• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI

PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK

Rosmawaty Simatupang1, Edy Surya2 1

Pendidikan Matematika PPs Unmed Medan 2

Dosen Pendidikan Matematika PPs Unmed Medan e-mail : rosmawaty06@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia (PMRI) kelas VII SMP Tunas Baru Jin Seung. Hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Tunas Baru Jin Seung Batam masih rendah, diduga rendahnya hasil belajar disebabkan guru masih menggunakan pembelajaran konvensional dengan guru menjadi pusat dari seluruh kegiatan kelas. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode design research melalui tahap- tahap preparing for the experiment, the design experiment, dan the restrospective analysis. Tahap the

Design experiment memiliki dua siklus yaitu siklus I disebut pilot experiment dengan subjek penelitian

sebanyak tiga siswa yang dilakukan peneliti, sedangkan siklus II disebut teaching experiment dengan subjek penelitian 27 siswa yang dilakukan guru dan peneliti sebagai pengamat. Awal siklus dilakukan

pre-test untuk mengukur kemampuan awal siswa dan akhir siklus dilakukan post-pre-test untuk mengetahui hasil

pembelajaran setelah menggunakan design research. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hipotesis Lintasan Belajar (HLB) yang dihasilkan dapat membantu siswa memahami konsep bangun datar dalam meningkatkan hasil belajar. HLB dilakukan pada dua aktivitas yaitu aktivitas mengklasifikasi bangun datar dan aktivitas mengenal sifat-sifat bangun datar.

Kata Kunci : design research, bangun datar, PMRI PENDAHULUAN

Sistem pendidikan merupakan faktor utama dalam mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM). Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) (dalam Desliana,2014), mengatakan bahwa tidak ada pilihan lain bagi sumber daya manusia dalam menghadapi perkembangan zaman kecuali dengan meningkatkan kompetensi. Standar syarat kompetensi guru diantaranya, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Sedangkan standar kompetensi siswa dikatakan meningkat apabila telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada setiap kompetensi dasar yang diujikan. Kenyataan di lapangan menunjukkan sebagian besar guru masih menggunakan pembelajaran konvensional (secara tradisional) artinya pembelajaran menggunakan metode ceramah dengan guru menjadi pusat dari seluruh kegiatan di kelas. Siwa tidak diberikan kesempatan untuk mengoptimalkan dirinya dan mengembangkan penalaran. Akibatnya, bila siswa diberikan soal yang berbeda dengan soal mereka akan kesulitan dalam menjawab dan tidak terbiasa memecahkan masalah matematika yang bersifat realistis yang ada dikehidupan sehari-hari.

Untuk memperbaiki mutu pembelajaran diperlukan perubahan dalam pendekatan pembelajaran yang mengaitkan teori dengan kenyataan yang ada di lingkungan sekitarnya. Jika sebelumnya semua pengetahuan berasal dari guru dan ditransfer kepada siswa maka pada saat sekarang guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk seaktif mungkin berdiskusi dan berkolaborasi, beragumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri dan pada ahirnya menggunakan matematika untuk menyelesaikan masalah baik individu maupun kelompok. Salah satu alternatif yang sudah dilakukan dan dapat diupayakan dalam meningkatkan mutu pembelajaran adalah dengan menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik

(2)

Indonesia (PMRI). PMRI merupakan pembelajaran yang dikembangkan untuk mendekatkan matematika kepada siswa. Masalah- masalah nyata dari kehidupan sehari-hari digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika untuk menunjukkan bahwa matematika sebenarnya dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Pendekatan matematika realistik ini sesuai dengan perubahan paradigma pembelajaran, yaitu dari paradigma mengajar ke paradigma belajar atau perubahan paradigma pembelajaran yang berpusat pada guru ke paradigma pembelajaran yang berpusat pada siswa. Hal ini adalah salah satu upaya dalam rangka memperbaiki mutu pendidikan matematika (saragih, 2006:2)

Salah satu metode penelitian yang tepat untuk mengamati bagaimana desain pembelajaran mampu meningkatkan hasil belajar matematika siswa adalah dengan menggunakan Design

Research. Plomp & Nieven menyatakan Design Research merupakan suatu kajian sistematis yang

merancang, mengembangkan, dan mengevaluasi intervensi pendidikan (berupa program, strategi, bahan pembelajaran, produk, dan system) sebagai solusi untuk memecahkan masalah yang kompleks dalam praktek pendidikan (Lisnani dkk, 2013: 18).

Penelitian yang telah dilakukan Hidayat dan Iksan (2015) dengan menggunakan RME pada siswa Madrasah Aliya Negeri 1 Pekanbaru, maka diperoleh hasil ada hubungan yang signifikan antara pemahaman konseptual dan prestasi matematika pada mata pelajaran program linear. Dengan pendekatan yang sama hasil penelitian yang dilakukan oleh Arsaythamby dkk (2015) menunjukkan bahwa pendekatan RME dapat meningkatkan keterampilan penalaran matematika siswa pada salah satu SMU yang ada di Riau, Indonesia.

Dalam Design Research terdapat Hipotesis Lintasan Belajar (HLB) yang dapat menjebatani antara teori dengan eksperimen. Lisnani dkk (2013: 14) menyatakan HLB merupakan suatu hipotesa atau prediksi bagaimana pemikiran dan pemahaman peserta didik berkembang dengan suatu konteks dalam aktifitas pembelajaran. Dengan penelitian design research yang dilakukan oleh Kooij (2011) menyatakan dengan penelitian design research dengan pendekatan RME dapat menghasilkan penalaran siswa melalui serangkaian pernyataan dan pertanyaan yang digunakan untuk membangun koneksi.

