1
PENGARUH DIVERSIFIKASI KORPORAT TERHADAP EXCESS VALUE PADA PERUSAHAAN YANG LISTING DI BEI
Silvia Yultriana, Yeasy Darmayanti, Resti Yulistia Muslim Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta
E-mail: [email protected]
Abstract
Corporate diversification has been a debate various parties, whether diversification can bring benefits to the company or bring a negative impact to firm value. The purpose of this study was to examine the effect of corporate diversification to excess value. The object of this research are services company and trading company listed on Indonesia Stock Exchange. This research is an empirical study with purposive sampling method. The instrument used to test the hypothesis is multiple regression analysis. There are 7 proxies used in this research include level diversification, leverage, earning growth, the level of investment opportunities, total segment, size and age of company. Based on this research concluded that level diversification, leverage, the level of investment opportunities, size and age of company have significant influence on excess value, meanwhile earning growth, total segment doesn’t have significant influence on excess value
Key words : diversification, excess value, firm value, segment sales
I. PENDAHULUAN
Perusahaan umumnya memulai usahanya sebagai bisnis tunggal dan melayani pasar tertentu. Seiring dengan semakin berkembangnya perusahaan, maka semakin bertambah luas pasar yang dilayaninya sehingga perusahaan dihadapkan pada suatu strategi untuk melakukan pengembangan bisnisnya. Perusahaan dalam perkembangannya berusaha untuk selalu mempertahankan keunggulan bisnisnya dalam meningkatkan kinerja perusahaan tersebut (Maryati, 2006).
Pengetahuan dan pengalaman yang ada pada sebuah perusahaan yang sedang berkembang sudah layak dan patut digunakan sebagai modal dilakukannya diversifikasi korporat untuk pengembangan usahanya.
Tujuan diterapkannya diversifikasi usaha pada sebuah perusahaan untuk memaksimumkan ukuran dan keragaman usaha, sehingga pemilik dapat memperoleh tingkat pendapatan yang besar dari beberapa segmen usaha yang dimilikinya (Kurniasari, 2011). Menurut Pandya dan Rao (1998) dalam Handayani (2009), bagi banyak manajer, penerapan diversifikasi perusahaan merupakan pilihan strategi yang tepat digunakan untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
Level diversifikasi perusahaan dapat dilihat dengan menggunakan indikator Indeks Herfindahl. Indeks ini diperkenalkan oleh seorang ekonom Orris C. Herfindahl dan Albert O. Hirschman yang menunjukan semakin terkonsentrasinya suatu perusahaan dalam segmen usaha yang dimilikinya. Level
2 diversifikasi perusahaan diukur dengan menggunakan indeks herfindahl, selain itu proksi lain yang digunakan adalah leverage, tingkat kesempatan investasi, earning growth, jumlah segmen usaha, dan ukuran perusahaan dan umur perusahaan (Sianita, 2011).
Banyak pendapat yang berbeda tentang manfaat positif dan negatif pengaruh diversifikasi korporat terhadap kinerja perusahaan. Pihak-pihak yang melihat positif diversifikasi menyatakan diversifikasi perusahaan bertujuan agar tingkat resiko menjadi berkurang dan tetap memberikan potensi tingkat keuntungan yang cukup. Dengan diterapkannya diversifikasi perusahaan jika salah satu segmen usaha mengalami kerugian, maka keuntungan yang didapat dari segmen usaha yang lain dapat menutupi kerugian segmen tersebut, sehingga strategi diversifikasi juga dapat disebut strategi alokasi asset (Suwarni dan Pakaryaningsih, 2007).
Manfaat lainnya menurut Higgins, Schall (1975), dan Lewellen (1971) dalam Handayani (2009) menyatakan hutang (leverage) dapat diperbaiki dengan adanya diversifikasi perusahaan sehingga resiko kebangkrutan pada perusahaan bisa berkurang. Hal ini dikarenakan pada perusahaan satu segmen secara berkesinambungan menggunakan hutang (leverage) untuk mempertahankan keunggulan bisnisnya.
