• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eti Yulianti G2A008051

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Eti Yulianti G2A008051"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN SISTEM PENGHARGAAN DENGAN TINGKAT KEDISPLINAN KERJA PERAWAT

DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD KOTA SEMARANG

Manuscript

OLEH :

Eti Yulianti

G2A008051

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

(2)

HUBUNGAN SISTEM PENGHARGAAN DENGAN TINGKAT

KEDISIPLINAN KERJA PERAWAT DIINSTALASI RAWAT INAP RSUD KOTA SEMARANG

Eti Yulianti 1 , H. Edy Wuryanto, M.Kep 2 , Ns. Sri Widodo, S.Kep 3 Abstrak

Latar belakang : Akumulasi sistem penghargaan akan memiliki kemampuan perusahaan

dalammencapai tujuan – tujuan usahanya. Penghargaan yang diberikan oleh perusahaan sangat mempengaruhiproduktivitas dan kedisiplinan para karyawan untuk tetap bersama organisasi atau tidak mencari pekerjaan lainnya. Semakin besar perhatian perusahaan terhadapkebutuhan karyawannya maka perusahaan tersebut akan mendapat timbal balik yang sesuai.

Tujuan penelitian : Mengetahui hubungan sistem penghargaan dengan tingkat kedisiplinan kerja

perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang

Metode penelitian : Rancangan Penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif korelasi

dengan pendekatan cross sectional. Populasi semua perawat di Rumah Sakit Umum Kota Semarang berjumlah 116 dengan sampel berjumlah 90 perawat. Variabel bebas penelitian ini adalah sistem penghargaan dan variabel terikat yaitu tingkat kedisiplinan kerja perawat. Analisis data menggunakan kolmogorov sminorv untuk data berbentuk interval dan uji product moment

pearson

Hasil penelitian : Umur responden yang menjadi sample dalam penelitian ini memiliki rentang

dari 30-34 tahun yaitu sebanyak 34 responden (37,78%), responden dengan umur 35-39 tahun yaitu sebanyak 26 responden (28,89%) dan responden kurang dari 30 tahun sebanyak 22 responden (24,44%). jenis kelamin responden dalam sample penelitian ini perempuan sebanyak 46 responden (51,1%) dan laki-laki sebanyak 44 orang (48,9%). lama bekerja responden dalam penelitian ini yaitu kurang dari 3 tahun berjumlah 13 responden (14,4%) dan lama bekerja responden yang lebih dari 5 tahun sebanyak 77 responden (85,6%). golangan pegawai dalam penelitian ini adalah responden yang golongan kepegawaiannya IIa sebanyak 1 responden (1,11%), IIb sebanyak 16 responden (17,78%), IIc sebanyak 34 responden (37,78%), IId sebanyak 27 responden (30,00%), IIIa 8 responden (8,89%), IIIc sebanyak 4 responden (4,44%). Responden yang menilai sistem penghargaan dengan kategori baik sebanyak 60 responden (66,67%), cukup 30 responden (33,33%) dan kurang sebanyak 0 esponden (0,0%). Responden yang menilai tingkat kedisiplinan kerja dengan kategori baik sebanyak 62 responden (68,89%), cukup sebanyak 28 responden (31,11%) dan kurang sebanyak 0 responden (0,0%). Berdasrkan uji kolmogorov

sminorv didapatkan hasil p value > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi

normal sehingga analisis menggunakan korelasi Pearson dengan hasil uji korelasi product moment antara sistem penghargaan dengan tingkat kedisiplinan kerja perawat sebanyak 0,861 dengan nilai signifikan sebesar 0,000. Melihat besarnya nilai signifikan yang < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara sistem penghargaan dengan tingkat kedisiplinan kerja perawat.

