! 2! ! ! ! ! ! ! ! ! !
!!!!!!
SEMINAR!NASIONAL!&!CALL!FOR!PAPERS!
!!!!!!
!
!
!
!
ISBN!0!97806020294031908!
18!Oktober!!
2018!
08!
Fall!
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPER
PARIWISATA DALAM PUSARAN GELOMBANG REVOLUSI 4.0
PELINDUNG
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) Dr. Drs. I Nyoman Sunarta, M.Si.
PENANGGUNGJAWAB
Dr. I Wayan Suardana, S.ST.Par., M.Par. Dr. I Nyoman Sudiarta, SE.,M.Par. Dr. I Nyoman Sukma Arida, S.Si, M.Si
PEMBINA
Dra. Ida Ayu Suryasih, M.Par. Drs. I Ketut Suwena, M.Hum. Dra. Anak Agung Putri Sri, M.Si.
KETUA PANITIA
Gde Indra Baskara, SST.Par, M.Sc, Ph.D
SEKRETARIS
Putri Kusuma Sanjiwani, SH, MH
BENDAHARA
Ni Gusti Ayu Susrami Dewi, SST.Par, M.Par
REVIEWER
Prof. Dr. Ir. I Gde Pitana, M.Sc Dr. Drs. I Nyoman Sunarta, M.Si Dr. I Nyoman Sukma Arida, S.Si, M.Si
TATA LETAK & DESIGN COVER
Putri Kusuma Sanjiwani, SH, MHPENERBIT:
Udayana Press
Fakultas Pariwisata Universitas Udayana Jl. Dr R Goris No 7, Denpasar Bali Cetakan I, Desember 2017
!
! 4!
KATA PENGANTAR
!
Om Swastiastu Om
Assalamualaikum Warahmatullohi Wabarakatuh, Salam Sejahtera Bagi Kita Semua,
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmatnya sehingga Seminar Nasional dan Call for Papers dengan tema Pariwisata dalam Pusaran Gelombang Revolusi 4.0 yang diselenggarakan atas kerjasama Kementerian Pariwisata Republik Indonesia dengan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana untuk memperingati World Tourism Day 2018 dan menyikapi perkembangan digital serta teknologi informasi dalam pemasaran pariwisata di dunia. Seminar Nasional dan Call for Papers dengan tema Pariwisata dalam Pusaran Gelombang Revolusi 4.0 yang dilaksanakan pada hari Kamis, 18 Oktober 2018 menerbitkan Prosiding yang memuat sejumlah artikel dengan berbagai topik terhangat di industri pariwisata di Provinsi Bali maupun di sekala nasional. Buku prosiding ini terdiri dari artikel para pemakalah yang berasal dari Universitas Udayana serta para pemakalah dari luar daerah. Sebagai bentuk apresiasi terbesar dan rasa syukur kami, perkenankan kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh pendukung kegiatan kami dan pemakalah yang telah berkontribusi dalam Seminar Nasional dan Call for Papers dengan tema Pariwisata dalam Pusaran Gelombang Revolusi 4.0. Semoga Seminar Nasional dan Call for Papers dengan tema Pariwisata dalam Pusaran Gelombang Revolusi 4.0 dapat bermanfaat bagi kita semua.
Denpasar, 18 Oktober 2018 Ketua Panitia Gde Indra Baskara, SST.Par, M.Sc, Ph.D
!
!
!
!
!
!
!
!
!
