• Tidak ada hasil yang ditemukan

Budaya Organisasi dan Pola Interaksi Pegawai (Studi Korelasional tentang Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Proses Interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Budaya Organisasi dan Pola Interaksi Pegawai (Studi Korelasional tentang Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Proses Interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas)"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1Kerangka Teori

Setiap penelitian social membutuhkan teori, karena salah satu unsur yang

paling besar peranannya dalam penelitian adalah teori (Singarimbun, 1995: 37).

Teori berguna untuk menjelaskan titik tolak atau landasan berpikir dalam

memecahkan atau menyortir masalah. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang

memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan diri dari sudut mana masalah

penelitian yang akan disortir (Nawawi, 1991: 40).

2.1.1 Komunikasi

2.1.1.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi merupakan unsur terpenting bagi kehidupan manusia.Manusia

adalah makhluk sosial yang berinteraksi dengan manusia yang lain. Karena

sejarah lahirnya manusia memiliki hasrat untuk menjadi satu dengan yang lainnya.

Komunikasi berasal dari bahasa latin, communis yang berarti “sama”, yang diartikan sebagai proses penyamaan makna (Effendy, 2007: 9).

Menurut Muhammad Arni (2005) komunikasi didefinisikan sebagai

pertukaran pesan verbal dan non verbal antara si pengirim dengan si penerima

pesan untuk mengubah tingkah laku. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa

komunikasi adalah proses pengiriman dan penyampaian pesan secara verbal

maupun non verbal oleh seorang komunikator dengan tujuan untuk mengubah

sikap, pendapat, perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tidak langsung

melalui media. Komunikasi yang baik harus disertai dengan adanya jalinan

pengertian antara kedua belah pihak antara komunikator dan komunikan, sehingga

apa yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti.

Harold Lasswell (Mulyana, 2005: 62) menerangkan cara terbaik

menerangkan cara terbaik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan

menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Who Says What In Which Channel To

(2)

merupakan unsur-unsur proses komunikasi yang meliputi komunikator, pesan,

media, komunikan, dan efek. (Effendy, 2004: 253).

Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima

unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan, yakni :

1. Komunikator (communicator, sender, source) adalah orang yang

menyampaikan pesan atau informasi.

2. Pesan (message) adalah pernyataan yang didukung oleh lambing, bahasa,

gambar, dan sebagainya.

3. Media (channel, media) adalah saran atau saluran yang mendukung pesan

bila komunikan jauh jauh tempatnya atau banyak jumlahnya, maka

diperlukan media sebagai penyampai pesan.

4. Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient) adalah orang

yang menerima pesan atau informasi yang disampaikan komunikator.

5. Efek (effect, impact, influence) adalah dampak sebagai pengaruh dari

pesan.

Gambar 2.1

Proses Terjadinya Komunikasi

Sumber Pesan Media Penerima Efek

Umpan Balik

Sumber: (Cangara, 2007: 24)

Sumber merupakan pengirim informasi dalam berkomunikasi atau biasa

yang kita sebut dengan komunikator. Jumlahnya bisa satu orang, bahkan juga

dalam bentuk kelompok seperti organisasi, partai dan lain-lain. Apabila lebih dari

satu orang, relatif saling kenal dan memiliki rasa emosional yang kuat dalam

(3)

Pesan itu beragam sehingga pesan bersifat abstrak, misalnya informasi, hiburan,

pujian atau yang lainnya. Dengan menggunakan lambang komunikasi, pesan dapat

berwujud menjadi konkret, sehingga pesan dapat dibedakan menjadi pesan verbal

(bahasa lisan dan bahasa tulisan) dan pesan nonverbal (isyarat, suara, sentuhan,

raut wajah).

Untuk sampai kepada penerima adalah melalui media atau saluran demi

tercapainya komunikasi. Media merupakan alat penghubung dalam

menghantarkan pesan dari komunikator kepada komunikan, dalam hal ini media

yang dimaksud ialah media komunikasi. Penerima atau yang biasa kita sebut

dengan komunikan merupakan orang menerima pesan komunikasi, seperti

individu (perorangan), kelompok, partai atau yang lainnya. Jika dalam konteks

komunikasi massa, penerima dapat berupa sasaran, khalayak, pemirsa dan

lain-lain. Komunikan merupakan elemen penting dalam proses komunikasi, sebab

komunikan sangat menentukan keberhasilan dari pesan komunikasi yang

disampaikan oleh komunikator.

