• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Mitigasi Bencana Banjir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Mitigasi Bencana Banjir"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

FISIKA LINGKUNGAN

PENANGGULANGAN DAN MITGASI BENCANA

“BANJIR DAN BENCANA AIR LAINNYA”

Disusun Oleh : Kelompok 1 Aziz Eko P M0214011 Bara Wahyu R M0212021 Devara Ega F M0212025 Diani Galih S M0212028 Hanin Fatihatul Y M0212040

Jurusan Fisika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sebelas Maret Surakarta

(2)

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Menurut (Hidayati, 2005) bencana adalah keadaan yang mengangu kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang disebabkan oleh gejala alam atau perbuatan manusia. Bencana dapat terjadi melalui suatu proses yang panjang atau situasi tertentu dalam waktu yang sangat cepat tanpa adanya tanda-tanda. Dampak dari bencana dapat bervariasi, tergantung pada kondisi dan kerentaan lingkungan dan masyarakat.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, penyebab bencana dapat dibagi menjadi dua, yakni : alam dan manusia. Secara alami bencana akan selalu terjadi di muka bumi, misal tsunami, gempa bumi, gunung meletus, jatuhnya benda-benda dari langit ke bumi (misalkan meteor), tidak adanya hujan pada suatu lokasi dalam waktu yang relatif lama sehingga menimbulkan bencana kekeringan, atau sebaliknya curah hujan yang sangat tinggi di suatu lokasi menimbulkan bencana banjir dan tanah longsor (Sjarief, 2010).

Salah satu bencana yang hampir terjadi setiap tahun di Indonesia adalah Banjir. Menurut (Yulaelawati, 2008) banjir adalah peristiwa meluapnya aliran sungai akibat air melebihi kapasitas tampungan sungai sehingga meluap dan menggenangi dataran atau daerah yang lebih rendah di sekitarnya. Menurut data statistik yang diambil dari situs (http://dibi.bnpb.go.id/), mengenai distribusi tipe bencana dan korban jiwa pada tahun 1815 hingga tahun 2015, banjir menempati urutan pertama dengan 5.600 peristiwa dan jumlah korban jiwa dibawah 34.000 orang. Selain itu, banjir juga merupakan bencana alam yang mempunyai tingkat frekuensi terjadinya bencana sebesar 34 % disusul oleh bencana angin kencang.

Karena banjir termasuk bencana yang hampir setiap tahun melanda Indonesia, maka dari itu diperlukan suatu langkah untuk penanggulangan dan mitigasi bencananya. Hal tersebut diperlukan untuk menngurangi resiko dan dampak dari bencana ini. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai apa saja jenis banjir, bagaimana penanggulangan bencana banjir, dan bagaimana mitigasi yang harus

(3)

dilakukan ketika terjadi banjir. Maka dibuatlah sebuah makalah dengan judul Penanggulangan dan Mitigasi Bencana Banjir dan Bencana Air Lainnya.

2. Tujuan

a. Mengetahui jenis-jenis bencana banjir b. Mengetahui penanggulangan bencana banjir

(4)

PEMBAHASAN

1. Pengertian Bencana Banjir

Menurut Undang-undang No.24 Tahun 2007, bencana didefisnisikan sebagai peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat. Bencana dapat disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Menurut (Simajuntak, 2014) banjir merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di suatu kawasan yang banyak dialiri oleh alirasn sungai dan saat ini sepertinya sudah menjadi langganan bagi beberapa daerah dan kota besar di Indonesia ketika musim penghujan tiba. Banjir pada hakikatnya hanyalah salah satu outputdari pengelolan DAS yang tidak tepat. Banjir bisa disebabkan oleh beberapa hal yaitu curah hujan yang sangat tinggi, karakteristik DAS, penyempitan saluran drainase dan perubahan penggunaan lahan.

Sementara itu, menurut (Gultom, 2012) banjir dapat didefinisikan sebagai tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya air yang melebihi kapasistas pembuangan air disuatu wilayah dan dapat menimbulkan kerugian fisik, sosial, dan ekonomi. Banjir dapat dikatakan sebagai salah satu bencana yang paling banyak memakan korban jiwa apabila mengacu pada tabel 1.1 berikut

Tabel 1.1 Bencana Alam yang Terjadi di Indonesia (1998-2003)

Jenis Jumlah Kejadian Korban Jiwa

Banjir 302 1066 Longsor 245 645 Gempa Bumi 38 306 Gunung Berapi 16 2 Angin Topan 46 3 Jumlah 647 2022 (Sumardi, 2009)

(5)

Apabila mengacu pada tabel 1.1 bahwa benca banjir dadn longsor mencapai 85%, hal ini menunjukkan bahwa becana alam di Indonesia dalam kurun waktu 1998-2003 sebenarnya adalah bencana alam yang dapat diantisipasi oleh manusia. Bencana banjir dan longsor merupakan jenis bencana alam yang bukan murni akibat fenomena alam, namun bencana yang terjadi akibat campur tangan manusia.

Agar mampu memahami dengan baik makna dari banjir, (Yulaelawati, 2008) memberikan gambaran mengenai derah penguasaan sungai. Di dalam suatu ekosistem sungai terdapat bagian-bagian yang tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya, yanki palung sungai yang selalu tergenang oleh air sungai, dataran banjir yang akan tergenang apabila sungai meluap, dan bantaran sungai. Gambar 1.1 akan mendiskripsikan bagian-bagian yang telah disebutkan diatas

Gambar 1.1 Daerah Penguasaan Sungai

Bantaran sungai adalah lahan pada kedua sisi sepanjang palung sungai dihitung dari tepi sungai sampai dengan kaki tanggul sebelah dalam. Fungsi dari bantaran sungai adalah sebagai tempat mengalirnya sebagian debit sungai pada saat banjir. Jadi, secara alami bantaran sungai akan tergenang oleh aliran sungai saat banjir tiba. Oleh karenanya, dilarang mendirikan hunian atau sebagai tempat membuang sampah pada daerah ini. Sementara, garis sempadan sungai (GS) adalah garis batas luar pengamanan sungai.

Apabila daerah bantaran sungai dijadikan sebagai tempat hunian penduduk suatu daerah, maka akan berdampak daerah tersebut akan selalu digenangi oleh air ketika banjir melanda. Tetapi, bila tetap ingin didirikan hunian pada daerah tersebut

(6)

maka tipe rumah yang harus dibangun merupakan tipe rumah panggung. Gambar 1.2 mengilustrasikan bagaimana daerah bantaran sungai yang tergenang ketika dilanda banjir

Gambar 1.2 Skema bantaran sungai yang tergenang oleh banjir

2. Jenis-jenis Bencana Banjir

Sebenarnya, UU Nomor 24 tahun 2007 selain mendefinisikan pengertian dari bencana, juga menyebutkan beberapa pengertian dari bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial. Dari lingkup bencana alam, terdapat definisi dari dua buah jenis banjir, yakni banjir dan banjir bandang. Banjir adalah terendamnya suatu daerah karena volume air yang meningkat. Sementara, banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba dengan debit air yang besar yang disebabkan terbendungnya aliran sungai pada alur sungai.

(Paripurno, 2013) dalam Modul Pengenalan Banjir, menyebutkan terdapat tiga jenis banjir disertai dengan bagaimana penyebab terjadinya banjir tersebut. Jenis banjir yang disebutkan yakni: Banjir kilat, Banjir luapan sungai, dan banjir pantai.

a. Banjir Kilat

Banjir kilat adalah banjir yang terjadi hanya dalam waktu delapan jam setelah hujan lebat mulai turun. Biasanya jenis banjir ini sering dihubungkan dengan banyaknya awan kumulus, kilat dan petir yang keras, badai tropis atau cuaca dingin.Umumnya banjir kilat diakibatkan oleh meluapnya air hujan yang sangat deras. Namun, selain hal tersebut juga dapat disebabkan oleh faktor lain, seperti: bendungan yang gagal menahan

(7)

debit air yang meningkat, es yang tiba-tiba meleleh, dan berbagai perubahan besar dibagian hulu sungai.

b. Banjir Luapan Sungai

Banjir luapan sungai adalah banjir yang terjadi dengan proses yang cukup lama, walaupun terkadang proses tersebut tidak diperhatikan, sehingga datangnya banjir terasa mendadak dan mengejutkan. Banjir tipe ini biasanya bertipe musiman atau tahunan, dan mampu berlangsung sangat lama. Penyebab utamanya adalah kelongsoran di daerah yang biasanya mampu menahan kelebihan debit air.

c. Banjir Pantai

Banjir pantai biasanya dikaitkan dengan terjadinya badai tropis. Banjir yang membawa bencana dari luapan air hujan sering bertambah parah karena badai yang dipicu angin kencang di sepanjang pantai. Hal ini mengakibatkan air garam akan membanjiri daratan karena dampak perpaduan gelombang pasang.

Pada gambar 2.1 (a), 2.1 (b), dan 2.1 (c) berikut, akan ditunjukkan ilustrasi dari ketiga jenis banjir yang telah disebutkan diatas, berikut merupakan ilustrasi dari banjir kilat, banjir luapan, dan banjir pantai:

(a) (b) (c) Gambar 2.1 (a) Banjir Kilat, (b) Banjir luapan sungai (c) Banjir pantai

(8)

Gambar 2.1 (a) merupakan peristiwa banjir kilat yang terjadi di Malaysia pada tahun 2007 silam yang diambil dari citizen journalism (cy.my). Sementara, gambar 2.1 (b) diambil dari warta (viva.news.com) yang memberitakan peristiwa meluapnya sungai Bengawan Solo pada tahun 2009 dan setidaknya menggenangi 7 kabupaten di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang terlewati oleh aliran sungai tersebut. Terakhir, pada gambar 2.1 (c) merupakan gambaran dari mulai surutnya banjir air laut yang terjadi di pinggiran pantai kota Bandar Lampung diambil dari warta (lampung. Antaranews.com).

Selain ketiga jenis banjir yang telah disebutkan diatas, salah satu banjir yang sering terjadi di Indonesia adalah Banjir Bandang. Banjir bandang (flash flood) adakah penggenangan akibat limpasan keluar alur sungai karena debit sungai yang membesar tiba-tiba melampaui kapasitas aliran, terjadi dengan cepat melanda daeraah-daerah rendah permukaan bumi, di lembah sungai-sungai dan cekungan-cekungan dan biasanya membawa material sampah (debris) dalam alirannya. Banjir bandang bisa berlangsung cepat (biasanya kurag dari enam jam) dan mempunyai tinggi permukaan gelombang banjir berkisar 3 hingga 6 meter dengan membawa material sampah hasil dari sapuannya di sepanjang lajurnya (Mulyanto, 2012).

Apabila dihubungkan dengan klasifikasi banjir menurut (Paripurno, 2013), banjir bandang dapat dikategorikan sebagai jenis banjir tipe kilat. Karena dapat terjadi dengan waktu yang singkat dan juga disertai membawa material-material sampah atau debris. Untuk mengetahui ilustrasi dari banjir bandang, akan ditunjukkan melalui gambar 2.2 sebagai berikut

(9)

Gambar 2.2 diatas merupakan salah satu peristiwa banjir bandang yang terjadi di Negara Iran pada tahun 2015 ini. Dikutip dari warta berita online (http://internasional.republika.co.id/) banjir ini disebabkan karena hujan lebat yang turun di daerah pegunungan sebelah utara negara tersebut.

Selain itu, dampak dari meningkatnya curah hujan di kawasan selatan Indonesia adalah ancaman banjir lahar dari gunung Merapi. Banjir lahar mempunyai dampak yang merusak. Karakteristik aliran lahar yang melaju cepat dengan tenaga besar karena gunung Merapi termasuk dalam gunung api tipe strato volcano yang mempunyai lereng curam (Daryono, 2012).

Kombinasi aliran material vulkanik seperti abu gunung api, kerikil, kerakal, dan bongkahan batu dengan lereng curam menjadikan aliran banjir lahar juga dikendalikan oleh percepatan gaya gravitasi bumi. Selain itu, banjir ini juga mempunyai bongkahan batu yang besar yang terangkut dengan aliran akibat aliran lahar mempunyai berat jenis yang sama dengan bongkahan batu tersebut. Gambar 2.3 berikut menggambarkan tentang dampak dari banjir lahar yang terjadi di kaki gunung Merapi, tepatnya berada di daerah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Gambar 2.3 Peristiwa Banjir Lahar Merapi di Kabupaten Magelang

(Daryono, 2012) Secara umum, faktor terjadinya bencana banjir sama seperti terjadinya bencana pada umumnya. Bencana dapat dibagi menjadi dua buah faktor, yakni bencana akibat faktor alam sendiri, dan bencana akibat ulah manusia. Bencana akibat alam disebabkan oleh adanya fenomena alam yang dikenal sebagai bencana alam. Akan

(10)

tetapi, pada faktanya, manusia tetap berkontribusi paling besar dengan terjadinya bencana alam yang sering terjadi saat ini.

Sementara itu, bencana akibat ulah tangan manusia diakibatkan oleh adanya ulah manusia yang membuat perubahan situasi alam yang ada saat ini. Salah satu contohnya adalah pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Pemenuhan kebutuhan hidup manusia ini bermacam-macam bentuknya, mulai dari melakukan penebangan hutan secara liar, mendirikan pemukiman di daerah bantaran sungai, perusakan kawasan hutan mangrove di daerah tepian pantai, dan menjadikan aliran sungai sebagai tempat pembuangan sampah (Sundar, 2007).

Ilustrasi dari bencana yang disebabkan oleh ulah manusia akan ditunjukkan melalui Gambar 2.3 (a), (b), dan (c) sebagai berikut

(a) (b) (c)

Gambar 2.3 (a) Penebangan hutan (b) Pemukiman kumuh (c) Membuang sampah tidak pada tempatnya

Gambar 2.3 (a) merupakan gambar dari penebangan hutan di hutan Amazon, Amerika selatan yang diambil dari situs (pemanasanglobal.net). Gambar 2.3 (b) merupakan gambar pemukiman kumuh di bantaran sungai Ciliwung Jakarta yang diambil dari situs (lensaindonesia.com). Sementara, gambar 2.3 (c) merupakan gambar dari menumpuknya sampah yang menumpuk di suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) yang diambil dari situs (leuserantara.com). Hal-hal seperti inilah yang menyebabkan bencana banjir.

3. Penanggulangan Bencana Banjir Secara Umum

Menurut (BAPPENAS, 2008) penanggulangan bencana banjir dilakukan secara bertahap, dari pencegahan sebelum banjir (prevention), penanganan saat banjir

(11)

(response/intervention), dan pemulihan setelah banjir (recovery). Secara menyeluruh, tindakan tersebut digambarkan dalam suatu siklus penanggulangan banjir yang berkesinambungan. Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan ditunjukkan oleh tabel 2 sebagai berikut

Tabel 1.2 Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam Siklus Penangulangan Banjir

Penanggulangan banjir harus dimulai dari upaya melakukan pengkajian sebagai masukan untuk upaya prevention sebelum ada bencana banjir lagi. Pencegahan dapat berupa kegiatan fisik seperti pembangunan pengendali banjir di wilayah aliran sungai sampai wilayah dataran banjir, sementara non-fisiknya berupa pengolahan tata guna lahan sampai peringatan dini bencana banjir.

Setelah dilakukan tahap pencegahan, maka selanjutnya dilakukan upaya response pada saat banjir terjadi. Tindakan penanganan yang dilakukan diantaranya adalah pemberitahuan dan penyebaran informasi tentang prakiraan banjir, tanggap darurat, bantuan perlengkapan logistik penanganan banjir, dan perlawanan terhadap banjir.

Pemulihan setelah banjir dilaksanakan secepat mungkin agar kondisi dapat segera kembali normal. Tindakan pemulihan, dilaksanakan mulai dari bantuaan

(12)

pemenuhan kebutuhan hidup, perbaikan sarana-prasarana, rehabilitasi dan adaptasi kondisi fisik maupun non-fisik, penilaian kerugian, asuransi bencana banjir, dan pengkajian cepat penyebab banjir.

4. Mitigasi Bencana Banjir

Menurut (Ciottone, 2006), mitigasi adalah segala sesuatu yang meliputi jenis yang luas dari perhitungan yang dilakukan sebelum suatu kejadian terjadi yang mana akan mencegah korban sakit, cidera, dan meninggal serta mengurangi sekecil-kecilnya dampak kehilangan harta benda. Rencana mitigasi pada umumnya meliputi : kemampuan untuk memelihara fungsi, desain bangunan, lokasi bangunan di luar dari zona bahaya, kemampuan esensial bangunan, proteksi dari bagian dari suatu bangunan, asuransi, edukasi publik, peringatan, dan evakuasi.

Mitigasi dilaksanakan sebelum, sesudah, dan sebelum terjadinya suatu bencana. Untuk bencana banjir sendiri, salah satu tindakan mitigasi bencana banjir adalah melakukan peringatan dini bencana banjir. Salah satu contoh apabila tidak ada peringatan dini banjir, maka semua daerah yang dilalui aliran banjir akan memakan kerugian yang besar. Pada daerah hulu, dapat dilakukan beberapa cara peringatan dini, seperti: menempatkan pengukur hujan di hulu dengan akses komunikasi ke wilayah hilirnya, melakukan identifikasi jenis material yang terbawa arus banjir, dan melihat dan mengamati kondisi awan dan lamanya hujan (Paimin, 2009).

Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2006 tentang Pedoman umum mitigasi bencana menjelaskan tentang langkah-langkah yang dilakukan dalam mitigasi bencana banjir seperti: pengawasan penggunaan lahan, pembangunan infrastruktur yang kedap air, pengerukan dan pembangunan sudetan sungai, pembuatan tembok pemecah ombak, pembersihan sedimen, pembuatan saluran drainase, pelatihan pertanian yang sesuai dengan daerah banjir, dan juga menyiapkan persiapan evakuasi bencana banjir.

Sementara (KEMENKES, 2014) melalui buku panduannya memberikan beberapa langkah yang haru dilakukan pada saat sebelum, ketika, dan setelah banjir

(13)

terjadi. Gambar 2.4 berikut merupakan buku panduan yang dibuat Kemenkes sebagai buku panduan ketika terjadi bencana banjir

Gambar 2.4 Buku Panduan Kesiapan Bencana Banjir

Dari buku tersebut, didapatkan beberapa langkah mitigasi yang dilakukan ketika banjir melanda yakni :

1. Mematikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk mematikan aliran listrik di wilayah yang terkena bencana.

2. Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan air masih memungkinkan untuk diseberangi.

3. Menghindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari terseret arus banjir.

4. Segera mengamankan barang-barang berharga ketempat yang lebih tinggi. 5. Jika air terus meninggi, menghubungi instansi yang terkait dengan

(14)

KESIMPULAN

1. Jenis-jenis banjir yang ada saat ini menurut beberapa ahli mungkin dapat terjadi perbedaan dalam menggolongkannya. Akan tetapi, secara garis besarnya jenis banjir dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni: Banjir Kilat, Banjir Luapan Sungai, dan Banjir Pantai. Ketiga jenis banjir tersebut dapat mewakili beberapa jenis banjir yang lain, seperti: Banjir Bandang dan Banjir Lahar Merapi yang dapat dikategorikan sebagai jenis banjir kilat. Karena terjadinya dapat sangat cepat sekali.

2. Penanggulangan banjir dapat dibagi kedalam tiga tahapan utama, yakni: Pencegahan (prevention) sebelum banjir, Penanganan (response) ketika banjir melanda, dan Pemulihan (recovery) setelah banjir. Hal-hal ini wajib dilaksanakan agar masyarakat mampu menghadapi keadaan yang ada ketika bencana banjir melanda

3. Mitigasi yang harus dilaksanakan ketika banjir melanda dapat dilakukan dengan beberapa cara yang mudah, seperti: memutus setiap aliran listrik, menyelamatkan barang berharga, dan segera melakukan pengungsian ketika sudah terlihat ada potensi terjadi banjir. Hal tersebut harus dilaksanakan agar meminimalisir jatuhnya korban jiwa yang berjatuhan dan kerusakan yang ditimbulkan akibat bencana banjir.