Secara umum dapat dikatakan bahwa peningkatan hutang (leverage) pada batas tertentu bisa meningkatkan kinerja apabila hutang digunakan secara efisien dan fokus untuk membiayai kegiatan yang menjadi keunggulan perusahaan dalam rangka memperoleh keuntungan. Selain dapat memperbaiki kapasitas hutang, diversifikasi juga dapat meningkatkan penyebaran asset, serta meningkatkan keuntungan yang dapat dilihat dari pertumbuhan laba (earning growth) dari tahun ke tahun (Teece, 1982 dan Williamson, 1975 dalam Handayani, 2009).
Pihak yang memandang negatif menyatakan perusahaan yang memiliki banyak segmen diduga melakukan investasi yang besar pada lini usahanya dengan kesempatan investasi yang rendah. Sedangkan Jensen dan Meckling (1976) dalam Harto, dkk (2007) menyatakan bahwa manajer perusahaan yang mempunyai free cash flow yang tinggi cenderung mengambil investasi yang bisa menurunkan nilai (value decreasing) dan usaha yang memiliki net presentvalue yang negatif ketika mengalokasikan pada segmen usaha mereka. Billett dan Mauer (1998) dalam Setionoputri, dkk (2009) mengatakan bahwa tidak optimalnya investasi yang dilakukan perusahaan banyak segmen dengan memberikan subsidi kepada segmen usaha yang kinerjanya rendah dengan sumber daya yang berasal dari segmen usaha yang
3 kinerjanya bagus sehingga pada akhirnya perusahaan memiliki mekanisme pasar intern yang dapat menurunkan nilai perusahaan.
Diversifikasi korporat tidak selalu memiliki dampak negatif. Hal ini dibuktikan oleh Li dan Wong (2003) dalam Setionoputri, dkk (2009) yang meneliti hubungan diversifikasi perusahaan dengan kinerja pada perusahaan-perusahaan besar di Cina. Pemilihan strategi yang sesuai akan meningkatkan kinerja perusahaan. Mereka menemukan bahwa strategi diversifikasi pada bidang yang saling terkait (related diversification) menjadi kurang optimal akibat ketidakjelasan dari perilaku usaha. Apabila hanya melakukan diversifikasi pada bidang yang tidak berkaitan (unrelated diversification) justru akan menurunkan nilai perusahaan. Matching antara strategi diversifikasi yang berkaitan dengan diversifikasi yang tidak berkaitan merupakan strategi optimal yang akan menghasilkan kinerja perusahaan yang baik.
Harto (2007) meneliti mengenai pengaruh diversifikasi perusahaan terhadap kinerja perusahaan dan hasilnya menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan antara perusahaan banyak segmen dengan perusahaan yang memiliki satu segmen. Selain itu penelitian Septionoputri, dkk (2009) menyimpulkan bahwa leverage dan tingkat kesempatan investasi berpengaruh positif signifikan terhadap excess value, sedangkan umur dan jumlah segmen usaha
berpengaruh negatif signifikan terhadap
excess value dan level diversifikasi, earning growth, serta jenis sektor industri manufaktur dan properti real estat tidak berpengaruh signifikan terhadap excess value.
Berdasarkan perbedaan-perbedaan hasil penelitian mengenai Pengaruh Diversifikasi Perusahaan terhadap Kinerja Perusahaan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ulang dengan mereplikasi penelitian yang dilakukan oleh Septionoputri, dkk (2009) dimana perbedaannya terletak pada tahun penelitian, jenis perusahaan dan jumlah perusahaan sampel penelitian. Jika Septionoputri, dkk (2009) meneliti pada tahun 2005 – 2007, sedangkan peneliti mencoba kembali dengan data dari tahun 2009 – 2011 dan peneliti mencoba menelti pengaruh diversifikasi korporat terhadap excess value dengan menggunakan indikator level diversifikasi,
leverage, tingkat kesempatan investasi,
earning growth, jumlah segmen usaha serta ukuran perusahaan dan umur perusahaan.