Jadi, berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses

penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang

menimbulkan efek tertentu (Effendy, 2003: 10).

Dalam garis besarnya dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah

penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain.

Komunikasi akan dapat berhasil apabila sekitarnya timbul pengertian, yaitu jika

kedua belah pihak dapat memahaminya (Widjaja, 2000: 15).

Komunikasi merupakan penyampaian informasi dan pengertian dari

seseorang kepada orang lain, komunikasi akan berhasil jika adanya pengertian dan

kedua belah pihak saling memahaminya. Kualitas komunikasi menentukan

keharmonisan hubungan dengan sesama individu. Adapun bentuk dari komunikasi

yaitu (Effendy, 2003: 7):

1. Komunikasi Personal (Personal Communication)

Terdiri dari komunikasi intrapersonal (Intrapersonal Communication) dan

(4)

2. Komunikasi Kelompok

a. Komunikasi kelompok kecil (small group communication), terdiri dari

ceramah, forum, diskusi, dan seminar.

b. Komunikasi kelompok besar (large group communication), terdiri dari

kampanye.

3. Komunikasi Organisasi (Organization Communication).

4. Komunikasi Massa (Mass Communication).

Adapun proses komunikasi menurut Onong terbagi atas dua tahap, yakni

secara premier dan secara sekunder (Effendy, 2004: 11).

1. Proses Komunikasi Secara Premier

Proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain

dengan menggunakan lambang sebagai media. Lambang ini umumnya

bahasa tetapi dalam situasi komunikasi tertentu lambang-lambang yang

digunakan dapat berupa gerak, tubuh, gambar, warna, dan sebagainya.

2. Proses Komunikasi Secara Sekunder

Proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan

menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai

lambang sebagai media pertama. Proses ini termasuk sambungan dari

proses primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu, dalam

prosesnya komunikasi sekunder ini akan semakin efektif dan efisien

karena didukung oleh teknologi komunikasi yang semakin canggih, yang

ditopang oleh teknologi-teknologi lainnya.

2.1.1.2 Fungsi Komunikasi

Komunikasi sebagai ilmu dan seni, sudah tentu memiliki fungsi yang

dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam

terjadinya komunikasi tidak terlepas dari bentuk dan fungsi komunikasi, dimana

komunikasi yang baik tidaklah jauh dari fungsi yang mendukung keefektifan

(5)

1. Menyampaikan Informasi (To Inform)

Komunikasi berfungsi dalam menyampaikan informasi, tidak hanya

informasi tetapi juga pesan, ide, gagasan, opini maupun komentar.

Sehingga masyarakat bias mengetahui keadaan yang terjadi dimanapun.

2. Mendidik (To Educate)

Komunikasi sebagai sarana informasi yang mendidik, menyebarluaskan

kreativitas, tidak hanya sekedar member hiburan, tetapi juga member

pendidikan untuk membuka wawasan dan kesempatan untuk memperoleh

pendidikan secara luas, serta memberikan berbagai informasi tidak lain

agar masyarakat menjadi lebih baik, lebih maju, dan lebih berkembang.

3. Menghibur (To Entertain)

Komunikasi juga memberikan warna dalam kehidupan, tidak hanya

informasi tetapi juga hiburan. Semua golongan menikmatinya sebagai alat

hiburan dalam bersosialisasi. Menyampaikan informasi dalam lagi, lirik,

dan bunyi maupun gambar dan bahasa.

4. Mempengaruhi (To Intfluence)

Komunikasi sebagai sarana untuk mempengaruhi khalayak untuk member

motivasi, mendorong untuk mengikuti kemajuan orang lain melalui apa

yang dilihat, dibaca, dan didengar. Serta memperkenalkan nilai-nilai yang

baru untuk mengubah sikap dan perilaku kearah yang baik dan

modernisasi.

2.1.1.3 Tujuan Komunikasi

Dalam berkomunikasi tidak hanya untuk memahami dan mengerti satu dan

lainnya tetapi juga memiliki tujuan dalam berkomunikasi. Ada empat tujuan

komunikasi (Effendy, 2004) antara lain :

1. Perubahan Sikap

Memberikan berbagai informasi kepada masyarakat dengan tujuan agar

masyarakat akan berubah sikapnya.

(6)

Memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan agar

masyarakat mau merubah pendapat dan persepsinya terhadap tujuan

informasi yang disampaikan.

3. Perubahan Perilaku

Memberikan informasi pada masyarakat dengan tujuan agar masyarakat

akan berubah perilakunya.

4. Perubahan Sosial

Memberikan berbagai informasi kepada masyarakat, yang pada akhirnya

bertujuan agar masyarakat mau mendukung dan ikut serta berpatisipasi

terhadap tujuan informasi yang disampaikan.

2.1.2 Komunikasi Organisasi

2.1.2.1 Pengertian Komunikasi Organisasi

Komunikasi merupakan suatu bidang yang sangat penting dalam

organisasi. Komunikasi dalam organisasi adalah suatu proses penyampaian

informasi, ide-ide diantara para anggota organisasi secara timbal balik dalam

rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Handoko (2002, 272)

komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau

informasi dari seseorang ke orang lain.

Komunikasi juga memiliki beberapa persepsi, menurut Face dan Paules

(2001,145) beberapa persepsi mengenai komunikasi organisasi dari beberapa ahli

yakni sebagai berikut:

1. Persepsi Redding dan Saborn

Redding dan Saborn mengatakan bahwa komunikasiorganisasi adalah

pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks, yang

termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia,

hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi dari

atasan kepada bawahan, komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan

kepada atasan, komunikasi horizontal atau komunikasidari orang-orang yang sama

level tingkatnya dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan berbicara,

(7)

2. Persepsi Zelkodan Dance

Zelkodan Dance mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu

sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan

komunikasi eksternal. Komunikasi internal adalah komunikasi dalam organisasi

itu sendiri seperti komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi dari atasan

kepada bawahan, komunikasi sesama karyawan yang sama tingkatnya. Sedangkan

komunikasi eksternal adalah komunikasi yang komunikasi dalam penjualan hasil

produk, pembuatan iklan, dan hubungan dengan masyarakat umum. Kemudian

bersama Lesikar, mereka menambahkan dimensi lagi dari komunikasi organisasi

yaitu dimensi komunikasi pribadi di antara sesama anggota organisasi yang

berupa pertukaran secara informal mengenai informasi dan perasaan di antara

sesama anggota organisasi.

Adapun pengertian komunikasi organisasi menurut Wayne Pace (2001,

143) adalah “sebagai pertunjuk andan penafsiran pesan diantara unit-unit

komunikasi yang merupakan bagian dari sesuatu organisasi”. Sedangkan Dalam teori tentang Komunikasi organisasi Pace dan Faules (2001, 142) mengemukakan

bahwa Keputusan-keputusan yang diambil oleh anggota organisasi untuk

melakukan pekerjaan secara efektif, untuk bersikap jujur kepada organisasi, untuk

meraih semangat dalam organisasi, untuk melaksanakan tugas secara kreatif dan

untuk menawarkan gagasan-gagasan yang inovatif bagi penyempurnaan

organisasinya adalah dipengaruhi oleh komunikasi.

2.1.2.2Fungsi Komunikasi dalam Organisasi

Komunikasi penting dalam setiap hal, begitu pula dalam sebuah

organisasi. Komunikasi dibutuhkan setiap anggota organisasi untuk menjalankan

dan menyelesaikan pekerjaan, tugas dan tanggung jawabnya. Para anggota

organisasi juga yang meneguhkan pentingnya fungsi komunikasi dalam

organisasi. Melalui proses interaksi para anggota organisasi memeriksa eksistensi

kepercayaan, dukungan, keterbukaan, penyuluhan, perhatian dan keterusterangan.

(8)

bermacam-macam juga berubah-ubah menurut cara pengaruh komunikasi ini

ditentutukan dan diteguhkan melalui interaksi di antara angggota organisasi.

Selanjutnya Kartono (2010, 135) mengemukakan, organisasi komunikasi

juga dapat berfungsi:

1. Menghubungkan semua unsur yang melakukan relasi pada semua lapisan,

sehingga menimbulkan rasa kesetiakawanan, dan loyalitas antar sesama.

