i
KATA PENGANTAR
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (Ditjen KP3K) Tahun 2014 disusun sebagai wujud transparansi dan akuntabilitas Ditjen KP3K dalam melaksanakan berbagai kewajiban pembangunannya, serta sebagai bentuk pertanggungjawaban dalam melaksanakan tugas dan fungsi organisasi.
Laporan Kinerja Ditjen KP3K Tahun 2014 ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang berbagai capaian kinerja yang telah dicapai, baik makro maupun mikro serta langkah-langkah pelaksanaan kebijakan dan program pembangunan yang telah dilaksanakan di bidang kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil. Sangat disadari bahwa laporan ini belum secara sempurna menyajikan prinsip transparansi dan akuntabilitas seperti yang diharapkan, namun setidaknya masyarakat dan berbagai pihak yang berkepentingan dapat memperoleh gambaran tentang hasil pembangunan kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil yang telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal KP3K. Capaian Pembangunan Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil ini menjadi modal dasar untuk lebih mengembangkan pembangunan kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil di masa datang, khususnya untuk menyongsong RPJMN 2015-2019 sehingga sumber daya yang dimiliki dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan.
Harapan kami kiranya laporan ini dapat dijadikan bahan evaluasi dan feed back terhadap penyelenggaraan program Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dan sekaligus sebagai bahan masukan bagi penyusunan kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Akhirnya atas perhatian dan bantuan semua pihak terhadap terselenggaranya program dan kegiatan Ditjen KP3K Tahun 2014 diucapkan terima kasih.
Jakarta, Februari 2015 Direktur Jenderal
Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
ii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Selama Tahun 2014, yang merupakan tahun terakhir masa RPJMN 2010-2014, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (KP3K) melakukan evaluasi target dengan menyesuaikan reviu Renstra KKP Tahun 2010-2014 yang menggunakan pendekatan Balanced Score Card (BSC). Dari target tersebut, Direktorat Jenderal KP3K telah berhasil melaksanakan misi yang diemban dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Dengan rujukan hasil penilaian kinerja dengan menggunakan metode BSC, Nilai Pengukuran Sasaran Strategis (NPSS) Direktorat Jenderal KP3K tahun 2014 adalah sebesar 112,38% sebagaimana Dashboard di bawah ini:
Gambar 1. Dashboard Capaian Kinerja Ditjen KP3K 2014 Capaian tersebut diperoleh dari:
Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder Perspective) capaian kinerja 117,79%;
Perspektif Masyarakat KP (Costumer Perspective) capaian kinerja 116,20%;
iii
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth Perspective) capaian kinerja 110,48%.
Capaian kinerja pada perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder Perspective) Ditjen KP3K Tahun 2014 sebesar 117,79%. Capaian ini berasal dari Sasaran Strategis Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan dengan capaian 105,29%.
Capaian Perspektif Masyarakat KP (Costumer Perspective) capaian kinerja 116.20% ini berasal dari capaian 4 (empat) sasaran strategis yaitu:
1) Meningkatnya ketersediaan produk kelautan dan perikanan yang bernilai tambah dengan capaian 100,05%;
2) Meningkatnya kemandirian masyarakat KP3K dengan capaian 110,65%;
3) Meningkatnya Pengelolaan SDKP yang berkelanjutan dengan capaian 110,77%; dan
4) Meluasnya kesiapan masyarakat untuk usaha dan kesempatan kerja di bidang KP dengan capaian 120%.
Pada Perspektif Internal (Internal Process Perspective) dengan bobot 30%, Ditjen KP3K telah mencapainya dengan melebihi target, capaian kinerja 107,87%, yang meliputi capaian dari sasaran strategis:
1) Tersedianya kebutuhan inovasi teknologi hasil litbang untuk modernisasi sistem produksi garam dengan capaian 100%;
2) Tersedianya kebijakan di bidang KP3K sesuai kebutuhan dengan capaian 105%
3) Terkelolanya wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu dan berkelanjutan dengan capaaian 115%;
4) Terselenggaranya modernisasi sistem produksi KP, pengolahan dan pemasaran produk KP yang optimal dan bermutu dengan capaian 77,60%;
5) Meningkatnya pemanfaatan ekonomi, wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu dan berkelanjutan dengan capaian 102,66%; dan
6) Terselenggaranya pengendalian dan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dengan capaian 100%.
Capaian kinerja pada Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth Perspective) dengan bobot 30%, telah tercapai sebesar 110,48%. Capaian ini berasal dari capaian sasaran strategis:
1) Tersedianya SDM lingkup Ditjen KP3K yang kompeten dan profesional dengan capaian 120%;
2) Tersedianya informasi bidang KP3K yang valid, handal dan mudah diakses dengan capaian 117,53%;
3) Terwujudnya good governance & clean government di bidang KP3K dengan capaian 103,98%; dan
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
RINGKASAN EKSEKUTIF ... ii
DAFTAR ISI... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... xi
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Organisasi Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil ... 1
1.2 Tugas Pokok Dan Fungsi ... 2
1.3 Permasalahan Utama Yang Dihadapi ... 3
1. Keberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pulau-pulau Kecil ... 4
2. Konflik Penggunaan Ruang ... 4
3. Penurunan Kualitas Lingkungan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil ... 5
4. Potensi Sumberdaya Pulau-Pulau Kecil Belum Dimanfaatkan Secara Optimal... 5
5. Penanganan Pulau-Pulau kecil di Perbatasan ... 5
6. Pengelolaan Konservasi Sumberdaya Ikan dan Kawasan Belum Optimal ... 6
7. Pengelolaan Sumberdaya Kelautan Belum Optimal ... 6
8. Bencana dan Dampak Perubahan Iklim Global di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil ... 7
9. Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat ... 7
1.4 Sistematika Penyajian ... 8
BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA... 10
2.1 Rencana Strategis 2010 - 2014 ... 10
2.2 Visi ... 10
2.3 Misi ... 10
2.4 Tujuan ... 11
2.5 Rencana Kinerja Tahun 2014 ... 13
Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder Perspective) ... 13
Perspektif Masyarakat Kelautan dan Perikanan (Costumer Perspective) ... 13
Perspektif Internal (Internal Process Perspective) ... 14
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth Perspective) 15 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA ... 18
SS.1. Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat Kelautan Dan Perikanan ... 20
IK 1. Rata-Rata Pendapatan Petambak Garam ... 21
IK 2. Pertumbuhan PDB Perikanan ... 25
SS.2. Meningkatnya Ketersediaan Produk Kelautan Dan Perikanan Yang Bernilai Tambah ... 26
IK 3. Jumlah Produksi Garam Rakyat (Juta Ton) ... 27
IK 4. Ragam Produk Kelautan Non Garam Yang Terfasilitasi Pengembangannya ... 30
IK 5. Jumlah BMKT Yang Dikelola ... 33
SS.3. Meningkatnya Kemandirian Masyarakat KP3K ... 35
IK 6. Jumlah Pelaku Usaha Mikro Yang Mandiri Di Kawasan Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil ... 36
IK 7. Jumlah Sarana Usaha Mikro Yang Beroperasi Di Kawasan Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil ... 39
v IK 8. Jumlah Kelompok Yang Menerima Pemberdayaan Usaha Garam
Rakyat/PUGAR (Kelompok) ... 40
SS.4. Meningkatnya Pengelolaan SDKP Yang Berkelanjutan ... 44
IK 9. Jumlah Jenis Ikan Yang Dikonservasi Secara Berkelanjutan... 45
IK 10. Jumlah Pulau-Pulau Kecil Termasuk Pulau Kecil Terluar Yang Dikelola ... 53
IK 11. Luas Kawasan Konservasi Perairan Yang Dikelola Secara Berkelanjutan ... 56
IK 12. Jumlah Kawasan Pesisir Yang Terfasilitasi Ketahanannya Terhadap Ancaman Kerusakan ... 62
SS.5 Meningkatnya Pengelolaan SDKP Yang Berkelanjutan ... 68
IK 13. Jumlah Tenaga Kerja (Baru) Di Bidang Pergaraman (Orang) Pada PUGAR ... 68
SS6. Tersedianya Kebutuhan Inovasi Teknologi Hasil Litbang Untuk Modernisasi Sistem Produksi Garam ... 70
IK 14. Jumlah Rekomendasi Inovasi Teknologi Yang Dibutuhkan Untuk Modernisasi Sistem Produksi Garam ... 70
