• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Resistansi Daging Ayam Tiren Dan Daging Ayam Normal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Karakteristik Resistansi Daging Ayam Tiren Dan Daging Ayam Normal"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

 

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI HFI Jateng & DIY, Purworejo 14 April 2012 ISSN : 0853-0823

Karakteristik Resistansi Daging Ayam Tiren Dan Daging Ayam

Normal

Anggara Wahyu Dwiatmaja1 dan Frida Agung Rakhmadi2

1 Mahasiswa Program Studi Fisika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga

2 Dosen Program Studi Fisika dan Peneliti di Halal Research Center Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga

Jl. Marsda Adisucipto Yogyakarta 55281

anggara.wahyu870@gmail.com, agungfrida@yahoo.co.id

Abstrak - Penelitian tentang karakteristik resistansi daging ayam tiren dan daging ayam normal dilakukan untuk

mengetahui karakteristik resistansi (kisaran resistansi) kedua jenis daging, serta mengetahui apakah karakteristik resistansi kedua jenis daging berbeda. Bagian daging ayam tiren dan daging ayam normal yang diukur resistansinya adalah bagian dada, paha, dan sayap. Pengukuran resistansi dilakukan dengan multimeter (ohmmeter) digital. Untuk mengetahui kisaran resistansi, diambil data resistansi terkecil dan terbesar. Untuk mengetahui apakah resistansi kedua jenis daging berbeda dilakukan analisis uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa resistansi daging ayam tiren bagian dada berkisar antara 60-78,4 kΩ, bagian paha berkisar antara 81,8-115,3 kΩ, dan bagian sayap berkisar antara 60,9-97,4 kΩ, sedangkan resistansi daging ayam normal bagian paha berkisar antara 767-3610 kΩ, bagian paha berkisar antara 569-858 kΩ, dan bagian sayap berkisar antara 736-958 kΩ. Hasil analisis uji-t menunjukkan bahwa karakteristik kedua jenis daging berbeda dimana daging ayam tiren memiliki resistansi yang lebih kecil daripada daging ayam normal.

Kata kunci: resistansi, daging ayam tiren, daging ayam normal

Abstrak-The characteristic of carrion chickens and normal chickens have been conducted to determine different of

them like the range of resistance value. The part of chicken which measured are chest, thight, and wing. The resistance have measured by digital multimeter (digital ohmmeter). Range of resistance value have been taken from smallest and largest resistance values. To find out resistance value different of both of chickens by using t-test analysis. The results showed that the resistance of the chest tiren chicken ranged from 60 to 78.4 kΩ, the thigh ranged from 81.8 to 115.3 kΩ, and the wings range from 60.9 to 97.4 kΩ, while the resistance of chicken meat the normal range from 767-3610 kΩ thigh, the thigh ranged from 569-858 kΩ, and the wings range from 736-958 kΩ. The results of the t-test analysis showed that the characteristics of the two different types of tiren meat chicken which has a resistance smaller than the normal chicken.

Key words: resistance, tiren chicken, normal chicken

I. PENDAHULUAN

Beredarnya daging ayam bangkai atau biasa disebut sebagai daging ayam tiren sangat meresahkan masyarakat. Mereka takut mengkonsumsi daging ayam tiren, karena selain haram, daging ini juga tidak layak dikonsumsi. Daging ayam tiren sudah tidak selayaknya dikonsumsi, karena daging ini tidak baik bagi kesehatan. Hal ini dikarenakan terdapat darah yang umumnya mengandung uric acid yang merupakan racun berbahaya bagi kesehatan. Uric acid yang ada di dalam tubuh akan dibawa darah yang kemudian akan dibuang ke luar tubuh melalui ginjal[1]. Kandungan mikroorganisme pada daging ini pun meningkat dratis dari kondisi aman untuk dikonsumsi.