DAFTAR ISI
1. TOURISM GO LIVE! (PEMANFAATAN KONTEN LIVE STREAMING VIDEO DALAM MEMPROMOSIKAN EVENT PARIWISATA INDONESIA
Imam Nur Hakim ……… 8
2. PENGGUNAAN TEKNOLOGI REALITAS TERTAMBAH UNTUK MENINGKATKAN PENGALAMAN BERWISATA BUDAYA DI BALI
Gde Indra Bhaskara ……… 26
3. PENGEMBANGAN MODEL PEMBELANJARAN ENGLISH FOR SPESIFIC PURPOSES BERBASIS ICT UNTUK SPA THERAPIST DI KAWASAN WISATA KUTA
Kadek Feni Aryati 1) Komang Shanty Muni Parwati 2)
I Made Krisna Adi Chandra 3) ……… 34 4. ANALISIS PASAR WISATA DIVING KE BALI PASCA ERUPSI
GUNUNG AGUNG
I Wayan Suardana 1) Saroyini Piartrini 2) Ni Made Ariani 3) ………. 48 5. POLA REALISAS AKTOR DALAM BINGKAI BENCANA
ERUPSI GUNUNG AGUNG DI DESA WISATA KERTA, BALI
Saptono Nugroho 1) Sukma Arida 2) ……… 57 6. KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN
AGROWISATA DI KAWASAN RAWAN BENCANA KABUPATEN KARANGASEM
Putri Kusuma Sanjiwani 1) Luh Putu Kerti Pujani 2) ……… 63 7. MOTIVASI BERKUNJUNG WISATAWAN MANCANEGARA
KE KARANGASEM PASCA ERUPSI GUNUNG AGUNG
Ni Gusti Ayu Susrami Dewi 1) Luh Gede Leli Kusuma Dewi 2) ………… 70 8. STRATEGI PEMASARAN DESA WISATA TISTA KABUPATEN
TABANAN DALAM MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATAWAN PASCA ERUPSI GUNUNG AGUNG, BALI
I Nyoman Jamin Ariana 1) Ida Bagus Ketut Astina 2) ……… 80 9. ANALISIS KEPUASAN WISATAWAN YANG MENGINAP
DI HOTEL BERBINTANG DALAM KAWASAN MITIGASI BENCANA KABUPATEN KARANGASEM
Ni Made Ariani 1) I Nyoman Sri Aryanti 2) ……… 96 10. PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DIKEMBANGKANNYA
DESA BONGAN SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN KARANGASEM
! 6!
11. PENURUNUNAN EKSISTENSI HOTEL BINTANG LIMA KAWASAN KUTA PASCA ERUPSI GUNUNG AGUNG Studi Kasus: Hotel Chain Internasional Kawasan Kuta
Putu Ratih Pertiwi 1) Fanny Maharani Suarka 2) ……… 116 12. STRATEGI KOMUNIKASI PUBLIC RELATION DI DALAM
MENINGKATKAN TINGKAT HUNIAN KAMAR HOTEL DI KAWASAN ITDC PASCA ERUPSI GUNUNG AGUNG
Agung Sri Sulistyawati 1) Putu Ratih Pertiwi 2) ……… 120
13. PENGEMBANGAN HOMESTAY BERBASIS MASYARAKAT DI DESA WISATA NYUH KUNING, UBUD
Ni Putu Ratna Sari 1) Anak Agung Putri Sri 2) ……… 129 14. IDENTIFIKASI AKTIVITAS FAMILY LEISURE AND RECREATION
(REKREASI KELUARGA) DI ATRAKSI WISATA PENELOKAN DAN TOYA BUNGKAH KINTAMANI BANGLI
Fanny Maharani Suarka 1) Agung Sri Sulistyawati 2) ……… 142 15. KEBERADAAN TRANSPORTASI ONLINE DALAM
INDUSTRI PARIWISATA BALI
A.A. Manik Pratiwi ……… 152
16. MODEL PENERAPAN ETIKA PELAYANAN PEKERJA WANITA SPA PADA HOTEL BERBINTANG DI DESA ADAT SEMINYAK
Putu Diah Kesumadewi 1) A.A Manik Pratiwi 2) ……… 155
17. PRAKTIK USAHA AKOMODASI PARIWISATA BERBASIS KEWIRAUSAHAAN LOKAL DI NUSA PENIDA KABUPATEN KLUNGKUNG
I Wayan Darsana 1) Yohanes Kristianto 2) ……… 164 18. PARIWISATA DAN DIGITAL NOMAD DI BALI (KONVERSI
MODAL BUDAYA MENJADI MODAL EKONOMI)
Nararya Narotama ……… 172
19. KARAKTERISTIK WISATAWAN MILENIAL NUSANTARA BERKUNJUNG KE BALI
Luh Gede Leli Kusuma Dewi 1) Ni Gusti Ayu Susrami Dewi 2) ………… 183
20. TRI HITA KARANA SEBAGAI PONDASI DALAM PENGEMBANGAN WATERSHED BADUNG MENJADI TOURISM DESTINATION
