i
IMPLEMENTASI KONSEP MARKETING PADA
PRODUK PEMBIAYAAN BAI’ BITSAMAN AJIL
(BBA) UNTUK MEMPENGARUHI MINAT NASABAH
DI BMT SYAMIL
TUGAS AKHIR
Disusunoleh :
DENNI MAHARDIKA
NIM 20112044
JURUSAN DIII PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
ii
IMPLEMENTASI KONSEP MARKETING PADA
PRODUK PEMBIAYAAN BAI’ BITSAMAN AJIL
(BBA) UNTUK MEMPENGARUHI MINAT NASABAH
DI BMT SYAMIL
TUGAS AKHIR
DisusundandiajukanuntukmemenuhisyaratgunamemperolehGelarAhliMadyaPada Program Studi DIII PerbankanSyariah (A.md, E.Sy)
Disusunoleh :
DENNI MAHARDIKA
NIM 20112044
JURUSAN DIII PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
v
MOTTO
“ Teruslah berlari
mengejar mimpimu, hingga suara
cemoohan itu berubah menjadi tepuk tangan”
vi
PERSEMBAHAN
Tugas Akhir ini saya persembahkan :
1. Untuk Baginda Rasul Muhammad SAW, yang saya nantikan syafaatnya di
akhirat.
2. Untuk kedua orang tua saya Bapak Dedy Supardianto dan Ibu Poniah yang
senantiasa dan tidak lelah mendoakan dan memberikan semangat untuk
saya.
3. Untuk kakak saya Dikki Pramdianto beserta istrinya Vitha Rosyada
Martono dan buah hatinya Muhammad Wafi As’ad yang telah mendoakan
dan memberikan semangat untuk saya.
4. Untuk teman saya Adi Prabowo, Eriya Bayu Prasetyo, Muhammad Ainur
Rifqi dan Lia Rofiani yang telah mendoakan dan banyak membantu saya.
5. Seluruh keluarga dan teman-teman sekalian untuk harapan dan doa kalian.
6. Seluruh keluarga BMT Syamil (Ibu Sumiyati, mbk Fitri, Putri Novianti,
Eva Hindun Khasanah, Eko Prasetyo).
7. Teman-teman sahabat dahsyat D III Perbankan Syariah angkatan 2012
atas bantuannya dalam menyelesaikan karya ini.
viI ABSTRAK
Mahardika,Denni.2015.Implementasi Konsep Marketing Pada Produk
Pembiayaan Bai’ Bitsaman Ajil (BBA) untuk mempengaruhi minat
nasabah di BMT Syamil.Tugas Akhir.Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.Jurusan DIII Perbankan Syariah.Institut Agama Islam Negeri Salatiga.Pembimbing : Drs.H.Alfred L.,M.SI.
Kata Kunci: Konsep Marketing, Bai’ Bitsaman Ajil
Peneletian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana konsep marketing pembiayaan Bai’ Bitsaman Ajil yang ada di BMT Syamil dalam menarik minat nasabah. Metode yang digunakan dalam peneletian ini adalah menggunakan
metode peneletian kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menggunakan data
deskriptif. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dengan cara
wawancara terhadap karyawan BMT Syamil, observasi secara langsung terhadap
obyek tertentu yang menjadi fokus penelitian dan mengetahui suasana kerja BMT
Syamil, dan dokumentasi yang berhubungan dengan penelitian ini.
Hasil penelitian ini adalah implementasi konsep marketing yang
digunakan BMT Syamil dalam menarik minat nasabah terhitung berhasil karena
dalam tahun 2012-2014 jumlah nasabah pembiayaan BBA mengalami
peningkatan. Jumlah nasabah tahun 2012 (69), 2013 (84), 2014 (94). Konsep
marketing yang digunakan BMT Syamil dalam pemasaran produk adalah dengan
menggunakan sistem marketing mix dengan rincian: Produk (product), Harga
(price), Promosi (promotion), Tempat (place), Orang (people), Proses (proses),
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Karena limpahan rahmad,
taufik serta hidayahnya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini tanpa
halangan apapun. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad
SAW, yang senantiasa kita ikuti teladannya. Maksud dari penulisan laporan Tugas
Akhir ini adalah untuk memenuhi persyaratan kelulusan mencapai derajat ahli
madya (A.Md) pada progam studi Diploma III Perbankan Syariah IAIN Salatiga.
Penulis juga menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini sulit untuk dapat
terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Dalam penulisan Tugas Akhir
ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu, penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. Anton Bawono, SE, M.Si., selaku Dekan fakultas Syariah IAIN
Salatiga.
3. Bapak Ahmad Mifdlol M., Lc., M.S.I., selaku pembimbing akademik D III
Perbankan Syariah.
4. Bapak Drs.H. Alfred L, M.SI., selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dengan penuh
perhatian dan kesabaran selama menyusun maupun penulisan Tugas Akhir
5. Bapak dan Ibu dosen perbankan syariah terima kasih atas ilmu yang tiada
batasnya.
6. Bapak dan Ibu tercinta yang tanpa hentinya mengalirkan doa untuk
kesempatan dan keberhasilan penulis serta memberikan semangat baik
spiritual, moril, dan materil.
7. Ibu Sumiyati selaku manajer BMT Syamil Ampel yang telah memberikan
izin kepada penulis untuk mengadakan penlitian ini.
8. Seluruh karyawan di BMT Syamil Ampel yang telah membantu dalam
perizinan serta wawancara penulis tugas akhir ini.
9. Keluarga besar D III Perabankan Syariah khususnya angkatan 2012,
terima kasih atas semua dukungannya dan buat angkatan 2013 dan 2014
tetap semangat.
10.Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan yang telah
mendukung baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penullisan
tugas akhir ini, penulis hanya mampu menghaturkan ucpan terimakasih
yang tulus dan ikhlas dari hati sanubari yang paling dalam, serta iringan
doa semoga Allah memberikan rahmat dan keselamatan bagi kita semua,
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan Tugas akhir ini
jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran selalu penulis harapkan. Semoga
dengan disusunnya tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pada
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Salatiga, 13 Agustus 2015
Denni Mahardika
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PESETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN MUNAQOSAH ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pemasaran 1. Pengertian Pemasaran ... 14
2. Marketing Mix ... 15
B. Teori Pembiayaan 1. Pengertian Pembiayaan... 24
3. Tujuan Pemberiaan Pembiayaan ... 27
4. Unsur-unsur Pembiayaan ... 29
C. Definisi Ba’i Bitsaman Ajil (BBA) 1. Pengertian ... 30
2. Landasan Teori ... 32
D. Pengertian Minat 1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat ... 34
BAB III LAPORAN OBJEK A.Sejarah Berdirinya KJKS BMT Syamil ... 36
B. Visi dan Misi KJKS BMT Syamil ... 36
C. Tujuan Di Dirikannya KJKS BMT Syamil ... 36
D. Indentitas KJKS BMT Syamil ... 37
E. Kepengurusan KJKS BMT Syamil ... 37
F. Struktur Organisasi BMT Syamil... 38
G. Produk BMT Syamil... 50
H. Pemberdayaan Dana ... 51
BAB IV ANALISIS DATA A. Sistem dan Prosedur ... 54
B. Implementasi Konsep Marketing ... 57
C. Data Deskriptif Produk BBA BMT Syamil ... 62
D.Minat Nasabah di BMT Syamil ... 63
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 67
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
13I
DAFTAR TABEL
Tabel keterangan halaman
4.1Tabel perolehan dana dan jumlah nasaban... 62
1
1I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang
mempunyai nilai strategis dalam dunia perekonomian suatu negara. Lembaga
tersebut berfungsi sebagai perantara pihak-pihak yang kekurangan dana (lacks of
funds) dengan pihak-pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus of funds).
Dengan demikian, lembaga perbankan akan bergerak dalam kegiatan perkreditan,
dan berbagai jasa yang diberikan oleh bank, melayani kebutuhan pembiayaan
serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor
perekonomian (Ismail,2011).
Perbankan syariah atau Perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan
yang dikembangkan berdasarkan syariah (hukum) islam. Usaha pembentukan
lembaga ini didasari oleh larangan dalam Agama Islam untuk memungut maupun
meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta larangan investasi
untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram (misal: usaha yang berkaitan dengan
produksi makanan/minuman haram, usaha media yang tidak islami, dll), di mana
hal ini tidak dapat dijamin oleh sistem perbankan konvensional.