Metode yang digunakan untuk mengamati karakteristik dari kedua jenis ayam dapat diamati dari karakter kimiawi biologis maupun fisis[2]. Pengujian secara kimiawi dan biologis dalam aplikasinya memang sedikit rumit, akan tetapi hasilnya tidak diragukan lagi. Salah satu metode yang mudah untuk diaplikasikan yaitu dengan mengamati keadaan fisis daging seperti warna daging dan mengamati keempukan daging [3].

Karaktersistik dari kedua jenis daging dapat diamati dari tingkat impedansi[4]. Impedansi memiliki prinsip yang sama dengan resistansi. Perbedaan yang mendasar dari kedua hal ini yaitu terletak area kerjanya. Impedansi bekerja pada arus AC (Alternating Current), sedangkan resistansi bekerja pada arus DC (Direct Current)[5].

II. LANDASAN TEORI

A. Daging Ayam

Daging merupakan jaringan dari hewan dan dapat diolah sehingga dapat dikonsumsi, tanpa mengganggu kesehatan tubuh. Kebanyakan daging ternak yang dijumpai untuk digunakan sebagai bahan makanan yaitu ayam. Daging memiliki kandungan gizi yang sangat lengkap. Selain protein yang tinggi, daging memiliki banyak nutrisi yang baik bagi kesehatan karena adanya asam amino esensial yang lengkap dan seimbang, air, karbohidrat, dan komponen anorganik[6]. Lengkapnya kandungan gizi[2] dan rasa khas yang dimiliki daging, membuat banyak orang senang mengkonsumsi daging. Daging ayam banyak digunakan sebagai bahan makanan. Bahkan sekarang banyak dijumpai makanan

(2)

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI HFI Jateng & DIY, Purworejo 14 April 2012 ISSN : 0853-0823

cepat saji yang selalu menyediakan daging ayam. Jenis ayam yang digunakan biasanya menggunakan jenis ayam potong yaitu ayam pedaging atau ayam broiler. Ayam pedaging memiliki harga yang lebih murah dibandingkan ayam kampung, meskipun rasamya sedikit berbeda.

Teknik pemotongan hewan dapat menjadi salah satu penyebab kualitas dari gizi yang ditawarkan pada daging berkurang. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemotongan diantaranya tidak diperlakukan secara kasar, tidak mengalami stress, penyembelihan dan pengeluaran darah harus sempurna, kerusakan daging yang bagus harus diminimalkan, bersih, ekonomis dan aman bagi orang yang berada pada tempat pemotongan[6].

Metode pemotongan yang biasa digunakan di Indonesia adalah metode Kosher, yaitu memotong arteri karotis, vena jugularis dan esophagus. Darah yang ada di dalam tubuh ayam dibiarkan keluar sesempurna mungkin, jika proses ini berlangsung, darah yang keluar dari tubuh, beratnya dapat mencapai 4% dari berat tubuh dan berlangsung sekitar 50-120 detik, bergantung dari besar ayamnya[6]. Selain teknik pemotongan, kualitas daging juga dipengaruhi dari kondisi ayam sebelum dipotong dan setelah pemotongan.

Kondisi daging sebelum pemotongan dan sesudah pemotongan harus diperhatikan agar didapatkan daging ayam yang berkualitas. Daging ayam yang berkualitas akan memberikan rasa yang lebih enak dibandingkan dengan yang kurang berkualitas. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan kualitas antara daging ayam potong yang sebelumnya mengalami stress dan yang tidak mengalami stress sebelum pemotongan. Kondisi lain dapat diamati pada daging ayam tiren dan ayam mati karena dipotong, kedua kondisi tersebut tentu menghasilkan kualitas yang berbeda. Perbedaan untuk daging ayam normal dengan daging ayam tiren cukup signifikan. Perbedaan tersebut dapat diamati pada warna, keempukan, dan bau yang dihasilkan dari masing-masing daging tersebut[7].

