT terhadap keluhan MSDs penebang 22 24 Pengaruh IMT terhadap keluhan MSDs pekerja kegiatan

(9)

DAFTAR GAMBAR

1 Nordic body map 4

2 Postur penebang dalam pembuatan takik balas dan rebah 7

3 Postur penebang dalam pembagian batang 9

4 Postur blandong saat menyarad log 11

5 Postur mengangkut kayu dengan bahu blandong 12 6 Postur mengangkut kayu menggunakan sapi-sapi 14 7 Postur mendorong kayu ke atas kendaraan angkutan 16

8 Keluhan yang dirasakan operator chainsaw 19

9 Keluhan yang dirasakan pekerja kegiatan penyaradan 20

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuisioner yang diisi pekerja kehutanan bidang pemanenan kayu di KPH Kendal Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. 26 2 Sudut postur tubuh yang dibentuk oleh pekerja pemanenan kayu

(10)
(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Musculoskeletal disorders (MSDs) adalah penyakit atau gangguan pada

jaringan lunak berupa otot, sendi, ligamen, tendon dan tulang rawan serta pada sistem saraf. MSDs terjadi ketika kemampuan fisik dari pekerja tidak sesuai tuntutan fisik dari pekerjaannya. Adanya paparan yang berkepanjangan dari faktor risiko ergonomi dapat menimbulkan kerusakan pada tubuh (OSHA 2000).

Kegiatan pemanenan kayu merupakan serangkaian kegiatan mengeluarkan kayu atau log dari hutan yang kemudian diangkut ke tempat penggunaan atau pengolahan. Operasi pemanenan merupakan kegiatan yang sangat berisiko terhadap keselamatan pekerja. Yovi (2007) menyebutkan bahwa pekerjaan di bidang kehutanan merupakan jenis pekerjaan berbahaya yang memiliki berbagai kendala seperti lingkungan kerja sulit, beban kerja yang berat (yang sering melebihi batas kapasitas kerja pekerja hutan), dan risiko kecelakaan yang tinggi.

Kegiatan penebangan di Perum Perhutani mempunyai risiko ergonomi yang tinggi dan kegiatan penyaradan masih dilakukan menggunakan tenaga manusia. Nurmianto (1996) menyebutkan bahwa pemindahan bahan secara manual apabila tidak dilakukan secara ergonomis akan menimbulkan kecelakaan dalam industri. Kecelakaan industri yang disebut sebagai ”over exertion lifting and carriying” yaitu kerusakan jaringan tubuh yang diakibatkan oleh beban angkat yang berlebih. Perlindungan pada keselamatan dan kesehatan pekerja kehutanan melalui ergonomi dinilai penting. Adanya aturan untuk menyediakan keamanan dan perlindungan kesehatan, serta evaluasi fisik beban kerja merupakan hak mendasar bagi pekerja. Evaluasi dapat digunakan untuk menyelaraskan tugas pekerja dengan kapasitas kerja. Kapasitas kerja yang sudah terukur tersebut kemudian bisa digunakan untuk mengoptimalkan keuntungan jangka panjang bagi perusahaan (Yovi 2007).

Atas dasar pemahaman pentingnya keselamatan kerja dan fakta inilah dirasa perlu adanya suatu penelitian pada berapa besar tingkat risiko yang ditimbulkan dari postur tubuh pekerja pada kegiatan penebangan dan penyaradan serta faktor-faktor risiko yang terdapat pada kegiatan pemanenan di KPH Kendal Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah.

Perumusan Masalah

Proses kegiatan pemanenan kayu mempunyai risiko tinggi terhadap kecelakaan kerja dan penyakit karena kerja. Kondisi tersebut dikarenakan banyaknya gerakan pada posisi tidak nyaman tubuh, beban kerja yang tinggi serta minimnya peralatan manual untuk memperingan pekerjaan. Proses pekerjaan yang dipengaruhi oleh target produksi dan kondisi temperatur tempat kerja yang cenderung panas juga menjadi faktor yang menambah risiko pekerjaan dibidang pemanenan kayu. Kondisi ini menambah tinggi kemungkinan tubuh pekerja terkena risiko musculoskeletal disorders yang berdampak pada terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit karena kerja. Tingkat kecelakaan kerja yang tinggi akan menyebabkan kerugian serta penanganan yang tidak mudah.

(12)

2

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengukur besarnya keluhan MSDs pekerja pada setiap unsur kerja pada kegiatan pemanenan hutan

2. Menguraikan hubungan antara faktor-faktor risiko (postur tubuh, usia, indeks massa tubuh) terhadap keluhan MSDs.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi semua pihak yang memerlukan informasi. Bagi perusahaan (Perum Perhutani), hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat sebagai bahan informasi dan bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk melakukan perbaikan sistem dan metode kerja.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pekerja yang dijadikan kajian dalam penelitian ini adalah pekerja kegiatan produksi di Perhutani.

2. Kegiatan pemanenan hutan meliputi kegiatan penebangan, pembagian batang, penyaradan, dan pemuatan.

METODE

Pengumpulan Data

Lokasi pengambilan data primer ada pada 4 lokasi areal tebangan di wilayah 4 bagian kesatuan pemangkuan hutan (BKPH) yang tersebar di wilayah kesatuan pemangkuan hutan (KPH) Kendal. Pada setiap areal tebangan ada 3 kegiatan yang menjadi bahan penelitian. Objek kegiatan yang diteliti adalah pekerja pada proses penebangan, proses pembagian batang, dan proses penyaradan di KPH Kendal. Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1. Observasi dan wawancara

Observasi dilakukan untuk mengetahui gambaran postur kerja pada setiap aktivitas. Wawancara dilakukan dengan bantuan kuisioner untuk memperoleh informasi secara langsung dari responden.

2. Rapid Entire Body Assesment (REBA)

REBA merupakan metode penilaian untuk menilai resiko pekerjaan yang berkaitan dengan cidera tulang belakang (musculoskeletal disorders).

(13)

3

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data yang diperoleh langsung dengan observasi postur janggal pada pekerja di Perhutani dengan metode penilaian rapid entire body assessment (REBA) menggunakan kamera digital dan busur derajat.

2. Hasil durasi setiap proses kerja dilakukan dengan analisis waktu melalui video yang telah diambil.

3. Hasil kuisioner tentang gambaran keluhan subjektif MSDs yang dirasakan pekerja.

4. Hasil pengukuran beban yang diterima pekerja.

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: kamera, alat tulis, busur derajat, meteran, termometer dry and wet, Microsoft Office, SPSS 16.0 dan timbangan berat badan.

Prosedur Analisis Data Postur tubuh

Analisis dilakukan pada data foto untuk memperoleh penilaian postur janggal pada pekerja dengan metode penilaian rapid entire body assessment

(REBA). REBA adalah metode untuk menilai resiko pekerjaan yang berkaitan

dengan cidera tulang belakang (musculoskeletal disorders). REBA dikembangkan oleh Dr. Lynn McAtamnney dan Sue Hignett pada tahun 2000. REBA digunakan sebagai metode penilaian kuantitatif pada postur tubuh yang berkaitan dengan beban dan aktifitas. REBA juga dapat digunakan baik pada postur pergerakan dinamis, statis, tidak stabil, pergerakan yang melibatkan seluruh badan. REBA diterapkan pada kegiatan pengangkatan beban dengan intensitas yang sering maupun jarang atau telah terjadi modifikasi tempat kerja atau peralatan yang digunakan. Tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam proses penilaian risiko dengan REBA antara lain dengan observasi pekerjaan, menentukan postur kerja yang berisiko, menilai postur kerja tersebut, mengkaji penilaian tersebut melalui tabel REBA, menentukan action level berdasarkan skor REBA yang terbentuk dari penilaian postur tersebut.

(14)

4

Variabel keluhan MSDs

Data keluhan MSDs pada pekerja diperoleh dengan wawancara langsung melalui kuisioner dan menggunakan nordic body map untuk mengetahui dimana letak keluhan yang dirasakan ketika ataupun setelah bekerja.