Perbankan Syariah mempunyai prinsip bagi hasil yang berbeda dengan
perbankan konvensional, yang ternyata lebih tangguh dan terbukti mampu
bertahan pada saat krisis ekonomi global. Bahkan sistem perbankan saat ini lebih
berkembang dan menjadi alternatif menarik bagi kalangan pengusaha sebagai
pelaku bisnis, akademisi sebagai penyedia sumber daya manusia dan masyarakat
sebagai pengguna jasa perbankan.
Dikeluarkannya Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
sekalipun belum dengan istilah yang tegas, tetapi baru dimunculkan dengan istilah
“bagi hasil”. Setelah Undang-undang tersebut diubah dengan Undang-undang No.
10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang
perbankan, istilah yang dipakai lebih terbuka. Dalam Undang-undang No. 10
Tahun 1998 disebut dengan tegas istilah “prinsip syariah” bank berdasarkan
prinsip syariah.
Munculnya Undang-undang No. 10 Tahun 1998 ternyata dirasa masih
belum memberikan stimulasi yang besar bagi perkembangan perbankan syariah.
Akhirnya pada tahun 2008 disusunlah Undang-undang No. 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah, yang spesifik membahas tentang perbankan syariah.
Undang-undang tersebut ternyata memberikan pengaruh yang besar bagi dunia
ekonomi syariah, terbukti setelah adanya Undang-undang tersebut banyak
lembaga-lembaga keuangan yang berprinsip syariah berdiri. Mulai dari bank
umum syariah, unit usaha syariah, BPR Syariah, koperasi syariah, Baitul Maal
Wattamwil (BMT), pegadaian syariah, asuransi syariah dan lembaga lain yang
beroperasi dengan menggunakan prinsip syariah.
BMT merupakan lembaga keuangan syariah yang secara kelembagaan
sama dengan koperasi. Oleh karena itu, BMT operasionalnya tidak diawasi oleh
Bank Indonesia. Fungsi BMT sama dengan bank, yaitu sebagai lembaga
kekurangan dana. Perbedaan antara BMT dengan bank ada pada fasilitas yang
diberikan, jika bank sebagai lembaga besar dapat memberikan fasilitas berupa
transfer, kliring, inkaso, dan lain sebagainya, sedangkan BMT tidak dapat
melakukan hal demikian (Ridwan,2004).
Sebenarnya sejak zaman Rosulullah SAW itu sudah ada lembaga
keuangan tetapi bukan BMT melainkan baitul mal. Baitul mal yang ada di zaman
Rosulullah SAW adalah lembaga keuangan yang menerima pendapatan (revenue
collection) dan pembelanjaan (expenditure) (Muhammad, 2003). Jadi lembaga
tersebut adalah lembaga yang menyerupai bank. Baitul mal yang di dirikan oleh
Rosulullah SAW tidak mempunyai bentuk yang formal sehingga memberikan
fleksibilitas yang tinggi dan nyaris tanpa birokasi.Baitul mal zaman Rosulullah
SAW bukan hanya lembaga BAZIS yang dikenal sekarang akan tetapi baitul
malyang memainkan kebijakan fiskal sebagaimana yang dikenal ekonomi
sekarang. Kebijakan fiskal yang dilakukan akan memberikan dampak langsung
pada tingkat investasi dan secara tidak langsung memberikan dampak pada tingkat
inflasi dan pertumbuhan ekonomi (Muhammad, 2003).
Seperti Bank Syariah, BMT juga memberikan jasa-jasa pembiayaan.
Jasa-jasa yang terkait dengan Jasa-jasa pembiayaan yang ditawarkan oleh BMT dikemas
dalam produk-produk sama dengan yang ada dalam Bank Syariah, produk
tersebut diantaranya adalah pembiayaan Bai’bitsaman ajil (BBA). Pada
pembiayaan BBA ada perjanjian keuntungan atau mark-up, BMT membiayai
pembelian barang atau asset yang dibutuhkan oleh nasabahnya dengan membeli
dengan menambah suatu mark-up atau keuntungan. Dengan kata lain, penjualan
barang oleh bank kepada nasabah dilakukan atas dasar harga pokok ditambah
keuntungan.
Dari uraian mengenai pembiayaan BBA di atas, pembiayaan BBA
merupakan jenis pembiayaan BMT yang akan sangat berpengaruh dan bermanfaat
bagi masyarakat. Maka dari itu BMT dalam memberikan kredit atau pembiayaan
berdasarkan prinsip syaraiah, BMT harus menempuh suatu cara agar tidak
merugikan kepentingan kedua belah pihak, maka BMT dalam memberikan
pembiayaan harus mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam
atas i’tikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah untuk mengembalikan
baik pembiayaan bai’ bitsaman ajil sesuai perjanjian antara BMT dan nasabah.
Kelebihan produk pembiayaan BBA ini yaitu sesuai dengan syariat islam,
karena sesuai dengan prinsip syariah dan angsurannya ringan. Selain itu nasabah
pengguna produk ini juga tidak perlu datang ke BMT untuk melakukan angsuran
pembiayaan, karena petugas marketing bisa langsung datang ke rumah. Oleh
sebab itu masyarakat cenderung memilih produk pembiayaan ini dari pada produk
pembiayaan lain.
Tujuan dari penulisan TA ini yaitu penulis ingin mengetahui tentang minat
nasabah pembiayaan BBA yang ada di BMT Syamil. Karena dilihat dari
perolehan data yang ada, pembiayaan BBA setiap tahunnya mengalami kenaikan
NO TAHUN JUMLAH NASABAH PEROLEHAN DANA
1. 2012 69 541.775.500
2. 2013 84 572.611.000
3. 2014 94 1.070.750.000
Jika dibandingkan dengan produk lain pembiayaan BBA di BMT Syamil
mengalami kenaikan setiap tahunnya yaitu :
No. Nama Produk 2012 2013 2014
1. Mudharabah 41,99% 32,05% 30,92%
2. BBA 20,18% 38,82% 47,50%
3. Murabahah 22,775 5,85% 12,76%
4. Ijarah 6,10% 12,39% 3,56%
5. Musyarakah 6,59% 0,72% 5,16%
6. Qardh 2,87% 10,44% 0,1%
Dari uraian tersebut, maka penulis terdorong untuk meneliti tentang
penerapan akad bai’ bitsaman ajil (BBA) di BMT SYAMIL, karena pada
hakekatnya implikasi dari produk bai’ bitsaman ajil (BBA) akan bermanfaat dan
memudahkan masyarakat yang membutuhkan. Maka penulis dalam pembuatan
tugas akhir ini mengangkat judul “IMPLEMENTASI KONSEP MARKETING
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka yang
menjadi pokok permasalahan dalam penulisan tugas akhir ini,penulis merumuskan
:
1. Bagaimana sistem dan prosedur pembiayaan BBA pada BMT SYAMIL?
2. Bagaimana Implementasi konsep marketing pada pembiayaan BBA untuk
menarik minat nasabah di BMT SYAMIL ?
C. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan merupakan harapan atau hal-hal yang ingin dicapai penulis sebagai
upaya pemecahan masalah, adapun tujuan dari penelitiaan ini adalah :
1. Untuk mengetahui tentang sistem dan prosedur pembiayaan di BMT
SYAMIL.
2. Untuk mengetahui konsep marketing pembiayaan BBA di BMT SYAMIL.
Adapun manfaat atau kegunaan dari tugas akhir ini antara lain :
Kegunaan dari Tugas Akhir ini adalah:
1. Kegunaan Bagi Mahasiswa
a. Agar memberikan pengalaman belajar, pengetahuan serta menambah
wawasan bagi mahasiswa tentang konsep, sistem dan prosedur
pembiayaan dalam lembaga keuangan syariah.
b. Sebagai referensi mahasiswa dalam melakukan penelitian.
c. Sebagai pengembangan pembelajaran yang telah diperoleh selama
melakukan perkuliahan.
a. Sebagai literatur bagi perpustakaan kampus IAIN Salatiga.
b. Agar dapat menambah informasi dan referensi bagi mahasiswa program
DIII PS.
