• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Jang Di susun oleh Seksi Kenegaraan Depernas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Laporan Jang Di susun oleh Seksi Kenegaraan Depernas"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

L a p o r a n

Jang Disusun

Oleh

(2)

Isi laporan Seksi Kenegaraan Depernas.

halaman

Prakata ……… 1

BAB I : Keamanan dan Pertahanan ………. 3

Pendahuluan ……… 3

Paragrap I : Diplomasi ………. 4

Paragrap II : Keamanan/Pertahanan ………. 5

Paragrap III : Penjederhanaan Partai2 dan Organisasi Massa ………... 8

Paragrap IV : Masalah Front Nasional ……….. 11

Pafagrap V : Masalah Pemilihan Umum ………. 12

BAB II : Pemerintahan ………. 14

Pendahuluan. Paragrap I : Organisasi Negara dan Organisasi Pemerintah …. 14 Paragrap II : Pembangunan Desa, Landreform, Transmigrasi 19 Paragrap III : Bidang Perombakan Perundang-undangan ko-Lonial dan pembinaan perundang-undangan Nasional ……… 24

BAB III : Mempersiapkan masjarakat untuk pembangunan Semesta dan berentjana dalam bidang mental …… 28

Paragrap I : Dalam sektor Pendidikan, Kebudajaan dan Keagamaan, revo-lusi mental dapat ditjapai dengan djalan : ……… 30

Paragrap II : Dalam sektor kesehatan dan olah raga revolusi mental dapat ditjapai dengan djalan : ………. 32

Paragrap III : Dalam sektor Pemerintahan, revolusi mental dapat ditjapai dengan djalan : ……….. 33

Paragrap IV : Dalam sektor kemasjarakatan, revolusi mental dapat ditjapai dengan djalan : ……….. 33

Paragrap V : Pengerahan tenaga rakjat dalam hubungan rovolusi mental : 33 Paragrap VI : Dalam sektor Sandang Pangan revolusi mental dapat ditjapai dengan djalan : ………. 34

(3)

DEWAN PERANTJANG

155a/X-Dep./’59,-NASIOANAL 125

-LAPORAN SEKSI-SEKSI NEGARAWAN DEPERNAS. Prakatan.

Seksi Kenegaraan ini dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada hari Sabtu tanggal 19 September 1959, dengan susunan keanggotaan sebagai berikut :

1. Mr Soedarisman Poerwokoesoemo K e t u a

2. Mr A. Baramuli Wakil Ketua

3. Abdulrachman Setjowibowo A n g g o t a 4. Let. Kol. Achmad Tirtosudiro “

-5. Husein Jusuf “

-6. Dr Ida Bagus Mantra “

-7. Silas Papare “

-8. Samadikoen “

-9. Mr R. Soerojo Wignjodipoero “

10. Sanusi Hardjadinata “

11. Supranoto “

12. Sjamsuddin “

13. Nj. Mr Roesiah Sardjono “

14. Soepardi “

15. Soetedjo Dirdjosoebroto “

16. W i k a n a “

17. K.H. Muslich “

-Sekretaris : Mr Dudy Singadilaga.

Pada hari Senin tanggal 21 September 1959 sampai dengan hari Rabu tanggal 23 September 1959 Seksi-Kenegaraan mengadakan sidangnja terus-menerus untuk menjelesaikan naskah-kerdjanja, berdasarkan tugas jang telah digariskan oleh Pimpinan Depernas. Adapun jang diputuskan seba-gai naskah-kerdja dari pada Seksi Kenegaraan itu adalan :

1. rentjaana kertas-kerdja usul Pimpinan Seksi

2. “ichtisar” manifesto-politik Presiden jang diadjukan oleh Pim-pinan Seksi dan

3. Hatsil2 pembitjaraan sidang Seksi tanggal 23 September 1959. Dalam sidang itu djuga diputuskan bahwa Seksi Kenegaraan dibagi da-lam 3 Sub-Seksi ialah :

1. Sub-Seksi Keamanan/Pertahanan 2. Sub-Seksi Pemerintahan dan 3. Sub-Seksi Mental.

Susunan Sub-Seksi Keamanan/Pertahanan adalah sebagai berikut : 1. Sdr. Overste Achmad Tirtosudiro K e t u a

2. Sdr. Soepardi Wakil Ketua

3. Sdr. Kommisaris Besar Abdulrachman A n g g o t a Setjowibowo

4. Sdr. Silas Papare “

-5. Sdr. Mr Soerojo Wignjodipoero “

(4)

Susunan Sub-Seksi Pemerintahan :

1. Sdr. Supranoto K e t u a

2. Sdr. Nj. Mr Roesiah Sardjono Wakil Ketua 3. Sdr. Samadikoen A n g g o t a

4. Sdr. W i k a n a “

-5. Sdr. Sanusi Hardjadinata “ -Susunan Sub-Seksi Mental :

1. Sdr. K.H. Muslich K e t u a 2. Sdr. Dr Ida Bagus Mantra Wakil Ketua 3. Sdr. Sjamsuddin A n g g o t a 4. Sdr. Soetedjo Dirdjosoebroto “

-5. Sdr. Husein Jusuf “

-Pada hari Senin tanggal 12 Oktober 1959 Seksi-Kenegaraan mulai menga-dakan sidang-sidangnja lagi dan mengambil keputusan2 sbb. :

1. Bidang2 pokok jang mendjadi tugas Sub-Seksi Keamanan/Perta-hanan adalah :

a. Keamanan/Pertahanan b. Penjederhanaan Partai-partai c. Pemilihan-Umum

d. Front-Nasional e. Diplomasi

2. Bidang2 pokok Sub-Seksi Pemerintahan : a. Pemerintahan Daerah

b. D e s a c. Transmigrasi

d. Merombakl perundang-undang kolonial dan membina perundang-undangan nasional.

3. Bidang2 pokok Sub-Seksi Mental :

a. Mentale omschakeling alat Negara, peladjar dan masjarakat. b. Mempersiapkan masjarakat untuk pembangunan

semesta/be-rentjana.

4. Masing Sub-Seksi pada hari Kamis tanggal 15 Oktober 1959, su-paja sesuai dengan keputusan sidang Pimpinan Depernas bersa-ma-sama Pimpinan2 Seksi pada hari Minggu malam tanggal 11 Oktober 1959, sudah dapat menjerahkan hatsil2 pekerdjaannja kepada Seksi-Kenegaraan jang berisi usul-usul konkrit tentang : a. Penundjukan bagian2-bidang,

b. Alasan2 tentang penundjukan bidang2-pokok dan bagian-bagian bidang.

c. Tjara pelaksanaan bidang2-pokok dan bagian2-bidang itu.

(5)

Setelah Sub2-Seksi mengadakan sidangnja masing-masing terus-menerus dari tanggal 12 Oktober sampai dengan tanggal 14 Oktober 1959, maka Seksi–Kenegaraan dapat mengadakan sidangnja lagi pada hari Kamis tanggal 15 Oktober 1959 dan mengambil keputusan sbb. :

“Laporan jang diadjukan oleh Seksi-Kenegaraan kepada Sidang Pleno Depernas bulan Nopember 1959 adalah hatsil-pekerdjaan Sub2-Seksi itu ditambah dengan usul2 jang diadjukan dalam sidang Seksi-Kenegaraan pada tanggal 15 Oktober 1959 itu”.

Setelah pimpinan Seksi-Kenegaraan berhatsil menjusun laporan itu dan setelah laporan ini disjahkan oleh sidang Seksi-Kenegaraan pa-da hari Sabtu tanggal 17 Oktober 1959 djam 12.45 siang, maka lapo-ran pekerdjaan Seksi-Kenegaraan bulan September dan Oktober 1959 ini diserahkan kepada Sidang Pleno Depernas dengan harapan, setelah disempurnakan seperlunja, untuk didjadikan keputusan daripada Deper-nas.

Karena belum ada pembagian pekerdjaan jang tegas antara Seksi-seksi Depernas satu sama lainnja, umpama soal “landreform” jang meru-pakan bidang-pokok dari semua Seksi, hendaknja Depernas ini dapat memberikan garisnja jang tegas segi manakah jang mendjadi tugas da-ripada sesuatu Seksi mengenai bidang-pokok jang sama itu, sehingga dengan demikian dapat dihindarkan tjara bekerdja jang bersimpang-siur dan kurang effectief.

Adapun laporan pekerdjaan Seksi-Kenegaraan selengkapnja ada-lah seperti dibawah ini, terbagi atas tiga Bab dan beberapa para-grap sebagai berikut :

B A B I

Keamanan dan Pertahanan PENDAHULUAN

Tugas dari Depernas adalah membikin suatu pola tentang pemba-ngunan Semesta dan Berentjana dari negara kita.

Didasarkan atas kebutuhan dalam waktu singkat, maka tudjuan pola pertama Depernas adalah agar negara kita pada achir tahun 1965 harus sudah mampu memberikan sandang pangan jang setjukupnja kepada rakjatnja dan setjara “self-supporting”.

Beberapa sjarat pokok dan utama untuk dapat terselenggaranja dengan baik pekerdjaan-pekerdjaan tersebut diatas adalah :

a. adanja suatu suasana jang aman dan tenteram,

b. terdapatnja aparat-aparat Pemerintah jang mampu untuk me-laksanakan program ini dengan berhasil-guna

Masalah-masalah berat jang hingga kini masih dialami negara kita menundjukkan, bahwa banjak dari kesulitan-kesulitan ditanah air kita berhubungan dengan, bahkan sering kali bersumber pada per-soalan-persoalan keamanan/pertahanan, jang sampai sekarang masih be-lum dapat dipetjahkan dan diselesaikan dengan memuaskan.

(6)

Walaupun demikian ini tidak berarti, bahwa pembangunan be-lum dapat dimulai sebebe-lum stabilitet dan keamanan telah dapat di-tegakkan sepenuhnja. Kedua-duanja harus dapat dikerdjakan bersamaan.

Pengalaman-pengalaman dinegara kita menundjukkan, bahwa dise-babkan hingga sekarang kita tidak mampu menjelesaikan persoalan-persoalan keamanan/pertahanan maka persoalan-persoalan keamanan/pertahanan ini dapat mendjadi sumber bagi kesulitan-kesulitan jang menghambat stabilitet, merintangi pembaharuan, pendeknja menghalang-halangi pembangunan Semesta dan Berentjana, untuk mentjapai suatu masjara-kat jang adil dan makmur.

Karena itu maka persoalan keamanan ini harus mendapat perha-tian dan pemetjahan dengan segera dan sebaik-baiknja.

Keamanan dalam arti jang seluas-luasnja ini meliputi bidang-bidang:

a. Diplomasi,

b. Keamanan dan sich (dalam arti sempit), c. Penjederhanaan partai-partai,

d. Pembentukan Front-Nasional, e. Penjempurnaan pemilihan umum.

Paragrap I DIPLOMASI

Apa sebabnja maka diplomasi kita hubungkan dengan keamanan/ pertahanan ?

Diplomasi adalah tameng/alat jang pertama dan utama dalam menghadapi rupa-rupa serangan dari luar.

Alat diplomasi ini dapat dilakukan sebagai berikut:

a. setjara negatif – mentjegah dapat serangan dari luar dan mengurangi sampai seminimal-minimalnja djumlah lawan. b. setjara positif –

(1) Mendapatkan kawan sebanjak-banjaknja (jang bersahabat dengan kita),

(2) Setjara aktif turut serta dalam memelihara perdamaian. Politik bebas dan aktif dari Pemerintah kita sekarang ini ha-rus dipegang teguh dan dilaksanakan dengan lebih produktif. Dalam suasana pertentangan antara dua blok besar didunia sekarang ini, ma-ka faktor-faktor geopolitik dan geostrategi dari Indonesia dapat mem-berikan kedudukan kepada negara kita sebagai objek pertentangan jang dapat berbentuk sebagai berikut:

a. perang dingin, inklusif tindakan-tindakan subversif b. serangan terbatas

c. serangan langsung dan umum.

Kita harus pandai memainkan diplomasi kita itu hingga djangan sampai “mengundang” sesuatu pihak untuk menjerang kita.

Tapi walaupun demikian jang djelas adalah bahwa kedua pihak

(7)

akan memasukkan perang dinginnja dengan ditumpangkan kepada faktor-faktor dalam negara kita jang masih belum stabil.

Sesuai dengan utjapan P.J.M. Presiden dalam Manifesto Politik nja, maka kita harus dapat mempertahankan kepribadian kia ditengah-tengah tarikan-tarikan kekanan dan kekiri jang sekarang sedang ber-laku kepada kita dalam pergolakan dunia menudju kepada satu imbang-an baru.

Paragrap II KEAMANAN/PERTAHANAN

Kalau sendjata diplomasi gagal maka kita harus mampu untuk mempertahankan diri terhadap segala gangguan/serangan dalam bentuk apapun djuga.

Sebab-sebab jang dapat mengganggu keamanan adalah terutama: (a) serangan dari luar

(b) pertentangan ideology

(c) keadaan sosial-ekonomis jang belum baik (d) kombinasi dari (b) dan (c).

Terhadap serangan dari luar kita harus dapat mempertahankan diri dengan segala kemampuan jang ada pada kita. Pelaksanaan dari soal ini tidak akan dibahas disini.

Pengalaman dinegara kita menundjukkan bahwa pertentangan-per-tentangan ideology jang tadjam memburuk keadaan sosial-ekonomis jang sesungguhnja harus kita bangun dengan sepenuh tenaga untuk menghi-langkan segala sisa-sisa kolonial dan guna meletakkan dasar-dasar jang kokoh bagi suatu negara jang baru. Pertentangan ini djuga meng-akibatkan lemahnja kedudukan kita diforum politik internasional (li-hat Manifesto Politik Presiden.)

Dalam mentjari penjelesaian dalam hal ini baiklah disini di-kemukakan pendapat dari seorang ahli militer Inggeris bernama Liddell Hart jang berbunji: “The true national objective in war lies in the after war”. (Tudjuan nasional jang sebenarnja dalam suatu peperangan terletak dalam keadaan sesudah perang). Pendapat tersebut berlaku baik untuk perang melawan musuh dari luar, maupun untuk penjelesaian keamanan dalam negeri.

Djadi selain dari kita harus dapat menghentikan dulu ganggu-an-gangguan jang kita hadapi bahkan kita djuga harus mampu untuk men-tjiptakan keadaan dikemudian hari jang mengandung unsur-unsur kemak-muran, keadilan dan stabilitet, termasuk stabilitet dalam kehidupan kepartaian dan ketenteraman dalam kehidupan kerochanian pada umumnja.

Mengingat pentingnja faktor moril dalam menghadapi lawan beru-pa aberu-papun dalam bentuk aberu-papun dan dari manapun datangnja, maka diper-lukan dasar ideology sebagai kekuatan spirituil. Dasar ini telah kita miliki jaitu Pantja-Sila. Pantja Sila ini harus diindoktrinasikan de-ngan setjara intensif kepada segenap rakjat umumnja, chususnja kepa-da segenap alat negara jang harus mendjaga kepa-dan memelihara keamanan negara.

(8)

Dengan modal kekuatan spirituil tadi maka marilah sekarang kita menindjau angkatan bersendjata jang mempunjai peranan terba-njak dan perpenting dalam memulihkan dan memelihara keamanan. Kita mengetahui bahwa peranan-peranan dari angkatan bersendjata dalam perdjuangan kemerdekaan adalah besar dan karenanja mempunjai kedu-dukan jang lebih dari alat bersendjata jang mati sadja.

Karena itu dua sjarat harus kita perhatikan dalam soal ini.

(a) Pada satu pihak menjiapkan Angkatan Bersendjata dengan sebaik-baiknja, agar tertjapai stabilitet intern dan agar alat ne-gara ini mampu untuk, melaksanakan tugasnja.

Tjatatan :

Dalam Angkatan Bersendjata selain dari ketiga angkatan dari Angkatan Perang termasuk djuga Kepolisian Negara.

(b) Dan kedua mendjadikan Angkatan Bersendjata kita bagian jang integral dan harmonis dalam penghidupan ketatanegaraan dan peng-hidupan masjarakat kita.

Kedua hal ini perlu dipetjahkan agar djangan sampai djadi sum-ber bagi ketidak stabilan negara kita.

Dalam negara kita jang sedang mengalami pembangunan semesta dan berentjana dan modernisasi disegala lapangan maka persoalan pe-njempurnaan Angkatan Bersendjata kita dapat pula diikut sertakan da-lam proses pembangunan dan modernisasi itu. Kepada warganegara jang mengikuti ketentaraan, baik sebagai tenaga sukarela jang tetap, mau-pun berdasarkan wadjib militer atau wadjib latih dapat diberikan pela-djaran-peladjaran untuk memperdalam keinsafan mereka mengenai kewa-djiban-kewadjibannja sebagai warganegara dan lahihan-latihan ini da-pat dipergunakan sebagai alat untuk menjebarkan keinsafan akan arti-nja disiplin bagi perkembangan bangsa dan negera (volksdisciplin). dan anggota-anggota Angkatan Bersendjata jang akan meninggalkan ang-katannja dapat pula dibekali dengan kemahiran-kemahiran dan pengeta-huan-pengetahuan jang akan bermanfaat bagi pembangunan negara.

Kepada Angkatan Bersendjata dengan ini diberi arti produktif. Tjaranja memetjahkan persoalan tersebut perlu didjadikan projek chusus dalam rentjana pembangunan kita.

Ada satu soal lagi jang minta perhatian, jaitu soal veteran. Soal veteran ini disini akan kami singgung untuk sementara setjara singkat sadja.

(a) Nama veteran harus didjaga sekeras-kerasnja djangan sam-pai disalah gunakan.

(b) Karenanja terhadap para veteran perlu diadakan screening jang keras agar jang berhak djangan sampai dirugikan dan demi na-ma baik dari para veteran.

(c) Masalah veteran supaja selekas mungkin dapat dipetjahkan dan supaja selandjutnja dapat merupakan golongan jang produktif da-lam pembangunan negara kita sekarang ini.

(9)

Last but not least pembebasan Irian Barat merupakan salah satu segi-segi jang mempunjai hubungan langsung dengan pertahanan/keamanan negara dan dimasa jang akan datang merupakan faktor jang sangat pen-ting untuk pembangunan.

Bagaimana isi dan bentuk dalam perdjuangan ini perlu kita kupas setjara tersendiri.

Dalam bidang Keamanan/pertahanan terdapat bagian-bagian bidang jang merupakan kesatuan seluruh persoalan keamanan pertahanan sebagai berikut :

a. PERADILAN.

Untuk menjusun suatu kekuasaan Kehakiman sesuai dengan kepri-badian Bangsa Indonesia maka perlu diadakan Undang-undang jang mengatur susunan dan kekuasaan Mahkamah Agung dan lain-lain Badan Kehakiman. Undang-undang jang mendjamin kedudukan para Hakim mengenai sjarat-sjarat untuk mendjadi dan untuk di-perhatikan sebagai Hakim. Dalam rangka ini pula perlu diatur susunan dan kekuasaan Djaksa Agung/Djaksa Agung Tentara seba-gai kelandjutan dari Penetapan Presiden No.5 tahun 1959.

b. PEMBENTUKAN BADAN INTELLIGENCE NEGARA.

Untuk mendjamin pertumbuhan jang stabil dan kontinu untuk men-tjapai masjarakat adil dan makmur, maka masjarakat dan alat-alat kekuasaan negara harus merasakan benar-benar adanja kea-manan lahir dan batin.

Kewaspadaan Nasional harus diperkuat dengan memperlengkapi dan menjempurnakan alat-alat Negara sebegitu rupa, hingga tiap-tiap informasi tidak bersimpang-siur. Untuk maksud ter-sebut harus ditempuh djalan jang praktis dan membentuk suatu Badan Intelligence jang bukan sadja bertugas koordinasi dari informasi-informasi, tetapi dapat bekerdja berdaja-guna tinggi serta menghasilkan usaha-usaha dan tindakan-tindakan preventip dan repressip jang tepat.

c. PENERANGAN.

Bagaimanapun besarnja hasil-hasil jang ditjapai dibidang Keamanan dan pertahanan akan hilang dalam waktu singkat bila tidak di-sertai pengamanan rochaniah dari masjarakat.