Daging dapat mengalami pembusukan karena adanya mikroorganisme yang ada pada daging. Mikroorganisme yang merusak daging ini dapat berasal dari infeksi dari ternak yang masih hidup, daging ayam tiren, perkakas yang digunakan maupun dari lingkungan sekitar karena tidak bersih. Infeksi yang biasanya terjadi melalui perantara udara, sehingga penyimpanan daging yang bagus diperlukan agar kualitas daging ayam tetap terjaga. Terdapat 4 fase dalam pertumbuhan mikroorganisme ini, yaitu fase lag, fase pertumbuhan logaritmik (eksponensial), fase konstan (stationary) dan fase pertumbuhan menurun (kematian) [6]. Grafik dari keempat fase tersebut disajikan pada Gambar 1. Mikroorganisme yang merusak daging ini banyak ditemukan pada daging ayam tiren.

Gambar 1. Grafik pertumbuhan normal bakteri pada daging

(Soeparno, 2009).

Ayam tiren merupakan istilah yang biasa digunakan masyarakat umum untuk menyebut ayam yang mati tidak melalui proses penyembelihan sehingga darah mengendap di dalamnya. Jika diperhatikan daging ayam tiren memiliki warna merah kusam, sedangkan pada daging ayam normal daging berwarna lebih cerah. Selain hal tersebut, pada bagian kulit yang berada di dekat persendian, warnanya mulai membiru. Bau yang dihasilkan juga lebih menyengat dibandingkan daging ayam normal. Daging ayam tiren memiliki kualitas yang sangat buruk, sehingga tidak baik dikonsumsi, karena kandungan gizinya yang kurang, banyak bakteri serta racun berada pada daging tersebut sehingga tidak boleh dikonsumsi oleh masyarakat[1].

Daging ayam broiler biasanya dijual secara utuh maupun secara potongan. Kebanyakan masyarakat lebih memilih untuk mengkonsumsi ayam yang sudah di potong-potong. Hal tersebut dikarenakan tidak semua masyarakat menyukai semua bagian ayam, sehingga pembelian ayam yang sudah dipotong-potong menjadi solusi, daripada terdapat bagian yang dibuang. Bagian-bagian potongan yang biasa disediakan oleh para pedagang daging ayam potong diantaranya kaki (leg), paha (drumstick), paha “gending” (thigh), dada dengan rusuk, punggung, sayap[6].

1. Resistansi

Pada sebuah konduktor yang berada pada kondisi tidak berada pada kesetimbangan elektrostatik, maka arus yang dihasilkan medan listrik akan mendorong gaya pada muatan-muatan bebas[8]. Arah dari arus yang dihasilkan ini searah dengan arah medan listrik dalam konduktor. Jika konduktor tersebut memiliki luas penampang A, panjangnya dinotasikan dalam L, V adalah beda potensial tinggi dengan rendah, J adalah kerapatan arus dan medan listrik adalah E, maka nilai arus I terhadap selisih potensial dari masing-masing ujung didapatkan I=JA dan besar beda potensial diperoleh V =EL. Melalui persamaan EJ jika

persamaan I dan V dimasukkan maka akan didapatkan

V I

L A

ρ

= (1)

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa I sebanding dengan beda potensial V yang melintasi kawat.

Percobaan yang membuktikan hasil tersebut dikenal sebagai hukum ohm, konstanta perbandingan dapat ditulis

1/ R

dimana R adalah resistansi, sehingga didapatka

(3)

 

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI HFI Jateng & DIY, Purworejo 14 April 2012 ISSN : 0853-0823 1 I V R ⎛ ⎞ = ⎜ ⎟⎝ ⎠ (2) atau V R I ⎛ ⎞ = ⎜ ⎟⎝ ⎠ (3) Satuan resistansi dalam SI adalah volt per ampere atau biasa dikenal dengan ohm (Ω). Besar kecilnya resistansi dari suatu material bergantung pada panjang, luas penampang lintang, tipe material dan suhu. Terdapat dua tipe material dalam resistansi. Material yang mengikuti prinsip dari hukum ohm disebut sebagai material ohmik. Material ini memiliki resistansi yang besarnya tidak berdasarkan pengaruh dari perubahan arus, sedangkan material yang mengikuti perubahan arus disebut material nonohmik[8]. Material ohmik tegangan jatuh pada suatu segmen sebanding dengan arus.