3. Kegunaan Bagi BMT
Memberi saran dan masukan bagi BMT untuk memperbaiki kinerja
karyawan serta BMT itu sendiri dalam bagaimana cara untuk melayani
nasabah dan melakukan strategi pembiayaan.
D. Penelitian terdahulu
Penelitian yang pertama dalam tugas akhir yang berjudul “ Pengaruh
Pembiayaan Bai’bitsaman Ajil Terhadap Tingkat Pendapatan BMT Al-Fattah
Susukan”, Istiqomah Mufidah (2011) menjelaskan bahwa pembiayaan BBA
sangat mempengaruhi peningkatan pendapatan BMT, karena banyaknya jumlah
nasabah pembiayaan BBA. Tugas akhir ini lebih fokus pada peningkatan
pendapatan yang dihubungkan dengan pembiayaan BBA dengan melihat
prosentase pendapatan dan jumlah dana yang mengalami peningkatan cukup
signifikan.
Menurut Istiqomah, prosentase pendapatan dan jumlah dana yang
mengalami peningkatan yang cukup signifikan membutikan bahwa pendapatan
yang diperoleh dalam kondisi konstan atau seimbang berdasarkan seberapa besar
penggunaan dana atau modal.
Tugas akhir ini lebih fokus pada peningkatan pendapatan yang
dihubungkan dengan pembiayaan BBA dengan melihat prosentase pendapatan
Penelitian yang kedua dalam tugas akhir yang berjudul “ Pengaruh
pembiayaan Murabahah Dan Bai’bitsaman Ajil Terhadap Profibilitas BMT Bina
Insani Pringapus Ungaran Jawa Tengah”, Siti Khapsoh (2008) menjelaskan
tentang perbandingan pengaruh pembiayaan BBA dan Murabahah terhadap
profitabilitas BMT Bina Insani Pringapus. Profitabilitas merupakan perbandingan
antara laba dengan atktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut yang
dinyatakan dalam bentuk prosentase. Dalam pembiayaan Murabahah dan
Bai’bitsaman Ajil (BBA) meskipun hampir sama antara kedua pembiayaan
tersebut , tetapi ada perbedaan pola pembayarannya. Pembiayaan murabahah
pembayarannya dilakukan dengan termin waktu yang telah disepakati, sedangkan
pembiayaan BBA pembayarannya dilakukan dengan angsuran rutin setiap
bulannya atau dengan sistem cicilan sesuai waktu yang telah disepakati.
E. Metode Penelitian
Metode penelitian dilakukan secara terperinci dan efektif sehingga
diketahui bahwa seseorang melakukan penelitian ilmiah adalah untuk
mendapatkan suatu interpelasi yang sistematik untuk menunjang.
Metode penelitian yang saya gunakan adalah :
1. Jenis penelitian
Dalam penulisan penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif.
Metode ini menggunakan data-data yang dikumpulkan dan diolah berupa
kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka sebagai suatu kepastian bagi
kutipan data untuk dideskripsikan dalam kata kajian yang komprehensif
dan saling keterhubungan (Mahi, 2011: 40).
2. Tipe penelitian
Metode Penelitian Deskriptif
Penelitian ini ditujukan untuk menggambarkan suatu keadaan secara apa
adanya. Jadi di sini peneliti tidak melakukan manipulasi terhadap objek
penelitian.
3. Teknik pengumpulan data
a. Observasi langsung
Penlitian ini dilakukan langsung kepada objek yang akan diteliti yaitu
bank yang bersangkutan dan anggota.
b. Metode interview
Metode ini dengan cara melakukan wawancara dengan manajer, karyawan,
staf, dan anggota di BMT SYAMIL.
c. Metode dokumentasi
Data ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data sesuai prosedur yang
ada di BMT SYAMIL.
4. Teknik analisis data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian
atau sumber data akurat. Data ini di dapatkan dari BMT SYAMIL,
sedangkan data yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain data
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan
dikumpulkan oleh pihak lain. Misalnya dalam bentuk tabel atau grafik..
Data ini meliputi: latar belakang dan sejarah, tujuan, visi, misi dan struktur
organisasi dari BMT SYAMIL.
F. Penegasan Istilah
Penegasan masalah dari proposal ini adalah :
1. Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank
syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha,
serta cara yaitu menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk titipan
dan investasi dari pihak pemilik dana (Ismail : 2011).
2. Implementasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk menguji data dan
menerapkan sistem yang diperoleh dari kegiatan seleksi.
3. Prosedur menurut Mulyadi (2001: 3) adalah suatu urutan kegiatan klerikal,
biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih,
yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi
perusahaan yang terjadi berulang-ulang.
4. Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan atau yang dapat
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
5. Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) adalah lembaga keuangan mikro yang
berorientasi sosial keagamaan yang kegiatan utamanya menampung serta
,emyalurkan harta masyarakat berupa zakat, infaq, dan shadaqoh (ZIS)
berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan Al-quran dan sunah
RosulNya(Ilmi, 2002).
6. Ba’i bitsaman ajil (BBA) pembiayaan berakad jual beli, adalah suatu
perjanjian pembiayaan yang disepakati antara bank Islam dengan nasabah,
dimana bank Islam menyediakan dananya untuk sebuah investasi dan atau
pembelian barang modal dan usaha anggotanya yang kemudian proses
pembayarannya dilakukan secara menyicil atau angsuran (Muhammad :
2000 : 119).
7. Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan
kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan
menciptakan, menawarkan, dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama
lain. ( Philip Kotler, 1995 )
8. Minat adalah suatu keadaan dimana seseorang mempunyai perhatian
terhadap sesuatu dan disertai keinginan untuk mengetahui dan
mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut Bimo Walgito (1981: 38).
9. Pengertian nasabah adalah orang atau badan yang mempunyai rekening
simpanan atau pinjaman pada bank(Saladin, 1994).
Pada penulisan tugas akhir ini terdapat satu bab yang terdiri dari beberapa sub
bab yang di uraikan kembali. Sistematika penulisan dalam Tugas Akhir ini adalah
sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan. berisi tentang latar belakang,rumusan masalah, tujuan
dan kegunaan, penelitian terdahulu, metode penelitian,penegasan istilah dan
sistematika penulisan.
Bab II Landasan teori ini membahas tentang telaah pustaka, karangka teori
yang membahas tentang: yang pertama pengertian BMT, sejarah BMT di
Indonesia, produk penghimpun dana dan penyaluran dana yang ada di BMT.
Kedua sistem dan prosedur pemberian pembiayaan, serta landasan teori yang
mendukung permasalahan ini.
Bab III Laporan objek tugas akhir ini adalah salah satu BMT yang berada di
daerah Ampel, Kab. Boyolali. Untuk melakukan penyusunan Tugas Akhir,
penulis melakukan peninjauan terhadap hal-hal yang berhubungan dengan
masalah yang akan dibahas pada laporan tugas akhir ini, yang berjudul
“Implementasi Konsep Marketing Pada Produk Pembiayaan Ba’i bitsaman Ajil
(BBA) untuk mempengaruhi minat nasabah di BMT Syamil” mulai dari sejarah
berdirinya BMT Syamil, visi dan misi BMT, tujuan berdirinya BMT, alamat
BMT, susunan struktur organisasi, dan penjabaran tugas serta wewenang
masing-masing pekerja yang ada di BMT Syamil.
Bab IV Analisa dalam bab ini akan menjelaskan tentang bagaimana cara
menganalisa masalah yang dihadapi oleh BMT Syamil yang terkait serta jalan
Bab V Penutup dalam bab ini membahas kesimpulan, kritik, dan saran yang
BAB II
LANDASAN TEORI
A.Pengertian Pemasaran
1. Konsep Pemasaran
Sebelum ilmu marketing berkembang sedemikian rupa dengan
tingkat persaingan usaha yang sedemikian ketat, pada zaman dulu orang
yang menanam padi maka terus menerus makan padi, nelayan akan terus
menerus makan ikan, dan pemburu akan terus menerus makan daging.
Lama kelamaan timbul kebosanan dan mereka berpindah tempat untuk
menemukan sesuatu yang baru. Ketika dalam perjalanan, orang yang
membawa padi akan bertemu dengan orang yang membawa ikan atau
daging. Saat itu juga mereka menukarnya, di tempat itulah akhirnya kita
mengenal istilah market atau pasar. Tempat bertemunya antara penjual dan
pembeli ini akhirnya disepakati sebagai tempat penukaran resmi yang
lama kelamaan dijadikan pasar secara resmi (Arifin, 2004:32-33).