II.LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Pengertian Diversifikasi Korporat dan Excess Value
Menurut Harto (2005), diversifikasi perusahaan adalah salah satu cara pengembangan usaha dengan memperluas jumlah segmen usaha maupun segmen
4 geografis, memperluas pangsa pasar yang telah ada atau mengembangkan berbagai produk yang berbeda.
Excess value adalah selisih antara kinerja perusahaan diversifikasi dengan perusahaan yang hanya memiliki segmen tunggal (Setionoputri,dkk, 2009).
2.2 Kerangka Pemikiran dan Perumusan Hipotesis
2.2.1 Pengaruh Level Diversifikasi terhadap Excess Value
Pada penelitian Satoto (2009) dan Atami (2012) yang menunjukan bahwa diversifikasi perusahaan mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Akan tetapi perbeda dengan hasil penelitian Harto (2005) dan Setionoputri, dkk (2009) menunjukan bahwa level diversifikasi tidak signifikan berpengaruh terhadap excess value. Berdasarkan penjelasan diatas maka disusun hipotesis sebagai berikut :
H1 : Level diversifikasi perusahaan berpengaruh signifikan terhadap excess value.
2.4.2 Pengaruh Leverage terhadap Excess Value
Tingginya leverage menunjukkan bahwa perusahaan mendapatkan banyak dana dari kreditor. Hasil penelitian oleh Harto (2007), Maramis (2007) dalam Sianita (2011) dan Setionoputri, dkk (2009) yang menemukan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Ini
didukung oleh penelitian Sianita (2011) menujukan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap excess value. Berdasarkan penjelasan diatas maka disusun hipotesis sebagai berikut :
H2 : Leverage berpengaruh signifikan terhadap excess value
2.4.3 Pengaruh Tingkat Kesempatan Investasi terhadap Excess Value
Tingkat kesempatan investasi yang diukur dengan Tobins Q menunjukan Tobins Q yang tinggi berarti perusahaan mempunyai tingkat kesempatan investasi yang tinggi dan juga mengindikasi baiknya kinerja perusahaan dalam mengelola asset yang dimilikinya Wolfe (2003) dalam Setionoputri, dkk (2009). Sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat kesempatan investasi perusahaan berpengaruh terhadap
excess value. Pada penelitian Sianita (2011) membuktikan bahwa tingkat investasi berpengaruh negatif yang signifikan terhadap
excess value.. Berdasarkan penjelasan diatas maka disusun hipotesis sebagai berikut : H3 : Tingkat kesempatan investasi
berpengaruh signifikan terhadap excess value
2.4.4 Pengaruh Earning Growth terhadap Excess Value
Penelitian Harto (2005) menunjukan bahwa earning growth tidak signifikan berpengaruh terhadap excess value. Akan tetapi hasil berbeda ditemukan oleh Harto (2007) yang menyebutkan bahwa earning
5
growth perusahaan memiliki pengaruh negatif terhadap excess value.
Berdasarkan penjelasan diatas maka disusun hipotesis sebagai berikut :
H4 : Earning growth berpengaruh signifikanterhadap excess value.
2.4.5 Pengaruh Jumlah Segmen Usaha terhadap Excess Value
Jumlah segmen usaha yang dimiliki perusahaan sangat mempengaruhi kinerja perusahaan. Harto (2007) mengatakan bahwa perusahaan multi segmen memiliki excess value yang lebih rendah dibandingkan perusahaan segmen tunggal. Setionputri, dkk (2009) juga melakukan penelitian yang hasilnya menunjukkan jumlah segmen usaha berpengaruh negatif terhadap excess value. Berdasarkan penjelasan diatas maka disusun hipotesis sebagai berikut :
H5 : Jumlah segmen usaha berpengaruh signifikan terhadap excess value.
