• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS VEGETASI DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PENGELOLA AGROFORESTRI DI DESA SUMBER AGUNG KECAMATAN KEMILING KOTA BANDAR LAMPUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS VEGETASI DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PENGELOLA AGROFORESTRI DI DESA SUMBER AGUNG KECAMATAN KEMILING KOTA BANDAR LAMPUNG."

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS VEGETASI DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PENGELOLA AGROFORESTRI DI DESA SUMBER

AGUNG KECAMATAN KEMILING KOTA BANDAR LAMPUNG

(Skripsi) Oleh SELVIANI TIURMASARI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2016

(2)

ABSTRAK

ANALISIS VEGETASI DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PENGELOLA AGROFORESTRI DI DESA SUMBER

AGUNG KECAMATAN KEMILING KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

SELVIANI TIURMASARI

Agroforestri merupakan salah satu bentuk pengelolaan kehutanan yang

berkelanjutan secara ekologi, ekonomi dan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keanekaragaman jenis tanaman, menentukan pendapatan masyarakat dari agroforestri, dan menganalisis kesejahteraan petani agroforestri berdasarkan vegetasi menggunakan metode Indeks Nilai Penting (INP) dan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan petani menggunakan pendekatan pendapatan yang disetarakan dengan harga beras (Sajogyo, 1997). Sebanyak 6 kelompok tani yang diambil sampelnya secara acak di setiap kelompok menggunakan rumus cluster sampling sehingga diperoleh 41 kepala keluarga petani agroforestri. Lahan kelompok tani Tanjung Manis pada fase pohon didominasi oleh pohon durian (INP = 734.08%), alpukat (INP = 398.70%) dan kakao (INP = 178.37%). Lahan kelompok tani Mata Air didominasi oleh kemiri (INP = 61.48%) dan karet (INP = 361.93%). Lahan kelompok tani Umbul Kadu didominasi oleh kopi (INP =

(3)

Selviani Tiurmasari

461.123%), kakao (INP = 242.24%) dan durian (INP = 210.70%). Lahan

kelompok tani Cirate didominasi oleh melinjo (INP = 193.50%) dan karet (INP = 151.90%). Kelompok tani Pemancar didominasi oleh jengkol (INP = 179.93%), melinjo (INP = 105.59%) dan durian (INP = 102,38%). Lahan kelompok tani Sukawera didominasi oleh alpukat (INP = 234.57%) dan karet (INP = 226.49%). Kelompok tani Desa Sumber Agung yang memiliki pendapatan tertinggi yaitu kelompok Umbul Kadu (251,28%) kemudian Sukawera (20,11%), Tanjung Manis (16,11%), Pemancar (14,65%), Mata Air (14,18%) dan yang terendah adalah Cirate (13,67%). Tingkat kesejahteraan petani pada gabungan kelompok tani Desa Sumber Agung berada dalam kategori sejahtera sebanyak 66,67% dan sebanyak 33,33% dapat dikategorikan belum sejahtera.

Kata kunci: analisis vegetasi, keanekaragaman, pendapatan, tingkat kesejahteraan

(4)

ABSTRACT

VEGETATION ANALYSIS AND PROSPEROUS OF SOCIETY AGROFORESTRY ORGANIZER IN THE SUMBER AGUNG VILLAGE

KEMILING DISTRICT BANDAR LAMPUNG

By

SELVIANI TIURMASARI

Agroforestry was a form of sustainable forest management in ecological, economic and social. This research was aimed to identify the diversity of plant species, determining people’s income from agroforestry, and analyzing the welfare of agroforestry farmers based on Importance Value Index (IVI) and to determine the level of farmers prosperity using the income approach based the price of rice (Sajogyo, 1997). Six groups of farmers were sampled randomly using cluster sampling formula to obtain 41 heads of agroforestry farming families. The field of Tanjung Manis farmers group in tree phase was dominated by durian tree (IVI = 734,08%), avocado (IVI = 398,70%) and cocoa (IVI = 178,37%). The field of Mata Air farmers group was dominated by candlenut (IVI = 61,48%) and rubber (IVI = 361,93%). The field of Umbul Kadu farmers group was dominated by coffea (INP = 461,12%), cocoa (IVI = 242,24%) and durian (IVI = 210,70%). The field of Cirate farmers group was dominated by melinjo (INP = 193,50%) and

(5)

Selviani Tiurmasari

rubber (IVI = 151,90%). The field of Pemancar farmers group was dominated by jengkol (INP = 179 93%), melinjo (IVI = 105,59%) and durian (IVI = 102,38%). The field of Sukawera farmers group was dominated by avocado (IVI) =

234,57%) and rubber (IVI = 226,49%). The farmers group at Sumber Agung village that has the highest income was Umbul Kadu (21,28%), Sukawera

(20,11%), Tanjung Manis (16,11%), Pemancar (14,65%), Mata Air (14,18%) and the lowest was Cirate (13,67%). The farmers group in Sumber Agung village that have been categorized as prosperous comprising 66,67% and yet prosperous comprising 33,33%.

(6)

ANALISIS VEGETASI DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PENGELOLA AGROFORESTRI DI DESA SUMBER

AGUNG KECAMATAN KEMILING KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

SELVIANI TIURMASARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN

Pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2016

(7)
(8)
(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Selviani Tiurmasari dilahirkan di kota Bandar Lampung pada 14 September 1992. Merupakan anak bungsu dari pasangan Bapak Saut Pasaribu dan Ibu Rita Paulina Pardede. Pendidikan yang pernah ditempuh penulis yaitu Sekolah Dasar (SD) Sejahtera I Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2005, tahun 2008 penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 10 Bandar Lampung, tahun 2011 penulis selesai dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Kristen Penabur Bandar Lampung. Penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Kehutanan Universitas Lampung Fakultas pertanian pada tahun 2011, melalui jalur Tulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Unila.

Selama menjadi mahasiswa penulis pernah mengikuti organisasi sebagai anggota utama Himpunan Mahasiswa Kehutanan (HIMASYLVA), anggota Kementerian Keuangan Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEM-U), anggota Persekutuan Oikumene Mahasiswa Kristen Pertanian (Pomperta) dan anggota Ikatan Mahasiswa Kristen/Katolik Kehutanan (IMKK). Pernah menjadi asisten dosen mata kuliah Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan Wilayah Hutan (IUPWH) pada tahun 2013, mata kuliah Pemasaran Hutan dan mata kuliah Penyuluhan Kehutanan dan Pemberdayaan Masyarakat pada tahun 2015.

(10)

Tahun 2014 penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik di Desa Margojaya, Kecamatan Mesuji Timur, Kabupaten Mesuji. Melaksanakan Praktik Umum (PU) Kehutanan pada Juli 2014 di Perum Perhutani Devisi Regional Jawa Tengah pada Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Cepu, Bagian Kesatuan Pengelolaan Hutan (BKPH) Nglebur, dan menyelesaikan laporan dengan judul

“Pemasaran Hasil Hutan Kayu Jati di BKPH Nglebur KPH Cepu Perum Perhutani

(11)

Karya kecil ini aku persembahkan untuk

kedua orang tua ku dan saudari kandung ku

Bapak Saut Pasaribu dan Ibu Rita Paulina Pardede

serta Kakanda Elisabeth Elfriliana Indahsari

Pasaribu, S.E.

Terima kasih atas doa dan dukungan yang tak

terhingga

(12)

iii

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas berkat dan anugerah-Nya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Analisis vegetasi dan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Pengelola Agroforetri di Desa Sumber Agung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung”. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana (S1) pada Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Penulis menyadari selesainya skripsi ini karena bimbingan, dukungan, motivasi dan bantuan dari berbagi pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada: 1. Bapak Rudi Hilmanto, S.Hut., M.Si., selaku dosen Pembimbing I yang telah

memberikan saran, nasihat, dan semangat kepada penulis dalam menyusun skripsi.

2. Ibu Susni Herwanti, S.Hut., M.Si., selaku dosen pembimbing ke II yang telah memberikan saran dan nasihat kepada penulis selama menyusun skripsi.

3. Bapak Dr. Ir. Slamet Budi Yuwono, M.Si., selaku pembahas yang telah memberikan nasihat, kritikan, dan saran agar skripsi menjadi lebih baik selama penyusunan.

(13)

iii

4. Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si. selaku Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas ilmu yang telah diberikan.