Gambar 1 Nordic body map Sumber: Ketut Tirtayasa et al. (2003)

Indeks massa tubuh

Departemen Kesehatan (2003) menyebutkan bahwa indeks massa tubuh diperoleh dari berat badan dikali berat badan kemudian dibagi dengan tinggi badan. Data berat badan diperoleh dengan mengukur berat badan menggunakan timbangan berat badan. Data tinggi diperoleh dengan pengukuran menggunakan meteran. Pengelompokkan data dilakukan sebagai berikut:

a. Obesitas, jika IMT >30

b. Overweight, jika IMT 25–30 c. Normal, jika IMT 18,25–25 d. Underweight, jika IMT <18,25

(15)

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Unsur kegiatan pemanenan yang menjadi objek penelitian ini adalah pada kegiatan penebangan, pembagian batang, dan penyaradan. Total jumlah responden yang diteliti adalah 30 orang. Keseluruhan responden berjenis kelamin laki-laki dengan umur minimal 25 tahun dan maksimal berumur 49 tahun. Presentase pendidikan responden yang paling dominan adalah SD–SMP sebesar 70%. Indeks massa tubuh sebagian besar pekerja masuk ke dalam kategori overweight. Pekerja didominasi oleh pekerja dengan tubuh besar dan otot sebagai konstruksi badan pekerja tersebut. Responden bekerja selama 8–10 jam/hari dengan hari efektif kerja sebanyak 26 hari pada bulan produksi maksimum dengan satu hari libur per minggu. Karakteristik responden yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Karakteristik dan jumlah responden

Variabel Jumlah (orang) Persentase (%)

Jenis pekerjaan Penebangan 5 16,67 Pembagian batang 4 13,33 Penyaradan 21 70,00 Umur < 40 tahun 28 93,33 > 41 tahun 2 6,67 Pendidikan Tidak tamat SD 7 23,33 SD–SMP 22 70.00 SMK 1 3,33 Lama bekerja < 1 tahun 0 0,00 < 20 tahun 28 93,33 20 tahun 2 6,67 Index Massa Tubuh Underweight 0 0,00 Normal 9 26,67 Overweight 17 53,33 Obesitas 4 16,67

Grzywinski et al. (2010) menyebutkan perkembangan gangguan MSDs adalah proses relatif jangka panjang. Jumlah keluhan yang terjadi pada pekerja dapat bertambah secara signifikan pada pekerja yang lebih tua dan telah bekerja selama beberapa tahun. Jumlah keluhan MSDs sebelum dan setelah bekerja berhubungan secara tidak langsung dengan jumlah tahun bekerja.

(16)

6

Tabel 2 Temperatur udara di KPH Kendal

Waktu BKPH

Kalibodri (ᵒC) Mangkang(ᵒC) Subah(ᵒC) Plelen(ᵒC)

09.00 28,0 28,0 27,0 27,2 09.30 28,0 28,0 27,0 27,3 10.00 28,5 28,5 27,5 27,7 10.30 28,8 28,8 28,0 28,2 11.00 29,0 29,0 28,2 28,7 11.30 29,6 29,6 28,7 29,0 12.00 30,2 30,2 29.0 29,4 12.30 31,0 31,0 29,3 29,8 13.00 31,4 31,6 29,4 30,1 13.30 31,7 32,2 29,5 30,4 14.00 31,7 31,2 29,5 30,5 14.30 31,5 31,0 29,4 30,2 15.00 31,0 31,0 29,2 30,0 15.30 31,0 30,4 28,8 29,5 16.00 30,5 30,0 28,5 29,2

Temperatur, kelembaban udara dan beban kerja merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam suatu lingkungan kerja. Kegiatan pemanenan kayu jati dimulai dari briefing pada pukul 07.00 WIB sampai clearing area pada pukul 17.00 WIB. Kisaran temperatur di areal kerja mencapai 27–32ᵒC dengan kelembaban 80–94%. Temperatur tertinggi rata-rata terjadi pada pukul 14.00 WIB. Temperatur dan kelembaban lingkungan ruang kerja sangat berpengaruh pada efektivitas pekerjaan.

Pekerjaan yang dilakukan pada lingkungan yang terlalu panas dan lembab dapat menurunkan kemampuan fisik tubuh dan dapat menyebabkan keletihan yang datang terlalu dini. Kondisi ini dapat mengurangi produktivitas kerja bahkan potensial menyebabkan kecelakaan kerja (Purnomo 2000).

Proses Penebangan

Operator chainsaw menebang pohon sebanyak 10–20 pohon/hari dengan ukuran diameter antara 33–67 cm. Operator chainsaw melakukan pekerjaan yang berulang menggunakan chainsaw yang memiliki beban 5–10 kg dengan menerima getaran dan kebisingan dari alat tersebut. Operator chainsaw dalam melakukan pekerjaannya harusnya menggunakan alat pelindung diri (APD) berupa helm, sepatu, celana lapang, dan sarung tangan. APD yang digunakan pada proses penebangan terbatas sehingga fungsi APD sebagai pengurang potensi risiko kecelakaan kerja belum tercapai secara optimal.

(17)

7

Penilaian postur tubuh pada unsur kerja penebangan dengan menggunakan metode REBA

Kegiatan penebangan dilakukan oleh operator chainsaw selama ±4 menit. Lama proses penebangan ini tergantung pada diameter pohon yang akan ditebang. Proses takik rebah dan takik balas ini merupakan proses pemotongan pangkal pohon. Proses pengerjaannya dilakukan oleh satu orang berperan sebagai operator chainsaw dan satu sebagai helper.

Gambar 2 Postur penebang dalam pembuatan takik balas dan rebah Tabel 3 Skor grup a dan beban pada kegiatan penebangan

Grup Bagian tubuh

Hasil ukur Skor Penambahan skor

Total

A Punggung Flexion 30º 3 1 4

Leher Flexion 10ᵒ 1 - 1

Kaki Flexion 165º dan

posisi tidak stabil

2 2 4

Penambahan skor

Beban 5–10 kg 1 - 1

Skor A (Skor grup a + beban) 7

Keterangan: tanda (-) menunjukkan tidak adanya penambahan skor

Posisi tulang punggung mendapatkan skor 3 karena membentuk sudut sebesar 30º. Hal ini terjadi karena pada saat melakukan pekerjaan menebang pekerja harus agak membungkuk agar dapat melihat pangkal pohon yang telah ditentukan batas ukuran penebangannya dari atas tanah. Postur mendapat nilai tambahan 1 karena postur yang digunakan oleh pekerja kadang memutar punggung untuk melihat potongan pangkal pohon. Total skor untuk punggung sebanyak 4 poin sedangkan posisi leher membentuk sudut 10º sehingga mendapatkan skor 1. Posisi kaki mendapatkan skor 2 karena pekerja berada dalam posisi tidak stabil dan mendapat tambahan 2 poin lagi karena lutut pekerja membentuk sudut sebesar 165º. Pada kegiatan penebangan ini pekerja menggunakan alat chainsaw dengan berat alat antara 5–10 kg sehingga terdapat penambahan skor sebanyak 1 pada hasil akhir perhitungan skor grup a. Skor akhir yang diperoleh adalah sebesar 7.

(18)

8

Tabel 4 Skor grup b dan coupling pada kegiatan penebangan Grup B Bagian tubuh Hasil ukur Skor Penambahan

skor

Total

Kanan Lengan atas Flexion 20ᵒ 1 - 1

Lengan bawah Flexion 20ᵒ 2 - 2

Pergelangan tangan Flexion 20ᵒ 2 - 2 Penambahan skor Coupling Good 0 - 0

Skor B (Skor grup b + coupling) 3

Kiri Lengan atas Flexion 18ᵒ 1 - 1

Lengan bawah Flexion 12ᵒ 2 - 2

Pergelangan tangan Flexion 5ᵒ 1 - 1 Penambahan skor Coupling Good 0 - 0

Skor B (Skor grup b + coupling) 2

Hasil perhitungan grup b terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian tubuh kanan dan bagian tubuh kiri. Postur lengan atas bagian kanan dan kiri sama-sama memperoleh skor 1. Lengan bawah kanan memperoleh skor 2 karena membentuk sudut 20ᵒ sedangkan lengan bawah kiri memperoleh skor 2 karena membentuk sudut 12ᵒ. Pergelangan tangan kanan mendapatkan skor 2 karena membentuk sudut sebesar 20ᵒ sedangkan pergelangan tangan kiri mendapatkan skor 1 karena membentuk sudut sebesar 5ᵒ. Lengan bawah kanan dan lengan bawah kiri memperoleh skor yang berbeda karena ketika melakukan penebangan pekerja menggunakan chainsaw posisi lengan bawah kanan berada lebih rendah daripada lengan bawah bagian kiri sehingga sudut yang terbentuk lebih besar pada lengan bawah bagian kanan. Daya genggaman pekerja untuk kedua bagian dinilai bagus karena kedua bagian tangan genggamannya kuat sehingga diberi skor 0. Hasil akhir dari perhitungan skor grup b untuk sebelah kanan adalah 3 dan sebelah kiri adalah 2.