KAJIAN TEORI

Belajar

Slameto (2010: 2) menyatakan: “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Menurut pandangan dan teori kontruktivisme, belajar merupakan proses aktif dari si subjek belajar untuk mengkontruksi makna, sesuatu baik itu teks, kegiatan dialog, pengalaman fisik dan lain-lain (Sardiman, 2014: 38). Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan belajar adalah proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya dan membangun sendiri pengetahuannya dari sesuatu yang mereka cari dan pelajari sendiri.

Pembelajaran Matematika

Evi (2011: 84) menyatakan pembelajaran matematika adalah usaha sadar guru untuk membentuk watak, peradaban dan meningkatkan mutu kehidupan peserta didik serta membantu siswa dalam belajar matematika agar tercipta komunikasi matematika yang baik sehingga matematika lebih mudah dan menarik. Susanto (2013: 186) menyatakan: Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berfikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru upaya meningkatkan penguasa yang baik terhadap materi matematika.

Hasil Belajar

Juliah dalam Jihad & haris (2012:15) mendefinisikan hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya. Bloom

(3)

menyebutkan hasil belajar adalah perolehan siswa setelah mengikuti proses belajar dan perolehan tersebut meliputi tiga bidang kemampuan, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik (Mularsih, 2010: 66). Pengertian hasil belajar Nawawi dalam Susanto (2013: 5) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil dari proses kegiatan belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang berupa aspek kognitif dengan hasil yang dinyatakan dalam bentuk nilai, aspek afektif menunjukan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran dan aspek psikomotorik yang menunjukkan keterampilan dan kemampuan bertindak siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Pendekatan Pedidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

PMRI dikembangkan berdasarkan pemikiran Hans Freudenthal “Mathematics is a human

activity and must be connected to reality” (Nugroho, dkk, 2013). Menurut pandangannya,

matematika harus terikat dengan kenyataan, dekat dengan pengalaman/dunia anak dan relavan dengan kehidupan nyata sehari-hari bagai masyarakat. Dalam pendekatan ini, pembelajaran matematika dikemas sebagai proses penemuan kembali yang terbimbing sehingga peserta didik dapat mengalami proses yang sama dengan proses penemuan ide dan konsep matematika. Pembelajaran PMRI tidak dimulai dari definisi, teorema atau sifat-sifat kemudian dilanjutkan dengan contoh-contoh, seperti yang selama ini dilaksanakan di berbagai sekolah. Namun sifat-sifat, definisi dan teorema itu diharapkan seolah-olah ditemukan kembali oleh siswa melalui penyelesaian masalah kontekstual yang diberikan guru di awal pembelajaran. Dengan demikian dalam PMRI siswa didorong atau ditantang untuk aktif bekerja, bahkan diharapkan dapat mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuan yang diperolehnya.

Menurut Treffers PMRI mempunyai lima karakteristik yang sesuai dengan karakteristik RME (Wijaya, 2012: 21):

1) Penggunaan konteks

2) Menggunakan model-model (matematisasi) 3) Menggunakan produksi dan kontruksi 4) Menggunakan interaksi

5) Menggunakan keterkaitan (intertwinment)

Menurut Husna dkk (2013:184) Secara teoritis karakteristik pendekatan matematika realistik memiliki kelebihan yatu :

1. Pendekatan matematika realistik menggunakan masalah kontekstual sebagai titik awal pembelajaran sesuai dengan pengalaman siswa

2. Pada pendekatan matematika realistik menggunakan model yang dikembangkan siswa dapat menambah pemahaman mereka tentang matematika.

3. Interaktif, pada pada pendekatan matematika realistik dibentuk kelompok-kelompok diskusi siswa

METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode

design research. Bertujuan untuk merancang suatu pembelajaran yang inovatif sehingga tercapai

tujuan pembelajaran. Penelitian dilaksanakan di sekolah SMP Swasta Tunas Baru Jin Seung Batam. Instrumen pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah: (1) LKS, (2) Observasi, (3) Wawancara, (4) Rekaman dan Foto.

Prosedur penelitian ini terdiri dari tiga tahap yang dapat dilakukan secara berulang-ulang sampai ditemukannya teori baru yang merupakan hasil revisi dari teori pembelajaran yang dicobakan. Berikut adalah proses pendesain dan pengembangan dalam design research yang terdiri dari tiga tahap, yaitu persiapan percobaan (preparing for the experiment), percobaan desain

(4)

(design experiment), dan analisis retrospektif (retrospective analysis) (Gravemeijer & Cobb, 2006)

Tahap Pertama: Preparing for the experiment

Tahap pertama merupakan tahap dimana peneliti melakukan suatu studi teori agar dapat memahami masalah, dapat merumuskan pertanyaan penelitian, serta dapat mengajukan solusi yang tepat dalam menyelesaikan masalah tersebut. Dalam tahap ini, peneliti membuat desain pembelajaran atau rangkaian aktivitas pembelajaran bagi siswa sesuai dengan tujuan pemelajaran matematika yang hendak dicapai. Design pembelajaran yang dimaksud akan termuat dalam

Hypothetical Learning Trajectory (HLT) atau Hipotesis Lintas Belajar (HLB). Pada penelitian

ini terdiri dari dua pertemuan yang meliputi dua aktivitas yang disusun berdasarkan prinsip dan karakteristik PMRI.

