• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

57

METODE PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum BINUS Center

3.1.1 Visi dan Misi BINUS Center

Visi dari BINUS Center adalah “Menjadi pusat pelatihan terdepan dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang siap pakai, dengan pembelajaran yang berkesinambungan dan lingkungan yang menyenangkan melalui pendekatan global.”

Misi dari BINUS Center adalah:

1. Menyediakan kurikulum dan instruktur terbaik dalam lingkungan yang menyenangkan serta dengan kesadaran tinggi terhadap kepuasan pelanggan. 2. Menghasilkan para lulusan yang berkompeten dan siap pakai yang

dibutuhkan dunia kerja.

3. Memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggan dengan menggunakan Teknologi Informasi secara optimal.

4. Bekerjasama dengan organisasi lokal dan internasional yang strategis sebagai wujud pengakuan global.

5. Bekerjasama dengan para investor untuk membuka peluang penyelenggaraan pembelajaran yang berkualitas.

(2)

3.1.2 Struktur Organisasi

Struktur organisasi pada BINUS Center terdiri dari empat department yaitu, Academic Department, Marketing Department, Operation Department, Fully Own Department, BINUS Center Education Partner, dan Vocational Training Department. Masing-masing department mempunyai tugas yang saling mendukung proses bisnis training center yang ada di BINUS Center terutama aktifitas trainingnya. BC Director QMC & KM Department Academic Department BINUS Center Education Partner Vocational Training Department Operation Department Marketing & Sales Department FO Outlets Department

Gambar 3.1 Struktur Organisasi BINUS Center

Academic Department

Divisi akademik adalah divisi yang bertanggung jawab untuk pembuatan produk pelatihan dan penyediaan tenaga pengajar. Divisi akademik dibagi menjadi dua sub divisi dimana masing-masing supervisor mempunyai tugas yang berbeda yaitu dari sisi product development dan instruktur development. Product

(3)

Development bertanggung jawab atas semua produk yang diminta pasar, membuat sesuai dengan kebutuhan dan melakukan evaluasi setelah produk tersebut telah diberikan kepada peserta pelatihan.

Academic Department (Senior Manager) Instructor Management Recruitment & Administration Performance & Career Management Training Management English Specialist Mandarin Specialist ICT Product Management Language Product Development 5 ICT Product Specialist Pool of Instructor (Full & Part Time)

Gambar 3.2 Struktur Organisasi Academic Department

Product development dibagi dua bagian yaitu yang bertanggung jawab dengan IT dan teknologi serta yang bertanggung jawab dengan produk bahasa. Instruktur Development bertanggung jawab dari proses perekrutan calon instruktur, memberikan career development dan aktifitas training sehingga instruktur dapat memberikan pengajaran yang baik untuk peserta pelatihan.

(4)

Operation Department

Operational Department bertanggung jawab terhadap semua yang berhubungan dengan day-to-day task seperti kebutuhan yang bersifat administrative. Selain melaksanakan operasional, department ini juga bertanggung jawab terhadap franchise dan partnership.

Department tersebut bekerjasama dengan Finance Department secara tidak langsung, karena Finance Department berada di Corporate di luar BINUS Center.

Marketing & Sales Department

Marketing & Sales Department pada BINUS Center bertanggung jawab memasarkan produk training secara menyeluruh dan meningkatkan brand awareness BINUS Center. Department ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu ICT Product Coordinator, Non ICT Product Coordinator dan Promotion Coordinator. ICT product Coordinator bertanggung jawab terhadap kebutuhan market dan mengubahnya menjadi produk pelatihan, dalam hal ini ICT product Coordinator bekerjasama dengan Product Development dalam membuat product sehingga menghasilkan produk yang diinginkan.

Non ICT Product Coordinator bertanggung jawab terhadap kebutuhan market dan mengubahnya menjadi produk pelatihan, tapi ruang lingkup dan tanggung jawab pada department ini lebih kepada produk non ICT yaitu produk seperti bahasa dan pelatihan lainnya.

Fully Own Department

Fully Own Department adalah outlet department sebagai Point of Sales dimana Fully Own adalah outlet kepunyaan BINUS corporate yang terdiri tiga

(5)

cabang yaitu BINUS Center Syahdan, BINUS Center Grogol dan BINUS Center Kedoya.