Tabel 5 Skor tabel c dan aktivitas pada kegiatan penebangan Skor A Skor B bagian tubuh Skor Tabel C Penambahan

skor

Skor REBA

Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri

7 3 2 7 7 2 9 9

Hasil perhitungan pada Tabel 9, skor Tabel c bagian kanan dan skor bagian kiri adalah 7. Skor tabel c diperoleh dari penjumlahan antara skor pada Tabel grup a dan Tabel grup b. Pada unsur kerja penebangan terdapat penambahan skor untuk skor Tabel c, penambahan skor yang diperoleh sebanyak 2 pada skor aktivitas. Hal ini karena pada saat melakukan penebangan batang, lulut diam lebih dari 1 menit dan saat berdiri postur berubah cepat dari posisi awal. Skor REBA yang diperoleh pada saat melakukan unsur kerja penebangan adalah sebesar 9 untuk bagian tubuh kanan dan bagian tubuh kiri.

(19)

9

Penilaian postur tubuh pada unsur kerja pembagian batang dengan menggunakan metode REBA

Kegiatan pembagian batang dilakukan selama ±3 menit per satu sortimen. Waktu total yang dibutuhkan operator chainsaw dalam melakukan kegiatan ini ditentukan oleh diameter pohon serta banyaknya cabang dan ranting yang terdapat pada pohon tersebut. Satu pohon yang dibagi dengan ukuran panjang 2–2.5 meter/log. Produktivitas pekerja dalam sehari pekerja bisa mencapai 40–50 batang sortimen. Postur kerja pada kegiatan pembagian batang ini bermacam-macam berdasarkan karakteristik batang dan kemampuan dari operator chainsaw.

Gambar 3 Postur penebang dalam pembagian batang Tabel 6 Skor grup a dan beban pada kegiatan pembagian batang Grup Bagian

tubuh

Hasil ukur Skor Penambahan skor Total A Punggung Flexion 25ᵒ 2 - 2 Leher Flexion 7ᵒ 1 - 1 Kaki Flexion 10ᵒ 1 - 1 Penambahan skor Beban 5–10 kg 1 - 1

Skor a (Skor grup a + beban) 3

Posisi tulang punggung pada unsur kerja pembersihan ranting dan pembagian batang mendapatkan skor 1 karena tulang punggung operator

chainsaw membentuk sudut sebesar 25ᵒ. Posisi leher membentuk sudut sebesar 7ᵒ

sehingga mendapatkan skor 1. Posisi kaki pada unsur kerja ini mendapatkan skor 1 karena kaki tertopang dengan baik. Pada kegiatan ini pekerja masih menggunakan chainsaw dengan berat alat antara 5–10 kg sehingga mendapat skor 1 pada hasil akhir perhitungan skor grup A. Hasil akhir dari skor grup A adalah 3.

(20)

10

Tabel 7 Skor grup b dan coupling pada kegiatan pembagian batang Grup B Bagian tubuh Hasil ukur Skor Penambahan

skor

Total

Kanan Lengan atas Flexion 5ᵒ 1 1 2

Lengan bawah Flexion 42ᵒ 2 - 2

Pergelangan tangan Flexion 5ᵒ 1 - 1 Penambahan skor Coupling Good (genggaman kuat) 0 - 0

Skor b (Skor grup b+ coupling) 2

Kiri Lengan atas Flexion 45ᵒ 3 1 4

Lengan bawah Flexion 14ᵒ 2 - 2

Pergelangan tangan Flexion 10ᵒ 1 - 1 Penambahan skor Coupling Good 0 - 0

Skor b (Skor grup b + coupling) 5

Postur lengan atas bagian kanan memperoleh skor 2 dan lengan atas bagian kiri memperoleh skor 4. Skor pada kedua lengan atas ini memperoleh penambahan skor sebesar 1 karena kedua lengan atas diangkat pada saat melakukan pembagian cabang dan pemotongan ranting. Lengan atas membentuk sudut sebesar 5ᵒ untuk lengan atas bagian kanan dan lengan atas bagian kiri membentuk sudut 45ᵒ. Lengan bawah kanan memperoleh skor 2 karena membentuk sudut 42ᵒdan lengan bawah kiri membentuk sudut 14ᵒ. Pergelangan tangan kanan serta pergelangan tangan kiri mendapatkan skor 1 karena pada pergelangan tangan kanan membentuk sudut sebesar 5ᵒ. Pergelangan tangan kiri juga membentuk sudut sebesar 10ᵒ. Daya genggaman pekerja untuk kedua bagian dinilai kuat sehingga diberi skor 0. Perhitungan akhir dari skor grup B sebelah kanan adalah sebesar 2 dan sebelah kiri mendapatkan skor 5.

Tabel 8 Skor Tabel C dan aktivitas pada kegiatan pembagian batang Skor A Skor B

bagiantubuh

Skor Tabel C Penambahan skor

Skor REBA

Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri

(21)

11 Hasil perhitungan REBA skor pada tabel c bagian kanan adalah 3 sedangkan skor tabel c pada bagian kiri adalah 4. Pada unsur kerja pembersihan cabang dan ranting serta pembagian batang terdapat penambahan skor untuk skor tabel c. Penambahan skor yang diperoleh sebanyak 2 pada skor aktivitas. Pada saat melakukan pembersihan cabang dan ranting, serta pembagian batang terdapat satu bagian tubuh yang statis lebih dari 3 menit dan terdapat gerakan yang menyebabkan bagian tubuh melakukan perubahan postur yang cepat dari posisi awal. Skor REBA yang diperoleh pada saat melakukan unsur kerja pembersihan cabang, ranting, dan pembagian batang sebesar 5 untuk bagian tubuh kanan dan 6 untuk bagian tubuh kiri.

Gambar 4 Postur blandong saat menyarad log

Proses Penyaradan

Proses penyaradan yang dilakukan di lokasi penelitian memakai beberapa teknik kerja yang berbeda yaitu mengangkat kayu dari areal tebangan menggunakan bahu, mengangkat kayu dengan sapi-sapi dan mendorong log sampai ke atas truk pengangkut. Hal ini karena penyesuaian teknik kerja dengan truk pengangkut yang mempunyai bentuk bagian belakang yang berbeda.

Pekerja mengangkat kayu sebanyak 40–50 batang per hari. Jarak sarad terdekat adalah berkisar 5 meter dari truk sedangkan jarak sarad terjauh adalah bekisar 20 meter dari truk. Berat kayu yang diangkut blandong berbeda-beda karena diameter batang yang diangkut berbeda ukuran. Berat kayu yang diangkut oleh blandong dapat diperoleh dengan mengalikan antara volume kayu angkut dengan berat jenis Tectona grandis yaitu sebesar 0,67. Tabel 9 menunjukkan berat log yang diangkat oleh pekerja.

Tabel 9 Berat rata-rata log Tectona grandis berdasarkan diameter

Diameter (cm) Berat rata-rata (kg)

33–40 78,93 41–45 109,23 46–50 118,69 51–55 131,96 56–60 158,02 61–65 186,42 66–70 217,17 71–76 253,75

(22)

12

Dalam melakukan pekerjaannya, APD yang digunakan hanya helm. Hal ini karena desain dari APD yang tidak nyaman bagi pekerja dan cenderung mengganggu saat bekerja. Pada saat melakukan pekerjaannya beberapa pekerja menggunakan kain untuk menutupi kepala karena panas sinar matahari yang sangat menyengat pada siang hari.

Penilaian Postur Tubuh Unsur Kerja Memuat Kayu dengan Bahu Blandong

Salah satu teknik yang dilakukan pekerja dalam unsur kerja penyaradan adalah menggunakan bahu untuk mengangkut kayu ke kendaraan angkutan. Kegiatan ini membutuhkan waktu ±3 menit. Jarak sarad yang ditempuh oleh pekerja pada kegiatan ini 5–15 meter. Namun teknik ini hanya digunakan pada areal blok tebang dengan tanah yang relatif datar.

Gambar 5 Postur memuat kayu dengan bahu pekerja Tabel 10 Skor grup a dan beban pada kegiatan pemuatan dengan bahu

Grup Bagian

tubuh

Hasil ukur Skor Penambahan skor

Total

A Punggung Flexion 43ᵒ 3 - 3

Leher Flexion 15ᵒ 1 - 1

Kaki Tidak stabil dan

flexion 25ᵒ

1 1 2

Penambahan skor

Beban >10 kg 2 - 2

Skor a (Skor grup a + beban) 6

Skor paling tinggi pada grup a terdapat pada bagian tubuh tulang punggung yaitu 3. Hal ini disebabkan oleh posisi tulang punggung yang membungkuk hingga 43ᵒ. Posisi leher lurus dengan batang tubuh sehingga mendapatkan skor 1 dan kaki mendapatkan skor 2 karena kaki pekerja tertopang dengan baik tetapi mendapat tambahan 2 skor karena postur kaki mengalami pembentukan sudut 25ᵒ. Hasil pengukuran dengan metode REBA pada kegiatan ini mendapatkan skor total 6. Penambahan skor sebanyak 2 karena beban kayu yang diangkat >10 kg.