SS 7. Tersedianya Kebijakan Di Bidang KP3K Sesuai Kebutuhan ... 72
IK 15. Jumlah Kebijakan Publik Bidang KP3K ... 72
IK 16. Jumlah Draft Peraturan Perundang-Undangan Bidang KP3K ... 74
SS 8. Terkelolanya Wilayah Laut, Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Secara Terpadu Dan Berkelanjutan ... 75
IK 17. Jumlah Luasan Kawasan Di Wilayah Pesisir Rusak Yang Direhabilitasi (Ha) ... 76
IK 18. Jumlah Lokasi Laut, Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Yang Memiliki Perencanaan Pengelolaan ... 82
IK 19. Jumlah Penambahan Kawasan Konservasi Perairan (Ha) ... 83
IK 20. Jumlah Pulau-Pulau Kecil Yang Dikelola Melalui Kerjasama (Pulau) ... 85
SS 9. Terselenggaranya Modernisasi Sistem Produksi KP, Pengolahan Dan Pemasaran Produk KP Yang Optimal dan Bermutu ... 88
IK 21. Persentase Jumlah Produksi Garam Rakyat Kualitas Produksi (KP1) Dibandingkan Total Produksi ... 88
SS 10. Meningkatnya Pemanfaatan Ekonomi, Wilayah Laut, Pesisir Dan Pulau- Pulau Kecil Secara Terpadu Dan Berkelanjutan ... 91
IK 22. Luasan Tambak Garam Yang Dikelola (Ha) ... 91
IK 23. Persentase Luas Lahan Yang Menggunakan Inovasi Teknologi Dibanding Total Lahan Pugar ... 94
SS 11. Terselenggaranya Pengendalian Dan Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan Dan Perikanan Di Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil ... 97
IK 24. Jumlah Rekomendasi Izin Pemanfaatan Perairan di WP3K ... 97
IK 25. Jumlah Fasilitasi Izin Lokasi Reklamasi ... 98
SS 12. Tersedianya SDM Lingkup Ditjen KP3K Yang Kompeten Dan Profesional .... 102
IK 26. Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV dan V DJ KP3K... 103
IK 27. Service Level Agreement DJKP3K ... 104
SS 13. Tersedianya Informasi Bidang KP3K Yang Valid, Handal dan Mudah Diakses ... 105
IK 28. Persepsi User Terhadap Kemudahan Akses Informasi di Ditjen KP3K 106 IK 29. Jumlah Rekomendasi Aparat Pengawas Internal Dan Eksternal Pemerintah (APIEP) Yang Ditindaklanjuti Dibanding Total Rekomendasi di DJKP3K (%) ... 107
vi
SS 14. Terwujudnya Good Governance & Clean Government di Bidang KP3K ... 109
IK 30. Tingkat Kualitas Akuntabilitas Kinerja DJKP3K ... 109
IK 31. Nilai Integritas DJKP3K ... 111
IK 32. Nilai Inisiatif Anti Korupsi DJKP3K ... 112
IK 33. Nilai Penerapan RB DJKP3K ... 113
SS 15. Terkelolanya Anggaran KP3K Secara Optimal ... 114
IK 34. Persentase Penyerapan DIPA Ditjen KP3K ... 114
Akuntabilitas Keuangan ... 117
BAB IV. PENUTUP ... 121
4.1. Kesimpulan ... 121
4.2. Saran ... 123
TIM PENYUSUN ... 125 LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Target Kinerja Direktorat Jenderal KP3K Tahun 2010 - 2014 ... 12
Tabel 2. Target dan Realisasi Indikator Kinerja KP3K Tahun 2014 ... 18
Tabel 3. Target dan Realisasi Sasaran Strategis Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat Kelautan Dan Perikanan ... 21
Tabel 4. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Rata-rata pendapatan petambak garam ... 21
Tabel 5. Data Produksi Garam ... 23
Tabel 6. Data Perbandingan Rerata Pendapatan Petambak Garam ... 24
Tabel 7. Target dan Realisasi Indikator Pertumbuhan PDB Perikanan ... 25
Tabel 8. Target dan Realisasi Sasaran Strategis Meningkatnya Ketersediaan Produk Kelautan Dan Perikanan Yang Bernilai Tambah ... 27
Tabel 9. Produksi Garam Rakyat ... 27
Tabel 10. Per provinsi jumlah produksi garam rakyat di tahun 2014 ... 28
Tabel 11. Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir atau dengan renstra jangka menengah ... 28
Tabel 12. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Jumlah ragam produk kelautan non garam yang terfasilitasi pengembangannya ... 30
Tabel 13. 2 (dua) produk kelautan non garam ... 31
Tabel 14. Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir; ... 31
Tabel 15. Perbandingan target 2010-2014 ... 32
Tabel 16. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Utama Jumlah BMKT yang dikelola ... 33
Tabel 17. Perbandingan target dan realisasi Jumlah BMKT yang dikelola selama 5 tahun ... 33
Tabel 18. Target dan Realisasi Sasaran Strategis Meningkatnya Kemandirian Masyarakat KP3K ... 35
Tabel 19. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Utama Jumlah pelaku usaha mikro yang mandiri di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (kelompok/orang) ... 36
Tabel 20. Jumlah Pelaku Usaha Mikro yang Beroperasi di Kawasan Pesisir 2014 ... 37
Tabel 21. Perbandingan antara target kinerja Jumlah Pelaku usaha mikro yang mandiri di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil serta capaian kinerja lima tahun terakhir (2010-2014) ... 38
Tabel 22. Target dan Realisasi Indikator Jumlah sarana usaha mikro yang beroperasi di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (unit) ... 39
Tabel 23. Target Indikator Jumlah sarana mikro yang mandiri di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil ... 39
Tabel 24. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Jumlah kelompok yang menerima pemberdayaan usaha garam rakyat/PUGAR (kelompok) ... 40
Tabel 25. Realisasi Jumlah Kelompok dan Penyaluran BLM ... 41
Tabel 26. Keragaan PUGAR 2011-2014 ... 43
Tabel 27. Target dan Realisasi Sasaran Strategis Meningkatnya Pengelolaan SDKP Yang Berkelanjutan... 45
Tabel 28. Target dan Realisasi Jumlah jenis ikan yang dikonservasi secara berkelanjutan (jenis) ... 45
Tabel 29. Perbandingan Capaian Konservasi Jenis Ikan 2010 - 2014 ... 46
Tabel 30. Capaian Pengelolaan Konservasi Jenis Ikan Tahun 2014 ... 47
Tabel 31. Target dan Realisasi Jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau kecil terluar yang dikelola ... 53
viii
Tabel 33. Capaian Fasilitasi Sarana dan Prasarana di PPK Tahun 2010-2014 ... 55
Tabel 34. Capaian Luas kawasan konservasi perairan yang dikelola secara berkelanjutan (juta Ha) ... 56
Tabel 35. Luas kawasan konservasi perairan yang dikelola secara berkelanjutan (juta ha) Efektivitas Pengelolaan Kawasan Tahun 2014 berdasarkan E-KKP3K ... 57
Tabel 36. Capaian pengelolan berkelanjutan kawasan konservasi perairan tahun 2010- 2014 (juta Ha) ... 60
Tabel 37. Capaian Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap ancaman kerusakan... 62
Tabel 38. Capaian Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap ancaman kerusakan... 62
Tabel 39. Target dan Realisasi IKU Jumlah Kawasan Pesisir yang Terfasilitasi Ketahanannya Terhadap Ancaman Kerusakan Tahun 2010-2014 ... 63
Tabel 40. Tabel Pemanfaatan BLM PDPT TA 2014 ... 65
Tabel 41. Target dan Realisasi Jumlah tenaga kerja (baru) di bidang pergaraman (orang) pada PUGAR ... 68
Tabel 42. Target dan Realisasi Jumlah tenaga kerja (baru) di bidang pergaraman (orang) pada PUGAR ... 69
Tabel 43. Target dan Realisasi Jumlah rekomendasi inovasi teknologi yang dibutuhkan untuk modernisasi sistem produksi garam ... 70
Tabel 44. Perbandingan capaian Jumlah rekomendasi inovasi teknologi yang dibutuhkan untuk modernisasi sistem produksi garam ... 71
Tabel 45. Tabel Target dan Realisasi Sasaran Strategis Tersedianya kebijakan di bidang KP3K sesuai kebutuhan... 72
Tabel 46. Tabel Target dan Realisasi Jumlah kebijakan publik bidang KP3K (dokumen) ... 72
Tabel 47. Rincian peraturan perundangan kebijakan publik bidang KP3K... 72
Tabel 48. Tabel Target dan Realisasi Jumlah kebijakan publik bidang KP3K (dokumen) ... 74
Tabel 49. Tabel draft peraturan perundang-undangan bidang KP3K (dokumen) ... 75
Tabel 50. Target dan Realisasi Sasaran Terkelolanya wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu dan berkelanjutan ... 75
Tabel 51. Target dan Realisasi Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi (Ha) ... 76
Tabel 52. Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi (Ha) ... 76
Tabel 53. Rincian wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi (Ha) ... 77
Tabel 54. Target dan Realisasi Indikator Jumlah Luasan Kawasan di Wilayah Pesisir Rusak yang Direhabilitasi (ha) Tahun 2010-2014 ... 80
Tabel 55. Target dan Realisasi Jumlah lokasi laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki perencanaan pengelolaan ... 82
Tabel 56. Target dan Realisasi Sasaran Terkelolanya wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu dan berkelanjutan. ... 83
Tabel 57. Lokasi Penambahan Luas Kawasan Tahun 2014 ... 84