7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

8. Keluarga besar Kelompok Pengelola dan Pelestarian Hutan (KPPH) Desa Sumber Agung, terimakasih banyak atas bantuannya selama penelitian.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca semua serta kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Bandar Lampung, Maret 2016

(14)

v

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 3 1.3 Tujuan Penelitian... 3 1.4 Manfaat Penelitian... 4 1.5 Kerangka Pemikiran ... 4

II. TINJAUN PUSTAKA 2.1 Agroforestri ... 8

2.2 Sasaran dan Tujuan Agroforestri... 9

2.3 Fungsi Agroforestri ... 10

2.4 Vegetasi ... 11

2.5 Analisis Vegetasi ... 13

2.6 Indeks Komunitas... 14

2.7 Tingkat Kesejahteraan15 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian... 17

3.2 Objek dan Alat Penelitian... 17

3.3 Batasan Penelitian ... 17

3.4 Jenis Data dan Sumber Data... 18

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 18

3.6 Pengambilan Sampel Responden ... 20

(15)

v

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Fisik Wilayah 26

4.2 Topografi, Jenis Tanah, dan Iklim... 26

4.3 KPPH Sumber Agung ... 28

4.4 Sarana dan Prasarana... 28

4.5 Sejarah Perkembangan Kelurahan Sumber Agung ... 29

4.6 Karakteristik Responden ... 30

V. HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Tanaman Pada Sistem Agroforestri di Sumber Agung ... 36

5.2 Pola Agroforestri ... 38

5.3 Kontribusi Produk Agroforestri terhadap Pendapatan Rumah Tangga . 40 5.4 Tingkat Kesejahteraan Petani Berdasarkan Kriteria Miskin Sayogyo 1997... 41

VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.6 Simpulan... 43 6.7 Saran ... 43 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Tabel 15-22 ... 50-66 Gambar 3-6... 67-68 Kuisioner ... 69-74

(16)
(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah responden anggota KPPH Sumber Agung………... 22 2. Ditribusi kemiringan lahan di Tahura Wan Abdul Rachman…………. 27 3. Kelompok Pengelola dan Pelestari Hutan (KPPH) Sumber Agung…… 28 4. Sarana dan prasarana di Kelurahan Sumber Agung………...……….... 29 5. Kisaran petani responden berdasarkan umur di Desa Sumber Agung.... 30 6. Tingkat pendidikan responden di Desa Sumber Agung ………... 31 7. Jumlah tanggungan keluarga petani responden di Desa Sumber Agung 32 8. Luas lahan yang dimiliki petani responden di Desa Sumber Agung... 33 9. Jumlah petani responden menurut pekerjaan non agroforestri…..……. 34 10. Sebaran petani responden berdasarkan jenis pekerjaan sampingan..….. 34 11. Suku responden………..….. 35

12. INP pada fase pohon kelompok tani Desa Sumber Agung.………..….. 37 13. Pendapatan per tahun kelompok petani Desa Sumber Agung.……..….. 40 14. Kriteria miskin Sajogyo (1997) berdasarkan pendapatan per kapita

per tahun setara harga beras anggota kelompok Desa sumber Agung .. 42 15. Jenis-jenis tumbuhan yang ditemukan di Register 19 Tahura WAR .... 50 16. Hasil analisis kuantitatif kelompok tani Sumber Agung... 52 17. Identitas responden petani agroforestri di Kelurahan Sumber Agung . 54 18. Penerimaan petani dari usahatani agroforestri ... 55

(18)

19. Pendapatan petani dari usaha agroforestri... 60 20. Total pendapatan petani responden ... 61 21. Pendapatan per kapita petani responden ... 63 22. Tingkat kesejahteraan petani berdasarkan total pendapatan menurut

(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan alir kerangka pemikiran ... 7

2. Luas petak pengamatan ... 21

3. Kegiatan analisis vegetasi pada bulan Mei 2015... 67

4. Kondisi vegetasi lahan agroforestri responden pada bulan Mei 2015... 67

5. Pengisian kuesioner oleh responden yang dilakukan secara anjang sana pada bulan Juli 2015... 68

(20)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi yang semakin pesat membawa dampak pada berbagai sektor kehidupan yang bersamaan dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk, hal ini menyebabkan peningkatan jumlah permintaan dalam

pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Manusia mengadakan eksploitasi secara besar-besaran untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga pada sektor kehutanan semakin banyak dikonversi ke non kehutanan (Wijayanti, 2005).

Pembukaan lahan hutan secara besar-besaran dapat menimbulkan banyak kerusakan dan permasalah-permasalahan baru khususnya di kawasan hutan maupun kerusakan pada kondisi lingkungan seperti erosi tanah, banjir,

kekeringan, kepunahan ekosistem, dan terjadi perubahan iklim global yang sangat cepat. Salah satu penyebab pembukaan lahan hutan adalah semakin berkurangnya lahan pertanian di Indonesia. Selama periode 1999-2002 telah terjadi pengurangan lahan sawah seluas 563.159 ha sehingga menyebabkan alih guna fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian baru semakin besar.

Salah satu cara untuk mengatasi alih guna lahan dari kondisi sekarang ini adalah dengan melakukan sistem agroforestri yang merupakan salah satu sistem pertanian berkelanjutan dengan menggunakan sebagian lahan hutan sebagai pengganti lahan

(21)

2

pertanian tanpa merusak ekosistem dan kondisi lingkungan hutan (Roosita, 2004). Menurut (Sabarnurdin, 2002) pengembangan agroforestri tidak hanya terfokus pada teknik dan biofisik saja akan tetapi kebijakan pemerintah yang dibuat sebagai aturan dalam penggunaan sistem agroforestri juga sangat menentukan perkembangan agroforestri selanjutnya.

Pengembangan dan pengelolaan agroforestri di Tahura Wan Abdul Rachman (Tahura WAR) secara keseluruhan, tidak hanya jenis tanaman yang perlu diperhatikan tetapi juga kondisi vegetasinya sehingga sangatlah diperlukan informasi ekologis yang benar mengenai keberadaan vegetasi yang dapat dilakukan dengan menganalisis struktur vegetasinya. Informasi yang diperlukan adalah komposisi jenis, dominansi, penyebaran maupun asosiasi antara jenis-jenis pohon penyusun vegetasi. Analisis vegetasi merupakan cara yang akan digunakan untuk memperoleh informasi tersebut.

Tahura WAR dibatasi oleh beberapa desa dan salah satunya adalah Desa Sumber Agung di Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung. Kelompok Tani

Pengelola dan Pelestarian Hutan (KPPH) di Desa Sumber Agung terdiri dari 6 kelompok yaitu Cirate, Mata Air, Pemancar, Sukawera, Tanjung Manis, dan Umbul Kadu. Pemanfaatan hutan konservasi yang dilakukan kelompok tani Kelurahan Sumber Agung dengan menanam pohon serbaguna/MPTS (Multi Purpose Trees Species) dengan sistem Agroforestri. Beberapa contoh tanaman MPTS yang ditanam petani di Sumber Agung adalah karet (Hevea brasiliensis), durian (Durio zibethinus), kemiri (Aleurites moluccana), coklat (Theobroma cacao), pisang (Musa sp), petai (Parkia speciosa), cengkeh (Eugenia aromatic),

(22)

3

tangkil (Gnetum gnemon), bambu (Bambusa), kopi (Coffea robusta), lada (Piper nigrum), cempaka (Michelia champaca), dan aren (Arenga pinnata).

Pola agroforestri yang terus berkembang diharapkan dapat menjaga kelestarian hutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sehingga diperlukan penelitian ini untuk mengetahui komposisi vegetasi baik pada saat ini maupun dimasa yang akan datang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu atau menambah informasi perubahan atau perkembangan jenis-jenis penyusun hutan dan

meningkatkan kesejahteraan petani yang mengusahakan pengelolaan agroforestri.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Jenis-jenis tanaman apakah yang terdapat di Tahura WAR yang dikelola oleh KPPH agroforestri di Desa Sumber Agung?

2. Bagaimanakah keanekaragaman jenis tanaman di Tahura WAR yang dikelola oleh KPPH agroforestri di Desa Sumber Agung?

3. Bagaimana kesejahteraan KPPH agroforestri di Desa Sumber Agung?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah.

1. Mengidentifikasi keanekaragaman jenis tanaman di Tahura WAR yang dikelola oleh petani agroforestri di Desa Sumber Agung.

(23)

4

3. Menganalisis kesejahteraan petani agroforestri berdasarkan vegetasi di Desa Sumber Agung.

D. Manfaat Penelitian

1. Memudahkan masyarakat untuk mengenal jenis-jenis tumbuhan dan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan bersama.

2. Mengembangkan beberapa jenis tumbuhan yang memiliki manfaat ekonomi dan tidak terlepas dari pengawasan lingkungan yang lestari.

3. Sebagai masukan kepada pemerintah dalam menentukan kebijakan untuk meningkatkan pendapatan petani di Kota Bandar Lampung.

4. Sebagai acuan atau pembanding bagi peneliti lain untuk penelitian sejenis.

E. Kerangka Pemikiran

Tahura dikelilingi 7 kecamatan, 36 desa, dan 67 dusun. Kawasan ini dibagi menjadi dua zona, yaitu zona pemanfaatan 11.099 ha dan zona perlindungan 11.150 ha (Dinas Kehutanan Propinsi Lampung, 2010). Masyarakat desa Sumber Agung mendapat izin untuk mengelola kawasan hutan konservasi Tahura WAR di zona pemanfaatan untuk membudidayakan tanaman agroforestri dan tanaman MPTS ( Multi Purpose Tree Species ).