Menurut Arifin (2004) dalam pemasaran terdapat konsep-konsep dasar
marketing yang perlu kita ketahui, yaitu :
1. Bauran Pemasaran atau marketing mix;
Marketing mix merupakan kegiatan pemasaran yang dilakukan
secara terpadu. Artinya kegiatan ini dilakukan secara bersamaaan
di antara elemen-elemen yang ada di dalam marekting mix itu
sendiri.
2. Segmentasi, targeting dan positioning pasar;
Yaitu tindakan membagi suatu pasar menjadi kelompok-kelompok
pembeli yang berbeda-beda yang mungkin membutuhkan produk
atau kombinasi pemasaran yang terpisah.
3. Market dan potensial market;
Adalah nilai maksimum dari konsumen yang dapat ditarik dari
pasar tentunya dengan definisi pasar yang jelas.
4. Posisi perusahaan.
Yaitu tindakan untuk menempatkan posisi bersaing produk dan
bauran pemasaran yang tepat pada setiap pasar sasar.
2. Marketing Mix
Menurut Kasmir (2014:213), bauran pemasaran atau marketing mix
merupakan kegiatan pemasaran yang dilakukan secara terpadu. Artinya
kegiatan ini dilakukan secara bersamaan di antara elemen-elemen yang
ada dalam marketing mix itu sendiri. Setiap elemen tidak dapat
berjalan sendiri-sendiri tanpa dukungan dari elemen yang lain.
Penggunaan bauran pemasaran atau marketing mix dalam dunia
perbankan dilakukan dengan menggunakan konsep-konsep yang sesuai
dengan kebutuhan bank. Dalam praktiknya, konsep bauran pemasaran
terdiri dari bauran pemasaran untuk produk yang berbentuk barang
maupun jasa. Khusus untuk produk yang berbentuk jasa diberlakukan
Menurut Kasmir (2014) konsep pemasaran marketing mix terdiri
dari 7 P yaitu :
1. Product (Produk)
Produk secara umum diartikan sebagai sesuatu yang dapat
memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan. Artinya,
apapun wujudnya selama itu dapat memenuhi keinginan
pelanggan dan kebutuhan kita, katakan sebagai produk
(Kasmir, 2014:216).
Dalam praktiknya produk terdiri dari dua jenis, yaitu yang
berkaitan dengan fisik atau benda berwujud dan tidak
berwujud. Produk yang diinginkan pelanggan, baik berwujud
maupun yang tidak berwujud adalah produk yang berkualitas
tinggi. Artinya, produk yang ditawarkan oleh bank ke
nasabahnya memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan
dengan produk bank pesaing. Produk yang berkualitas tinggi
ini disebut juga produk plus.
Produk yang berkualitas tinggi yang berhasil diciptakan
oleh bank akan memberikan berbagai keuntungan baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang (Kasmir, 2014:216).
Adapun keuntungan produk plus antara lain :
a. Dapat meningkatkan penjualan, mengingat nasabah akan
tertarik untuk membeli dan mempertahankan produk yang
b. Menimbulkan rasa bangga bagi nasabah yang memiliki
produk plusnya ditengah-tengah masyarakat;
c. Menimbulkan rasa kepercayaan yang tinggi, sehingga dapat
mempertahankan nasabah lama dan menggaet nasabah
baru;
d. Menimbulkan kepuasan tersendiri bagi nasabah yang
bersangkutan.
Dalam praktiknya untuk menciptakan produk plus bukanlah
perkara mudah. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan atau
dengan kata lain kehadiran produk plus sangat tergantung dari
berbagai pihak yang terkait produk tersebut (Kasmir, 2014:217).
Secara umum produk plus sangat tergantung dari:
a. Pelayanan yang prima, artinya pelayanan terhadap produk
yang dijual harus dilakukan secara baik, sehingga nasabah
cepat mengerti dan memahami produk tersebut
dibandingkan dengan produk lainnya;
b. Pegawai yang professional, artinya memiliki kemampuan
untuk menjelaskan dan mempengaruhi nasabah sehingga
mau membeli produk yang ditawarkan;
c. Sarana dan prasarana yang dimiliki harus dapat menunjang
kelengkapan teknologi yang dimilikinya, sehingga mampu
d. Lokasi dan layout gedung dan ruangan. Hal ini sangat
berpengaruh terhadap kenyamanan dan keamanan nasabah
selama berhubungan dengan bank. Lokasi yang tidak
strategis membuat nasabah malas untuk mendatangi bank.
Demikian pula dengan layout ruangan yang tidak baik juga
menyebabkan nasabah bosan untuk berhubungan dengan
bank;
Harga salah satu aspek penting dalam kegiatan marketing
mix. Penentuan harga menjadi sangat penting untuk
diperhatikan, mengingat harga sangat menentukan laku
tidaknya produk dan jasa perbankan. Penentuan harga oleh
suatu bank dimaksudkan untuk berbagai tujuan yang hendak
dicapai (Kasmir, 2014:227).
Secara umum tujuan penentuan harga adalah sebagai berikut:
a. Untuk bertahan hidup
Dalam hal ini bank menentukan harga semurah mungkin
dengan maksud produk atau jasa yang ditawarkan laku di
pinjam rendah, tetapi dalam kondisi masih menguntungkan
(Kasmir, 2014:227).
b. Untuk memaksimalkan laba
Tujuan harga ini dengan mengharapkan penjualan yang
meningkat sehingga laba, dapat ditingkatkan. Penentuan
harga biasanya dapat dilakukan dengan harga murah atau
tinggi.
c. Untuk memperbesar market share
Penentuan harga ini dengan harga yang murah, sehingga
diharapkan jumlah pelanggan meningkat dan diharapkan
pula pelanggan pesaing beralih ke produk yang ditawarkan
seperti penentuan suku bunga simpanan yang lebih tinggi
dari pesaing.
d. Mutu produk
Tujuannya adalah memberikan kesan bahwa produk atau
jasa yang ditawarkan memiliki kualitas yang tinggi dan
biasanya harga jual ditentukan setinggi mungkin.
e. Karena pesaing
Dalam hal ini penentuan harga dengan melihat harga
pesaing. Tujuannya adalah agar harga yang ditawarkan
jangan melebihi harga pesaing artinya bunga simpanan di
3. Place ( tempat / saluran distribusi)
Pemilihan lokasi sangat penting mengingat apabila salah
dalam memganalisis akan berakibat meningkatnya biaya yang
akan dikeluarkan nantinya. Lokasi yang tidak strategis akan
mengurangi minat nasabah untuk berhubungan dengan bank.
Menurut Kasmir (2014:240), paling tidak ada dua faktor yang
menjadi pertimbangan dalam penentuan lokasi suatu cabang,
yaitu :
1) Faktor utama (Primer)
a. Dekat dengan pasar;
b. Dekat dengan bahan baku;
c. Tersedia tenaga kerja, baik jumlah maupun kualifikasi
yang diinginkan;
d. Terdapat fasilitas pengangkutan seperti jalan raya atau
kereta api atau pelabuhan laut atau pelabuhan udara;
e. Tersedianya sarana dan prasarana seperti listrik,
telepon, dan lainnya;
f. Sikap masyarakat.
2) Faktor sekunder
a. Biaya untuk invetasi di lokasi seperti biaya pembelian tanah
atau pembangunan gedung;
b. Prospek perkembangan harga atau kemajuan di lokasi tersebut;
d. Terdapat fasilitas penunjang lain seperti pusat perbelanjaan
atau perumahan.
Setelah lokasi diperoleh maka langkah selanjutnya adalah
menentukan layout gedung dan layout ruang kantor. Kedua layout
ini saling mendukung kenyamanan nasabah serta keamanan
nasabah dalam berurusan dengan bank.
Menurut (Kasmir, 2014:240) hal-hal yang perlu
diperhatikan untuk layout gedung adalah sebagai berikut:
a. Bentuk gedung yang memberikan kesan bonafit;
b. Lokasi parkir luas dan aman;
c. Keamanan di sekitar gedung terjamin;
d. Tersedia telepon umum dan fasilitas lainnya khusus untuk
nasabah.
