• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran Tematik Terpadu

Pembelajaran tematik terpadu merupakan pembelajaran yang menggunakan tema pada proses pembelajaran. Kemendikbud (2013:7) pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran dengan memadukan beberapa mata pelajaran melalui penggunaan tema, dimana peserta didik tidak mempelajari materi pelajaran secara terpisah, semua mata pelajaran yang ada di sekolah dasar sudah melebur menjadi satu kegiatan pembelajaran yang diikat dengan tema.

Mulyasa (2013:170) pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran yang diterapkan pada tingkatan pendidikan dasar yang menyuguhkan proses belajar berdasarkan tema untuk kemudian dikombinasikan dengan mata pelajaran lain. Menuru Trianto (2010 : 9) bahwa pembelajaran terpadu harus menggunakan tema yang relevan dan berkaitan. Sedangkan menurut Prastowo (2013 : 223) pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema.

Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik terpadu merupakan pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran dalam satu tema tertentu, pembelajaran tematik merupakan pembelajaran terpadu yang menekankan keterlibatan siswa dalam pembelajaran.

2.1.1.1 Tujuan Pembelajaran Tematik Terpadu

Pembelajaran tematik terpadu harus menggunakan tema yang relevan dan berkaitan Trianto (2010: 9). Tematik terpadu memiliki beberpa tujuan, kemendikbud (2013 : 193) tujuan tematik terpadu adalah sebagai berikut :

(2)

2) Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama.

3) Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lain dengan pengelaman pribadi siswa.

4) Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengaitkan berbagai mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.

5) Lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, seperti : bercerita, bertanya, menulis, sekaligus mempelajari pelajaran yang lain.

6) Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas.

7) Guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 pertemuaan bahkan lebih dan atau pengayaan.

8) Budi pekerti dan moral siswa dapat ditumbuh kembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi. Berdasarkan uraian pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tematik terpadu mempunyai tujuan untuk memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran, menjadikan siswa lebih bergairah dalam mengikuti proses pembelajaran, serta mengembangkan berbagai kemampuan siswa dalam tema tertentu.

2.1.1.2 Karakteristik Pembelajaran Tematik Terpadu

Pembelajaran Tematik Terpadu memiliki beberapa macam karakteristik, diantaranya (Panduan Pengembangan Pembelajaran Tematik Terpadu Depdiknas: 2004)

1. Berpusat pada peserta didik.

2. Memberi pengalaman langsung pada peserta didik. 3. Pemisahan antar mata pelajaran tidak begitu jelas .

(3)

4. .Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran.

5. Bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar satu dengan mata pelajaran lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan dimana pun siswa berada.

6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik

7. Holistik, artinya suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran Tematik Terpadu diamati dan dikaji dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak.

8. Bermakna, artinya pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek memungkinkan terbentuknya semacam jalinan skemata yang dimiliki peserta didik.

9. Otentik, artinya informasi dan pengetahuan yang diperoleh sifatnya menjadi otentik.

10. Aktif, artinya peserta didik perlu terlibat langsung dalam proses pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga proses penilaian.

11. Wujud lain dari implementasi Tematik Terpadu yang bertolak dari tema. 2.1.1.3 Ruang Lingkup Tematik

Tabel 2.1

Kompetensi Inti dan kompetensi Dasar Tema Lingkungan Sahabat Kita Sub Tema Manusia dan Lingkungan

Pembelajaran 2

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

1. Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.

Bahasa Indonesia

3.8 Menguraikan urutan peristiwa atau tindakan yang terdapat pada teks

(4)

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalm berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, tetangganya serta cita tanah air.

3. Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati, menanya, dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang

dijumpainya di rumah, disekolah dan tempat bermain.

4. Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas, sistematis, logis, dan kritis dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang

mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang

mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

nonfiksi.