Simpulan : Ada hubungan sistem penghargaaan dengan tingkat kedisiplinan kerja perawat di

Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Semarang

Saran : Berdasarkan hasil tersebut maka peneliti menyarankan kepada pihak rumah sakit untuk

mengoptimalkan sistem penghargaan yang diberikan dan memperbaiki sistem penghargaan yang dinilai kurang memenuhi agar perawat lebih termotivasi untuk disiplin dalam bekerja. Bidang ilmu keperawatan untuk saling memotivasi agar kedisiplinan meningkat sehingga produktivitas kerja meningkat

(3)

THE RELATIONSHIP BETWEEN APPRECIATION AND THE WORK DISCIPLINE LEVEL OF THE NURSE IN STAYING TREATMENT INSTALLATION OF RSUD SEMARANG CITY

Eti Yulianti 1 , H. Edy Wuryanto, M.Kep 2 , Ns. Sri Widodo, S.Kep 3 Abstract

Background: Accumulated reward system will have the ability to companies dalammencapai goal

- its business objectives. The award is given by the company is very mempengaruhiproduktivitas and discipline its employees to remain with the organization or not looking for another job. The bigger concern terhadapkebutuhan company employees that the company will receive appropriate feedback.

Research Objective: Knowing the relationship reward system with the level of discipline of

nurses in Installation Inpatient General Hospital Semarang City.

Research Method: The design study used descriptive research methods with cross sectional

correlation. The population of all the nurses at the General Hospital Semarang City totaled 116 with a sample totaling 90 nurses. The independent variables are the reward system and the dependent variable is the level of discipline of nurses. Analysis of the data using the Kolmogorov-shaped sminorv for data interval and test Pearson product moment.

Research result: Age of the sample of respondents in this study had a range of 30-34 years as

many as 34 respondents (37.78%), respondents aged 35-39 years with as many as 26 respondents (28.89%) and respondents less than 30 years as 22 respondents (24.44%). the sex of the respondents in this study sample of women as much as 46 respondents (51.1%) and men were 44 people (48.9%). long working respondents in this study is less than 3 years amounted to 13 respondents (14.4%) and long working respondents were more than 5 years as many as 77 respondents (85.6%). golangan employee respondents in this study is a class IIa kepegawaiannya by 1 respondent (1.11%), IIb many as 16 respondents (17.78%), IIc as many as 34 respondents (37.78%), as many as 27 IID respondents (30, 00%), IIIa 8 respondents (8.89%), IIIc by 4 respondents (4.44%). Respondents who rate system rewards good category by 60 respondents (66.67%), just 30 respondents (33.33%) and much less esponden 0 (0.0%). Respondents assess the level of discipline of working with both categories were 62 respondents (68.89%), quite as many as 28 respondents (31.11%) and much less than 0 respondents (0.0%). Kolmogorov berdasrkan sminorv results obtained p value> 0.05 so that it can be concluded that the data were normally distributed so that the analysis using Pearson correlation test results product moment correlation between the reward system with the level of discipline of nurses as 0.861 with significant value of 0.000. Given the scale of significant value <0.05, it can be concluded that there is a positive relationship between reward system with the level of discipline of nurses.

Conclusion: There is a relationship system acknowledged the level of discipline nurses working in

hospitals Inpatient Installation of Semarang.

Advice: Based on these results, the researcher suggests to the hospital for the award given to

optimize the system and improve the system of awards being assessed not meet that nurses are more motivated to discipline in work. Nursing science to motivate each other in order to increase the productivity of labor discipline increases

(4)

PENDAHULUAN

Persaingan antar rumah sakit merupakan suatu tantangan dan sekaligus ancaman bagi kelangsungan rumah sakit, terutama rumah sakit umum daerah kota semarang untuk bertahan dan berkompetisi. Salah satu cara yang dapat ditempuh dengan melalui peningkatan kemampuan tenaga medis sebagai pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Pelayanan yang diberikan adalah upaya mencapai masalah kesehatan semaksimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimiliki dalam menjalankan kegiatan di bidang promotif, preventif, dan rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan. Pelayanan asuhan keperawatan yang dilaksanakan oleh tenaga keperawatan bekerjasama dengan petugas kesehatan lainnya dalam rangka mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Sudarto, 2007).