Tabel 58. Realisasi penambahan luas kawasan konservasi perairan tahun 2010-2014 ... 85
Tabel 59. Luas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil di Indonesia Tahun 2014 ... 85
Tabel 60. Target dan Realisasi Jumlah pulau-pulau kecil yang dikelola melaluikerjasama (pulau) ... 85
Tabel 61. Target dan Realisasi lJumlah Pulau-pulau Kecil yang Dikelola Melalui Kerjasama ... 86
Tabel 62. Perbandingan Capaian Adopsi Pulau 2010 - 2014 ... 86 Tabel 63. Target dan Realisasi Terselenggaranya modernisasi sistem produksi KP,
ix
pengolahan dan pemasaran produk KP yang optimal dan bermutu ... 88
Tabel 64. Rincian Produk Garam KP1 ... 88
Tabel 65. Target dan Realisasi Meningkatnya pemanfaatan ekonomi, wilayah laut, pesisir dan pulau- pulau kecil secara terpadu dan berkelanjutan ... 91
Tabel 66. Target dan Realisasi Luasan tambak garam yang dikelola (Ha) ... 91
Tabel 67. Rincian Luas Lahan Garam ... 92
Tabel 68. Target dan Realisasi Persentase luas lahan yang menggunakan inovasi teknologi dibanding total lahan pugar % ... 94
Tabel 69. Data Luas Lahan yang Menggunakan Inovasi Teknologi ... 95
Tabel 70. Target dan Realisasi Terselenggaranya pengendalian dan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil ... 97
Tabel 71. Jumlah rekomendasi izin pemanfaatan perairan di WP3K 2013-2014 ... 97
Tabel 72. Target dan Realisasi Jumlah fasilitasi izin lokasi reklamasi... 98
Tabel 73. Tersedianya SDM lingkup DItjen KP3K yang kompeten dan profesional ... 102
Tabel 74. Capaian Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV dan V KKP (%) ... 103
Tabel 75. Perbandingan Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV dan V DJ KP3K Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014) ... 103
Tabel 76. Service Level Agreement DJKP3K ... 104
Tabel 77. Realisasi Service Level Agreement (SLA) per-triwulan Tahun 2014 ... 104
Tabel 78. Perbandingan Service Level Agreement DJKP3K Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014) ... 105
Tabel 79. Sasaran Tersedianya informasi bidang KP3K yang valid, handal dan mudah diakses ... 105
Tabel 80. Capaian Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV dan V KKP (%) ... 106
Tabel 81. Perbandingan Service Level Agreement DJKP3K Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014) ... 107
Tabel 82. Target dan Realisasi IKU 2014 Jumlah Rekomendasi Aparat Pengawas Internal Dan Eksternal (APIEP) Yang Ditindaklanjuti Dibanding Total Rekomendasi Ditjen KP3K (%) ... 108
Tabel 83. Jumlah Rekomendasi Aparat Pengawas Internal Dan Eksternal (APIEP) Yang Ditindaklanjuti Ditjen KP3K Tahun 2014... 108
Tabel 84. Perbandingan Jumlah Rekomendasi Aparat Pengawas Internal Dan Eksternal (APIEP) Yang Ditindaklanjuti Dibanding Total Rekomendasi Ditjen KP3K (%) Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014) ... 108
Tabel 85. Terwujudnya good governance & clean government di bidang KP3K ... 109
Tabel 86. Target dan Realisasi IKU Tingkat Kualitas Akuntabilitas Kinerja Ditjen KP3K .. 110
Tabel 87. Perbandingan Tingkat Kualitas Akuntabilitas Kinerja Ditjen KP3K Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan 2013, berdasarkan Komponen penilaian AKIP ... 110
Tabel 88. Target dan Realisasi IKU Nilai Integritas DJKP3K Tahun 2014 ... 111
Tabel 89. Perbandingan Nilai Integritas DJKP3K Tahun 2014 Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014) ... 112
Tabel 90. Perbandingan Nilai Integritas DJKP3K Tahun 2014 Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014) ... 113
Tabel 91. Perbandingan Nilai Inisiatif Anti Korupsi DJKP3K Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014) ... 113
Tabel 92. Target dan Realisasi IKU Nilai Penerapan RB Ditjen KP3K ... 113
Tabel 93. Perbandingan Nilai Penerapan RB Ditjen KP3K Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014) ... 114
x
Tabel 94. Terkelolanya anggaran KP3K secara optimal ... 114 Tabel 95. Target dan Realisasi IKU Presentase Penyerapan DIPA Ditjen KP3K ... 114 Tabel 96. Alokasi anggaran dan Realisasi Anggaran Kegiatan Direktorat Jenderal KP3K
tahun 2014 per 20 Januari 2015 ... 115 Tabel 97. Perbandingan Presentase Penyerapan DIPA Ditjen KP3K Terhadap Realisasi
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Dashboard Capaian Kinerja Ditjen KP3K 2014 ... ii
Gambar 2. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal KP3K ... 1
Gambar 3. Lima Pilar Pembangunan Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau kecil ... 11
Gambar 4. PETA STRATEGI (STRATEGY MAP) DITJEN KP3K... 17
Gambar 5. Grafik Target dan Realisasi Pendapatan Petambak Garam ... 25
Gambar 6. Grafik Perbandingan Produksi Garam ... 29
Gambar 7. Penanganan Mamalia Laut Terdampar di Wilayah Kerja BPSPL Denpasar ... 49
Gambar 8. Target dan Realisasi Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap ancaman kerusakan Tahun 2010 – 2014 ... 63
Gambar 9. Ilustrasi capaian PDPT Tahun Anggaran 2014 ... 64
Gambar 10. Tangga evakuasi sekaligus sebagai akses jalan bagi masyarakat desa di Kotawaringin Barat ... 65
Gambar 11. Model Sebaran Pencemaran Berdasarkan Pengaruh Kontur ... 66
Gambar 12. Skoring Pencemaran di Kabupaten Cirebon ... 66
Gambar 13. Mangrove yang telah ditanam di pesisir Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi ... 80
Gambar 14. Penanaman Mangrove di Ladong, Aceh Besar ... 80
Gambar 15. Grafik Target dan Realisasi Indikator Jumlah Luasan Kawasan di Wilayah Pesisir Rusak yang Direhabilitasi (ha) Tahun 2010-2014 ... 81
Gambar 16. Grafik Jumlah Lokasi Laut, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil yang Memiliki Perencanaan Pengelolaan tahun 2010-2014 ... 83
Gambar 17. Peta Lokasi Adopsi Pulau ... 87
Gambar 18. Grafik Capaian Prosentase Produksi Garam Kualitas KP1 pada Tahun 2013 dan 2014 ... 90
Gambar 19. Grafik Jumlah Luasan Tambak Garam (Ha) pada Tahun 2012-2014 ... 94
Gambar 20. Grafik Persentase Luas Lahan yang Menggunakan Inovasi Teknologi Dibanding Total Lahan PUGAR ... 96
Gambar 21. Kondisi eksisting Teluk Benoa (tahun 2013) ... 99
Gambar 22. Kondisi eksisting daerah lokasi reklamasi Tanjung Carat ... 102
Gambar 23. Grafik Hasil Polling Persepsi User Terhadap Kemudahan Akses Tahun 2013 ... 107
Gambar 24. Grafik Penyerapan Anggaran Ditjen KP3K Tahun 2014... 115
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Organisasi Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau
Kecil
Berdasarkan Permen KP Nomor PER.15/MEN/2010 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan sekaligus juga dalam rangka mengemban amanah Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dan PP 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumberdaya Ikan, maka struktur organisasi Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah:
Gambar 2. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal KP3K
Direktorat Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil Direktorat Pesisir dan Lautan Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan
SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN,
PESISIR, DAN PULAU-PULAU KECIL
Unit Pelaksana Teknis Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pengembangan Usaha 1. Bagian Program
2. Bagian Kepegawaian, Keuangan dan Umum 3. Bagian Hukum, Organisasi dan Hubungan
Masyarakat
4. Bagian Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan 5. Kelompok Pejabat Fungsional
1. Sub Direktorat Rencana Tata Ruang Laut Nasional dan perairan Yurisdiksi; 2. Sub Direktorat Rencana Tata Ruang dan Zonasi Wilayah I; 3. Sub Direktorat
Rencana Tata Ruang dan Zonasi Wilayah II; 4. Sub Direktorat
Informasi dan Evaluasi Spasial; dan Subbagian Tata Usaha 1. Sub Direktorat Mitigasi bencana lingkungan; 2. Sub Direktorat Pendayagunaan Sumber Daya Kelautan; 3. Sub Direktorat Penanggulangan pencemaran Sumberdaya pesisir dan lautan; 4. Sub Direktorat Rehabilitasi dan reklamasi; dan 5. Subbagian Tata Usaha. 1. Sub Direktorat Identifikasi Pulau-pulau Kecil; 2. Sub Direktorat Sarana dan Prasarana Pulau-pulau Kecil; 3. Sub Direktorat Pengelolaan Ekosistem Pulau-pulau Kecil; 4. Sub Direktorat Investasi dan promosi pulau-pulau kecil; dan 5. Subbagian Tata Usaha.. 1. Sub Direktorat Jejaring, Data dan Informasi Konservasi; 2. Sub Direktorat Konservasi Kawasan; 3. Sub Direktorat Konservasi Jenis Ikan ; 4. Sub Direktorat Pemanfaatan Kawasan dan Jenis Ikan; dan 5. Subbagian