(23)

13 Tabel 11 Skor grup b dan coupling pada kegiatan pemuatan dengan bahu Grup B Bagian tubuh Hasil ukur Skor Penambahan skor Total

Kanan Lengan atas Flexion 19ᵒ 1 - 1

Lengan bawah Flexion 120ᵒ 2 - 2

Pergelangan tangan Flexion 10ᵒ 1 - 1 Penambahan skor Coupling Poor 2 - 2

Skor b (Skor grup b + coupling) 4

Kiri Lengan atas Flexion 80ᵒ 3 1 4

Lengan bawah Flexion 58ᵒ 2 - 2

Pergelangan tangan Flexion 15ᵒ 1 - 1 Penambahan skor Coupling Poor 2 - 2

Skor b (Skor grup b + coupling) 6

Posisi tangan sebelah kanan dan sebelah kiri memiliki postur yang hampir sama. Lengan atas sebelah kanan membentuk sudut sebesar 19ᵒ sehingga memperoleh skor 1. Lengan atas kiri membentuk sudut sebesar 80ᵒ sehingga skor yang diperoleh adalah 3. Lengan bawah sebelah kanan membentuk sudut sebesar 120ᵒ dan kiri membentuk sudut sebesar 58ᵒ sehingga mendapatkan skor 2 untuk masing-masing bagian. Leher pekerja tegak lurus dengan badan sehingga skor yang diperoleh adalah 1. Hasil pengukuran postur kerja pada kegiatan pemuatan kayu ke bahu pada grup b untuk bagian tubuh sebelah kanan sebesar 4 dan kiri sebesar 6. Penambahan skor sebanyak 2 karena daya genggaman pekerja pada saat memegang kayu lemah.

Tabel 12 Skor c dan aktivitas pada kegiatan pemuatan dengan bahu Skor A Skor B

bagian tubuh

Skor Tabel C Penambahan skor

Skor REBA

Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri

6 4 6 7 8 - 7 8

REBA skor pada Tabel a adalah 6. Skor pada Tabel b bagian kanan dan kiri adalah 6. Pada unsur kerja penyaradan dengan bahu terdapat penambahan skor untuk skor Tabel c. Skor REBA yang diperoleh pada saat melakukan unsur kerja pemuatan dengan bahu adalah sebesar 7 untuk bagian kanan dan skor sebesar 8 untuk bagian tubuh kiri.

(24)

14

Penilaian Postur Tubuh Unsur Kerja Penyaradan Kayu Menggunakan Sapi-Sapi dengan Menggunakan Metode REBA

Teknik lainnya yang dilakukan pekerja dalam unsur kerja penyaradan adalah menggunakan sapi-sapi untuk mengangkat kayu. Kegiatan ini membutuhkan waktu ±3 menit. Keseimbangan tubuh pekerja dalam menyarad kayu ditentukan dari kerja sama pekerja. Jarak sarad yang ditempuh pada kegiatan ini 5–15 meter.

Gambar 6 Postur mengangkut kayu dengan sapi-sapi

Tabel 13 Skor grup a dan beban pada kegiatan penyaradan dengan sapi-sapi Grup Bagian

tubuh

Hasil ukur Skor Penambahan skor

Total

A Punggung Flexion 28ᵒ 3 - 3

Leher Flexion 4ᵒ 1 - 1

Kaki Tidak stabil dan

flexion 70ᵒ

1 2 3

Penambahan skor

Beban > 10 kg 2 - 2

Skor a (Skor grup a + beban) 7

Pada kegiatan pengangkutan kayu menggunakan sapi-sapi, postur tulang punggung mendapat skor 3 karena postur pada saat proses berdiri pekerja harus bungkuk terlebih dahulu dan membentuk sudut 28ᵒ. Bagian tubuh leher tidak membentuk sudut maka skor yang didapat adalah 1. Kaki mendapatkan skor 1 karena pembentukan sudut 70ᵒ dan mendapatkan penambahan skor 2. Total skor yang didapat pada penilaian postur kerja ini adalah 7, karena adanya penambahan skor sebanyak 2 akibat beban.

(25)

15 Tabel 14 Skor grup b dan coupling pada kegiatan penyaradan dengan sapi-sapi Grup B Bagian tubuh Hasil ukur Skor Penambahan

skor

Total

Kanan Lengan atas Flexion 13ᵒ 1 - 1

Lengan bawah Flexion 135ᵒ 2 - 2 Pergelangan tangan Flexion 38ᵒ 2 - 2 Penambahan skor Coupling Fair 1 - 1

Skor b (Skor grup b + coupling) 3

Kiri Lengan atas Flexion 60ᵒ 3 - 3

Lengan bawah Flexion 40ᵒ 2 - 2 Pergelangan tangan Flexion 10ᵒ 1 - 1 Penambahan skor Coupling Fair 1 - 1

Skor b (Skor grup b + coupling) 5

Hasil pengukuran grup b dengan menggunakan metode REBA pada Tabel 13 mendapatkan skor 3 untuk bagian tubuh sebelah kanan dan bagian tubuh sebelah kiri mendapatkan skor 5. Skor 1 diperoleh bagian tubuh lengan atas kanan karena lengan atas kanan membentuk sudut sebesar 13ᵒ. Skor 1 juga didapat pada lengan atas kiri membentuk sudut sebesar 60ᵒ. Pada lengan bawah sebelah kanan membentuk sudut sebesar 135ᵒ dan kiri membentuk sudut sebesar 40ᵒ sehingga mendapatkan skor 2. Pada pergelangan tangan kanan dan kiri pekerja membentuk sudut sebesar 38ᵒ karena pada saat melakukan kegiatan ini tangan kanan berfungsi sebagai penopang kayu sehingga pergelangan tangan kanan kiri membentuk sudut sebesar 10ᵒ. Skor yang diperoleh pergelangan tangan adalah 1. Daya genggaman pekerja dinilai cukup sehingga memberikan penambahan sebanyak 1 skor pada hasil perhitungan grup b.

Tabel 15 Skor tabel c dan aktivitas pada kegiatan penyaradan dengan sapi-sapi Skor A Skor B

bagian tubuh

Skor Tabel C Penambahan skor

Skor REBA

Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri

7 3 5 7 9 - 7 9

Pada Tabel 15 terlihat bahwa skor akhir dari grup a adalah 7 dan skor akhir dari grup b adalah 3 untuk bagian kanan dan 5 untuk bagian kiri. Skor REBA untuk bagian tubuh kanan adalah sebesar 7 dan bagian kiri adalah 9.

(26)

16

Penilaian postur tubuh unsur kerja memuat kayu ke truk angkut dengan menggunakan metode REBA

Teknik lainnya yang dilakukan pekerja dalam unsur kerja penyaradan adalah memuat kayu ke truk angkut. Kegiatan ini membutuhkan waktu ±2 menit untuk mendorong log dari bawah hingga ke atas truk. Untuk log yang besar, proses mendorong dibantu dengan tarikan tali dari atas truk oleh pekerja lain. Jarak sarad pada kegiatan ini rata-rata hanya 5 meter. Gambar 7 merupakan postur kerja pada kegiatan mendorong kayu ke truk angkut.

Gambar 7 Postur memuat kayu ke atas kendaraan angkutan

Tabel 16 Skor grup a dan beban pada kegiatan pemuatan kayu ke atas angkutan Grup Bagian tubuh Hasil ukur Skor Penambahan skor Total

A Punggung Flexion 31ᵒ 3 - 3 Leher Flexion 7ᵒ 1 - 1 Kaki Flexion 57ᵒ 1 1 2 Penambahan skor Beban >10 kg 2 - 2

Skor a (Skor grup a + beban) 6

Pada kegiatan memuat kayu ke truk angkut, postur tulang punggung mendapat skor 4 karena postur pada saat proses berdiri pekerja membentuk sudut 31ᵒ. Leher membentuk sudut sebesar 7ᵒ dengan skor yang didapat adalah 1. Kaki mendapatkan skor 1 karena kaki pekerja stabil dan lutut membentuk sudut 57ᵒ. Dari semua bagian tubuh total skor yang didapat pada postur kerja ini adalah 6, karena adanya penambahan skor sebanyak 2 akibat beban.