Outlet BINUS Center ini menjadi income generator dan sebagai role model untuk outlet lainnya. Selain melakukan penjualan terhadap end user, Fully Own Department juga bertanggung jawab terhadap user yang berkategori besar seperti sekolah karena BINUS Center mempunyai kerjasama sebagai provider terhadap kebutuhan materi komputer di sekolah-sekolah tersebut. Operational task dari penjualan bahasa juga dikerjakan pada Fully Own Department karena khusus untuk program bahasa ini mempunyai treatment yang berbeda dengan perlakuan training IT.

Vocational Training Department

Kebutuhan industri akan sumber daya siap kerja pada masa sekarang semakin luas, bukan hanya terbatas dari lulusan S1 saja, tapi lulusan SMK yang dipersiapkan sejak dini untuk masuk ke dunia kerja pun menjadi target perekrutan. Tapi proses perekrutan itu terkendala dengan kebutuhan keahlian spesifik yang dibutuhkan oleh industri, sebagai contoh adalah kemampuan berbahasa asing.

Melihat hal ini, BINUS Center membentuk departemen Vocational Training (VT) yang bertujuan untuk memenuhi standar kebutuhan industri akan tenaga kerja yang berasal dari SMK. Target pasar dari VT ini adalah SMK yang sudah siap menyediakan tenaga kerja untuk selanjutnya diberikan pelatihan tambahan untuk memenuhi kebutuhan standar industri. Untuk dapat mengetahui kebutuhan dari industri, VT bekerja sama dengan industri terkait untuk menampung kebutuhan akan kemampuan tambahan dari tenaga kerja. Sehingga pada akhirnya tenaga kerja yang tersedia dapat diperlengkapi oleh BINUS Center

(6)

untuk dapat memenuhi kebutuhan industri. Departemen VT bertindak sebagai jembatan yang menghubungkan antara ketersediaan tenaga kerja terampil dengan kebutuhan dari industri.

BINUS Center Education Partner (BCEP)

Departemen BCEP terbentuk dari jumlah pelanggan BINUS Center yang mencapai 300.000 orang yang terdiri dari siswa tingkat SD, SMP, SMA dari seluruh Indonesia. Divisi yang semula berjalan di divisi outlet dan akademi, dialihkan ke dalam divisi BCEP. Target BINUS Center adalah sebanyak 100.000 siswa lagi yang akan bergabung.

BINUS Center mendapatkan keuntungan tetap dari sekolah yang berpartisipasi untuk memperkenalkan BINUS Center. Dalam hal ini BCEP memegang fungsi strategisnya, yaitu memperkenalkan BINUS sejak dari usia muda sejak di sekolah mereka.

3.2 Kerangka Pikir

Untuk melakukan sebuah proses pembelajaran menggunakan teknologi terbaru, yaitu IPTV, BINUS Center perlu melakukan beberapa tahapan proses yang disusun ke dalam tiga tahap seperti ditunjukkan pada Gambar 3.6. Ketiga tahapan tersebut dimulai dari tahap Analisis Strategi, dilanjutkan oleh tahap Perancangan layar Pengembangan LMS berbasis IPTV, setelah itu dilakukan Analisis Hasil.

(7)

Gambar 3.3 Kerangka Pikir Metode Penelitian

3.2.1 Analisis Strategi

Tahap pertama yang akan dilakukan adalah melakukan analisa strategi yang ada di BINUS Center. Analisis meliputi dari segi internal dan eksternal terhadap sudut pandang bisnis dan IS/IT yang berkaitan dengan BINUS Center. Masing-masing analisis akan menggunakan tools dan metode yang berbeda seperti yang dijabarkan sebagai berikut.

1. Analisis Internal Lingkungan Bisnis BINUS Center

H A S IL A N A L IS IS S T R A T E G I P E R A N C A N G A N P E N G E M B A N G A N L M S B E R B A S IS I P T V A N A L IS IS H A S IL McFarlan's Strategic Grid SWOT Analysis Porter's Five Forces Analisis Internal

Lingkungan Bisnis BiNus Center

Analisis Internal Lingkungan IS/IT BiNus

Center

Analisis Eksternal Lingkungan Bisnis BiNus

Center

HW/SW Analysis

COST AND BENEFIT ANALYSIS IPTV SPECIFICATION MODEL PERANCANGAN LMS BERBASIS IPTV SDLC ADDIE External Comparison Literature Study Analisis Eksternal

