• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INOKULASI L3 IRADIASI DART CACING HAEMONCHUS CONTORTUS TERHADAP PEUBAH KLINIS DAN SERA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH INOKULASI L3 IRADIASI DART CACING HAEMONCHUS CONTORTUS TERHADAP PEUBAH KLINIS DAN SERA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional Peternakan donVeteNner 1997

PENGARUH INOKULASI L3 IRADIASI DART CACING HAEMONCHUS

CONTORTUS TERHADAP PEUBAH KLINIS DAN SERA

ScncARDnPARroDmARDio

PusatAplikasi lsotop dan Radiasi, BATAN Jl. CinereRnya, Pasai-Jumat, P.O. Box 7002, Jakarta

ABSTRAK

Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh vaksinasi L3 Haemonchus contortus iradiasi pascapencucian dengan NZ cair dan COZ padat terhadap peubah klinis dan uji sera dari hewan kelinci. Kegunaan penelitian ini adalah untuk dapat memanfaatkan teknik nuklir dalam rangka pembuatan vaksin, serta dapat menimbulkan sifat imunogenitas pada ternak pascavaksinasi . Hipotesis dari penelitian ini adalah inokulasi L3 iradiasi pascapencucian untuk mengelupas kulit L3 sampai dapat mempengaruhi peubah dari tingkat anaemia (PCV=kadar hematokrit), bobot badan, tingkat kematian, eritrosit, Haemoglobin, larva muda (L4) dalam lambung, dan uji sera yaitu total fraksi protein. Penelitian ini digunakan 36 ekor kelinci jantan umur t2 bulan dengan bobot badan t 1,5 kg. Kelinci dibagi menjadi tiga perlakuan dan tiap perlakuan terdiri dari empat ulangan. Dosis iradiasi 500 Gy sinar Gamma kobalt 60, dosis inokulasi 50.000 L3 . Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap, uji antar perlakuan digunakan Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Rataan Kadar hematokrit (PCV) pads perlakuan K (Kontrol) = 20, 95 t 1,23 %, V1 ( Vaksinasi Ix, ada tantangan ) = 28,90 % t 1,12 %, dan V2 (Vaksinasi 2x, ada tantangan) = 34,85 t 0,35 %. Rataan pertambahaan bobot badan pada K (gram/minggu) = 23,50 t 0,71, V1 = 25,75 t 2,20, dan V2 = 29,90 t 1,71 . Rataan Persentase Kematian pads K (%) = 50 f 17,12, VI = 16,16 t 2,189, dan V2 = 0 = 0. Rataan eritrosit K (10 juta/ml ) = 25,01 t 3,031, V1 = 26,04 t 2,24, V2 = 28,93 t 1,67. Rataan Hb K (mg %) = 8,50 t 0,80, V1 = 9,236 t 1,670, V2 = 10,73 t 0,710. Rataan L4 dari Lambung pascaseksi untuk K = mati 6, hidup 5, V1= mati 5, hidup 2, V2 = mati 5, hidup 0. Rataan total fraksi protein pada K (mgr/dl) = 2, 0550 t 0,2410, VI = 3,7560 t 0,3190, dan V2 = 6,9870 t 1,8210. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian vaksinasi L3 iradiasi pascapencucian dapat menurunkan tingkat anaemia, meningkatkan pertambahaan bobot badan, menurunkan persentase kematian, meningkatkan gambaran darah, memperkecil kandungan L4 dalam lambung dan dapat meningkatkan kandungan tanggap kebal pada hewan kelinci.

Kata kunci : Inokulasi, Haemonchus contortus, Minis dan sera PENDAHULUAN

Haemonchus contortus merupakan salah satu jenis racing saluran pencernaan pada ternak ruminansia seperti pada domba dan kambing. Gejala timbulnya infeksi racing ini pada ternak menurut RESSANG (1963) patologis klinis yang terlihat ada kekurusan, anaemia, dan oedema. Sedangkan sifat infeksinya menurut DARctE dan ALLONBY (1975) dalam REINECKE (1983), menyatakan bahwa ada tiga yaitu hiperakut, akut dan kronik. Menurut LEVINE (1990) bahwa tanda-tanda pertama yang terlihat adalah turunnya bobot badan, lemah, kepucatan diselimuti lendir, oedem pada bawah rahang yang disebut juga bottle jaw. Mannut dan kelinci merupakan hewan

(2)

Seminar NasionalPeternakan dan Veteriner 1997

laboratorium yang dapat digunakan untuk penelitian infeksi buatan cacing Haemonchus contortus

(WAGLAND, 1989;HUTCHINSON,1976), meskipun bukan induk semang sejati dari cacing ini. Tetapi CHARLESTON (1965) menyatakan bahwa gangguan yang terjadi pada lambung kelinci yang

terinfeksi Haemonchus contortus adalah mirip dengan infeksi yang terjadi pads abomasum domba dan kambing. Sinar Gamma Co-60 merupakan iradiasi pengion yang bila berinteraksi dengan benda dapat menimbulkan eksitasi, ionisasi dan efek biologis. Efek biologis adalah bila sintesa DNA di dalam sel atau dalam kehidupan normal terganggu. Efek biologis ini yang digunakan sebagai dasar pembuatan vaksin iradiasi dengan iradiasi sinar Gamma, dan sinar X yang secara sengaja dimasukkan ke dalam tubuh hewan agar si penerima vaksin segera membuat zat kebal dalam tubuhnya, dengan harapan zat kebal yang terbentuk mampu menahan serangan penyakit dari alam (TONAMEX, 1970) . Seperti pendapat dari BITAKARAMIRE (1973) akibat dari iradiasi

banyak larva tiga dari H. contortus tidak dapat mencapai daur hidup kembali pascainokulasi .

SIVANATHAN (1984) telah melakukan penelitian di Edinburg Scotland, tentang pengaruh larva tiga

iradiasi dari cacing H. contortus pada ternak domba . Dalam penelitian ini perlakuan iradiasi masih dikombinasikan dengan Thiabendazole, dilaporkan bahwa pascavaksinasi pads domba muda umur - 7-8 bulan (URQUHART, 1966) dapat merespon timbulnya kekebalan.

BAHAN DAN METODE

Perlakuan, Tiga kelompok kelinci yang masing-masing terdiri dari 12 ekor diberi perlakuan sebagai berikut. Kelompok Kontrol (K) adalah kelompok kelinci yang hanya diberi inokulasi galur infektif 50.000 L3 . Kelompok V1 hanya divaksin satu kali 50 .000 L3 iradiasi dan 3 minggu kemudian ditantang dengan L3 infektif Kelompok V2 divaksin dua kali masing-masing 50.000 L3-iradiasi dan masing-masing selang 3 minggu kemudian ditantang seperti di atas. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini Rancangan Acak lengkap dengan uji antar perlakuan dari DUNCAN. Karena penelitian akan dilakukan pada kelinci, maka larva tersebut perlu dilepas selubungnya, untuk itu diperlukan metode modifikasi dari SLOCOMBE dan WHITLOCK (1969).

Cairan larva tiga dialirkan kedalam 40 % COZpadat dan60 % NZcair ke dalam pompa isap tekan

kemudian tekanannya dialirkan dalam tabung yang berisi L3 dalam water bath. Kira-kira dalam waktu 1 jam hampir semua L3 dalam tabung tersebut telah terkelupas selubungnya. Larva yang telah terkelupas selubungnya itu kemudian diiradiasi dengan sumber iradiasi sinar Gamma

Kobalt-60 dengan menggunakan .lradiator Irpasena di PAIR-BATAN dengan menggunakan laju doisis

2000Gy/jam. Peubah yang diamati meliputi kenaikan bobot badan, persentase kematian, gambaran darah berupa jundah eritrosit, kadar hemoglobin, nilai kadar Packed Cell Volume (PCV), kandungan L4 dalam lambung pascaseksi, dan nilai Total Fraksi Protein.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Selama masa percobaan dimana kelinci mulai diberikan vaksinasi kemudian ditantang hasil pemeriksaan dari peubah rataan kumulatif nilai PCV diukur tiap minggu pada K (%) = 20,95 ± 1,23, V1 = 28,90 ± 1,12, dan V2 = 34,85 ± 0,35 . Pada Tabel 1, terlihat bahwa pengaruh vaksinasi pada V2 dapat meningkatkan kadar PCV, hal ini disebabkan karena timbulnya kembali L4 cacing sangat rendah dan mati, ini menunjukkan sudah dimobilisasinya sistem hematopoetik secara sempurna untuk memenuhi kebutuhan akan sel-sel darah merah dan menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh. Hal ini sesuai dengan pendapat dari DARGIE (1970), dimana mobilisasi hemapoetik

ditandai dengan meningkatnya pembentukan sel darah di dalam sumsum tulang dan meningkatnya

(3)

kerja limpa dalam menghasilkan sel darah merah, yang selanjutnya masuk dalam sirkulasi darah, setelah dilakukan uji antar perlakuan pengaruhnya sangat nyata (P<0,01).

Keterwqan K - Karrol id"

V1= Vaksiemam kah dan unlangan V2= Vakswm dua kah danuttwW

SeminarNasional Peternakan dan Veternner 1997

Peubah rataan pertambahan bobot badan per minggu pada K (gr/minggu) = 23,50 t 0,71, VI = 25,75 t 2,20 clan V2 = 29,90 t 1,71 (Tabel 1). Pengaruh nyata dalam pertambahan bobot badan kelinci pascavaksinasi pada V2 tercipta keadaan hipersensitifitas dengan banyak rangsangan timbulnya zat kebal, sehingga dapat menghalangi perlumbuhan larva penantang dan gangguan metabolisme tubuh menjadi berkurang, menyebabkan keadaan kesehatan lebih baik, kelinci akan mengkonsumsi pakan menjadi lebih banyak, akhirnya dapat menyebabkan pertambahan bobot badan terutama pada perlakuan V2, pengaruhnya sangat nyata (P<0,01).

Peubah rataan persentase kematian dari K (%) = 50 t 17,12, V1 = 16,16 t 2,189, dan V2 = 0±0 (Tabel 1). Pada perlakuan Kontrol teijadi tingkat penyerangan cacing yang tinggi karena sedikit zat kebal yang dapat distimulir pada saat pemberian tantangan, terlihat gejala infeksi yang berat disertai anaemia dengan tinja berwarna kehitaman bercampur darah . Sedangkan pada perlakuan vaksinasi terdapat infeksi yang ringan, terutama pada V2 telah ada tendensi kekebalan pascatantangan seperti apa yang telah disinyalir oleh CULBERTSON (1961) yaitu individu yang telah

divaksinasi kemudian ditantang, bila jumlah cacing sangat berkurang dapat dikatakan individu tersebut telah ada tendensi kekebalan yang tinggi, pengaruhnya sangat nyata (P<0,01).

Peubah rataan eritrosit pada K (10 juta/ml) = 25,01 f 3,031, VI = 26,04 ± 2,24, clan V2 = 28,93 t 1,67 (Tabel 1). Bertambahnya eritrosit dalam tubuh hewan sesuai dengan jumlah pemberian pada V2 pascatantangan tidak menyebabkan gangguan pentlrunan jumlah eritrosit atau dengan kata lain dapat dilawan dengan dua kali pemberian vaksinasi, juga kemungkinan kerusakan abomasum kurang berarti dibanding dengan kelompok yang lain, perbedaannya nyata pada (P<0,05).

Peubah rataan Hb pada K (mg/0/9)= 8,50 t 0,88, VI = 9,236 t 1,670, clan V2 = 10,73 t 0,710,

tidak begitu memperlihatkan perbedaan yang berarti, tetapi kisaran setiap minggunya antara 9 sampai 10 masih dalam batas kisaran normal, pengaruhnya tidak nyata (P>0,01).

Peubah rataan Total Fraksi Protein pada K (mg/dl) = 2,0550 t 0,2410, V1 = 3,7560 t 0,3190, dan V2 = 6,9870 t 1,8210 (Tabel 1). NIELSEN dan ANDERSEN dalam SCHALM (1975) menyatakan

bahwa ada hubungan antara konsenttasi protein terhadap hilangnya protein yang terjadi di dalam Tabel L Hasil rataan peubahclanhematoknt (PCV), pertambahaan bobot badan, kematiam

Hb, dan total fraksi proteindari-perlakuan K, VI dan V2 pada kelinci entrosit,

No Peubah K V 1 V2 P

1 . PCV(%) 20,95 t 1,23 28,98±1,12 34,85 ±0,35 <0,01 2. Pertambehan bobot badan (gr/nunggu) 23,50 ±0,71 25,75 t 2,20 29,90 ±1,71 m,01 3. Kemati*%) 50,0 ±17,12 16,16 t 2,189 0 t 0 <0,01 4. Faitrosit (10juta/ml) 25,01± 3,031 26,09 t 2,240 28,93 ±1,670 <0,05 5. Hb(mg'0lo) 8,50 ±0,88 9,236 ±1,670 10,73 ±0,710 >0,01 6. Total fraksi protein (mg/dl) 2,055 ±0,241 3,756 t 0,319 6,987 ±1,920 <D,01

(4)

Seminar NasionalPeternakan don Vetertner 1997

saluran penyemgan, khususnya dalam kasus penyakit ini dapat menimbulkan hypoproteinemia, sebagai akibat dari penyerangan racing yang hebat berakibat buruk terhadap jumlah protein, karena banyak darah yang diisap terutama -pada kontrol, perbedaannya dengan V2 sangat nyata (P<0,01). .

Peubah rataan L4 pada K yang mati 6, hidup 5, VI yang mati 5, hidup 2, V2 yang mati 5, hidup 0 (label 2). Pemeriksaan pascaseksi masih dijumpai adanya L4 yang mati maupun yang hidup, kekebalan yang terbentuk pascavaksinasi mampu menahan dan menghasilkan kekebalan dan mampu menalian infeksi tantangan, menurut TONAMEX (1970) pengaruh vaksinasi L3 yang

masuk ke dalam tubuh tidak mampu berkembang menjadi racing dewasa tetapi dalam penelitian hanya mampu berkembang sampai L4 di lambung, ada yang masih hidup pada kontrol, tetapi pada V2 telah mati semua. berarti telah menunjukkan adanya tendensi kekebalan yang ditimbulkannya.

1012

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian vaksinasi L3 iradiasi pascapencucian dari semua peubah, dapat menurunkan kadar hematokrit (PCV), meningkatkan pertambahan bobot badan, menurunkan persentase kematian, meningkatkan gambaran darah dari eritrosit dan Hb, memperkecil kandungan L4 dalam lambung, dan dapat meningkatkan kandungan tanggap kebal pada hewan kelinci, perbedaannya sangat nyata (P<0,01).

Untuk melaksanakan penelitian selanjutnya perlu digunakan hewan induk semang yang asli yaitu domba atau kambing, disertai kelengkapan peubah yang lainnya yang masih dianggap perlu untuk mendukung kesempurnaan penelitian ini.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada, Staf dan teknisi yang terkait sehingga dapat terselenggaranya penelitian ini dari awal hingga akhir dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

BITAKARAMIRE,P.K. 1973. Preliminary Study on the Immunization of Cattle Animal Against Fasciolasis Using

Gamma Irradiated Metacerearia of Fasciola gigantica. Isotop and Radiation in Parasitology III. (Proc.Panel Kabete,1971). IAEA Vienna : 23 .