Tata Usaha 1. Balai Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Padang, 2. Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang, 3. BPSPL Denpasar, 4. BPSPL Pontianak, 5. BPSPL Makassar, 6. Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (LPSPL) Sorong, 7. Loka Kawasan Konservasi Perairan Nasional (LKKPN) Pekanbaru, dan 8. Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (LPSPL) Serang. 1. Sub Direktorat Akses Permodalan; 2. Sub Direktorat Akses Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; 3. Sub Direktorat Sosial Budaya Masyarakat; 4. Sub Direktorat Pengembangan Usaha; dan (v) Subbagian Tata Usaha
2
Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Selain organisasi di Pusat, Direktorat Jenderal KP3K juga memiliki Unit Pelaksana Teknis (UPT) di daerah. Sampai dengan tahun 2009 telah membentuk 8 (Delapan) UPT yaitu:
1. Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Padang; 2. Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang; 3. Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar; 4. Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Pontianak; 5. Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar; 6. Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (LPSPL) Sorong; 7. Loka Kawasan Konservasi Perairan Nasional (LKKPN) Pekanbaru; 8. Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (LPSPL) Serang.
1.2
Tugas Pokok Dan Fungsi
Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (Direktorat Jenderal KP3K), sesuai dengan tugas dan fungsinya, secara bertahap melakukan upaya dalam pengelolaan sumberdaya kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil melalui kegiatan-kegiatan: Pengelolaan dan pengembangan konservasi kawasan dan jenis, Penataan ruang dan perencanaan pengelolaan wilayah laut, pesisir, dan pulau kecil, Pendayagunaan pesisir dan lautan, Pendayagunaan pulau-pulau kecil, Pemberdayaan masyarakat pesisir dan pengembangan usaha, serta peningkatan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Direktorat Jenderal KP3K.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.15/MEN/2010 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil adalah unsur pelaksana yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Menteri Kelautan dan Perikanan. Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil menyelenggarakan fungsi: 1. Perumusan kebijakan dibidang kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil; 2. Pelaksanaan kebijakan di bidang kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil; 3. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria dibidang kelautan, pesisir
3 4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kelautan, pesisir dan
pulau-pulau kecil;
5. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
1.3
Permasalahan Utama Yang Dihadapi
Pengelolaan wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil sebagai bagian integral dari pembangunan kelautan dan perikanan, saat ini mendapat perhatian dengan skala prioritas yang tinggi dan menjadi bagian dari orientasi kebijakan perencanaan pembangunan nasional ke depan. Hal ini mengingat di wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil disamping merupakan tempat sebagian penduduk (60% penduduk Indonesia tinggal di wilayah pesisir), juga memiliki potensi kekayaan sumberdaya alam yang besar karena didukung oleh adanya sumberdaya hayati dan non-hayati yang bernilai tinggi seperti terumbu karang, ekosistem mangrove, estuaria, padang lamun, mineral, minyak bumi, harta karun, dan lain sebagainya. Sumberdaya alam tersebut telah memberikan kontribusi pendapatan bagi masyarakat terutama dari sektor perikanan, pertambangan dan jasa-jasa lingkungan kelautan dan sumberdaya kelautan non konvensional (pariwisata bahari, BMKT, Pasir laut dan lain-lain) dalam menunjang pembangunan ekonomi bangsa ke depan.
Meskipun dekat dengan sumberdaya pesisir dan laut yang melimpah, namun masyarakat yang hidup terdekat dengan sumberdaya tersebut, masih jauh dari unsur kesejahteraan. Masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil yang terdiri dari nelayan, pembudidaya, pemasar ikan dan pengolah hasil laut, serta masyarakat pesisir lainnya yang kehidupannya bersumber dari sumberdaya kelautan dan perikanan, bermukim di 10.666 desa pesisir (BPS, 2008). Sementara itu, kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil merupakan kawasan yang secara hayati sangat produktif. Keadaan paradoks ini terutama disebabkan oleh rendahnya kualitas SDM, terbatasnya akses terhadap sumber modal, teknologi, informasi dan pasar serta rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan alokasi sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil. Para nelayan kecil sangat rentan terhadap eksternalitas sektor ekonomi seperti penurunan produktivitas sumberdaya ikan akibat eksploitasi berlebihan atau kerusakan ekosistem. Perilaku konsumtif dari sebagian nelayan juga mempersulit upaya pengentasan kemiskinan.
Kemiskinan dan ketertinggalan penduduk pesisir dan pulau-pulau kecil tersebut cenderung mendorong peningkatan kerusakan sumberdaya laut, pesisir dan pulau-pulau kecil guna pemenuhan kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, upaya pemberdayaan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil perlu dilakukan secara komprehensif, meliputi pemberdayaan sosial, budaya dan ekonomi, yang
4
berbasis kemitraan, berorientasi peningkatan kesejahteraan, holistik, dan berkelanjutan. Proses pemberdayaan masyarakat hendaknya disusun dalam bingkai pendekatan yang harmonis dengan memperhatikan sistem nilai dan kelembagaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat setempat (kearifan lokal), potensi kemitraan dan unit usaha masyarakat. Upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam berbagai tahapan pemberdayaan masyarakat hendaknya menjadi fokus utama sehingga akan menjamin kesinambungan peningkatan pendapatan masyarakat dan pelestarian sumberdaya tersebut secara terintegrasi. Permasalahan di atas dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1.
Keberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil yang terdiri dari nelayan, pembudidaya, pemasar ikan dan pengolah hasil laut, serta masyarakat pesisir lainnya yang kehidupannya bersumber dari sumberdaya kelautan dan perikanan, berjumlah sekitar 16.420.000 jiwa dan hidup di 10.666 desa pesisir. Sementara itu, kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil merupakan kawasan yang secara hayati sangat produktif. Keadaan paradoks ini terutama disebabkan oleh rendahnya kualitas SDM, terbatasnya akses terhadap sumber modal, teknologi, informasi dan pasar serta rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan alokasi sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil. Para nelayan kecil sangat rentan terhadap eksternalitas sektor ekonomi seperti penurunan produktivitas sumberdaya ikan akibat eksploitasi berlebihan atau kerusakan ekosistem. Perilaku konsumtif dari sebagian nelayan juga mempersulit upaya pengentasan kemiskinan.
2. Konflik Penggunaan Ruang
Belum adanya pengaturan pemanfaatan dan ketidakpaduan antar kegiatan berpotensi menjadi sumber terjadinya konflik penggunaan ruang wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil. Berbagai konflik di lapangan sering terjadi, misalnya antara kegiatan nelayan tradisional dengan nelayan modern, perikanan budidaya laut dengan pelayaran, kepentingan konservasi dengan pembangunan permukiman, dan masih banyak yang lainnya.
Untuk mengurangi dampak dari konflik penggunaan ruang, maka diperlukan penataan ruang wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang disepakati oleh para pemangku kepentingan dan diperkuat dengan kerangka hukum. Namun baik nasional maupun daerah masih belum memiliki rencana tata ruang wilayah. Hal ini disebabkan tata ruang tersebut masih perlu dipersiapkan baik menyangkut perencanaan, monitoring dan evaluasi, perangkat peraturan perundang-undangan, sumber daya manusia, maupun kelembagaannya.
