• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan merupakan sumberdaya alam yang sering dijadikan objek atau target terakhir dari suatu proses pemanfaatan sumberdaya hayati akuatik. Ikan juga merupakan organisme yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dibandingkan dengan organisme akuatik lainnya. Hasil perikanan Indonesia merupakan salah satu pemasok devisa negara. Sumberdaya perikanan laut seperti ikan, udang dan

rumput laut, disamping mempunyai nilai ekspor juga untuk kebutuhan

konsumsi dalam negeri dalam rangka memenuhi kebutuhan protein hewani (Jabarsyah dkk, 2011).

Sumberdaya perikanan merupakan salah satu kekayaan alam yang harus dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat. Sumberdaya ini mempunyai karakteristik yang unik yaitu merupakan sumberdaya milik bersama/umum (common property). Karakteristik ini memungkinkan pemanfaatannya bersifat terbuka (open access) artinya semua orang dapat melakukan kegiatan penangkapan ikan di suatu wilayah perairan tanpa adanya pembatasan. Dengan karakteristik tersebut maka dalam pemanfaatannya dapat

mengalami overfishing yaitu tingkat upaya tangkap ikan meningkat hingga mengganggu keseimbangan populasi ikan yang berakibat tidak lagi

diperoleh keuntungan dari pemanfaatan sumberdaya ikan tersebut. (Rahman 1992).

Kecenderungan global pengelolaan perikanan makin menuju pada pemahaman bahwa sumberdaya ikan harus memberikan manfaat baik untuk generasi saat ini maupun generasi mendatang. Saat ini orientasi nelayan telah berubah, karena nilai ekonomis dari ikan kakap merah semakin menjanjikan. Permintaan pasar dari waktu ke waktu meningkat karena semakin digemari konsumen, sehingga harga jual ikan kakap semakin tinggi. Hal ini terkait erat

dengan karakteristik sumberdaya ikan yang mempunyai keterbatasan kemampuan untuk pulih kembali (renewable) dibandingkan tingkat eksploitasi yang tinggi sehingga berpotensi akan musnah (Phasuk, 1987).

(2)

Ikan kakap termasuk golongan ikan demersal (dasar) yang dapat hidup pada daerah perairan dangkal sampai laut dalam. Ikan kakap merah cukup banyak

terdapat di perairan pantai seluruh Indonesia dan mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Ikan kakap dapat dipasarkan dalam keadaan hidup dan keadaan mati atau olahan berupa fillet. Daerah penyebaran ikan kakap merah adalah

sekitar pantai seluruh indonesia, meluas ke utara sampai Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang pantai Laut Cina Selatan, ke selatan sampai perairan tropis Australia (Gunarso, 1995).

Ikan kakap merah (Lutjanus malabaricus) merupakan ikan laut yang memiliki daerah penyebaran yang luas dari timur Afrika hingga Australia. Ikan ini memiliki rasa daging yang lezat sehingga banyak dikonsumsi oleh masyarakat di seluruh dunia termasuk masyarakat Indonesia. Volume produksi ikan kakap di

Indonesia pada tahun 2010 mencapai 123.827 ton dari sektor perikanan tangkap dan 2.300 ton dari sektor perikanan budidaya. Di setiap daerah, ikan

kakap merah dikenal dengan nama tersendiri seperti di Jawa disebut Kellet, Darongan, Bambangan dan di Madura disebut Posepa. Di Bangka ikan kakap

merah disebut Bran atau Bambang sedangkan di Sulawesi disebut Bacan, Delise, Langgaria, Lolise serta di Maluku disebut Delis, Sengaru, Rae dan Popika. Di

pasaran internasional ikan kakap merah disebut red snappers (Sunyoto dan Mustahal, 2002).

1.2 Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui penyebaran dan kebiasaan hidup Ikan Kakap Merah diperairan.