I Gusti Ketut Purnayasa 1) I Made Trisna Semara 2) I Nengah Laba 3)
21. ILOKUSI BIDANG KULINER DALAM ACARA MEMASAK DI MEDIA ELEKTRONIK
Kadek Ayu Ekasani 1) Ni Made Rinayanthi 2) ……… 201 23. MODEL PENGELOLAAN MEDIA SOSIAL SEBAGAI MEDIA
PROMOSI POTENSI WISATA
Ni Wayan Rena Mariani 1) Anak Agung Gede Wijaya 2) ……… 206
24. STRATEGI PEMASARAN TENUN RANGRANG SEBAGAI
PRODUK PENUNJANG PARIWISATA BERBASIS MASYARAKAT DI NUSA PENIDA BALI
Ferlie Lanovia Amir 1) I Gusti Made Riko Hendrajana 2) ………… 216 25. PERKEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DESA
WISATA SANGKAN GUNUNG : REAKTUALISASI NILAI-NILAI PAWONGAN DALAM TRI HITA KARANA
PRAKTIK USAHA AKOMODASI PARIWISATA BERBASIS
KEWIRAUSAHAAN LOKAL DI NUSA PENIDA
KABUPATEN KLUNGKUNG
I Wayan Darsana 1)Yohanes Kristianto 2)
Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana
ABSTRAK
Penelitian Praktik Usaha Akomodasi Pariwisata berbasis Kewirausahaan Lokal di Nusa Penida Kabupaten Klungkung bertujuan untuk mengungkap dan mendeskripsikan (1) habitus usaha akomodasi pariwisata yang berbasis kewirausahaan lokal di Nusa Penida Bali, (2) bentuk-bentuk modal usaha akomodasi pariwisata yang berbasis kewirausahaan lokal di Nusa Penida Bali, (3) ranah-ranah usaha akomodasi pariwisata berbasis kewirausahaan lokal, dan (4) praktik usaha akomodasi pariwisata berbasis modal kewirausahaan lokal di Nusa Penida Bali. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk menemukan habitus, bentuk modal dan pola kewirausahaan lokal bidang usaha akomodasi pariwisata di Nusa Penida, Kabupaten Klungkung Bali. Hasil penelitian secara tentative sampai pada tahapan ini adalah (1) kebiasaan yang dilakukan oleh wirausahawan bidang usaha akomodasi pariwisata di Nusa Penida cenderung didasari nilai-nilai budaya lokal; (2) modal yang dimiliki wirausahawan lokal dalam bidang usaha akomodasi pariwisata di Nusa Penida berupa modal ekonomi, modal budaya, modal sosial, dan modal simbolik;(3) ranah usaha akomodasi pariwisata oleh wirausahawan lokal di Nusa Penida hanya pada tataran hotel non bintang;dan (4) strategi pengelolaan dalam usaha akomodasi pariwisata di Nusa Penida berbasis nilai-nilai lokal (kekeluargaan), sedangkan pemasaran usaha dilakukan dengan mengikuti perkembangan teknologi informasi saat ini (melalui booking.com, Agoda, dll.)
Kata kunci: Praktik pariwisata, Usaha akomodasi, Modal, Kewirausahaan lokal
!
I. PENDAHULUAN
Sebagai destinasi pariwisata utama di Indonesia, Bali menjadi ajang investasi pengusaha akomodasi baik pengusaha lokal, nasional, maupun internasional. Pengusaha-pengusaha akomodasi memiliki peluang untuk berinvestasi langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik, jumlah pengusaha di Bali mencapai 482.484 orang. Ini berarti
hanya 12 persen dari jumlah penduduk Bali (BPS Propinsi Bali, 2017). Yang patut dipertanyakan adalah berapa persen dari total pengusaha tersebut, khususnya pengusaha akomodasi pariwisata yang merupakan orang lokal Bali. Hal ini dikarenakan investasi di Bali melibatkan tiga komponen pengusaha, yaitu pengusaha internasional, nasional dan lokal.
