• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai analisis kebisingan telah banyak dilakukan. Salah satunya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai analisis kebisingan telah banyak dilakukan. Salah satunya"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terkait

Penelitian mengenai analisis kebisingan telah banyak dilakukan. Salah satunya adalah Analisa Tingkat Kebisingan Lalu lintas pada Lingkungan Kampus STIKes Insan Unggul Surabaya oleh (Hyperastuti, 2013). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat Sound Level Meter (SLM). Pengambilan data dilakukan 2 kali yaitu pengukuran tingkat kebisingan siang (Ls) dan pengukuran kebisingan malam

(Lm). Kemudian pengukuran dilakukan didalam kelas dan di area kampus.

Menurut Hyperastuti, nilai tingkat kebisingan rata-rata Leq (24jam) adalah 70 dB(A). Tingkat kebisingan siang-malam tertinggi adalah hari Senin sebesar 74 dB(A) dan tingkat kebisingan rendah adalah pada hari Minggu yaitu 67 dB(A). Nilai tersebut melebihi batas dari tingkat kebisingan menurut Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 48 tahun 1996 yaitu 55 dB(A). Sehingga lingkungan tersebut dinyatakan kurang layak untuk menjadi lingkungan kampus atau sekolah, tetapi untuk ruang kelasnya sudah memenuhi standart tingkat kebisingan.

Pengukuran kebisingan selanjutnya yakni pengukuran kebisingan di Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta (Bambang dan Ariyono, 2013). Tujuan

(2)

dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh yang terjadi pada unit Aerodrome unit Control (ADC) pada saat pesawat melakukan start up. Dalam penelitian ini alat yang digunakan adalah sound level meter. Selain menggunakan alat tersebut penelitian dilakukan dengan cara pengumpulan data dengan cara quetioner. Menurut Bambang dan Wiyono (2013) kebisingan yang ditimbulkan oleh pesawat pada saat melakukan start up meupun pergerakan lain di military apron dapat dirasakan oleh personil Air Traffic Control pada unit kerja Aerodrome Control Tower (ADC) dan dari jenis kebisingannya dapat digolongkan dalam intermitten noise (kebisingan terputus-putus). Hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.1. Hasil Rata-rata Pengukuran Intensitas Kebisingan. Hasil rata-rata pengukuran intensitas kebisingan no Tanggal Lamanya Paparan Rata-rata kebisingan NAB 1 31 Maret 2011 29 menit 98 dB 97 dB 2 1 April 2011 27 menit 99 dB 97 dB 3 6 Juli 2012 15 menit 97 dB 100 dB 4 7 Juli 2012 19 menit 94 dB 100 dB 5 8 Juli 2012 25 menit 99 dB 97 dB

Berdasarkan tabel 2.1 intensitas suara kebisingan pada unit Aerodrome Control Tower dalam keadaan aman, karena dalam hasil pengukuran tersebut nilai rata-rata kebisingan masih dalam batas normal yang telah ditetapkan.

Analisis kebisingan selanjutnya juga pernah dilakukan oleh Nuristian (2014). Penelitian dilakukan di lingkungan Universitas Lampung pada saat pagi, siang

(3)

dan sore hari. Penelitian ini dilakukan menggunakan sound level meter type leutron 4011 dan software sound level meter. Menurut Nuristian (2014), tingkat kebisingan di area Universitas Lampung memiliki kecenderungan zona tinggi berada pada jalan-jalan utama menuju kampus pada pagi hari dengan intensitas bising 71-82 dB, kemudian intensitas kebisingan pada siang hari diseluruh daerah kampus berkisar 71-81 dB dan pada sore hari area jalan-jalan utama kampus berkisar 71-81 dB serta area olahraga pada sore hari sekitar 71-84 dB.