2. Untuk mengetahui sistematika dan morfologi Ikan Kakap Merah.

3. Untuk mengetahui kebiasaan makan dan cara reproduksi Ikan Kakap Merah.

1.3 Manfaat Makalah

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai sumber acuan

mengenai biogeografi Ikan Kakap Merah dan sebagai sumber pengetahuan bagi yang membutuhkan informasi ikan tenggiri diperairan laut.

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biogeografi Lutjanus malabaricus

Prisantoso dan Badrudin (2010) menyatakan ikan kakap merah adalah salah satu jenis ikan demersal ekonomis penting yang cukup banyak tertangkap di perairan Indonesia. Seluruh jenis ikan kakap merah merupakan anggota famili Lutjanidae, namun hanya jenis-jenis ikan dari famili Lutjanidae yang berwarna merah kekuningan sampai merah gelap kehitaman yang disebut kakap merah.

Druzhinin (1971) menyatakan bahwa perairan Indonesia memiliki keberagaman jumlah spesies kakap merah genus Lutjanus yang terbanyak di

dunia, yaitu sebanyak 32 jenis termasuk L. bohar.

Ikan kakap merah (Lutjanus malabaricus) dikenal dengan nama two-spot red snapper di pasar internasional. Ikan ini memiliki bentuk tubuh pipih dengan panjang maksimal mencapai 75 cm. Ikan kakap merah (Lutjanus malabaricus) memiliki lekukan di antara lubang hidung hingga depan rongga mata, yang membedakannya dengan ikan kakap merah (L. argentimaculatus) yang merupakan

jenis ikan kakap merah paling umum di Indonesia. Tubuh ikan kakap merah (L. bohar) berwarna merah dengan bagian punggung dan ekor berwarna lebih

merah gelap. Umumnya terdapat dua bintik berwarna putih keperakan pada bagian punggung ikan dewasa. Ikan ini tersebar di area perairan Indo-Barat Pasifik dari timur Afrika hingga Australia, dan umum terdapat di perairan Indonesia. Ikan kakap merah (Lutjanus malabaricus) umumnya hidup soliter di perairan karang dengan kedalaman 10 sampai 70 meter. Ikan ini termasuk ikan karnivora yang

memangsa ikan, udang, kepiting, stomatopoda, amphipoda dan gastropoda (Allen 1985).

2.2 Sistematika Lutjanus malabaricus

Nama kakap diberikan kepada kelompok ikan yang termasuk tiga genus yaitu Lutjanus, Latidae dan Labotidae. Jenis-jenis yang termasuk Lutjanidae biasanya disebut kakap merah, dan jenis lainnya yaitu Lates calcarifer yang termasuk suku Latidae umumnya disebut kakap putih dan Lobotos surinamensis

(4)

yang termasuk suku Lobotidae disebut kakap batu (Hutomo et al. 1986). Ikan kakap merah keluarga Lutjanidae mempunyai klasifikasi sebagai berikut (Saanin, 1984) :

Filum : Chordata Sub filum : Vertebrata Kelas : Pisces

Sub kelas : Teleostei Ordo : Percomorphi

Sub ordo : Perciodea Famili : Lutjanidae

Sub famili : Lutjanidae Genus : Lutjanus

Spesies : Lutjanus malabaricus

Ikan Kakap Merah merupakan ikan yang termasuk ke dalam Ordo Perciformes, Family Laboridae, dan genud Lutainus dan Spesies Lutianus erythropterus.Ikan ini merupakan ikan air laut yang mempunyai sirip punggung yang sempurnayang terletak di depan sirip perut atau di belakang kepala bagian anterior badan pada ikan tersebut.Sirip dada pada ikan merah oblique dan terletak di bawah linea literalis di bawah sudut operculum.Sirip perut ikan ini berbentuk thorcic,sedangkan sirip anus terpisah dengan sirip ekor dan bagian pangkalnya diliputi oleh sisik. Bentuk ekor ikan ini adalah berlekuk tunggal. Ikan merah (Lutjanus malabaricus) adalah ikan yang berada di perairan luat.bentuk tubuh bilateral simetris dengan klasifikasinya adalah Ordo Percomorphi, Famili Lucanidae, Genus lutjanus, Spesies Lutjanus malabaricus. Pada ikan merah