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka penelitian
Praktik Usaha Akomodasi Pariwisata berbasis Kewirausahaan Lokal di Nusa Penida Klungkung Bali. bertujuan (1) mendeskripsikan perilaku kewirausahaan yang meliputi keterampilan praktis dalam kewirausahaan yang berbasis kewirausahaan lokal Bali, (2) menguraikan konsep-konsep modal kewirausahaan lokal yang meliputi modal ekonomi, modal sosial, modal budaya, dan modal simbolik;(3) menemukan dan mendeskripsikan klasifikasi ranah-ranah usaha akomodasi pariwisata berbasis kewirausahaan lokal Bali; dan (4) menemukan dan mendeskripsikan strategi praktik usaha akomodasi pariwisata berbasis modal dan konsep kewirausahaan lokal Bali
II. TINJAUAN PUSTAKA
Reindrawati (2017) meneliti tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan kewirausahaan sosial di Madura, Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi kewirausahaan sosial sebagian besar dikembangkan atas inisiatif penduduk lokal. Secara sosial, nilai-nilai kewirausahaan perlu dipahami sebagai dinamika bisnis. Mengingat, kegiatan wirausaha adalah kegiatan yang dinamis (Braga 2014). Menurut Brock & Steiner (2010), social entrepreneurship is the
creation of social impact by developing and implementing a sustainable business model which draws on innovative solutions that benefit the disadvantaged and, ultimately, society at large. Certo &
Miller (2008) mendefinisikan social
entreprenurship sebagai proses yang di
dalamnya melibatkan pengakuan, evaluasi dan eksploitasi berbagai kesempatan untuk menghasilkan nilai-nilai sosial.
Terkait dengan kewirausahan dan kearifan lokal, Samudra (2010) menjelaskan mengartikan kearifan lokal sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat
bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Kearifan lokal merupakan usaha manusia dengan menggunakan akal budinya (kognitif) untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu. Gagasan-gagasan dari kearifan lokal tersebut dapat terwujud ke dalam berbagai bentuk, mulai dari kebiasaan-kebiasaan, aturan, nilai-nilai, tradisi, bahkan agama yang dianut masyarakat setempat. Bentuk-bentuk kearifan lokal lainnya dalam masyarakat misalnya adalah norma, etika, kepercayaan, adat-istiadat, hukum adat, dan aturan-aturan khusus (Tama, 2012).
Bali merupakan salah satu daerah yang kaya akan nilai-nilai budaya yang berharga, agama dan harmoni. Hal ini tidak lepas dari potensi dasar yangterkandung dalam konsep-konsep dasar yang mendasari struktur bangunan dan budaya Bali (Mantra, 1996: 25-26; Mantra 1990: 41-42; Sulistyawati 2008: 50-51).
Suryana (2003 : 13) menyarikan hakekat kewirausahaan mencakup hal-hal sebagai berikut (1) kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis (Sanusi,1994), (2) kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (Drucker,1959), (3) kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk
memperbaiki kehidupan
(Zimmerer,1996), (4) kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha dan perkembangan usaha (Prawiro,1997), (5) kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru
! 166! dan sesuatu yang berbeda yang
bermanfaat member nilai lebih.
Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan baru kepada konsumen.
Menurut Bourdieu (1990), ranah dimaknai sebagai ranah pertarungan. Pertarungan untuk mempertahankan dan meningkatkan posisi agen. Di dalam pertarungan itu si agen mencoba mempertarungkan berbagai modal yang dimilikinya. Atau dengan kata lain, yang dipertaruhkan di dalam ranah adalah akumulasi modal. Akumulasi modal merupakan proses yang terjadi di dalam ranah dan produk dari ranah. Modal dibagi menjadi empat jenis yakni modal ekonomi (uang, aset), budaya (bentuk pengetahuan, kecenderungan dalam seni) sosial (keluarga, agama, jaringan) dan simbolik (kejujuran, kepercayaan) (dalam Fashri, 2009). Keempat modal inilah yang akan dikaji dalam penelitian ini.
III. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif digunakan dengan menjadikan 10 responden sebagai responden kunci. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi pada 10 lokasi wirausahawan yang ada di Nusa Penida. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang berusaha mendeskripsikan fenomena
atau hubungan antar fenomena yang diteliti dengan sistematis, faktual dan akurat (Kusmayadi, 2000:29; Nazir 1999:63). Dalam penelitian ini diambil 10 tempat usaha akomodasi pariwisata yag dikelola oleh masyarakat lokal (pengusaha lokal) di Nusa Penida sebagai obyek penelitian.