2. Semua jajaran pimpinan dapat langsung mengetahui keadaan

bidang-bidang yang dibawahi, sehingga berlangsung pengendalian operasional

yang efisien.

3. Meningkatkan rasa tanggungjawab semua anggota, dan melibatkan mereka

pada kepentingan organisasi. Muncullah kemudian rasa keterlibatan atau

sense of envolvement dan rasa ikut memiliki sertasense of belonging atau rasa “menjadi bagian” dari suatu kelompok.

4. Memunculkan saling pengertian dan saling menghargai tugas

masing-masing, sehingga meningkatkan rasa kesatuan dan pemantapan esprit de

corps (semangat korps).

2.1.3 Budaya Organisasi

2.1.3.1 Pengertian Budaya Organisasi

Mangkunegara (2005: 113) yang menyatakan bahwa budaya organisasi

adalah seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai nilai, dan norma yang

dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi

anggota anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan internal.

Peter dalam Tika (2008:4) budaya organisasi adalah pokok penyelesaian

masalah masalah eksternal dan internal yang pelaksaannya dilaksanakan secara

konsisten oleh suatu kelompok yang kemudian diwariskan kepada anggota

anggota baru sebagai cara yang tepat untuk memahami, memikirkan dan

merasakan terhadap masalah masalah terkait dalam organisasi.

Robbins dalam Riani (2011: 7) budaya organisasi adalah nilai nilai

(9)

karyawan yang menjadi panduan bagi kebijakan organisasi dalam mengelola

karyawan dan kosumen.

Dengan demikian budaya organisasi merupakan pola keyakinan dan nilai

nilai organisasi yang diyakini dan dijiwai oleh seluruh anggotanya dalam

melakukan pekerjaan sebagai cara yang tepat untuk memahami, memikirkan, dan

merasakan terhadap masalah masalah terkait, sehingga akan menjadi sebuah nilai

atau aturan didalam organisasi tersebut.

Menurut Robbins dalam Tika (2008: 10): Karakteristik Budaya Organisasi

1. Inisiatif Individual

Tingkat tanggung jawab, kebebasan atau indepenensi yang dimiliki oleh

setiap anggota organisasi dalam mengemukakan pendapat. Inisiatif

individual tersebut perlu dihargai oleh kelompok atau pimpinan organisasi

sepanjang menyangkut ide untk memajukan dan mengembangkan

organisasi atau perusahaan.

2. Toleransi terhadap tindakan beresiko

Budaya organisasi dikatakan baik apabila dapat memberikan toleransi

kepada anggota untuk dapat bertindak agresif dan inovatif dalam

memajukan organisasi atau perusahaan.

3. Pengarahan

Sejauh mana organisasi dapat menciptakan dengan jelas sasaran dan

harapn yang diinginkan. Tercantum dalam visi, misi dan tujuan organisasi.

4. Integrasi

Sejauh mana organisasi dapat mendorong unit unit organisasi untuk

bekerja dengan cara terkoordinasi, kekompakan unit unit tersebut dapat

mendorong kualitas dan kuantitas pekerjaan yang dihasilkan.

5. Dukungan manajemen

Sejauh mana manajer dapat memberikan arahan atau komunikasi, bantuan

serta dukungan yang jelas terhadap bawahan.

6. Kontrol

Alat yang di pakai adalah peraturan peraturan atau norma norma yang

(10)

pengawas yang dapat mengawasi dan mengendalikan perilaku anggota

organisasi atau karyawan.

7. Identitas

Sejauh mana para anggota suatu organisasi atau perusahaan dapat

mengidentifikasi dirinya sebagai suatu kesatuan dalam perusahaan dan

bukan sebagai kelompok kerja tertentu atau keahlian profesional tertentu.

8. Sistem imbalan

Sejauh mana alokasi imbalan ( kenaikan gaji, promosi, dan sebagainya)

didasarkan atas dasar prestasi kerja karyawan, bukan didasarkan sinioritas,

sikap pilih kasih dan sebagainya.

9. Toleransi terhadap konflik

Sejauh mana para karyawan didorong untuk mengemukakan konflik dan

kritik secara terbuka. Perbedaan pendapat merupakan fenomena yang

sering terjadi di suatu organisasi, namun perbedaan pendapat dan kritikan

dapat digunakan sebagai perbaikan atau perubahan strategi untuk

mencapai tujuan organisasi atau perusahaan.

