• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengawasan Otoritas Terhadap Bumn Yang Sudah Diprivatisasi Melalui Pasar Modal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengawasan Otoritas Terhadap Bumn Yang Sudah Diprivatisasi Melalui Pasar Modal"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Subjek penelitian ini difokuskan pada pengawasan otoritas terhadap BUMN yang sudah diprivatisasi melalui pasar modal (go public). Pembentukan BUMN merupakan amanah Pasal 33 ayat (1) dan (2) UUD 1945, Negara diberikan wewenang untuk menguasai cabang-cabang produksi yang penting dan menguasai hajat hidup orang banyak yang dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Ada dua hal penting yang dapat di maknai dari ketentuan Pasal 33 ayat (1) dan (2) UUD 1945 tersebut, Pertama, Penguasaan negara tidak selalu diartikan bahwa negara sebagai pemilik yang menguasai seluruh kepemilikan atas perusahaan (BUMN). Kedua, kepemilikan swasta diakui sepanjang otoritas tetap memiliki hak untuk mengawasi. Pemikiran pertama membuka ruang bagi terjadinya privatisasi BUMN sedangkan pemikiran kedua membuka ruang bagi pengawasan otoritas terhadap BUMN. Privatisasi BUMN diyakini mampu mendorong BUMN untuk bertransformasi kearah pengelolaan yang lebih efisien sesuai tuntutan pasar. Privatisasi BUMN melalui Pasar modal pada dasarnya adalah transformasi kepemilikan Negara kepada kepemilikan swasta yang juga dapat dimaknai sebagai peralihan konsentrasi pengawasan Negara terhadap BUMN kepada mekanisme pasar. Pada saat BUMN diprivatisasi melalui pasar modal, kepemilikan saham BUMN akan tersebar luas di masyarakat, keberadaan BUMN sebagai entitas privat harus dikelola berdasarkan ketentuan-ketentuan yang diberlakukan dalam regulasi pasar modal yang tidak membedakan perusahaan milik swasta dan BUMN. Kondisi ini tentunya kurang efektif bagi otoritas dalam melakukan pengawasan terhadap pengelolaan BUMN yang telah di privatisasi, mengingat sejumlah regulasi terkait BUMN belum berorientasi pada pengawasan yang ideal terhadap BUMN yang go public. Dalam perjalanannya akan sulit mengarahkan kebijakan yang di inginkan otoritas terhadap keberlangsungan BUMN tersebut. Tujuan kesejahteraaan masyarakat yang diemban BUMN akan sangat mudah bergeser apabila peran otoritas dalam pengawasan BUMN tidak dimaksimalkan.

Penelitian Disertasi ini dilakukan terhadap BUMN go public, data dalam penelitian ini diperoleh dari data primer berupa wawancara langsung di lapangan pada PT. Aneka Tambang, Tbk (Persero) dan PT. Garuda Indonesia, Tbk (Persero). Sementara itu data skunder, baik berupa bahan hukum primer, skunder dan tersier diperoleh dari studi pustaka. Studi komparatif juga dilakukan pada penelitian ini, yaitu pada perusahaan Petronas di Malaysia dan Temasek Holding di Singapura. Data yang diperoleh tersebut dinalisis dengan metode deskriptif kualitatif. Metode pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan multi entry atau multi disiplin, artinya penelitian ini bukan saja dianalisis menurut norma-norma hukum yang menyangkut privatisasi dan pengawasan BUMN yang terdapat dalam berbagai peraturan perundang-undangan (yuridis), melainkan juga meliputi aspek non hukum seperti politik ekonomi, bisnis dan filsafat.

(2)