Penelitian ini menggunakan dua macam sumber data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil survei, observasi, wawancara. Sumber data sekunder yaitu data yang bersumber bibliografis dan dokumentasi yaitu data yang berasal dari bahan kepustakaan, baik berupa ensiklopedi, buku, artikel karya ilmiah dan data yang diterbitkan oleh lembaga pemerintah diperoleh dari sumber tidak langsung yang telah ada atau data yang diperoleh dari dokumen dan arsip resmi (Moleong, 2010:159).
Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa alat bantu berupa pedoman wawancara, ditunjang beberapa alat bantu lain seperti alat tulis untuk mencatat informasi baik secara manual maupun elektronik. Adapun metode yang digunakan untuk mengumpulkan data diantaranya yaitu observasi langsung, wawancara dan dokumentasi.
Teknik analisis data penelitian ini bersifat kualitatif, deskriptif dan interpretatif. Seluruh data diperoleh dari berbagai sumber baik hasil dari observasi, wawancara atau studi dokumentasi, ditranskripsikan dalam bentuk tulisan dan pendeskripsian ini bersifat interpretatif (Moleong, 2010:114). Hasil penelitian selanjutnya diinterpretasikan melalui proses verifikasi data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan rangkaian kegiatan pra-penelitian dan penelitian sampai
tahapan ini, penelitian Praktik Usaha Akomodasi Pariwisata berbasis Kewirausahaan Lokal di Nusa Penida Kabupaten Klungkung Bali telah menghasilkan beberapa hal penting sebagai berikut.
Aktor pengusaha akomodasi pariwisata yang dimaksud dalam penelitian ini adalah individu (manusia) konkret sebagai pengusaha akomodasi pariwisata di Nusa Penida. Pengusaha akomodasi pariwisata lokal merupakan individu yang memiliki kemampuan kreatif di lingkungan sosial dan budayanya. Lingkungan ekologi, sosial, dan budaya Nusa Penida menjadi basis perkembangan pariwisata di Nusa Penida. Individu-individu kreatif Nusa Penida secara langsung dibentuk secara intelektual untuk menggunakan kemampuannya untuk membuka usaha akomodasi pariwisata.
Menurut Beurdieu (dalam Ritzer dan Goodman, 2003:522) Habitus adalah struktur mental atau kognitif, yang digunakan aktor untuk menghadapi kehidupan sosialnya. Habitus menggambarkan serangkaian kecenderungan yang mendorong pelaku sosial atau aktor untuk beraksi dan bereaksi dengan cara-cara tertentu. Habitus merupakan produk dari sejarah, sebagai warisan dari masa lalu yang di pengaruhi oleh struktur yang ada (Bourdieu, 1990: 54). Habitus sebagai produk dari sejarah tersebut, menciptakan tindakan individu dan kolektif dan karenanya sesuai dengan pola yang ditimbulkan oleh sejarah. Kebiasaan individu tertentu diperoleh melalui pengalaman hidupnya dan mempunyai fungsi tertentu dalam sejarah dunia sosial dimana kebiasaan itu terjadi.
Pengalaman hidup individu yang didapat dari hasil sejarah tersebut, kemudian terinternalisasi dalam dirinya, untuk kemudian mereka gunakan untuk merasakan, memahami,
menyadari dan menilai dunia sosial. Melalui pola-pola itulah individu memproduksi tindakan mereka dan juga menilainya (habitus mengendalikan pikiran dan pilihan tindakan individu) (Ritzer dan Goodman, 2003:522). Menurut Beurdieu habitus merupakan hasil dari keterampilan yang menjadi tindakan praktis (tidak harus selalu disadari, etos misalnya), lalu diterjemahkan menjadi kemampuan yang kelihatannya ilmiah dan berkembang dalam lingkungan sosial tertentu. Habitus juga berfungsi sebagai prinsip penggerak dan mengatur praktik-praktik hidup dan merepresentasi masyarakat (Soyomukti, 2010:128).