Salah satu cara meningkatkan pelayanan yang optimal ini dapat dicapai jika motivasi kerja dalam kedisiplinan perawat tinggi. Dalam rangka meningkatkan kedisiplinan perawat maka seringkali pihak rumah sakit memberikan rewardatau penghargaan atas kinerja dan kedisiplinan yang telah dicapai oleh individu (Dale, 2001).

Penghargaan berbasis kinerja mendorong karyawan dapat mengubah kecenderungan semangat untuk memenuhi kepentingan diri sendiri ke semangat untuk memenuhi tujuan organisasi. Kompensasi adalah pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan (Mariska, 2006).

Beberapa penelitian mengenai hubungan antara “Sistem Penghargaan dengan Kinerja dan Kedisiplinan Kerja” sudah dilakukan. (Kurnianingsih, 2000) meneliti tentang Pengaruh Sistem Penghargaan terhadap Keefektifan penerapan Kedisiplinan pada perusahaan Manufaktur. Kurnianingsih berhasil membuktikan bahwa sistem penghargaan memperkuat hubungan kedisiplinan.

(5)

Akumulasi sistem penghargaan akan memiliki kemampuan perusahaan dalammencapai tujuan – tujuan usahanya. Penghargaan yang diberikan oleh perusahaan sangat mempengaruhiproduktivitas dan kedisiplinan para karyawan untuk tetap bersama organisasi atau tidak mencari pekerjaan lainnya. Semakin besar perhatian perusahaan terhadapkebutuhan karyawannya maka perusahaan tersebut akan mendapat timbal balik yang sesuai (Kurnianingsih, 2000). Padahal, kondisi kedisiplinan kerja perawat saat ini masih belum memuaskan, hal ini dapat dilihat dari rendahnya sistem penghargaan rumah sakit yang secara otomatis mempengaruhi mutu pelayanan rumah sakit. Faktor yang dapat mempengaruhi kedisiplinan perawat, antara lain gaji yang kurang memadai, rendahnya imbalan jasa bagi perawat selama ini juga mempengaruhi kedisiplinan perawat (Rahayu, 2007).

Kedisiplinan itu sangat memerlukan manajemen yang terkait dengan upaya, kegiatan, dan program yang diprakarsai dan dilaksanakan oleh pimpinan rumah sakit untuk merencanakan, mengarahkan, dan mengendalikan prestasi karyawan. Sistem manajemen kedisiplinan dikelompokkan menjadi sistem manajemen yang berfokus pada individu perawat sebagai manusia (input), sistem manajemen kedisiplinan yang berfokus pada proses, dan sistem manajemen yang berfokus pada keluaran/output (Hasibuan, 2008).

Shih (2000) memberikan bukti empiris bahwa ketidak disiplinnya karyawan salah satunya karena sistem penghargaan yang diberikan oleh perusahaan tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh karyawan. Peran perawat di rumah sakit sangatlah penting. Perawat merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan di rumah sakit. Akan tetapi kedisiplinan perawat masih banyak dikeluhkan.

Berdasrkan survei awal yang dilakukan peneliti di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang dengan metode observasi dan wawancara ditemukan hasil bahwa data sekunder tentang jumlah perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kota

(6)

Semarang sebanyak 116 perawat dan sistem penghargaaan yang diberikan kepada perawat oleh rumah sakit adalah upah/gaji, tunjangan hari raya, intensif, jaminan kesehatan, transport, uniform, dll. Data primer yang dapat dikumpulkan oleh peneliti melalui kegiatan wawancara terhadap 10 perawat pelaksana di ruangan didapatkan hasil bahwa 20% perawat pelaksana mengatakan kedisiplinan kerjanya tidak terpengaruhi oleh hal-hal lain seperti sistem penghargaan itu sendiri, mereka mengikuti jadwal yang telah ditentukan oleh rumah sakit. Hasil wawancara 40% perawat pelaksana mengatakan kedisiplinannya kurang karena sistem penghargaan yang diberikan oleh rumah sakit tidak sesuai dengan kinerja yang dimilikinya. Hasil wawancara 20% perawat pelaksana mengatakan bahwa kedisiplinannya kurang, mereka beranggapan kurang disiplin karena uniform (sepatu) yang mereka pakai tidak sesuai dengan peraturan rumah sakit. Hasil wawancara 20% perawat pelaksana mengatakan kurang disiplin karena mereka sering datang terlambat, mereka juga mengatakan bahwa mereka sering terlambat karena pimpinannya sering datang terlambat juga.