(5)

5

mulutnya besar, dapat disembulkan kedepan, ujung belakang dari rahang atas terletak dibawah sudut dari depan bola mata. Ikan merah ini mempunyai empat buah sirip, yaitu sirip punggung, sirip dada, sirip perut, dan ekor. Warna sirip tersebut bewarna merah kelam (Djuhanda, 1981).

Mempunyai tubuh yang memanjang dan melebar, gepeng atau lonjong, kepala cembung atau sedikit cekung. Jenis ikan ini umumnya bermulut lebar dan agak menjorok ke muka, gigi konikel pada taring-taringnya tersusun dalam satu atau dua baris dengan serangkaian gigi caninnya yang berada pada bagian depan. Ikan ini mengalami pembesaran dengan bentuk segitiga maupun bentuk V dengan atau tanpa penambahan pada bagian ujung maupun penajaman. Bagian bawah pra penutup insang bergerigi dengan ujung berbentuk tonjolan yang tajam. Sirip punggung dan sirip duburnya terdiri dari jari-jari keras dan jari-jari lunak. Sirip punggung umumnya ada yang berkesinambungan dan berlekuk pada bagian antara yang berduri keras dan bagian yang berduri lunak. Batas belakang ekornya agak cekung dengan kedua ujung sedikit tumpul. Warna sangat bervariasi, mulai dari yang kemerahan, kekuningan, kelabu hingga kecoklatan. Mempunyai garis-garis berwarna gelap dan terkadang dijumpai adanya bercak kehitaman pada sisi tubuh sebelah atas tepat di bawah awal sirip punggung berjari lunak. Umumnya berukuran panjang antara 25 – 50 cm (Manickchand et al, 1996).

Ikan kakap termasuk salah satu jenis ikan yang hidup dan banyak dijumpai di perairan pantai, perairan karang, dan muara-muara sungai di seluruh di dunia terutama pada daerah subtropis. Habitat ikan merah (Lutjanus malabaricus)

ditemukan di habitat karang, sehingga disebut juga sebagai ikan demersal (McPherson, 1992).

2.3 Morfologi Lutjanus malabaricus

Ciri-ciri kakap merah (Lutjanus sp.) mempunyai tubuh yang memanjang dan melebar, gepeng atau lonjong, kepala cembung atau sedikit cekung. Jenis ikan ini umumnya bermulut lebar dan agak menjorok ke muka, gigi konikel pada taring-taringnya tersusun dalam satu atau dua baris dengan serangkaian gigi caninnya yang berada pada bagian depan. Ikan ini mengalami pembesaran dengan bentuk segitiga maupun bentuk V dengan atau tanpa penambahan pada bagian

(6)

ujung maupun penajaman. Bagian bawah pra penutup insang bergerigi dengan ujung berbentuk tonjolan yang tajam.

Sirip punggung dan sirip duburnya terdiri dari jari-jari keras dan jari-jari lunak. Sirip punggung umumnya berkesinambungan dan berlekuk pada bagian antara yang berduri keras dan bagian yang berduri lunak. Batas belakang ekornya agak cekung dengan kedua ujung sedikit tumpul. Warna sangat bervariasi, mulai dari yang kemerahan, kekuningan, kelabu hingga kecoklatan. Ada yang mempunyai garis-garis berwarna gelap dan terkadang dijumpai adanya bercak kehitaman pada sisi tubuh sebelah atas tepat di bawah awal sirip punggung berjari lunak. Pada umumnya berukuran panjang antara 25 – 50 cm, walaupun tidak jarang mencapai 90 cm (Gunarso, 1995). Ikan kakap merah menerima berbagai informasi mengenai keadaan sekelilingnya melalui beberapa inderanya, seperti melalui indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, peraba, linea lateralis dan sebagainya.