2.4.6 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Excess Value
Besarnya ukuran perusahaan mengindikasikan besarnya asset yang dimiliki perusahaan berarti semakin besar kesempatan perusahaan untuk mengelola perusahaan dan meningkatkan kinerja perusahaan. Pendapat tersebut didukung oleh Harto (2007) yang menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Ini didukung oleh penelitian Setionoputri, dkk (2009) dan Sianita (2011) menunjukan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh positif terhadap
excess value. Berdasarkan penjelasan diatas maka disusun hipotesis sebagai berikut : H6 : Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap excess value.
2.4.7. Pengaruh Umur Perusahaan terhadap Excess Value
Semakin lama perusahaan beroperasi, semakin tinggi pula peluang perusahaan untuk meningkatkan kinerja perusahaan Penelitian Harto (2005) menunjukan bahwa umur tidak signifikan berpengaruh terhadap
excess value. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari, dkk (2009) yang menunjukan bahwa umur perusahaan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan manufaktur di BEI.
Berdasarkan penjelasan maka disusun hipotesis sebagai berikut :
H7 : Umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap excess value.
III. METODE PENELITIAN
Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diambil dari laporan keuangan tahunan perusahaan periode 2009-2011 yang diperoleh dari seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI dan mempublikasikan laporan keuangan auditan per 31 Desember secara konsisten dan lengkap dari tahun 2009-2011. Laporan keuangan ini diperoleh dari sistus Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) dan sumber data lain diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD).
6 Populasi dari penelitian adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI. Sampel dari penelitian ini adalah beberapa perusahaan yang terdaftar di BEI. Metode pengambilan sampel berdasarkan non-probability dengan menggunakan purposive sampling dimana sampel diambil dengan kriteria-kriteria tertentu antara lain :
1. Perusahaan telah listing di Bursa Efek Indonesia pada periode 2009-2011.
2. Perusahaan memiliki laporan keuangan konsolidasi pada periode 2009-2011 3. Perusahaan memiliki laporan segmen
usaha yang lengkap pada periode 2009-2011.
4. Perusahaan yang bergerak di sektor jasa dan perdagangan pada periode 2009-2011.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah excess value Kinerja perusahaan diterjemahkan dalam excess value dengan rumus (Berger dan Ofek, 1995 dalam Setionoputri, dkk, 2009)
*) IVi,t =
Keterangan :
MC : market capitalization (nilai pasar ekuitas saham + nilai buku hutang). IVi : imputed value (rasio median market to sales industri dikali penjualan tiap segmen usaha perusahaan).
Segsales : Penjualan masing - masing segmen. Ind (market/sales) : rasio median dari market capitalization terhadap penjualan untuk perusahaan segmen individual dalam satu industri.
Variabel independen dalam penelitian ini :
1. Level diversifikasi Perusahaan
Level diversifikasi perusahaan diukur menggunakan indeks Herfindahl (Setionoputri, dkk, 2009). Indeks Herfindahl dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
Segsales : Penjualan masing- masing segmen
Sales : Total Penjualan
2. Leverage
Variabel Leverage diukur dengan menggunakan debt to ratio. Secara matematis, dirumuskan sebagai berikut (Sianita, 2011)
Keterangan :
TD it = Total Debt yang dimiliki perusahaan
i pada periode t
TA it = Total Asset yang dimiliki perusahaan
i pada periode t EXVAL=ln Leverage = H = 2/( )2
7 3. Tingkat Kesempatan Investasi
Variabel ini ukur dengan menggunakan rasio Tobins Q yang dirumuskan sebagai berikut (Hamzah, 2006 dalam Sianita, 2011):
Keterangan :
MVS : Nilai pasar ekuitas (Equity Market Value) (harga saham dan penutupan (closing price) akhir tahun x jumlah saham yang beredar pada akhir tahun)
D : Nilai buku total hutang TA : Nilai buku total asset 4. Earning Growth
Variabel ini diukur dengan menggunakan laba per lembar saham (earning per share) yang dirumuskan sebagai berikut (Haryanti, 2007 dalam sianita, 2011):
Keterangan :
eps : Selisih nilai earning pers share
tahun t di kurang tahun sebelumnya dibagi earning per share tahun sebelumnya.
eps t : Pertumbuhan earning per share saham
tahun t.
epst-1 : Pertumbuan earning per share tahun
sebelumnya 5. Jumlah Segmen Usaha
Sampel dikelompokkan dalam perusahaan yang memiliki lebih dari satu segmen diberi skala 1 dan perusahaan yang
memiliki segmen tunggal yang diberi skala 0.