4.8 Menyajikan kembali peristiwa atau tindakan dengan memperhatikan latar cerita yang terdapat pada teks fiksi.

IPA

3.8 Menganalisis siklus air dan dampaknya pada peristiwa di bumi serta kelangsungan makhluk hidup. 4.8 Membuat karya tentang skema suiklus air berdasarkan informasi dari berbagai sumber.

SBdP

3.2 Memahami tangga nada 4.2 Menyajikan lagu-lagu dalam berbagai tangga nada dengan iringan musik.

2.2 Minat baca

2.2.1 Pengertian Minat Baca

Setiap orang mempunyai rasa ketertarikan pada sesuatu. Rasa ketertarikan tersebut dapat terjadi karena adanya objek yang menimbulkan rasa tertarik, dan

(5)

rasa ingin tahu yng dimiliki oleh orang tersebut. Ketertarikan pada sebuah objek, dapat membuat orang menjadi antusias dan senang untuk mengetahui apa sesungguhnya objek tersebut. Demikian juga dengan minat membaca, minat baca adalah rasa tertarik seseorang pada buku bacaan karena isi yang terkandung pada bacaan tersebut. Bastian (2007:427) menyatakan, bahwa minat baca bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh seseorang begitu saja, melainkan merupakan sesuatu yang dapat dikembangkan.

Menurut Herman Wahadaniah dalam (Yunita Ratnasari, 2011: 16) minat baca adalah suatu perhatian yang kuat dan mendalam disertai dengan perasaan senang terhadap kegiatan membaca sehingga dapat mengarahkan seseorang untuk membaca dengan kemauannya sendiri atau dorongan dari luar. Minat membaca juga merupakan perasaan senang seseorang terhadap bacaan karena adanya pemikiran bahwa dengan membaca itu dapat diperoleh kemanfaatan bagi dirinya.

Menurut Farida Rahim yang dikutip Ashef Fiqo Failasuf (2013: 28) mengemukakan bahwa minat baca adalah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca. Seseorang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkannya dalam kemauannya untuk mendapat bahan bacaaan dan membacanya atas kemauannya sendiri atau dorongan orang luar.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat baca terkandung unsur, perhatian, kemauan, dorongan dan rasa senang membaca. Minat baca bisa didapat dari perhatiannya terhadap kegiatan membaca, mempunyai kemauan yang tinggi untuk membaca, dorongan dan rasa senag yang timbul dari dalam diri maupun dari pengaruh orangorang lain. Semua itu merupakan aktivitas yang dilakukan dengan penuh ketekunan dan cenderung menatap.

2.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Baca

Dawson dan Bamman dalam (Rahman, 1985: 6-8) mengemukakan prinsip-prinsip yang mempengaruhi minat adalah sebagai berikut :

(6)

1. Seseorang atau siswa dapat menemukan kebutuhan dasarnya lewat bahan-bahan bacaan jika topik, isi, pokok-pokok persoalan, tingkat kesulitan, dan cara penyajiannya sesuai dengan kenyataan individu, merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap minat bacanya.

2. Kegiatan dan kebiasaan membaca dianggap berhasil atau bermanfaat jika siswa memperoleh kepuasan dan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, yaitu rasa nyaman, status, kedudukan tertentu, kepuasan efektif dan kebebasan yang sesuai dengan fakta serta tingkat perkembangannya. Jika kegiatan membaca dianggap menguntungkan seseorang, maka membaca merupakan sutu kegiatan yang dianggap sebagai salah kebutuhan hidup. 3. Adanya sarana buku bacaan dalam keluarga adalah salah satu faktor

pendorong terhadap pilihan bahan bacaan dan minat baca. Macam-macam bacaan yang memadai dalam keluarga akan sangat membantu anak dalam meningkatkan minat baca.

4. Sarana perpustakaan sekolah yang relatif lengkap dan sempurna serta kemudahan proses peminjamannya merupakan faktor besar yang mendorong minat baca siswa.