Jenis kakap merah berukuran besar umumnya membentuk gerombolan yang tidak begitu besar dan beruaya ke dasar perairan menempati bagian yang lebih dalam daripada jenis yang berukuran kecil. Selain itu biasanya kakap merah tertangkap pada kedalaman dasar antara 40–50 meter dengan substrat sedikit karang dan salinitas 30–33 ppt serta suhu antara 5-32ºC.

Secara morfologi, bentuk badan ikan kakap merah memanjang sampai agak pipih. Mulutnya terletak pada bagian ujung kepala (terminal), biasanya terdapat gigi taring (canine) pada rahangnya. Bagian pinggir operculum biasanya bergerigi dan sisiknya ctenoid. Bagian depan dari kepala tak bersisik atau pada bagian depan dari tutup insang terdapat beberapa baris sisik. Sering terdapat bintik atau noda kehitaman (blotches). Sirip punggung tunggal dengan jari 9-12 jari-jari sirip keras dan 9-17 jari-jari-jari-jari sirip lemah yang bercabang. Sirip dubur dengan 3 sirip keras dan 7-14 sirip lemah bercabang. Sirip ekor mulai dari yang berbentuk truncate sampai berbentuk cagak yang dalam (deeply forked).

Kakap merah adalah salah satu jenis ikan demersal ekonomis penting yang cukup banyak tertangkap di perairan Indonesia. Jenis ikan tersebut biasanya tertangkap di perairan paparan (continental shelf). Beberapa Jenis diantaranya

(7)

7

berada pada habitat perairan yang sedikit berkarang. Adapun ciri – ciri Ikan kakap merah sebagai berikut :

1. Badan memanjang melebar, gepeng kepala cembung, bagian bawah penutup insang bergerigi.

2. Gigi-gigi pada rahang tersusun dalam ban-ban, ada gigi taring pada bagian terluar rahang atas, sirip punggung berjari-jari keras 11 dan lemah 14, sirip dubur berjari-jari keras 3 lemah 8-9, termasuk ikan buas, makannya ikan kecil dan invertebrata dasar laut.

3. Hidup menyendiri di daerah pantai sampai kedalaman 60 m. Dapat mencapai panjang 45-50 Cm.

4. Warna bagian atas kemerahan/merah kekuningan, di bagian bawah merah keputihan. Garis-garis kuning kecil diselingi warna merah pada bagian punggung di atas garis rusuk.

Badan memanjang melebar, gepeng, kepala cembung, bagian bawah penutup, insang bergerigi, gigi-gigi pada rahang tersusun dalam ban-ban, ada gigi taring pada bagian terluar rahang atas. Mata berwarna merah cemerlang. Mulut lebar, sedikit serong dengan geligi halus. Sirip punggung berjari-jari keras 11 dan lemah 14, Sirip dubur berjari-jari keras 3, lemah 8-9 termasuk ikan buas, makannya ikan kecil dan invetebrata dasar. Hidup menyendiri didaerah pantai sampai kedalaman 60 m. Panjang tubuh mencapai 45 - 60 cm. Warna bagian atas kemerahan/merah kuningan, bagian bawah merah keputihan. Ban-ban kuning kecil diselingi warna merah pada bagian punggung diatas garis rusuk. Pada waktu masih burayak (umur 1 - 3 bulan) warnanya gelap dan setelah menjadi gelondongan (umur 3 - 5 bulan) warnanya terang dengan bagian punggung berwarna coklat kebiru-biruan yang selanjutnya berubah menjadi keabu-abuan dengan sirip berwarna abu-abu gelap.