5 Implikasi lebih lanjut, Pemerintah dan Pemerintah Daerah tidak mempunyai dasar dalam mengarahkan kegiatan pemanfaatan ruang, baik yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemda, masyarakat maupun swasta. Bagi pelaku investasi, keberlangsungan usahanya tidak mempunyai kepastian hukum, karena sewaktu-waktu struktur dan peruntukan ruang dapat dialih fungsikan.
3. Penurunan Kualitas Lingkungan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Sejak tahun 1990-an, laju kerusakan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Kerusakan ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil tersebut berdampak langsung terhadap penurunan kualitas habitat ikan dan mengurangi produktivitas perikanan untuk berkembang serta mengurangi fungsi lingkungan pesisir dan pulau-pulau kecil. Penurunan kualitas lingkungan pesisir dan pulau-pulau kecil antara lain diakibatkan oleh faktor alam, seperti gempa bumi, tsunami, dampak perubahan iklim (global warming), banjir rob, gangguan atmosferik (El Nino), dan bencana biologis, seperti munculnya satwa asing (invasive species). Penurunan kualitas ekosistem pesisir yang lebih cepat terjadi karena kegiatan manusia yang bersifat destruktif, seperti pemanfaatan berlebihan, praktek-praktek penangkapan ikan yang destruktif, penambangan terumbu karang yang merusak, perluasan daratan oleh reklamasi pantai yang tidak mengindahkan aturan, penebangan hutan bakau, pencemaran perairan oleh lumpur, penambatan jangkar perahu, pencemaran limbah, dan tumpahan minyak, dan lain-lain.
4. Potensi Sumberdaya Pulau-Pulau Kecil Belum Dimanfaatkan Secara
Optimal
Pemanfaatan potensi pulau-pulau kecil masih dihadapkan pada berbagai masalah antara lain letaknya yang menyebar dan terpencil (remote), terbatasnya sarana, prasarana dan sumberdaya manusia. Di samping itu di dalam pemanfaatannya perlu memperhatikan daya dukung pulau mengingat sifatnya yang rentan terhadap perubahan lingkungan. Optimasi pemanfaatan sumber daya pulau-pulau kecil harus dilakukan secara terencana dan terintegrasi dengan melibatkan peranserta masyarakat setempat, sehingga dapat mewujudkan pemanfaatan potensi sumberdaya pulau-pulau kecil yang berkelanjutan dan berbasis masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, maka pengelolaan kawasan pulau-pulau kecil sudah menjadi kebutuhan yang sangat mendesak.
5. Penanganan Pulau-Pulau kecil di Perbatasan
Kedaulatan negara Republik Indonesia dapat ditunjukkan dengan jelasnya batas - batas negara baik di darat maupun di laut. Indonesia berbatasan dengan 3 (tiga) negara lain di darat, dan 10 negara di wilayah laut. Wilayah perbatasan
6
merupakan daerah terdepan yang secara langsung berinteraksi dengan negara lain, sehingga sedikit banyak berpengaruh terhadap perkembangan wilayah tersebut. Pulau-pulau kecil terluar yang memiliki titik dasar/titik referensi (TD/TR) sebanyak 92 pulau, maka dibutuhkan suatu kebijakan khusus dalam pemanfaatan, pengelolaan pulau-pulau tersebut melalui kegiatan perlindungan, pengawasan dan pemantauan secara terus menerus agar keberadaannya dapat dipertahankan. Mengingat masih ada beberapa bagian wilayah Indonesia yang belum disepakati batasnya dengan negara tetangga, maka pulau-pulau terluar yang bertitik dasar ini penting artinya dalam penentuan garis pangkal yang digunakan sebagai dasar penarikan garis batas dengan negara tetangga. Dengan penetapan batas negara yang jelas, maka akan memudahkan kita dalam menjaga keutuhan NKRI.
6. Pengelolaan Konservasi Sumberdaya Ikan dan Kawasan Belum
Optimal
Sampai saat ini pengembangan dan pengelolaan Konservasi Sumberdaya Ikan dan kawasan masih belum optimal. Hal ini disebabkan antara lain:
(i) orientasi pengelolaan kawasan konservasi sumberdaya ikan dan lingkungannya selama ini lebih banyak dititikberatkan pada manajemen terestrial dan kurang memperhatikan pengelolaan konservasi di bidang kelautan yang memiliki karakteristik konektivitas, keterwakilan, resistensi dan resiliensi;
(ii) pengelolaan kawasan konservasi sumberdaya ikan dan lingkungnnya selama ini masih bersifat pencadangan lokasi yang belum banyak kearah pengelolaan yang efektif;
(iii) terjadinya tumpang tindih pemanfaatan ruang dan benturan kepentingan antara berbagai pihak khususnya yang menyangkut pemanfaatan kawasan konservasi laut dan potensinya;
(iv) data dasar potensi sumberdaya ikan masih sangat terbatas;
(v) masih banyak pelanggaran yang terjadi dikawasan konservasi perairan, seperti penangkapan biota laut dengan menggunakan bahan peledak, penambangan karang secara liar, pembuangan limbah dari darat maupun laut serta perdagangan ilegal biota perairan yang dilindungi sebagai akibat dari penegakan hukum yang belum optimal;
(vi) masih banyaknya pemikiran pemerintah daerah bahwa kegiatan konservasi tidak mendukung PAD bagi daerah tersebut.
7. Pengelolaan Sumberdaya Kelautan Belum Optimal
Sejauh ini perhatian terhadap sumberdaya kelautan baru, seperti energi kelautan, jasa-jasa lingkungan seperti pariwisata bahari atau ekowisata, industri
7 bioteknologi dan deep sea water masih sangat kurang. Padahal masa depan perkembangan bangsa ini akan lebih banyak bergantung kepada sumberdaya kelautan akibat menurunnya daya dukung sumberdaya daratan. Sebagai negara kepulauan dengan wilayah perairan meliputi 70% dari luas negara, namun industri maritim dan jasa-jasa kelautannya belum memberikan kontribusi yang memadai. Terdapat beberapa sumberdaya kelautan yang identifikasi dapat menjadi produk kelautan yang besar yang akan menjadi unggulan negara kita karena tidak dimilki oleh negara lain, yaitu Benda berharga asal Muatan Kapal yang Tenggelam (BMKT), Deep Sea Water dan Garam serta energi pesisir/energi alternatif.
8. Bencana dan Dampak Perubahan Iklim Global di Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil
Indonesia secara geografis memiliki letak yang menguntungkan karena berada di jalur pelayaran dan transportasi perdagangan dunia. Namun di balik hal tersebut, Indonesia terletak di pertemuan lempeng dunia, yang membawa konsekuensi tidak hanya pada pembentukan topographi Indonesia yang memiliki banyak gunung berapi sehingga tanahnya subur. Akan tetapi, adanya pertemuan lempeng tersebut membawa dampak rentannya wilayah Indonesia terhadap bencana alam, khususnya gempa bumi dan tsunami.
Tidak hanya bencana gempa bumi dan tsunami yang perlu diperhatikan, dampak perubahan iklim global juga harus masuk ke dalam isu utama dalam program pembangunan kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil. Dampak akibat dari perubahan iklim global tidak dapat dirasa dalam jangka waktu yang pendek, namun dalam jangka waktu panjang dan efeknya meluas dan merata di hampir seluruh wilayah Indonesia. Dampak perubahan iklim global dalam dekade belakangan ini semakin dirasakan cukup signifikan, seperti adanya perubahan suhu udara serta curah hujan yang semakin meningkat.
Dampak Perubahan iklim global juga dirasakan di wilayah pesisir, dari adanya degradasi perubahan lingkungan perairan, memutihnya terumbu karang hingga naiknya paras muka air laut, mempengaruhi perekonomian masyarakat pesisir. Tidak hanya itu, naiknya paras muka air laut dapat berakibat tenggelamnya pulau-pulau kecil, lebih jauh lagi dapat berpengaruh terhadap kedaulatan wilayah negara Indonesia, bila pulau kecil yang tenggela tersebut merupakan titik pangkal batas wilayah negara.
9. Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat
Garam sebagai kebutuhan strategis bagi manusia, bukan hanya sebagai penyedap makanan tetapi garam sangat dibutuhkan bagi berbagai kebutuhan. Bahkan
8
sangat pentingnya garam dalam hidup manusia, muncul istilah “bagai sayur tanpa garam”. Sungguh ironis bangsa yang memiliki potensi garam, dengan luas laut 2/3 nya dengan panjang garis pantai 104.000 km, masih melakukan importasi garam.