5. Program khusus kurikuler yang memberikan kesempatan siswa untuk membaca secara periodik di perpustakaan sekolah sangat mendorong perkembangan dan peningkatan minat baca siswa.

6. Teman-teman sekelas sebagai faktor eksternal yang dapat mendorong timbulnya minat baca siswa. Pergaulan teman dalam sekolah menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan minat. Siswa yang berminat terhadap kegiatan membaca, akan lebih sering mengajak temannya ikut melakukan kegiatan membaca baik di dalam kelas ataupun perpustakaan sehingga memberikan pengaruh positif terhadap temannya.

7. Faktor guru yang berupa kemampuan mengelola kegiatan dan interaksi belajar mengajar, khususnya dalam program pengajaran membaca. Guru yang baik harus mengetahui karakteristik dan minat anak didiknya. Guru bisa menyajikan berupa bacaan yang lebih menarik dan bervariasi untuk mendorong minat baca siswa.

(7)

8. Faktor jenis kelamin juga menjadi salah satu yang mendorong pemilihan buku. Anak perempuan biasanya lebih suka untuk membaca novel, cerita drama maupun cerita persahabatan, sedangkan anak laki-laki biasanya lebih suka cerita bertema kepahlawan.

Rahim (2011: 1) pengaruh minat baca di antaranya membuat seseorang memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang semakin meningkatkan pengetahuannya juga berpengaruh pada hasil belajar. Apabila siswa sudah memiliki minat baca yang tinggi maka hasil belajarnya juga akan meningkat, begitu juga sebaliknya jika siswa memiliki minat baca yang rendah maka hasil belajar juga menurun. Strategi yang digunakan agar minat baca dapat meningkatkan hasil belajar adalah 1) proses pembelajaran mengarahkan kepada peserta didik untuk rajin membaca terlebih membaca tentang materi pelajaran, 2) mengingatkan siswa untuk selalu membaca buku diperpustakaan, karena semakin banyak buku yang mereka ketahui , 3) mencatat informasi penting tentang materi bacaan yang ada pada buku pelajaran, 4) memberi tugas membaca tentang materi pelajaran yang terdapat dalam buku pelajaran ataupun buku lain yang berhubungan dengan materi pembelajaran.

2.3 Hasil Belajar

2.3.1 pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar. Hasil belajar di gunakan guru untuk ukuran atau kriteria untuk mencapai tujuan pendidikan. Hal ini dapat

(8)

tercapai apabila siswa sudah benar-benar memahami belajar dengan diiringi dengan perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.

Menurut Bred dan Gredler dalam Winataputra, (2008) Hasil Belajar adalah hasil dari proses yang dilakukan manusia untuk mendapatkan aneka ragam Competencies, Skill, And Attitudes. Kemampuan ( Competencies), Ketrampilan (Skill), dan Sikap (Attidude) tersebut diperoleh secara bertahap mulai dari bayi sampai masa tua sebagai rangkaian belajar sepanjang hayat. Rangkaian proses belajar itu dilakukan dalam bentuk keterlibatannya dalam pendidikan informal, formal dan nonformal. Kemampuan belajar inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.

Berdasarkan penjelasan beberapa tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan bahwa Sains adalah kumpulan valuasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, tingkat pemahaman, sikap dan ketrampilan siswa yang diperoleh dari proses belajar. Hasil belajar diukur dengan pemberian skor atau nilai.

2.4 Pembelajaran IPA

Ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin Scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan, seperti yang telah dirumuskan Sund dan Trowbribge bahwa sains adalah kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan . “Read Science is both and process, inseparably Joint” Agus. S dalam Wikipedia (2012).

(Puskur, 2009) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA

(9)

bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Menurut H.W Flowler dalam (Trianto: 2012) IPA adalah pengetahuan yang sudah sistematis, tersusun dan dirumuskan yang berdasarkan pada pengamatan ataupun dedukasi, serta berkaitan dengan gejala-gejala kebendaan.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disampulkan bahwa IPA merupakan kumpulan teori sistematis yang meliputi penguasaan konsep, fakta, prinsip yang menuntut sikap ilmiah dan hasilnya terwujud dalam produk ilmiah.