2.4 Kebiasaan Makan Lutjanus malabaricus

Makanan merupakan faktor pengendali yang penting dalam menghasilkan sejumlah ikan disuatu perairan, karena merupakan faktor yang menentukan bagi populasi, pertumbuhan dan kondisi ikan di suatu perairan. Di alam terdapat berbagai jenis makanan yang tersedia bagi ikan dan ikan telah menyesuaikan diri

(8)

dengan tipe makanan khusus dan telah dikelompokkan secara luas sesuai dengan cara makannya, walaupun dengan macam-macam ukuran dan umur ikan itu sendiri. Ikan dapat dikelompokkan berdasarkan jumlah dan variasi makanannya menjadi euryphagous yaitu ikan yang memakan berbagai jenis makanan; stenophagous yaitu ikan yang memakan makanan yang sedikit jenisnya; dan

monophagous yaitu ikan yang hanya memakan satu jenis makanan saja (Effendi, 1997).

Jenis ikan kakap merah umumnya termasuk ikan buas, karena pada umumnya merupakan predator yang senantiasa aktif mencari makan pada malam hari (nokturnal). Aktivitas ikan nokturnal tidak seaktif ikan diurnal (siang hari). Gerakkannya lambat, cenderung diam dan arah geraknya tidak dilengkapi area yang luas dibandingkan ikan diurnal. Bola mata yang besar menunjukkan ikan

nokturnal menggunakan indera penglihatannya untuk ambang batas intensitas cahaya tertentu, tetapi tidak untuk intesitas cahaya yang kuat (Iskandar dan Mawardi, 1997).

Ikan kakap merah lebih suka memangsa jenis-jenis ikan, kepiting, udang, jenis crustacea, gastropoda serta berbagai jenis plankton utamanya urochordata. Umumnya kakap merah yang berukuran besar, baik panjang maupun tinggi tubuhnya, memangsa jenis-jenis ikan maupun invertebrata berukuran besar yang ada di dekat permukaan di perairan karang. Jenis kakap merah ini biasanya menghuni perairan pantai berkarang hingga kedalaman 100 meter, hidup soliter dan tidak termasuk jenis ikan yang berkelompok. Umumnya dilengkapi dengan gigi kanin yang merupakan adaptasi sehubungan dengan tingkah laku makannya, agar mangsa tidak mudah lepas. Ikan dewasa umumnya berwarna merah darah pada punggungnya dan berwarna putih pada bagian perutnya (Gunarso, 1995).

Ikan kakap pada umumnya merupakan jenis ikan karnivora, makanannya terdiri dari ikan-ikan kecil, krustasea, invertebrate lainnya. Makanan utama ikan kakap merah adalah ikan kecil. tetapi sering didapatkan makan udang, kepiting, stomatopoda, amphipoda dan gastropoda. Namun kebiasaan makan sangat dipengaruh oleh umur ikan (bukaan mulut), sehingga dugaan kuat terhadap ikan yang mengkonsumsi planton merupakan jenis ikan yang bukaan mulutnya masih kecil atau anakan ikan, sebelum merubah makanan utamanya sabagai karnivor.

(9)

9

Perbedaan kebiasaan makan pada umumnya dipengaruhi oleh umur dan panjang ikan, terutama pada ikan-ikan akan mengalami perubahan diet umur dan ukuran tubuh, ukuran kecil cenderung memakan alga renik dan pada saat ukuran besar maka kebiasaan makan akan berubah. Ikan Kakap Merah (Lutjanus sp.) menerima berbagai informasi mengenai keadaan sekelilingnya melalui beberapa inderanya, seperti melalui indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, peraba, linea lateralis dan sebagainya.

Kebiasaan makan (food habit) berhubungan dengan jenis, kuantitas dan kualitas makanan yang dimakan oleh ikan, sedangkan kebiasaan cara memakan (feeding habits) berhubungan dengan waktu, tempat dan bagaimana cara ikan memperoleh makanannya. Effendi (1997) dalam Priyadi, A., dkk (2009) menambahkan bahwa faktor- faktor yang menentukan jenis ikan memakan suatu organisme adalah ukuran, ketersediaan, warna, rasa, tekstur makanan dan selera ikan terhadap makanan. Selanjutnya dikatakan bahwa faktor yang mempengaruhi jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh suatu spesies ikan adalah umur, tempat dan waktu.