Berdasarkan pengertian konsep habitus, maka orientasi habitus pengusaha akomodasi pariwisata di Nusa Penida dapat dijelaskan sebagai berikut.
Tabel 4.1
Orientasi Habitus Pengusaha Akomodasi Pariwisata di Nusa Penida
No Habitus Internalisasi Eksternalisasi
1 Permodalan Sendiri,
patungan
Sendiri, patungan
2 Sistem
pengelolaan Keluarga, teman dekat Keluarga, teman dekat
3 Strategi
pemasaran WOM WOM, line booking
on-(Sumber: Data Penelitian, 2018)
Permodalan usaha akomodasi pariwisata di Nusa Penida, umumnya dikembangkan sendiri oleh para pengusaha. Habitus usaha merupakan tindakan aktor baik secara internal maupun eksternal memiliki konsekuensi bagi usahanya. Beberapa pengusaha yang memiliki keluarga dan teman dekat melakukan kerjasama permodalan. Dari 36 sampel purposive pengusaha lokal yang diteliti, tidak ditemukan pengusaha lokal yang bekerjasama dengan investor asing dalam permodalan usaha. Habitus usaha akomodasi wisata dibentuk oleh budaya masyarakat Nusa Penida.
Budaya pengusaha akomodasi pariwisata muncul dalam bentuk
! 168! keyakinan, nilai-nilai, tradisi dan pola
perilaku yang dianut bersama oleh kelompok pengusaha akomodasi pariwisata. Kebudayaan memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia. Secara internal, kebudayaan bagi pengusaha lokal di Nusa Penida membentuk kepribadian dasar, kebanggaan diri, harkat dan martabat kemanusiaan dan makna batiniah. Dimensi budaya memberikan dasar untuk pengembangan nilai-nilai individu pengusaha lokal yang mempengaruhi sikap dan perilaku seperti di Nusa Penida pada kelompok pengusaha akomodasi parwisata tertentu memiliki sikap dan perilaku kewirausahaan di bidang usaha akomodasi pariwisata. Budaya kelompok tertentu di Nusa Penida membentuk habitus usaha akomodasi pariwisata dengan indikator sebagai berikut.
Tabel 4.2
Nilai Budaya dalam Habitus Pengusaha Akomodasi Pariwisata di Nusa Penida
No Nilai Budaya Habitus Pengusaha Lokal 1 Nilai
kebersamaan:
tatwam asi, paras-paros, sagilik saguluksabayantaka,
dan mebanjar 2 Nilai
keseimbangan:
rwa bineda, Catur purusa artha 3 Nilai kebenaran dan kesetiaan : Trikaya parisudha 4 Nilai yang mendorong kemajuan masyarakat termasuk konsepsi etos kerja
taksu dan jengah
(Sumber: Ardana, 2007: 65)
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai-nilai budaya merupakan wujud budaya yang bersifat abstrak yang terdiri dari konsepsi-konsepsi, yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup
(Koentjaraningrat, 1984: 25). Nilai dapat dipakai sebagai pedoman untuk memahami manusia dengan dan dalam segala bentuk kehidupannya. Nilai-nilai budaya bekerja dalam tataran
mindset pengusaha akomodasi wisata,
meskipun nilai-nilai budaya bersifat abstrak.
Modal memainkan peranan untuk mengendalikan diri pengusaha maupun orang lain. Bahkan, modal dapat menjadi aset untuk menentukan posisi sosial dalam suatu ranah usaha di bidang akomodasi pariwisata di Nusa Penida. Modal akan selalu diproduksi dan direproduksi oleh pengusaha agar dapat memenangkan suatu ranah usaha. Menurut Bourdieu terdapat empat jenis modal, yaitu modal ekonomi, modal sosial, modal kultural, dan modal simbolik (Bourdieu, 1990:67).
Modal ekonomi merupakan segala bentuk modal yang dimiliki yang berupa materi, misalnya uang, emas, mobil, tanah, dan lain-lain. Modal sosial terdiri dari hubungan sosial yang bernilai antara individu, atau hubungan-hubungan dan jaringan hubungan-hubungan yang merupakan sumberdaya yang berguna dalam penentuan dan reproduksi kedudukan-kedudukan sosial. Modal kultural mencakup berbagai pengetahuan yang sah. Modal simbolik berasal dari kehormatan dan prestise seseorang.