2.4.1 Tujuan Pembelajaran IPA

Tujuan dari pembelajaran IPA adalah:

1. Pembelajaran IPA pada kurikulum 2013 disusun dengan memperhatikan ketrampilan proses IPA yang meliputi ketrampilan proses lanjut . Ketrampilan proses dasar meliputi mengukur, observasi, inferensi, prediksi, klasifikasi, dan komunikasi.

2. Kegiatan pembelajaran IPA dikembangkan dengan pendakatan scientific dan ketrampilan proses sains lainnya

3. Pembelajaran IPA dikembangkan dengan berbasis Scientific yang lebih menekankan proses ilmiah

2.5. Metode Pembelajaran SQ3R

2.5.1 Pengertian Metode Pembelajaran SQ3R

Pengertian Metode SQ3R dikembangkan oleh Francis P. Robinson dalam Miftahul Huda (2013), seorang guru besar psikologi dari Ohio State Unifersity sejak tahun 1941. SQ3R merupakan metode yang sangat baik secara intensif dan rasional. Metode ini lebih tepat diperlukan untuk keperluan studi. Karena itu metode ini dirancang menurut jenjang yang memungkinkan siswa untuk belajar sistematis, dan efisien.

(10)

SQ3R merupakan metode pemahaman yang membantu siswa berpikir tentang teks yang sedang mereka baca. Sering kali dikatagorikan sebagai metode belajar, SQ3R membantu siswa “ mendapatkan sesuatu” ketiaka pertama kali mereka membaca teks. Bagi guru, SQ3R membantu mereka dalam membimbing siswa bagaimana membaca dan berpikir layaknya para pembaca efektif (Miftahul Huda : 244).

Sedangkan menurut (Herdian, 2009: 1) Metode pembelajaran SQ3R adalah strategi membaca yang dapat mengembangkan metakognitif siswa, yaitu dengan menugaskan siswa untuk membaca bahan belajar secara seksama cermat. Jadi metode membaca SQ3R adalah cara yang digunakan untuk membaca dengan tahapan, Survey atau meninjau, Question atau bertanya, Read atau membaca, Recite atau menuturkan , Review atau mengulang.

Jadi metode pembelajaran SQ3R adalah strategi pemahaman membaca dan mampu mengusai materi terutama materi pelajaran berupa bacaan.

2.5.1.1 Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran SQ3R Menurut (Al-Hafizh, 2012) kelebihan metode SQ3R, siswa dapat :

1. Terbiasa berfikir terhadap bahan bacaan sehingga siswa menjadi lebih aktif dan terlatih untuk bisa membuat pertanyaan.

2. Berusaha untuk memikirkan jawaban-jawaban dari pertanyaan yang mendalami isi bacaan atau teks tersebut.

3. Saling bertukar pendapat dalam memahami konsep materi yang disajikan dalam uraian teks.

Dalam penerapan suatu metode pembelajaran pasti tidak akan lepas dari kekurangan. Kekurangan metode pembelajaran SQ3R menurut Fitria (2011) antara lain :

1. Materi yang disajikan hanya berupa materi bacaan

2. Siswa sulit dikondisikan (ramai) saat berdiskusi dengan teman sebangkunya dalam mempelajari teks materi pelajaran

(11)

2.5.1.2 Sintaks Metode SQ3R

Metode ini mencakup lima langkah adalah sebagai berikut ini Miftahul Huda(2013) dalam Robinson,1946 :

1. Survey, siswa meriview teks atau bacaan untuk memperoleh makna awal dari judul, tulisan-tulisan yang dibold, dan bagan-bagan.