V =IR (4) Material nonomik memiliki perbandingan V/I bergantung pada arus I, sehingga arus tidak sebanding dengan resistansi, seperti ditunjukkan persamaan (3).

Resistansi memiliki kemiripan dengan impedansi, akan tetapi keduanya bekerja pada arus yang berbeda. Pada dasarnya impedansi dan resistansi memang sama, hanya saja impedansi bekerja pada arus AC sedangkan resistansi pada arus DC[5].

Sebuah konduktor yang sempurna memiliki resistansi yang kecil, sedangkan pada isolator yang sempurna memiliki resistansi yang sangat besar. Konduktivitas merupakan sifat material yang berlawanan dengan resistansi. Konduktifitas adalah analogi listrik langsung dari konduktivitas termal[9]. Besar konduktifitas dari suatu bahan berbanding terbalik dengan besar resistansi bahan. Resistansi setiap bahan memiliki perbedaan terlebih lagi jika terdapat perlakuan seperti pada bahan isolator, bahan tersebut telah basah karena terdapat cairan, maka sudah pasti resistansi bahan tersebut menjadi berkurang sedangkan konduktivitas bahan meningkat karena air merupakan material konduktor yang cukup baik.

III. METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan dengan cara membandingkan dua ayam yang berbeda perlakuan. Ayam yang satu merupakan ayam normal sehingga perlu dilakukan proses penyembelihan terlebih dahulu, sedangkan yang satu lagi merupakan ayam tiren yang sudah mati selama ± 12 jam. Kedua ayam memiliki umur yang sama yaitu berkisar kurang lebih 1 bulan dan memiliki berat yang hampir sama yaitu berkisar kurang lebih 1 kg. Data yang diambil hanya dilakukan pada bagian-bagian tertentu saja, yaitu dada, paha, dan sayap. Pengambilan data hanya dilakukan pada bagian-bagian tersebut karena sebagian besar bagian-bagian tersebut digemari masyarakat untuk dikonsumsi.

Pengukuran besar resistansi yang dihasilkan dilakukan menggunakan multimeter (ohmmeter) digital. Pengukuran awal dilakukan pada daging ayam normal.

Pengamatan pertama dipilih daging ayam normal terlebih dahulu agar, daging ayam normal ini tidak terkontaminasi dengan bakteri yang ada pada daging ayam tiren, sehingga daging ayam normal tetap dapat dimanfaatkan.

Pengukuran menggunakan multimeter dilakukan dengan menusukkan jarum multimeter sedalam 1 cm. Jarak antar jarum juga ditentukan yaitu dengan jarak antar jarum 1 cm dan tunggu sampai angka pada layar stabil. Pengambilan data dilakukan sebanyak 10 kali pada setiap bagian.

Pengukuran berikutnya dilakukan dengan mengganti objeknya dengan daging ayam tiren. Bagian yang akan diambil data sama dengan bagian pada daging ayam normal dan prosesnya sama seperti dalam pengukuran daging ayam normal.

Data yang didapatkan dianalisis dengan cara mengurutkan data dari yang terkecil sampai yang terbesar, sehingga akan didapatkan hasil kisaran resistansi. Hasil kisaran tersebut digunakan sebagai kisaran karakter resistansi dari masing-masing jenis sampel.

Data yang didapatkan juga diolah menggunakan analisis uji-t. Hasil yang didapatkan dari uji-t tersebut merupakan hasil yang menunjukkan bahwa seberapa besar perbedaan resistansi yang dihasilkan dari kedua daging ayam tersebut.

Analisis data uji-t biasa digunakan untuk mengamati hasil penelitian yang bertujuan untuk membandingkan dua buah data yang berbeda baik dari segi obyek yang diteliti maupun dari segi alat yang digunakan[10]. Berdasarkan hasil analisis yang didapatkan tersebut, dapat digunakan untuk menentukan bagaimana kondisi data tersebut, apakah kedua data tersebut memiliki nilai yang relatif mendekati atau data tersebut memliki perbedaan yang cukup signifikan.