Lingkungan IS/IT BiNus Center DESIGN IMPLEMENTATION MAINTENANCE PLANNING ANALYSIS ANALYSIS IMPLEMENTATION DESIGN DEVELOPMENT E V A L U A T IO N

(8)

Analisis internal terhadap lingkungan bisnis yang dijalankan oleh BINUS Center dilakukan dengan metode SWOT dengan mengidentifikasikan variabel Strength (kekuatan internal BINUS Center), Weakness (kelemahan internal BINUS Center), Opportunities (peluang yang bisa diperoleh oleh BINUS Center), Threats (ancaman yang mungkin timbul terhadap bisnis BINUS Center). Hasil analisis SWOT tersebut selanjutnya dipetakan ke dalam matriks SWOT sehingga menghasilkan sebuah strategi bagi BINUS Center untuk dapat mengembangkan bisnisnya.

2. Analisis Internal Lingkungan IS/IT BINUS Center

Analisis internal selanjutnya adalah dengan mengidentifikasikan perangkat teknologi informasi, termasuk di dalamnya adalah perangkat keras, perangkat lunak, dan sistem jaringan yang tersedia saat ini dan kebutuhan untuk di masa yang akan datang dalam mendukung jalannya bisnis dari BINUS Center.

Analisis selanjutnya adalah dengan memetakan kondisi sistem dan teknologi informasi yang digunakan BINUS Center ke dalam matriks McFarlan’s strategic grid untuk menentukan posisi sistem yang digunakan saat ini berada pada salah satu kuadran matriks.

3. Analisis Eksternal Lingkungan Bisnis BINUS Center

Dalam melakukan bisnis dalam industri pendidikan non-formal, BINUS Center menghadapi kompetisi dengan banyak tempat pendidikan non-formal lainnya untuk menjadi penyedia pendidikan non-formal terbaik. Analisis Porter’s Five Forces digunakan untuk menganalisa kekuatan bisnis BINUS Center terhadap kompetitor yang ada di industri pendidikan non-formal dibantu dengan

(9)

hasil analisis SWOT yang membahas faktor eksternal yang mempengaruhi bisnis BINUS Center.

4. Analisis Eksternal Lingkungan IS/IT BINUS Center

Analisis eksternal terhadap sistem dan teknologi informasi ini akan mengidentifikasikan trend yang ada dalam dunia pendidikan yang ada saat ini di seluruh dunia dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi sehingga dapat menghasilkan inovasi yang dapat menjadi sebuah keunggulan kompetitif dalam industri pendidikan non-formal.

3.2.2 Perancangan Pengembangan LMS Berbasis IPTV

Pada tahap kedua, terdapat dua buah sub-proses yang berjalan secara sekuensial yang diperlukan dalam merancang sebuah sistem pembelajaran, yaitu penyusunan dari konten pembelajaran yang disusun menurut konsep Instructional Design Model menggunakan metode Analysis Design Development Implementation Evaluation (ADDIE) seperti ditunjukkan Gambar 3.4 sebagai acuan penyusunan LMS, sedangkan dari sisi aplikasi yang diperlukan dalam membangun sebuah sistem dengan mengacu pada metode Software Development Life Cycle (SDLC) seperti ditunjukkan Gambar 3.5.

1. Instructional Design – ADDIE

Fase Instructional Design menggunakan metode ADDIE terdiri dari tahapan Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation. Tahap Analysis dimulai dengan menentukan sumber daya yang dimiliki oleh BINUS Center sebagai penyedia layanan, kemudian diproses dengan

(10)

mengevaluasi sumber daya tersebut dengan klien sehingga diperoleh output berupa performance objectives. Hasil keluaran sub-proses Analysis akan dievaluasi untuk mendapatkan hasil yang optimal untuk dapat digunakan pada sub-proses selanjutnya.

Tahap Design menggunakan performance objectives sebagai input proses untuk menyusun Instructional Strategy dan memilih metode delivery sehingga menghasilkan Instructional Design Document. Hasil keluaran sub-proses Design akan dievaluasi untuk mendapatkan hasil yang optimal untuk dapat digunakan pada sub-proses selanjutnya.

Tahap Development menggunakan Instructional Design Document untuk diproses melalui empat sub-proses, yaitu Develop The System Prototype (creation), Develop The Learning Activities (integration), Develop Content In Chosen Media (production), Assessment Tools Including Develop Quality Assurance Procedure. Sub-Process creation, integration, dan production ditopang oleh hasil output dari metode SDLC yang sudah dilakukan sebelumnya sehingga menghasilkan sebuah keluaran berupa course prototype sedangkan hasil dari assessment tools adalah berupa Quality Assurance Procedure.