Sementara itu, untuk layout ruangan yang harus
diperhatikan adalah :
a. Suasana ruangan terkesan luas dan lega;
b. Tata letak kursi dan meja sesuai dengan urutan proses
dokumen;
c. Dekorasi dan hiasan dalam ruangan.
4. Promotion atau promosi
Dalam kegiatan ini setiap bank berusaha untuk
mempromosikan seluruh produk dan jasa yang dimilikinya baik
sarana promosi yang dapat digunakan oleh setiap bank dalam
mempromosikan baik produk maupun jasanya (Kasmir, 2014:240).
Keempat macam sarana promosi yang dapat dilakukan adalah:
a. Periklanan (advertising)
Iklan adalah sarana promosi yang digunakan oleh bank guna
menginformasikan, menarik, dan memengaruhi calon nasabahnya.
b. Promosi penjualan (sale promotion)
Tujuan promosi penjualan adalah adalah meningkatkan penjualan
atau untuk meningkatkan jumlah nasabah. Promosi penjualan
dilakukan untuk menarik minat nasabah untuk segera membeli
setiap produk atau jasa yang ditawarkan.
c. Publisitas (publicity)
Publisitas merupakan kegiatan promosi untuk memancing nasabah
melalui kegiatan seperti pameran, bakti sosial, perlombaan cerdas
cermat, kuis serta kegiatan lainnya memalui berbagai media.
d. Penjualan pribadi (Personal selling)
Kegiatan promosi yang keempat adalah penjualan pribadi atau
personal selling. Dalam dunia perbankan penjualan pribadi secara
umum dilakukan oleh seluruh pegawai bank, mulai dari cleaning
service, satpam sampai pejabat bank.
5. People (orang)
People yaitu semua orang yang terlibat aktif dalam pelayanan
pelanggan-pelanggan lain yang ada dalam lingkungan pelayanan.
People meliputi kegiatan untuk karyawan seperti mulai dari kegiatan
rekruitmen, pendidikan dan pelatihan, motivasi, balas jasa, dan kerja
sama, serta pelanggan yang menjadi nasabah atau calon nasabah
(Kasmir, 2014:214).
6. Physical Evidence (bukti fisik)
Physical Evidence atau bukti fisik terdiri dari adanya logo atau
simbol perusahaan, motto, fasilitas yang dimiliki, seragam karyawan,
laporan, kartu nama, dan jaminan perusahaan (Kasmir, 2014:214).
7. Process (proses)
Process atau proses merupakan keterlibatan pelanggan dalam
pelayanan jasa, proses aktivitas, standar pelayanan, kesederhanaan,
atau kompleksitas prosedur kerja yang ada di bank yang bersangkutan
(Kasmir, 2014:214).
B.Teori Pembiayaan
Pembiayaan atau financing merupakan istilah yang dipergunakan
dalam bank syariah, sebagaimana dalam bank konvesional disebut dengan
kredit atau lending. Dalam kredit keuntungan berbasis pada bunga atau
interest based, sedangkan dalam pembiayaan atau financing berbasis pada
keuntungan riil yang dikehendaki atau margin ataupun bagi hasil atau
profit sharing (Dahlan, 2012:162).
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 pasal 1 (25) tentang
Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan
dengan itu berupa:
a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;
b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam
bentuk ijarah muntahiya bittamlik;
c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan
istishna;
d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh;
e. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank
Syariah dan atau Unit Usaha Syariah (UUS) dan pihak lain yang
mewajibkan pihak yang dibiayai dan atau diberi fasilitas dana untuk
mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.
1. Pengertian pembiayaan
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu berdasarkan persetujuaan atau kesepakatan pinjam meminjam antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutang
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian sejumlah imbalan atau hasil
(Ridwan , 2005:92).
Pembiayaan berdasarkan UU No. 7 Tahun 1992 adalah penyediaan uang atau
tagihan atau yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
tertentu ditambah dengan sejumlah bunga, imbalan atau pembagiaan hasil
(Ridwan, 2005:163).
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (Kasmir,
2002:73).
Pembiayaan menurut Baitul Mal Wattamwil (BMT) itu sendiri merupakan
fasilitas yang diberikan oleh BMT atau lembaga keuangan syariah kepada
masyarakat yang membutuhkan dana yang telah terkumpul dari masyarakat
dengan besar bagi hasil sesuai kesepakatan dalam jangka waktu tertentu.
2. Prosedur Pembiayaan
Secara umum prosedur memperoleh pembiayaan disemua lembaga keuangan
adalah sama. Secara teoritis beberapa hal yang lazim prosedur memperoleh
pembiayaan adalah (Kasmir, 2002:14).
a) Langkah 1.Susunlah terlebih dahulu RPU (Rencana Pengembangan
Usaha).
b) Langkah 2. Datanglah ke Bank/koperasi/Lembaga Keuangan, minta dan
istilah aplikasi pembiayaan.
c) Langkah 3. Lengkapi persyaratan yang diminta Bank.
d) Langkah 4. Serahkan semua dokumen ke Bank atas (RPU, Formulir,
e) Langkah 5. Tunggu dan tanya konfirmasi kepada Bank atas langkah ke 4,
bila belum lengkap, lengkapi sesuai permintaan Bank.
f) Langkah 6. Analisis pembiayaan/pembiayaan oleh bank atas aspek 5C
(bankable).
g) Langkah 7. Bank akan melanjutkan dengan analisis keuangan atas laporan
yang ada RPU.
Menurut pendapat (Suyatno, 2001:62) prosedur memperoleh pembiayaan
biasanya merupakan serangkaian kegiatan persyaratan berkaitan dengan
permohonan baru untuk mendapatkan pembiayaan, permohonan tambahan suatu
pembiayaan yang sedang berjalan, permohonan perpanjangan/pembaruan masa
laku pembiayaan yang telah berahkir jangka waktunya. Prosedurnya adalah :
a. Berkas
Berkas terdiri dari surat permohonan nasbah, daftar isian yang
disediakan bank dan daftar lampiran yang diperlukan lain perlu
dilengkapi dan disiapkan agar masalah terselesaikan dengan
baik.
b. Pencatatan
Setiap surat permohonan pembiayaan dan berkas yang diterima
dicatat dalam registrasi khusus yang disediakan pihak bank.
c. Kelengkapan dan berkas permohonan
Permohonan dinyatakan lengkap apabila telah melengkapi
persyaratan yang ditentukan untuk pengajuan permohonan
proses, maka berkas-berkas permohonan harus dipelihara
dalam bentuk permohonan.
d. Formulir daftar isian permohonan pembiayaan.
Untuk mempermudah bank dalam mencari data yang
diperlukan, Bank menggunakan daftar isian permohonan
pembiayaan yang harus diisi oleh nasabah, formulir neraca,
daftar laba/rugi.
3. Tujuan Pemberian Pembiayaan
Tujuan pemberiaan pembiayaan dalam bank syariah dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu tujuan yang bersifat makro dan mikro (Ridwan, 2005:67). Tujuan
makro dari pembiayaan meliputi :
a. Meningkatkan ekonomi umat.
Pemberiaan pembiayaan akan membuka akses yang lebih luas dalam dunia
usaha untuk mendapat modal kerja atau investasi, sehingga mampu
menampung lebih banyak lapangan kerja dan meningkatkan kemakmuran.
b. Meningkatkan produktifitas
Pemberiaan pembiayaan akan mampu mendorong tumbuhnya pengusaha
baru yang lebih produktif dan mampu meningkatkan gairah tubuhnya
sektor riil dimasyarakat.
Dana yang tersalur kepada masyarakat, akan dapat membuka lapangan
kerja baru, karena meningkatnya produktifitas usaha, pada umumnya
diikuti dengan meningkatnya kebutuhan tenaga kerja baru.
d. Terjadinya distribusi pendapatan
Shahibul maal, sebagai pihak yang memiliki kelebihan dana dan belum
mampu memproduktifitaskan dananya sendiri, sangat membantu pada
mudharib yang memang membutuhkan modal usaha. Hubungan dua sisi
ekonomi yang berbeda ini, akan mampu mendorong terjadinya distribusi
pendapatan dan akses keuangan,
Adapun secara mikro, pemberiaan pembiayaan pada bank syariah lebih
bersifat internal bank, tujuan tersebut meliputi :
a. Upaya memaksimalkan laba
Bagaimanapun juga bank Syariah merupakan institusi bisnis, yang
oleh karenanya, kinerja bank syariah juga diukur dengan indikator
laba. Pemberiaan pembiayaan yang sehat akan mengakibatkan
kemampuan laba Bank syariah.
b. Menghindari terjadinya dana menganggur (idle money).