Metode uji-t ini merupakan metode model statistik. Analisis data menggunakan uji-t ini diperlukan perhitungan selisih pasangan, misalnya

1 2

j j j

d =YY (5)

nilai harap dari perbedaan ini adalah

( )

d E dj µ = (6)

(

1 2

)

d E Yj Yj µ = − , µd =E Y

( ) ( )

1jE Y2j

(

)

1 1 2 2 d µ =µ β+ − µ +β 1 2 d µ =µ µ− (7) Pengujian H012 adalah sama dengan pengujian

0: d 0

H µ = (8)

1: d 0

H µ ≠ (9)

Pengujian statistik untuk hipotesis ini menggunakan persamaan 0 / d d t S n = (10) dimana

d

adalah deviasi, dengan persamaan

(4)

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI HFI Jateng & DIY, Purworejo 14 April 2012 ISSN : 0853-0823 1 1 n j j d d n − =

(11) dan

Sd

adalah standar deviasi, dengan persamaan

(

)

1 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 n n n j j j j j j d d d d n S d n n − − − ⎡ ⎤ ⎡ ⎜ ⎟ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ = = ⎢ − − ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎣ ⎦ ∑ ∑ ∑ (12)

Hipotesis dari H0:

µ

d =0 akan ditolak jika

0 a2,n 1

t >t − , dan jika t0 <ta2,n−1maka hipotesis akan

diterima. Besar nilait0 >ta2,n1 dapat dilihat dari tabel distribusi uji-t pada tabel 2.1. Penelitian menggunakan 10 kali pengambilan data maka maka ta2,n1=t.025,9.

Berdasarkan table distribusi uji-t, menunjukkan bahwa nilai

t

.025,9 adalah 2,262.

Hasil yang didapatkan tersebut kemudian dibandingkan dengan data pada tabel distribusi uji-t. Berdasarkan hasil tersebut dapat diambil kesimpulan apakah daging ayam normal dan daging ayam tiren dapat dibedakan berdasarkan resistansi yang dihasilkan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data yang telah didapatkan, menunjukkan bahwa resistansi antara daging ayam normal dengan daging ayam tiren memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Data yang berbeda tersebut didapatkan dari hasil pengambilan data pada daging ayam normal dan daging ayam tiren pada bagian dada, paha, dan sayap yang dilakukan sebanyak 10 kali untuk masing-masing bagian, sebagaimana disajikan pada Tabel.1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Hasil pengukuran resistansi pada daging ayam

normal.

No. Dada (kΩ) Paha (kΩ) Sayap (kΩ) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 767,000 810,000 885,000 901,000 932,000 959,000 1088,000 1458,000 1500,000 3610,000 569,000 612,000 612,000 620,000 650,000 725,000 755,000 833,000 854,000 858,000 736,000 780,000 791,000 814,000 887,000 890,000 897,000 937,000 940,000 958,000

Tabel 2. Hasil pengukuran resistansi pada daging ayam tiren.

No Dada (kΩ) Paha (kΩ) Sayap (kΩ) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 60,000 65,000 63,400 62,800 66,400 72,100 70,800 71,800 76,500 78,400 81,800 82,800 89,400 93,000 95,100 100,000 97,300 104,100 107,600 115,300 56,700 58,600 61,800 60,900 66,500 76,000 83,400 86,900 91,700 97,400