Menurut Bourdieu (1992) definisi modal sosial adalah jumlah sumber-sumber daya, aktual atau virtual (tersirat) yang berkembang pada seorang individu atau sekelompok individu karena kemampuan untuk memiliki suatu jaringan. Modal sosial dapat diidentifikasikan dalam dua elemen dasar, yaitu (1) modal sosial yang mencakup beberapa aspek dari struktur sosial, dan (2) modal sosial memfasilitasi tindakan tertentu dari pelaku dalam struktur tersebut. Oleh sebab itu, hasil penelitian menemukan
dua elemen dasar modal sosial dalam usaha akomodasi parwiisata di Nusa Penida. Berikut disajikan tabel elemen dasar modal sosial dalam usaha akomodasi pariwisata di Nusa Penida.
Modal simbolik (symbolic capital) mencakup harga diri, martabat, serta atensi seseorang. Modal simbolik dapat menjadi sumber kekuasaan yang penting karena diperoleh dalam hubungan sosial. Pengusaha akomodasi pariwisata di Nusa Penida dapat dikatakan memiliki modal simbolik karena beberapa hal, yaitu (1) memiliki kasta tertentu yang dianggap oleh masyarakat sebagai status sosial, (2) memiliki jabatan tertentu di pemerintahan, dan (3) memiliki gelar pendidikan tertentu. Ketika pemilik modal simbolik menggunakan kekuatannya, maka ia akan berusaha mengubah tindakan orang lain. Dalam konteks usaha akomodasi pariwisata, pemilik modal simbolik dapat mengatur karyawannya dengan mudah. Ranah dalam penelitian ini dimaknai sebagai arena yang diperjuangkan oleh aktor dalam melakukan usaha akomodasi pariwisata di Nusa Penida. Identifikasi ranah yang diperjuangkan oleh pengusaha akomodasi dapat digunakan untuk memetakan tipe usaha akomodasi pariwisata yang dilakukan. Mengacu pada Bourdieu, terdapat tiga hal penting dalam mengidentifikasikan ranah usaha akomodasi pariwisata di Nusa Penida, yaitu (1) relasi yang terjadi dalam ranah usaha akomodasi pariwisata, (2) struktur objektif dan relasi antarposisi dalam ranah usaha, dan (3) distingsi dalam ranah usaha akomodasi pariwisata.
Strategi pengusaha akomodasi pariwisata di Nusa Penida adalah (1) habitus usaha akomodasi pariwisata di Nusa Penida berupa kebiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk usaha mandiri, kerjasama, dan keluarga; (2) modal usaha mandiri
terdiri dari modal ekonomi, budaya, sosial, dan simbolik. Sedangkan untuk habitus usaha kerjasama dan keluarga tidak memiliki modal simbolik; (3) ranah usaha akomodasi pariwisata di Nusa Penida berada pada tataran hotel non-bintang; (4) strategi pengelolaan usaha akomodasi pariwisata mencakup tiga hal, yaitu (a) pemilik-karyawan, (b) pemilik-pengelola-karyawan, dan (c) pemilik-keluarga; dan (5) strategi pemasaran usaha akomodasi pariwisata mencakup dua hal, yaitu (a) strategi
World of Mouth dan online booking-,
(b) online Marketing, dan (c) brosur dan online-booking;
V. PENUTUP
Berdasarkan serangkaian kegiatan penelitian lapangan, maka hasil penelitian Praktik Usaha Akomodasi Pariwisata berbasis Kewirausahaan Lokal di Nusa Penida Kabupaten Klungkung Bali dapat dijabarkan (1) kebiasaan yang dilakukan oleh wirausahawan bidang usaha akomodasi pariwisata di Nusa Penida cenderung didasari nilai-nilai budaya lokal; (2) Modal yang dimiliki wirausahawan lokal dalam bidang usaha akomodasi pariwisata di Nusa Penida berupa modal ekonomi, modal budaya, modal sosial, dan modal simbolik; (3) Ranah usaha akomodasi pariwisata oleh wirausahawan lokal di Nusa Penida hanya pada tataran hotel non bintang; dan (4) Strategi pengelolaan dalam usaha akomodasi pariwisata di Nusa Penida berbasis nilai-nilai lokal (kekeluargaan), sedangkan pemasaran usaha dilakukan dengan mengikuti perkembangan teknologi informasi saat ini (melalui booking.com, Agoda, dll.). Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat disarankan beberapa hal (1) Habitus usaha akomodasi pariwisata yang berbasis nilai-nilai lokal perlu dipertahankan; (2) Modal usaha akomodasi pariwisata dalam
! 170! bentuk modal sosial dan modal
simbolik dapat dijadikan penciri khusus tipe usaha akomodasi pariwisata yang berbasis kearifan lokal;(3) Ranah usaha akomodasi pariwisata di Nusa Penida perlu diperluas dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat lokal dalam kegiatan kepariwisataan; dan (4) Tata kelola hotel berbasis nilai-nila lokal perlu dipertahankan agar dapat dijadikan strategi menghadapi industri global (investor asing) yang akan menananmkan modalnya di Nusa Penida.