Hasil output berupa course prototype dan Quality Assurance Procedure akan dievaluasi dan dilakukan pilot test untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal untuk proses delivery sehingga terbentuk sebuah course package dan quality assurance procedures yang sudah yang siap untuk dijalankan sebagai produk pembelajaran.

(11)

Gambar 3.4 Kerangka Pikir Metode Penelitian – Metode ADDIE

Tahap Implementation menggunakan input proses berupa course package dan quality assurance procedures yang sudah siap sebagai produk yang ditawarkan ke publik dengan melengkapi paket tersebut dengan paket distribution (yang terintegrasi dengan sistem enroll, manage, dan track), ditambah dengan fasilitas reporting, dan maintenance sehingga menghasilkan output berupa Managed LMS¸ Reporting System, dan Maintenance System. Hasil akhir ini akan didistribusikan melalui jalur promosi, baik secara digital berupa iklan di dunia maya, atau pun melalui media cetak.

(12)

Tahap akhir metode ADDIE ini adalah berupa summative evaluation yang akan mengevaluasi hasil akhir dari proses pembelajaran yang sudah dilakukan. Tahap ini dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada setiap peserta pembelajaran lalu dievaluasi dengan Kirkpatrick model untuk memperoleh hasil evaluasi yang mencakup ke dalam empat aspek, yaitu Learner Reaction, Learning results, Behavior in workplace, Business results. Learner Reaction akan mengevaluasi reaksi peserta pembelajaran terhadap metode yang diberikan. Learning Result akan mengevaluasi hasil pembelajaran yang diberikan apakah akan bermanfaat terhadap personal development dengan memberikan pre-post test sehingga dapat diukur tingkat pembelajaran yang diperoleh oleh peserta pembelajaran. Behavior in workplace mengevaluasi perubahan yang terjadi di dunia kerja, apakah hasil pembelajaran yang diberikan cukup berdampak dengan bertambahnya pengetahuan yang diperoleh selama proses pembelajaran, dan apakah efek itu dapat bertahan lama sehingga peserta memiliki waktu dan kesempatan untuk mengimplementasikan kemampuannya. Business Results akan mengevaluasi dampak terhadap outcomes yang diperoleh perusahaan sebagai hasil pembelajaran yang dilakukan.

2. System Development Life Cycle (SDLC)

Metode perancangan pada fase ini akan melalui tiga tahap dimulai dari Planning (Perencanaan pengembangan sistem), Analysis (analisa kebutuhan sistem pendukung), Design (perancangan sistem), Implementasi(implementasi sistem), Maintenance (evaluasi). Tahap

(13)

Planning dilakukan dengan mengidentifikasikan proses pembelajaran yang berjalan, sehingga dapat dihasilkan dokumentasi proses dan menentukan tujuan (goal setting) yang akan dicapai.

Gambar 3.5 Kerangka Pikir Metode Penelitian – Metode SDLC

Langkah selanjutnya adalah tahapan Analysis dengan menganalisa kebutuhan sistem yang akan digunakan dalam proses pembelajaran yang akan dirancang berdasarkan dokumentasi permasalahan dan goal setting yang dihasilkan dari tahap Planning. Hasil dari tahap ini berupa spesifikasi

P L A N N IN G A N A L Y S IS D E S IG N

SYSTEM DEVELOPMENT LIFE CYCLE

INPUT PROCESS OUTPUT

Ongoing Learning Process Learning Process

Identification

Documentation

Goal Setting

System Specification Develop Application Design Screen Layout

User Interface

Problem Documentation

Goal Setting

Analyze System

Requirements System Specification

IM P L E M E N T A T IO N Screen Layout User Interface Coding Testing Debugging Installation M A IN T E N A N C E Installation Evaluation Maintenance Enhancement

(14)

sistem yang digunakan dan dibutuhkan untuk dapat mengakses sistem pembelajaran yang akan disusun.

Tahap Design merupakan hasil visualisasi atas spesifikasi sistem yang dihasilkan dari tahap Analysis, dimana pada tahap ini mulai dibangun sebuah disain visual dari sistem pembelajaran yang akan disusun sehingga pada akhir tahap dapat dihasilkan User Interface dan Screen Layout yang dapat diakses oleh customer.