Data daging ayam normal, seperti yang disajikan pada Tabel 1, menunjukkan bahwa nilai resistansi

daging ayam normal pada bagian dada berkisar antara 767,000-3610,000 kΩ, bagian paha berkisar antara 569,000-858,000 kΩ, dan bagian sayap berkisar antara 736,000-958,000 kΩ, sedangkan data daging ayam tiren, seperti yang disajikan pada Tabel 2, menunjukkan bahwa nilai resistansi daging ayam tiren bagian dada berkisar antara 60,00-78,400 kΩ, bagian paha berkisar antara 81,800-115,300 kΩ, dan bagian sayap berkisar antara 60,900-97,400 kΩ. Kisaran resistansi kedua jenis daging memiliki perbedaan yang jelas. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari kisaran resistansi daging ayam tiren tidak berada pada kisaran resistansi daging ayam normal. Besar perbedaan masing-masing hasil pengukuran resistansi antara daging ayam normal dengan daging ayam tiren disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Perbedaan hasil ukur antara daging ayam normal

dengan daging ayam tiren

No. Dada (kΩ) Paha (kΩ) Sayap (kΩ) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 696,200 731,600 818,600 829,200 869,200 882,500 1023,000 1394,600 1427,900 3550,000 461,400 496,700 515,900 530,200 552,700 642,200 665,600 740,000 758,000 758,900 669,500 715,000 723,300 727,100 798,300 828,400 836,100 842,600 875,200 874,600

Perbedaan hasil ukur antara daging ayam normal dan daging ayam tiren sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 3., menunjukkan perbedaan yang signifikan. Dengan menggunakan analisis uji-t, perbedaan tersebut akan semakin terlihat jelas. Hasil dari analisis uji-t untuk kedua jenis daging tersebut disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil analisis data dengan uji-t

Perhitungan Dada Paha Sayap Deviasi Standar Deviasi t0 1222,280 kΩ 856,680 kΩ 4,510 612,160 kΩ 114,740 kΩ 16,870 789,010 kΩ 74,080 kΩ 33,680

Tabel 4 menunjukkan bahwa pada masing-masing bagian nilai t0 lebih besar dari pada nilai t0,025,9, yakni

bagian dada t0=4,510, bagian paha t0=16,870, dan bagian

sayap t0=33,680 dengan masing-masing t0,025,9=2,262.

Data tersebut menunjukkan bahwa daging ayam normal memiliki resistansi yang lebih tinggi dibandingkan dengan resistansi pada daging ayam tiren.

Besar resitansi daging ayam normal yang lebih tinggi dibandingkan dengan daging ayam tiren dikarenakan adanya perbedaan tekstur pada daging ayam itu sendiri. Ayam tiren tidak memalui proses penyembelihan, sehingga terdapat darah yang mengendap didalamnya. Mengendapnya darah mampu mempengaruhi tekstur daging karena pada dasarnya darah mengalir ke seluruh bagian tubuh makhluk hidup, sehingga jika darah tidak mengalir maka darah akan mengendap sehingga menyebabkan perubahan tekstur. Mengendapnya darah dalam daging dapat menyebabkan konduktifitas

(5)

 

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI HFI Jateng & DIY, Purworejo 14 April 2012 ISSN : 0853-0823

bertambah sehingga resistansi dari daging ayam tiren lebih rendah. Hal ini dikarenakan darah merupakan elektrolit yang baik. Darah merupakan elektolit yang baik karena didalam darah terdapat kandungan garam[11] yang merupakan bahan yang mampu menghantarkan listrik dengan baik[12]. Penyebab lain yang mempengaruhi rendahnya resistansi karena adanya lendir pada daging. Lendir ini seperti cairan, sehingga mampu menghantarkan arus karena zat cair merupakan konduktor yang cukup baik dalam menghantarkan arus listrik[13].

V. KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa resistansi dari daging ayam tiren bagian dada berkisar antara 60,00-78,400 kΩ, bagian paha berkisar antara 81,800-115,300 kΩ, dan bagian sayap berkisar antara 60,900-97,400 kΩ, sedangkan resistansi daging ayam normal bagian dada berkisar antara 767,000,-3610,000 kΩ, bagian paha berkisar antara 569,000-858,000 kΩ, dan bagian sayap berkisar antara 736,000-958,000 kΩ. Adapun hasil analisis uji-t menunjukkan bahwa karakteristik daging ayam tiren berbeda dengan daging ayam normal dimana daging ayam tiren memiliki resistansi yang lebih kecil daripada daging ayam normal.