IV. DAFTAR PUSTAKA BPS Propinsi Bali. 2017
BPS. 2013. Direktori
Perusahaan/Usaha Hotel dan Akomodasi Lainnya. Jakarta: CV. Tapasuma Ratu Agung Creswell, J.W.2009. Research Design:
Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches.
Third Edition. London: SAGE Fashri, F. 2007. Penyingkapan Kuasa
Simbol: Apropriasi Reflektif Pemikiran Pierre Bourdieu.
Yogyakarta: Juxtapose, hal
98-100
Instruksi Presiden nomor 6 tahun 2009, tentang pengembangan kewirausahaan berbasis potensi lokal.
Kusmayadi dan Endar Sugiarto. 2000.
Metodologi Penelitian Dalam Bidang Kepariwisataan.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
LPPM UNUD. 2018 Panduan Pelaksanaan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas
Udayana. Jimbaran: LPPM
Unud
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi
Penelitian Kualitatif.
Bandung: RosdaKarya
Malik, A. dan Mulyono, E. 2017. Pengembangan
Kewirausahaan Berbasis Potensi Lokal melalui Pemberdayaan Masyarakat. Journal of Nonformal Education and Community Empowerment Volume 1 (1): 87-101, Juni 2017 Available at http://journal.unnes.ac.id/sju/i ndex.php/jnfc Puja, dkk. 2016. Pemberdayaan Potensi Masyarakat dalam Pengembangan Pariwisata Budaya di Desa Tenganan, Kecamatan Manggis Kabupaten Karangasem, Bali.
Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah volume 7, nomor 1,
juli 2016
Paramita, dkk. 2015. Penyusunan Model Pengembangan Kewirausahaan berbasis Kearifan Lokal dalam Kewirausahaan Desa Adat di bali. Prosiding Seminar Nasional 4th UNS SME’s Summit & Awards 2015“. Sinergitas Pengembangan
UMKM dalam Era
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)”
Primadona. 2015. Peranan Modal Sosial Dan Modal Manusia Dalam Wirausaha. Available
Online at http://fe.unp.ac.id/ Book of Proceedings.
Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Sertifikasi Usaha Pariwisata
Peraturan Menteri No. 53 Tahun 2013 tentang Standar Usaha Hotel Ritzer dan Goodman. 2012.
Teori Sosiologi Klasik – Post Modern Edisi Terbaru (Trans:Nurhadi). Yogyakarta:
Kreasi Wacana.
Rante,Yohanes. 2010. Kearifan Lokal
sebagai Strategi
Kewirausahaan. Jurnal
Manajemen dan
Kewirausahaan, vol.12, no. 2, september 2010: 133-141
Reindrawati, D.
Tantangan dalam
implementasi
social
entrepreneurship
pariwisata di Pulau
Madura. Jurnal
Masyarakat,Kebudayaan dan Politik Vol. 30, No.
3, tahun 2017, hal. 215-228
Sofia, P.I. 2015. Konstruksi Model Kewirausahaan Sosial (social
entrepreneurship) sebagai Gagasan Inovasi Sosial bagi Pembangunan Perekonomian
Jurnal Universitas
Pembangunan Jaya #2 Volume 2 Maret 2015
Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan