BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab terdahulu dapat disimpulkan bahwa indikator responsivitas program Jamkesos dapat dilihat dari beberapa aspek, Untuk melihat indikator responsivitas tersebut dapat diperoleh dari hasil penulisan dan analisis yaitu:
1. Prosedur penjaminan dari masyarakat ke kantor Bapel Jamkesos terkesan menyulitkan masyarakat, walapun dipandang juga masyarakat sangat memerlukan, karena masyarakat harus datang sendiri ke kantor Bapel Jamkesos DIY untuk mengurus penjaminan awal disaat pertama kali menginap dirumah sakit dan juga mengurus jaminan akhir disaat pasien akan pulang.
2. Prosedur sosialisasi yang diberikan Jamkesos dari atas yakni Bapel Jamkesos DIY hingga tingkat Dusun adanya informasi yang tidak tersalurkan, karena informasi tersebut berhenti dilevel Puskesmas sehingga masyarakat merasa tidak mendapatkan sosialisasi dari Jamkesos. Jadi mekanisme Jamkesos bekerja dilevel dusun, khususnya Dusun Blali masih kurang terlihat.
101 3. Kualitas pelaksana program Jamkesos, dalam hal ini dilihat dari sumber
daya manusia (SDM) pegawai Jamkesos. Pegawai yang mengurusi Jamkesos tidak berbanding lurus dengan jumlah masyarakat yang mengurus Jamkesos. Berdasarkan peraturan Gubernur, semestinya secara kuantitas Bapel Jamkesos minimal memiliki 43 pegawai. Namun, kenyataannya hanya 32 pegawai, itupun yang bisa mengambil kebijakan cuma 21 pegawai, karena yang 11 pegawai honorer. Akibat kurangnya pegawai di lingkungan Bapel Jamkesos, satu pegawai bisa memegang beberapa pekerjaan untuk menghendel kekosongan. Kualitas pendidikan yang masih belum merata, Karena jenjang pendidikan SDM yang masih ada diantara pegawainya hanya lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Dengan begitu, kualitas SDM yang ada belum sepenuhnya memenuhi prosedur yang berlaku.
Dampak positif dan Dampak Negatif responsivitas Program Jamkesos kepada masyarakat, dapat dilihat dari bebrapa aspek sebagai berikut:
1. Dampak Positif, Masyarakat DIY banyak terbantu dengan adanya Jamkesos, akan tetapi Banyak indikasi yang menyebabkan masih minimnya peserta Jamkesos dalam memanfatkan jasa tersebut. Salah satunya adalah kebanyakan masyarakat memanfaatkan Jamkesos hanya saat mereka sakit dan memerlukan biaya yang besar. Padahal, peserta
Jamkesos juga bisa memanfaatkannya untuk melakukan check-up kesehatan tidak mesti menunggu sakit.
2. Dampak Negatif, Kurangnya informasi yang masyarakat terima, sehingga komunikasi antara petugas Jamkesos ke masyarakat kurang terjalin baik. Jika masyarakat tidak mempunyai inisiatif yang tinggi untuk lebih aktif menanyakan kepada petugas Jamkesos, maka mereka tidak mendapatkan hasil yang memuaskan, jika masyarakat sendiri tidak aktif dia akan merasa dirugikan sendiri. Jadi selain Jamkesos yang seharusnya memberikan informasi tentang program Jamkesos ke masyarakat baik di level Desa maupun Dusun, akan tetapi masyarakat juga harus lebih aktif untuk menanyakan tentang program Jamkesos jika dirasa ada yang kurang memuaskan, sehingga komunikasi antara petugas dan masyarakat bisa terjalin lebih baik.
B. Rekomendasi
Dari kesimpulan yang telah diuraikan maka ada beberapa hal yang dapat direkomendasikan tentang responsivitas program Jamkesos antara lain:
1. Program Jamkesos ini diharapkan akan selalu berjalan, akan tetapi diusahakan adanya transparansi dalam pemberian bantuannya, agar masyarakat merasa puas akan bantuan yang diterimanya.
103 2. Diupayakan untuk proses penjaminan awal ataupun penjaminan akhir dari masyarakat tidak harus datang ke kantor Bapel Jamkesos, selain memakan waktu yang lama ditakutnya pasien tidak mempunyai sanak saudara. Sehingga pihak rumah sakit dan Jamkesos mengupayakan mempunyai akses tersediri agar proses penjaminan tersebut menjadi cepat dan pasien tidak harus datang ke kantor Bapel Jamkesos DIY.
3. Untuk mengupayakan dapat menyediakan jumlah SDM berdasarkan peraturan Gubernur minimal memiliki 43 pegawai. Sehingga dalam pelaksanaannya dapat maksimal. Sedangkan untuk kualitas SDM seharusnya pembagian SOP nya sesuai dengan tingkat pendidikannya, sehingga tidak ada yang merasa kesusahan.
4. Perlunya sosialisasi kepada masyarakat khususnya Dusun Blali agar mereka yang belum tau akan prosedur dan proses-proses apapun tidak merasa kesulitan untuk mengurusnya nanti. Sehingga komunikasi antara petugas dan masyarakat akan terjalin dengan baik.
Tabel. VII. Rangkuman Hasil Responsivitas Program Jamkesos DIY Kepada Masyarakat (Study Kasus di Dusun Blali, Kabupaten Bantul)
Variabel/ Indikator Pelaksanaan Permasalahan Akibat
1. Prosedur
Penjaminan dan klaim
- Prosedur penjaminan ada dua kategori,penjaminan awal dan penjaminan akhir yang
dilakukan oleh masyarakat pada saat melakukan pemeriksaan di Rumah Sakit, biasanya
penjaminan tersebut diproseskan oleh saudara pasien.