Tabel 1. Hipotesis Lintasan Belajar

Pertemuan Aktivitas HLB

Pertemuan Pertama

Mengklasifikasi Bangun Datar

1. Siswa mengelompokkan kertas origami berbentuk bangun datar secara bebas.

2. Siswa mendiskusikan hasil pengelompokan tahap pertama.

3. Siswa mengelompokkan kertas origami berdasarkan jumlah sisinya.

4. Siswa mendiskusikan tentang

Quadrilateral.

5. Siswa mengelompokkan Quadrilateral

berdasarkan sisi yang sejajar. Pertemuan

Kedua

Mengenal Sifat-sifat bangun datar

1. Siswa mencari faktor pembeda lainnya seperti: sudut, panjang sisi, dan diagonal

2. Siswa membuat definisi berdasakan sudut, panjang sisi, dan diagonal.

Beberapa hal yang dilakukan pada tahap ini antaralain mengkaji beberapa aktifitas pembelajaran yang berpotensi untuk mengembangkan proses berfikir siswa, melakukan observasi di kelas untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan mengetahui budaya kelas.

Tahap Kedua: The design experiment

Pada tahap ini pembelajaran dilakukan sesuai dengan HLB yang sudah dibuat pada tahap preparing for the experiment. Design experiment bertujuan untuk menyelidiki proses belajar dalam hal ini bagaimana siswa akan bereaksi atau berfikir pada suatu kegiatan yang telah diprediksi dalam HLB. Terdapat dua siklus pada tahap design experiment yaitu:

Siklus 1: Pilot experiment

Pilot experiment bertujuan untuk meningkatkan hasil kualitas HLB yang telah dirancang sehingga diperoleh HLB yang lebih baik untuk diterapkan pada siklus kedua. Pada siklus ini terdapat 3 orang siswa yang bukan menjadi subjek penelitian yang dilibatkan. Siswa ini memiliki kemampuan rendah, sedang, dan tinggi.

Siklus 2: Teaching experiment

Pada siklus ini HLB berfungsi sebagai pedoman utama untuk menjadi fokus dalam pembelajaran, wawancara, dan observasi. Pada siklus ini ada 27 siswa yang menjadi subjek penelitian dengan guru bertindak sebagai pengajar, sementara peneliti fokus mengamati aktifitas dan kejadian selama pengajaran berlangsung.

(5)

Tahap Ketiga: The restrospective analysis

Pada tahap ini peneliti membandingkan HLB dengan proses belajar siswa yang sesungguhnya. The restrospective analysis dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dan diurutkan sesuai dengan urutan kegiatan pembelajaran. Fokus analisa dibatasi pada pertanyaan penelitian yang diajukan, membuat kesimpulan maupun memberikan rekomendasi bagaimana HLB yang akan dikembangkan pada penelitian selanjutnya.

A. Validitas dan Reliabilitas Teknik Pengumpulan Data

Setiap aktifitas memiliki masing-masing tujuan yang pada intinya bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa melalui pendekatan PMR pada materi bangun datar dengan menggunakan teknik pengumpulan data secara validitas dan reliabilitas. 1. Teknik pengumpulan data secara Validitas

Teknik pengumpulan data secara validitas dilakukan dengan HLB tes yang telah divalidasi oleh pembimbing dan telah digunakan pada studi yang sama. Fakta yang berkontribusi terhadap validitas perolehan data selanjutnya akan dianalisis secara kualitatif.

2. Teknik pengumpulan data secara Reliabilitas

Teknik pengumpulan data secara reliabilitas diperoleh dari rekaman video dan HLB yang sistematis. Rekaman video meningkatkan reliabilitas dan HLB berkontribusi terhadap reliabilitas.Teknik pengumpulan data akan menghasilkan data berupa hasil tes siswa, catatan observasi, hasil interview dan video sehingga peneliti dapat melakukan trianggulasi data.

B. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang sesuai dengan penelitian kualitatif adalah teknik analisis data design researh. Teknik analisis data dilakukan dengan berbagai tahapan yaitu dengan memperhatikan hasil pengumpulan data yang telah dilakukan kemudian membandingkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran dengan HLB yang telah di desain.

Beberapa data dari pengumpulan data pada siklus I berupa tes tertulis, observasi dan rekaman video. Data akan dianalisis kemudian hasil analisis akan digunakan untuk memperbaiki HLB termasuk konjektur pemikiran siswa. Selanjutnya data pada siklus II yang akan dianalisis adalah kelompok belajar siswa. Analisis yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa, mengecek HLB dan memperbaiki HLB.

Salah satu data yang akan di analisis dalam penelitian adalah tes tertulis. Tes tertulis dilakukan secara individu kepada setiap siswa untuk mengetahui hasil belajar siswa. Sebelum dilakukan penelitian, siswa diminta untuk mengikuti pre-test yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki siswa. Setelah penelitian berakhir, siswa diminta kembali mengikuti post-test yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa. Hasil nilai pre-test dan post-test siswa akan dianalisis untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa sebelum dan sesudah dilakukan penelitian.