2. Question, siswa memulai membuat pertanyaan-pertanyaan tentang bacaan mereka dari hasil survei pertama.

3. Read, Ketika siswa membaca, mereka harus mencari jawaban-jawaban atas petanyaan-pertanyaan yang telah mereka formulasikan saat memperiview teks itu sebelumnya. Pertanyaan- pertanyaan ini, yang didasarkan pada struktur teks, akan membantu kosentrasi dan fokus siswa pada bacaan.

4. Recite, Ketika siswa tengah melewati teks itu, mereka seharusnya membacakan dan mengulangi jawaban-jawaban atas pernyataan mereka dan membuat catatan mengenai jawaban mereka untuk pelajaran selanjutnya.

5. Review, Selesai membaca, siswa seharusnya meriview teks itu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan selanjutnya dengan mengingat kembali petanyaan-pertanyaan yang telah meraka jawab sebelumnya.

Sedangkan menurut Muhammad Noer (2009:12), sintaks metode SQ3R adalah sebagai berikut:

A. Survey

Yakni proses persiapan membaca dengan cara melihat secara sekilas isi buku mulai dari judul utama, sub judul, cover buku bagian belakang yang menjelaskan secara ringkas topik yang dibahas, kata pengantar dari penulis, maupun daftar isi.

Proses selanjutnya dari tahapan survey adalah dengan membuka secara cepat halaman dan memperhatikan bagian judul bab,sub judul bab, kata-kata khusus yang bercetak tebal atau miring, tabel, gambar sambil mencoba medapatkan ide besar dari buku tersebut.

(12)

Proses survey yang sukses akan menghasilkan gambaran umum tentang isi buku sekaligus menciptakan minat yang kuat untuk memahaminya. Ini merupakan hal penting untuk membantu proses membaca cepat isi buku secara keseluruhan di samping memastikan tingkat pemahaman yang tinggi akan isi buku.

B. Question

Tahap ini dilakukan bersamaan dengan proses survey terutama ketika anda mempelajari daftar isi serta mulai membaca sekilas halaman demi halaman secara cepat.

Membaca judul bab, sub judul bab, kata-kata khusus bercetak tebal atau miring, tabel dan gambar maka saat yang bersamaan proses bertanya diri sendiri. Melakukan proses aktif dengan megunakan analisa sintesa maupun argumentasi terhadapa pokok pikiran yang disampaikan penulis buku. Bisa diciptakan berbagai pertanyaan sebagai berikut:

a. Bab ini harusnya menjelaskan terlebih dahulu tentang bagaimana cara mengembangkan minat baca siswa.

b. Pengembangan minat baca tidak hanya bersifat kemampuan semata, melainkan pula pengembangan pribadi yang bersifat kemampuan pribadi.

c. Saya percaya bahwa pengembangan pribadi akan membantu orang untuk

sukses. Namun saya juga menyakini ada faktor-faktor lain yang menyertainya, termasuk tangan Tuhan didalamnya.

Perhatiakan pertanyaan-pertanyaan diatas, seseorang pembaca telah melakukan proses dialog aktif bahkan sebelum pembacaan secara penuh dilakukan. Dengan demikian, secara mental pembaca tersebut sudah siap untuk terjun ke dalam isi bacaan termasuk untuk menguji pembahasan yang diajukan penulis buku dengan apa-apa yang telah dipelajari dan dipahami sebelumnya oleh pembaca tersebut.

Proses inilah yang nantinya akan membantu terjadinya membaca secara aktif. Lewat cara ini, pembaca tidak sekedar “menurut” dengan apa yang

(13)

disampaikan penulis turut melakukan analisa, sintesa maupun argumentasi terhadap isi buku.

C. Read

Setelah melalui dua tahap di atas dilakukan, maka proses selanjutnya adalah membaca secara keseluruhan. Dengan adanya persiapan sebelum membaca, maka proses baca keseluruhan isi dapat dilakukan dengan kecepatan tinggi. Hal ini dibantu karena pembaca tersebut telah mengenali ide pokok yang disampaikan penulis, memahami stukturnya, maupun terminologi yang banyak dipakai.