B. Perbedaan dengan Penelitian Lain

Pada penelitian sebelumnya, penelitian dilakukan dengan menggunakan alat sound level meter dan software sound level meter. Penelitian dilakukan pada lingkungan Universitas Lampung (Unila). Kemudian proses pengukuran dilakukan dengan menentukan koordinat dan tinggi menggunakan GPS. Dalam penelitian ini, dilakukan hanya dengan menggunakan alat sound level meter dan memilih area yang cukup padat yaitu Tanjung Karang Pusat khususnya jalan Raden Intan, jalan R.A. Kartini dan sekitarnya. Karena pada area tersebut merupakan kawasan yang banyak di lalui oleh kendaraan pribadi, angkutan umum serta kendaraan-kendaraan lainnya. Selain itu kawasan tersebut juga merupakan pusat perdagangan dan perbelanjaan serta aktivitas lainnya yang dapat menimbulkan kebisingan.

C. Teori Dasar 1. Kebisingan

Kebisingan merupakan suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan manusia. Menurut Hajar (2013) kebisingan merupakan suara yang tidak

(4)

dikehendaki yang dianggap mengganggu bagi pendengaran manusia yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Berdasarkan SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No: Kep.Men-48/MEN.LH/11/1996, kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan, termasuk ternak, satwa dan sistem alam.

Jenis-jenis kebisingan yang sering ditemukan adalah sebagai berikut

1. Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi luas (steady state, wide band noise), misalnya suara yang ditimbulkan oleh kipas angin.

2. Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi sempit (steady state, narrow band noise), misalnya suara yang timbul akibat gergaji sirkuler dan katub gas. 3. Kebisingan terputus-putus (intermitten), misalnya suara lalu lintas dan suara

kapal terbang dilapangan udara.

4. Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise), misalnya suara tembakan atau meriam.

5. Kebisingan impulsif berulang, misalnya suara yang ditimbulkan mesin tempa.

Kebisingan lalu lintas juga berasal dari suara yang dihasilkan dari kendaraan bermotor terutama dari mesin kendaraan, knalpot, serta akibat interaksi antara roda dengan jalan. Kendaraan berat (truk, bus) dan mobil penumpang merupakan sumber kebisingan utama di jalan raya.Secara garis besar strategi pengendalian bising dibagi menjadi tiga elemen yaitu pengendalian terhadap sumber bising, pengendalian terhadap jalur bising dan pengendalian terhadap penerima bising (Djalante, 2010).

(5)

Intensitas kebisingan (bunyi) adalah arus energi per-satuan luas yang dinyatakan dalam satuan desibel (dB), dengan membandingkannya dengan kekuatan dasar 0,0002 dyne/cm2 yaitu kekuatan dari bunyi dengan frekuensi 1000 Hz yang tepat dapat di dengar oleh manusia normal. Desibel adalah satu per sepuluh bel, sebuah satuan yang dinamakan untuk menghormati Alexander Graham Bell. Satuan bel terlalu besar untuk digunakan dalam kebanyakan keperluan, maka digunakan satuan desibel yang disingkat dB. Tabel berikut adalah skala intensitas kebisingan yang dikelompokkan berdasarkan sumber kebisingan. Tabel 2.2. Skala Intensitas Kebisingan dan Sumbernya

Skala Intensitas kebisingan (dB) Sumber Kebisingan Kerusakan alat pendengaran 120 Batas dengar tinggi

Menyebabkan tuli 100-110 Halilintar, meriam, mesin uap

Sangat hiruk 80-90 Hiruk pikuk jalan raya,

perusahaan dengan suara gaduh, peluit polisi

Kuat 60-70 Kantor bising, jalanan pada

umumnya, radio, perusahaan

Sedang 40-50 Rumah gaduh, kantor pada

umumnyta, percakapan kuat, radio perlahan

Tenang 30-20 Rumah tenang, kantor

perorangan, auditorium, percakapan Sangat tenang 10-20 Suara daun berbisik (batas

pendengaran terendah) Sumber : Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES).

2. Pendengaran Manusia

Kepekaan telinga manusia sangat tergantung pada frekuensi bunyinya. Manusia hanya mampu mendengar bunyi yang frekuensinya 20 Hz sampai 20.000 Hz, dan paling peka pada frekuensi 3000 Hz. Disekitar frekuensi 100 Hz, sensasi keras bunyi dapat dikatakan tidak tergantung frekuensinya (Soedojo, 1999). Bila diukur

(6)

menggunakan taraf intensitas, batas ambang pendengaran adalah sebesar 0 dB dan ambang sakit sebesar 120 dB (Tipler, 1998) dan telinga normal dapat membedakan antara intensitas yang perbedaannya hingga 1 dB (Bueche, F. J. dan Hecht, E., 2006). Keterbatasan telinga manusia membagi frekuensi suara menjadi tida daerah, dimana frekuensi kurang dari 20 Hz disebut infrasound sedangkan frekuensi yang lebih dari 20.000 Hz disebut ultrasound (Priyambodo, 2007).

Gambar 2.1. Daya dengar telinga manusia (Priyambodo, 2007).

3. Intensitas Bunyi

Intensitas dari suatu gelombang adalah energi yang dibawa sebuah gelombang satuan waktu melalui persatuan luas dan sebanding dengan kuadrat amplitudo gelombang. Intensitas memiliki satuan daya satuan luas atau watt/meter² (W/m²). Satuan intensitas adalah bel atau desibel (dB) yang merupakan bel. Secara matematis, tingkat intensitas (β) diukur melalui Persamaan 2.4.

(7)

β = 10 log ... (2.1)

dengan merupakan intensitas tingkat acuan yang diambil sebagai ambang pendengaran manusia yaitu W/m². Tingkat intensitas untuk sejumlah bunyi

dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Tingkat intensitas bunyi Sumber bunyi Tingkat Intensitas

(dB)

Intensitas (W/m²)

Pesawat jet pada jarak 30 m 140 100

Ambang rasa sakit 120 1

Konser rock dalam ruangan 120 1

Sirine pada jarak 30 m 100 1 x

Interior mobil 75 3 x

Lalu lintas jalan raya 70 1 x

Percakapan biasa dengan jarak 50 cm 65 3 x

Radio yang pelan 40 1 x

Bisikan 20 1 x

Gemersik daun 10 1 x

Batas pendengaran 0 1 x

(Giancoli, 1999).

4. Bunyi

Bunyi merupakan gelombang longitudinal yang merambat melalui medium. Medium perantara ini dapat berupa zat cair, padat dan gas (Halliday, 1998). Kebanyakan gelombang suara merupakan gabungan beberapa sinyal, akan tetapi suara murni dapat dijelaskan dengan kecepatan osilasi atau frekuensi yang diukur dalam hertz (Hz) dan amplitudo atau kenyaringan bunyi dengan pengukuran dalam desibel. Kecepatan bunyi diudara tergantung pada medium yang dilaluinya dan suhu medium. Kecepatan bunyi pada berbagai materi terlihat pada Tabel 2.4.

(8)

Tabel 2.4. Kelajuan bunyi di berbagai materi pada suhu 27°C

No Jenis Medium Kelajuan Bunyi (m/s)

1 Udara 343 2 Udara 0°C 331 3 Helium 1005 4 Hidrogen 1300 5 Air 1440 6 Air laut 1560

7 Besi dan Baja 5000

8 Kaca 4500

9 Aluminium 5100

10 Kayu keras 4000

Terlihat pada Tabel 2.4 kelajuan bunyi pada saat kita berbicara adalah sekitar 343 m/s (Giancoli, 1999). Kecepatan rambat gelombang suara di udara dirumuskan dengan persamaan 2.3.

√ ... (2.2) Dengan K merupakan modulus Bulk dan merupakan massa jenis udara (Tipler, 1998).

5. Gelombang

Gelombang adalah gejala rambatan dari suatu getaran. Gelombang akan terus terjadi apabila sumber getaran bergetar terus menerus. Gelombang membawa energi dari satu tempat ketempat lainnya. Gelombang mekanik merupakan gelombang yang dalam perambatannya memerlukan perantara atau medium. Medium dapat berupa benda padat, cair dan gas (Wolinsky, 2005). Suara merupakan salah satu contoh gelombang mekanik yang merambat melalui perubahan tekanan udara (rapat-renggangnya molekul-molekul udara). Tanpa udara suara tidak bisa dirambatkan. Gelombang mekanik terbagi dalam dua buah gelombang yakni gelombang transversal dan gelombang longitudinal. Gelombang

(9)

transversal adalah gelombang yang arah getarnya tegak lurus dengan arah rambatannya. Bentuk getarannya berupa lembah dan bukit seperti pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.2. Gelombang Transversal

Berdasarkan gambar 2.2 dapat dijelaskan bahwa arah rambat gelombang adalah kekiri dan kekanan, sedangkan arah getarnya adalah ke atas dan ke bawah. Gelombang longitudinal merupakan gelombang yang arah rambatnya sejajar dengan arah getarnya. Bentuk getarannya berupa rapatan dan regangan seperti pada gambar dibawah ini.

(10)

Berdasarkan gambar 2.3 arah rambat gelombangnya dari kiri ke kanan dan arah getarannya ke kiri dan ke kanan juga. Oleh karena itu, gelombang ini merupakan gelombang longitudinal yang arah getar dan arah rambatnya sejajar.

Dalam sebuah gelombang memiliki sebuah panjang gelombang (λ), lembah dan bukit. Panjang gelombang merupakan sebuah ukuran yang menyatakan sebuah jarak yang dibentuk dari satu bukit dan satu lembah, atau perhatikan pada Gambar 2.2. Dalam penggambaran sebuah gelombang dikenal istilah periode (T) yang dapat didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu siklus.

Gambar 2.4. Ilustrasi bagian-bagian gelombang

Periode memiliki hubungan terhadap frekuensi. Frekuensi merupakan banyaknya getaran yang dilakukan dalam perdetik. Hubungan ini dapat diuraikan dalam Persamaan 2.1

dimana dalam Hz (1/s) dan T dalam satuan detik. Amplitudo merupakan sebuah simpangan terjauh dalam sebuah gelombang(Bueche dan Hecht, 1997).

Ada dua jenis kecepatan gelombang :

a. Kecepatan osilasi yaitu kecepatan gelombang bolak-balik disekitar titik setimbang.

λ

(11)

b. Kecepatan gelombang untuk menjalar atau cepat rambat gelombang yang dirumuskan dengan Persamaan 2.2.

... (2.4) dengan merupakan kecepatan gelombang suara, panjang gelombang dan merupakan periode (Ishaq, 2007).

6. Getaran

Getaran adalah suatu gerak bolak-balik disektar kesetimbangan. Kesetimbangan merupakan keadaan dimana suatu benda berada pada posisi diam jika tidak ada gaya yang bekerja pada benda tersebut. Getaran memiliki amplitudo (jarak simpangan terjauh dengan titik tengah) yang sama. Kebanyakan suara adalah gabungan beberapa sinyal getar terdiri dari gelombang harmonis.

Dalam fisika, terdapat beberapa jenis getaran, diantaranya : a. Gerak harmonik sederhana

Gerak ini terjadi karena adanya gaya pemulih yang selalu melawan posisi benda agar kembali ke titik setimbang. Pada gaya ini tidak terdapat gaya disipatif, seperti gaya gesek dengan udara atau gaya gesek antara komponen sistem (Ishaq, 2007). Jika digambarkan dalam sebuah grafik simpangan terhadap waktu maka akan didapatkan Grafik 2.5

(12)

Gambar 2.5. Gerak harmonik sederhana (Giancoli, 1999)

Ketiadaan gaya disipatif atau gaya gesek mengakibatkan amplitdo grafik sinus selalu konstan (Ishaq, 2007).

b. Gerak harmonik teredam

Gerak harmonik teredam terjadi akibat adanya redaman yang disebabkan oleh hambatan udara dan gesekan pada sistem yang bergetar sehingga amplitudo osilasi berkurang.

Gambar 2.6. Gerak harmonik teredam (Giancoli, 1999)

c. Getaran yang dipaksakan

Ketika benda bergetar maka benda tersebut bergetar dengan frekuensi alaminya. Namun, benda tersebut bisa mendapat gaya eksternal (frekuensi eksternal) yang juga mempengaruhinya. Gaya eksternal tersebut yang

T y=0 y=A amplitudo (A) x t

(13)

dimaksud dengan getaran yang dipaksakan. Pada getaran yang dipaksakan, amplitudo getaran bergantung pada perbedaan frekuensi eksternal ( f ) dan frekuensi alami ( ). Jika f = maka amplitudo bisa bertambah sangat besar (Giancoli, 1999).

7. Temperatur

Temperatur atau suhu merupakan ukuran panas dinginnya suatu benda. Banyak sifat zat yang berubah terhadap temperatur, diantaranya zat akan memuai jika dipanaskan, besi akan menjadi lebih panjang ketika panas dibanding ketika besi dalam keadaan dingin, hambatan listrik berubah terhadap temperatur, dan sebagainya (Giancoli, 1998). Temperature adalah ukuran energy rata-rata dari pergerakan molekul-molekul. Suhu suatubenda merupakan keadaan dimana menentukan kemampuan benda tersebut untuk memindahkan atau transfer panas ke benda-benda lain atau menerima panas dari benda-benda lainnya (Kristanto, 2013). Temperatur juga mempengaruhi kecepatan suara, jika udara dingin maka kecepatan rambat suara menjadi lambat, sedangkan jika udara relatif panas maka kecepatan suara menjadi lebih cepat.

Adapun kecepatan rambat suara diudara yang berhubungan dengan temperatur dimana temperatur T dipengaruhi oleh massa molekul M dirumuskan Persamaan 2.6.

√ ... (2.5) dengan R adalah konstanta gas dan merupakan konstanta yang bergantung pada jenis (Tipler, 1998).

(14)

8. GPS

GPS atau lebih dikenal dengan Global Positioning System merupakan sebuah alat yang memadai untuk mengambil data lapangan. GPS memungkinkan pengguna untuk mengetahui lokasi pengguna dengan tepat. Sistem ini pertama kali diorbitkan pada 22 Februari 1978 dan terakhir diluncurkan pada 9 Oktober 1985. Secara umum, sistem GPS ini memiliki bagian-bagian seperti pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7. Bagian-bagian sistem GPS

Berdasarkan Gambar 2.7, Sistem GPS terbagi menjadi tiga sistem yakni bagian kontrol, bagian satelit dan bagian pengguna. Bagian kontrol merupakan bagian yang melakukan kontrol terhadap sistem satelit yang mengorbit diluar angkasa, satelit merupakan bagian yang akan memancarkan sinyal GPS ke permukaan Bumi, dan user merupakan bagian pengguna sistem GPS.

(15)

Gambar 2.8. Peta GPS kontrol (El-Rabbany, 2002).

Prinsip kerja dari GPS untuk mengetahui sebuah tempat menggunakan 4 referensi atau lebih sinyal GPS yang dipancarkan oleh satelit ke pengguna (Leica,1999). Penggambaran prinsip kerja GPS terpapar pada Gambar 2.9.

Gambar 2.9. Penggambaran prinsip kerja GPS (Manual books. 2000) Dalam mendapatkan posisi, ketinggian, dan informasi data rute yang dilalui, sebuah GPS menggunakan perbandingan radius dari titik-titik referensi satelit yang digunakan yang bertumpu pada satu titik pengguna. Penggambaran proses ini terlihat pada Gambar 2.10.

(16)

Gambar 2.10. Proses penentuan informasi dari suatu tempat (El-Rabbany, 2002).

Dalam menentukan jarak antara satelit ke pengguna, digunakan rumus Distance = Velocity x Time

dimana distance merupakan jarak satelit ke penerima (Rn), velocity merupakan

cepat rambat gelombang radio sebesar 290,000 km per second /(186,000 miles per second), dan time merupakan waktu yang dibutuhkan oleh sinyal berjalan dari pemancar ke penerima (Leica, 1999).

9. Topographi

Peta topografi merupakan peta yang bisa disajikan dengan garis kontur atau bayangan ketinggian. Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik elevasi yang sama. Untuk perbedaan ketinggian yang curam, garis kontur biasanya dibuat tebal dan saling berdekatan satu sama lain. Garis kontur memberikan informasi tentang daerah peta secara detail seperti ketinggian bukit, lembah, jalan raya dan arah aliran sungai. Sebuah garis kontur di dalam peta tidak akan pernah berakhir. Garis kontur mulai dan diakhiri pada tepi peta atau menutup pada dirinya sendiri sehingga membentuk lingkaran atau oval di atas peta.

(17)

Gambar 2.11. Penggambaran medan dengan garis kontur (Wirshing dan Wirshing, 1995).

Syarat untuk melakukan pengukuran topograpi adalah titik kontrol yang baik. Titik kontrol dibagi menjadi dua yaitu titik kontrol horisontal dan titik kontrol vertikal. Titik kontrol horisontal merupakan dua titik atau lebih di tanah yang kedudukannya horisontal terhadap jarak dan arah. Sedangkan titik kontrol vertikal merupakan titik yang dibentuk oleh titik tetap duga pada atau dekat sebidang tanah yang diukur (Brinker dkk, 1997).

10. Sound Level Meter Lutron SL-4011

Sound level meter merupakan alat ukur untuk menghitung tingkat kebisingan suara. Dalam pengukuran menggunakan sound level meter, ada beberapa faktor yang membuat gelombang suara yang terukur dapat bernilai tidak sama dengan nilai intensitas gelombang suara sebenarnya. Faktor tersebut adalah adanya angin yang bertiup dari berbagai arah, pengaruh kecepatan angin dan posisi tempat pengukuran yang terbuka menyebabkan nilai yang terukur oleh sound level meter

(18)

tidak akurat. Sound level meter SL-4011 mempunyai karakteristik karakteristik sebagai berikut:

a. Fitur-fitur

Beberapa fitur dasar yang dimiliki oleh alat ini antara lain: 1. LCD yang besar mempermudah untuk pembacaan.

2. Jaringan pembobotan frekuensi dirancang untuk memenuhi standar IEC 61672 tipe 2.

3. Mode pembobotan waktu dinamis karakteristik (cepat/lambat). 4. AC/DC keluaran untuk fungsi masukkan perangkat lain

5. Dibangun dengan adj. (adjust) VR yang memungkinkan proses kalibrasi dengan mudah.

6. Menggunakan microphone kondensor untuk akurasi yang tinggi dan stabilitas jangka panjang.

7. Fungsi penahan maksimum untuk menyimpan nilai maksimum pengukuran. 8. Indikator pengingat ketika kelebihan dan kekurangan masukkan.

9. LCD menggunakan konsumsi daya rendah dan memiliki tampilan cerah dalam kondisi cahaya terang ambient (rata-rata).

10. Dapat digunakan tahan lama, umur komponen lama dan berat ringan dengan menggunakan casing plastik ABS.

11. Pengingat baterai rendah.

b. Spesifikasi

Beberapa spesifikasi dasar yang dimiliki sound level meter Lutron SL-4011 terlihat pada Tabel 2.4 berikut:

(19)

Tabel 2.5. Spesifikasi dasar sound level meter Lutron SL-4011

Karakteristik Nilai karakteristik

Layar 18 mm (0,7”) LCD (Liquid Crystal Display), 3 ½ digits Fungsi

dB (A & C pemilih frekuensi), pemilih waktu

(cepat/lambat) penahan maksimum, AC & DC keluaran Range pengukuran 3 range, 30 – 130 dB, masukkan hanya berupa sinyal