Tabel 17 Skor grup b dan coupling pada kegiatan pemuatan kayu ke atas angkutan Grup B Bagian tubuh Hasil ukur Skor Penambahan

skor

Total

Kanan Lengan atas Flexion 110ᵒ 4 - 4

Lengan bawah Flexion 18ᵒ 2 - 2

Pergelangan tangan Flexion 10ᵒ 1 - 1

Penambahan skor

Coupling Fair 1 - 1

Skor b (Skor grup b + coupling) 6

Kiri Lengan atas Flexion 110ᵒ 4 - 4

Lengan bawah Flexion 18ᵒ 2 - 2

Pergelangan tangan Flexion 10ᵒ 1 - 1

Penambahan skor

Coupling Fair 1 - 1

(27)

17 Postur tubuh grup b pada kegiatan mendorong log mempunyai postur yang sama. Hasil pengukuran grup b dengan menggunakan metode REBA untuk bagian tubuh sebelah kanan dan bagian tubuh sebelah kiri mendapatkan skor 6. Skor tertinggi diperoleh bagian tubuh lengan atas yaitu 4 karena lengan atas membentuk sudut sebesar 110ᵒ. Pada lengan bawah sebelah kanan dan kiri membentuk sudut sebesar 18ᵒ sehingga mendapatkan skor 2. Pergelangan tangan kanan dan kiri pekerja membentuk sudut sebesar 10ᵒ karena pada saat melakukan kegiatan ini tangan kanan dan kiri berfungsi sebagai penopang kayu sehingga pergelangan tangan kanan dan kiri menekuk. Skor yang diperoleh pergelangan tangan adalah 1. Daya genggaman pekerja dinilai cukup sehingga memberikan penambahan sebanyak 1 skor pada hasil perhitungan grup B menjadi sebesar 6. Tabel 18 Skor tabel c dan aktivitas pada kegiatan pemuatan kayu ke atas angkutan

Skor A Skor B Bagian Tubuh

Skor Tabel C Penambahan skor

Skor REBA

Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri

6 6 6 8 8 - 8 8

Pada Tabel 18 terlihat bahwa skor akhir dari grup A adalah 6. Sedangkan skor akhir dari grup B adalah 6 untuk kedua bagian. Dari hasil pengukuran diperoleh skor akhir REBA untuk bagian tubuh kanan adalah sebesar 8 dan bagian kiri adalah 8.

Penilaian Postur Tubuh pada Setiap Unsur Kerja Terhadap Risiko MSDs

Berdasarkan hasil perhitungan REBA pada setiap postur kerja pada kegiatan penebangan, pembagian batang, dan penyaradan dengan berbagai teknik tersebut maka skor REBA tertinggi diperoleh pada postur kerja pemuatan kayu dari areal tebangan dengan menggunakan bahu.

Tabel 19 Skor reba unsur kerja pada kegiatan penebangan, pembagian batang dan penyaradan

Unsur kerja Skor REBA Action

level Level risiko Tindakan perbaikan Kanan Kiri

Pembuatan takik rebah dan takik balas

9 9 3 Tinggi Perlu segera Pembersihan cabang dan

ranting serta pembagian batang

5 6 2 Sedang Perlu

Pemuatan kayu dengan bahu

7 8 3 Tinggi Perlu segera Penyaradan kayu dengan

sapi-sapi

7 9 3 Tinggi Perlu segera Pemuatan kayu ke atas

truk angkut

(28)

18

Risiko yang signifikan dari gangguan MSDs mangancam pekerja yang pada pengoperasian mesin chainsaw dan pekerja yang melakukan material manual

handling. Nyeri di bagian bawah tulang belakang terjadi pada orang yang

melakukan pekerjaan ini. Kondisi tersebut bertambah parah terutama jika dilakukan dengan postur tidak nyaman pada tubuh (Grzywinski et al. 2010).

Kegiatan pemanenan menggunakan chainsaw dan kegiatan penyaradan secara manual di Perhutani KPH Kendal menimbulkan dampak MSDs. Chainsawman mengeluhkan nyeri pada bagian punggung dan pinggang bawah dengan keluhan sedang. Keluhan pada bagian-bagian lain tubuh juga dikeluhkan oleh pekerja tetapi tingkat keluhan yang dirasakan hanya keluhan ringan. MSDs dengan keluhan ringan dapat reda setelah istirahat-istirahat pendek di sela-sela kegiatan. Pada MSDs keluhan sedang, keluhan yang dirasakan belum sepenuhnya reda apabila diistirahatkan disela-sela kegiatan pemanenan kayu. Pekerja kegiatan penyaradan merasakan keluhan hampir di seluruh tubuh. Keluhan yang dirasakan sebagian besar adalah keluhan ringan. Keluhan MSDs tingkat sedang dirasakan pada bagian tubuh seperti punggung dan pinggang bawah serta sendi-sendi yang digunakan sebagai penopang beban log yang diangkat.

Skor action level pada Tabel 19 menunjukkan bahwa kegiatan-kegiatan tersebut mempunyai level risiko dengan kategori sedang sampai tinggi. Skor tertinggi terdapat pada kegiatan pembuatan pembuatan takikm rebah dan takik balas. Level risiko tersebut menunjukkan bahwa postur jongkok merupakan postur yang sangat janggal pada saat melakukan pekerjaan. Sedangkan pada unsur kerja pembersihan cabang dan ranting serta pembagian batang mendapatkan action

level terendah.

MSDs memiliki hubungan erat dengan pekerjaan manual material handling (Santoso 2006). MSDs yang dirasakan oleh pekerja kegiatan penyaradan lebih banyak daripada operator chainsaw. Hal ini terjadi karena beban kerja pekerja pada unsur kerja pemuatann kayu diterima langsung oleh tubuh pekerja. Faktor alat mekanis yang minim dan pengulangan kegiatan berpengaruh besar pada banyaknya dan tingkat keluhan pekerja.

Tabel 20 Skor reba unsur kerja pada kegiatan penebangan, penyaradan dan penggergajian kayu

Unsur kerja SkorREBA Action

level Level risiko Tindakan perbaikan Kanan Kiri

Pembuatan takik rebah dan takik balas

6 5 2 Sedang Perlu

Pembersihan cabang dan ranting serta pembagian batang

4 5 2 Sedang Perlu

Persiapan mengangkat kayu ke bahu blandong

5 5 2 Sedang Perlu

Peletakan kayu dibahu blandong

6 7 2 Sedang Perlu

Pengangkutan kayu dari areal tebangan ke truk

8 10 3 Tinggi Perlu segera

Penggergajian kayu 3 3 1 Rendah Mungkin perlu

(29)

19 MSDs pada kegiatan pemanenan hutan Acacia mangium kayu mempunyai risiko yang beragam dengan relatif lebih rendah daripada pemanenan Tectona

grandis. Tabel 20 merupakan hasil perhitungan skor untuk setiap tahapan

pekerjaan yang dilakukan dalam proses pemanenan kayu Acacia mangium di KPH Bogor dan KPH Banten. Pengangkutan kayu hasil tebangan ke truk memiliki level risiko yang tinggi. Kegiatan penggergajian kayu memiliki level risiko yang rendah. Pekerja yang bekerja dengan alat mekanis mendapat skor dengan level risiko yang lebih rendah daripada pekerja dengan pekerjaan material manual

handling. Kondisi tersebut disebabkan tuntutan produksi pemanenan Tectona grandis lebih tinggi. Chainsawman harus menekuk kaki saat membuat takik rebah

untuk memaksimalkan potensi produksi kayu Tectona grandis. Pekerja penyarad juga harus menyarad kayu Tectona grandis yang lebih berat daripada kayu Acacia

mangium.

Perbandingan Hasil Keluhan MSDs dengan Hasil Penilaian REBA

Perhitungan mengenai risiko postur tubuh terkait MSDs ini tidak hanya berupa penilaian dalam bentuk skor hasil dari metode REBA. Analisis dari faktor risiko juga dilakukan terhadap keluhan MSDs pada pekerja di masing-masing kegiatan yang dilakukan. Keluhan MSDs diperoleh berdasarkan kuisioner dan

nordic body map. Dalam nordic body map, tubuh dibagi kedalam 28 bagian (0–

27) dan tingkat keluhannya dibagi menjadi 3 tingkat yaitu ringan, sedang dan berat.