Maksud dan tudjuan ini dapat ditjapai dengan djalan memper-tinggi dan memperbesar daja-guna alat-alat penghubung masja-rakat (mass – Comunication) jakni pers, radio, film, grafika dan aude visuel.

Tugas pers sebagai alat penghubung masjarakat sebagai alat pen-didikan massa djuga sebagai alat penerangan massa perlu terdja-min dan disempurnakan sesuai dengan tudjuan revolusi Nasional (manifesto Politik Presiden) dengan mengakui hak

(10)

kebebasan untuk penjiaran berita2 berdasarkan fakta dan peman-dangan2 serta ulasan2 berdasarkan kejakinan2 dengan tidak me-ngandung sifat fitnahan dan kotor.

Paragrap III

PENJEDERHANAAN PARTAI-PARTAI dan ORGANISASI MASSA. Partai dan Organisasi massa bertudjuan menjalurkan pendapat2 ser-ta mengikut-serser-takan rakjat dalam perkembangan politik dalam negeri setjara konstruktief dan legal. Sedjak Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, dan chususnja setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia sampai sekarang penderitaan rakjat dibidang Politis, ekono-mis, sosial dan kulturil belum dapat diringankan, malahan belum ter-dapat kemadjuan2 jang positif kearah pembentukan masjarakat jang adil dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan jakni Negar Kebangsaan Repu-blik Indonesia. Ketiadaan kestabilan politik akibat Sistim Free fight liberalism jang berlandasan kebebasan kepartaian maupun Organisasi massa lainnja, tanpa kendali, sangat menjukarkan pembangunan. Segala kesulitan dipelbagai bidang kehidupan dan penghidupan rakjat diperbesar oleh reaksi dalam dan luar negeri untuk mengadakan pengatjauan2, pergolakan bahkan pemberontakan2, melaui saluran2 partai2 ataupun Organisasi massa setjara langsung maupun tidak langsung.

Karena itu haruslah diadakan perobahan2 radikal dalam segi politik de-ngan mematikan demokrasi liberal dan menghidupkan DEMOKRASI TERPIMPIN.

Dari segi pembangunan maka pembangunan Semesta dan Berentjana hanja dapat berlangsung bila ada stabilisasi dibidang politik supaja pelak-sanaannja tidak terbentur kepada pertentangan2 ideologi2 partai2 politik. Kenjataan adanja multipartijwezen dengan bermatjam-matjam ideology me-njebabkan kesimpang-siuran aktivitas rakjat, malahan pada umumnja men-djadi pokok pangkal pertentangan2 jang mendjauhkan kita dari tudjuan revolusi nasional.

Sebagai dasar pemetjahan ditindjau dari segi kenegaraan harus diada-kan :

a. Penjederhanaan partai2 dan Organisasi massa dengan djalan, b. Membentuk Undang-undang Kepartaian dengan memperhatikan

hal2 sebagai berikut :

1. Penertiban azas dan tudjuan partai, karena azas dan tudjuan partai harus tidak bertentangan dengan azas dan tudjuan negara, jakni masjarakat adil dan makmur berazaskan PANTJASILA.

Tiap-tiap pertentangan azas atau dan tudjuan berarti penghambatan penghalang perwudjudan tudjuan revolusi nasional. Karena itu azas dan tudjuan dalam anggaran dasar harus njata2 mendjamin kemungkinan terwudjud-nja masjarakat adil dan makmur berazaskan Pantjasila. Jang bertentangan dengan ketentuan2 ini harus dilarang

(11)

dan dinajatakan sebagai organisasi illegal;

2. Penjehatan partai2 dan organisasi massa, karena kenjataan-nja sampai sekarang dimana rakjat sudah berada diambang pintu pembangunan masjarakat Pantjasila, masih banjak partai2 jang didalamnja duduk sebagai anggota/pengurus individu2 jang telah njata2 dalam waktu jang lalu aktip memusuhi Republik Indonesia dan tidak setia (bernoda) pada Undang-undang Dasar 1945.

Untuk menjehatkan partai2 dan organisasi massa serta ma-sjarakat, wadjib dengan segera ada pernjataan tegas dari partai atau organisasi2 massa, tentang status ataupun keanggotaan individu2 sebagai dimasud diatas.

Malahan sesudah djangka waktu tertentu, dimana keadaan demikian belum diselesaikan, pada tingkat partai2 atau or-ganisasi2 massa, Pemerintah R.I. dapat mengambil tindak-an tegas;

3. Menentukan batas2 kegiatan Partai2 atau organisasi massa, karena seluruh gerak, aktivitas2 dalam wadah negara Kesatuan jakni Negara kebangsaan harus ditudjukan untuk mentjiptakan masjarakat jang adil dan makmur, dan melenjapkan imperialisme dimana-mana agar tertjapai dasar2 bagi perdamaian dunia jang kekal dan abadi.

Untuk tudjuan ini harus ditetapkan norma2 dan ethiek ke-partaian dan organisasi massa jang ditudjukan terutama kepada keselamatan negara dan rakjat Indonesia dalam bentuk menetapkan batas kegiatan2 pada kepentingan rakjat banjak, batas keselamatan negara, batas kesusilaan, batas kepribadian bangsa, dan batas pertanggungan djawab kepada Tuhan Jang Maha Esa.

4. Larangan berdirinja partai2 lokal/partai2 ketjil dan or-ganisasi massa lokal/ketjil, karena partai2 dan organisa-si jang demikian kurang sesuai dengan tudjuan mewudjudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam rangka pemusatan tenaga, pikiran untuk pembangunan semesta dan berentjana menimbulkan perpetjahan aktivitas2 jang tidak perlu.

Untuk mentjapai tudjuan ini harus diwadjibkan partai2 lokal/ketjil atau organisasi massa lokal/ketjil. Menggabungkan diri pada partai2 besar jang seideologi. Dalam Negara Republik Indonesia ditetapkan hanja terdapat ideology sebagai berikut :

(1). NASIONALISME (2). A G A M A

(3). SOSIALISME.

(12)

Lampiran : masalah penjederhanaan Partai-partai.

BAHAN RENTJANA UNDANG-UNDANG KEPARTAIAN I. DEPINISI. Apakah partai itu?

Partai adalah suatu alat, jang bermaksud hendak mendidik dan mengikut-sertakan rakjat dalam perkembangan politik dalam negeri setjara KONSTRUKTIF dan LEGAL.

II. PERSJARATAN. a. UMUM.

Disebabkan partai dalam mendidik dan mengikut-sertakan rakjat dalam perkembangan politik dalam negeri itu harus ngan setjara konstruktif dan legal, maka harus diusahakan de-ngan sekeras-kerasnja hal-hal jang berikut :

1. Dengan adanja partai-partai djanganlah keutuhan dan kekuatan bangsa mendjadi terpetjah-belah. Pula walaupun antara partai ada perbedaan-perbedaan, maka djanganlah perbedaan-perbedaan ini menimbulkan pertentangan dan “rancunnes” dalam tubuh dan djiwa bangsa, jang pasti tidak akan membawa harmoni dalam kehidupan bangsa kita.

2. Walaupun partai-partai memerlukan uang untuk kegiatan-kegiatannja, maka djanganlah ini mandjadi alasan untuk mendjadi sumber korupsi. Pula kurang pada tempatnja kiranja, kalau partai hanja mendjadi kedok untuk mentjari laba semata-mata dan harus mengabdi kepada kepentingan nasional.

3. Partai-partai di Indonesia harus bersifat nasional.

Karenanja tidak boleh mendjadi alat dari kekuasaan atau orang-orang asing atau terikat kepada instruksi dari luar negeri.

4. Mengingat apa jang tertjantum dalam ad a 3 tersebut, maka tidak pula dibenarkan, bahwa sesuatu partai merongrong dasar dan ideologi negara.

5. Demi keselamatan negara pada umumnja, ketertiban da-lam alat negara chususnja maka partai-partai tidak boleh didjadikan alat untuk menginfiltusir alat-alat negara atau untuk melakukan pekerdjaan illegal dan/atau subversif. b. PEMBENTUKAN.

1. Pembentukan Partai adalah bebas.

2. Untuk dapat mendjalankan kegiatan-kegiatan sebagai partai, maka partai harus memperoleh keterangan-keterangan bah-wa dia memenuhi sjarat-sjarat jang tertjantm dalam Undang-undang ini.

3. Keterangan ini dapat ditjabut untuk selama-lamanja atau untuk waktu tertentu oleh pengadilan, apabila terbukti, bahwa partai-partai bertindak bertentangan dengan Undang-undang ini. Ini tidak mengurangi tanggung-djawab pengurus partai menu-rut Undang-undang.

c. DASAR dan TUDJUAN

Dasar Negara kita adalah PANTJA-SILA.

(13)

Tidak dibenarkan, adanja sesuatu partai jang mempunjai dasar jang bertentangan dengan Pantja Sila.

Ini berarti, bahwa partai dilarang melakukan kegiat-an2-nja dalam wilayah Republik Indonesia, kalau partai itu meng-ingkari atau melemahkan :

1. Sila Ketuhanan Jang Maha Esa. 2. “ Kebangsaan.

3. “ Kerakjatan.

4. “ Peri Kemanusiaan. 5. “ Keadilan Sosial.

baik dalam azasnja, falsafahnja atau dengan tjara lain. d. KEANGGAUTAAN.

1. Tiap partai harus terbuka bagi setiap warga negara Indonesia.

2. Tiap partai harus mempunjai daftar anggauta jang setiap waktu harus dapat diperlihatkan kepada petugas2 negara dan ber-wewenang.

3. Dilarang adanja anggauta2 rahasia. e. BIAJA.

1. Didalam wilajah R.I. dilarang adanja sesuatu partai jang atau setjara langsung atau setjara tidak langsung memperoleh ban-tuan biaja dari kekuasaan asing.

2. Djumlah biaja kampanje untuk sesuatu pemilihan harus diumumkan oleh partai dan sumber biaja itu harus dapat dipertanggung-djawabkan.

3. Pemerintah dapat menetapkan batas maksimum bagi biaja kampanje untuk sesuatu pemilihan.

4. Partai harus mempunjai pembukuan jang lengkap mengenai penerimaan dan pengeluaran. Setiap waktu pembukuan dapat diperiksa oleh petugas jang berwenang.