C. Validitas dan Reliabilitas Analisis Data

Data yang sudah terkumpul akan dilakukan analisis sebagai bahan masukan untuk penarikan kesimpulan. Melihat besarnya posisi data maka keabsahan data yang terkumpul

(6)

menjadi sangat penting. Pengujian keabsahan data akan dilakukan dengan uji kredibilitas data yakni dengan melakukan triangulasi data berupa pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.

Keabsahan dan kesahihan suatu hasil penelitian sangat ditentukan oleh alat ukur yang digunakan, dimana alat ukur yang tidak valid akan menggambarkan hasil yang tidak valid pada akhir penelitian. Diperlukan teknik analisis data dalam pengujian data dalam penelitian yaitu menggunakan validitas dan reliabilitas.

1. Validitas teknik analisis data

Berbagai teknik pengumpulan data dalam penelitian menghasilkan data yang berbeda sehingga peneliti melakukan triangulasi data meliputi wawancara, observasi, dan rekaman untuk memperoleh hasil analisis data yang valid.

2. Reliabilitas teknik analisis data

Teknik analisis data secara reliabilitas mencantumkan konteks percakapan dan dijadikan sebagai dasar interpretasi pemikiran siswa yang bertujuan untuk memberikan transparansi dari proses analisa data dan meningkatkan reliabilitas. Interpretasi data pada proses penelitian melibatkan guru mata pelajaran dan pembimbing untuk mencegah subjektifitas peneliti. Proses interpretasi berkontribusi terhadap reliabilitas teknik analisis data.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Proses pembelajaran yang berlangsung di SMP Tunas Baru Jin Seung terdiri dari dua aktivitas belajar yaitu aktivitas pertama mengklasifikasi bangun datar dan aktivitas kedua mengenal sifat-sifat bangun datar. Sebelum dan sesudah aktivitas belajar dilakukan tes awal dan tes akhir yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Tahap-tahap yang dilakukan dalam kegiatan belajar adalah Preparing for The Experiment, Design Experiment (penerapan/desain pembelajaran) dan Restrospective Analysis (refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan) yang dideskripsikan sebagai berikut:

1. Tahap Pertama: Preparing for the experiment

Pada tahap pertama di Preparing for the experiment, peneliti menggunakan kurikulum KTSP sesuai dengan kurikulum yang berlaku di SMP Tunas Baru Jin Seung yang bertujuan untuk mendesain pembelajaran. Desain pembelajaran meliputi penentuan materi ajar, tujuan pembelajaran, dan indikator pembelajaran. Desain pembelajaran disusun dalam bentuk RPP dan LKS.

2. Tahap Kedua: The Design Experiment Siklus 1 : Pilot Experiment

a. Deskripsi Aktivitas “Mengklasifikasi Bangun Datar”

Peneliti mempersiapkan siswa secara fisik dan mental untuk menerima pembelajaran. Peneliti memberikan soal pre-test kepada ketiga siswa dengan ketentuan kemampuan tinggi, sedang dan rendah, diantaranya dengan nama menggunakan inisial RA (berkemampuan tinggi), EP (berkemampuan sedang), dan AA (berkemampuan rendah). Peneliti mengelompokkan ketiga siswa dalam satu kelompok belajar, bertujuan sebagai acuan keberhasilan pilot experiment di kelas teaching experiment. Selanjutnya peneliti

(7)

membagikan alat dan bahan pendukung pembelajaran seperti, kertas origami, gunting, lem, dan penggaris. Kemudian peneliti menjelaskan langkah kerja sesuai LKS 1 dengan topik “Mengklasifikasi Bangun Datar”.

Pada aktivitas 1, siswa berkreasi menggunting dan membentuk bangun datar yang akan digunakan dalam menjawab LKS 1. Aktifitas menggunting dan membentuk bangun datar telah memenuhi prinsip PMRI yaitu siswa hendaknya dalam belajar matematika harus diberikan kesempatan untuk mengalami sendiri proses yang sama saat matematika ditemukan (Zulkardi (2010: 2))

b. Deskripsi Aktivitas “Mengenal Sifat-sifat Bangun Datar”

Peneliti mempersiapkan siswa secara fisik dan mental untuk menerima pembelajaran. Peneliti mengingatkan siswa kembali tentang klasifikasi bangun datar berdasarkan jumlah sisi dan Quadrilateral. Selanjutnya peneliti menjelaskan pengertian dari sisi, sudut dan diagonal kepada siswa sehingga mempermudah siswa menjawab LKS 2 dengan topik “mengenal sifat-sifat bangun datar berdasarkan jumlah sisi, sudut dan jumlah diagonal”. Setelah selesai menyelesaikan LKS 2, siswa mempersentasikan hasil diskusi kelompok. Kemudian peneliti dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. Sebelum pembelajaran berakhir masing-masing siswa diberikan soal post-test dan hasil yang diperoleh dibandingkan dengan pre-test untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa.

Kegiatan siswa pada pilot Experiment mulai dari mengklasifikasikan dan mengenal sifat bangun datar dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Kegiatan siswa dalam pilot eksperimen

Pada gambar 1, kelompok yang terdiri dari tiga siswa sedang mengerjakan tugas LKS 1. Ketiga siswa mengambil bagian masing-masing, ada yang menulis, berkreasi dengan kertas origami, dan memberikan informasi.

Siklus 2: Teaching experiment

a. Deskripsi Aktivitas “Mengklasifikasi Bangun Datar”

Pada teaching experiment peneliti berperan sebagai pengamat dan guru berperan sebagai penyampai materi dikelas. Sebelum materi dimulai siswa sudah duduk dimasing-masing kelompok, kemudian guru mempersiapkan fisik dan mental siswa, mengucap salam, mengabsen siswa, mereview materi pelajaran sebelumnya dan menginformasikan materi yang akan dipelajari sedangkan peneliti mempersiapkan alat perekam. Selanjutnya, guru mengadakan pre-test untuk mengetahui kemampuan awal

(8)

siswa. Materi dimulai dengan tanya jawab contoh bangun datar yang ada di kelas, kemudian guru menjelaskan salah satu bangun datar yang sudah dipersiapkan dari kertas origami yang berguna membentuk pola pikir siswa terhadap bangun datar mengenai sisi, sudut dan diagonal. Semua alat dan bahan yang telah dipersiapkan oleh masing-masing kelompok digunakan untuk membentuk bangun datar sesuai intruksi guru. Selanjutnya guru mengintruksikan untuk mengerjakan LKS 1 dengan topik “mengklasifikasi bangun datar”.

Pada aktivitas 1 siswa berkreasi menggunting dan membentuk bangun datar yang akan digunakan dalam menjawab LKS 1. Aktifitas menggunting dan membentuk bangun datar telah memenuhi prinsip PMRI yaitu siswa hendaknya dalam belajar matematika harus diberikan kesempatan untuk mengalami sendiri proses yang sama saat matematika ditemukan (Zulkardi (2010: 2))

b. Deskripsi Aktivitas “Mengenal Sifat-sifat Bangun Datar”

Guru mengingatkan siswa kembali tentang klasifikasi bangun datar berdasarkan jumlah sisi dan Quadrilateral. Selanjutnya guru menjelaskan pengertian dari sisi, sudut dan diagonal kepada siswa sehingga mempermudah siswa menjawab LKS 2 dengan topik “mengenal sifat-sifat bangun datar berdasarkan jumlah sisi, sudut dan diagonal”. Setelah selesai menyelesaikan LKS 2, siswa diberikan soal post-test sebagai hasil akhir penilaian siklus 2 .

3. Tahap Ketiga: The Restrospective Analysis a. Pilot Experiment

Setelah kegiatan pembelajaran selesai, peneliti melakukan the restrospective

analysis sebagai pembanding antara design pembelajaran yang telah dibuat dengan

kenyataan yang terjadi pada saat pembelajaran. Hasil pilot experiment memberikan masukan bagi peneliti dalam memperbaiki HLB sehingga dapat meningkatkan kualitas HLB dan dapat diterapkan pada design experiment. Adapun langkah-langkah pilot

experiment yang telah dilakukan yaitu pre-test, teaching experiment siklus 1 dan post-test.

b. Desin Experiment

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan PMRI dalam pendesainan pembelajaran bangun datar memiliki peranan dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam pembelajaran dikelas, penggunaan kertas origami yang dibantu dengan pendekatan PMRI membawa siswa ke situasi menemukan kembali dan memahami beberapa konsep bangun datar.

Berikut ini contoh hasil jawaban yang diperoleh siswa dari menyelesaikan permasalahan dua, yaitu menyebutkan nama-nama bangun datar yang ada pada langkah no 1 (lihat pada gambar 2)

(9)

Gambar 2. Jawaban LKS siswa nomor 1 pada design experiment

Berdasarkan jawaban siswa dalam mengenal bangun datar (gambar 2) siswa mampu mengidentifikasi setiap gambar bangun datar dengan benar yaitu menyebutkan masing-masing nama bangun datar tersebut. Pada Jawaban nomor 10 sebelum menjawab segitiga lancip siswa sebelumnya menuliskan segitiga sembarang, dikarenakan segitiga lancip dan sembarang sama-sama memiliki besar sudut kurang dari 90

ͦ

(sudut lancip). Segitiga sembarang memiliki tiga sisi dengan panjang sisi yang berbeda sedangkan segitiga lancip salah satu besar sudut kurang dari 90

ͦ.

Setelah mengidentifikasi bangun datar, siswa diminta untuk mengelompokkan bangun datar berdasarkan pemahaman siswa (gambar 3).

Gambar 3. Jawaban LKS siswa nomor 2 pada design experiment

Berdasarkan jawaban siswa diatas (gambar 3), siswa mampu mengelompokkan bangun datar sesuai dengan penjelasan guru. Siswa masih melakukan kesalahan yang sama pada segitiga lancip dimana sebelumnya ditulis segitiga sembarang. Perbaikaan tersebut membuktikan bahwa siswa masih memiliki keraguan dalam membedakan segitiga lancip dan sembarang. Jadi, guru berperan penting untuk memberikan penjelasan kembali yang lebih spesifik mengenai jenis segitiga. Tugas pengelompokan bangun datar dianggap berhasil karna siswa mampu mengklasifikasi bangun datar berdasarkan bentuk bangun datar. Namun siswa masih bingung untuk memberikan alasan spesifik mengenai bangun datar.

Kemudian siswa menyelesaikan soal nomor empat yaitu mengelompokkan bangun datar pada soal nomor satu berdasarkan jumlah sisinya. Dikarenakan pada soal nomor 2 siswa mengelompokkan bangun datar menurut pemahaman mereka berdasarkan jumlah sisinya, sehingga tidak mengalami kesulitan menjawab soal nomor 3 seperti pada gambar 4.

(10)

Gambar 4. Jawaban LKS siswa nomor 3 pada design experiment

Berdasarkan jawaban siswa (gambar 4), siswa dapat mengelompokkan bangun datar berdasarkan jumlah sisinya. Hal ini membuktikan bahwa siswa mengenal dan mengetahui sisi masing-masing bangun datar.

Selanjutnya permasalahan pada soal nomor lima, siswa menggunakan startegi masing-masing dalam menyelesaikannya (lihat pada gambar 5)

Gambar 5. Jawaban LKS siswa nomor 4 pada design experiment

Pada gambar 5 siswa dapat menentukan bangun datar yang termasuk quadrilateral.

Quadrilateral adalah bangun datar yang memiliki empat sisi, empat titik sudut dan empat

sudut. Bangun quadrilateral tersebut antara lain persegi, persegi panjang, belahketupat, jajargenjang, layang-layang dan trapesium. Berdasarkan pembuktian masing-masing bangun datar terlihat kesamaan jawaban. Siswa hanya menyebutkan masing-masing sisi, titik sudut dan sudut dari bangun datar dan tidak membahas panjang sisi, besar sudut.

Selanjutnya permasalahan pada soal nomor 5, yaitu menentukan faktor pembeda dari masing-masing bangun datar berdasarkan sudut, sisi, dan diagonalnya (lihat gambar 6)

(11)

Gambar 6. Jawaban LKS siswa nomor 5 pada design experiment

Soal nomor 5 (gambar 6), siswa diminta untuk menyebutkan faktor pembeda masing-masing bangun datar. Berdasarkan jawaban siswa terlihat bahwa siswa tidak menyebutkan faktor pembeda masing-masing bangun datar tetapi menyebutkan persamaan dari setiap bangun datar. Hal ini membuktikan siswa kurang memahami maksud dari soal. Terdapat kesalahan pada jawaban siswa yaitu pada bagian trapesium, dimana siswa menuliskan bahwa trapesium tidak memiliki diagonal.

Selanjutnya siswa menyelesaikan permasalahan pada soal nomor 6, yaitu membuat definisi dan menyebutkan sifat-sifat dari masing-masing bangun datar seperti pada gambar 7.

Gambar 7. Jawaban LKS siswa nomor 6 pada design experiment

Berdasarkan jawaban siswa diatas (gambar 7), siswa mampu membuat definisi dan menyebutkan sifat masing-masing bangun datar. Siswa membuat definis bangun dan sifat-sifat bangun datar berdasarkan jumlah sisi, sudut, diagonal dan penjang sisi, besar sudut, serta panjang diagonal.

Sebelum dan sesudah melakukan serangkaian aktivitas pembelajaran, siswa diberikan tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test). Dari kedua tes ini, peneliti memperoleh informasi bahwa hasil pekerjaan siswa menunjukkan ada perbedaan antara

(12)

pre-test dan post-test dalam memahami konsep mengklasifikasi bangun datar dan

mengenal sifat-sifat bangun datar. Melalui aktivitas yang telah didesain mampu membuat pengetahuan siswa bertambah dalam menyelesaikan masalah tentang mengklasifikasi bangun datar dan mengenal sifat-sifat bangun datar. Berdasarkan hasil analisis retrospektif, ketika pre-test masih banyak siswa yang belum mampu menjawab dengan benar sebagian soal-soal yang diberikan. Tetapi pada post-test (gamabar 8) siswa telah mampu menyelesaikan permasalahan tentang mengklasifikasi bangun datar dan mengenal sifat-sifat bangun datar.

Gambar 8. Jawaban pre-test siswa pada design experiment

Berdasarkan hasil jawaban pre-test (gambar 8), siswa dapat mengenal dan menyebutkan nama bangun datar dan terlihat tidak ada kesalahan dalam menjawab soal nomor satu. Hasil jawaban siswa nomor dua menunjukkan siswa dapat mengelompokkan

(13)

bangun datar namun masih terdapat kesalahan yaitu pada pengelompokan bangun datar berdasarkan bentuknya. Siswa menyebutkan bahwa segi empat mempunyai dua jenis segi empat yaitu persegi dan persegi panjang, sedangkan belah ketupat, layang-layang, dan jajargenjang tidak termasuk ke dalam pengelompokkan segi empat. Hal ini membuktikan siswa belum mampu mengelompokkan bangun datar dengan benar.

Setelah pembelajaran berakhir, guru memberikan siswa soal test. Soal

post-test diberikan untuk mengetahui hasil dari pembelajaran yang telah dilakukan. Berikut ini

jawaban soal post-test sisiwa (gambar 9)

Gambar 9. Jawaban post-test siswa pada design experiment

Berdasarkan hasil post-test diatas (gambar 9), siswa dapat menggambar bentuk-bentuk sekaligus menyebutkan nama dari masing-masing bentuk-bentuk bangun datar dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwa selain mengenal bangun datar, siswa dapat menggambarkan bentuk bangun datar dengan benar. Pada soal nomor dua dan tiga terlihat bahwa siswa mempu mengelompokkan bangun datar sesuai petunjuk soal. Hal ini membuktikan siswa sudah dapat meneglompokkan dengan benar.

Berikut hasil perolehan nilai pre-test dan post-test siswa kelas VII SMP Tunas Baru Jin Seung (tabel 1) :

(14)

Tabel 1. Hasil Perolehan Nilai Pre-Test dan Post-Test Siswa No Inisial Nama Siswa

Nilai Growth Pre-test Post-test 1 CN 15 90 500% 2 YE 20 98 390% 3 TS 20 70 250% 4 MH 40 98 145% 5 AF 35 84 140% 6 SD 40 92 130% 7 DS 25 57,4 130% 8 JA 40 90 125% 9 YM 45 100 122% 10 EM 35 77,4 121% 11 SS 40 83,4 109% 12 PN 50 100 100% 13 EJ 40 80 100% 14 AS 55 98 78% 15 IS 50 79,2 58% 16 R 50 78 56% 17 LL 65 100 54% 18 AS 50 72 44% 19 JA 35 50 43% 20 AJ 55 77,4 41% 21 CH 65 86 32% 22 MS 65 86 32% 23 WJ 65 83,4 28% 24 AN 80 100 25% 25 EO 80 100 25% 26 MD 70 84 20% 27 MA 75 76,8 2%

Berdasarkan tabel 1, diperoleh nilai siswa diatas standar KKM (6,9) pada pre- test dan

post-test. Adapun inisial siswa yang memiliki nilai pre-test di atas KKM yaitu: AN (80), EO

(80), MD (70), dan MA (75). Sedangkan inisial siswa dengan perolehan nilai dibawah KKM pada post-test yaitu DS (57,4) dan JA (50). CN merupakan siswa dengan perolehan nilai growth tertinggi yaitu 500% dengan nilai pre-test 15 dan post-test 90, sedangkan inisial siwa MA merupakan dengan perolehan nilai growth terendah yaitu 2% dengan nilai pre-test 75 dan

post-test 76,8.

Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian yang telah dilakukan Safitri, dkk (2017) dengan menggunakan Pendekatan PMRI pada siswa kelas XI IA semester genap 2011/2012 padangsidempuan, dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari PMRI terhadap disposisi matematis siswa pada fungsi komposisi dua bab dan invers fungtion di kelas xi ia-1

sma negeri 4 Padangsidimpuan. Penelitian yang sama juga dilakukan Aras (2012) dengan hasil

penelitian menunjukkan pendekatan PMRI sangat berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 5 Unggulan Watampone dengan skor rata-rata hasil belajar matematika pada siklus I masuk pada kategori sedang dan pada siklus II masuk pada kategori tinggi.

Penelitaian yang telah dilakukan Surati (2014) memperoleh hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan pendekatan RME hasil belajar siswa meningkat, dengan mengikuti tahap-tahap RME yaitu (1) memahami masalah, (2) menyelesaikan masalah (3) membandingkan dan mendiskusikan jawaban, (4) menyimpulkan. Penelitian yang telah dilakukan Risma (2013) dengan menggunakan Pendekatan PMRI pada siswa kelas III SD Negeri 117 Palembang, maka diperoleh hasil siswa dapat mengembangkan kemampuan spasial melalui latihan visualisasi spasial dan orientasi spasial.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Lestari dan Surya (2017) menunjukkan bahwa dengan menggunakan pendekatan RME pada siswa kelas VII SMP Negeri 20 Medan, hasil penelitian

(15)

membuktikan bahwa pendekatan RME efektif meningkatkan pemahaman konsep kemampuan matematika siswa. Penelitian yang telah dilakukan Zakaria dan Syamaun (2017) menunjukkan bahwa dengan pendekatan RME dapat meningkatkan prestasi siswa tetapi tidak teradap sikap matematika dan mendorong siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan, diperoleh kesimpulan bahwasannya HLB yang telah di desain dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada materi bangun datar siswa kelas VII SMP Tunas Baru Jin Seung Tahun Pelajaran 2014/2015.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian design research tentang meningkatkan hasil matematika siswa melalui pendekatan pembelajaran matematika realistik Indonesia, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi guru, untuk senantiasa mendesain pembelajaran dan bahan ajar agar sebelum pembelajaran dapat menciptakan variasi dalam pembelajaran serta melibatkan siswa dalam aktivitas yang menyenangkan selama proses pembelajaran matematika dan membiasakan siswa belajar untuk menemukan sebuah konsep

2. Bagi peneliti selanjutnya, yang berminat melakukan penelitian sejenis ini agar dapat mengembangkan bahan ajar lebih baik lagi dalam rangka mendesain pembelajaran khususnya dalam materi bangun datar.

3. Bagi SMP Tunas Baru Jin Seung, berkenan kiranya untuk menggunakan dan mengembangkan bahan ajar sesuai kebutuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2014). Design Research. Diambil pada tanggal 11

Februari 2015, dari https://matematikaunj.wordpress.com/apa-dan-bagaimana-design-research/

Ariyadi Wijaya. (2012). Pendidikan Matematika Realistik: Suatu Alternatif Pendekatan

Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Arsaythamby, V., Ruzlan. M. A., Herawati. A. (2015). Effect of Realistic Mathematics Education Approach Among Pubic Secondary School Students In Riau, Indonesia.AJBASWEB. 9(28):

131-135

Desliana Maulipaksi. (2014). Mendikbud: Tingkatkan Kompetensi untuk Hadapi AFTA 2015. Diambil pada tanggal 11 Februari 2015, dari http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/berita/2341

Evi, S. (2011). Pendekatan Matematika Realistik (PMR) Untuk Meningkatkan Kemampuan

Berfikir Siswa Di Tingkat Sekolah Dasar. Edisi Khusus. 2: 79-85

Gravemeijer, K., & Cobb, P. (2006). Design research from a learning design perspective. In J. van den Akker, K. Gravemeijer, S. McKenney & N. Nieveen (Eds.), Educational design research (pp. 17-51). London Routledge.