(15)

Daftar Pustaka

Sumber buku :

BAPPENAS. (2008, 11 23). Files. Retrieved from BAPPENAS Web Site: http://www.bappenas.go.id/files/5913/4986/1931/2kebijakan-penanggulangan-banjir-di-indonesia__20081123002641__1.pdf Ciottone, G. R. (2006). Disaster Medicine. Philadelphia: Mosby. Inc.

Daryono. (2012, 1 10). Bahaya Banjir Lahar. Retrieved from Pusat Studi Bencana Bogor Agricultural University: http://psb.ipb.ac.id/index.php/news/92-bahaya-banjir-lahar

Gultom, A. (2012, Unknown Unknown). //repository.usu.ac.id/. Retrieved from USU Institutional Repository:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33906/4/Chapter%20II.pd f

Hidayati, D. (2005). Panduan Siaga Bencana Berbasis Masyarakat. KOMUNIKA, 65.

KEMENKES. (2014, Mei 28). Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan. Retrieved from Panduan Masyarakat Menghadapi Bencana Banjir: http://www.penanggulangankrisis.depkes.go.id/panduan-masyarakat-mengahadapi-bencana-longsor

Mulyanto. (2012). Petunjuk Tindakan dan Sistem Mitigasi Banjir Bandang . Semarang: Kementrian PU.

Paimin. (2009). Teknik Mitigasi Bencana Banjir dan Tanah Longsor. Bogor: Tropenbos International Indonesia Progamme.

Paripurno, E. T. (2013). Modul Manajemen Bencana Pengenalan Banjir Untuk Penanggulangan Bencana. Papua: KIPRA.

Simajuntak, E. (2014). PELUANG INVESTASI INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN UMUM. Jakarta: Dinas Pekerjaan Umum.

Sjarief, R. (2010). Tata Ruang Air. Yogyakarta: CV Andi Offset.

Sumardi. (2009). Geografi 2 : Lingkungan FIsik dan Sosial. Jakarta: CV Putra Nugraha.

Sundar, I. (2007). Disaster Management. India: Sarup and Sons. Yulaelawati, E. (2008). Mencerdasi Bencana. Jakarta: Gramedia.

(16)

Sumber Undang-Undang

:

UU No. 27 Tahun 2007 tentang Mitigasi Bencana

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2006 tentang Pedoman Umum Mitigasi Bencana

Sumber Berita Online:

(cy.my). (viva.news.com) (lampung. Antaranews.com) (pemanasanglobal.net) (lensaindonesia.com) (leuserantara.com).

Gambar

Tabel 1.1 Bencana Alam yang Terjadi di Indonesia (1998-2003)
Gambar 1.1 Daerah Penguasaan Sungai
Gambar 1.2 Skema bantaran sungai yang tergenang oleh banjir  2.  Jenis-jenis Bencana Banjir
Gambar  2.2  diatas  merupakan  salah  satu  peristiwa  banjir  bandang  yang  terjadi  di  Negara  Iran  pada  tahun  2015  ini
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam mitigasi bencana banjir berdasarkan lokasi tempat tinggal pada Masyarakat di Kelurahan Sangkrah,

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta dengan Judul “ Mitigasi Bencana Banjir Di Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari

Tujuan penilitian ini adalah mengkaji dan mendiskripsikan 1) Bentuk – bentuk mitigasi struktural bencana banjir di Desa Ngrombo, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo.

Tujuan penilitian ini adalah mengkaji dan mendiskripsikan 1) Bentuk – bentuk mitigasi struktural bencana banjir di Desa Ngrombo, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan guru mengenai kejadian bencana banjir, tingkat pengetahuan guru tentang mitigasi bencana banjir,

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan guru mengenai kejadian bencana banjir, tingkat pengetahuan guru tentang mitigasi bencana banjir,

Penelitian ini bertujuan mengetahui dampak pendidikan mitigasi bencana banjir dalam meningkatkan pemahaman siswa setelah mengikuti pendidikan mitigasi bencana dan

Karena itu, penerapan mitigasi bencana banjir sangat perlu dilakukan atau diberikan agar sekolah yang terindikasi oleh dampak banjir dapat mengantisipasi kerugian yang