PUSTAKA

[1] Godam64. Bahaya bau, racun dan bakteri pada bangkai/mayat bagi kesehatan manusia. http://organisasi.org/bahaya-bau-racun-dan-bakteri-pada-bangkai-mayat-bagi-kesehatan-manusia. Diakses tanggal 27 Desember 2011.

[2] V. P. Bintoro, B. Dwiloka dan A. Sofyan. 2006. Perbandingan Daging Ayam Segar dan Daging Ayam Bangkai dengan Memakai Uji Fisiko Kimia dan Mikrobiologi. Semarang : Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro.

[3] Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur. 2011. Tips Membedakan Beragam Daging.

http://www.disnak-jatim.go.id/web/index2.php?option=com_content& do_pdf=1&id=74. Akses tanggal 27 Desember 2011.

[4] Razali. 2007. Penggunaan Metode Biologi dan Nilai Impedansi untuk Deteksi Daging Ayam Bangkai. Bogor: Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.

[5] Venudhar. What is the difference between resistance and impedance?, http://www.physlink.com/education/

AskExperts/ae517.cfm. Akses tanggal 27 Desember 2011.

[6] Soeparno. 2009. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

[7] A. R. Nareswari. 2006. Identifikasi dan Karakterisasi Ayam Tiren. Bogor: Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.

[8] P. A. Tippler. 2001. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Erlangga.

[9] H. D. Young. dan R. A. Freedman. 2001. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

[10] D. C. Montgomery. 1984. Design and Analysis of Experiments.Canada : John Wiley and Sons, Inc. [11] Yayasan Spiritia. Tes Kimia Darah. http://spiritia.

or.id/li/ pdf/LI122.pdf . Akses tanggal 22 Maret 2012.

[12] Anonym. Sel Elektrolisis. http://staff.uny.ac.id/system

/files/penelitian/Isana%20Supiah%20YL.,%20Dra., %20M.Si./Sel%20elektrolisis.pdf. Akses tanggal 22 Maret 2012.

[13] Universitas Sumatera Utara.  Chapter II. http:// repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18269/3/ Chapter%20II.pdf. Akses tanggal 23 Maret 2012.

TANYA JAWAB Harsoyo, UGM ? Populasinya berapa?

AggaraWahyu D., UIN SunanKalijaga

Gambar

Gambar 1. Grafik pertumbuhan normal bakteri pada daging  (Soeparno, 2009).
Tabel 3.   Perbedaan hasil ukur antara daging ayam normal  dengan daging ayam tiren

Referensi

Dokumen terkait

pengamatan terhadap aktivitas fagositik pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa pemberian bakterin pada benih ikan kerapu bebek melalui pakan (oral) dan perendaman

sewa pesawat terbang dari lessor dalam negeri yang bukan merupakan perusahaan angkutan udara atau operator penerbangan dalam bentuk perjanjian dry atau wet lease dan tercantum

Dengan demikian, kepemilikan saham mayoritas atau perusahaan baru yang dianggap melanggar hukum persaingan usaha adalah kepemilikan yang menciptakan monopoli atau penguasan pasar

Perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelompok eksperimen yang memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran Knisley dan siswa kelompok

Sebelum melaksanakan pembelajaran, mahasiswa harus menyusun Pencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terlebih dahulu. Di dalam RPP , tertulis semua hal yang akan

Dari kondisi kerusakan yang terjadi pada PLEM, seperti gambar 1.2, akan.. coba ditinjau permasalahan

Mengenal Perkembangan Siswa Madrasah Aliyah (dalam acara Pelatihan Bimbingan dan Konseling di Sekolah MAN atau Swasta oleh Madrasah Development Center (MDC) Bandung, tanggal 04-

Hasil penelitian menunjukkan : (1) perusahaan sudah menerapkan struktur organisasi yang memisahkan secara tegas wewenang dan tanggungjawab di tiap tingkatan manajemen, (2)