Dana yang masuk keberbagai rekening pada pasiva bank syariah, harus
segera disalurkan dalam bentuk aktiva produktif, sehingga terjadi
keseimbangan antara dana masuk dan dana keluar. Jika dana masuk
yang terlalu besar dan tidak mampu diimbangi dengan penyalurannya,
penyimpanan. Oleh karena itu, pembiayaan bertujuan untuk
menghindari terjadinya dana menganggur.
4. Unsur-unsur Pembiayaan
Menurut Kasmir (2002:72) bahwa ada unsur-unsur yang terkandung dalam
suatu fasilitas pembiayaan adalah sebagai berikut:
a. Kepercayaan
Kepercayaan adalah suatu keyakinan pemberian pembiayaan yang
diberikan baik berupa uang, barang atau jasa akan diterima kembali
dimasa tertentu dimasa datang. Kepercayaan ini diberikan oleh Bank,
karena sebelum dana dikucurkan, sudah dilakukan penelitian dan
penyelidikan dilakukan untuk mengetahui kemampuan dalam membayar
pembiayaan yang dilakukan.
b. Kesepakatan
Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian diaman
masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajiban masing-masing-masing-masing.
c. Jangka waktu
Setiap pembiayaan yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu,
jangka waktu ini mencakup masa pengembalian pembiayaan yang telah
disepakati.
d. Resiko
Faktor resiko kerugian dapat diakibatkan dua hal yaitu resiko kerugin yang
diakibatkan karena nasabah sengaja tidak mau membayar pembiayaan
e. Balas jasa
Akibat dari pemberian fasilitas pembiayaan bank tentu mengharapkan
suatu keuntungan dalam jumlah tertentu. Keuntungan atas pemberiaan
suatu pembiayaan atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga
baik prinsip konvensional. Sedangkan bagi hasil yang didasarkan prinsip
syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil (Kasmir, 2002:82).
C. Definisi Ba’i Bitsaman Ajil (BBA)
Ba’i bitsaman ajil lebih dikenal sebagai Murabahah berasal dari kata ribhu
(keuntungan). Ba’i al-murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan
tambahan keuntungan yang disepakati. Bank bertindak sebagai penjual,
sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari
pemasok ditambah keuntungan. Kedua pihak harus menyepakati harga jual dan
jangka waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika
telah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad. Dalam perbankan,
Murabahah lazimnya dilakukan dengan cara pembayaran cicilan (bitsaman ajil).
Dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah akad, sedangkan
pembayaran dilakukan secara tangguh/cicil (Karim,2006). Bai’ al-Murabahah
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan usaha (modal kerja dan investasi
seperti pengadaan barang modal: mesin, peralatan dan lain-lain) dan kebutuhan
perorangan.
Bai’ Bitsaman Ajil atau dalam bahasa Indonesianya “jual beli dengan harga
adalah jual beli dengan harga yang lebih tinggi dari jual beli tunai. Harga yang
lebih tinggi biasanya dikarenakan pembayaran beberapa kali atau dengan jangka
waktu, alias tidak tunai. Para ulama berbeda pendapat tengan boleh tidaknya jual
beli seperti ini. Pendapat Mazhab Syafii merupakan pendapat yang paling banyak
diterima, yaitu sepanjang disepakati, maka harga dalam setiap jual beli tidak
boleh berubah. Karena itu jika penjual dan pembeli sepakat untuk melakukan jual
beli tangguh dengan harga lebih tinggi dari jual beli tunai, maka apabila sudah
dilakukan ijab qabul, harga tidak boleh berubah sampai jatuh tempo
(Karim,2006).
Bai’ Bitsaman Ajil (BBA) diperkenalkan oleh Bank Islam Malaysia Berhad
(BIMB) pada tahun 1984 lalu diikuti oleh Bank Islam Brunei Berhad (BIBB) dan
Bank Muamalat di Indonesia. Sedangkan di Timur Tengah, produk ini tidak
dikenal sama sekali. Sekarang ini BBA di Indonesia sudah tidak ada lagi,
menurut hemat saya adalah karena dua hal, yaitu historis dan kebijakan
(Karim,2006).
Secara historis, produk Bai Bitsaman Ajil (BBA) pernah ada dan
diperkenalkan oleh Bank Muamalat pada awal berdirinya 1992. Secara jujur,
BMI mengakui bahwa baik produk penghimpunan dana maupun penyaluran dana
merupakan fotocopy dari produk Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB)
(Adimarwan,2006).
Perubahan paradigma terjadi ketika sebuah workshop produk dilakukan di
kalangan internal BMI pada tahun 1997. BMI tidak lagi merujuk ke bank
sumber-sumbenya, yaitu kitab-kitab fiqih untuk syariah dan buku-buku
perbankan-akuntansi untuk perbankannya. Maka tidak heran misalnya produk
BBA sudah tidak muncul lagi, tapi Murabahah tetap ada dan definisinya diubah,
bukan untuk modal kerja, tapi untuk transaksi yang dilakukan satu kali (One shot
deal). Selain itu,13 produk lain diperkenalkan, seperti Salam, Istisna,
Mudharabah, Musyarakah, Hiwalah, Rahn dll (Taqiyyudin,2009).
Menurut Antonio (2001: 101) bahwa ba’i bitsaman ajil adalah jual beli
barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam
bai’ bitsaman ajil, penjual harus memberitahu harga produk yang ia beli dan
menentukan suatu tingkat keuntungan suatu imbalan. Al-bai’bitsaman ajil dapat
dilakukan untuk pembeliaan secara pemesanan yang bisa disebut sebagai
Al-bai’bitsaman ajil kepada pemesan pembeliaan (KPP).
Menurut Mohammad (2002: 30), ada beberapa kaidah khusus yang berkaitan
dengan BBA, antara lain :
1) Harga barang dengan transaksi BBA dapat ditentukan lebih tinggi
daripada transaksi tunai. Namun, ketika harga telah disepakati, tidak
dapat dirubah lagi.
2) Jangka waktu pengambilan jumlah cicilan ditentukan berdasarkan
musyawarah dan kesepakatan kedua belah pihak.
3) Manakala nasabah tidak dapat membayar tepat waktu yang telah
disepakati maka bank akan mencarikan jalan yang paling bijaksana.
Jalan apapun yang ditempuh bank tidak akan mengenakan sanksi atau
D. Pengertian Minat
Menurut Fishbein dan Ajzen (2004), intention (minat) adalah sebuah
rencana atau sepertinya seseorang akan berperilaku dari situasi tertentu dengan
cara-cara tertentu baik seorang akan melakukannya atau tidak. Sementara itu
menurut Peter dan Olsen intention (2000) adalah sebuah rencana untuk terlibat
dalam suatu perilaku khusus guna mencapai tujuan.
Menurut Peter dan Olsen minat beli mempunyai empat elemen yang
berbeda :
1. Perilaku (The Behavior)
2. Obyek target dimana perilaku ditujukan.
3. Situasi dimana perilaku dilakukan.
4. Waktu diaman perilaku dilakukan.
Fishbein dan Ajzen (2004) juga mengemukakan bahwa minat seseorang untuk
mempertunjukan perilaku tergantung dari 2 (dua) faktor, yaitu :
1. Sikapnya melalui perilaku
2. Pandangan subyektif terhadap perilaku
Minat merupakan perilaku yang muncul sebagai respon terhadap obyek, atau
juga merupakan minat pembelian ulang yang menunjukan keinginan pelanggan
untuk melakukan pembelian ulang. Minat membeli adalah tahap terahkir dari
suatu proses keputusan pembeliaan yang kompleks, proses ini dimulai dari
dengan pemrosesan informasi oleh konsumen (consumer information processing)
(Henry, 1998).