Sebelum adanya kegiatan PUGAR tahun 2011, nasib industri garam rakyat di Indonesia masih memprihatinkan, tidak seperti industri-industri lainnya seperti gula, terigu, atau beras yang memperoleh bantuan dan perhatian pemerintah. Garam bahkan tidak pernah dikelompokkan ke dalam komoditas strategis kendati kebutuhan nasional sangat besar dan keberadaannya sangat vital dalam mencukupi kebutuhan konsumsi maupun bahan baku industri.
Suatu permasalahan yang memprihatinkan bukan pada saat petambak harus bekerja di ladang garam di tengah terik sinar matahari yang menyengat. Permasalahan justru terjadi ketika musim panen tiba: harga garam ‘terjun bebas’. Pada musim penghujan, harga garam Kualitas 1 bisa mencapai Rp 700,- per kilogram, sedangkan pada musim panen bisa turun mencapai Rp 250,- per kilogram. Depresiasi harga ini adalah persoalan klasik, yaitu terjadinya peningkatan supply yang sangat tajam, sementara demand terhadap garam konsumsi dalam kondisi stagnan.
Memang tidak dipungkiri bahwa tingkat produktivitas lahan pergaraman di Indonesia cukup rendah, rata-rata 60-70 ton/ha/tahun, bila dibandingkan dengan Australia atau India yang dapat mencapai produktivitas diatas 200 ton/ha/tahun. Kualitas garam yang dihasilkan umumnya juga masih rendah, yang mayoritas Kualitas Produksi 2 (KP2) dengan kualitas NaCl 80-90%. Kondisi inilah yang harus diupayakan pemerintah memperbaiki kondisi pergaraman di Indonesia.
1.4.
Sistematika PenyajianPenyusunan Laporan Kinerja Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Tahun 2014 merupakan wujud akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi suatu unit organisasi yang transparan,dan sebagai alat kendali serta pemacu peningkatan kinerja setiap unit organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil selam kurun waktu 1 tahun yaitu pada Tahun 2014.
Adapun kaitan dari sistematika penyajian Laporan Kinerja Direktorat Jenderal KP3K Tahun 2014 sebagai berikut:
1. Ringkasan Eksekutif
Pada bagian ini disajikan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam rencana strategis serta sejauh mana instansi pemerintah mencapai tujuan dan sasaran utama tersebut serta kendala-kendala yang dihadapi dalam pencapaiannya. Disebutkan juga langkah-langkah atau upaya apa yang telah dilakukan untuk
9 mengatasi kendala tersebut dan langkah antisipatif untuk menanggulangi kendala yang mungkin akan terjadi pada tahun mendatang.
2. Bab I Pendahuluan
Pada bagian ini disajikan informasi umum tentang Laporan Kinerja yang menjadi tanggung jawab sebuah instansi pemerintah, penjelasan secara umu suatu organisasi serta bagan organisasi dan informasi tentang alur capaian kinerja yang meliputi dari perencanaan, pengukuran kinerja, pelaporan, evaluasi kinerja dan capaian kinerja selama kurun waktu 1 tahun.
3. Bab II Rencana Kinerja dan Perjanjian Kinerja
Pada bagian ini disajikan gambaran singkat mengenai visi, misi dan rencana hasil yang akan dicapai (tujuan dan sasaran strategis, indikator kinerja dan targetnya) dalam Rencana Jangka Menengah (RPJM/Renstra), Rencana Kinerja Tahunan (RKT/Renja) dan Penetapan Kinerja (PK)
4. Bab III Akuntabilitas Kinerja
Pada bab ini disajikan secara singkat capaian kinerja organisasi untuk setiap sasaran dan indikator kinerja organisasi berdasarkan dokumen Penetapan Kinerja (PK) Direktorat Jenderal KP3K sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi, yang terdiri dari:
A. Capaian Kinerja organisasi
Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi. Untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis tersebut dilakukan analisis capaian kinerja.
B. Realisasi Anggaran.
Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran yang digunakan dan yang telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja.
5. Bab IV Penutup
Pada bagian ini dikemukakan kesimpulan secara umum tentang keberhasilan/kegagalan pencapaian sasaran strategis, permasalahan dan kendala utama yang berkaitan dengan pencapaian sasaran strategis serta strategi pemecahan masalah.
6. Lampiran
Isi dari pada lampiran merupakan kumpulan dari Penetapan Kinerja, Pengukuran Kinerja yang telah di tandatangani oleh Direktur Jenderal KP3K dan Menteri Kelautan dan Perikanan serta Penetapan Kinerja antara Direktur Jenderal dengan para Direktur lingkup Direktorat Jenderal KP3K.
10
BAB II
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
2.1
Rencana Strategis 2010 - 2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (Direktorat Jenderal KP3K) Tahun 2010-2014 disusun untuk mendukung visi dan misi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yaitu Visi: Indonesia penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar Tahun 2015, dan Misi: Mensejahterakan masyarakat kelautan dan perikanan. Selain itu, arah kebijakan Direktorat Jenderal KP3K juga merespon salah satu arah Pembangunan Jangka Panjang 20 tahun (UU No 17/2007), yaitu mewujudkan Indonesia sebagai negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional, serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014. Dalam dokumen Renstra Direktorat Jenderal KP3K Tahun 2010 – 2014, termuat garis besar visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis yang akan dicapai organisasi. Adapun visi dan misi Direktorat Jenderal KP3K Tahun 2010 – 2014 adalah sebagai berikut:
2.2
VisiVisi merupakan gambaran masa depan yang hendak diwujudkan Direktorat Jenderal KP3K. Visi harus bersifat praktis, realistis untuk dicapai, dan memberikan tantangan serta menumbuhkan motivasi yang kuat bagi pegawai KP3K untuk mewujudkannya. Visi Direktorat Jenderal KP3K adalah:
“Sumberdaya laut, pesisir dan pulau-pulau kecil tertata, aman, bersih, produktif, berkelanjutan dan mensejahterakan”
Visi tersebut mengandung pengertian yang mendalam dan menunjukkan tekad kuat dari Direktorat Jenderal KP3K untuk dapat mengelola sumberdaya laut, pesisir dan pulau-pulau kecil guna mensejahterakan masyarakat.
2.3
MisiMisi merupakan jalan pilihan untuk menuju masa depan. Sesuai dengan bidang tugas dan kewenangan Direktorat Jenderal KP3K, misi Direktorat Jenderal KP3K adalah:
“Meningkatnya penataan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan dan mensejahterakan masyarakat”
11
2.4
Tujuan
Tujuan pelaksananaan pembangunan kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil adalah:
1. Meningkatkan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan hayati dan non-hayati;
2. Meningkatkan kualitas ekosistem laut, pesisir dan pulau-pulau kecil;
3. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan.
Dalam mewujudkan visi dan misi tersebut, Direktorat Jenderal KP3K berpedoman pada 5 (lima) pilar pembangunan KP3K yang saling sinergis, saling mendukung dan melengkapi satu sama lainnya, dan 3 (tiga) landasan kebijakan.
Gambar 3. Lima Pilar Pembangunan Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau kecil
Mengacu visi, misi dan tujuannya, Direktorat Jenderal KP3K menjalankan program Pengelolaan Sumberdaya Laut, Pesisir dan Pulau-pulau kecil yang bertujuan untuk mewujudkan tertatanya dan pemanfaatan wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara lestari.
Dari program tersebut, sasaran strategis yang ingin dicapai Direktorat Jenderal KP3K adalah meningkatnya penataan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan,
pesisir, dan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan dan mensejahterakan masyarakat.
Dalam Indikator Kinerja Direktorat Jenderal KP3K di atas, terdapat 3 (tiga) Indikator Kinerja Utama Kementerian Kelautan dan Perikanan (IKU-KKP) yang menjadi tanggung jawab dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal KP3K dalam pencapaian sasarannya, yaitu luas kawasan konservasi laut
Konservasi yang efektif dan mendorong pemanfaatan sumberdaya pesisir dan kelautan secara Pengelolaan Pesisir yang mampu mengantisipasi Tekanan alam maupun manusia secara efektif Pulau-pulau kecil yang produktif dan menjadi perisai ketahanan negara Pemberdayaan Masyarakat yang mendorong kemandirian dan peningkatan produktifitas Penataan Ruang yang mengharmonis kan kebutuhan pemanfaatan wilayah secara efektif, adil, dan transparan
12
dan perairan, jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau-pulau kecil terluar yang dikelola dan Jumlah produksi garam rakyat.