10.Pola komunikasi

Sejauh mana komunikasi dibatasi oleh hirarki kewenangan yang formal.

Kadang kadang hirarki ini dapat menghambat terjadinya pola komunikasi

antara atasan dan bawahan atau antar karyawan itu sendiri.

Dengan menilai organisasi itu berdasarkan sepuluh karakteristik ini, akan

diperoleh gambaran majemuk dari budaya organisasi itu. Gambaran ini menjadi

dasar untuk perasaan pemahaman bersama yang dimiliki para anggota mengenai

organisasi itu, bagaimana urusan diselesaikan didalamnya, dan cara para anggota

berprilaku.

Menurut Robbins dalam Tika (2008:109) Ciri ciri budaya organisasi yang

kuat adalah sebagai berikut;

1. Anggota anggota organisasi loyal kepada organisasi

2. Pedoman bertingkah laku bagi orang orang di dalam perusahaan

(11)

orang didalam perusahaan sehingga orang orang yang bekerja menjadi

sangat kohesif.

3. Nilai nilai yang dianut organisasi tidak hanya berhenti pada slogan, tetapi

dihayati dan dinyatakan dalam tingkah laku sehari hari secara konsisten

oleh orang orang yang bekerja dalam perusahaan.

4. Organisasi memberikan tempat khusus kepada pahlawan pahlawan

organisasi dan secara sistematis menciptakan bermacam macam tingkat

pahlawan.

5. Dijumpai banyak ritual, mulai dari ritual sederhana hingga yang mewah.

6. Memiliki jaringan kulturan yang menampung cerita cerita kehebatan para

pahlawannya.

Sementara menurut Kennedy dalam Tika (2008:111) ciri ciri budaya

organisasi lemah, adalah:

1. Mudah terbentuk kelompok kelompok yang bertentangan satu sama lain.

2. Kesetiaan kepada kelompok melebihi kesetiaan kepada organisasi.

3. Anggota organisasi tidak segan segan mengorbankan kepentingan

organisasi untuk kepentingan kelompok atau kepentingan diri sendiri.

Schein dalam Sumarwanto (2010: 19) melihat budaya organisasi dari 3

(tiga) variable dimensi budaya organisasi, yaitu dimensi adaptasi eksternal

(external adaptation tasks), dimensi integrasi internal (internal intergration tasks)

dan dimensi asumsi-asumsi dasar (basic underlying assumtions), lebih lanjut

dijelaskan sebagai berikut :

1. Dimensi Adaptasi Eksternal (External Adaptation Tasks)

Sesuai teori Edgar H. Schein, maka untuk mengetahui variable Dimensi

Adaptasi Eksternal, indikator-indikator yang akan diteliti lebih lanjut

meliputi: misi, tujuan, sarana dasar, pengkuran keberhasilan dan strategi

cadangan. Pada organisasi bussines/private yang berorientasi pada profit,

misi merupakan upaya adaptasi terhadap kepentingan-kepentingan

investor dan stakeholder, penyedia barang-barang yang dibutuhkan untuk

(12)

2. Dimensi Integrasi Internal (Internal Intergration Tasks)

Dimensi Integrasi Internal, indikator-indikator yang akan diteliti, yaitu:

bahasa yang sama, batasan dalam kelompok, penempatan status/

kekuasaan, hubungan dalam kelompok, penghargaan dan bagaimana

mengatur yang sulit diatur.

3. Dimensi Asumsi-Asumsi Dasar (Basic Underlying Assumtions)

Indikator-indikator yang untuk mengetahui variable dimensi

asumsi-asumsi dasar, yaitu: hubungan dengan lingkungan, hakekat kegiatan

manusia, hakekat kenyataan dan kebenaran, hakekat waktu, hakekat

kebenaran manusia, hakekat hubungan antar manusia, homogenitas versus

heterogenitas.

2.1.3.2Interaksi Organisasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola adalah gambar yang dibuat

contoh/model ataupun bentuk (struktur) yang tetap. Jika dihubungkan dengan

interaksi, maka pola interaksi adalah bentuk bentuk dalam proses terjadinya

interaksi. Apabila dua orang bertemu maka interaksi sosial dimulai pada saat itu.

Mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara bahkan mungkin

berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk/pola interaksi soaial.

Bentuk jalinan interaksi yang terjadi antara individu dan individu, individu

dan kelompok, kelompok dan kelompok bersifat dinamis dan pola tertentu.

Apabila interaksi sosial tersebut diulang menurut pola yang sama dan bertahan

untuk jangka waktu yang lama, akan terwujud hubungan soaial yang relatif

mapan.

Pola interaksi sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Berdasarkan kedudukan soaial (status) dan peranannya. Contohnya,

seorang guru yang berhubungan dengan muridnya harus mencerminkan

perilaku seorang guru. Sebaliknya, siswa harus menaati gurunya.

2. Merupakan suatu kegiatan yang terus berlanjut dan berakhir pada suatu

(13)

interaksi seorang melakukan penyesuaian, pembauran, terjalin kerjasama,

adanya persaingan, muncul suatu pertentangan, dan seterusnya.

3. Mengandung dinamika. Artinya, dalam proses interaksi sosial terdapat

berbagai keadaan nilai sosial yang diproses, baik yang mengarah pada

kesempurnaan maupun kehancuran. Contohnya, penerapan nilai-nilai

agama dalam kehidupan masyarakat dapat menciptakan keteraturan sosial.

4. Tidak mengenal waktu, tempat dan keadaan tertentu. Berarti interaksi

sosial dapat terjadi kapan dan dimanapun, dan dapat berakibat positif atau

negatif terhadap kehidupan masyarakat. Contohnya, sebuah sekolah yang

terkenal memiliki disiplin dan tata tertib yang ketat dan mendapatkan

kepercayaan dari masyarakat, pada suatu ketika menjadi tercemar karena

ada siswanya yang melakukan tindakan amoral (Waluya, 2007: 44).

H. Boner (dalam Ahmadi, 2007: 49) mengemukakan interaksi sosial

adalah suatu hubungan antara individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang

satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. Maryati dan Suryawati menyatakan bahwa, “Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar

individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok”. Pendapat lain

dikemukakan oleh Murdiyatmoko dan Handayani, “Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh

mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial”.

Interaksi sosial merupakan hubungan yang tertata dalam bentuk

tindakan-tindakan yang berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku dalam

masyarakat. Bila interaksi itu berdasarkan pada tindakan yang sesuai dengan nilai

dan norma yang berlaku, maka kemungkinan hubungan tersebut berjalan lancar.

Misalnya, apabila kita mengutarakan sesuatu dengan hormat dan sopan terhadap

orang tua, maka kita akan dilayani dengan baik. Sebaliknya, jika kita berperilaku

tidak sopan dan tidak hormat terhadap orang tua, maka mereka akan marah, yang

(14)

Terjadi interaksi sosial sebagaimana dimaksud karena adanya saling

mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing pihak dalam suatu hubungan

sosial. Menurut Roucek dan Warren, interaksi adalah salah satu masalah pokok

karena ia merupakan dasar segala proses sosial. Interaksi merupakan proses timbal

balik, dimana satu kelompok dipengaruhi oleh tingkah laku reaktif pihak lain dan

demikian, ia mempengaruhi tingkah laku orang lain. Orang mempengaruhi

tingkah laku orang lain melalui kontak. Kontak ini mungkin berlangsung melalui

organisme fisik, seperti dalam obrolan, pendengaran, melakukan gerakan pada

beberapa bagian badan, melihat dan lain-lain atau secara tidak langsung, melalui

tulisan atau dengan cara berhubungan dari jauh. (Basrowi, 2005:

138-140).Interaksi sosial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Ada selalu dengan jumlah lebih dari satu orang.

2. Ada komunikasi dengan menggunakan simbol-simbol.

3. Ada dimensi waktu (masa lampau, masa kini, dan masa mendatang) yang

menentukan sifat aksi yang sedang berlangsung.

4. Ada tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut

dengan yang diperkirakan oleh pengamat.

Menurut Sitorus (dalam Basrowi, 2005) berlangsung interaksi sosial dapat

didasarkan pada berbagai faktor, antara lain :

1. Imitasi

Imitasi adalah suatu proses belajar dengan meniru atau mengikuti perilaku

orang lain. Dalam interaksi sosial imitasi dapat bersifat positif, artinya

imitasi tersebut mendorong seseorang untuk melakukan kaidah-kaidah dan

nilai-nilai yang berlaku. Namun, imitasi juga dapat berpengaruh negatif

apabila yang dicontoh itu adalah perilaku-perilaku menyimpang. Selain

itu, imitasi juga dapat melemahkan atau mematikan kreativas seseorang.

Misalnya, anak yang terus-menerus meniru dan mengikuti perintah atau

kehendak orang lain, akhirnya tidak dapat mengembangkan daya

(15)

2. Sugesti

Sugesti adalah cara pemberian suatu pandangan atau pengaruh oleh

seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu sehingga orang tersebut

mengikuti pandangan atau pengaruh tersebut tanpa berpikir panjang.

Seugesti dan biasanya emosi ini menghambat daya pikir rasionalnya.

Proses sugesti lebih mudah terjadi apabila orang yang memberikan

pandangan itu adalah orang yang berwibawa dan bersifat otoriter.

3. Identifikasi

Identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang

untuk menjadi sama dengan pihak lain. Proses identifikasi dapat

membentuk kepribadian seseorang, misalnya seorang pemuda mengikuti

mode potongan rambut panjang karena menurutnya hal itu sudah menjadi

mode kesukaan para bintang film terkenal.

4. Simpati

Simpati adalah perasaan “tertarik” yang timbul dalam diri seseorang dan

membuatnya seolah olah berada dalam keadaan orang lain. Simpati

merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada perasaan

pihak lain. Dalam hal tertentu, simpati mirip dengan identifikasi yakni

kecenderungan untuk menempatkan diri dalam keadaan orang lain.

Perbedaannya adalah bahwa di dalam simpati perasaan memegang peranan

penting walaupun dorongan utama adalah keinginan untuk memahami

pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya tanpa memandang status dan

kedudukan.

2.2 Kerangka Konsep

Jika kita menginformasikan sesuatu mengenai objek tertentu, maka

diperlukan suatu standar yang umum atas objek tersebut. Untuk hal ini digunakan

konsep. Konsep merupakan sejumlah ciri yang berkaitan dengan suatu objek.

Konsep diciptakan dengan menggolongkan dan mengelompokan objek-objek

tertentu yang mempunyai ciri yang sama (Umar, 2002: 56).

(16)

Variabel bebas yaitu segala gejala, faktor atau unsur yang menentukan atau

mempengaruhi munculnya variabel kedua yang disebut sebagai variabel

terikat, (Nawawi, 2001: 57). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

budaya organisasi.

2. Variabel Terikat (Y) / Dependent Variable

Variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. (Bungin,

2011: 72). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Interaksi Pegawai

Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas.

Gambar 2.2 Model Teoritis

2.3 Variabel Penelitian

Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Variabel X Variabel Y

Variabel X

1. Variabelbebas (X)

Variabel independent atau bebas merupakan variabel yang menjelaskan

atau mempengaruhi variabel lain (Umar, 2002:58). variabel bebas dalam

penelitian ini adalah Budaya Organisasi.

1. Dimensi Adaptasi Eksternal

(External Adaptation Tasks)

2. Dimensi Integrasi Internal

(17)

Variabel dependent atau terikat merupakan variabel yang dijelaskan atau

yang dipengaruhi oleh variabel bebas (Umar, 2002:58). Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah interaksiorganisasi.

Karakteristik responden merupakan ciri-ciri daripada responden yang akan

dijadikan sampel pada penelitian. Karakteristik responden tersebut meliputi usia,

jenis kelamin, jabatan, lama bekerja dan kesatuan responden saat melakukan

pengisisan kuesioner

2.4 Defenisi Operasional

Dalam penelitian ini konsep yang dipakai dan berkedudukan sentral dalam

penelitian terlebih dahulu harus dibuat operasional. Fungsi konsep ini sebagai

pengarahan, prosedur dan empiris (Sugiyono, 2010: 56). Maka variabel-variabel

dalam operasional penelitian ini didefenisikan sebagai berikut :