Pengelolaan agroforestri di Tahura Wan Abdul Rachman secara keseluruhan, tidak hanya jenis tanaman yang perlu diperhatikan tetapi juga kondisi vegetasinya. Dengan demikian sangatlah diperlukan informasi ekologis yang benar mengenai keberadaan vegetasi yang dapat dilakukan dengan menganalisis struktur

(24)

5

vegetasinya. Informasi yang diperlukan adalah Komposisi jenis, dominansi, penyebaran maupun asosiasi antara jenis-jenis pohon penyusun vegetasi. Cara yang akan digunakan untuk memperoleh informasi tersebut adalah dengan melakukan analisis vegetasi.

Pemanfaatan areal hutan yang dilakukan kelompok tani Desa Sumber Agung dengan menanam tanaman agroforestri dan pohon serba guna/MPTS (Multi Purpose Trees Species) yang dikelola oleh Kelompok Tani Pengelolaan dan Pelestarian Hutan (KKPH) yang terdiri dari 6 kelompok yaitu Tanjung Manis, Sukawera, Umbul Kadu, Pemancar, Cirate, dan Pangpangan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani (KPPH, 2010).

Tujuan dari setiap usaha adalah untuk mendapatkan keuntungan sehingga perlu diperhitungkan besarnya biaya yang telah dikorbankan dan pendapatan yang diperoleh dengan melakukan pengolahan yang sebaik-baiknya. Keuntungan usahatani ditentukan oleh besarnya penerimaan dan biaya. Penerimaan diperoleh dari jumlah produksi dikali dengan harga jual yang diterima petani. Besarnya pendapatan diperoleh dari selisih penerimaan dengan biaya produksi. Pendapatan total rumah tangga bersumber dari usahatani agroforestri dan non agroforestri.

Pendapatan yang diperoleh petani umumnya dialokasikan untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga, yaitu konsumsi pangan dan bukan pangan. Besar kecilnya kebutuhan rumah tangga petani ditentukan oleh besar kecilnya

tanggungan anggota keluarga petani. Semakin besar jumlah tanggungan keluarga, maka makin besar proporsi pengeluaran per kapita yang dikeluarkan petani untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Pengeluaran rumah tangga merupakan

(25)

6

salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan penduduk. Semakin tinggi pendapatan, porsi pengeluaran akan bergeser dari pengeluaran untuk makanan ke pengeluaran bukan makanan (Hendrik, 2011).

Tingkat kesejahteraan petani dapat diketahui setelah dilakukan pengukuran dengan menghitung pengeluaran setiap jiwa per bulan petani dengan garis kemiskinan BPS 2014 dan tingkat kemiskinan rumah tangga petani menurut Sajogyo (1997) dengan mengetahui tingkat pengeluaran per kapita per tahun rumah tangga yang dikonversikan ke dalam ukuran setara beras yang dihitung dalam satuan kilogram. Analisis distribusi pendapatan penduduk berguna memahami tingkat ketidakmerataan atau ketimpangan pendapatan yang ada di antara berbagai golongan pendapatan.

(26)

7

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Analisis Vegetasi dan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Pengelola Agroforestri di Desa Sumber Agung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung

Kelompok Tani KPPH ( Kelompok

Pengelola dan Pelestari Hutan) Usaha Agroforestri

Parameter Kuantitatif Densitas (KR) Frekuensi (FR) Luas Penutupan (CR) Indeks Nilai Penting

(INP)

Pendapatan Petani

Pengeluaran Rumah Tangga ( Pangan dan Non Pangan

Agroforestri Non Agroforestri Lahan Garapan Total Pendapatan Tingkat Kesejahteraan Indikator Kesejahteraan menurut Kriteria miskin Sajogyo (1997) AnalisisPendapatan Deskripsi Tanaman Agroforestri

(27)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Agroforestri

Nair (1989) menyebutkan bahwa agroforestri adalah suatu nama kolektif untuk sistem-sistem penggunaan lahan dan teknologi, dimana tanaman keras berkayu (pohon-pohonan, perdu, jenis-jenis palma, bambu dan sebagainya) ditanam secara bersamaan dengan tanaman pertanian, dan/atau hewan, dengan suatu tujuan tertentu dalam suatu bentuk pengaturan spasial atau urutan temporal, dan didalamya terdapat interaksi ekologi dan ekonomi diantara komponen yang bersangkutan.

Salah satu alternatif sistem penggunaan lahan untuk tujuan produksi dan konservasi adalah sistem agroforestri, yaitu pengelolaan komoditas pertanian, peternakan dan atau perikanan dengan komoditas kehutanan berupa pohon-pohonan. Agroforestri merupakan salah satu sistem pengelolaan lahan hutan dengan tujuan untuk mengurangi kegiatan perusakan/perambahan hutan sekaligus meningkatkan penghasilan petani secara berkelanjutan.

Peluang bagi digunakannya sistem agroforestri dalam pengelolaan lahan juga disebabkan karena (Sabarnurdin dan Sambas, 2002):

(28)

9

1. agroforestri adalah metode biologis untuk konservasi dan pemeliharaan penutup tanah sekaligus memberikan kesempatan menghubungkan konservasi tanah dengan konservasi air.

2. dengan agroforestri yang produktif dapat digunakan untuk memelihara dan meningkatkan produksi bersamaan dengan tindakan pencegahan erosi. 3. kegiatan konservasi yang produktif memperbesar kemungkinan diterimanya

konservasi oleh masyarakat sebagai kemauan mereka sendiri. Digunakannya tehnik diagnostik dan designing untuk merumuskan pola tanam secara partisipatif merupakan kelebihan dari tehnik agroforestri.

B. Sasaran dan Tujuan Agroforestri

Sebagai mana pemanfaatan lahan lainya, agroforestri dikembangkan untuk memberi manfaat kepada manusia atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Agroforestri diharapkan dapat memecahkan berbagai masalah pengembangan pedesaan dan seringkali bersifat mendesak. Agroforestri diharapkan dapat membantu mengoptimalkan hasil suatu bentuk penggunaan lahan secara berkelanjutan guna menjamin dan memperbaiki kebutuhan hidup masyarakat. Sistem berkelanjutan ini dicirikan antara lain oleh tidak adanya penurunan produksi tanaman dari waktu kewaktu dan tidak adanya pencemaran lingkungan. Kodisi tersebut merupakan refleksi dari adanya konservasi sumberdaya alam yang optimal oleh sistem penggunaan lahan yang diadopsi. Dalam mewujudkan sasaran ini, agroforestri diharapkan lebih banyak memanfaatkan tenaga atau sumberdaya sendiri dibandingkan dari luar. Disamping itu agroforestri diharapkan dapat

(29)

10

meningkatkan daya dukung ekologi manusia, khususnya didaerah pedesaan. Berikut ini adalah rumusan dari kegiatan agroforestri:

a. Menjamin dan memperbaiki kebutuhan bahan pangan.

b. Memperbaiki penyediaan energi lokal, khususnya produksi kayu bakar. c. Meningkatkan, memperbaiki secara kualitatif dan diversifikasi produksi

bahan mentah kehutanan ataupun pertanian. d. Memperbaiki kualitas hidup pedesaan.

e. Memelihara dan memperbaiki kemampuan produksi dan jasa lingkungan setempat. Tujuan tersebut diharapkan dapat dicapai dengan cara

mengoptimalkan interaksi positif antara berbagai komponen penyusunnya atau interaksi antara komponen tersebut dengan lingkungannya (Sardjono dkk., 2003).

C. Fungsi Agroforestri

Fungsi agroforestri terhadap aspek sosial, budaya dan ekonomi antara lain: a. Kaitannya dengan aspek tenurial, agroforestri memiliki potensi di masa kini

dan masa yang akan datang sebagai solusi dalam memecahkan konflik menyangkut lahan negara yang dikuasai oleh para petani penggarap. b. Upaya melestarikan identitas kultural masyarakat, pemahaman akan

nilai-nilai kultural dari suatu aktivitas produksi hingga peran berbagai jenis pohon atau tanaman lainnya di lingkungan masyarakat lokal dalam rangka

keberhasilan pemilihan desain dan kombinasi jenis pada bentuk-bentuk agroforestri modern yang akan diperkenalkan atau dikembangkan di suatu tempat.

(30)

11

c. Kaitannya dengan kelembagaan lokal, dengan praktik agroforestri lokal tidak hanya melestarikan fungsi dari kepala adat, tetapi juga norma, sanksi, nilai, dan kepercayaan (unsur-unsur dari kelembagaan) tradisional yang berlaku di lingkungan suatu komunitas.

d. Kaitannya dalam pelestarian pengetahuan tradisional, salah satu ciri dari agroforestri tradisional adalah diversitas komponen terutama keanekaragaman hayati yang tinggi (polyculture). Sebagian dari tanaman tersebut sengaja ditanam atau dipelihara dari permudaan alam guna memperoleh manfaat dari beberapa bagian tanaman sebagai bahan baku pengobatan. Meskipun hampir di seluruh kecamatan di Indonesia sudah tersedia Puskesmas atau Puskesmas Pembantu (Pusban), tetapi masyarakat masih banyak yang memanfaatkan lingkungannya sebagai ‘tabib’ bilamana mereka sakit (Widianto dkk., 2003).

D. Vegetasi

Penutup tumbuhan (plant cover) dalam sebuah kawasan yang terdiri dari beberapa komunitas tumbuhan yang membentuk suatu vegetasi. Vegetasi didefinisikan sebagai kumpulan tumbuh-tumbuhan terdiri dari beberapa jenis, seperti herba, pohon dan perdu yang hidup bersama-sama pada suatu tempat dan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain, serta lingkungannya dan memberikan ciri fisiognomi (kenampakan luar) vegetasi (Irfan, 2002).

(31)

12

Menurut Irwanto (2007) ciri fisiognomi vegetasi dibagi ke dalam 3 bagian yaitu: 1. Struktur vegetasi berupa vegetasi secara vertikal yang merupakan diagram

profil yang melukiskan lapisan berdasarkan tingkat pertumbuhan pohon (semai, tiang, sapihan, pohon dewasa) dan herba penyusun vegetasi.

Berdasarkan tingkat pertumbuhan pohon Soerianegara dan Indrawan (1998), membagi kedalam beberapa kelompok yaitu:

a. Semai (seedling) permudaan mulai kecambah sampai setinggi 1,5 m (dibagi dalam kelas-kelas tinggi 0-30 cm dan 30-150cm )

b. Sapihan/pancang (sapling) permudaan yang tingginya 1,5 m dan lebih sampai pohon-pohon muda yang berdiameter kurang dari 10cm (dibagi dalam kelas-kelas) ukuran tinggi 1,5-3m, 3m sampai pohon-pohon muda berdiameter kurang dari 5 cm, dan pohon muda berdiameter 5-10 cm c. Tiang (pole) pohon-pohon muda yang berdiameter 10-35 cm

d. Pohon dewasa yang diameter batang minimal 35 cm

2. Sebaran, horisotal jenis-jenis penyusun yang menggambarkan letak dari suatu individu terhadap individu lain.

3. Kelimpahan (abudance) setiap jenis dalam suatu komunitas. Penutupan vegetasi memperlihatkan bentuk-bentuk serta keanekaragaman yang berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya. Suatu vegetasi merupakan asosiasi nyata dari semua spesies tumbuhan yang menempati suatu habitat. Selain itu vegetasi terkait dengan jumlah individu dari setiap spesies organisme yang akan menyebabkan kelimpahan relatif suatu spesies sehingga mempengaruhi fungsi suatu komunitas, distribusi individu antar spesies dalam komunitas,

(32)

13

bahkan dapat berpengaruh pada keseimbangan sistem dan akhirnya berpengaruh pada stabilitas komunitas hutan (Indriyanto, 2006).

E. Analisis Vegetasi

Menurut Kusmana (1997) dalam Indriyanto (2006) mengemukakan bahwa untuk keperluan deskripsi vegetasi tersebut ada 3 macam parameter kuantitatif yang penting yaitu densitas (kerapatan), frekuensi, dominansi.

a. Densitas (Kerapatan)

Densitas atau yang lebih dikenal dengan kerapatan merupakan Jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu luasan tertentu, misalnya 100 individu/ha. kerapatan suatu jenis tumbuhan adalah jumlah petak contoh dimana ditemukannya jenis tersebut dari sejumlah petak contoh yang dibuat. Biasanya kerapatan

dinyatakan dalam besaran persentase (Irwanto, 2007). b. Frekuensi

Frekuensi merupakan suatu gambaran penyebaran populasi di suatu kawasan menurut Ewusie (1990) dalam Miftahuddin (2004) frekuensi dapat diukur dengan mencatat ada atau tidak suatu spesies dalam daerah contoh (luas) yang secara ideal tersebar secara acak di seluruh daerah yang dikaji. Kerapatan dinyatakan sebagai persentase dari seluruh daerah contoh (luas) di dalamnya terdapat spesies tertentu.

c. Dominansi

Dominansi atau dapat juga dinyatakan sebagai luas penutupan suatu spesies tumbuhan karena parameter tersebut menurut Arief (1994) dalam Miftahuddin (2004) mampu memberikan gambaran penguasaan suatu daerah vegetasi oleh

(33)

14

setiap spesies tumbuhan. Apabila dinyatakan dengan penutupan tajuk pohon/ tumbuhan maka akan diperoleh data kerimbunan. Basal area merupakan suatu luasan areal dekat permukaan tanah yang dikuasai oleh tumbuhan. Untuk pohon, basal areal diduga dengan mengukur diameter batang, bila dinyatakan dengan pengukuran diameter batang setinggi dada maka akan diperoleh pengukuran luas basal, sedangkan dominansi relatif yang dinyatakan dalam persen dihitung dengan membagi dominasi suatu spesies dengan dominansi seluruh spesies dikalikan seratus persen.

F. Indeks Komunitas

Parameter densitas (kerapatan), frekuensi, serta dominansi masih belum dapat menggambarkan kedudukan spesies dalam suatu kawasan maka diperlukan indeks komunitas yang menggambarkan suatu keanekaragaman serta tingkat dominansi pada spesies tertentu.

Menurut Fachrul (2007) Indeks dari komunitas tumbuhan meliputi Indeks Nilai Penting (INP) atau Important Value Index (IVI) yang merupakan indeks

kepentingan yang menggambarkan pentingnya peranan suatu jenis vegetasi dalam ekosistemnya. Apabila INP suatu jenis bernilai tinggi, maka jenis tersebut sangat mempengaruhi kestabilan ekosistem tersebut. Untuk menghitung indeks nilai penting maka didasarkan pada seluruh nilai frekuensi (FR), kerapatan relatif (KR), dan Luas Penutupan tajuk relatif (CR) maka:

(34)

15

G. Tingkat Kesejahteraan

1. Pengeluaran Rumah Tangga

Pengeluaran rumah tangga merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan penduduk. Semakin tinggi pendapatan, makin porsi pengeluaran akan bergeser dari pengeluaran untuk makanan ke pengeluaran bukan makanan.

Menurut Sajogyo (1997), kriteria kemiskinan didasarkan pada pengeluaran per kapita per tahun, dikatakan miskin apabila pengeluarannya lebih rendah nilai tukar 320 kg beras untuk daerah perdesaan. Miskin sekali apabila pengeluarannya lebih rendah dari nilai tukar 240 kg beras untuk daerah perdesaan, dan paling miskin apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih rendah dari nilai tukar 180 kg beras untuk daerah perdesaan.

Pengeluaran rumah tangga dapat digunakan sebagai indikator untuk mengukur pengeluaran per kapita di daerah kota maupun di desa. Pengeluaran rumah tangga didapat dari menjumlahkan seluruh pengeluaran anggota rumah tangga untuk mengkonsumsi makanan, perumahan, sandang, dan barang atau jasa. Pengeluaran untuk makanan, minuman, dan jasa digunakan pendekatan konsep konsumsi yaitu nilai atau kuantitas semua barang yang telah dibawa dari luar ke dalam rumah tangga selama referensi waktu survei.

2 Konsep Distribusi Pendapatan

Analisis distribusi pendapatan dimaksudkan untuk menelaah perolehan pendapatan antar berbagai individu atau kelompok orang/keluarga atau antar

(35)

16

wilayah. Berdasarkan hasil analisis distribusi dapat diketahui apakah terjadi pembagian pendapatan yang merata diantara lapisan atau kelompok masyarakat atau sebaliknya apakah terjadi kesenjangan baik rendah, sedang maupun tinggi.

Dalam distribusi pendapatan terdapat istilah distribusi personal dan fungsional. Distribusi pendapatan personal sering juga disebut sebagai distribusi ukuran digunakan untuk melihat pembagian pendapatan perkapita dari total pendapatan. Untuk mempertajam analisis biasanya dikelompokan menurut kelas pendapatan, menurut wilayah (desa, kota, negara), menurut profesi, pendidikan, dan waktu. Distribusi pendapatan fungsional digunakan sebagai alat analisis untuk melihat pembagian pendapatan suatu wilayah berdasarkan sumber-sumber pendapatan atau faktor-faktor produksi (Rambe, 2004).

(36)

17

III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Sumber Agung Kecamatan Kemiling Bandar Lampung pada bulan Mei 2015.

B. Objek dan Alat Penelitian

Objek penelitian yang digunakan adalah petani yang menerapkan agroforestri di Desa Sumber Agung, Kecamatan Kemiling, Kota Bandar Lampung. Alat yang digunakan penelitian ini adalah tally sheet, kuisioner atau daftar pertanyaan, alat tulis, alat hitung, computer dan kamera.

C. Batasan Penelitian

Batasan penelitian ini adalah:

1. Objek penelitian yaitu Kelompok Tani Pengelolaan dan Pelestarian Hutan (KPPH) yang terdiri dari 6 kelompok yaitu Tanjung Manis, Sukawera, Umbul Kadu, Pemancar, dan Cirate yang mengelola jenis komoditi agroforestri. 2. Pengambilan data untuk besarnya biaya dan pendapatan pengelolaan

agroforestri dilakukan dalam jangka waktu terakhir pada luas lahan yang dikelola petani.

(37)

18

3. Aspek yang diteliti meliputi jenis tumbuhan, keanekaragaman jenis, dan dominansi jenis pohon penyusun vegetasi.

4. Penelitian meliputi tingkat pertumbuhan pohon yaitu; semai (seedling), sapihan/pancang (sapling), tiang (pole) dan pohon dewasa.

5. Semua tanaman pertanian atau perkebunan yang masuk persyaratan fase pohon dihitung dan dikategorikan sebagai pohon seperti kakao dan kopi.

D. Jenis Data dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang dibutuhkan beberapa karakteristik responden yaitu: pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi, jenis-jenis dan jumlah tanaman yang ditanam pada lahan agroforestri serta pendapatan yang diterima dan biaya yang dikeluarkan dalam pengelolaan agroforestri. Data sekunder berupa data statistik jumlah penduduk dan kondisi lokasi penelitian yang diperoleh dari instansi desa, kecamatan dan lembaga-lembaga yang berkaitan dengan penelitian.

E. Metode Pengumpulan Data

1. Teknik observasi pengamatan secara langsung oleh peneliti untuk mengambil data berdasarkan kondisi tertentu sesuai dengan maksud penelitian. Kondisi tegakan diduga dengan analisis vegetasi dengan menggunakan metode petak tunggal dan menggunakan intensitas sampling 10% karena luas lokasi penelitian yang kurang dari 1000 ha yaitu sebesar 522,761 ha. Lokasi yang diteliti di Desa Sumber Agung Kawasan Register 19 dibagi menjadi 41 petak

(38)

19

dengan total luas lahan yang diteliti sebesar 79,75 ha, dimana dalam setiap petak ukur tersebut dibagi menjadi 4 sub plot dengan ukuran 20x20 m untuk vegetasi tingkat pohon, 10x10 m untuk vegetasi tingkat tiang, 5x5 m untuk vegetasi tingkat pancang, 2x2 m untuk vegetasi tingkat semai dan tumbuhan bawah (Lianah, 2013).

Gambar 2. Luas Petak Pengamatan

Menurut Agustina (2008) untuk deskriptif kuantitatif diperlukan kegiatan analisis vegetasi meliputi:

1. Menentukan lokasi pengambilan sampel.

2. Menentukan lokasi jalur yang telah disurvey (unit contoh) pada masing-masing lahan yang dikelola petani agroforestri.

3. Membuat petak ukur/plot dilakukan pada lahan yang dikelola dengan ukuran yang telah ditentukan:

4. Mengukur diameter, tinggi serta tajuk untuk tingkat tiang dan pohon. Untuk tingkat semai dan pancang hanya menghitung jenis dan jumlah penutupannya.

5. Pengukuran jenis tanaman menggunakan kriteria pertumbuhan sebagai berikut: A B C D Metode Petak Keterangan Luas petak : A = Vegetasi semai = 2 x 2m B = Vegetasi pancang = 5 x 5m C = Vegetasi tiang = 10 x 10m D = Vegetasi pohon = 20 x 20m

(39)

20

a. Semai (Seedling) permudaan mulai kecambah sampai setinggi 1,5 m. b. Sapihan/pancang (Sapling)-permudaan yang tingginya 1,5 m dan lebih

sampai pohon-pohon muda yang berdiameter kurang dari 10 cm. c. Tiang (pole) pohon-pohon muda yang berdiameter 10-19 cm. d. Pohon dewasa yang diameter batang lebih dari 20 cm. Penelitian ini

diasumsikan bahwa semua tanaman pertanian/perkebunan yang masuk dalam fase pohon, dikategorikan sebagai pohon.

6. Mencatat data hasil pengukuran ke dalam tabel pengamatan.

2. Teknik wawancara: data dikumpulkan melalui tanya jawab yang dilakukan langsung terhadap responden dengan menggunakan kuesioner.

3. Studi pustaka: pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan berbagai data penunjang penelitian yang diperoleh dari studi literatur dan instansi-instansi terkait dengan penelitian ini, yaitu: balai desa atau Kantor Kecamatan Kemiling untuk memperoleh informasi tentang jumlah petani yang mengelola agroforestri dan keadaan lingkungan (profil desa).

F. Pengambilan Sampel Responden

Berdasarkan dari data sekunder pada tahun 2010 di Desa Sumber Agung terdapat Kelompok Tani Pengelolaan dan Pelestarian Hutan (KKPH) yang terdiri dari 6 kelompok tani, keseluruhan jumlahnya anggotanya 499 kepala keluarga (KK) yang yang mengelola lahan agroforestri (KPPH, 2010).

(40)

21

Sampel yang memenuhi kriteria yang diperlukan dalam penelitian adalah

responden yang mengelola agroforestri. Penentuan sampel menggunakan formula Slovin dalam Arikunto (2011), maka didapatkan jumlah responden pada

penelitian sebagai berikut:

= ( ) + 1 Keterangan: n = jumlah sampel N= jumlah populasi E = batas eror 15% 1 = bilangan konstan Maka, = 499(15%) + 1 = 40,81 ≈ 41499

Sedangkan untuk pengambilan sampel pada satuan lahan menggunakan rumus cluster sampling berdasarkan Walpole (1995):

Nh =NiN x n

Keterangan :

Nh = banyaknya responden yang dibutuhkan dari setiap kelompok Ni = banyaknya sub populasi dari setiap kelompok

n = jumlah responden yang mewakili populasi N = jumlah keseluruhan populasi

(41)

22

Tabel 1. Jumlah responden anggota KPPH Sumber Agung

No Nama Kelompok Jumlah anggota

(orang KK) Jumlah responden (orang KK) 1 Cirate 56 5 2 Mata Air 54 4 3 Pemancar 66 5 4 Sukawera 82 7 5 Tanjung Manis 138 11 6 Umbul Kadu 103 9 Jumlah 499 41

Sumber : Data sekunder (KPPH 2010).

G. Analisis Data

1. Analisis Vegetasi

Pengukuran parameter-parameter vegetasi pada analisis vegetasi dinilai

berdasarkan analisa sebagai berikut Kusmana (1997) dalam Indriyanto (2006):

a. Kerapatan

1. Kerapatan Jenis i atau K (i)

KM (i)= Σ individu suatu jenis (i)

Σ total luas area yang digunakan untuk penarikan contoh

2. Kerapatan Relatif Jenis i atau KR (i)

KR (i) = Kerapatan mutlak jenis (i) x 100%

Kerapatan total seluruh jenis yang terambil dalam penarikan contoh

b. Frekuensi

1. Frekuensi Jenis iatau F (i)

FM (i) = Σ Satuan petak contoh yang diduduki oleh jenis (i) Σ banyaknya petak contoh yang dibuat

(42)

23

2. Frekuensi Relatif Jenis i atau FR (i)

FR (i) = Frekuensi mutlak jenis (i) x 100% Frekuensi total seluruh jenis

c. Luas Penutupan Tajuk

1.Luas Penutupan Tajuk Jenis i atau C (i)

C (i) = Σ bidang dasar suatu jenis I

luas seluruh petak contoh

2. Luas bidang dasar = d2

3. Luas Penutupan Tajuk Relatif jenis i atau CR (i)

CR (i) = Σ bidang dasar suatu jenis ke (i) x 100% Σ penutupan seluruh jenis

d. Indeks Nilai Penting (INP)

INP = KR (i) + FR (i) + DR (i) (untuk tingkat tiang dan pohon) INP = KR (i)+ FR (i) (untuk tingkat semai dan pancang)

2. Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat

2.1 Analisis Pendapatan

Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan petani agroforestri. Pendapatan diperoleh dengan menghitung selisih antara penerimaan yang diterima dari hasil usaha dengan biaya produksi yang dikeluarkan dalam satu tahun, dirumuskan sebagai berikut (Soekartawi, 2002):

(43)

24

= . − ∑ . −

Dimana,

= Pendapatan (Rp) Y = Produksi (Kg)

Py = Harga hasil produksi (Rp/Kg)

∑Xi = Jumlah faktor produksi ke I (1,2,3,….n)

Px = Harga produksi ke I (Rp) BTT = Biaya tidak tetap (Rp)

2.2 Analisis Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Setara Beras

Analisis tingkat pendapatan responden tiap rumah tangga per tahun adalah total pengeluaran rumah tangga petani, baik pendapatan untuk pangan maupun non pangan. Jika pendapatan dalam setahun dibagi jumlah tanggungan rumah tangga, maka dapat diketahui tingkat pendapatan per kapita per tahun rumah tangga petani. Pendapatan tersebut akan yang disetarakan dengan besarnya pengeluaran per kapita per tahun kemudian dikonversikan kedalam ukuran setara beras, dihitung dalam satuan kilogram, dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kemiskinan rumah tangga petani (Sajogyo, 1997). Rata-rata harga beras yang dikonsumsi rumah tangga petani di Kelurahan Sumber Agung saat dilakukan penelitian yaitu sebesar Rp 11.000,00/kilogram.

1) Paling miskin, apabila pengeluaran/kapita/tahun lebih rendah dari 180 kg setara nilai beras/tahun.

2) Miskin sekali, apabila pengeluaran/kapita/tahun antara 181−240 kg setara nilai beras/tahun.

3) Miskin, apabila pengeluaran/kapita/tahun antara 241−320 kg setara nilai beras/tahun.

(44)

25

4) Nyaris miskin, apabila pengeluaran/kapita/tahun 321−480 kg setara nilai beras/tahun.

5) Cukup, apabila pengeluaran/kapita/tahun 481−960 kg setara nilai beras/tahun. 6) Hidup layak, apabila pengeluaran/kapita/tahun lebih tinggi dari 960 kg setara

nilai beras/tahun.

Secara matematis tingkat pendapatan per kapita per tahun tiap keluarga dan tingkat pendapatan per kapita per tahun tiap keluarga setara beras dapat dirumuskan sebagai:

/ / ℎ( ) = ∑

/ / ( ) = / / ℎ

(45)

26

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Kondisi Fisik Wilayah

Kelurahan Sumber Agung secara administratif termasuk dalam Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung. Letak Kelurahan Sumber Agung Berjarak ±5 km dari pusat pemerintahan kecamatan dan berjarak ±20 km dari ibukota provinsi (Kota Bandar Lampung). Luas wilayah Kelurahan Sumber Agung adalah 4,98

km atau 498 Ha. Perbatasan wilayah Kelurahan Sumber Agung adalah sebagai

berikut:

a. Sebelah Utara : Kelurahan Pinang Jaya b. Sebelah Timur : Kelurahan Kedaung c. Sebelah Selatan : Kelurahan Batu Putu d. Sebelah Barat : Kecamatan Padang Cermin

B. Topografi, Jenis Tanah, dan Iklim

Tahura WAR dibentuk berdasarkan SK Menhut No. 408/kpts-II/1993 dengan luas 22.244 Ha. Tahura Wan Abdul Rachman memiliki topografi bergelombang ringan sampai berat dan sebagian datar, di dalam kawasan terdapat empat gunung yaitu: Gunung Rantai (1.671 m di atas permukaan laut), Gunung Pesawar (661 m diatas permukaan laut), Gunung Betung (1.240 m diatas permukaan laut) dan Gunung

(46)

27

Tangkit Ulu Padang Ratu (1.600 m diatas permukaan laut). Tahura WAR diharapkan mempunyai fungsi sebagai daerah tangkapan air dan mempunyai fungsi dalam menunjang pembangunan, pertanian, peternakan, perkebunan dan pengairan (irigasi).

Tahura WAR membentang pada elevasi antara 75−1.681m dpl. Bentuk lahannya (landform) bervariasi dari berombak sampai dengan bergunung. Wilayah

berombak sampai dengan bergelombang berada pada bagian pinggir kawasan, memanjang dari Teluk Betung Barat, Tanjung Karang Barat, Gedung Tataan sampai Kedondong dengan distribusi kemiringan lahan yang disajikan pada tabel 2 berikut (Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, 2009).

Tabel 2. Distribusi kemiringan lahan di Tahura Wan Abdul Rachman No Kelas

Lereng Kemiringan Bentuk Wilayah

Luas Ha % 1. A 0−8 Datar (Gently) 0 0,00 2. B 8−15 Berombak (Wavy) 716,51 3,22 3. C 15−25 Bergelombang (Rolling) 3681,15 16,54 4. D 25−40 Berbukit (Hilly) 8473,85 38,09 5. E >40 Bergunung (Mountainous) 9377,80 42,15 Jumlah 22.49,31 100

Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, (2006).

Secara umum keadaan lahan garapan masyarakat anggota KPPH (Kelompok Pengelola dan Pelestari Hutan) di Sumber Agung memiliki kemiringan antara 30º dan 40º. Jenis tanah di wilayah ini berasal dari bahan induk batuan vulkanik muda dan terbentuk dengan fisiografi pegunungan dan beriklim basah. Secara umum jenis tanah terdiri atas latosol coklat, andosol coklat, dan kemasaman (pH) tanah berkisar antara 4,78 dan 6,02. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson

(47)

28

Wilayah Sumber Agung termasuk dalam tipe iklim B dengan rata-rata suhu udara 22ºC.

C. Kelompok Pengelola dan Pelestari Hutan (KPPH) Sumber Agung

Kelurahan Sumber Agung terdapat kelompok tani yaitu Kelompok Tani Pengelola dan Pelestarian Hutan (KPPH) yang terdiri dari 6 kelompok yaitu Tanjung Manis, Sukawera, Umbul Kadu, Pemancar dan Cirate yang dipimpin oleh Saban Nasir Arpin sebagai ketua Gabungan KPPH dan Adik sebagai wakil ketua Gabungan KPPH. Berdasarkan data KPPH (2010) jumlah anggota kelompok tani di desa Sumber Agung disajikan pada tabel 3 berikut.

Tabel 3. Kelompok Pengelola dan Pelestari Hutan (KPPH) Sumber Agung

No Nama Kelompok Ketua Kelompok Jumlah Anggota

(orang KK)

1 Cirate Sugiat 56

2 Mata Air Ismono 54

3 Pemancar Sumewo 66

4 Sukawera Dawud 82

5 Tanjung Manis Sukmadi 138

6 Umbul Kadu Soleh 103

Sumber : Data sekunder (KPPH 2010).

D. Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana yang terdapat di Kelurahan Sumber Agung cukup memadai untuk mendukung kemajuan pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di Kelurahan Sumber Agung.

Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di Kelurahan Sumber Agung dapat dilihat pada Tabel 4.

(48)

29

Tabel 4. Sarana dan prasarana di Desa Sumber Agung

No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1 Masjid dan Mushala 8

2 Taman Kanak-kanak 2 3 Sekolah Dasar 3 4 SLTP dan SLTA 1 5 Pondok Pesantren 1 6 Olahraga 3 Total 19

Sumber: (Monografi Kelurahan Sumber Agung, 2009).

E. Sejarah Perkembangan Kelurahan Sumber Agung

Kelurahan Sumber Agung merupakan salah satu bekas perkebunan karet dan kopi yang berbatasan dengan kawasan Konservasi Taman Hutan Wan Abdur Rachman mulai dibuka di sekitar perkebunan karet dan kopi Langkapura tahun 1940 oleh penduduk asli Lampung Sukadanaham. Penduduk Sumber Agung mayoritas pendatang dari Jawa dan Sunda. Kelurahan Sumber Agung terbagi atas tiga lingkungan, lingkungan I mayoritas berpenduduk Jawa dan Lingkungan II mayoritas penduduk Sunda.

Pada tahun 1985 peraturan pemerintah melarang masyarakat untuk masuk

kedalam kawasan hutan termasuk berkebun, apalagi setelah ditetapkannya Tahura WAR sebagai kawasan konservasi pada tahun 1992 oleh Departemen Kehutanan. Pada tahun 1998 Departemen Kehutanan dan Dirjen RLPS (Perhutanan Sosial) mengeluarkan kebijakan Hutan Kemasyarakatan (HKm) dengan tujuan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan. Dengan masyarakat sebagai pelaku utama, masyarakat diperbolehkan merawat kebun dan mengambil hasilnya dengan menanam tanaman MPTS (Multi Purpose Trees Species) dimana buah, bunga, getah, daun atau kulit dapat dimanfaatkan bagi penghidupan

(49)

30

masyarakat. Seperti durian, kakao, kopi, alpukat, aren, pisang, karet dan lain-lain dengan syarat harus membentuk kelompok dan dibentuklah kelompok Pengelola dan Pelestari Hutan (KPPH), dengan aturan-aturan yang ditetapkan kelompok dan aturan pemerintah yang ada untuk menuju hutan lestari dan masyarakat sejahtera.

F. Karakteristik Responden

1. Umur dan Tingkat Pendidikan

Menurut Departemen kesehatan (2009), masa remaja awal hingga akhir pada usia 12-25 tahun, masa dewasa yaitu pada usia 26-45 tahun sedangkan untuk masa lanjut usia (lansia) ≥ 46 tahun. Berdasarkan kelompok umur tersebut diketahu i bahwa masyarakat petani Desa Sumber Agung memiliki kelompok umur terbesar pada masa lansia 58,53% dan sisanya pada masa dewasa sebesar 41,46%. Adapun kisaran umur responden dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kisaran petani responden berdasarkan umur di Desa Sumber Agung

No Kelompok Umur (tahun) Jumlah

(orang) Persentase 1 12−25 - -2 26−45 17 41,46 3 ≥ 46 24 58,53 Total 41 100

Sumber: Data Primer (2015).

Umur responden didominasi oleh masa lansia (58,53%). Hal ini menunjukan bahwa petani di daerah penelitian tidak lebih dari 50% petani yang memiliki usia produktif yang cukup potensial untuk melakukan kegiatan agroforestri.

Berdasarkan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (2013) penduduk usia produktif adalah penduduk yang berusia 15 hingga 59 tahun.Usia

(50)

31

produktif akan lebih mudah dan cepat menerima inovasi, dibandingkan dengan usia yang sudah tidak produktif. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekartawi (2005) bahwa semakin muda, biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui, sehingga mereka berusaha untuk lebih cepat

melakukan adopsi inovasi walaupun biasanya mereka masih belum

berpengalaman dalam soal adopsi inovasi tersebut. Secara umum semakin tua umur seseorang akan lebih lambat dalam menerima suatu pembaharuan atau untuk menerapkan suatu inovasi (Sumaryo, 2013).

Mengenai tingkat pendidikan responden, sebagian besar responden pernah duduk di Sekolah Dasar (SD) sebesar 58,54 %. Sebaran responden menurut tingkat pendidikan di Kelurahan Sumber Agung dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6.Tingkat pendidikan responden di Kelurahan Sumber Agung

No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

1 SD/SR 24 58,54

2 SMP 14 34,15

3 SMA 3 7,31

Total 41 100

Sumber: Data Primer (2015).

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa petani sudah mengenal baca tulis walaupun sebagian besar pendidikan petani tersebut tergolong rendah yaitu tamat SD. Tingkat pendidikan cenderung berpengaruh pada pengetahuan dan teknologi yang diterapkan dalam mengelola dan memanfaatkan kawasan hutan. Menurut Ayu (2014) mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka lahan yang dikelola semakin baik.

(51)

32

2. Jumlah Tanggungan Rumah Tangga

Jumlah tanggungan rumah tangga merupakan jumlah seluruh orang yang berada dalam satu rumah yang menjadi tanggungan kepala rumah tangga. Jumlah tanggungan keluarga responden bervariasi yaitu mulai dari 2 orang sampai 9 orang. Jumlah tanggungan rumah tangga petani responden di Kelurahan Sumber Agung dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah tanggungan rumah tangga petani responden di Kelurahan Sumber Agung

No Tanggungan rumah tangga

(orang) Jumlah (orang) Persentase (%)

1 1−2 -

-2 3−4 13 31,71

3 5−6 22 53,66

4 >7 6 0,15

Total 41 100

Sumber: Data Primer (2015).

Pada Tabel 7 menunjukan bahwa dominan tanggungan rumah tangga responden berjumlah kisaran 5 sampai 6 orang (53,66%). Banyaknya jumlah tanggungan keluarga mempengaruhi tenaga kerja yang dibutuhkan dan jumlah pengeluaran. Anggota keluarga yang dimiliki petani dapat dimanfaatkan sebagai tenaga kerja, sehingga jumlah tanggungan keluarga dapat mamacu petani untuk meningkatkan hasil usaha tani. Selain itu, rumah tangga petani yang umunya sangat terbatas kemampuanya dari segi modal, peran tenaga kerja keluarga sangat

menentukan.Jika pekerjaan masih dapat diselesaikan oleh tenaga kerja kelurga sendiri, tidak perlu mengupah tenaga luar sehingga dapat menghemat biaya (Jameela, 2011).

(52)

33

3. Luas Lahan

Luas lahan merupakan total lahan yang digunakan petani responden untuk

berusahatani. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata luas lahan garapan dari petani responden seluas 1,64 hektar. Sebaran petani berdasarkan luas lahan yang dimiliki didalam kawasan taman hutan raya disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Luas lahan yang dimiliki petani responden di Desa Sumber Agung

No Luas Lahan (ha) Jumlah (orang) Persentase (%)

1 ≤ 1 9 21,95

2 1,5-2 17 41,46

3 > 2 15 36,59

Total 41 100

Sumber: Data Primer (2015).

Pada Tabel 8 menunjukan bahwa sebagian besar 41,46% responden memiliki luas lahan sebesar 1,5−2 hektar. Besar kecilnya luas lahan yang diusahakan akan berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima. Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha yang pada akhirnya akan mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usaha pertanian. Sering kali dijumpai makin luas lahan yang dipakai dalam usaha pertanian semakin tidak efisien lahan tersebut (Phahlevi, 2007).

4. Pekerjaan Non Agroforestri

agar responden mencapai jumlah jumlah penghasilan yang ideal, maka responden harus meningkatkan jumlah penghasilan melalui pekerjaan non agroforestri. Jumlah responden yang memiliki pekerjaan non agroforestri dapat dilihat pada Tabel 9.

(53)

34

Tabel 9. Jumlah petani responden menurut pekerjaan non agroforestri di Desa Sumber Agung

No Usaha Non Agroforestri Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Ada 21 51,22

2 Tidak Ada 20 48,78

Total 41 100

Sumber: Data Primer (2015).

Pada Tabel 9 menunjukan bahwa banyak responden yang memiliki pekerjaan sampingan yaitu sebesar 51,22%. Hal ini menunjukan petani tidak menjadikan usaha agroforestri sebagai sumber satu-satunya penghasilan. Adapun jenis pekerjaan non agroforestri yang dilakukan responden seperti buruh bangunan, pengrajin, jasa transportasi dan berdagang seperti membuka warung. Jenis pekerjaan non agroforestri yang dilakukan responden disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Sebaran petani responden berdasarkan jenis pekerjaan sampingan

No Jenis Pekerjaan Sampingan Jumlah

(orang) Persentase (%) 1 Buruh bangunan 9 40,90 2 Pengrajin 2 9.90 3 Transportasi (Angkutan) 3 13,64 4 Pedagang 8 36,36 Total 22 100

Sumber: Data Primer (2015).

Pada Tabel 10 menunjukan bahwa paling banyak responden memiliki pekerjaan non agroforestri sebagai buruh bangunan yaitu sebesar 40,90%. Hasil wawancara mengatakan sebagian besar petani memiliki pekerjaan serabutan sebagai buruh bangunan, namun jika ada panggilan.

(54)

35

5. Suku

Suku adalah identitas seseorang atau kelompok sosial yang memiliki tradisi kebudayaan. Suku biasanya mempengaruhi dalam berprilaku. Sebagain besar petani bersuku jawa yaitu sebanyak 75,61%.Suku responden dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Suku responden

No Suku Jumlah

(Orang) (%)

1 Jawa 31 75,61

2 Sunda 10 24,39

Total 41 100

Sumber: Data primer (2015).

Berdasarkan Tabel 11, diketahui bahwa responden terdiri dari beberapa

etnis/suku. Suku jawa rata-rata berasal dari Jawa Timur, suku sunda berasal dari Bogor, Jawa Barat.

(55)

45

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Jumlah tanaman di lokasi penelitian sebagai berikut: fase semai ada (22 jenis), fase pancang ada (9 jenis), fase tiang ada (12 jenis) dan fase pohon dewasa ada (13 jenis). Tanaman yang mendominasi pada fase pohon yang lebih

berproduktif yaitu: durian, alpukat, kakao, kemiri, kopi, melinjo karet dan jengkol,

2. Pendapatan masyarakat dari pengelolaan agroforestri mencapai Rp

1.005.276.500 per tahun dengan rata-rata sebesar Rp 24.518.939,02 per KK per tahun.