Fenomena tersebut menunjukkan ketidakdisiplinan kerja perawat terjadi karena sistem penghargaan yang diharapkan oleh perawat tidak sesuai dengan yang diterima oleh perawat. Hal ini akan membawa dampak yang negatif bagi rumah sakit umum daerah kota semarang, yang dapat menyebabkan penurunan kualitas kerja perawat. Atas berbagai dasar kenyataan diatas maka penulis tertarik untuk meneliti “hubungan sistem penghargaan dengan tingkat kedisiplinan kerja perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang”.

METODOLOGI

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel satu dengan variabel lain. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional yaitu melalui pengukuran data variabel bebas dan variabel terikat

(7)

dilakukan pada penentuan waktu secara bersama (Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana yang bekerja di ruang rawat inap yaitu berjulah 116 perawat. Teknik sampling yang digunakan adalah random

sampling yang berjumlah 90 perawat.

HASIL PENELITIAN

Proses penelitian dilakukan pada tanggal 13-23 Juli 2012 dengan jumlah responden 90 perawat.

Usia responden

Tabel 1

Deskripsi frekuensi responden berdasarkan Umur perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Semarang

Kelompok Umur Frekuensi Persentase

Kurang dari 30 Tahun 30 - 34 Tahun 35 - 39 Tahun Lebih dari 40 Tahun

22 34 26 8 24,44 37,78 28,89 8,89 Jumlah 90 100,00

Jenis kelamin responden

Tabel 2

Deskripsi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin perawat di Instalas Rawat Inap RSUD Kota Semarang

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki-laki Perempuan 44 46 48,89 51,11 Jumlah 90 100,00

(8)

Lama bekerja responden

Tabel 3

Deskripsi frekuensi responden berdasarkan lama bekerja perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Semarang

Lama Bekerja Frekuensi Persentase

Kurangdari 3 tahun Lebihdari 5 tahun 13 77 14,44 85,56 Jumlah 90 100,00

Golongan kepegawaian responden

Tabel 4

Deskripsi frekuensi responden berdasarkan golongan kepegawaian perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Semarang

Golongan Frekuensi Persentase

IIa IIb IIc IId IIIa IIIc 1 16 34 27 8 4 1,11 17,78 37,78 30,00 8,89 4,44

Sistem penghargaan perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Semarang Tabel 5

Deskripsi frekuensi responden berdasarkan sistem penghargaan perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Semarang

Kategori Frekuensi Persentase

Kurang Cukup Baik 0 30 60 0,0 33,33 66,67 Jumlah 90 100,00

(9)

40,00 50,00 60,00 70,00 80,00                                                                                         R-Square = 0,74

Tingkat kedisiplinan kerja perawat di Instalasio Rawat Inap RSUD Kota Semarang

Tabel 6

Deskripsi frekuensi responden berdasarkan Tingkat kedisiplinan kerja Perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Semarang

Kategori Frekuensi Persentase

Kurang Cukup Baik 0 28 62 0,0 31,11 68,89 Jumlah 90 100,00

Hubungan antara sistem penghargaan dengan tingkat kedisiplinan kerja perawat

Tabel 4.7

Grafik Pencar Hubungan sistem penghargaan dengan tingkat kedisplinan kerja perawat di Instalasi Rawat Inap

RSUD Kota Semarang, Juli 2012 (n = 90)

T in g k a t k ed is ip li n a n k er ja P er a w a t

(10)

PEMBAHASAN Usia responden

Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Semarang sebagian besar memiliki umur 30-34 tahun yaitu sebanyak 34 orang (37,78%). Umur responden ini memiliki kecenderungan untuk selalu berdisiplin sebagai salah satu upaya untuk menunjukkan suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan perusahaan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis.