Resolusi 0,1 dB

Akurasi

Pemilih frekuensi memenuhi IEC 61672 tipe 2, kalibrasi sinyal masukkan pada 94 dB(31.5 Hz – 8 kHz) dan akurasi untuk pemilih A mengikuti spesifikasi 31.5 Hz - ±3 dB, 63 Hz - ±2 dB, 125 Hz - ±1,5 dB, 250 Hz - ± 1,5 dB, 500 Hz - ±1,5 dB, 1 kHz - ±1,5 dB, 2 kHz - ±2 dB, 4 kHz - ±3 dB, 8 kHz - ±5 dB

Frekuensi kalibrasi

31,5 Hz – 8000 Hz

B & K (Bruel & kjaer), multi fungsi kalibrator model 4226

Mikrophon Microphone kondensator elektris Ukuran mikrophon ½ inch ukuran standar

Range penyeleksi

30 – 80 dB, 50 -100 dB, 80 – 130 dB, 50 dB pada setiap langkah, dengan lebih dari & di bawah range indikasi

Pemilih waktu

Cepat t=200 ms, lambat t=500 ms

Range cepat disimulasikan untuk daya respon pemilihan waktu pendengaran manusia. Range lambat sangat mudah digunakan untuk

mendapatkan nilai rata-rata dari vibration sound level. Kalibrasi

Dibangun dengan kalibrasi uar VR, mudah untuk dikalibrasi degan obeng luar

Sinyal keluaran

Keluaran AC – AC 0,5 Vrms berkorespondensi dengan step pendengaran Keluaran DC- DC 0,3-1,3 VDC, 10 mV per dB.

Impedansi keluran – 600 ohm.

Terminal keluaran

3,5 terminal keluaran phone yang disediakan untuk koneksi dengan analyzer, perekam level, dan tape recorder.

Temperatur operasi 0o C hingga 32oC (32oF hingga 122oF) Kelembapan operasi Kurang dari 80 % RH

Power supply Battery 006P DC 9 V ( heavy duty type) Konsumsi daya Approx. DC 6 mA

Ukuran 255 x 70 x 28 mm (10,0 x 2,8 x 1,1 inch) Berat

Aksesoris standar Instruksi manual 1 buah

Aksesoris tambahan

94 dB Sound Calibrator model SC-941

94 dB/114dB Sound Calibrator model SC-942 Kotak pembawa model CA-06

(20)

Gambar 2.12. Sound level meter model SL-4011 (Lutron A, 2014).

11. Surfer Golden Software

Surfer merupakan sebuah perangkat lunak yang banyak digunakan dalam pembuatan kontur, pembuatan grid, pemetaan wilayah oleh orang saintis dan peneliti guna menghasilkan peta dengan cepat dan mudah. Dalam pemakaiannya, perangkat lunak ini memiliki beberapa bagian dasar yang dipaparkan pada Gambar 2.13.

(21)

Gambar 2.13. Tampilan perangkat lunak surfer dan bagian-bagiannya Kegunaan dari bagian-bagian perangkat lunak dapat dijelaskan sebagai berikut ini:

a. Title Bar merupakan bagian yang menunjukkan halaman yang aktif. Penamaan halaman yang aktif ditambahkan dengan ekstensi .SRF

b. Menu Bar berisikan baris perintah yang digunakan untuk menjalankan Surfer. c. Tabbed Document merupakan bagian dimana Surfer dapat mendukung untuk jenis tabbed document, plot dokumen, lembar kerja, dan editor node dokumen.

d. Toolbar merupakan bagian yang berisikan tombol icon proses dalam surfer. Pengguna hanya perlu memilih icon yang akan digunakan. Icon ini dapat diatur melalui menu tool-customize.

Title Bar Menu Bar

Tabbed Windows

Plot, Worksheet, Grid Tool Bar

Status Bar Plot Windows Object Manager Property Manager

(22)

e. Status Bar merupakan bagian yang akan menunjukkan status kemajuan, presentasi penyelesaian dan waktu tersisa.

f. Object Manager berisikan hierarki dari semua objek dalam dokumen yg ditampilkan dalam tree-view.

g. Desktop merupakan bagian belakan dari worksheet dan grid editor. h. Border merupakan bagian tepi dari lembar kerja atau worksheet.