Hasil analisis tingkat risiko yang didapat dengan metode REBA dibandingkan dengan keluhan MSDs yang dirasakan pekerja. Hasil analisis postur yang diperoleh adalah level risiko sedang sampai tinggi. Level risiko pada analisis REBA yang tertinggi ditemukan pada unsur kerja pemuatan kayu ke atas angkutan sehingga perlu adanya perbaikan terhadap postur kerja tersebut.

Gambar 8 Keluhan yang dirasakan operator chainsaw

1 9 8 9 4 2 6 18 18 0 0 0 5 5 4 5 9 9 0 0 3 3 0 0 0 0 0 0 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 Le he r at as Le he r ba wah B ah u ki ri B ah u kan an Le ng an k ir i a tas P un gg un g a tas Le ng an k an an at as P un gg un g b awah P ing gan g B o ko ng Si ku ki ri Si ku kan an Le ng an k ir i b awah Le ng an k an an ba wah P e rg el ang an t an gan k ir i P e rg el ang an t an gan k an an Tan gan k ir i Tan gan k an an P ah a ki ri P ah a kan an Lu tut k ir i Lu tut k an an B et is ki ri B et is kan an P e rg el ang an k ak i k ir i P e rg el ang an k ak i k ana n Te lap ak k ak i k ir i Te lap ak k ak i k an an ju m la h k e lu h an Bagian Tubuh

(30)

20

Keluhan MSDs yang dirasakan oleh pekerja merupakan keluhan dengan jumlah keluhan yang bervariasi. Gambar 8 memperlihatkan penilaian yang diberikan operator chainsaw terhadap keluhan pegal dan sakit. Keluhan yang tertinggi adalah pada bagian punggung bawah dan pinggang dengan nilai 18. Keluhan yang dirasakan pada pekerja ada pada 17 bagian tubuh dari 28 bagian tubuh yang dinilai. Keluhan yang pekerja rasakan hanya terasa pada saat bekerja pada 17 bagian tubuh tersebut pada saat bekerja. Rasa pegal dan sakit akan berkurang jika pekerja beristirahat sejenak setelah mereka bekerja.

Gambar 9 Keluhan yang dirasakan oleh pekerja kegiatan penyaradan Pekerja penyaradan memberikan penilaian keluhan MSDs terbesar pada bagian pinggang dan punggung bawah. Dari 28 bagian tubuh yang menjadi parameter penilaian, keluhan yang dirasakan pada pekerja ada pada 23 bagian tubuh dengan tingkat keluhan yang berbeda-beda. Pekerja melakukan aktifitas pekerjaannya sebagian besar dengan menggunakan bahu kanan untuk mengangkat kayu baik secara langsung atau menggunakan sapi-sapi. Pekerja memberikan penilaian yang cukup tinggi terhadap bahu kanan terkait keluhan pegal dan sakit dengan total tingkat keluhan sebesar 30. Skor tertinggi dibebankan pada punggung bawah dan pinggang yang mendapatkan total tingkat keluhan sebesar 42. MSDs yang timbul dikarenakan beban kayu berat yang dirasakan langsung oleh badan pekerja dan pengulangan kegiatan secara terus menerus selama satu hari kerja.

Keluhan yang dirasakan oleh pekerja penyaradan relatif lebih tinggi daripada pekerja yang menggunakan chainsaw sebagai alat bantu pekerjaannya. Kondisi ini lebih dipengaruhi oleh beban kerja dan aktivitas kerja daripada oleh postur kerja. Berat log kayu Tectona grandis, jumlah ulangan kegiatan serta minimnya alat bantu pengangkutan menjadi risiko utama pada pekerja penyarad

21 21 17 30 21 9 21 42 42 0 9 9 21 21 21 21 0 0 21 21 21 21 21 21 9 9 0 0 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 Le he r at as Le he r ba wah B ah u ki ri B ah u k an an Le ng an k ir i a tas P un gg un g a tas Le ng an k an an at as P un gg un g b awah P ing gan g B o ko ng Si ku ki ri Si ku kan an Le ng an k ir i b awah Le ng an k an an ba wah P e rg el ang an t an gan k ir i P e rg el ang an t an gan k an an Tan gan k ir i Tan gan k an an P ah a ki ri P ah a kan an Lu tut k ir i Lu tut k an an B et is ki ri B et is kan an P e rg el ang an k ak i k ir i P e rg el ang an k ak i k ana n Te lap ak k ak i k ir i Te lap ak k ak i k an an ju m la h k el u h an Bagian Tubuh

(31)

21

Perbandingan Hasil Keluhan MSDS dengan Faktor Risiko Lain

Faktor risiko lain yang diteliti dan menjadi variabel yang menentukan besarnya MSDs adalah faktor usia dan indeks massa tubuh. Kedua faktor ini merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam analisis faktor risiko dan beban kerja.

Usia

Usia dikategorikan menjadi dua yaitu usia penebang dan blandong. Hal ini karena beban yang diterima oleh kedua pekerjaan tersebut berbeda. Berdasarkan produktifitasnya, usia pekerja juga dibagi menjadi usia produktif (20–40 tahun) dan usia tidak produktif (>40 tahun).

Menurut Bridger (1995), peningkatan usia akan berpengaruh pada degenerasi tulang. Keadaan ini mulai terjadi degenerasi berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan cairan. Hal tersebut menyebabkan stabilitas tulang dan otot menjadi berkurang sehingga semakin tua seseorang maka semakin tinggi risiko orang tersebut mengalami penurunan elastisitas pada tulang yang menjadi pemicu timbulnya gejala MSDs.

Tabel 20 Pengaruh usia terhadap keluhan MSDs penebang

Kategori Usia N Rata-Rata

% Tubuh Sakit % Keluhan

Non Produktif 2 50,00 20,83

Produktif 7 30,10 12,59

Jumlah 9 34,52 14,42

Dari 9 responden, usia produktif (7 orang) keluhan MSDs terjadi pada 30,10% dari seluruh bagian tubuhnya dan tingkat keluhan MSDs-nya mempengaruhi 12,59% dari bagian tubuh. Sedangkan pada usia tidak produktif (2 orang) diperoleh bahwa keluhan MSDs terjadi pada 50% bagian tubuhnya dan tingkat keluhan MSDs nya sebesar 20,83%. Pada pekerja usia tidak produktif, keluhan MSDs pada tubuh lebih banyak dan tingkat keluhannya pun lebih tinggi daripada pekerja usia produktif.

Tabel 21 Pengaruh usia terhadap keluhan MSDs blandong

Kategori Usia N Rata-Rata

% Tubuh Sakit % Keluhan

Non Produktif 0 0,00 0,00

Produktif 21 31,29 11,73

Jumlah 21 31,29 11,73

Dari 21 responden, semua responden mempunyai usia produktif, walaupun ada beberapa responden yang mempunyai usia pada batas produktif. Keluhan MSDs terjadi pada 31,29% dari seluruh bagian tubuhnya dan tingkat keluhan MSDs-nya mempengaruhi 11,73% dari bagian tubuh.

(32)

22

Perkembangan gangguan MSDs adalah proses yang relatif jangka panjang. Sebuah peningkatan keluhan MSDs akan dialami setelah bekerja beberapa tahun lebih lama (Grzywiṅski et al. 2010). Faktor usia tidak berpengaruh secara signifikan pada pekerjaan chainsawman. Hal tersebut karena operator chainsaw mendapat bantuan dari alat mekanis dan helper. Keluhan MSDs pada pekerja tidak produktif ditemukan kecenderungan keluhan yang lebih banyak dengan tingkat keluhan yang lebih tinggi daripada pekerja dengan usia produktif. Namun, hal ini dikarenakan pengalaman kerja pekerja yang lebih dari 20 tahun sehingga keluhan yang dirasakan lebih lama daripada pekerja dengan pengalaman kerja lebih sedikit. Menurut Santoso (2006), usia tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kapasitas angkut beban. Pengalaman kerja yang lebih banyak dengan bertambahnya usia merupakan kompensasi dari faktor usia itu sendiri.

Indeks Masa Tubuh

Hubungan faktor indeks massa tubuh dan keluhan MSDs dikategorikan menjadi dua tabel yaitu indeks massa tubuh penebang dan blandong. Hal ini karena beban yang diterima oleh kedua pekerjaan tersebut berbeda. Dari 30 responden, sebagian besar masuk kedalam kategori overweight dan sisanya masuk ke dalam kategori normal dan obesitas.