Jenis kelamin responden

Hasil penelitian menunjukkan jenis kelamin responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Semarang sebagian besar adalah perempuan yakni sebanyak 46 orang (51,11%). Jenis kelamin responden ini cenderung berdisiplin dalam menggunakan waktu, disiplin secara pribadi, disiplin secara sosial serta disiplin dalam mengikuti peraturan yang berlaku.

Lama bekerja responden

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama kerja responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Semarang sebagian besar bekerja selama lebih dari 5 tahun yakni sebanyak 77 orang (85,56%). Responden dengan lama kerja lebih dari 5 tahun menerima sistem penghargaan sesuai dengan yang telah diharapkannya sehingga mempengaruhi tingkat kedisiplinan kerjanya menjadi baik.

Golongan kepegawaian responden

Hasil penelitian menunjukkan bahwa golongan kepegawaian responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Semarang sebagian besar memiliki golongan kepegawaian IIc yaitu berjumlah 34 orang (37,78%). Responden dengan golongan kepegawaian IIc menerima sistem penghargaan dari rumah sakit sesuai dengan yang diharapkannya sehingga mempengaruhi tingkat kedisiplinan kerjanya menjadi baik.

Sistem penghargaan di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Semarang

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Semarang menilai sistem penghargaan yang ada di instalasi tersebut

(11)

tergolong baik 60 orang (66,7%) dan cukup 30 (33,3%). Adanya penilaian yang baik terhadap sistem penghargaan yang ada di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Semarang menandakan bahwa penghargaan atau kesejahteraan yang ada di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Semarang baik dalam bentuk finansial maupun non-finansial yang diterima karyawan karena jasa yang disumbangkan keperusahaan telah berjalan dengan baik dan diterima oleh karyawan.

Tingkat kedisiplinan kerja perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Semarang

Berdasarkan hasil penelitian terhadap tingkat kedisiplinan kerja perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Semarang termasuk kategori baik yakni sebanyak 68 (68,9%), kategori cukup 28 (31,1%), dan kategori kurang tidak ada. Penilaian terhadap tingkat kedisiplinan yang tinggi menandakan bahwa perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Semarang telah memiliki kesadaran dan kesediaan yang baik dalam mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.

Hubungan antara sistem penghargaan dengan tingkat kedisiplinan kerja perawat

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji korelasi Product Moment didapatkan nilai korelasi sebesar 0,861 dengan nilai p value sebesar 0,000 (< 0,05) n=90. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif yang signifikan antara sistem penghargaan dengan tingkat kedisiplinan kerja perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Semarang. Artinya apabila sistem penghargaan yang diberikan kepada perawat menurun maka tingkat kedisiplinan kerja perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Semarang menurun dan sebaliknya apabila sistem penghargaan yang diberikan naik maka tingkat kedisiplinan kerja perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Semarang akan meningkat.

PENUTUP

Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan, maka disimpulkan bahwa Karakteristik responden terdiri dari umur didapatkan bahwa sebagian besar

(12)

memiliki umur 30-34 tahun yaitu sebanyak 34 orang (37,78%), jenis kelamin responden sebagian besar adalah perempuan yaitu sebanyak 46 orang (51,11%), lama bekerja responden sebagian besar adalah lebih dari 5 tahun yaitu sebanyak 77 orang (85,56%), dan golongan kepegawaian responden sebagian besar adalah golongan IIc yaitu sebanyak 34 orang (37,78%). Sebagian besar perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Semarang menilai sistem penghargaan adalah baik sebanyak 60 responden (66,7%) sistem penghargaan dengan kategori cukup sebanyak 30 responden (33,3%) dan sistem penghargaan kurang tidak ada.. Sebagian besar perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Semarang menilai tingkat kedisiplinan kerjanya baik adalah 62 responden (68,9%) tingkat kedisiplinan dengan kategori cukup sebanyak 28 responden (31,1%) dan tingkat kedisiplinan kategori kurang tidak ada. Ada hubungan yang positif antara sistem penghargaan dengan tingkat kedisiplinan kerja perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Semarang dengan nilai koefisien korelasi 0,861

1

Eti Yulianti : Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes Universitas Muhammadiyah Semarang

2.