Surfer dapat digunakan untuk pembuatan beberapa peta diantaranya: 1. Base map

Base map merupakan peta yang akan menampilkan batas-batas pada peta dan berisi kurva, poin, teks, atau gambar. Base map dapat dilapisi dengan peta lain untuk memberikan rincian seperti jalan, sungai, lokasi kota dan kontur suatu daerah. Penggambaran base map terlihat pada Gambar 2.14.

Gambar 2.14. Bentuk base map 2. Contour map

Contour map merupakan representasi dua dimensi dari tiga buah data. Dalam peta kontur, untuk nilai z yang sama akan ditarik garis kontur. Garis kontur ini dapat ditampilkan dalam warna atau pola. Bentuk dari peta kontur terlihat pada Gambar 2.15.

(23)

Gambar 2.15. Bentuk Contour map 3. Post map dan classed post map

Pots map digunakan untuk menunjukkan lokasi data berada yang direpresentasikan dengan simbol-simbol. Bentuk Post map dan classed post map terlihat pada Gambar 2.16.

Gambar 2.16. Bentuk Post map dan classed post map

4. Image map

Image map merupakan gambar yang didasarkan pada grid file yang digunakan. Penetapan warna gambar berdasarkan nilai z dari grid file. Bentuk Image map terlihat pada Gambar 2.17.

(24)

Gambar 2.17. Bentuk Image map 5. Shaded relief map

Shaded relief map merupakan peta arsiran batuan. Pewarnaan peta batuan didasarkan pada orientasi kemiringan relatif terhadap sumber cahaya. Dalam hal ini orientasi dalam surfer dihitung setiap sel grid dan pemantulan cahaya sumber pada permukaan grid. Bentuk Shaded relief map terlihat pada Gambar 2.18.

Gambar 2.18.Bentuk Shaded relief map 6. Vector map

Vector map merupakan peta yang direpresentasikan dengan vektor. Gambar vector map terlihat pada Gambar 2.19.

(25)

Gambar 2.19. Bentuk Vector map 7. Watershed map

Watershed map merupakan peta yang menampilkan aliran air dalam sebuah daerah. Bentuk Watershed map terlihat pada Gambar 2.20.

Gambar 2.20. Bentuk Watershed map 8. 3D Surface map

3D surface map merupakan sebuah peta dalam bentuk tiga dimensi. Dalam jenis peta ini akan tampak representasi dari suatu wilayah yang dpetakan.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemetaan atribut-atribut dari kualitas jasa berdasarkan persepsi nasabah, menganalisis hubungan antara dimensi kualitas jasa

Kedua, Imam Malik menganggap bahwa perbuatan liwath adalah perbuatan jarimah (tindak pidana) karena ia sama seperti dengan perbuatan zina yang dikategorikan

Pelatihan pemasangan intra vena line dilakukan kepada seluruh perawat baik yang bertugas di runag rawat inap ataupun rawat jalan Rumah Sakit Santa Maria yang dilakukan selama 2

Manakala untuk menyelesaikan masalah kita perlu berfikir sejenak dan men(ari jalan serta memeikirkan langkah#langkah tertentu yang mungkin tidak pernah di(uba sebelum itu,

Dengan memanfaatkan penyedot debu portebel sebagai mesin utama penghisapnya ditunjang dengan motor DC sebagai motor penggerak roda belakang alat ini, servo

Multiple Channel Model merupakan suatu model pendekatan manajemen pelayanan publik, model ini dapat mengatur sistem pelayanan dengan baik sehingga harapan akan kepuasan

Selain itu dari ketiga objek penelitian nampaknya banyak sekali kasus-kasus yang dapat dijadikan bahan untuk dianalisis sebagai lintas kasus sehingga berbagai temuan

Video game jenis ini sesuai dengan terjemahannya, bermain peran, memiliki penekanan pada tokoh/peran perwakilan pemain di dalam permainan, yang biasanya adalah tokoh utamanya,