Menurut H.C. Witherington yang dikutip Suharsini Arikunto (1983), “Minat
adalah kesadaran seseorang terhadap suatu objek, suatu masalah atau situasi yang mengandung kaitan dengan dirinya.” (1983 : 100 ). Batasan ini lebih memperjelas
pengertian minat tersebut dalam kaitannya dengan perhatian seseorang. Perhatian
adalah pemilihan suatu perangsang dari sekian banyak perangsang yang dapat
menimpa mekanisme penerimaan seseorang. Orang, masalah atau situasi tertentu
adalah perangsang yang datang pada mekanisme penerima seseorang, karena pada
suatu waktu tertentu hanya satu perangsang yang dapat di sadari. Dari sekian
banyak perangsang tersebut harus dipilih salah satu. Perangsang ini dipilih karena
disadari bahwa ia mempunyai sangkut paut dengan seseorang itu. Kesadaran yang
menyebabkan timbulnya perhatian itulah yang disebut minat. Berdasarkan
pengertian dimuka maka unsur minat adalah perhatian, rasa senang, harapan dan
pengalaman.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya minat
Ada tiga faktor yang menimbulkan minat yaitu “Faktor yang timbul dari
dalam diri individu, faktor motif sosial dan faktor emosional yang ketiganya
mendorong timbulnya minat”. Pendapat tersebut sejalan dengan yang
dikemukakan Sudarsono (2003), faktor-faktor yang menimbulkan minat dapat
digolongkan sebagai berikut :
1) Faktor kebutuhan dari dalam. Kebutuhan ini dapat berupa
2) Faktor motif sosial, Timbulnya minat dalam diri seseorang dapat
didorong oleh motif sosial yaitu kebutuhan untuk mendapatkan
pengakuan, perhargaan dari lingkungan dimana ia berada.
3) Faktor emosional. Faktor ini merupakan ukuran intensitas seseorang
dalam menaruh perhatian terhadap sesuat kegiatan atau objek
tertentu.
Jadi berdasarkan dua pendapat diatas faktor yang menimbulkan minat ada tiga
yaitu dorongan dari diri individu, dorongan sosial dan motif dan dorongan
emosional. Timbulnya minat pada diri individu berasal dari individu, selanjutnya
individu mengadakan interaksi dengan lingkungannya yang menimbulkan
BAB III
PROFIL LEMBAGA
A. Sejarah berdirinya KJKS BMT Syamil
KJKS BMT Syari’ah Sejahtera Boyolali didirikan pada 6 Juni 2009.
Kemudian memiliki cabang otonom yaitu di Ampel. Kemudian pada 21 Januari
2012, cabang Ampel memisahkan diri dengan nama KJKS BMT Syamil (BMT
Syariah Mandiri Ampel) yang dipercayakan kepada 5 orang karyawan, yang
beroperasi mengelola keuangan wilayah Pasar Ampel, dan sekitarnya.
B.Visi dan Misi KJKS BMT Syamil
Komitmen dalam syariah, amanah dalam muamalah.
C.Tujuan
Tujuan didirikannya BMT SYAMIL adalah untuk:
a. Meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup anggota pada khususnya
dan masyarakat pada umumnya.
b. Sebagai wadah pemberdayaan ekonomi anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya.
c. Sebagai gerakan ekonomi rakyat serta ikut membangun tataran
perekonomian nasional.
d. Sebagai alternatif pilihan model pengelolaan usaha koperasi.
D.Identitas KJKS BMT Syamil
Alamat : Jl. Ampel-Candi No. 8 ( Timur Tugu Lilin ) Ampel, Boyolali 57352
Telepon : (0276) 334 7000
E.Kepengurusan KJKS BMT Syamil
I. PENGURUS
1. Ketua : Joko Purnomo, M.Pd
2. Sekretaris : Nur Arifin
3. Bendahara : Catur Riyanto
II. PENGAWAS
1. Ketua : Ahmad Mifdlol Muthohar, Lc, M.Si
2. Anggota : a. Ahmad Hasyim, S.Si
b. Abdul Rachman
III.Pengelola
Manajer : Sumiyati, S.Hi
Admin & Teller : Fitri Yunia Romadhoni, A.Md.Ei
Marketing : a. Arief Suryanto, S.Pd
b. Putri Novianti
F. Struktur Organisasi BMT Syamil
Gambar 3.1 Struktur Organisasi BMT Syamil
Sumber : BMT Syamil
1. Dewan Pengawas Syari’ah
a. Identitas Jabatan
1) Dewan Pengawas Syariah (DPS) harus terdiri dari para alim ulama
dibidang syariah muamalah yang juga memiliki pengetahuan umum di
bidang “baytut tamwiil” (keuangan bank dan atau koperasi).
Persyaratan lebih lanjut mempertimbangkan ketentuan Dewan Syariah
Nasional (DSN).
2) Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, DPS wajib mengikuti fatwa DSN
dalam rangka kesesuaian produk atau jasa KJKS dengan ketentuan dan
b. Fungsi Utama Jabatan DPS
Melakukan pengawasan terhadap keseluruhan aspek organisasi dan usaha
KJKS sehingga benar-benar sesuai dengan prinsip syariah Islam.
c. Tanggung Jawab DPS Mencakup :
1. Memastikan produk atau jasa KJKS sesuai dengan syariah
2. Memastikan tata laksana manajemen dan pelayanan sesuai dengan
syariah
3. Terselenggaranya pembinaan anggota yang dapat mencerahkan dan
membangun kesadaran bersama sehingga anggota siap dan konsisten
bermuamalah secara Islami melalui wadah KJKS.
d. Tugas-Tugas Pokok DPS Mencakup :
1. Memastikan produk dan jasa KJKS sesuai dengan syariah
2. Memastikan tata laksana manajemen dan pelayanan sesuai dengan
syariah
3. Membantu pengurus dengan memberikan penjelasan dan atau
nasehat,diminta atau tidak diminta,tentang keadaan anggota pada
khususnya dan KJKS pada umumnya ditinjau dari aspek kesyariahan.
Penjelasan itu dapat disampaikan di dalam maupun di luar Rapat
Pengurus.
4. Membantu terlaksananya pendidikan anggota yang dapat meningkatkan
e. Wewenang DPS Mencakup :
1. Meneliti barang, catatan, berkas, bukti-bukti dan dokumen lainnya
yang ada pada KJKS
2. Mendapatkan keterangan yang diperlukan baik dari pengurus,
manajemen atau staf dan anggota.
3. Memberikan koreksi, saran dan peringatan kepada pengurus dan
manajemen KJKS
4. Menggunakan fasilitas yang tersedia untuk kelancaran pelaksanaan
tugasnya atas perse tujuan pengurus.
5. Melaporkan kepada DSN dan pihak berwenang tentang keadaan
kesyariahan KJKS
2. MANAGER
A. Identitas Jabatan
Posisi dalam Organisasi : Di bawah Badan Pengurus; membawahi langsung
Kepala Bagian (Kabag.) Operasional, Kabag. Pemasaran.
B. Fungsi Utama Jabatan Manager
1. Memimpin Usaha KJKS di wilayah kerjanya sesuai dengan tujuan dan
kebijakan umum yang telah ditentukan KJKS.
2. Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan seluruh aktivitas
lembaga yang meliputi penghimpunan dana dari anggota dan lainnya
kegiatan-kegiatan yang secara langsung berhubungan dengan aktivitas
utama tersebut dalam upaya mencapai target.
3. Melindungi dan menjaga asset perusahaan yang berada dalam tanggung
jawabnya.
4. Membina hubungan dengan anggota, calon anggota, dan pihak lain
(customer) yang dilayani dengan tujuan untuk mengembangkan
pelayanan yang lebih baik.
C. Wewenang Manager mencakup :
1. Memimpin Rapat Komite untuk memberikan keputusan terhadap
pengajuan pembiayaan.
2. Menyetujui / menolak secara tertulis pengajuan rapat komite secara
musyawarah dengan alasan-alasan yang jelas.
3. Menyetujui / menolak pencairan dropping pembiayaan sesuai dengan
batasan wewenang.
4. Menyetujui pengeluaran uang untuk pembelian aktiva tetap sesuai dengan
batas wewenang.
5. Menyetujui pengeluaran uang untuk pengeluaran kas kecil dan biaya
operasional lain sesuai dengan batas wewenang.
6. Melakukan penilaian prestasi karyawan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
7. Mengusulkan promosi, rotasi dan PHK sesuai dengan ketentuan yang
8. Mengadakan kerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan lembaga
dalam upaya mencapai target proyeksi dan tidak merugikan lembaga.