III. PARTAI2 dan ALAT2 NEGARA.

Dilarang kepada semua partai untuk berusaha setjara lang-sung mempengaruhi atau menguasai alat negara.

Paragrap IV

Masalah Front Nasional untuk suksesnja Pembangunan Semesta dan Berentjana jang meliputi seluruh bidang penghidupan dan kehi-dupan rakjat maka mendjadi sjarat mutlak adanja pimpinan dalam pe-laksanaan rentjana2 pembangunan. Sedapat mungkin pimpinan pelaksa-naan dilakukan dari satu garis sentral jang mengkombinasikan dan mengkoordinasikan seluruh aktivitas rakjat, sehingga seluruh keku-atan nasional dapat dikerahkan pada usaha nasional. Dari segi tin-djauan Kenegaraan maka perlu diadakan :

a. Satu aparatur Negara (alat penggerak masjarakat

(14)

dan pembantu Presiden). Jang pelaksanaanja diatur oleh Peraturan Pemerintah, dengan djalan,

b. membentuk FRON NASIONAL dengan memperhatikan hal2 sebagai berikut :

1. prinsip gotong-rojong dan Ho-Lopis-Kuntul-Baris, karena prinsip ini akan merupakan kesatuan dan persatuan daja-guna dan daja karya seluruh golongan dan lapisan rakjat. Supaya pelaksanaannja terkoordinasi, maka pengerahan po-tensi rakjat dapat dibangun untuk membangun dengan mele-takkan perinsip ini dalam peraturan Pemerintah;

2. menentukan objek2 Front Nasional, karena dengan demiki-an sistimatik susundemiki-an utama dalam Pembdemiki-angundemiki-an Semesta dan berentjana dapat ditetapkan dengan pasti. Djustru karena pembangunan harus memberi kemakmuran kepada 95% rakjat, maka seharusnja pangkal kegiatan diarahkan kebidang ini.

Dengan demikian pula tertjegahlah pemborosan energi jang berkelebih-lebihan. Dengan djalan penetapan objek2 dan projek2 Pemerintah jang mengutamakan bidang kemakmuran dan pembangunan jang menjangkut kepentingan/keamanan Bangsa, tudjuan Pembangunan Semesta dan berentjana dapat terrealisasi dengan teratur; 3. Keanggotaan Front Nasional, karena untuk mendjamin

ke-anggotaan jang sedjalan dengan semangat tjita2 Prokla-masi 17 Agustus 1945 dan djiwa konstitusi 1945, perlu ditetapkan sjarat2 ketentuan2-nja dalam Peraturan Peme-rintah. Dengan demikian hilanglah kemungkinan masuknja semangat dan mentaliteit reaksioner dalam Front Nasio-nal.

Pengerahan tenaga rakjat dan keseluruhan aktivitas rak-jat dapat dilaksanakan dengan seksama dan penuh kegembi-raan.

Paragrap V Masalah Pemilihan Umum.

Dengan menempuh djalan Pemilihan Umum jang sesuai dengan alam Demokrasi Terpimpin, sebagai salah satu sendi daripada Demokra-si, maka terdjaminlah bahwa kedaulatan tertinggi dalam negara berada ditangan rakjat. Walaupun demikian pelaksanaan pemba-ngunan semesta dan berentjana harus berlangsung terus atas stabilisasi dibidang politik, sehingga tidak

(15)

terbentur pada seringkali diadakannja pergantian program Pemerintah jang mungkin sekali selalu tergantung dari pada hasil pemilihan umum. Harus disadari bahwa kehidupan politik Negara kita sedjak proklamasi kemerdekaan belum pernah men-tjapai stabiliteit jang kuat dan kokoh, sehingga Kabinet, hampir setiap malahan kurang dari setahun selalu berganti.

Karena itu terdapat program-program Kabinet jang bertentangan satu sama lain dibidang pembangunan masjarakat Pantjasila, dan pula opposisi didjalankan sebagai suatu hobby, malahan sema- ta-mata untuk mendjatuhkan lawan politiknja. Untuk mentja- pai kestabilan politik ditindjau dari dasar pemetjahan Kene- garaan, haruslah diadakan :

a. Undang-undang Pemilihan Umum jang sesuai dengan alam Demokrasi Terpimipin serta dengan memperhatikan keten-tuan-ketentuan dalam Undang-undang No. 7 tahun 1953 jang tidak bertentangan dengan alam Demokrasi Ter- pimpin; b. Pemilihan Umum berdasarkan Undang-undang sub. a.

diatas dimana terdapat azas-azas sebagai berikut :

1. Sistem pemilihan, karena dalam sistim harus ter-djamin adanja dasar demokrasi dalam Negeri Kesatu-an jaitu Negara KebKesatu-angsaKesatu-an. Sistim tersebut harus dapat mendjamin terlaksananja pemilihan langsung dan suara seimbang setjara bebas dan rahasia;

2. Sjarat-sjarat pentjalonan, karena dalam pentjalonan setjara liberal dengan sjarat-sjarat jang tidak se-suai dengan kepribadian Bangsa Indonesia, tidak menghasilkan Perwakilan jang sesuai dengan sjarat Demokrasi Terpimpin. Karena itu sjarat-sjarat bagi tjalon-tjalon harus diperberat disesuaikan dengan kebutuhan dan kepribadian Bangsa, sehingga dari ha-sil pemilihan dapat terbentuk Perwakilan jang representatip;

3. Memasukkan golongan Funksionil dalam Pemilihan Umum, karena kenjataannja bahwa golongan ini tumbuh dan berkembang sebagai potensi-potensi jang besar dan mendjalankan peranan jang besar pula dalam pembangunan masjarakat Pantjasila. Dengan djalan menempatkan golongan fungksionil dalam daftar tjalon terdjaminlah bahwa karja golongan ini dapat terhimpun dalam badan-badan Perwakilan Rakjat;

(16)

4. Memungkinkan pemilihan langsung tjalon-tjalon (orang-orangnja), karena pemilihan tanda-gambar sadja kurang mendjamin keinginan jang sungguh-sungguh, murni dan sedjati dari para pemilihan. Dengan meletakkan dasar bahwa para pemilih men-tjoblos gambar tjalon dan bukan tanda gambar maksud tersebut dapat dipenuhi.

5. Alat-alat perlengkapan Pemilihan Umum jang sem-purna.

B A B II PEMERINTAHAN

Pendahuluan: Soal pembangunan adalah soal jang tidak berdiri sendiri, malahan djalin, berdjalin dengan setiap bidang dan segi dari kehidupan dan penghidupan Negara dan Masjarakat, jang mana bersumber pada Organisasi Negara Kesatuan jaitu Ne-gara Kebangsaan, dimana keseluruhannja berputar atas suatu Or-ganisasi Pemerintahan. Hasrat dan tjita-tjita setiap anggota mesjarakat Indonesia ialah hasil pembangunan Semesta dan Be-rentjana jang dapat dilihat, dirasakan dinikmati oleh seluruh rakjat dilingdungi dan dipimpin oleh Pemerintah jang arief la-gi bidjaksana. Sebagaimana telah diuraikan pada BAB I maka amanat penderitaan rakjat hanja dapat berhasil ditjiptakan de-ngan satu struktur organisasi pemerintahan jang stabil, ko-koh dan kuat, sebagai landasan dari segala karja, daja tjipta seluruh rakjat Indonesia.

Pemerintahan dalam arti seluas-seluasnja meliputi Organisasi Negara dan Organisasi Pemerintahan jang meliputi bidang-bidang sebagai berikut :

a. Organisasi Negara, Organisasi Pemerintah, Aparatur Negara;

b. Pembangunan Desa, Landreform, Transmigrasi;

c. Perombakan Perundang-undangan kolonial dan Pembinaan Perundang-undangan Nasional;

Paragrap I

Organisasi Negara dan Organisasi Pemerintah.

A. ORGANISASI NEGARA : Negara Kesatuan jaitu Negara Kebangsaan jang bebas dan berkedaulatan rakjat, ber- bentuk Republik jang demokrasi. Dalam Negara terdapat susunan aparat, ba- dan-badan, jang mana harus mendjadi landasan jang kuat untuk struktur pemerintahan jang stabil.

(17)

Untuk mentjapai tudjuan ini maka Organisasi Ne-gara jang meliputi alat2 perlengkapan NeNe-gara, Departemen2, Organisasi Pemerintahan Daerah, Organisasi perusahaan2/jajasan2 dll. Kepunjaan Negara, harus dibangun atas azas2 sebagai beri-kut :

1. Bentuk dan susunan serta pembagian Daerah besar dan ketjil mendjamin utuhnja Nega-ra Kesatuan jaitu NegaNega-ra Kebangsaan;

2. Koordinasi antar Departemen, Djawatan2, Pusat dan Daerah, harus mendjamin lantjar-nja administrasi untuk mentjapai daja – guna jang tinggi;

3. Kesederhanaan jang menghilangkan djawatan2 kembar, jang pengawasan jang efektip serta menghilangkan differensiasi aparatur jang berlebih-lebihan.

B. Organisasi Pemerintahan :

Mendjamin adanja aparatur jang kontinu dan stabil dalam mendjalankan bahtera pemerintahan menudju tertjiptanja masja-rakat jang adil dan makmur.

Pada tingkat Pemerintahan Agung supaja tegas bahwa Presiden adalah kepala Ne-gara dan Kepala Pemerintahan. Presiden dibantu oleh Menteri2 Negara. Tugas dan wewenang maupun rangka kebidjaksanaan Menteri2 supaja dapat ditetapkan. Demiki-an pula Demiki-antara Menteri dengDemiki-an Pedjabat2 dalam lingkungan Departemennja.

(18)

Pada tingkat Pemerintahan Daerah, pembangunan Semesta dan Berentjana tidak mungkin berdjalan lantjar tanpa adanja suatu pemerintahan didaerah jang merupakan schakel antara Pemerintah Pusat dan masa rakjat. Pemerintahan daerah meliputi :

Bagiannja : 1. Penindjauan kembali daerah otonom dalam hubungannja dengan Pemerintah Pusat (otonomi, dicentralisasi, de-koncentrasi).