1. Variabel Bebas (X) yaitu Budaya Organisasi, yang terdiri dari :

a. Dimensi adaptasi eksternal yang dimaksudkan pada penelitian

iniadalah: misi, tujuan, sarana dasar, pengkuran keberhasilan dan

strategi cadangan. Pada organisasi bussines/private yang berorientasi

pada profit, misi merupakan upaya adaptasi terhadap

kepentingan-kepentingan investor dan stakeholder, penyedia barang-barang yang

dibutuhkan untuk produksinya, manager, karyawan, masyarakat,

pemerintah dan konsumen.

b. Dimensi Integrasi Internal yang dimaksud pada penelitian ini adalah

bahasa yang sama, batasan dalam kelompok, penempatan status/

kekuasaan, hubungan dalam kelompok, penghargaan dan bagaimana

mengatur yang sulit diatur.

c. Dimensi asumsi-asumsi dasar, yaitu: hubungan dengan lingkungan,

hakekat kegiatan manusia, hakekat kenyataan dan kebenaran, hakekat

waktu, hakekat kebenaran manusia, hakekat hubungan antar manusia,

(18)

2. Variabel Terikat (Y) yaitu Proses Interaksi Pegawai

a. Imitasi adalah suatu proses belajar dengan meniru atau mengikuti

perilaku orang lain. Dalam interaksi sosial imitasi dapat bersifat

positif, artinya imitasi tersebut mendorong seseorang untuk melakukan

kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku.

b. Sugesti adalah cara pemberian suatu pandangan atau pengaruh oleh

seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu sehingga orang

tersebut mengikuti pandangan atau pengaruh tersebut tanpa berfikir

panjang.

c. Identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang

untuk menjadi sama dengan pihak lain.

d. Simpati adalah perasaan “tertarik” yang timbul dalam diri seseorang

dan membuatnya seolah-olah berada dalam keadaan orang lain.

Simpati merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik

pada perasaan pihak lain.

3. Karakteristik Responden

a. Usia : Umur responden pada saat pengisian

kuesioner.

b. Jenis Kelamin : Jenis kelamin responden pada saat

pengisian kuesioner.

c. Jabatan : Jabatan responden pada saat pengisian

kuesioner.

d. Lama Bekerja : Lama bekerja (masa bakti) responden pada

Polsek Telun Kenas.

e. Kesatuan Responden : Kesatuan responden pada saat pengisian

kuesioner.

2.5 Hipotesis

Hipotesis merupakan perkiraan, dugaan atau jawaban sementara terhadap

masalah atau pertanyaan penelitian yang masih perlu diuji kebenarannya karena

(19)

Ha : Terdapat pengaruh antara budaya organisasi terhadap proses

interaksi pegawai Bhabinkantibmas Polsek Telun Kenas

Ho : Tidak terdapat pengaruh antara budaya organisasi terhadap proses

Gambar

gambar, dan sebagainya.
Gambar 2.2 Model Teoritis

Referensi

Dokumen terkait

Perumusan masalah penelitian ini adalah: 1) apakah ada pengaruh keragaman menu, kepercayaan, dan nilai pelanggan terhadap kepuasan pada Franchise Cokelat Klasik Surakarta; 2)

Namakan bahagian yang berlabel X Rajah sebelah menunjukan struktur mataa. Ali tidak dapat melihat tulisan di papan putih dengan jelas kerana dia

Modernisasi yang dilakujkan akan memungkinkan Indosat untuk melayani lebih banyak pelanggan di jaringan-nya, meningkatkan secara signifikan kualitas dan kecepatan layanan

Usulan masyarakat untuk meluruskan alur sungai Mata Putih hilir yang bermeander tidak akan menyelesaikan masalah karena dengan pelurusan alur sungai gaya seret aliran ke arah

Dari hasil penelitian di atas dapat ditarik kesimpulan, yaitu: 1) Faktor internal yang mem- pengaruhi audit delay adalah size perusahaan dan faktor eksternal ukuran kantor

Dengan memasang 1 atau 3 mesin drawing sebagai proses pre drawing, yang kemudian hasil slivernya disuapkan pada lap former, maka serat-serat dari lap hasil lap former yang

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah disampaikan, maka rumusan masalah pada penelitian ini, Bagaimana analisis kecepatan rata - rata waktu

Fungsi dari tulisan di atas adalah untuk mengarahkan semua website di atas contohnya secure.registeridm.com ke localhost alias ke komputer kita sendiri.. Setelah selesai, tinggal