perusahaan menjadikannya tidak fleksibel dan cenderung lamban. Belum lagi pengelolaan perusahaan negara tidak bias terlepas dari pengaruh politik pemerintah yang berkuasa, cara pandang yang salah terhadap BUMN telah menjadikannya sebuah usaha dengan peluang yang sangat besar untuk melakukan penyimpangan. Hal ini sangat berdampak terhadap rendahnya minat investor untuk menanamkan modalnya terhadap BUMN go public selaku emiten dalam komunitas pasar modal. Kondisi ini menjadi alasan yang kuat untuk membangun sebuah pengawasan yang baik dan terukur dalam pengelolaan BUMN go public, sehingga apa yang menjadi tujuan utama dibentuknya BUMN dapat diwujudkan. Sistem pengawasan otoritas terhadap BUMN yang sudah diprivatisasi tidak jauh berbeda dengan BUMN yang belum diprivatisasi, pengawasan OJK terhadap BUMN go public adalah pembeda diantara keduanya. Sebagai perusahaan yang dibentuk dengan modal dari kekayaan negara yang dipisahkan, system pengawasan yang telah dibangun oleh otoritas selama ini tetap berlaku terhadap pengelolaan BUMN go public tersebut, walaupun dalam ketentuan pasar modal tidak mengenal bentuk pengawasan seperti ini. Pengawasan internal maupun eksternal yang berjalan dalam pengelolaan BUMN go public merupakan pengawasan yang mengkombinasikan antara pengawasan yang telah diatur dalam regulasi Perseroan Terbatas, Pasar Modal dan system pengawasan baku yang ada di pemerintahan.

Keberadaan BUMN go public sebagai perusahaan negara yang berkiprah di pasar modal telah menjadikannya sebagai perusahaan dengan system pengawasan yang beragam. Namun mekanisme pengawasan yang dibangun seyogianya mampu mendongkrak kinerja BUMN go public dalam menjalankan usahanya, bukan terkesan menjadikan BUMN go public harus menjadi sebuah usaha pemerintah yang harus mengikuti alur birokrasi yang sangat komplek, berbelit-belit dan sangat kaku. BUMN go public harus dipandang sebagai sebuah usaha yang berjalan secara profesioanal, sehingga pengawasan yang dilakukan juga harus disesuaikan dengan mekanisme korporasi yang umumnya berlaku pada perusahaan swasta lainnya. Kehadiran otoritas yang relefan untuk mengawasi keberlangsungan sebuah BUMN go public harus sedapat mungkin mengawasi BUMN dengan pola bussines judgement rule, sebagaimana yang telah ditegaskan Mahkamah Konstitusi dalam amar putusannya terkait modal BUMN yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Sehingga tidak ada keragu-raguan bagi BUMN go public dalam menjalankan aksi-aksi korporasinya untuk dapat mewujudkan apa yang dicita-citakan selama ini. Urgensi pengawasan otoritas terhadap BUMN go public harus menjadi perhatian lebih jika menginginkan kondisi BUMN yang ideal dan bermanfaat bagi pembangunan dan kesejahterahan masyarakat. Sistem yang dibangun dalam regulasi terkait BUMN dan Pasar Modal harus meng-cover terkait pengawasan yang efektif untuk mendukung perjalanan BUMN yang diharapkan. Pengelolaan BUMN yang masih belum ideal dalam penerapan Good Coorporate Governance (GCG) dan mekanisme pasar yang diberlakukan dalam BUMN yang diprivatisasi mengisyaratkan pengawasan oleh otoritas melalui regulasi yang terstruktur dan sistematis.

(3)

ABSTRACT

The subject of this research is focused on Supervision of Authority towards State-Owned Enterprises that have been privatized through capital markets (go public). The establishment of State-Owned Enterprises is a mandate of Article 33 point (1) and (2) of the 1945 Constitution. State has the authority to control the essential and significant sources of economic activities which affect the continuity and existence of lives of many people, in which these essential and significant economic activities are for the welfare and prosperity of the people. Article 33 point (1) and (2) of the 1945 Constitution has two underlined interpretable points. First, control of the State does not always mean that the State is the Absolute Owner who controls the entire ownership of State-Owned Enterprises (BUMN). Second, private ownership is allowed as long as The Authority retains the right to supervise. The first thought gives the space for privatization, while the second thought opens up space for the authority control of the SOEs. Privatization of state enterprises is believed to be effective to encourage SOEs to transform towards a more efficient management as per market demands. Privatization of state enterprises through the capital market is basically the transformation of state ownership to private ownership which can also be interpreted as a transform of concentrations of State supervision towards the state-owned enterprises to the market mechanism. At the time of SOEs are privatized through the capital market, the ownership of state-owned shares will be widespread in the community. The existence of state-owned enterprises as a private entity to must be managed under the provisions applied in the regulation of the capital markets which do not distinguish between private and state-owned enterprises. This condition is certainly less effective for the authority in supervising the management of state-owned enterprises that have been privatized, considering a number of regulations related to state-owned enterprises have not been oriented to the ideal supervision towards go-public SOEs. This condition will be hard in its process to direct policies as expected by Authority for the sake of the sustainability of SOEs. The objective of SOEs to establish public welfare will easily deviate when the supervisory role of the Authority's role in SOs is not maximized.