3. KEPALA BAGIAN OPERASIONAL
A.Identitas Jabatan
Unit Kerja : Bagian Operasional
Posisi dalam Organisasi : Di bawah Manajer KJKS sejajar Kabag.
Pemasaran, membawahi seksi- Pembukuan/Akuntansi, Layanan Mitra
usaha, Teller, serta SDM & Umum.
B. Fungsi Utama Jabatan Kabag. Operasional :
Merencanakan, mengarahkan, mengontrol serta mengevaluasi seluruh
aktivitas dibidang operasional baik yang berhubungan dengan pihak
internal maupun eksternal yang dapat meningkatkan profesionalisme
KJKS atau UJKS Koperasi khususnya dalam pelayanan terhadap mitra
maupun anggota KJKS.
C.Wewenang Kabag. Operasional mencakup :
1. Mengeluarkan biaya operasional rutin dalam batas wewenang
2. Mengajukan biaya operasional dan kebutuhan lain yang dibutuhkan
untuk mendukung pekerjaan di bidang operasional kepada Manajer
KJKS untuk dipertimbangkan
3. Menyetujui pengeluaran kas untuk penarikan tabungan dalam batas
wewenang
5. Memeriksa seluruh laporan dalam bidang operasional
6. Menegur karyawan bidang operasional apabila bekerja tidak sesuai
dengan prosedur yang berlaku
7. Menyetujui pemotongan biaya administrasi tabungan untuk tabungan
yang tidak bermutasi selama 6 bulan atau sesuai dengan kebijakan
KJKS
8. Meminta pihak-pihak tertentu yang memegang tanggung jawab dana
KJKS (uang muka biaya, TL pembiayaan lainnya) untuk cepat
menyelesaikannya, apabila waktu yang disepakati sudah tiba
9. Memberikan masukan dan membantu bagian operasional lainnya yang
memerlukan bantuan, dalam kapasitasnya sebagai Kabag Operasional
4. TELLER
a. Identitas Jabatan
Unit Kerja : Bagian Operasional
Posisi dalam Organisasi : Di bawah Kabag. Operasional
b. Fungsi Utama Jabatan Teller
Merencanakan dan melaksanakan seluruh transaksi yang sifatnya tunai
c. Wewenang Teller Mmencakup :
1. Menerima transaksi tunai dari transaksi-transaksi yang terjadi di KJKS
2. Memegang kas tunai sesuai dengan kebijakan yang ada
3. Mengeluarkan transaksi tunai pada batas nominal yang diberikan atau
4. Menolak pengeluaran kas apabila tidak ada bukti-bukti pendukung
yang kuat
5. Mengetahui kode brankas tetapi tidak memegang kuncinya ataupun
sebaliknya
6. Meminta pertanggungjawaban keuangan kas kecil jika batas waktu
pertanggungjawaban telah tiba
5. SDM & Umum
a. Identitas Jabatan
Unit Kerja : Bagian Operasional
Posisi dalam Organisasi : Di bawah Kabag. Operasional
b. Fungsi Utama Jabatan SDM & Umum Mencakup :
1. Melakukan pengadministrasian dan pemeliharaan data karyawan, serta
hal-hal yang menyangkut ketenagakerjaan (absensi, cuti dan lain-lain),
pendidikan, pelatihan, karir dan
2. hubungan antar karyawan.
3. Memberikan layanan kepada karyawan serta hal-hal umum lainnya
yang tidak termasuk dalam kegiatan bidang operasional koperasi yang
telah diatur secara khusus dalam bidang pemasaran, operasional dan
lain-lain.
c. Wewenang SDM & Umum Mencakup :
1. Memegang kas kecil sesuai dengan kebijakan yang ada untuk
2. Membuat kebijakan yang berkaitan dengan hal-hal umum
3. Membuat usulan tentang kebutuhan inventaris (pengadaan dan
administrasi inventaris)
4. Melakukan pencairan dana untuk kebutuhan pengadaan inventaris
kantor
5. Membuat kebijakan yang berkaitan dengan ketenagakerjaan
6. Membuat evaluasi terhadap absensi, job description & goal,
kompetensi, motivasi, profesional dan aktivitas karyawan lainnya yang
berhubungan dengan pencapaian prestasi kerja.
7. Memberikan rekomendasi atas prestasi kerja karyawan sehubungan
dengan kegiatan mutasi, promosi, diklat & training serta reward dan
punishment.
6. AKUNTANSI/ PEMBUKUAN
A. Identitas Jabatan
Unit Kerja : Bagian Operasional
Posisi dalam Organisasi : Di bawah Kabag. Operasional
B. Fungsi Utama Jabatan
Mengelola administrasi keuangan hingga ke pelaporan keuangan
C. Wewenang Akuntansi Mencakup :
1. Mengarsipkan dan mengamankan bukti-bukti pembukuan / transaksi.
2. Meminta kelengkapan administrasi pada pertanggungjawaban
3. Tidak memberikan berkas/arsip kepada pihak-pihak yang tidak
berkepentingan.
4. Menerbitkan laporan keuangan atas persetujuan Manajer KJKS untuk
keperluan publikasi.
7. KEPALA BAGIAN PEMASARAN
a. Identitas Jabatan:
Unit Kerja : Bagian Pemasaran
Posisi dalam Organisasi : Di bawah Manajer KJKS
Koperasi, sejajar Kabag. Operasional. Membawahi seksi-seksi Adm.
Pembiayaan, Staf Pemasaran dan Staf Penagihan.
b. Fungsi Utama Jabatan Kabag. Pemasaran Mencakup :
Merencanakan, mengarahkan serta mengevaluasi target financing dan
funding serta memastikan strategi yang digunakan sudah tepat dalam
upaya mencapai sasaran termasuk dalam menyelesaikan pembiayaan
bermasalah.
c. Wewenang Kabag. Pemasaran Mencakup :
1. Memberi usulan untuk pengembangan pasar, potensi bisnis dan
strategi-strategi lainnya yang berhubungan dengan bisnis existing,
peluang bisnis dan penyelesaian pembiayaan bermasalah kepada
Manajer KJKS.
2. Menentukan target funding, financing dan penyelesaian pembiayaan
3. Memimpin dan menentukan agenda rapat pemasaran.
4. Melakukan penilaian terhadap Staf Pemasaran (AO/FO) dan Staf
Penagihan (RO).
8. STAF PEMASARAN
a. Identitas Jabatan
Unit Kerja : Bagian Pemasaran
Posisi dalam Organisasi : Di bawah Kabag. Pemasaran
b. Fungsi Utama Jabatan Staf Pemasaran :
1. Melayani pengajuan pembiayaan, melakukan analisis kelayakan serta
memberikan rekomendasi atas pengajuan pembiayaan sesuai dengan
hasil analisis yang telah dilakukan.
2. Melayani permohonan penyimpanan dana (tabungan & deposito)
dengan bekerja sama dengan bagian Layanan Mitra usaha.
c. Wewenang Staf Pemasaran Mencakup :
1. Memberi usulan untuk pengembangan pasar kepada Manajer KJKS
2. Menentukan target funding dan financing bersama dengan Manajer
KJKS
3. Ikut menentukan dan mengatur agenda rapat di bagian pemasaran
4. Melakukan koordinasi dengan Staf Penagihan untuk target
9. ADMINISTRASI PEMBIAYAAN
A. Identitas Jabatan
Unit Kerja : Bagian Pemasaran
Posisi dalam Organisasi : Di bawah Kabag. Pemasaran
B. Fungsi Utama Jabatan Administrasi Pembayaran :
Mengelola administrasi data mitra usaha, melakukan proses pembiayaan
mulai dari pencairan hingga pelunasan, membuat akadakad dan surat
-surat perjanjian lain.
C. Wewenang Administrasi Pembayaran
1. Memberikan nomor rekening mitra pembiayaan.
2. Melakukan pengamanan atas data-data pembiayaan serta arsip-arsip
pendukung.
3. Mengeluarkan laporan resmi mengenai perkembangan pembiayaan
atas persetujuan Manajer KJKS atau UJKS Koperasi.
4. Tidak memberikan berkas/arsip kepada pihak-pihak yang tidak
berkepentingan