- Prosedur Klaim dari puskesmas dan Rumas Sakit ke kantor Bapel Jamkesos DIY, yaitu dengan membawa syarat-syarat yang telah ditentukan Jamkesos untuk diserahkan ke kantor Bapel Jamkesos.
- Masyarakat se DIY selaku peserta Jamkesos harus mengurus penjaminan ke Kantor Bapel Jamkesos DIY, dan penjaminan yang diproses juga ada dua yakni
penjaminan awal dan penjaminan akhir, Hal ini akan memberatkan keluarga pasien karena selain memakan waktu yang cukup lama, juga akan menghabiskan biaya akomodasi yang lebih besar. - Prosedur Klaim ke Jamkesos
sekiranya itu sudah maksimal bagi rumah sakit dan
puskesmas, karena pihak rumah sakit dan puskesmas hanya mengirimkan berkas-berkas prosedur
pengeklaimman satu bulan sekali ke pihak Bapel Jamkesos.
- Walaupun dipandang juga masyarakat sangat
memerlukan bantuan, akan tetapi banyak Masyarakat yang mengeluh karena keterbatasan waktu dan jarak yang harus datang ke Kantor Bapel Jamkesos DIY.
- Setelah Proses verifikasi sudah lengkap, pihak Jamkesos membayarankan melalui rekening bank masing-masing rumah sakit dan puskesmas, jadi tidak menghabiskan waktu untuk pihak rumah sakit dan puskesmas kembali lagi ke kantor Bapel Jamkesos
105 2. Prosedur
Sosialisasi Program Jamkesos DIY
- Prosedur sosialisasi program Jamkesos yang diawali dari kader, kadus, puskesmas, Rumah Sakit dan Jamkesos.
- Proses sosialisasi tersebut tidak sampai level
masyarakat, karena berhenti ditingkat Puskemas, sehingga kadus dan kader sendiri juga tidak mengetahui prosedur penggunaan kartu Jamkesos itu seperti apa. Pihak puskesmas juga tidak
mempunyai wewenang untuk menyampaikan sosialisasi tentang Program Jamkesos, karena pihak Puskesmas hanya sebatas diberi
sosisalisasi untuk menjawab pertanyaan masyarakat yang datang ke rumah sakit.
- Banyak masyarakat yang tidak mengetahui proses penggunaan kartu Jamkesos, sehingga bagi kader yang kreatif akan mencari informasi sendiri untuk mendapatkan informasi akan tetapi jika kader yang tidak aktif mereka hanya diam saja tanpa mencari solusinya.
3. Kualitas Pelaksana Program Jamkesos DIY
- Kualitas Pelaksanaan program Jamkesos di lingkungan Bapel Jamkesos, di ukur secara kuantitas maupun kualitas. Yakni, pemenuhan pegawai yang sesuai dengan standar dan sumber daya yang berkopeten secara akademik.
- SDM pegawai Bapel Jamkesos yang tidak proporsional dan sesuai standar, baik secara kuantitas maupun kualitas.
- Banyak pegawai yang hanya lulusan SMP maupun SMA merasa kesulitan dalam mengerjakan beberapa tugasnya.
- Karna keterbatasan SDM pegawainya, banyak yang doble melakukan
pekerjaannya, sehingga hasil yang dicapai tidak maksimal.
4. Masyarakat (Selaku Kelompok Sasaran)
- Kasus Bapak Sunarwanto
- Kasus Bapak Seno
- Total biayanya sejumlah Rp. 6.220.090,00 dan
mendapatkan jaminan dari Jamkesos hanya Rp.
1.200.000. Adik Sunarwanto yang mengurus penjaminan tersebut merasa kurang puas dengan bantuan tersebut. Mengajukan Banding lagi ke pihak Jamkesos dan mendapat Tambahan Rp. 3.657.576,18.
- Total biayanya sejumlah Rp. 8.540.191, maka mendapatkan jaminan hanya Rp.
2.031.958,00 Dengan total yang sedikit tersebut, diterimanya dengan hati bertanya-tanya.
- Bagi yang memiliki
inisiatif, maka dana itu bisa diajukan kembali untuk mendapatkan penambahan dengan mengajukan permohonan kembali, tetapi bagi mereka yang tidak memiliki inisiatif mungkin menerimanya begitu saja.
- Karena tidak berinisiatif untuk mengajukan biaya tambahan atas pemberian bantuan dari Jamkesos, karena menurutnya Jamkesos tidak memiliki standard jumlah biaya bantuan yang jelas untuk diberikan kepada pasien, sehingga menerima begitu saja, padahal, biaya yang harus dibayarkan pihak keluarga kepada rumah sakit masih cukup besar.
107
- Kasus Nyonya Surati - Total biayanya sejumlah Rp.
9.349.650. dan pihak keluarga Surati harus melunasi terlebih dahulu pembiayaannya dirumah sakit tersebut sebelum melakukan penjaminan akhir ke kantor Jamkesos, jika nanti setelah penjaminan akhir selesay maka pihak rumah sakit akan mengembalikan sejumlah uang yang dijamin oleh Jamkesos. jaminan dari Jamkesos hanya berjumlah Rp. 1.425.804.
- Menyutui begitu saja atas bantuan yang telah diberikan oleh Jamkesos
karena kurangnya informasi yang diterimanya. maka pasien
hanya menerima bantuan sejumlah yang diberikan dan tidak lebih. Padahal, biaya yang harus dibayarkan pihak keluarga pada rumah sakit masih cukup besar.