H. Edy Wuryanto, M.Kep : Dosen Kelompok Universitas Muhammadiyah Semarang 3.

Ns. Sri Widodo, S.Kep: Dosen Kelompok Universitas Muhammadiyah Semarang

KEPUSTAKAAN

Dale, Timpe (2001). Seri Manajemen Sumber Daya Manusia, Kinerja/Performance. Jakarta : Elex Media Komputindo

Hasibuan, Melayu S.P. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara

Kurnainingsih. Perbedaan Karakteristik Perawat, Sistem Penempatan Tenaga Keperawatan dihubungkan dengan Produktivitas Waktu Asuhan Antara Perawat PNS dan TKK di RSUD Serang Tahun 2001. Volume 7. No 1. (Jurnal Keperawatan Indonesia). Jakarta : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Maret 2000

Marisa. (2006). Pengaruh Motivasi Kerja, Kompensasi dan Kedisiplinan terhadap

Kinerja Perawat di Rumah Sakit Daerah Kraton Kabupaten Pekalongan. Skripsi tidak dipublikasikan

(13)

Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Rahayu, Sri (2007). Hubungan Antara Sistem Reward dengan Kinerja Perawat

dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Sragen. Skripsi. Tidak dipublikasikan

Shih. Persepsi dan Pengaruh Sistem Pembagian Jasa Pelayanan terhadap

Kedisiplinan Kerja Perawat di Rumah Sakit Jiwa Madani. Volume 9.

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan : 2000. 23 januari 2001. http://jpmk online.net/files/02.nofrinaldi-new.pdf

Sudarto, S (2007). Pengaruh Tarif dan Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan

Pasien di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. Skripsi

tidak dipublikasikan

(14)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Manuscript dengan judul

Hubungan Sistem Penghargaan dengan Tingkat Kedisiplinan Kerja Perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota

Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan

PERNYATAAN PERSETUJUAN

judul

Hubungan Sistem Penghargaan dengan Tingkat Kedisiplinan Kerja Perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Semarang

Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan

Semarang, 13 Agustus 2012

Pembimbing I

H. Edy Wuryanto, M.Kep

Pembimbing II

Ns. Sri Widodo, S.Kep

Referensi

Dokumen terkait

belum dilakukan dengan konsisten hingga saat ini adalah: 1) memberikan informasi pada seluruh rakyat Indonesia, khususnya yang hidup di daerah dengan tingkat kerawanan bencana

Setelah menggunakan salah satu penyelesaian dinding di atas, ruang pertunjukan tidak hanya selesai pada dinding tersebut, namun setelah keluar dari ruang pertunjukan, masih

Gambar 1: Perbelanjaan Takashiyama Amerika Mura di Osaka.. Gambar 2: Perbelanjaan Tenjinbashi Amerika Mura

Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian Barsky et al (2003) ialah bahwa pada penelitian ini, model Beneish yang diterapkan ialah model Beneish

komputer terdiri dari beberapa komputer yang terhubung.. menggunakan beberapa jenis interface,

Alat ini dapat mengubah obat cair menjadi uap ( aerosol ) untuk dihirup menggunakan masker sehingga obat langsung masuk ke paru - paru. Tujuan dari pembuatan alat ini

Ruang lingkup penelitian digunakan agar penulisan penelitian ini lebih fokus sesuai dengan permasalahan yang ingin dibahas oleh penulis, maka penelitian ini

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda