• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Landasan Teori

II.1.1 Valuta Asing

Valuta Asing (Valas) atau pertukaran mata uang asing. Setiap negara pasti memiliki mata uang. Sebuah negara selalu menyebut mata uang negara lain sebagai mata uang asing. Indonesia memiliki mata uang Rupiah, Amerika memiliki mata uang US Dollar, dan Inggris memiliki mata uang Poundsterling. Di dunia mata uang asing juga dikenal dengan sebutan Forex yang secara umum disingkat FX yaitu singkatan dari Foreign Exchange.

Mata uang memiliki nilai, nilai ini dilihat dari seberapa banyak barang yang didapatkan dengan menukarkan sebuah mata uang. Nilai dari sebuah mata uang dibandingkan dengan mata uang lainnya, akan mengalami pergerakan naik dan turun sesuai jumlah barang yang mampu didapatkan oleh masing-masing mata uang. Dengan demikian, Valas merupakan perdagangan mata uang dua negara yang nilainya berbeda dari waktu ke waktu.

Pasar Valas adalah pasar yang paling likuid dan paling besar di dunia. Disebut likuid karena perdagangan Valas bergerak terus selama 24 jam setiap hari kerja mulai dari Senin sampai Jumat. Ada tryliunan Dollar uang yang berputar di pasar ini setiap harinya. Rata-rata volume perputarannya dapat mencapai lebih dari US$ 1,5 trilyun atau

(2)

30 kali lebih besar dibandingkan seluruh transaksi pasar modal di Amerika. Tidak satu pihak pun dapat mengendalikan harga di pasar untuk waktu yang panjang kecuali pasar itu sendiri yang menggerakkan, namun siapapun dapat memanfaatkan fluktuasi harga tersebut untuk mendapatkan keuntungan.

Mata uang yang biasanya diperdagangkan dalam Valas adalah mata uang negara-negara maju seperti Dollar Amerika (USD), Yen Jepang (JPY), Franc Swiss (CHF), Poundsterling Inggris (GBP), Australian Dollar (AUD), dan Euro (EUR). Semua mata uang itu biasanya dipertukarkan atau diperdagangkan secara berpasang-pasangan atau disebut pair. Misalnya EUR/GBP, CHF/USD, GBP/USD, EUR/USD, AUD/USD, GBP/JPY dan lainnya.

Ada sebuah perbedaan mencolok antara perdagangan pada umumnya bila kita bandingkan dengan perdagangan Valas. Perubahan harga pada perdagangan umumnya relatif lama dan stabil. Sedangkan perubahan harga (untuk Valas disebut kurs) pada perdangan Valas bisa berubah sangat cepat. Banyak yang tertarik untuk mencoba berinvestasi dibidang ini karena kemungkinan menjadi cepat kaya terbayang begitu mudah.

Akan tetapi untuk berdagang valuta asing diperlukan ilmu tersendiri yaitu ilmu analisis pasar. Sehingga untuk membeli atau menjual suatu mata uang harus didahului dengan malakukan analisis. Secara umum ada dua jenis analisis, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.

(3)

II.1.2 Analisis Fundamental

Menurut Lofton (2010) analisis fundamental Valas adalah studi yang mempelajari tentang kekuatan ekonomi, sosial dan politik negara-negara yang mempengaruhi permintaan untuk perdagangan mata uang agar lebih efektif. Analisis ini memberikan informasi tentang bagaimana kejadian-kejadian besar dalam bidang politik dan ekonomi mempengaruhi mata uang.

Selain itu analisis fundamental juga melihat berdasar laporan ekonomi. Laporan ekonomi dikeluarkan secara berkala. Namun, laporan ekonomi tidak selalu dapat diprediksi. Laporan ekonomi dapat menggerakkan pasar mata uang dengan cara yang besar. Tapi semua laporan ekonomi tidak mempengaruhi pasar dengan cara yang sama. Beberapa laporan mempengaruhi pasar di seluruh dunia secara teratur sementara yang lain hampir tidak terlihat untuk pedagang mata uang.

Tiga laporan ekonomi yang paling penting untuk pasar valuta asing menurut Lofton (2010) adalah: Laporan Kerja, Perdagangan Internasional Barang dan Jasa laporan, dan laporan Produk Domestik Bruto.

Faktor fundamental lainnya termasuk pemilihan, pidato politik, perang, bencana alam, serangan teroris, atau peristiwa sosial-politik yang meningkatkan atau menurunkan permintaan untuk mata uang. Pada gilirannya, peristiwa ini mempengaruhi nilai dan harga mata uang.

Pendekatan fundamental biasanya digunakan para investor yang memiliki rentang waktu yang panjang. Seorang fundamentalis melakukan perdagangan valuta asing berorientasi jangka panjang, tidak untuk sesaat. Fundamentalis tidak akan terlalu

(4)

terganggu dengan isu-isu yang beredar yang berpengaruh terhadap harga valuta asing yang dimiliki. Mereka sudah yakin akan kinerja dan prospeknya akan lebih baik di masa yang akan datang.

Fundamental analisis ini melakukan perdagangan valuta asing dengan benar-benar mengetahui kondisi perekonomian, perdagangan, industri, politik dan variabel-variabel lain yang berkaitan dengan Negara penerbit valuta asing tersebut.

II.1.3 Analisis Teknikal

Analisis teknikal menurut Hidayat (2010) dapat diartikan sebagai “suatu studi yang digunakan untuk mengetahui kecenderungan harga dimasa yang akan datang dengan mengunakan chart maupun perhitungan matematis.”

Sedangkan menurut Lofton (2010) Analisis teknis adalah “studi tentang pergerakan harga mata uang, gerakan-gerakan ini ditampilkan dalam grafik dan indikator teknis lainnya seperti gambar gerak di garis rata-rata, garis Bollinger Bands, lilin Jepang, atau MACD.”

Menurut Hidayat (2010) terdapat tiga asumsi dalam melakukan prediksi yang digunakan dalam analisis teknikal, yaitu:

1. All market fundamentals are depicted in the actual market data. Maksud dari pernyataan ini adalah harga pasar yang terbentuk di pasar merupakan refleksi atau gambaran dari seluruh faktor yang ada di pasar.

(5)

2. History repeats itself. Maksud dari pernyataan ini adalah perilaku investor di masa lalu yang terjadi secara berulang dapat digunakan sebagai acuan dalam memprediksi perilaku di masa yang akan datang.

3. Prices move in trends. Maksud dari pernyataan ini adalah para analis teknikal berkeyakinan bahwa pergerakan harga adalah tidak acak dan tidak dapat diprediksi. Harga akan bergerak dalam suatu arah (tren) tertentu dan akan berlanjut untuk beberapa saat.

II.1.4 Price Chart

Chart dapat diartikan sebagai gambaran dari tindakan para pelaku pasar dalam melakukan aktivitas jual-beli yang digambarkan dalam bentuk grafik. Terdapat beberapa tipe chart yang banyak digunakan, salah satunya adalah Candlestick Chart.

II.1.4.1 Candlestick Chart

Candlestick sering disebut dengan Japanese candles karena digunakan orang Jepang untuk menganalisa harga kontrak padi. Candlestick chart menampilkan harga pembukaan, harga penutupan, harga tertinggi, dan harga terendah. Candlestick menekankan hubungan antara harga pembukaan dengan harga penutupan.

(6)

Terdapat beberapa pola yang popular dalam penggunaan candlestick menurut Fuller (2010). yaitu:

• Pola Bullish

Pola ini terjadi pada saat harga pembukaan berada di dekat harga terendah dan harga penutup berada pada di dekat harga tertinggi.

• Pola Bearish

Pola ini terjadi saat harga pembukaan berada dekat harga tertinggi dan harga penutupan berada dekat harga terendah.

• Pola Long Lower Shadow

Pola ini memberikan sinyal bullish, bayangan bawah harus setidaknya seukuran dengan pola yang utuh, semakin panjang bayangan rendah semakin handal sinyalnya.

• Pola Long Upper Shadow

Pola ini memberikan sinyal bearish, bayangan atas harus setidaknya seukuran dengan pola yang utuh, semakin panjang bayangan atas semakin handal sinyalnya

• Pola Hammer

Pola Hummer merupakan sinyal bullish yang terjadi selama ada kecenderungan untuk menurun. Bayangan yang lebih rendah harus minimal dua kali panjang pola yang utuh. Hummer memiliki bayangan atas sedikit atau bahkan tidak ada. Ketika Hummer terjadi saat uptrend dikenal sebagai "hanging man" dan merupakan sinyal bearish. Karena bayangan yang lebih rendah bullish panjang Namun, pola ini perlu konfirmasi dengan dekat di bawah pola hanging man itu.

(7)

• Pola Shooting Star

Pola ini memiliki bayangan atas yang panjang dengan sedikit atau tidak ada bayangan yang lebih rendah, dan pola kecil didekat titik terendah dari sebuah sesi yang berkembang selama atau setelah dan uptrend.

• Pola Harami

Harami adalah pola dua-lilin di mana suatu pola kecil yang utuh dalam pola utuh yang lebih besar di sesi sebelumnya.

• Pola Doji

Doji adalah pola di mana sesi pembukaan dan penutupan adalah sama, atau hampir sama. Ada beberapa je0nis doji, tergantung di mana pembukaan dan penutupan dalam kaitannya dengan kisaran bar.

• Pola Dragonfly Doji

Dragonfly doji memiliki panjang bayangan lebih rendah,, pembukaan tinggi, dan penutupan adalah pada atau sangat dekat dengan titik tertinggi pada sesi itu. Pola ini sering sinyal pembalikan downtrend.

• Pola Gravestone Doji

Gravestone doji mempunyai bayangan atas yang panjang, pembukaan rendah, dan penutupan adalah pada atau sangat dekat dengan titik terendah pada sesi itu. Pola ini sering sinyal pembalikan uptrend.

• Pola High Wave Candle/Long-Legged Doji

Pola ini memiliki bayangan atas atau bawah yang sangat panjang dan pola utuh yang kecil. Jika harga pembukaan dan penutupan adalah sama pola tidak

(8)

memiliki tubuh yang utuh dan kemudian disebut long-legged doji. Gambaran pertama adalah high wave candle dan yang kedua adalah long-legged doji.

• Pola Engulfing Candles

Pola bullish engulfing terdiri dari tubuh utuh yang besar berwarna putih yang menelan tubuh kecil berwarna hitam dalam kecenderungan untuk menurun. Pola bearish engulfing terjadi ketika bear membanjiri bull dan ini tercermin dari tubuh hitam panjang memakan tubuh kecil berwarna putih pada kondisi uptrend. • Pola Spinning Tops

Spinning tops hanya pola dengan tubuh yang kecil. II.1.5 Model Kuantitatif

Analisis teknikal menggunakan hasil dari model dan persamaan matematis yang diinterpretasikan dalam bentuk grafik. Grafik ini akan menjadi indikator teknikal. Untuk memprediksi harga dan pasar.

Ada banyak model kuantitatif yang dapat digunakan untuk dijadikan indikator. Beberapa model kuantitatif yang biasanya digunakan oleh para analis teknikal, antara lain adalah Moving Average (MA) dan Relative Strength Index (RSI)

II.1.5.1 Moving Average

Moving Average (MA) merupakan salah satu teknik analisis yang paling lama digunakan oleh para analis. Menurut Hidayat (2010) Moving Average atau rata-rata bergerak adalah salah satu indikator tren dengan cara mengambil sampel nilai untuk dijadikan pengamatan, mencari rata-ratanya kemudian menggunakan rata-rata tersebut

(9)

untuk meramalkan nilai di masa yang akan datang. MA dapat dihitung dengan menggunakan berbagai data seperti harga pembukaan, harga penutupan, harga terendah, harga tertinggi, volume, dan lain sebagainya.

Graham Upton & Ian Cook (2008) mengartikan MA sebagai “suatu metode smoothing serangkaian waktu untuk mengurangi efek variasi acak dan mengungkapkan tren yang mendasari”

Pring (2002) mengatakan bahwa metode Moving Averages merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk mengidentifikasi pembalikan arah tren. A moving average is construct by smoothing the price data. Maksudnya MA adalah rata-rata dari pergerakan data yang diperhalus. Data yang diperhalus ini kemudian dapat digunakan para investor dan analis untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang tren. Maksud dari istilah bergerak adalah pengukuran dilakukan berdasarkan hari yang telah ditentukan, Jika mengambil 15 hari maka pengukuran tersebut menggunakan data 15 hari terakhir. Rata-rata dari data tersebut akan berubah seiring dengan pergantian hari.

Pring (2002) juga menerangkan dalam bukunya bahwa penentuan jangka waktu dalam pengukuran merupakan hal penting. Karena jika jangka waktu dalam pengukuran MA terlalu panjang maka tingkat sensitifitasnya akan menjadi lemah. Tetapi jika jangka waktu dalam pengukuran MA terlalu pendek maka kemungkian mendapatkan sinyal yang salah akan lebih besar, sehingga harus memilih jangka waktu yang sesuai.

Dalam MA, terdapat beberapa metode yang biasa digunakan, seperti single, exponential, weighted, triangular, dan variable. Lima metode tersebut dibedakan dari bobot yang diberikan untuk masing-masing metode. Single Moving Average (SMA)

(10)

memberikan bobot yang sama untuk semua harga. Exponential dan Weighted Average memberikan bobot yang lebih berat untuk harga-harga yang baru. Triangular average menyediakan bobot yang lebih berat untuk harga-harga dalam pertengahan periode. Sedangkan untuk Variable Average bobot akan diberikan berdasarkan sensitifitas, semakin besar volatilitas harga semakin sensitif perataan konstan yang digunakan dalam perhitungan.

Menurut Pring (2002) prinsip utama dalam menginterpretasikan MA adalah sebagai berikut:

1. ”An MA is a smoothed version of a trend, and the average itself is an area of support and resistance.”

2. “A carefully chosen MA should reflect the underlying trend; its violation therefore warns that a change may already have taken place.”

3. “If violation occurs while the MA is still procceding sharply in the prevailing trend, this should be treated as a preliminary warning that a trend reversal has taken place.”

4. “Generally speaking, the longer the time span covered by an MA, the greater the significant of a crossover signal.”

5. “Reversals in the direction of an MA are usually more reliable than an MA crossover.”

Metode yang paling sering dipakai menurut Pring (2002) adalah Single Moving Average dan Exponential Moving Average. Kedua metode ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi arah tren atau menentukan kemungkinan tingkat support dan

(11)

resistance. Menurut Wikipedia.org support berarti “ price level where the price tends to find support as it is going down” sedangkan resistance yang lawan dari support adalah “ it is where the price tends to find resistance as it is going up”.

Menurut Pring (2002) tingkat support dan resistance sangat membantu analis karena ketika suatu harga mencapai tingkat support maka diyakini bahwa demand dari pembeli akan mengatasi supply sehingga mencegah harga semakin jatuh dari tingkat support, Sebaliknya jika harga sudah mencapai tingkat resistance maka demand akan mengatasi supply sehingga dapat mencegah harga semakin tinggi.

Pring (2002) mengatakan bahwa ada general rules untuk membantu mengetahui seberapa penting tingkat support dan resistance, yaitu:

1. “The more of a security that changes hands at a particular level, the more significant that level is likely to be as a support or resistance zone.”

2. “The greater the speed of the preceding price movement, the more significant a support or resistance zone is likely to be.”

3. “The more powerful the move preceding the support or resistance zone, the greater its potential as a barrier.”

4. “The more times a support or resistance zone has been able to halt or reverse the price trend in the past, the greater its significance is likely to be.”

5. “The longer the period that has elapsed between the time a support or resistance zone was last challenged, the less significance it is likely to have.”

Single Moving Aaverage (SMA) atau rata-rata bergerak sederhana terbentuk dengan menghitung harga rata-rata selama beberapa periode tertentu. Kebanyakan MA

(12)

didasarkan pada harga penutupan. Sebuah SMA 5-hari adalah jumlah harga penutupan selama lima hari dibagi dengan lima. Yang dimaksud rata-rata bergerak adalah rata-rata yang bergerak. Data lama tidak digunakan ketika tersedia data yang baru. Hal ini menyebabkan rata-rata ini bergerak dalam skala waktu.

Contohnya SMA 5-hari selama tiga hari, dengan Harga Penutupan harian: 9,11,15,17,19,21,23 maka perhitungan hari pertama SMA 5-hari adalah (9+11+15+17+19)/5 = 14,2. Hari Kedua SMA 5-hari adalah (11+15+17+19 +21)/5 = 16,6. Hari Ketiga SMA 5-hari adalah (15+17+19+21+23)/5 = 19.

Hari pertama MA hanya mencakup data harga selama lima hari. Hari kedua menghapus titik data pertama (9) dan menambahkan titik data baru (21). Hari ketiga bergerak terus dengan menghapus titik data pertama (11) dan menambahkan titik data baru (23). Dalam contoh di atas, harga secara bertahap naik dari 9 sampai 23 selama tujuh hari. Rata-rata juga bergerak naik dari 14,2 sampai 19 selama perhitungan tiga hari. Setiap nilai MA berada di bawah harga terakhir. Misalnya, MA selama satu hari sama dengan 14,2 dan harga terakhir adalah 19. Harga empat hari sebelum 19 lebih rendah dan ini menyebabkan MA memiliki jeda.

Exponential Moving Average (EMA) mengurangi jeda dengan memberikan bobot lebih pada harga terakhir. Bobot diberikan pada harga terbaru tergantung pada jumlah periodenya. Ada tiga langkah untuk menghitung EMA, yaitu:

1. Menghitung SMA. Hasil SMA ini digunakan sebagai EMA periode sebelumnya dalam perhitungan pertama.

(13)

3. Ketiga, menghitung EMA.

Berikut ini adalah rumus untuk EMA 10-hari:

SMA: Jumlah 10 periode/10.

Multiplier: (2/(Periode +1)) = (2/(10+1)) = 0,1818 (18,18%).

EMA: {harga penutupan - EMA (hari sebelumnya)} x multiplier + EMA (hari sebelumnya).

Sebuah EMA 10-periode memberi bobot 18,18% untuk harga yang terbaru. Sebuah EMA 10-periode dapat disebut juga 18,18% EMA. EMA 20-periode memberi bobot sebesar 9,52% untuk harga yang terbaru (2/(20+1) = 0,0952). Pembobotan untuk periode waktu yang lebih pendek melebihi pembobot untuk periode waktu yang lebih lama. Bahkan, jika periode MA dilipatgandakan maka pembobotannya hanya setengahnya saja. Di bawah ini adalah contoh spreadsheet SMA hari dan EMA 10-hari. EMA dimulai dengan nilai SMA (22,22) pada perhitungan pertama. Setelah perhitungan pertama, rumus normal mulai digunakan.

Meskipun ada perbedaan yang jelas antara SMA dan EMA, tetapi yang satu tidak selalu lebih baik daripada yang lain. EMA memiliki kurang jeda, karena itu EMA lebih sensitif terhadap harga terbaru dan perubahan harga terakhir. EMA akan berubah sebelum SMA. SMA merupakan rata-rata sebenarnya dari harga untuk seluruh periode waktu Dengan demikian, rata-rata bergerak sederhana mungkin akan lebih cocok untuk mengidentifikasi tingkat support atau resistance.

(14)

Gambar II.2 Contoh Perhitungan Moving Average

(15)

Pilihan MA tergantung pada tujuan, gaya analitis dan horizon waktu. penggunanya harus bereksperimen dengan kedua jenis MA serta kerangka waktu yang berbeda untuk menemukan mana yang paling cocok.

Gambar II.4 Grafik Moving Average dan Trend

Grafik di atas adalah contoh dengan EMA 150-hari. EMA 150-hari terjadi perubahan tren sekitar Oktober 2007. Terjadi penurunan 15% untuk membalikkan arah MA ini. Indikator-indikator jeda ini mengidentifikasi pembalikan tren saat benar-benar terjadi (terbaik) atau setelah terjadi (terburuk). Tren berlanjut turun sampai sekitar April 2009 dan kemudian meningkat 40-50%. EMA 150-hari tidak muncul sampai setelah gelombang ini terjadi. Setelah itu, tren berlanjut naik pada beberapa bulan berikutnya. MA bekerja dengan baik dalam tren yang kuat. Contoh ini menunjukkan bahwa MA bekerja dengan baik ketika ada tren yang kuat.

Dua metode MA dapat digunakan bersama-sama untuk menghasilkan sinyal Crossover. Menurut Murphy (1999) dalam analisis teknikal Pasar Keuangan, metode ini biasa disebut metode Double Crossover. Di dalam Double Crossover terdapat satu MA

(16)

yang berjangka waktu pendek dan satu MA berjangka waktu panjang. panjang dari MA dapat diartikan sebagai kerangka waktu. Sebuah sistem yang menggunakan EMA 5-hari dan EMA 35-hari dianggap jangka pendek.Sebuah sistem menggunakan SMA 50 hari dan SMA 200 hari dapat dianggap jangka menengah atau jangka panjang. Sebuah crossover bullish terjadi ketika MA pendek melintas di atas MA panjang. Sebuah crossover bearish terjadi ketika MA pendek melintas di bawah MA panjang.

Gambar II.5 Grafik EMA 10 dan 50 Hari

Garis yang membentuk grafik adalah harga penutupan harian. Terjadi crossover bearish ketika EMA 10-hari berada di bawah EMA 50-hari di awal November (1), tetapi tidak berlangsung lama. EMA 10-hari bergerak kembali di atas pada pertengahan bulan November (2). Crossover ini berlangsung lebih lama, tapi terjadi crossover bearish berikutnya pada bulan Febuari (3). Crossover ini tidak berlangsung lama karena EMA 10-hari bergerak kembali di atas EMA50-hari (4). Setelah tiga sinyal yang kurang baik, sinyal keempat memprediksi pergerakan yang kuat sebagai lanjutan. Sebuah penyaring harga atau waktu dapat diterapkan untuk membantu mencegah tipuan. Trader mungkin

(17)

memerlukan crossover untuk beberapa hari terakhir atau EMA 10-hari untuk bergerak di atas atau di bawah EMA 50-hari dengan jumlah tertentu sebelum bertindak.

Rata-rata bergerak juga dapat bertindak sebagai support pada kondisi uptrend dan resistance dalam kondisi downtrend. Sebuah uptrend jangka pendek mungkin menemukan support menggunakan SMA 20-hari. Sebuah uptrend jangka panjang mungkin menemukan support menggunakan SMA 200-hari, yang merupakan MA jangka panjang yang paling populer.

Gambar II.6 Grafik MA Sebagai Support dan Resistance

Grafik di atas menunjukkan SMA 200-hari dari pertengahan 2004 sampai akhir tahun 2008. Ada beberapa kali support yang diberikan SMA 200-hari. Setelah tren terbalik dengan adanya sinyal double top (grafik yang menyentuh garis paling atas), moving average 200-hari bertindak sebagai resistance (panah ke bawah).

Dalam menggunakan indikator moving average jangan mengharapkan untuk memperoleh support dan resistance yang tepat, terutama MA yang panjang. Harga pasar sering terbentuk berdasarkan emosi, yang menyebabkan rentan terhadap ketidakpastian.

(18)

MA lebih baik digunakan untuk mengidentifikasi zona daripada ketepatan support dan resistance.

II.1.5.2 Relative Stregth Index

Relative Stregth Index (RSI) adalah sebuah oscilator yang mengukur kekuatan saham dengan cara memonitor perubahan-perubahan yang terjadi pada saat harga penutupan. RSI memiliki jarak antara 0 (nol) dan 1 (satu). Suatu saham dikatakan kelebihan beli jika berada pada sekitar level 70 dan menandakan saat untuk menjual, sedangkan jika RSI berada pada sekitar level 30, saham dikatakan kelebihan jual dan menandakan saat untuk membeli.

Rumus RSI: 100 RSI = 100 - --- 1 + RS

RS = Average Gain / Average Loss

Perhitungan pertama adalah menghitung rata-rata sederhana laba dan rugi selama 14 periode:

• Rata-rata Laba Pertama = Jumlah Keuntungan selama 14 periode terakhir/14. • Rata-rata Rugi Pertama = Jumlah Kerugian selama 14 periode terakhir/14.

Perhitungan kedua dan berikutnya didasarkan pada rata-rata keuntungan/kerugian sebelumnya dan keuntungan/kerugian saat ini:

(19)

• Rata-rata Rugi = [(Rugi Rata-rata sebelumnya) x 13 + Rugi saat ini] / 14.

Teknik smoothing dengan menambahkan nilai sebelumnya dan nilai saat ini adalah cara yang juga digunakan dalam perhitungan EMA. Dengan demikian maka nilai RSI akan menjadi lebih akurat apabila periodenya ditambahkan. RSI merupakan osilator yang berfluktuasi antara 0 sampai 100. Ketika Laba Rata-rata sama dengan nol maka RSI adalah nol. Dengan asumsi RSI 14-periode, RSI = 0 berarti harga bergerak lebih rendah selama 14 periode. RSI = 100 adalah pada saat Rugi Rata-rata sama dengan nol. Harga bergerak lebih tinggi selama 14 periode.

Gambar II.7 Grafik Relative Strength Index

Periode RSI dapat diubah sesuai kebutuhan, periode dapat diturunkan untuk meningkatkan sensitivitas atau dinaikkan untuk mengurangi sensitivitas. RSI 10-hari akan lebih mudah mencapai tingkat overbought atau oversold dari RSI 20-hari. Periode juga tergantung pada volatilitas suatu sekuritas. RSI dianggap overbought ketika di atas 70 dan oversold bila di bawah 30. Ada juga yang menganggap overbought ketika RSI di

(20)

atas 80 dan oversold bila di bawah 20. Trader jangka pendek biasanya menggunakan RSI di atas 80 dan di bawah 20 untuk menemukan overbought dan oversold.

Gambar II.8 Contoh Perhitungan RSI

(21)

Contoh grafik di atas menunjukkan RSI 14-hari. Dengan SMA 1-hari, saham mengalami oversold sekitar bulan Agustus dan mendapat support di bawah 30 (1). Dari posisi oversold, RSI bergerak di atas 70 pada pertengahan September menjadi overbought. Meskipun overbought, harga saham tidak menurun. Sebaliknya, saham cenderung stabil di sekitar RSI 70 selama beberapa minggu. Beberapa kali overbought terjadi sebelum saham akhirnya mencapai tingkat tertinggi pada pertengahan bulan Desember (2). Tiga overbought memprediksikan konsolidasi, yang keempat bertepatan dengan puncak signifikan dan mendapat resistance di atas 70. RSI kemudian pindah dari overbought ke oversold pada bulan Januari. Bagian bawah akhir tidak bertepatan dengan oversold awal karena pada akhirnya saham tetap berada di bawah beberapa minggu kemudian, sekitar 30 (3).

Pedoman jual-beli dalam RSI adalah:

• Isyarat beli ditandai pada saat indikator kembali melintas di atas level 30 • Isyarat jual ditandai pada sat indiokator kembali melintas di bawah level 70

II.1.6 Standar Deviasi

Standar deviasi adalah pengukuran keragaman yang digunakan dalam statistik dan teori probabilitas. Deviasi standar menunjukkan ada berapa banyak variasi dari rata-rata (rata-rata-rata-rata, atau nilai yang diharapkan). Berdasarkan Collins English Dictionary (2009) deviasi standar adalah ukuran variasi yang diperoleh dengan mengurangi akar kuadrat dari rata-rata deviasi kuadrat dengen nilai-nilai yang diamati dari rata-ratanya dalam distribusi frekuensiansi.

(22)

Deviasi standar penting dalam keuangan, di mana deviasi standar pada tingkat pengembalian investasi adalah ukuran dari volatilitas investasi yang dimiliki. Ketika hanya sampel data dari populasi tersedia, deviasi standar populasi dapat diestimasi dengan kuantitas diubah disebut deviasi standar sampel.

Perbedaan antara standar deviasi populasi dengan sampel adalah ketika semua nilai yang tersedia digunakan dalam perhitungan maka disebut deviasi standar populasi dan ketika hanya subset dari nilai yang tersedia yang digunakan dalam perhitungan maka itu disebut deviasi standar sampel. Hal yang perlu diingat adalah standar deviasi populasi biasanya tidak diketahui dan harus terlebih dahulu dicari. Deviasi standar sampel merupakan estimasi dari deviasi standar populasi yang tidak diketahui tersebut.

Dalam penelitian ini, deviasi standar adalah gambaran dari risiko yang ada hubungannya dengan perdagangan valuta asing yang dilakukan. Risiko merupakan faktor penting dalam menentukan bagaimana agar dapat lebih efisien mengelola investasi karena risiko menentukan dalam hal pengembalian dari investasi yang dilakukan dan juga memberikan dasar matematika untuk keputusanberinvestasi. Konsep keseluruhan risiko adalah bahwa untuk meningkatkan hasil yang diharapkan investor harus siap dengan tingkat risiko yang lebih tinggi. Ketika mengevaluasi investasi, investor harusmemperkirakan kepastian keuntungan masa mendatang. Standar deviasi memberikan perkiraan dihitung dari ketidakpastian keuntungan masa mendatang. Rumus perhitungan deviasi standar adalah:

(23)

II.1.7 Tipe Investor

Dalam berinvestasi ada beberapa tipe investor dalam melakukan investasi. Menurut Fabozzi (2004) tipe investor dibagi menjadi tiga apabila dilihat dari sifatnya, yaitu:

1. Tipe konservatif (risk averse), yaitu investor yang memilih untuk melakukan investasi dengan resiko yang rendah meskipun keuntungan yang didapatkan hanya sedikit.

2. Tipe berimbang (risk medium), yaitu investor yang melihat secara seimbang antara keuntungan yang diperoleh dengan risiko dari investasi yang dilakukan.

3. Tipe agresif (risk taker), yaitu investor yang memiliki keberanian untuk mengambil risiko yang besar dalam berinvestasi, yaitu untuk mendapatkan keuntungan yang besar.

Berdasarkan Hull (2006) tipe investor dibagi menjadi tiga dilihat dari praktek investasi keuangannya, yaitu:

1. Hedger, yaitu investor yang melakukan suatu investasi dengan tujuan menjaga asset riil yang dimiliki .

2. Speculator, yaitu investor yang melakukan suatu investasi dengan tujuan spekulasi berdasarkan pada pergwrakan harga yang terjadi.

3. Arbitrage, yaitu investor yang melakukan suatu investasi atas dasar selisih perhitungan yang diakibatkan oleh adanya perbedaan waktu, lokasi dan kebijakan-kebijakan dari Negara yang mengeluarkan instrumen investasi tersebut.