Secara lengkap, target kinerja Direktorat Jenderal KP3K Tahun 2010 – 2014 sebagai berikut:
Tabel 1. Target Kinerja Direktorat Jenderal KP3K Tahun 2010 - 2014
INDIKATOR KINERJA KELUARAN (TARGET) / TAHUN
2010 2011 2012 2013 2014
SASARAN : Meningkatnya penataan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan, pesisir, dan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan dan
mensejahterakan masyarakat Jumlah lokasi laut, pesisir
dan pulau-pulau kecil yang memiliki perencanaan pengelolaan 35 lokasi 45 lokasi 50 lokasi 60 lokasi 60 lokasi
Jumlah kawasan pesisir yang terfasillitasi ketahanannya terhadap ancaman kerusakan 10 kawasan 10 kawasan 16 kawasan 17 kawasan 18 kawasan Jumlah ragam produk
kelautan yang terfasilitasi pengembangannya 2 kapal 1 kapal 2 produk 3 produk 3 produk Luas kawasan konservasi
perairan yang dikelola secara berkelanjutan 900.000 ha 2.542.300 ha 3.225.100 ha 3.647.500 ha 4.500.000 ha Jumlah pulau-pulau kecil
termasuk pulau kecil terluar yang dikelola
20 pulau 30 pulau 60 pulau 60 pulau 30 pulau Jumlah pelaku usaha
mikro yang mandiri serta jumlah usaha mikro di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil 3.380 kelompok 5.690 kelompok 6.027 kelompok 4.108 orang 7.097 kelompok 5.608 orang 11.140 kelompok 7.108 orang 25 unit 68 unit 110 unit 150 unit 190 unit Jumlah produksi garam
rakyat 50.000 ton 220.000 ton 1.320.000 ton 500.000 ton 3.300.000 ton Sumber data: Bagian Monevpel, Sekretariat Ditjen KP3K
13
2.5
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) 2014Mulai tahun 2013, sesuai dengan dinamika organisasi yang berkembang ada upaya perbaikan pengelolaan kinerja organisasi pada Kementerian Kelautan dan Perikanan, yaitu berupa penggunaan metode Balanced ScoreCard (BSC). Sehubungan dengan hal tersebut, penetapan kinerja 2013 dan 2014 menggunakan penekanan pada empat perspektif yang saling berimbang dan di “cascading” (diturunkan) sampai level staf/individu (pegawai). Dengan metode/pendekatan dan strategi BSC dilakukan restrukturisasi SAKIP Kementerian Kelautan Perikanan dimulai dari level Renstra Kementerian sampai dengan level monitoring dan pengukuran kinerja. Rencana Kinerja merupakan penjabaran dari arah dan kebijakan pimpinan untuk pelaksanaan kegiatan Direktorat Jenderal KP3K tahun 2014 yang tertuang dalam dokumen Rencana Kinerja Tahunan (RKT) 2014. Dokumen RKT 2014 tersebut kemudian diimplementasikan dalam Penetapan Kinerja (TAPJA) Tahun 2014. Pada periode Triwulan III Tahun 2014, sesuai dengan kebijakan pemerintahan Kabinet Kerja Presiden RI Joko Widodo, anggaran Ditjen KP3K mengalami pemotongan dari Rp. 710.635.308.000,- menjadi Rp. 613.114.106.000,- atau sebear 14%. Sehubungan dengan hal tersebut, penetapan kinerja 2014 mengalami perubahan dan penyesuaian atau revisi.
Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder Perspective)
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET AWAL TARGET REVISI
STAKEHOLDER PERSPECTIVE 1. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan 1. Rata-rata pendapatan petambak garam rakyat perKK/bulan (per musim) (Rp.) 2.000.000 2.000.000 2. Pertumbuhan PDB Perikanan (%)* 7,25 7 *)mengikuti target KKP
Perspektif Masyarakat Kelautan dan Perikanan (Costumer Perspective)
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET AWAL TARGET REVISI
CUSTOMER PERSPECTIVE 2. Meningkatnya ketersediaan produk kelautan dan perikanan yang bernilai tambah
3. Jumlah produksi garam rakyat (jt ton)
3,3 2,5
4. Jumlah ragam produk kelautan non garam yang terfasilitasi pengembangannya (produk)
3 2
5. Jumlah BMKT yang dikelola 3 2
3. Meningkatnya
kemandirian 6. Jumlah pelaku usaha mikro yang mandiri di kawasan
3.210/ 7,108
3.340/ 7.760
14
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET AWAL TARGET REVISI
masyarakat KP3K pesisir dan pulau-pulau kecil (kelompok/orang)
7. Jumlah sarana usaha mikro yang beroperasi di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (unit)
123 115
8. Jumlah kelompok yang menerima pemberdayaan usaha garam rakyat/PUGAR (kelompok) 3.500 3.500 4. Meningkatnya pengelolaan SDKP yang berkelanjutan
9. Jumlah jenis ikan yang dikonservasi
secaraberkelanjutan (jenis)
15 15
10. Jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau kecil terluar yang dikelola (pulau)
30 20
11. Luas kawasan konservasi perairan yang dikelola secara berkelanjutan (juta Ha)
4,5 4,5
12. Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap ancaman kerusakan (kawasan)
27 26
5. Meluasnya kesiapan masyarakat untuk usaha dan kesempatan kerja di bidang KP
13. Jumlah tenaga kerja baru di bidang pergaraman pada PUGAR (orang)
14.244 8.000
Perspektif Internal (Internal Process Perspective)
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET AWAL TARGET REVISI INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE
6. Tersedianya kebutuhan inovasi teknologi hasil litbang untuk
modernisasi sistem produksi garam
14. Jumlah rekomendasi inovasi teknologi yang dibutuhkan untuk modernisasi sistem produksi garam (rekomendasi)
5 3
7. Tersedianya kebijakan di bidang KP3K sesuai kebutuhan
15. Jumlah kebijakan publik bidang KP3K (kebijakan)
20 20
16. Jumlah draft peraturan perundang-undangan bidang KP3K (draft)
3 3
8. Terkelolanya wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara
17. Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi (Ha)
15 SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET AWAL TARGET REVISI
terpadu dan
berkelanjutan 18. Jumlah lokasi laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki perencanaan pengelolaan (lokasi)
65 60
19. Jumlah penambahan kawasan konservasi perairan (Ha)
300.000 300.000
20. Jumlah pulau-pulau kecil yang dikelola melalui kerjasama (pulau)
9 9
9. Terselenggaranya modernisasi sistem produksi KP, pengolahan dan pemasaran produk KP yang optimal dan bermutu
21. Persentase jumlah produksi garam rakyat Kualitas Produksi (KP1) dibandingkan total produksi (%)
40%:60% 40%:60%
10. Meningkatnya
pemanfaatan ekonomi, wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu dan
berkelanjutan
22. Luasantambak garam yang dikelola (Ha)
26.975 26.975 23. Persentase luas lahan yang
menggunakan inovasi teknologi dibanding total lahan pugar (%) 30 30 11. Terselenggaranya pengendalian dan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
24. Jumlah rekomendasi izin pemanfaatan perairan di WP3K
1 1
25. Jumlah fasilitasi izin lokasi reklamasi
2 2
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth Perspective)
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET AWAL TARGET REVISI
LEARNING AND GROWTH PERSPECTIVE 12. Tersedianya SDM
lingkup DItjen KP3K yang kompeten dan profesional
26. Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV, dan V KKP (%)
50 50
27. Service Level Agreement DJKP3K (%)
75 75
13. Tersedianya informasi bidang KP3K yang valid, handal dan mudah diakses
28. Persepsi user terhadap kemudahan akses (skala likert 1-5)DJKP3K
4,25 4,25
29. Jumlah rekomendasi aparat pengawas internal dan eksternal yang ditindaklanjuti dibanding totalrekomendasi DJKP3K (%)
100 100
16
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET AWAL TARGET REVISI
governance & clean government di bidang KP3K
Kinerja DJKP3K A A
31. Nilai Integritas DJKP3K 6,75 6,75 32. Nilai Inisiatif Anti Korupsi DJKP3K 7,75 7,75 33. Nilai Penerapan RB DJKP3K 80 80 34. Persentase penyerapan DIPA
DJKP3K (%)
17 PETA STRATEGI (STRATEGY MAP) DITJEN KP3K
Sumber data : Bagian Program KP3K
18
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
Pengukuran capaian kinerja Ditjen KP3K tahun 2014 dilakukan dengan cara membandingkan antara target (rencana) dan realisasi indikator kinerja utama (Key Perfomance Indicator, disingkat KPI) pada masing-masing perspektif. Pencatatan dan pengukuran kinerja dilakukan dengan bantuan perangkat lunak berbasis Balanced Score Card (BSC) dari Kementerian Kelautan Perikanan, yaitu pada http://kinerjaku.com/kkp. (Seperti telah diuraikan pada Executive Sumary)
Secara rinci, capaian masing-masing sasaran strategis dan Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal KP3K Tahun 2014 adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Target dan Realisasi Indikator Kinerja KP3K Tahun 2014
No
IKU Indikator Kinerja Target
Realisasi Akhir
Capaian (%)
Sasaran Strategis 1.
Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat Kelautan Dan Perikanan 1 Rata-rata pendapatan petambak garam
per KK/bulan (rupiah)
2.000.000 2.900000 145
2 Pertumbuhan PDB Perikanan (%) 7 6,48 92,57
Sasaran Strategis 2.
Meningkatnya Ketersediaan Produk Kelautan Dan Perikanan Yang Bernilai Tambah 3 Jumlah produksi garam rakyat (jt ton) 2,5 2,5 100,11 4 Jumlah ragam produk kelautan non
garam yang terfasilitasi pengembangannya (produk)
2 2 100
5 Jumlah BMKT yang dikelola 2 2 100
Sasaran Strategis 3
Meningkatnya Kemandirian Masyarakat KP3K 6 Jumlah pelaku usaha mikro yang
mandiri di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (kelompok/orang)
3.340 3.542 106,05 7.760 8.903 114,73 7 Jumlah sarana usaha mikro yang
beroperasi di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (unit)
115 128 111,30
8 Jumlah kelompok yang menerima pemberdayaan usaha garam rakyat/PUGAR (kelompok)
3500 4011 165,60
Sasaran Strategis 4
Meningkatnya Pengelolaan SDKP Yang Berkelanjutan 9 Jumlah jenis ikan yang dikonservasi
secara berkelanjutan (jenis)
15 15 100
10 Jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau kecil terluar yang dikelola (pulau)
19
No
IKU Indikator Kinerja Target
Realisasi Akhir
Capaian (%)
11 Luas kawasan konservasi perairan yang dikelola secara berkelanjutan (juta ha)
4,5 7,8 173,33
12 Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap ancaman kerusakan (kawasan)
26 26 100
Sasaran Strategis 5
Meluasnya Kesiapan Masyarakat Untuk Usaha Dan Kesempatan Kerja Di Bidang KP 13 Jumlah tenaga kerja (baru) di bidang
pergaraman (orang) pada PUGAR
8.000 15.876 198,45 Sasaran Strategis 6
Tersedianya kebutuhan inovasi teknologi hasil litbang untuk modernisasi sistem produksi garam
14 Jumlah rekomendasi inovasi teknologi yang dibutuhkan untuk modernisasi sistem produksi garam
3 3 100
Sasaran Strategis 7
Tersedianya kebijakan di bidang KP3K sesuai kebutuhan 15 Jumlah kebijakan publik bidang KP3K
(dokumen)
20 22 110
16 Jumlah draft peraturan perundang-undangan bidang (dokumen) KP3K
3 3 100
Sasaran Strategis 8
Terkelolanya wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu dan berkelanjutan
17 Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi (ha)
110 135,03 122,75
18 Jumlah lokasi laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki perencanaan pengelolaan (lokasi)
60 60 100
19 Jumlah penambahan kawasan konservasi perairan (ha)
300.000 875.492 291,83 20 Jumlah pulau-pulau kecil yang dikelola
melalui kerjasama (pulau)
9 12 133,33
Sasaran Strategis 9
Terselenggaranya modernisasi sistem produksi KP, pengolahan dan pemasaran produk KP yang optimal dan bermutu
21 Persentase jumlah produksi garam rakyat Kualitas Produksi (KP1) dibandingkan total produksi
40% 31,04% 77,60
Sasaran Strategis 10
Meningkatnya pemanfaatan ekonomi, wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu dan berkelanjutan
22 Luasan tambak garam yang dikelola (Ha)
26.975 27.897 103,42 23 Persentase luas lahan yang
menggunakan inovasi teknologi
20
No
IKU Indikator Kinerja Target
Realisasi Akhir
Capaian (%)
dibanding total lahan pugar (%) Sasaran Strategis 11
Terselenggaranya pengendalian dan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
24 Jumlah rekomendasi izin pemanfaatan perairan di WP3K
1 1 100,00
25 Jumlah fasilitasi izin lokasi reklamasi 2 2 100,00 Sasaran Strategis 12
Tersedianya SDM lingkup DItjen KP3K yang kompeten dan professional 26 Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon
II, III, IV dan V DJ KP3K
50 13,73 364.17
27 Service Level Agreement DJKP3K 75 93,13 124,17 Sasaran Strategis 13
Tersedianya informasi bidang KP3K yang valid, handal dan mudah diakses 28 Persepsi user terhadap kemudahan
akses informasi di DJKP3K (skala likert 1-5)
4,25 4,89 115,06
29 Jumlah rekomendasi Aparat Pengawas Internal dan Eksternal Pemerintah (APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi di DJKP3K (%)
100 92,66 92,66
Sasaran Strategis 14
Terwujudnya good governance & clean government di bidang KP3K 30 Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja
DJKP3K
Nilai AKIP A
80,59 (A) 100,00
31 Nilai Integritas DJKP3K 6,75 7,46 110,52
32 Nilai Inisiatif anti korupsi di DJKP3K 7,75 7,9 101,94 33 Nilai Penerapan RB di DJKP3K 80 84,23 105,29 Sasaran Strategis 15
Terkelolanya anggaran KP3K secara optimal 34 Persentase penyerapan DIPA di DJKP3K
(%)
95% 92,97% 97,69
SS.1. Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat Kelautan Dan Perikanan
Dalam rangka mencapai Sasaran Strategis Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan, Ditjen KP3K menjabarkannya dalam 2 (dua) Indikator kinerja, yaitu Rata-rata pendapatan petambak garam per KK/bulan (rupiah) dan Pertumbuhan PDB Perikanan %. Target yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan indikator kinerja pada sasaran strategis ini, serta realisasi pada tahun 2014 ini dijelaskan pada tabel berikut:
21 Tabel 3. Target dan Realisasi Sasaran Strategis Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat
Kelautan Dan Perikanan
No Indikator Kinerja Target Realisasi
Akhir Capaian (%)
1 Rata-rata pendapatan petambak garam per KK/bulan (rupiah)
2.000.000 2.900.000 145
2 Pertumbuhan PDB Perikanan (%) 7 6,9 98,57
Penjelasan tentang capaian masing-masing indikator tersebut di atas adalah sebagai berikut:
IK 1. Rata-Rata Pendapatan Petambak Garam
Tabel 4. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Rata-rata pendapatan petambak garam
No IK
Indikator Kinerja Target Realisasi Akhir
Capaian (%)
1 Rata-rata pendapatan petambak garam per KK/bulan (rupiah)
2.000.000 2.900.000* 120
*Angka dibulatkan
Rata-rata Pendapatan Petambak Garam per-Kepala Keluarga/bulan dihitung dari jumlah pendapatan petambak garam penerima Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) atau biasa disebut Kelompok Usaha Garam Rakyat (KUGAR) per-Kepala Keluarga selama musim panen dibagi lama bulan produksi.
Dari laporan 43 Kabupaten/Kota penerima PUGAR 2014, diketahui bahwa lama masa produksi rata – rata secara nasional sekitar 5 bulan, termasuk masa persiapan, masa evaporasi dan pemanenan, dan pemulihan lahan. Daerah–daerah tertentu yang menggunakan sistem perebusan memiliki masa produksi yang lebih variatif dan lama, misalnya Aceh Utara yang mulai memproses sejak pertengahan Januari hingga Desember 2014. Perhitungan pendapatan menggunakan beberapa variabel, yakni:
Luas lahan PUGAR;
Produksi Nasional;
Produktifitas PUGAR per hektar per musim;
Penjualan garam (estimasi nilai produksi);
dan lama bulan dalam satu kali periode produksi (musim).
Harga garam bervariasi antara satu daerah dengan daerah lainnya, dan setelah pengolahan data diketahui bahwa per hektar lahan mampu menghasilkan pendapatan secara rata-rata sebesar Rp. 2.900.000,-. Dengan luasan lahan 27.897,30 Ha dan jumlah total petambak sebanyak 58.007 orang.
Hasil perhitungan pendapatan rata-rata petambak garam secara nasional diperoleh sebesar Rp. 2.900.000,-. per bulan selama musim panen. Dari nilai rerata nasional, terdapat peningkatan pendapatan petambak garam, walaupun ada beberapa daerah