2. Perimbangan keuangan antara Pusat dan daerah/Penghasil-an Daearh.

3. Stimulans dari Pemerintah Pusat terhadap pembangunan di Daerah.

Tjara pemetjahan : Agar tertjapai Pemerintahan daerah sesuai dengan sistim demokrasi terpimpin ialah :

1. Penindjauan kembali daerah tonoom etc.

a.Otonomi, jaitu wewenang untuk mengatur/mengurus ru-mah tangga sendiri, adalah hak seluruh daerah dengan pengertian, bahwa otonomi itu harus didjaga djangan sampai menimbulkan negara federal.

b. Pelaksanaan pengakuan hak otonomi daerah diatur se-suai dengan keadaan daerah itu sendiri.

c.Tjara-tjara pembentukan kelengkapan-kelengkapan pe-merintahan di Daerah harus sama/conform dengan tja-ra-tjara pembentukan kelengkapan-kelengkapan di Pu-sat.

d. Funksionaris (Kepala Daerah) Daerah mempunjai dua tugas, jaitu tugas Daerah dan tugas Pusat, sehingga ia mempunjai pula dua pertanggungan djawab, pertang-gungan djawab terhadap Daerah mengenai tugas-tugas daerah dan terhadap Pusat mengenai tugas-tugas Pusat. e.Musjawarah dengan hasil mufakat dilakukan didalam

pemerintahan Daerah.

f. Pertanggungan djawab kolektip tidak ada jang harus diartikan, bahwa djika seorang funksionaris diberhen-tikan/didjatuhkan tidak mengakibatkan diberhentikan-nja/didjatuhkannja funktionaris-funktionaris lainnja. g. D.P.A. didaerah tidak ada dan tugasnja ditampung

didalam Pemerintahan Harian Daerah.

h. M.P.R. didaerah djuga tidak ada dan tugasnja (jaitu menentukan haluan Daerah jang tidak boleh bertentang-an dengbertentang-an halubertentang-an negara jbertentang-ang ditentukbertentang-an oleh M.P.R.)

(19)

Ditampung oleh D.P.R.D. dengan pengertian bahwa funk-sionaris2 daerah ditjalonkan oleh D.P.R.D., pengang-katan dan pemberhentiannja dilakukan oleh Pusat dengan sjarat menghindarkan konflik antara Pusat dan Daerah.

2. Decentralisasi/dekoncentrasi.

Decentralisasi dan dekoncentrasi dilakukan sebanjak mungkin oleh Pusat dengan pengertian, bahwa penjerahan2 itu tidak memberatkan Daerah, tetapi harus bersifat melantjarkan pekerdjaan Daerah. Dengan penjerahan2 tu-gas ini sebanjak-banjaknja, maka dengan sendirinja hapus djawatan-djawatan kembar dan terdapat teamwork jang lebih baik antara djawatan2 vertikal dan otonom.

3. Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah dan peng-hasilan keuangan Daerah.

a. Otonomi tanpa adanja tjukup pembiajaan jang diperlukan (financiele otonomi) untuk mendjalankan otonomi itu, ti-dak akan mentjapai tudjuannja.

b. Perimbangan keuangan jang hanja merupakan “spelregel untuk membagi” fonds/plafond di Pusat jang telah ditetap-kan tidak menguntungditetap-kan Daerah dan hanja menimbulditetap-kan keketjewaan sadja.

c. Penjerahan2 objek2 penghasilan/padjak jang dipungut oleh Pusat kepada Daerah, terutama Daerah jang mengha-silkan banjak adalah lebih baik, karena memberi dorong-an kepada Daerah untuk melakukdorong-annja dengdorong-an lebih inten-sip.

d. Gandjaran, subsidi dan sumbangan masih tetap diperlukan terutama bagi daerah2 jang penghasilan Daerahnja sangat rendah.

e. Sistim sluitpost tidak baik, karena tidak menggambarkan financiele otonomi bagi Daerah dan menghambat keinginan daerah untuk membangun dan menjulitkan pembuatan Anggaran Belandja didaerah.

f. Supaja disediakan anggaran devisen untuk Daerah jang di-perlukan untuk membiajai pembelian alat2/bahan2 jang diperlukan oleh Daerah.

g. Supaja Pusat menstimuleer/membantu berdirinja perusahaan2 Daerah jang akan mendjadi sumber keuangan Daerah.

(20)

4. Stimulans dari Pemerintah Pusat terhadap pemba-nguan di Daerah.

Pembangunan-pembangunan didaerah jang akan merupakan sumber keuangan baru bagi Daerah dan/atau memberikan kesedjahteraan rakjat didaerah, supaja distimuleer/dibantu oleh Pusat dengan djalan memberikan bantuan technis dan mempermudah pindjaman-pindjaman uang jang diperlukan dan memasukkannja didalam Pos Anggaran Belandja Pusat.

Disamping itu perlu tindjauan dan pemetjahan masalah Feodalisme jang masih mempunjai sisa-sisa jang berat dan terus membelengu tenaga produktif dan kreatif +/- 65% rakjat Indonesia jang hidup dilapangan pertanian.

C. Aparatur Negara : Berhubung tidak ada kestabilan dan kurangnja daja-guna dalam aparatur dan administrasi serta keku-rangan akan pedjabat-pedjabat jang tjukup keachli-an dkeachli-an pengalamkeachli-an. Karena itu perlu ditentukkeachli-an da-sar untuk membangun administrasi sehingga tidak memungkinkan penjalah gunaan djabatan, tetapi mendorong pembinaan aparatur negara jang djudjur, patriotik, ahli dan berpengalaman. Untuk pemetjahan persoalan ini ditindjau dari segi kenegaraan harus di-tempuh djalan sebagai berikut :

a. mengadakan keseimbangan dan ketegasan anta-ra luasnja tugas dan apaanta-ratur dibandingkan dengan objek jang harus dikerdjakan;

b. mengawasi supaja segala peraturan-peraturan jang sudah ada didjalankan dengan njata dan kalau mungkin dsederhanakan;

c. penempatan pegawai jang berdaja guna ting-gi pada tempatnja jang tepat;

d. mengadakan keseimbangan antara pendapatan dan biaja penghidupan jang lajak;

e. pendidikan dan latihan djabatan setjara kon-tinu dan meningkat. Disamping itu membuka kesempatan seluas-luasnya untuk menambah ilmu pengetahuan serta ketjakapannja;

(21)

f. menghargai bakat, ketjakapan (perobahan P.G.P.N. 1955 P.G.M. dll., dalam arti me-ngadakan penentuan tugas dan penghargaan tugas) keahlian pengalaman, ketabahan di-samping idjazah;

g. mengadakan perundang-undangan jang diper-lukan untuk mengadakan retooling aparatur Negara jaitu :

1. Undang2 Kepegawaian jang mengatur tugas dan hak kewadjiban para pega-wai dalam U.U. mana perlu pula dima-sukkan semangat untuk dengan gembi-ra mengabdi kepada Negagembi-ra dan gembi- rak-jat;

2. Mengadakan pengadilan administratief untuk mendjamin hak2 pegawai terha-dap pemetjatan jang sewenang-wenang. 3. Mengadakan Dewan Pertimbangan

Pega-wai.

Hal2 tersebut diatas akan mendjamin adanja aparatur dan administrasi Negara jang mem-punjai kewibawaan dan tidak korup, tidak birokratis.

Paragrap II Pembangunan Desa, Landreform, Transmigrasi.

A. Pembangunan Desa.

1. Rakjat kita sebagian besar tinggal didesa-de-sa.

2. Karena itu desa merupakan landasan untuk pem-bangunan semesta berentjana.

3. Pembangunan Negara semesta dan berentjana berarti pembangunan jang dimulai didesa dengan pembangunan Desa.

4. Sumber kenaikan produksi pangan adalah desa.

B. Landreform.

1. Perundang-undangan mengenai agraria jang se-karang ini (Sistim maro, penumpukan milik

(22)

Tanah pada tangan beberapa orang, terutama orang asing dsb.), tidak menguntungkan petani, sehingga tidak me-memungkinkan kenaikan produksi.

2. Didaerah-daerah tertentu, seperti di Djawa/Madura, Bali, petani memiliki tanah dibawah menimum, sehingga tidak efficien untuk membangun Semesta Berentjana.

3. Diluar daerah tsb. Ad. 2, tanah jang dimiliki terlampau luas, sehingga tidak mungkin pengolahan setjara invensif. C. Transmigrasi.

1. Kepadatan penduduk dan acres jang tetap didaerah Djawa/ Madura/Bali adalah sedemikian rupa, sehingga menghambat pembangunan Semesta Berentjana.

2. Kekosongan penduduk didaerah luar Djawa, Madura/Bali tidak memungkinkan Pembangunan setjara intensief.

II. Bagian-bagian dari Bidang : I. Pembangunan Desa.

1. Taraf penghidupan rakjat desa jang masih rendah. 2. Penggerakan tenaga rakjat didesa.

3. Tenaga-tenaga terlatih didesa untuk Pembangunan Semesta Berentjana.

4. Faktor penghambat didesa. 5. Perkoperasian.

6. Keamanan desa.

7. Perhubungan desa dengan daerah lain. II. Landreform.

1. Membuat semua tanah agar lebih produktief dan effisien. 2. Adanja Undang-undang Pokok Agraria jang mendjamin

kena-ikan produksi dan efficiency, termasuk penghapusan hu-hum asing atas tanah dan peninjauan kembali penggunaan beschikkingsrecht.

III. Transmigrasi.

1. Iklim transmigrasi termasuk daja tarik untuk bertrans-migrasi.

2. Transport jang berhubungan dengan transmigrasi. 3. Peranan Pemerintah didalam Transmigrasi. Dasar-dasar Pemetjahan :

1. Taraf penghidupan rakjat.

(23)

a. memberikan pekerdjaan setahun penuh kepada rakjat dide-sa (berhubung penggarapan tanah tidak memakan waktu se-tahun penuh).

b. Memberikan bimbingan jang praktis sesuai dengan kebutuh-an dkebutuh-an bakat rakjat desa masing-masing.

c. Perlu adanja research mengenai potensi kegunaan tanah dan kemungkinan2 pembangunan didesa serta menggunakan hasil2 research (balai2 penjelidikan) jang telah ada dengan sebaik-baiknja.

d. Menghapuskan system bagi-hasil (deelbouw) dan mengganti kannja dengan system upah atau sewa tanah jang diatur oleh Pemerintah.