Proses pembacaan keseluruhan ini dapat dilakukan dengan breakditiap akhir bab untuk kemudian melakukan review atau dengan cara menyelesaikan dulu secara total.

D. Recite

Proses recite ini digunakan untuk melakukan refleksi atas bahan bacaan dapat dilakukan segera setelah mengakhiri satu bab. Langkah ini dilakukan dengan menceritakan ulang pokok pikiran yang dibahas dalam buku tersebut dengan gaya bahasa sendiri .apabila hal tersebut dapat dilakukan, hal ini menunjukan bahwa pembaca memahami isi buku tersebut. Namun jika hal tersebut tidapat dilakukan, maka pemahaman pembaca sebenarnya masih diragukan.

E. Review

Proses review dilakukan setelah mengakhiri bahan bacaan. Hal ini dilakukan hampir sama sama dengan proses “ Survey” ketika membolak-balik halaman secara dengan melakukan review singkat untuk memastikan apa-apa yang dibaca telah dipahami. Proses review ini cukup menghabiskan waktu 5 menit saja dan akan bermanfaat sekali dalam jangka panjang terutama terkait pemahaman dan ingatan akan bahan bacaan, proses review ini tidak boleh diabaikan.

Setelah proses review pertama dilakukan, proses review berikutnya dapat dilakukan setelah 2 minggu dan sebulan. Dengan cara ini, apa-apa yang

(14)

dibaca akan masuk ke memory jangka panjang dan akan terus diingat dan dipahami bertahun-tahun.

Kesimpulan dari dua pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran SQ3R adalah metode atau cara yang digunakan untuk meningkatkan minat baca untuk siswa dalam mempercepat pemahaman materi dan dapat meningkat hasil belajar siswa.

2.6 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Metode SQ3R telah diteliti oleh beberapa peneliti terdahulu antara lain adalah, penelitian yang berjudul “Upaya meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA kelas V SDN Soborejo Pringsurat dengan menggunkan metode SQ3R” oleh Eddy Aprilia (2013) dalam hal ini metode SQ3R dapat meningkatkan minat baca dan hasil belajar. Dengan perolehan persentase hasil belajar 41,7% meningkat pada siklus I yakni 66,3%. Pada akhir siklus II juga terjadi peningkatan hasil belajar siswa menjadi 91,7%.

Sedangkan penelitian yang berjudul Penerapan Metode SQ3R Untuk Meningkatkan Ketrampilan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Gajahmungkur 02 Semarang oleh Hasan Triyakti (2012). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketrampilan guru dalam mengelola pembelajaran membaca pemahaman, aktivitas siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman, dan ketrampilan membaca pemahaman siswa yang ditunjukkan dari ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan pada masing-masing pertemuan pada tiap siklusnya.. Ini menunjukan bahwa indikator keberhasilan yang ditetapkan sebesar 75% telah terpenuhi sehingga penelitian ini dinyatakan berhasil

Penelitian yang berjudul Penerapan pembelajaran membaca cepat melalui metode SQ3R untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam bidang studi bahasa Indonesia di kelas IV SDN Jati tengah 02 Kecamatan Selopuro Kabupaten Blitar Burhanudi Aulia Prista (2012), hasil prestasi belajar siswa dalam bentuk pengetahuan kebahasaan meningkat dari 69,64% pada pra tindakan meningkat menjadi 73,92% pada siklus I dan meningkat