(16)

Herawati Sholekhah. (2009). Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dengan Pendidikan

Realistik Indonesia Kelas II SD 3 Bantul, Skripsi, tidak diterbitkan, Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta, Indonesia.

Hidayat. R., Iksan. H.Z. (2015). The Effect of Realistic Mathematic Education on Students’ Conceptual Understanding of Linear Progamming. Creative Education. 6: 2438-2445 Husna. R., Sarahig.S., Siman. (2013). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan

Komunikasi Matematik Melalui Pendekatan Matematika Realistik Pada Siswa SMP Kelas VII Langsa. Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA. 6(2):175-186

Jihad, A dan Haris, A. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Kooij. H. V. (2011). Design Research in the Netherlands: Introducing Logarithms Using Realistic

Mathematics Education. JMETC. 2(47)

Lestari, L., Surya,E. (2017). The Effectiviness of Realistic Mathematics Education Approach on

Ability of student’s Mathematical Concept Understanding. IJSBAR. 34(1): 91-100

Lisnani., Ilma, R., dan Somakim. (2013). Desain Pembelajaran Bangun Datar Menggunakan

Fable “Dog Catches Cat” And Puzzle Tangram di Kelas II SD. Jurnal Kreano. 4(1):

11-25

Muh. Latri Aras. (2012). Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Penerapan Matematika

Realistik (PMR) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 5 Unggulan. Jurnal Pendidikan. 2(3):

1-11

Mularsih, H. (2010). Strategi Pembelajaran, Tipe Kepribadian Dan Hasil Belajar Bahasa

Indonesia Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama. Makara, Sosial Humaniora, 14(1):

65-74

Risma, D.R. (2013). Spatial Visualisation and Spatial Orientation Tasks to Suport the Development of Student’ Spatial Ability. Thesis, tidak diterbitkan, University of Sriwijaya, Palembang, Indonesia.

Safitri, A. et al. (2017). Impact of Indonesian Realistic Mathematics Approach to Students Mathematic Disposition on Chapter Two Composition Function and Invers Fungtion in Grade XI IA-1 SMA Negeri 4 Padangsidimpuan. Novelty Journals. 4(2): 93-100

Satria, A.N., Riyadi., Yulianti., (2013). Pengaruh Pendekatan Matematics Education (RME)

Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Materi Geometri. Diambil pada tanggal 14

Februari 2015, dari http://download.portalgaruda.org/article.php?article=139086&val=4065

Saragih. S. (2007). Mengembangkan kemampuan berpikir logis dan komunikasi matematik siswa sekolah menengah pertama melalui pendekatan matematika realistik. Jurnal Pendidikan dan

Kebudayaan Departemen Pendidikan Nasional. 551-565

Sardiman, A.M. (2014). Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta. Rajawali Pers Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta. Rineka Cipta.

Surati. (2014). Penerapan Pendekatan Realistic Mathematic Education Untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Siswa MTsN Model Palu Timur pada Materi Penjumlahan dan Pengurangan Berbentuk Aljabar. Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako.

1(2): 119-132.

(17)

Wijaya, A. (2012). Pendidikan Matematika Realistik: Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran

Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu

Zakaria. E., Syamaun. M. (2017). The Effect of Realistic Mathematics Education Approach on

Students’ Achievement And Attitudes Towards Mathematics. ISPACS. 2017(1): 32-40

Zulkardi. 2002. Developing a learning environment on realistic Mathematics Education for

Indonesian student teacher. Doctoral dissertation. Enschede: University of Twente.

Zulkardi., Ratu Ilma. I., (2010). Pengembangan blog support untuk membantu siswa dan guru

matematika Indonesia belajar pendidikan matematika realistic Indonesia (PMRI). Jurnal Inovasi Perekayasa Pendidikan (JIPP), 2 (1). pp. 1-24.

(18)

Gambar

Tabel 1. Hipotesis Lintasan Belajar
Gambar 2. Jawaban LKS  siswa nomor 1 pada design  experiment
Gambar 4. Jawaban LKS  siswa nomor 3 pada design  experiment
Gambar 6. Jawaban LKS  siswa nomor 5 pada design  experiment
+4

Referensi

Dokumen terkait

To the teacher and the students, this study is very useful because they will get much information related to their activities in the classroom, especially in what patterns are

Jika ditekan tombol LANJUT , maka program akan menampilkan jendela utama yang berisi program pengenalan pola yang digunakan untuk mendeteksi objek, dimana objek yang akan

[r]

Based on the background above, the research problem is “ How is the profile of students’ creativity and concept understanding on science mini- project activity in

Sebagai uji kompetensi atau pengetahuan, guru dapat dilakukan dalam bentuk penugasan, untuk menjawab atau melengkapi pertanyaan yang terdapat dalam Tugas Mandiri

Appendix 1 Angket untuk Guru-Guru Bahasa Inggris 95. Appendix 2 Data from the Questionnaire

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana tingkat adopsi Petani terhadap teknologi budidaya padi sawah di daerah penelitian dan bagaimana hubungan faktor

Bagi memperkasakan pendidikan dalam menghadapi ekonomi global, penulis telah menyarankan empat strategi yang perlu dilakukan iaitu pertama, negara