2. Tjara menggerakkan rakjat.

a. Penggerakkan tenaga-rakjat didasarkan pada permufakatan dan pada kepentingan bersama jang dirasakan oleh rakjat desa setempat.

b. Didalam beberapa hal pembangunan desa tidak harus dila-kukan oleh desa/marga itu sendiri, tetapi dapat bersama-sama dengan desa/marga lainnja jang merupakan suatu unit pembangunan.

3. Tenaga-tenaga jang terlatih.

a. menjediakan tenaga2 pembangunan desa jang terlatih baik dari kalangan penduduk desa itu sendiri untuk pelaksana-an pembpelaksana-angunpelaksana-an desa, misalnja latihpelaksana-an pimpinpelaksana-an desa, te-naga2 pembangunan jang diperlukan dan lain-lain.

b. memberi tambahan mata peladjaran jang sesuai dengan ke-butuhan pembangunan desa setempat pada kl.V dan kl.VI Sekolah Rakjat.

4. Faktor2 penghambat. Jang dirasakan sebagai faktor2 jang menghambat lantjarnja pembangunan ialah antaranja sukar di-perolehnja Kredit sehingga menimbulkan idjon bahan2, alat2, tenaga dan penjakit2 jang melemahkan daja tahan rakjat.

Untuk menghilangkan faktor2 tsb. harus didjalankan usaha-usa-ha sebagai berikut :

a. menjediakan kredit setjara mudah dan bunga (rente) jang terpikul oleh rakjat desa.

b. menjediakan bibit dan lain2 keperluan, seperti alat2, bahan2 dsb. jang dibutuhkan untuk meninggikan produksi rakjat desa.

c. menambah daja kerdja rakjat dengan memperbaiki kesehat-an rakjat.

(24)

5. Perkoperasian.

Untuk mendjamin kenaikan produksi dan untuk mentja-pai selfsupporting, maka Koperasi2 jang perlu dibangun adalah :

a. Koperasi produksi misalnja penggarapan tanah, penang-kapan ikan dsb.

b. Koperasi pengangkutan.

c. “ pembelian alat2/bahan2 jang diperlukan untuk menaikan produksi, seperti alat2 pertanian/ternak, pupuk dan sebagainja.

d. Koperasi kebutuhan sehari-hari. e. Koperasi kredit dan lumbung. f. Koperasi pendjualan.

6. Keamanan desa.

Pembangunan didesa-desa jang erat hubungannja dengan be-leid keamanan, supaja diselaraskan dengan politik keaman-an Negara.

7. Perhubungan dengan daerah lain.

Untuk memperbaiki perhubungan antar desa, maka harus di-tjiptakan hubungan darat/air dengan daerah lain jang lan-tjar, sehingga mempermudah pengangkutan barang2 jang diha-silkan dan jang diperlukan oleh desa.

Landreform.

1. Membuat semua tanah produktip/intensip.

Perlu adanja research tentang potensi kegunaan tanah untuk dapat menetapkan :

a. Cultuurplan jang menguntungkan rakjat/Negara.

b. Batas minimum dan maximum pemilikan tanah di Djawa, Madura dan Bali dan diluar Djawa.

c. Pentjegahan akumulasi tanah.

2. Adanja Undang-undang Agraria dan lain-lain Pokok pera-turan jang mengatur hukum tanah Indonesia :

1. Menjederhanakan hak atas tanah.

2. Menetapkan batas minimum dan maximum pemilikan ta-nah di Djawa, Madura dan Bali, dan diluar Djawa.

3. Membatasi beschikkingsrecht untuk tudjuan meninggi-kan produksi dan melantjarmeninggi-kan transmigrasi.

(25)

4. Menghapuskan hukum asing atas tanah jang disebutkan da-lam hukum Perdata Eropa.

TRANSMIGRASI. 1. I k l i m.

a. Transmigrasi, baik jang terpimpin maupun jang spontan, hen-daknja bukan hanja merupakan pemindahan penduduk semata-mata, melainkan harus dititik beratkan pada mengurangi/membuat efficient daerah jang padat dan penambahan daja/tenaga kerdja untuk daerah jang kosong.

b. Untuk itu perlu diadakannja oleh atau bersama-sama dengan Pemerintah Daerah, persiapan2 jang lebih sempurna bagi daerah2 jang akan menerima para transmigrasi dan seleksi serta latihan tenaga bagi daerah jang hendak mengirimnja.

2. Transport.

Menjediakan transport jang tjukup banjak, murah dan mudah missal-nja dengan bantuan A.L.R.I.

3. Peranan Pemerintah.

a. Transmigrasi jang diselenggarakan oleh pemerintah hendaknja didjalankan terus dengan sjarat2/persiapan2 jang lebih baik, sehingga benar2 mentjapai tudjuannja.

b. Transmigrasi jang spontan harus diatur pula, sehingga lebih efficient dan tidak memberatkan daerah transmigrasi jang me-nerimanja. (misalnja apabila daerah penerima sudah banjak pandai besi, djangan dikirimi pandai besi).

(26)

Paragrap III.

Bidang Perombakan Perundang-undangan kolonial dan pembinaan per-undang-undangan Nasional.

Meliputi 5 bagian bidang, jaitu :

I. Perundang-undangan dalam hubungannja dengan Sandang-Pangan. II. - “ - dalam lapangan pendidikan-kebudajaan.

III. - “ - jang diperlukan untuk mengadakan retooling apparatur negara.

IV. - “ - dalam hubungan Indonesia dengan luar negeri. V. Research mengenai perundang-undangan.

Alasan :

ad I. Perlu diadakan penindjauan dan perombakan perundang-undangan sekarang berhubung banjak jang masih bersi-fat Kolonial (Vide halaman 57, Amanat Presiden ten-tang “Pembangunan Semesta Berentjana”).

ad II. a. Supaja kebudajaan Nasional tidak terdesak oleh ke-budajaan asing.

c. Berusaha membentuk manusia susila berwatak dan berkepribadian.

ad III. a. Perundang-undangan sekarang kurang tjukup mendja-min kewibawaan apparatur negara, karena masih banjak jang merupakan warisan Zaman Kolonial.

b. Administrasi negara sekarang ini kurang mentjapai effecienci kerdja jang baik, sehingga perlu di-adakan peraturan-peraturan jang menstimulir ef-ficienci kerdja.

ad IV. a. Perdjandjian-perdjandjian oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan luar negeri tidak otomatis berla-ku terus untuk Indonesia, akan tetapi perlu ditin-djau kembali satu persatu.

b. Untuk menjelenggarakan kerdja-sama jang baik de-ngan luar negeri perlu diadakan perdjandjian-per-djandjian kerdja-sama dengan luar negeri (misalnja dalam hal kebudajaan).

c. Untuk memperoleh kredit guna membangun (terlebih-lebih dalam lapangan industri) sangat diperlukan loan agreements dengan luar Negeri (baik Negara maupun salah suatu Agency di Negara lain) jang politis tidak mengikat Indonesia.

ad. V. Guna mempersiapkan penjusunan Perundang-undangan jang selaras dengan keadaan dan kepentingan negara dan rakjat serta tjita-tjita hukum dan Pantjasila jang

(27)

terkandung dalam Undang-undang Dasar, perlu diadakan research dalam bidang perundang-undangan.

Ad. I. Perundang-undangan dalam hubungan Sandang-Pangan. 1. Indische Comptabiliteitswet.

2. Indische Bedrijvenwet. 3. Undang-undang Agraria. 4. Undang-undang Pertambangan. 5. Woeker-Ordonnantie.

6. Inlandse Gemeente Ordonnantie. 7. Undang-undang Perburuhan.

8. Inlandse Gemeente Ordonnantie Buitengewesten. 9. Undang-undang Oktrooi.

10. Undang-undang Milik Perindustrian. 11. Undang-undang Hak Tjipta (Auteursrecht). 12. Tjatatan Sipil.

13. Kitab Undang-undang Hukum Perdata, dan Hukum Atjara Perdata.

14. Kitab Undang-undang Hukum Dagang (Wetboek van Koophandel).

15. Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dan Hukum Atjara Pidana (procedur verstek).

16. Indische Tarief Wet.

17. Algemene Spoor-Tram wegen Verordening. 18. Undang-undang Koperasi.

19. Undang-undang perbendaharaan.

Ad. II. Perundang-undangan dalam lapangan Pendidikan dan Kebudajaan. 1. Undang-undang Perguruan Tinggi.

2. Undang-undang Pokok Pendidikan. 3. Undang-undang Censor Film.

Ad. III. Perundang-undangan jang diperlukan untuk mengadakan retooling Apparatuur Negara.

1. Undang-undang Kepolisian.

2. Undang-undang jang mengatur peradilan.

Ad. IV. Perundang-undangan dalam hubungan Indonesia dengan Luar Negeri.