Tabel 22 Pengaruh IMT terhadap keluhan MSDs penebang

Kategori IMT N Rata-Rata

% Tubuh Sakit % Keluhan

Normal 0 0,00 0,00

Overweight 8 32,14 13,39

Obesitas 1 53,57 22,62

Jumlah 9 34,52 14,42

Dari 9 orang penebang, 1 orang mempunyai kategori IMT obesitas dan 8 orang lainnya mempunyai kategori overwight. Keluhan MSDs terbesar dialami oleh kategori IMT obesitas, sebesar rata-rata 53,57% bagian tubuhnya mengalami sakit dan tingkat keluhannya sebesar 22,62%.

Tabel 23 Pengaruh IMT terhadap keluhan MSDs blandong

Kategori IMT N Rata-Rata

% Tubuh Sakit % Keluhan

Normal 9 73,80 27,51

Overweight 9 69,05 25,79

Obesitas 3 73,81 27,78

Jumlah 21 31,29 11,73

Berdasarkan data pada Tabel 23, 3 orang mempunyai kategori IMT

obesitas, 9 orang masuk ke kategori overweight, dan 9 orang lainnya masuk ke

kategori normal. Keluhan MSDs pada kategori normal dan kategori obesitas hampir sama. Pada kategori normal, blandong merasakan 73,80% dari tubuhnya sakit dengan tingkat keluhan 27,51%. Pada kategori obesitas, blandong merasakan

(33)

23 73,81% dari tubuhnya sakit dengan tingkat keluhan 27,78%. Keluhan MSDs merata hampir di seluruh badan. Tingkat keluhan yang dirasakan blandong rata-rata hanya keluhan ringan dan sedikit keluhan yang bersifat sedang di bagian punggung bawah dan pinggang.

Berat badan dan tinggi badan mempunyai pengaruh yang kompleks terhadap resiko cedera dalam material manual handling. Berat badan memiliki pengaruh langsung terhadap kebutuhan energi untuk metabolisme pada saat seseorang mengangkat beban.Orang yang lebih berat cenderung lebih cepat lelah. Namun di lain pihak, orang yang lebih berat bisa lebih kuat kemampuan ototnya.

Kegemukan dapat menurunkan stabilitas postural dan memberi potensi dampak negatif terhadap kontrol gerakan bagian atas tubuh namun efeknya pada kontrol keseimbangan dan pada arah gerakan. Penderita obesitas mungkin kurang efisien dan lebih berisiko cidera daripada individu normal disebagian besar tugas dan kegiatan sehari-hari terutama kegiatan yang membutuhkan gerakan tubuh bagian atas ekstrim yang dilakukan dari posisi tegak (Sethi et al. 2011). Pekerja di KPH Kendal mempunyai tubuh besar dengan otot sebagai konstruksi badan pekerja tersebut. Kontruksi badan pekerja terbentuk secara alami karena beban pekerjaan berat yang diterima oleh pekerja. Pekerjaan material manual handling menggunakan otot-otot tubuh sebagai alat penggerak utama sehingga otot-otot pekerja menjadi terlatih dan bertambah massanya.

Dalam beberapa studi juga diketahui bahwa ada hubungan positif antara ukuran badan dengan kemampuan mengangkat beban. Usia tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kapasitas angkut beban. Pengalaman kerja yang lebih banyak dengan bertambahnya usia merupakan kompensasi dari faktor usia itu sendiri (Santoso 2006).

(34)

24

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kegiatan penebangan, pembagian batang, penyaradan, dan pemuatan ke atas angkutan memiliki risiko MSDs tingkat sedang sampai risiko tingkat tinggi. Kegiatan penyaradan dengan menggunakan teknik pemuatan dengan bahu, penyaradan dengan sapi-sapi dan kegiatan memuat log ke atas angkutan mempunyai risiko yang tinggi dan memerlukan tindakan perbaikan sedini mungkin. Level risiko tertinggi terdapat ada kegiatan pembuatan takik rebah dan takik balas. Hal ini karena posisi kerja operator chainsaw saat melakukan penebangan merupakan postur janggal yang dilakukan secara terus menerus sehingga menyebabkan keluhan MSDs pada pinggang dan punggung bawah. Postur jongkok merupakan postur yang sangat janggal dalam melakukan suatu pekerjaan. Level risiko hampir di semua kegiatan yang diteliti masuk kedalam kategori risiko tinggi. Keluhan yang dirasakan oleh pekerja penyaradan relatif lebih tinggi daripada pekerja chainsawman. Pekerja kegiatan penyaradan mengalami keluhan hampir merata pada seluruh tubuh. Pada kondisi yang ditemukan di kegiatan penyaradan lebih dipengaruhi oleh beban kerja dan aktivitas kerja daripada oleh postur kerja. Berat log kayu Tectona grandis, jumlah ulangan kegiatan serta minimnya alat bantu pengangkutan menjadi risiko utama para pekerja penyarad.

Faktor-faktor risiko lainnya seperti temperatur, usia pekerja dan indeks massa tubuh pekerja mempunyai peran dalam keluhan yang dirasakan oleh pekerja. Namun, faktor-faktor tersebut tidak mempengaruhi pekerja secara langsung dalam merasakan keluhan MSDs. Operator chainsaw mempunyai keluhan MSDs pada 17 bagian tubuh dan tingkat risiko ergonomi sedang. Pekerja kegiatan penyaradan mengalami keluhan MSDs pada 23 bagian tubuh dengan tingkat risiko ergonomi tinggi. Pekerja mengalami kondisi yang lebih berisiko karena beban kerja tidak sesuai dengan kapasitas kerja dan minimnya alat pembantu mekanis.

Saran

1. Memberikan saran kepada Perhutani untuk menambah alat katrol sederhana pada proses pematan log ke truk pengangkut agar beban pekerjaan blandong menjadi terbantu.

2. Memberikan saran kepada Perhutani agar melakukan penyuluhan dan penambahan pekerja agar beban bisa terbagi menjadi lebih merata.

3. Memberikan saran kepada para pekerja agar melakukan persiapan dan penyesuaian tubuh terhadapsikap kerja dengan melakukan peregangan otot sebelum melakukan pekerjaannya.

(35)

25

DAFTAR PUSTAKA

[DEPKES]. Departemen Kesehatan. 2003. Petunjuk teknis pemantauan status gizi orang dewasa dengan menggunakan indeks massa tubuh. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Bridger RS. 1995. Introduction to Ergonomics CCOHS. Work related

Musculoskeletal Disorders [internet]. [diacu 2013 April 10]. Tersedia dari: http://www.ccohs.ca/oshanswers/diseases/rmirsi.html#top.

Grandjean E. 1993. 4th Edition. Fitting The Task to The Man. Taylor & Francis, Inc: London.

Grzywiṅski W, Wandycz A, Tomczak A, Jelonek T, Szaban J, Jakubowski M. 2010. Occurence of Musculoskeletal Disorders in Woodcutters. Forest

Engineering: Meeting the Needs of the Society and the Environment [internet].

[diacu 2013 April 10]. Tersedia dari:

www.tesaf.unipd.it/formec2010/Proceedings/Ab/Ab089.pdf.

Hignett S, McAtamney L. 1995. REBA: a rapid entire body assesment method for

investigasting work related musculosskeletal disorders. Proceedings of the

Ergonomics Society of Australia, Adelide.

Ketut Tirtayasa, I Nyoman Adiputera, IG. G. Djestawana. 2003. Jurnal Human Ergo. The Change of Working Posturein Manggur Decreases Cardiovascular

Load and Musculoskeletal Complaints among Balinese Gamelan Craftmen.

Udayana University: Udayana.

Nurmianto, Eko. 1996. Ergonomi konsep dasar dan aplikasinya. Jakarta: Guna Widya.

[OSHA] Occupational Safety and Health Administration. 2000. Ergonomics: The

Study of Work. U.S. Departement of Labour Occupational Safety and Health Administration [internet]. [diacu 2012 Desember 1]. Tersedia dari:

www.osha.gov/Publication/osha3125.pdf.

Prajawati W. 2012. Rapid Entire Body Assessment (REBA) dan Keluhan

Musculoskeletal Disorders (MSDs) dalam Kegiatan Pemanenan Hutan.

[Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Purnomo H. 2000. Pengaruh kelembaban, Suhu Udara dan Beban Kerja terhadap Kondisi Faal Manusia. J Logika Vol 4 No 5. ISSN: 1410–2315

Santoso D. 2006. Kapasitas Angkat Beban untuk Pekerja Indonesia. J Teknik

Industri 8 No 2: 148–155. Universitas Kristen Petra. [internet].