(15)

lagi menjadi 76,43% pada siklus II, hasil prestasi belajar dalam bentuk informasi verbal yaitu jumlah penguasaan kata dari batas minimal yang ditentukan yaitu 150 kpm (kata per menit) hanya 6 siswa yang mampu memenuhinya pada tahap pra tindakan. Jumlah siswa yang mampu memenuhi kriteria minimal 150 kpm meningkat menjadi 8 siswa pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 10 siswa pada siklus II, dengan demikian kriteria 75% telah terpenuhi karena 10 siswa dari total 14 siswa telah memenuhi batas minimal 150 kpm. Hasil prestasi belajar siswa dalam bentuk kemahiran intelektual yaitu pemahaman isi bacaan, pada tahapan pra tindakan hanya hanyai mencapai 56,92% , hal ini meningkat menjadi 70,85% pada siklus I, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 76,57%. Kelebihan metode membaca tersebut adalah jika diterapkan pada muatan pelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan pengetahuan kebahasaan, dan pemahaman isi bacaan. Kelemahannya adalah kurang baik diterapkan untuk anak yang memiliki keceptan membaca rendah. Solusi dari kelemahan tersebut adalah perlu pelatihan dalam kecepatan membaca sebelum diterapkan metode SQ3R. Dari berbagai penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajran SQ3R dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kelebihannya adalah penerapan pada siswa mudah karena hanya mengandalkan membaca pemahaman. Pemahaman siswa akan terbentuk ketika mereka membaca berulang-ulang. Sedangkan kelemahannya adalah sulit diterapkan pada anak yang mempunyai kemampuan membaca rendah dan anak yang kurang gemar membaca.

2.7 Kerangka Berfikir

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan dan kajian pustaka penelitian yang relevan minat baca merupakan hal yang sangat menunjang untuk pembelajaran yang akan dilaksanakan. Minat membaca sebagai acuan utama untuk belajar agar bisa memahami semua muatan pembelajaran. Mengandalkan membaca berpengaruh juga terhadap hasil belajar siswa. Metode pembelajaran SQ3R adalah strategi membaca yang dapat mengembangkan metakognitif siswa, yaitu dengan menugaskan siswa untuk

(16)

membaca bahan belajar secara seksama dan cermat. Model tersebut diharapkan dapat meningkatkan minat baca dan hasil belajar pada muatan pembelajaran IPA. Apabila minat baca siswa meningkat dalam memahami materi, maka akan meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu diperlukan suatu pembelajaran yang melibatkan anak agar dapat lebih tertarik untuk membaca agar mereka dapat meningkatkan hasil belajar . Salah satu metode yang digunakan disini adalah metode SQ3R karena dengan metode ini dapat digunakan untuk meningkatkan minat baca dan hasil belajar anak. 2.8. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berfikir dan penelitian yang relevan dapat disimpulkan hipotesis tindakan adalah penerapan metode pembelajaran tipe SQ3R akan meningkatkan hasil belajar dan minat baca pada mupel IPA kelas 5 SDN Salatiga 09 tahun pelajaran 2017/2018.

Referensi

Dokumen terkait

Penyesuaian bentuk sel darah merah terhadap proses fisiologis tubuh unggas antara lain dengan tingkat fleksibilitas sel darah untuk mampu bergerak bebas dengan

Pendidik harus mampu memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang menarik sesuai dengan materi yang ingin diajarkan, sehingga peserta didik dapat terlibat aktif dalam

Faktor kesehatan ibu adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi ibu yang menyebabkan ibu memberikan makanan tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan, misalnya

Abdullah bin Mubarok berkata, “Sungguh mengembalikan satu dirham yang berasal dari harta yang syubhat lebih baik bagiku daripada bersedeqah dengan seratus ribu dirham”..

Tampilnya pemimpin kharismatik Islam sultan Salahuddin al-Ayyubi (sultan Saladin) yang berhasil mempersatukan Mesir dan Syria dibawah kekuasaannya berhasil pula

Hal ini terjadi pada beban non linier akan muncul arus urutan nol yang memicu keluarnya arus netral atau harmonisa pada netral transformator.. Arus netral ini akan

Selama ini masih banyak guru yang hanya menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran bersifat monoton dan siswa cenderung pasif. Siswa hanya

mendesak pemerintah Afrika Selatan untuk melakukan kerjasama dengan negara Vietnam, Tiongkok dan Mozambik dalam konservasi dan perlindungan satwa, karena ketiga negara