1. Undang-undang mengenai territorial Waters. 2. Traktaat-traktaat.

3. Loan Agreements. 4. Uitleverings tractaat. Ad. V. Jang dianggap perlu.

(28)

Dasar-dasar Pemetjahan :

I. Perundang-undangan dalam hubungan dengan Sandang-Pangan.

a. Indische Comtabiliteitswet 1925 dan Indische Bedrijvenwet 1927 perlu diubah untuk menstimulir pembangunan Semesta Be-rentjana dalam bidang ekonomi dan keuangan.

b. Mengenai perundang-undangan Agraria, lihat pokok-pokok peru-musan jang terdapat dalam bidang Landreform.

c. Undang-undang Pertambangan (Indische Mijnwet) perlu diubah, karena merugikan rakjat Indonesia.

d. Woeker-Ordonnantie perlu diperbaiki dalam bidang pengawas-annja (terutama untuk mentjegah sistim idjon).

e. Dalam Undang-undang Perburuhan dan peraturan-peraturan lain-nja jang mengatur Perburuhan masih perlu diadakan perbaikan-perbaikan untuk mendjamin dengan lebih baik kesedjahteraan buruh dan kelantjaran produksi (hak dan Kewadjiban buruh) dalam pelaksanaan pembangunan Semesta Berentjana (keselamat-an kerdja, djamin(keselamat-an Sosial dll.; beberapa I.L.O. conventions masih perlu diratifisir oleh Indonesia).

f. Inlandse Gemeente Ordonnantie dan Inlandse Semeente Ordonnan-tie Buitengewesten merupakan peraturan-peraturan kolonial jang kurang mendjamin kemungkinan berkembangnja pembangunan didesa-desa, perlu diubah.

g. Undang-undang Oktrooi, Undang-undang Milik Perindustrian dan Undang-undang Hak Tjipta (Auteursrecht) dan hak penemuan perlu diubah untuk lebih mendjamin hak tjipta seseorang, ba-ik materiel maupun immaterieel.

h. Tjatatan Sipil perlu diperbaiki dan diperluas kepada seluruh penduduk Indonesia guna kepentingan census dalam hubungannja dengan kepadatan penduduk, transmigrasi d.l.l.

i. Kitab Undang-undang Hukum Perdata dan Perdata lainnja teru-tama mengenai hak-hak benda (Zakenrecht), Personenrecht dan Familierecht berhubung antara lain dengan lendreform ditin-djau kembali.

j. Kitab Undang-undang Hukum Dagang (Wetboek van Koophandel) particle (sebagian) diperlukan untuk bangsa Indonesia sete-lah disesuaikan djiwanja dengan demokrasi terpimpin.

k. Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan peraturan-peraturan la-in hendaknja ditla-indjau kembali dengan kebutuhan masjarakat terutama untuk mentjegah kekatjauan-kekatjauan dalam bidang sche Delicten).

(29)

l. Undang-undang mengenai Tarief-tarief (Douane) perlu ditindjau, karena hanja memperlindungi pengusaha asing (Belanda) sedangkan pengusaha-pengusaha perkebunan rakjat Indonesia dirugikan.

II. Perundang-undangan dalam lapangan Pendidikan dan Kebudajaan. a. Undang-undang Perguruan Tinggi hendaknja memuat pula

aturan-aturan jang memungkinkan diperolehnja tenaga-tenaga ahli se-banjak dan setjepat mungkin, terlebih-lebih dalam hubungan dengan pembangunan Semesta Berentjana.

b. Undang-undang pokok Pendidikan handaknja mendjamin studie terpimpin dan mengatur pula sistim pendidikan jang mengha-silkan warga-warga Indonesia jang berwatak dan berkepriba-dian luhur dengan mengingat unsur-unsur kebudajaan Nasional. Diperlukan pula suatu peraturan beasiswa jang menstimulir lulusnja tenaga-tenaga ahli jang tjukup banjak jang diperlu-kan didalam zaman atoom ini.

c. Undang-undang Censor Film : perlu adanja Undang-undang Pe-njensoran Film untuk mendjamin terpeliharanja Kebudajaan Nasional dari pengaruh Kebudajaan Asing, jang bersifat meru-sak.

III. Perundang-undangan jang diperlukan untuk mengadakan retooling apparatuur Negara.

a. Undang-undang Kepolisian perlu segera diselesaikan supaja tugas Kepolisian dapat dilaksanakan lebih sempurna.

b. Undang-undang jang mengatur Peradilan : perlu diadakan Undang-undang jang mengatur susunan dan kekuasaan Pengadil-an Negeri, PengadilPengadil-an Tinggi dPengadil-an Mahkamah Agung.

Selandjutnja perlu pula diadakan Peradilan Chusus untuk anak-anak (Kinderrechtspraak), mengingat banjaknja perkara anak-anak pada waktu ini ( misalnja dengan timbulnja gedja-la cross-boy).

Undang-undang jang mendjamin kedudukan para hakim berdasar-kan pasal 25 Undang-undang Dasar perlu segera diadaberdasar-kan untuk mendjamin kedudukan jang tidak dipengaruhi oleh instansi Legislative dan Executif.

IV. Perundang-undangan dalam hubungan dengan luar negeri.

a. Undang-undang mengenai territorial waters (perairan terri-toriaal): perlu dikeluarkan selekas mungkin Undang-undang jang sesuai dengan Pengumuman Pemerintah tertanggal 13 Desember 1957 mengenai perluasan perairan.

(30)

territoriaal Indonesia hingga 12 mil jang erat hubungannja dengan keamanan, perluasan continental shelf dan contagious zone serta perluasan penangkapan ikan dilaut.

b. Traktaat-traktaat jang dulu diadakan oleh Pemerintah Belan-da dengan luar Negeri untuk Indonesia, perlu ditindjau satu persatu, sampai dimana tidak merugikan Negara kita.

Traktaat-traktaat baru jang dapat diadakan antara Indonesia dan luar Negeri antaranja dalam hal Kebudajaan supaja disti-nulir untuk memberikan kemungkinan kepada Indonesia untuk menjumbangkan perkembangan kebudajaan internasional.

c. Loan agreements, asalkan tidak mengikat Indonesia setjara politis, supaja dapat dilakukan oleh Pemerintah tanpa dimin-takannja persetudjuan Dewan Perwakilan Rakjat, untuk memper-singkat prosedure dan mempertjepaat memperolehnja kredit jang diperlukan misalnja untuk pembangunan industri berat maupun ringan.

d. Uitleverings tractaten.

BAB III

Mempersiapkan masjarakat untuk pembangunan semesta dan berentjana Dalam bidang mental.

Pendahuluan :

DEPERNAS menjadari sedalam-dalamnja, bahwa pembangunan Semesta dan Berentjana jang akan dimulai pada awal tahun 1961 tidak akan dapat berdjalan dengan teratur dan baik, djika keadaan mental masjara-kat Indonesia seperti sekarang ini tidak mengalami perobahan2 redi-kal terlebih dahulu.

Tjara berpikir dalam alam liberal dan kolonial jang masih ter-dapat dikalangan bangsa kita dengan segala akibatnja tidak ter-dapat di-pakai sebagai pangkal bertolak untuk memutar roda pembngunan Semes-ta dan Berentjana.

Bangsa Indonesia harus mengadakan rovolusi mental jang menudju kepada tjara berpikir jang luhur disertai pula dengan tjara berte-kad dan bertindak jang luhur menurut kepribadian bangsa Indonesia. Tjara berpikir jang luhur ini akan memberi keadilan dan kemakmuran pada bangsa Indonesia seluruhnja. Hidup sederhana dan berpikir luhur harus dipupuk dan didjadikan lambang hidup mental bangsa Indonesia. Lambang inilah akan membawa bangsa Indonesia kemasjarakat adil dan makmur berdasarkan Pantja Sila.

(31)

Berpikir luhur ialah :

a. mentjari kebenaran untuk keadilan dan kemakmuran masjarakat Indonesia keseluruhannja,

b. tjinta kepada tjita-tjita Proklamasi 1945 dan bersifat djudjur dan ichlas untuk kepentingan nusa dan bangsa,

c. dalam pandangan hidup tidak dikuasai oleh napsu kebendaan, tetapi keseimbangan materiil dan spirituil.

Berpikir luhur ini harus didjadikan pedoman hidup mental sebagai da-sar pembangunan Semesta dan Berentjana menudju kearah kebeda-saran nusa dan bangsa Indonesia.

Revolusi mental jang terpimpin ini harus mendjadi daja penggerak lantjar djalannja roda pembangunan Semesta dan Berentjana jang menudju pada perobahan sikap, semangat dan tjara berpikir kearah jang baru mulia sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.

Perobahan mental ini harus ada dan dilaksanakan dengan segera meliputi semua lapisan masjarakat dengan segala potensi jang ada disemua sektor kehidupan masjarakat.

Dan dibawah ini adalah pemikiran-pemikiran jang hendaknja dilaksanakan.

Keadaan masjarakat sekarang menundjukkan fakta-fakta dan gedjala-gedjala jang demikian sehingga merupakan penghalang-penghalang pembangunan Semesta dan Berentjana. Fakta-fakta tersebut adalah sebagai berikut :

a. Budi pekerti mengalami kemunduran,

b. Alam pikiran liberal jang kadang2 tidak ada batas susilanja : penjalahgunaan arti demokrasi dalam pelaksanaan, penjalahgunaan kedudukan dan kekuasaan antara lain pengaruh ….tisme golongan dan kepartaian jang tidak pada tempatnja, c. Kepintjangan2 sosial sebagai akibat dari perbedaan2 jang

menjolok dalam taraf hidup dan tjara hidup,

d. Norma2 hukum jang masih banjak dipakai dan tidak sesuai lagi dengan alam negara Merdeka,

e. Kurang pertjaja pada diri sendiri dan rasa ketjil pada hasil tjipta-annja sendiri jang mengakibatkan hilang swadaja, daja tjipta dan kepribadiannja,

f. Tjara individualistis jang berlebih-lebihan jang bertentangan de-ngan kepribadian bangsa Indonesia (hidup gotong-rojong),

g. Kekurangan2 dalam lapangan kedjiwaan :

1. tipis atau tidak adanja rasa kepertjaan pada Tuhan Jang Maha Esa jang memberi sumber kekuatan pada manusia,

(32)

2. keinsjafan bernegara dan berbangsa,

- keinsjafan petugas jang djudjur dan adil serta mengabdi kepada kepentingan bersama dan kemakmuran rakjat,

- kesedaran akan nilai murni kepribadian sendiri serta ketabahan dan keuletan,

- keinsjafan pentingnja kedudukan ilmu pengetahuan guna pembangunan,

3. tjara berpikir jang rasional, ekonomis dan toleran,

4. masih melekatnja sisa-sisa pengaruh kolonial dan feodal, dalam tjara berfikir dan pandangan hidup,

5. masih adanja anggapan membedakan matjam pekerdjaan jang mulia dan jang hina, jang tinggi dan jang rendah.

Kenjataan2 sebagai tersebut diatas merupakan penghalang jang membahajakan potensi pembangunan kemadjuan negara. Ini harus diatasi dan dituntun kearah alam pikiran jang luhur jang mendjadi dasar djaminan jang kuat untuk pembangunan masjarakat adil dan makmur merata diseluruh kepulauan Indonesia.

Tjara berpikir menurut kepribadian bangsa Indonesia harus diarah-kan kepada :

1. berpandangan Pantja Sila sebagai dasar filsafah hidup bangsa Indonesia,

2. mempertebal rasa susila, budi luhur dan ketjerdasan,

3. demokrasi atas dasar musjawarah, serta dan tjinta pada nusa dan bangsa,

4. berpikir rasional, ekonomis dan kreatip, bersifat gotong-rojong dan bertanggung djawab atas keadilan dan kemerdekaan bangsa,

5. berdjiwa pelopor,

6. rela dan tangkas dalam pembelaan, 7. berpikir ilmiah.

Tjara-tjara mentjapai Revolusi mental dapat dilakukan dalam beberapa sektor :

Paragrap I

Dalam sektor Pendidikan, Kebudajaan, dan Keagamaan, revolusi mental dapat ditjapai dengan djalan :

1. Mendjelmakan sistim pendidikan jang menghasilkan manusia jang berguna bagi masjarakat, taat pada agama atau kepertjajaan masing-masing serta hormat-menghormati setjara-dinamis dan mendjadikan kesusilaan keagamaan sebagai dasar kenjataan dalam segala tindakannja,

2. Menjusun matjam-matjam pendidikan jang berguna langsung untuk masjarakat. Dimulai pada sekolah rakjat harus diadakan sjarat-sjarat jang minimal dalam mata-mata peladjaran :

(33)

a. Pengetahuan Kewarga-Negaraan,

b. Kembali kepada Undang-undang Dasar 1945, c. Filsafah hidup Pantja Sila,

d. Hidup kekeluargaan (gotong rojong),

e. Pengetahuan teoritis dan praktis dan berguna dalam hidup se-hari-hari antara lain: mengenai pertanian, kechewanan, peri-kanan dan perdagangan, koperasi dan industri-industri ketjil, f. Penjebaran njanjian2 tarian2 dan permainan2 rakjat dari

selu-ruh daerah meskipun bahasanja belum diketahui. 3. Memperluas pendidikan kedjuruan,

4. Melatih pelopor-pelopor untuk pembelaan negara,

5. Memperluas penjelidikan ilmijah jang memberikan dasar kepada pembangunan negara,

6. Mendirikan gedung-gedung sekolah sebanjak-banjaknja merata dise-luruh daerah dan disesuaikan dengan arsitektur daerah dan bahan-bahan lokal jang ada,

7. Mentjiptakan suatu sistim pendidikan elementer jang dapat mendja-min perluasan kesempatan beladjar bagi anak2 ditempat-tempat jang terpentjil,

8. Perhatian terhadap sekolah-sekolah partikelir dan agama harus me-rata dan adil terutama dari pihak Pemerintah berupa bimbingan dan subsidi,

9. Pembukaan perguruan2 tinggi diperluas jang sedikit-sedikitnja harus ada ditiap-tiap daerah Swatantra tingkat I. Djika tiap2 daerah Swatantra tingkat I belum mempunjai perguruan-perguruan tinggi, ditentukan djumlah djatah ditiap-tiap Universitas negeri jang ada, bagi daerah-daerah,

10. Distimulir berdirinja perguruan-perguruan tinggi dan kedjuruan oleh daerah-daerah Swatantra dan oleh masjarakat dengan mendapat bantuan Pemerintah,

11. Untuk peladjar-peladjar daerah disediakan tempat-tempat pemondokan guna meringankan perongkosan dan djuga tempat2 penginapan bagi me-reka jang mengikuti selama udjian dengan pendjagaan,

12. Memupuk dan mempergiat pertukaran kebudajaan antar daerah sesuai dengan tudjuan lambang negara “Bhinneka Tunggal Ika”.

13. Memelihara tempat2 jang bernilai sedjarah dan menarik masjarakat mengadakan perkundjungan2 untuk memperkuat rasa kebangsaan dan mempertebal rasa tjinta pada kebudajaan Nasional,

14. Memperbanjak berdirinja masium2 dan taman kebudajaan,

15. Melarang masuknja kebudajaan2 asing jang membahajakan pertumbuhan kebudajaan Nasional,

(34)

16. Pemberian keringanan dalam pembagian alat2 baik dari luar maupun dalam negeri, baik untuk pendidikan maupun revolusi mental (alat-alat olah raga),

17. Mengadakan kamp2 Teruna (Yoath Camps) dan Wisma2 Teruna (Jouth hotels), ditengah-tengah alam jang indah murni atau jang merupakan arti sedjarah,

18. Penjebaran Lembaga2 Pendidikan Tinggi dan Kedjuruan, 19. Penertiban dalam sistim kepanduan.

Paragrap II

Dalam sektor kesehatan dan Olah Raga revolusi mental dapat ditjapai dengan djalan :

1. Memperluas kesempatan berolah-raga dan merata diseluruh lapisan masjarakat bagi kepentingan kesehatan rakjat,

2. Memasukan unsur-unsur kebudajaan nasional dalam pendidikan keolah-ragaan,

3. Mengadakan tidakan-tindakan jang intensip dan meluas dalam sektor kesehatan rakjat (memperbanjak tenaga-tenaga kesehatan, manambah pengertian tentang kesehatan, memperbanjak rumah-rumah pengobatan dan lembaga-lembaga kesehatan lainnja).

Paragrap III

Dalam sektor Pemerintahan, revolusi mental dapat ditjapai dengan djalan : 1. Pemberian otonomi jang luas kepada daerah-daerah disertai

pertanggung-djawab dalam pelaksanaan pembangunan,

2. Melaksanakan gerakan hidup sederhana dan berpikir luhur jang dipelo-pori oleh para pemimpin dan petugas negara,

3. Meringankan beban hidup rakjat dan petugas-petugas negara menudju kepada taraf jang lebih tinggi,

4. Menghilangkan unsur-unsur jang dapat merendahkan martabat bangsa Indonesia,

5. Mempertinggi moral dan merasa tanggung djawab petugas-petugas negara dalam pengabdiannja pada rakjat,

6. Mengefisiensikan kegunaan dan menjederhanakan aparatur dan administrasi negara (chusus dalam hidup kerochanian dan kedjiwaan efisiensi administrasi harus ditindjau dari sudut spiritueel),

7. Dalam melakukan pengangkatan dan penetapan petugas-petugas negara didjauhkan dari dasar-dasar nepotisme, kawan golongan dan partai, 8. Pemberian kesempatan pimpinan dan tanggung djawab jang luas kepada

tenaga2 lokal dalam pembangunan,

9. Mempertjepat proces kesatuan dan rasa tanggung djawab bersama ter-hadap negara, pemerintah pusat hendaknja mentjerminkan makna

(35)

“Bhinneka Tunggal Ika” dalam penjusunan dan pengisian aparatur-aparatur dan lembaga-lembaga negara.

Paragrap IV

Dalam sektor kemasjarakatan, revolusi mental dapat ditjapai dengan djalan :

1. Memupuk perasaan pertanggungan djawab atas kesatuan, keselamatan-negara dan persatuan bangsa,

2. Meratakan perobahan mental diseluruh lapisan, 3. Mempergiat adjaran filsafah dan kesesusilaan agama,

4. Memupuk rasa kekeluargaan dalam kehidupan, dan penghidupan,

5. memperhebat swadaja dalam bentuk gotong-rojong jang rasional, dan bersemangat holopis-Kontul-baris,

6. Memberantas sumber2 dan alat2 komunikasi jang bertentangan dengan susila masjarakat,

7. Membentuk brigade2 pembangunan, 8. Memperluas rekreasi jang sehat,

9. Memperbesar minat kepada ilmiah untuk kepentingan lantjar djalannja pembangunan,

10. Memberikan penilaian jang wadjar kepada tiap lembaga kemasjarakatan sebagai pusat tjontoh kehidupan,

11. Memperhebat pemberantasan buta huruf dan pemeliharaannja dengan memasukan mata2 peladjaran sederhana mengenai kewarganegaraan, Undang-undang Dasar 1945 dan demokrasi Terpimpin,

12. Hidup sederhana dan hemat dengan mengadakan gerakan2 menabung. Paragrap V

Pengerahan tenaga rakjat dalam hubungan revolusi mental :

1. Sifat hidup gotong rojong adalah kepribadian bangsa Indonesia jang sangat berguna bagi pelaksanaan pembangunan semesta berentjana; 2. Diikut-sertakannja rakjat dalam pembangunan tersebut perlu

didasar-sarkan atas beberapa faktor : a. Sukarela dan musjawarah,

b. Adil dan benar-benar mendjamin, bahwa hasilnja dapat dirasakan semua fihak,

c. Kerdja-sama untuk pekerjaan atau usaha2 jang benar2 menjangkut kepentingan bersama,

d. Benar-benar ada pimpinan jang dapat dipertjaja dan mengatur ta-ta-kerdjanja setjara baik;

3. Ikut-sertanja tenaga rakjat disalurkan melalui organisasi2 jang da-pat menampung tjara berfikir dan pemikiran halajak ramai dengan kerdja sama sebaik-baiknja antara semua lapisan rakjat, terutama golongan2 fungsionil jang mempunjai peranan dan daja tjipta;

Referensi

Dokumen terkait

Menurut undang-undang Republik Indonesia nomor 10 tahun 2009 “destinasi pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah

Penelitian ini hanya membahas tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan konsumen melalui keputusan pembelian pada produk Citra hand and body lotion di

Disamping usaha-usaha rehabilitasi lahan mendapatkan banyak manfaat dari tingginya curah hujan terhadap garam ini, perlakuan-perlakuan konvensional lainnya, seperti drainase

Memprioritaskan pengembangan pembangunan ekonomi pada sektor sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sebagai sektor unggulan serta

Hasil perhitungan diatas didapat nilai F hitung sebesar 13,705 dengan tingkat signifikansi 0 atau kecil dari 0,05 (0 < 0,05) menunjukan bahwa model regresi dapat

Kalau sahaja bukan kerana Hadithnya „Ana a khidzuh a wa shatara m a lahu‟ akan aku masukkan dia ke dalam kitab al-Thiqa t, dan dia termasuk orang yang aku

Kemudian keesokan harinya sekira pukul 08.00 WIB, Terdakwa menunggu dibelakang tembok Lembaga Pemasyarakatan yang telah dijanjikan oleh ABDUL MUIS alias UCOK

Untuk perawatan tali pusat bagian yang harus selalu dibersihkan. adalah pangkal tali pusat,bukan