2.5 Reproduksi Lutjanus malabaricus

Pola reproduksi ikan-ikan laut dalam diperkirakan berlangsung sepanjang tahun berdasarkan stabilitas fisika dan kimia perairan laut dalam. Waktu dan durasi dari punca pemijahan dan kematangan umur berbeda dengan berbedanya spesies, daerah distribusi masing spesies dan kedalaman dari masing-masing spesies. Reproduksi musiman pada ikan-ikan di laut dalam tidak dikontrol oleh cahaya dan temperature sebagaimana pada ikan-ikan di perairan yang lebih dangkal tetapi dikontrol oleh ketersediaan makanan, penenggelaman bahan organic, arus laut dalam dan migrasi vertical (Rotllant et al., 2002).

Ikan kakap tergolong diecious yaitu ikan ini terpisah antara jantan dan betinanya. hampir tidak dijumpai seksual dimorfisme atau beda nyata antara jenis jantan dan betina baik dalam hal struktur tubuh maupun dalam hal warna. Pola reproduksinya gonokorisme, yaitu setelah terjadi diferensiasi jenis kelamin, maka jenis seksnya akan berlangsung selama hidupnya, jantan sebagai jantan dan betina sebagai betina. Jenis ikan ini rata-rata mencapai tingkat pendewasaan pertama saat

(10)

panjang tubuhnya telah mencapai 41–51% dari panjang tubuh total atau panjang tubuh maksimum. Jantan mengalami matang kelamin pada ukuran yang lebih kecil dari betinanya.

Kelompok ikan yang siap memijah, biasanya terdiri dari sepuluh ekor atau lebih, akan muncul ke permukaan pada waktu senja atau malam hari di bulan Agustus dengan suhu air berkisar antara 22,2–25,2ºC. Ikan kakap jantan yang mengambil inisiatif berlangsungnya pemijahan yang diawali dengan menyentuh dan menggesek-gesekkan tubuh mereka pada salah seekor betinanya. Setelah itu baru ikan-ikan lain ikut bergabung, mereka berputar-putar membentuk spiral sambil melepas gamet sedikit di bawah permukaan air. Secara umum ikan kakap merah yang berukuran besar akan bertambah pula umur maksimumnya dibandingkan yang berukuran kecil. Ikan kakap yang berukuran besar akan mampu mencapai umur maksimum berkisar antara 15–20 tahun, umumnya menghuni perairan mulai dangkal hingga kedalaman 60–100 meter.

Hamamoto et al. (1992) mengamati perilaku reproduksi dan sejarah hidup awal ikan kakap berbintik putih, Lutjanus stellatus Akazaki, berdasarkan pengamatan di akuarium. Pemijahan terjadi di antara seekor betina dan 2 -12 ikan jantan pada jam-jam pertama setiap sore sejak pertengahan Mei sampai pertengahan Juni 1984. Enam pola tingkah laku mudah dibedakan dalam urutan pemijahan :

a. bergerombol;

b. mencari-cari;

c. menyungkur;

d. berenang cepat ke permukaan;

e. memijah; dan

f. pasca memijah.

Spesies ini dianggap sebagai pemijah kelompok. Telur yang telah dibuahi berbentuk bulat, transparan, mengapung dan tak berpigmen. Telur tersebut berdiameter 0,80 – 0,85 mm, dan mengandung sebuah butiran minyak yang berdiameter 0,16 – 0,17 mm. Penetasan berlangsung 30 jam setelah pembuahan. Segera setelah menetas, larva memiliki panjang total 2,48 – 2,56 mm dan mempunyai kuning telur besar berbentuk elips. Sebuah butiran minyak terletak pada ujung depan kuning telur ini.