Tahapan Implementation dilakukan dengan proses coding, testing, debugging terhadap User Interface dan Screen layout yang dihasilkan dari tahap Design sehingga akan diperoleh paket instalasi sistem yang dibangun. Tahapan Maintenance bertujuan untuk mengevaluasi modul instalasi jika ada kebutuhan untuk perbaikan, sehingga diperoleh hasil sistem yang lebih baik, yaitu Enhancement.

Hasil akhir dari SDLC adalah berupa User Interface dan Screen Layout yang akan digunakan pada proses penyusunan metode pembelajaran menggunakan Instructional Design Model – ADDIE. Pembahasan kerangka pikir dengan metode SDLC dibatasi sampai pada tahapan Design.

Dalam pengembangan model pembelajaran online ini hanya dibatasi sampai pada tahap Development dikarenakan keterbatasan waktu pengerjaan untuk implementasi final seluruh modul pembelajaran.

(15)

3.2.3 Hasil

Hasil yang ingin dicapai dengan bantuan kolaborasi SDLC dan ADDIE adalah berupa permodelan perancangan Learning Management System yang telah berbasis teknologi IPTV untuk diaplikasikan pada BINUS Center. Perancangan LMS ini terdiri dari beberapa komponen penyusun, yaitu:

1. Penyusunan Learning Object.

Penyusunan LO ini bertujuan untuk mengkonversi materi pembelajaran konvensional untuk disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran online dengan menggunakan metode ADDIE.

2. Pengembangan antarmuka sistem pembelajaran online.

Antarmuka sistem pembelajaran online ini dikembangkan secara konsep menggunakan metode SDLC, dijadikan acuan pembentukan antarmuka LMS dengan dimuati materi LO sehingga terbentuk materi pembelajaran yang interaktif.

3. Rekomendasi arsitektur dan infrastruktur pendukung layanan IPTV. Hasil rekomendasi ini berisi integrasi arsitektur jaringan IPTV dengan interkoneksi yang sudah berjalan saat ini. Rekomendasi infrastruktur perangkat pendukung yang perlu dipersiapkan untuk berjalannya layanan IPTV.

4. Cost and Benefit analysis.

Analisis mengenai Cost and Benefit bertujuan untuk mengidentifikasi semua kemungkinan biaya yang akan timbul di dalam proyek ini dan dikompensasikan dengan proyeksi keuntungan yang akan dicapai dalam waktu 5 (lima) tahun ke depan.

(16)

T ab el 3.1 Ti m eli n e P em b u atan T h esis

3.3 Timeline Penelitian

3.3.1 Timeline Pembuatan Thesis

(17)

Contents

Gambar

Gambar 3.1 Struktur Organisasi BINUS Center
Gambar 3.4 Kerangka Pikir Metode Penelitian – Metode ADDIE
Tabel 3.1 Timeline Pembuatan Thesis

Referensi

Dokumen terkait

Didalam skala Quality of Work Life dan Keterlibatan Kerja akan terdapat empat buah alternatif jawaban yang akan digunakan dalam dua skala di atas. Sebaliknya, skor yang

Tahap kedua adalah tahap treatment atau tahap diberikan perlakuan, pada tahap ini siswa diberikan perlakuan yaitu kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media

a) Langkah Pertama: Merancang Model Struktural (Inner Model) Pada tahap ini, peneliti memformulasikan model hubungan antar konstrak. b) Langkah Kedua: Merancang Model

Tahap pelaksanaan penelitian ini merupakan tahap penentuan untuk mencapai suatu tujuan penelitian, karena dalam tahap ini semua data yang diperlukan sehubungan

Pada pemilihan model regresi data panel, terdapat 2 tahap. Pertama, adalah uji chow untuk memilih antara common effect model atau fixed effect model. Tahap kedua,

Tahapan proses yang dilakukan dalam penelitian meliputi pembuatan oleoresin daun kayu manis dua tahap, pembuatan mikrokapsul oleoresin daun kayumanis dua tahap

Wawancara dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Perbedaan kedua jenis wawancara ini terdapat pada

Penelitian Tahap Dua Pada penelitian tahap dua dilakukan penialaian daya terima pasien berdasarkan uji cita rasa dan sisa makanan terhadap standar bumbu modifikasi menu oseng kacang