3. Hasil analisis diketahui bahwa Kelompok Tani Cirate mempunyai 2 kelompok tani yang sejahtera dan 3 kelompok tani belum sejahtera. Kelompok Tani Mata Air mempunyai 4 kelompok tani yang sejahtera. Kelompok Tani Pemancar mempunyai 3 kelompok tani yang sejahtera dan 2 kelompok tani belum sejahtera. Kelompok Tani Sukawera mempunyai 4 kelompok tani yang

sejahtera dan 3 kelompok tani belum sejahtera. Kelompok Tani Tanjung Manis mempunyai 2 kelompok yang sejahtera dan 9 kelompok tani belum sejahtera. Kelompok Tani Umbul Kadu mempunyai 2 kelompok tani yang sejahtera dan 7 kelompok tani belum sejahtera. Secara keseluruhan jumlah kelompok tani

(56)

46

yang tergolong sejahtera sebanyak 17 kelompok tani (41,46%) sedangkan yang belum sejahtera sebanyak 24 kelompok tani (58,54%).

B. Saran

Adapun saran yang dapat diajukan sebagai berikut.

1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan penambahan variabel seperti umur, tingkat pendidikan, suku dan lain sebagainya untuk menganalisis faktor yang berpengaruh dalam pendapatan petani.

2. Perlu dilakukan pengkayaan jenis tanaman yang dapat meningkatkan pendapatan sebagai nilai tambah kesejahteraan petani.

(57)

47

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, D. K. 2008. Studi vegetasi pohon di hutan lindung RPH Donomulyo BKPH Sengguruh KPH Malang. Jurnal Makara Sains. 9(2):9—17. Asmayannur, I. 2012. Analisis vegetasi dasar di bawah tegakan jati emas

(Tectona grandis L.) dan jati putih (Gmelina arborea Roxb.). Jurnal Biologi Indonesia. 1(2):172—177.

Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Kanisius. Buku. Yogyakarta. 180 p. Arikunto, S. 2011. Manajemen Penelitian. Buku. Rineka Cipta. Jakarta. 370 p. Ayu, H. Y. 2014. Analisis Finansial dan Komposisi Tanaman dalam Rangka

Persiapan Pengajuan Izin HKm. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung. 85 p.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 2013. Menjadi Usia Produktif di Usia Produktif. Artikel.

http://www.bkkbn.go.id. Diakses pada 17 Oktober 2015.

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2014. Lampung dalam Angka 2014. Buku. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Bandar Lampung. 423 p. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Profil Kesehatan Provinsi

Lampung Tahun 2008. Buku. Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. Bandar Lampung. 191 p.

Ernawati, 2005. Komposisi jenis dan penguasaan ekologi di wilayah Desa Pangi Kawasan Cagar Alam Pangi Binangga Kabupaten Parigi Moutong. Warta Rimba. 1(1):7—12.

Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Buku. Bumi Aksara. Jakarta. 375 p.

Hairiah, K., Utami, S.R., Suprayogo, D., Widianto, Sitompul, S.M., Sunaryo, Lusiana, B., Mulia, R., Noordwijk M. V., and Cadish, G., 2000.

Agroforestry on Acid Soils in Humid Tropics: Managing Tree-Soil-Crop Interactions. Buku. ICRAF, Bogor. 217 p.

(58)

48

Hendrik. 2011. Analisis pendapatan dan tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan danau pulau besaran danau bawah di Kecamatan Dayun Kabupaten Siak Propinsi Riau. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 16(1):21—32.

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Buku. PT Bumi Aksara. Jakarta. 224 p. Irvan. 2002. Kajian Karakteristik Vegetasi Lereng Puncak Gunung Kelut

Kabupaten Kediri Jawa Timur. Skripsi. Universitas Negeri Malang. Malang. 140 p.

Irwanto. 2007. Analisis vegetasi untuk pengelolaan kawasan hutan lindung Pulau Margesu, Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku. Jurnal Ilmu Kehutanan. 8(2):20—25.

Jameela, H. 2011. Tenaga Kerja dalam Usaha Tani. Artikel.

http://www.meeleaisme.wordpress.com. Diakses pada 6 juni 2015. Kelompok Pengelola Pelestari Hutan (KPPH). 2010. Data Perkembangan

Anggota Dan Tanaman Kelompok Pengelola Pelestari Hutan (KPPH) Tahun 1998-2010. Buku. KPPH Desa Sumber Agung. Bandar Lampung. 78 p.

Lianah. 2013. Perbandingan Analisis vegetasi lingkungan alami Tetrastigma glabratum Di Hutan Lindung Gunung Prau sebelum dan sesudah

ekploitasi. Prosiding. Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Jurusan Ilmu Lingkungan Fakultas Biologi Universitas Diponegoro.

Miftahuddin. 2004. Analisis Vegetasi dan Karakteristik Akar Pohon di Hutan Sekitar Lereng Gunung Wilis daerah Besuki Kabupaten Kediri, Bali. Skripsi. Universitas Islam Malang. Malang. 120 p.

Muljadi. 1987. Distribusi Tenaga Kerja dalam Pola Usahatani Tanaman/Ternak di Batumarta, Sumatera Selatan. Buku. Departemen Pertanian. Jakarta. 85 p.

Nair, P.K.R. 1989. An Introduction to Agroforestry. Buku. Kluwer Academic Publisher. Belanda. 220 p.

Nurfatriani. 2006. Penilaian sumber daya hutan dan lingkungan. Jurnal Ilmu Kehutanan. 29(1):27—36..

Nurrochmat. 2005. Karakteristik hutan rakyat pola kebun campuran. Jurnal Menejemen Hutan Tropika. 31(1):40—45.

(59)

49

Phahlevi, R. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Sawah di Kota Padang Panjang. Skripsi. Universitas Negeri Padang. Padang. 98 p.

Rambe, A. 2004. Alokasi pengeluaran rumah tangga dan tingkat kesejahteraan (Kasus di Kecamatan Medan, Kota Sumatra Utara). Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 87 p.

Roosita, E. 2004. Pertanian semakin kehilangan daya tariknya. Artikel. Kompas, 4 Mei 2015, hlm. 3, kol. 5.

Sabarnurdin, M., dan Sambas. 2002. Agroforestry: Konsep, Prospek dan Tantangan. Buku. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 44 p. Sanudin, dan Priambodo, D. 2013. Analisis sistem dalam pengelolaan hutan

rakyat agroforestry di Hulu Das Citanduy: kasus di Desa Sukamaju, Ciamis. Jurnal Pertanian Tropik. 1(1):33—46.

Sardjono, M. A., Arifin, H. S., Djogo, T., dan Widjayanto, N. 2003. Klasifikasi dan Pola Kombinasi Komponen Agroforestri. Buku. ICRAF. Bogor: 450 p. Sajogyo, T. 1997. Garis Kemiskinan dan Kebutuhan Minimum Pangan. Buku.

LPSB-IPB. Bogor. 299 p.

Senoaji, G. 2009. Kontribusi hutan lindung terhadap pendapatan masyarakat desa di sekitarnya: studi kasus di Desa Air Lanang Bengkulu. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 9(1):6—11.

Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Buku. UI Press. Jakarta. 65 p.

Soerianegara, I., dan Indrawan, A. 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor. Buku. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 156 p.

Sumaryo., Listiana, I., dan Gultom, D. T. 2013. Dasar-dasar Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian. Buku. Anugra Utama Raharja. Lampung. 256 p. Syafei, E. S. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Buku. Institut Pertanian

Bogor. Bogor. 75 p.

Walpole, R. E. 1995. Pengantar Statistik Edisi Ke-4. Buku. PT Gramedia. Jakarta. 579 p.

Widiarti, A., dan Prajadinata, S. 2008. Karakteristik Hutan Rakyat Pola Kebun Campuran. Buku. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 145 p.

Wijayanti, T. 2005. Analisis finansial tanaman kapuk di Kecamatan Gembong Kabupaten Pati. Jurnal Agro Ekonomi. 2(2):40—45.

(60)

50

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Analisis Vegetasi dan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Pengelola Agroforestri di Desa Sumber Agung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung
Gambar 2. Luas Petak Pengamatan

Referensi

Dokumen terkait

Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, at au kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis oleh orang

Kabar Harian Lokal. Berita yang disampaikan adalah jenis berita news atau.. informasi terkini dan disampaikan dengan sistem straight news atau apa

Dari uraian di atas, terlihat bahwa pemahaman dan visual thinking merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki siswa untuk dapat menyelesaikan masalah

Selain itu bibit yang digunakan menggunakan bibit ikan lele yang unggul dengan pemberikan pakan yang berkualitas sehingga menghasilkan produk akhir yang baik dan unggul

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat bahwa kondisi operasi optimal tahap aktivasi untuk bahan plastik ABS adalah dengan melarutkan larutan Stano Chloride

Model kooperatif tipe Two Stay Two Stray yang digunakan dalam penelitian ini adalah langkah model kooperatif tipe Two Stay Two Stray yang dipaparkan oleh Huda, yaitu:

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), dengan subjek penelitiannya adalah siswa kelas V MIN Alue Rindang Aceh Besar yang berjumlah 14 siswa dengan KKM

Sumber data dari penelitian ini adalah masyarakat yang memiliki dan mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan senjata tradisional serta merupakan penutur asli peristilahan