[diacu 2013 Mei 11]. Tersedia dari:

http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=IND [11 mei 2013]

Sethi J, Sandhu J S, Imbanathan V. 2011. Effect of Body Mass Index on work

related musculoskeletal discomfort and occupationalstress of computer workers in a developedergonomic setup. Sports Medicine, Arthroscopy, Rehabilitation, Therapy & Technology. [internet]. [diacu 2013 April 10].

Tersedia dari: www.biomedcentral.com/content/pdf/1758–2555–3–22.pdf Suma’mur. 1976. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Gunung

Agung, Cetakan II.

Yovi EY. 2007. %VdotO2max as Physical Load Indicator Unit in Forest Work

(36)

26

Lampiran 1 Kuisioner yang diisi pekerja kehutanan bidang pemanenan kayu di KPH Kendal Perum Perhutani unit I Jawa Tengah.

Terima kasih atas partisipasi anda menjadi salah satu responden untuk mengisi kuisioner ini yang merupakan instrumen penelitian “Resiko Ergonomi Dan Keluhan Mosculosketal Disorders Pada Pekerja Kehutanan Bidang Pemanenan Kayu (Studi Kasus:KPH Kendal PERUM PERHUTANIUnit I Jawa Tengah)” yang dilaksanakan oleh:

Peneliti : Reza Ahda Sabiila

NRP : E14080117

Departemen : Manajemen Hutan Fakultas : Kehutanan

Perguruan Tinggi : Institut Pertanian Bogor

guna memenuhi penyelasaian skripsi program sarjana. Saya mohon kesediaan anda untuk mengisi kuisioner ini secara lengkap dan jujur. Saya akan menjamin kerahasiaan anda dalam menjawab kuisioner ini. Atas bantuan dan kerjasama anda saya ucapkan terima kasih.

Petunjuk Pengisian:

 Berilah tanda “X” pada jawaban yang sesuai dengan pilihan anda

 Jika terdapat uraian pada pilihan jawaban isikanlah secara jelas

IDENTITAS RESPONDEN DAN DATA PENDUKUNG

Nama Jenis Kelamin Usia Lama Bekerja Pendidikan Terakhir Bekerja sebagai Tinggi Badan Berat Badan

Alat Produksi yang digunakan

Ukuran Alat Produksi Frekuensi penggunaan alat produksi

(37)

27

HANYA DIISI OLEH PENELITI

Keluhan yang dirasa Tingkat

Keluhan

Waktu Timbulnya

Frekuensi No Lokasi Rasa Sakit

0. Leher atas 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4 1. Leher bawah 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4 2. Bahu kiri 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4 3. Bahu kanan 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4 4. Lengan kiri atas 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4 5. Punggung atas 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4 6. Lengan kanan atas 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4 7. Punggung bawah 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4 8. Pinggang 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4 9. Bokong 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4 10. Siku kiri 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4 11. Siku kanan 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4 12. Lengan kiri bawah 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4 13. Lengan kanan bawah 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4 14. Pergelangan tangan kiri 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4 15. Pergelangan tangan kanan 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4 16. Tangan kiri 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4 17. Tangan kanan 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4 18. Paha kiri 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4 19. Paha kanan 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4 20. Lutut kiri 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4 21. Lutut kanan 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4 22. Betis kiri 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4 23. Betis kanan 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4 24. Pergelangan kaki kiri 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4 25. Pergelangan kaki kanan 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4 26. Telapak kaki kiri 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4 27. Telapak kaki kanan 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4

Keterangan:

1. Keluhan : 1.Sakit/nyeri, 2. Panas, 3. Kramp, 4. Mati rasa, 5. Bengkak, 6. Kaku/Kesemutan, 7. Pegal (JAWABAN BOLEH > 1)

2. Tingkat keluhan : 1. Sedikit sakit 2. Sakit 3. Sangat sakit

3. Waktu timbulnya : 1. Saat Bekerja 2. Setelah Bekerja 3. Malam Hari/Saat Istirahat

4. Frekuensi munculnya : 1. Setiap Hari (beberapa kali) 2. Setiap Hari (satu kali) 3. 3-4 kali/minggu 4. 1-2

(38)

28

Pertanyaan tambahan

No Pertanyaan Jawaban

1 Unsur kerja apa yang paling banyak menyebabkan keluhan pegal dan nyeri pada tubuh?

2 Bagian tubuh mana yang sering mengalami keluhan pegal dan nyeri setelah bekerja ?

3 Berapa lama keluhan pegal dan nyeri yang anda rasakan setelah melakukan pekerjaan tersebut ? 4 Sudah berapa lama anda merasakan keluhan pegal

dan nyeri pada bagian tubuh tersebut ?

5 Apakah yang anda lakukan ketika merasakan pegal dan nyeri ?

6 Postur kerja seperti apa yang menyebabkan anda merasakan keluhan pegal dan nyeri ?

7 Apakah menurut anda keluhan pegal dan nyeri yang anda rasakan tersebut disebabkan oleh faktor pekerjaan?

8 Jenis alat dan ukuran alat yang digunakan ? (operator chainsaw)

9 Berapa pohon yang ditebang perharinya? (operator chainsaw)

10 Berapa batang kayu yang dipikul perharinya dan berapa jarak sarad rata-rata yang ditempuh ? (blandong)

11 Bahu mana yang digunakan untuk memikul log tersebut ? (blandong)

12 Bagian tubuh mana yang merasakan keluhan pegal dan nyeri ketika melakukan pekerjaan takik rebah ? 13 Bagian tubuh mana yang merasakan keluhan pegal

dan nyeri ketika melakukan pekerjaan takik balas? 14 Bagian tubuh mana yang merasakan keluhan pegal

dan nyeri ketika melakukan kegiatan bagi batang ? 15 Bagian tubuh mana yang merasakan keluhan pegal

dan nyeri ketika melakukan kegiatan penyaradan? 16 Bagian tubuh mana yang merasakan keluhan pegal

dan nyeri ketika melakukan kegiatan muat-bongkar di TPK ?

17 Berapa banyak kayu yang anda olah menjadi bahan baku jadi diTPKH perharinya?

(39)

29

Lampiran 2 Sudut postur tubuh yang dibentuk oleh pekerja pemanenan kayu melalui penilaian REBA

Bagian Tubuh Kegiatan

Penebangan Pembagian batang Pemuatan dengan bahu Penyaradan dengan sapi-sapi Pemuatan kayu ke atas angkutan A Punggung 30º 25º 43º 28º 31º Leher 10º 7º 15º 4º 7º Kaki 165º 10º 25º 70º 57º B B

Lengan atas kanan 20º 5º 19º 13º 110º Lengan bawah kanan 20º 42º 120º 135º 18º Pergelangan tangan kanan 20º 5º 10º 38º 10º Lengan atas kiri 18º 45º 80º 60º 110º Lengan bawah kiri 12º 14º 58º 40º 18º Pergelangan tangan kiri 5º 10º 15º 10º 10º

Gambar

Gambar 1 Nordic body map  Sumber: Ketut Tirtayasa et al. (2003)  Indeks massa tubuh
Tabel 1 Karakteristik dan jumlah responden
Tabel 2 Temperatur udara di KPH Kendal
Gambar 2 Postur penebang dalam pembuatan takik balas dan rebah  Tabel 3 Skor grup a dan beban pada kegiatan penebangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat, Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah dan Kepala Seksi Survey Pengukuran dan Pemetaan

Variasi kadar maltodekstrin tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kualitas warna minuman serbuk instan kayu manis dan memberikan pengaruh nyata terhadap kualitas rasa, aroma,

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui potensi bunga jantan kelapa sawit pasca anthesis sebagai alternatif bahan baku bioetanol dengan menggunakan teknik

model pembelajaran Assisted Learning berbeda dengan hasil belajar metode ceramah dan terbukti bahwa penggunaan model pembelajaran Assisted Learning dapat

Setelah penjajakan dilakukan, video pelatihan disiapkan, maka kegiatan selanjutnya adalah kegiatan inti yaitu pelatihan pembuatan sabun. Produk sabun yang dihasilkan

tepat waktu; Lambatnya pembuatan laporan penjualan, persediaan, dan selisih kurs; Prosedur pada sistem berjalan yang kurang teratur dan lambat; Pengendalian intern yang masih

Klasifikasi adalah proses menemukan model atau fungsi yang menguraikan dan membedakan kelas data atau konsep, dengan tujuan untuk dapat menggunakan model tersebut untuk

11.2 Penempatan posisi mullion untuk lantai yang pertama dilakukan dengan teliti sesuai ukuran dan jarak serta module yang tercantum didalam shop drawing approval