(24)

Didalam dalam bukunya, Hull (2006) mengatakan dari berbagai tipe investor yang ada jika dilihat dari sifatnya, kebanyakan investor adalah mereka yang menghindari resiko (risk averse). Investor tipe ini lebih memilih untuk menganbil risiko yang kecil bahkan menghindar dari segala bentuk risiko dan cenderung tidak ingin kehilangan apapun dari investasi yang dilakukan.

Selain itu, Hull (2006) menambahkan dalam bukunya bahwa risk averse berarti menginginkan return lebih besar daripada risiko. Di dalam penelitian ini asumsi perbandingannya adalah dua berbanding satu (2:1), dengan kata lain apabila return yang diharapkan adalah 1 maka risiko yang ditanggung adalah 0,5.

II.1.Short Selling

Pengertian short selling di dalam perdagangan valuta asing menurut Widoatmodjo (2007) adalah melakukan penjualan suatu barang atau jasa yang tidak dimiliki oleh penjual. Berbeda dengan investasi saham, di dalam investasi valuta asing investor dapat memperoleh keuntungan dari kondisi harga naik maupun turun.

Dalam kondisi harga naik, investor dapat melakukan perdagangan konvensional, yaitu membeli pada saat harga rendah dan menjualnya pada saat harga sudah lebih tinggi. Dalam kondisi harga sedang menurun investor dapat melakukan short selling, yaitu menjual pada saat harga masih tinggi dan kemudian membeli saat harga mulai menurun.

Contohnya, apabila ada 3 investor A,B dan C. Mata uang yang dijadikan short selling adalah AUD. Misalnya A adalah pelaku short selling, dengan menjual AUD

(25)

kepada investor C. Investor A melakukan short selling dengan menjual 1 lot (USD 10.000) pada kurs USD 1,0630 pada pukul 09.00. Investor A menjual berdasarkan analisis teknikal bahwa AUD akan melemah terhadap USD menjadi 1,0500 pada pukul 13.00 (setelah penjualan terjadi). Jika Investor C bersedia membeli AUD yang dijual A, maka investor C akan menyerahkan uang sejumlah USD 10.630 kepada investor A.

Misalnya analisis yang dilakukan investor A tepat,pada pukul 13.00 kurs AUD berada pada harga USD 1,0500, maka investor A segera melakukan order beli. Di saat yang bersamaan Investor B bersedia menjual AUD kepada investor A pada kurs USD 1,0500. Sehingga investor A harus menyerahkan uang kepada investor B sejumlah USD 10.500

Dengan demikian, pada saat settlement dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Investor A menerima uang sejumlah USD 10.630 dari investor C

2. Investor A membayar USD 10.500 kepada investor D.

3. Investor A menerima 1 lots AUD dari investor B

4. Investor A member 1 lots AUD kepada Investor C

Dengan strategi short selling yang dilakukan investor A tersebut, dihasilkan keuntungan USD 130.

Gambar

Gambar II.1 Candlestick
Gambar II.2 Contoh Perhitungan Moving Average
Gambar II.4 Grafik Moving Average dan Trend
Gambar II.5 Grafik EMA 10 dan 50 Hari
+4

Referensi

Dokumen terkait

(2012), dengan sedikit modifikasi yakni menambah variabel kepemilikan terkonsentrasi, serta sampel yang digunakan lebih dikhususkan pada perusahaan yang ada di negara

Mencari ceruk pemilih baru yang belum dilirik oleh partai atau kandidat lain (Mis. Perempuan, anak muda dsb) Konsumen mencoba produk Banyaknya pemilih yang wait.

Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, seorang peneliti hanya bertugas untuk mendeskripsikan atau menarasikan beberapa hal seperti berikut: bagaimana proses

c. Mahasiswa dan Lulusan: 1) Secara kuantitatif, jumlah mahasiswa baru yang diterima Prodi PAI relatif stabil dan di atas rata-rata dibandingkan dengan jumlah

Bahwa untuk kelanjutan Program Pendidikan Tinggi yang diselenggarakan oleh STIBA Makassar, perlu ditetapkan para Calon Mahasiswa Baru yang dinyatakan lulus

Dan semakin menunjukkan bahwa dalam hal penangguhan upah, DiJjen Binawas KetenagakeJjaan lebih memihak kepada pengusaha, hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya

Tidak ditemukannya perbedaan prestasi siswa ditinjau dari gaya belajarnya ini, menurut Abd Wahab dalam Awang dkk., (2017) dikarenakan prestasi belajar siswa tidak hanya

pemasungan pada klien gangguan jiwa di Desa Sungai Arpat Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar berdasarkan karakteristik pekerjaan pada masyarakat yang tidak bekerja