(4)

The result of the study shows that go-poblic SOEs on the basis of state company which has the objectives to prosper the people and echieve profit resulting from the professionalism of a business as well, go public SOEs have very complex objectives. However, as the State assets, go-public SOEs have weakness side that makes lots of companies become very bureaucratic that leads the SOEs to be inflexible and tends to be sluggish.

Moreover, the management of state enterprises that cannot be separated from the political influence of the ruling government and mistaken perspectives towards state-owned enterprises will potentially bring the business about to have more chances for deviations. This condition will result in low interest of investors to invest for go-public SOEs as issuers in the capital market community. For this reason, it is surely a must to build a good and measurable supervision in the management of SOEs to go public, so that the main purpose of the establishment of state-owned companies can be realized. Authority control system of the privatized state enterprises are not much different from the state-owned enterprises that have not been privatized. The FSA (Financial Service Authority) supervision of the go-public is the difference in between. As a company established from the seperated capital of state asset, supervision system which has been established by the authorities so far still valid and applied to the management of go-public SOEs, even though the capital market regulations do not adopt this form of control.Both Internal and external supervisions applied in the management of go-public SOEs constitute the supervision that combine supervision that has been set in the regulation Company Limited, Capital Markets and standard control systems that exist in government.

The existence of go-public SOEs as the State Company dealing with capital markets have made it a company with diverse supervision system. However, the supervision mechanism that is built should be able to boost the performance of go-public SOEs in running their business, and not to direct the go-public state enterprises to be a government business that must follow the flow of bureaucracy which is very complex, complicated and very inflexible. Go-public SOEs to go public must be treated as a professional business. Thus, the supervision applied must be in accordance with corporate mechanism generally applied to other private companies. The presence of the relevant authorities to supervise the sustainability of a go-public SOEs must optimally supervise SOE under the method of business judgment rule, as has been emphasized in the verdict of the Constitutional Court related to SOE capital originating from the seperated state assets. Thus, there will be no place for any doubts for go-public SOEs in carrying out corporate actions in order to realize what is aspired to be fof over the years. Urgency authority control for go-public SOEs must be taken into deeper attention and consideration to build and develop SOEs conditions to be ideal and beneficial for the development and public welfare. System built in SOEs concerning with regulations and Capital Markets must cover the effective supervision related to support SOEs running as expected. SOEs management which is still not ideal in implementing Good Corporate Governance (GCG) and market mechanisms applied in the privatized SOEs reflect that it severely requires Supervision conducted by the authorities through a structured and systematic regulation.

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang : a bahwa Pengenaan Sanksi Terhadap Pelanggaran Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Kota

Alasan lainnya yang menyebabkan souvenir ondel-ondel belum memiliki daya saing yang kuat adalah pemasaran yang belum maksimal dilakukan oleh para penjual dan pengrajin

Dalam bersih desa, seluruh masyarakat ikut terlibat. Di dalamnya terdapat pembagian kerja, dimana individu-individu sebagai bagian dari masyarakat Dusun Sambeng

Penimbangan Seluruh Bahan Berdasarkan Resep Dasar Kue Nastar.. Penimbangan Seluruh Bahan Berdasarkan Resep Dasar

Form master transaksi, berisi tampilan untuk admin menginput data pelanggan yang pesan, yang kemudian menginputkan data pesanan ke form proses transaksi. Form master

maternal dan p=0,177 untuk hubungan kadar albumin serum dengan mortalitas maternal pasien preeklampsia berat.. dan

Pengembangan Produk Turunan Nangka Melalui Pemanfaatan Biji Nangka Sebagai Bahan Baku Varonyil (Variasi Roti Unyil) yang Sehat.. Bahan Pangan, Gizi, dan

Selain itu juga dalam pertimbangan Hakim telah sesuai Pasal 183 jo Pasal 193 ayat (1) KUHAP menggunakan keterangan ahli yang didukung alat bukti lain sebagai dasar