CULBERTSON, J.T . 1961. Immunity Against Animal Parasites. Columbia University Press. New York.

DARGn3, J.D . 1970. Aplication of radioisotopic techniques to the study of red cell and plasma protein. Soc.

Parasitology. IAEA, Vienna. Tabel 2.

Perlakuan

Hasil rataan kandungan L3 yang mati dan V2 pada kelinci

Mati

dan hidup dalam pascaseksi dari perlakuan K, V1 Hidup

K 6 5

V1 5 2

(5)

SeminarNasionalPeternakan dan Veterlner 1997

HUTCwNSON, B.M., and SLoco1,sE, J.O.D. 1976. Experimentally inducedHaemonchus contortus infections in the rabbit. J. ofHelminthol. 50: 9,143.

LEVINE, N.D. 1990. Buku Pelajaran Parasitologi Veterinari. Gajah Mada University Press. Jogyakarta. REnaEcKE. 1983. Veterinary Helminthology. Butterworth, Durban. Prettoria.

RESSANG, A.A. 1963. Phatologi Khusus Veteriner. FKH-IPB. Bogor.

SIVANATHAN, S., J.L. DuNcAN, G.M.. URQUHART. 1984. Some Factor Influencing the Immunisator of Sheep with IrradiatedHaemonchus comortusLarvae. Vet. Par. 16:113-123.

SLOCOMBE, J.O.D. and WIUTLOCK,J.H. 1969. Rapid ecdysis of infectiveHaemonchus contortus cayugensis larvae. J. ofParasitol . 55,1102.

ScHALM,O.W. 1975. Veterinary Hematology. Lea and Febiger Publiser. Philadelphia.

TONAMEx, J. 1970. Subcutaneus immunization of Guinea pig with D. viviparus larvae attenuated by X-irradiated metacercariae ofFasciola gigantica,Isotopes and Radiation in Parasitology III (Pros. Panel. Kabete), IAEA, Vienna, 15.

URQUHART, G.M., JARRET, W.F.H., JENNINGS, F. W., INTYRE, W.I.M., Mc MULLIGAN, W. 1966. Immunity to

Haemonchus contortus Infection : Relationship between Age and Succesful Vaccination with irradiated larvae. Am. J. Vet. Res. 27(12) :1645-1648.

WAGLAND, B.M. ABEYDEERA, L.R ., ROTHWELL,T.L. and OUTWERKERK, D. 1989. Experimental Haemonchus contortusinfectionsinGuinea pig. 1»t. J. for Parasitol. 19,301.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka mempercepat pengembalian asset ( asset recovery ) perlu dibentuk suatu lembaga di bawah struktur Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang bertugas untuk

Penelitian ini berhasil memberikan kontribusi bagi pelaku bisnis mengenai faktor-faktor yang memengaruhi sikap pelanggan terhadap media sosial yang digunakan pemasar

Maka dari itu, melihat kebutuhan dari PO Besi Jaya Utama penulis membuat suatu sistem informasi yang diharapkan dapat membantu meningkatkan keakuratan data untuk mendukung

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk organik cair sumber nitrogen dari urine sapi, tanaman kipahit, dan kirinyuh terhadap

Pengampunan Pajak merupakan program pemerintah Indonesia sesuai amanat Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak yang ditujukan untuk membawa manfaat ekonomis

 Pengertian latihan yang berasal dari kata training adalah penerapan dari suatu perencanaan untuk meningkatkan kemampuan berolahraga yang berisikan materi teori dan praktek,

a. Memastikan jam pelaksanaan praktek kerja dilakukan secara proporsional dengan jam istirahat agar tidak menimbulkan kelelahan sangat yang dapat

Pupuk yang digunakan dalam SRI di Desa Sidodadi adalah pupuk kompos yang berasal dari bahan organik seperti kotoran hewan, limbah organik, jerami yang proses