(11)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Seluruh jenis ikan kakap merah merupakan anggota famili Lutjanidae. 2. Ikan kakap merah (Lutjanus malabaricus) dikenal dengan nama two-spot

red snapper di pasar internasional.

3. Ciri-ciri kakap merah (Lutjanus malabaricus) mempunyai tubuh yang memanjang dan melebar, gepeng atau lonjong, kepala cembung atau sedikit cekung.

4. Jenis ikan kakap merah umumnya termasuk ikan buas, karena pada umumnya merupakan predator yang senantiasa aktif mencari makan pada malam hari (nokturnal).

5. Ikan kakap merah lebih suka memangsa jenis-jenis ikan, kepiting, udang, jenis crustacea, gastropoda serta berbagai jenis plankton utamanya urochordata.

6. Lutjanus malabaricus dianggap sebagai pemijah kelompok. Telur yang telah dibuahi berbentuk bulat, transparan, mengapung dan tak berpigmen.

3.2 Saran

Setelah membaca dan memahami makalah ini diharapkan kepada pembaca lebih mengenal Lutjanus malabaricus, dimana Ikan ini sangat disukai negara - negara di dunia karena protein sangat tinggi. Hal ini merupakan kesempatan menjadikan ikan ini sebagai salah satu komoditas utama perikanan laut di Indonesia..

(12)

Allen, B.R. 1985. Snappers of The World. FAO Press. New York.

Baskoro, M. S., Ronny. I.W, dan Arief Effendy. 2004. Migrasi dan Distribusi Ikan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Gunarso, W. 1995. Mengenal Kakap Merah Komoditi Ekspor Baru Indonesia Fakultas Perikanan. IPB. Bogor.

Mayunar dan Genisan AS. 2002. Budidaya Ikan Kakap Putih. Grasindo. Jakarta.

Moyle, P.B. dan J.J. Chech, JR.1988. Fishes an Introduction to Ichthyology 2 nd ed. Prentice-Hall. Inc. Englewood Cliffs. New Jersey. USA.

Nikolsky, G.V. 1963. The Ecology of Fishes. Academy Press. New York.

Saanin. H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid 1 dan 2. Bina Cipta. Bogor.

Sunyoto P dan Mustahal. 2002. Pembenihan Ikan Laut Ekonomis: Kerapu. Kakap, Baronang. Penebar Swadaya. Jakarta.

Gambar

Gambar 2.2.1 Ikan Kakap Merah

Referensi

Dokumen terkait

Demikian juga halnya dengan tradisi perang topat , dari hasil wawancara dengan beberapa informan menunjukkan bahwa tradisi ini merupakan tradisi yang telah diteruskan secara turun

Berdasarkan hasil penelitian dan pemba- hasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa: (1) pembelajaran matematika dengan pendekat- an PBL berseting TGT efektif

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah peningkatan hasil belajar PKn dapat diupayakan melalui pendekatan PBL Problem Based Learning siswa kelas 4

Mencari nilai eigen vector 1 (Kriteria), untuk mendapatkan nilai eigen vector ini, hasil jumlah dari normalisasi kriteria tiap elemen dibagi dengan jumlah kriteria yang

algoritma kompresi LZW akan membentuk dictionary selama proses kompresinya belangsung kemudian setelah selesai maka dictionary tersebut tidak ikut disimpan dalam file yang

Tujuan Tugas Akhir dengan menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut (PLTGL) – dengan sistem tiga bandul ( STB ) ini adalah untuk melakukan studi

Secara garis besar komponen-komponen pembelajaran memiliki banyak komponen, diantaranya ada tujuan pembelajaran sebagai titik tolak untuk mencapai suatu pembelajaran, guru

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Nusantari, dkk (2008) model pembelajaran kooperatif tipe Pair Checks dapat meningkatkan kerja sama siswa dalam memecahkan masalah