6. Size (Ukuran) perusahaan
Variabel ini diukur dengan natural log total asset perusahaan (Hartono, 2000). Rumus :
Keterangan :
Total Assetit = Total asset yang dimiliki
perusahaan i pada periode t. 7. Umur Perusahaan
Variabel ini diukur dengan jumlah tahun mulai perusahaan berdiri sampai dengan tahun pengamatan (Febriani, 2004).
Untuk melakukan pengujian data, penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji heterokedastisitas. Sedangkan untuk pengujian hipotesis menggunakan analisis model regresi berganda, uji koefisien determinasi (R2), Uji F-statistik dan uji t-statistik.
IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1Prosedur Pemilihan Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak di sektor jasa dan perdagangan. Sampel yang diperoleh dalam penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling dengan jumlah sampel setiap tahunnya sebanyak 74 perusahaan dengan jumlah observasi 222 perusahaan. Q =
eps = (epst – epst-1)
epst-1
8 Tabel 1
Prosedur Pemilihan Sampel
No Keterangan Total
1 Perusahaan yang listing
selama periode 2009-2011 di Bursa Efek Indonesia
448
2 Perusahaan yang tidak
bergerak di sektor perusahaan sampel
(327)
3 Perusahaan yang tidak
memiliki laporan keuangan
yang lengkap dan
pengungkapan segmen yang lengkap
(47)
Jumlah sampel yang dipakai 74
Sumber : Data Sekunder yang diolah
4.2Hasil Pengujian Asumsi Klasik 4.2.1 Hasil Uji Normalitas
Pada analisis ini menggunakan uji statistik non-parametrik One Kolmogorov Smirnov Test dengan ketentuan apabila
probabilitas melebihi taraf signifikansi yang ditetapkan yaitu 0,05 maka data yang dipakai dalam penelitian berdistribusi normal. Sebaliknya, apabila nilai probabilitas kurang dari 0,05 maka data pada penelitian ini tidak berdistribusi normal (Ghozali, 2013). Berdasarkan proses pengolahan data yang telah peneliti lakukan, diperoleh hasil bahwa ada beberapa variabel yang dihasilkan tidak berdistribusi normal dan untuk memenuhi syarat uji normalitas bahwa data yang dihasilkan harus berdistribusi normal, kemudian untuk variabel jumlah segmen usaha (dummyseg) tidak perlu berdistribusi normal karena merupakan variabel dummy. Untuk menormalkannya maka langkah yang dilakukan adalah dengan cara mengganti
nilai outlier dengan nilai rata-rata. Ringkasan hasil pengolahan data terlihat seperti pada tabel dibawah ini:
Tabel 2
Hasil Pengujian Normalitas
Variabel Asymp.Sig.
(2-tailed)
Ket
Excess Value 0,332 Normal
Diversifikasi 0,366 Normal Leverage 0,090 Normal Tingkat Kesempatan Investasi 0,064 Normal Earning Growth 0,059 Normal
Dummyseg 0,000 Tidak Normal
Ukuran 0,971 Normal
Umur 0,062 Normal
Sumber Data : Olahan Data Sekunder Dari tabel dapat di jelaskan bahwa seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian ini datanya telah berdistribusi normal karena nilai probability Asymp. Sig (2-tailed) > 0.05.
4.2.2 Hasil Uji Multikolinearitas
Untuk menguji ada tidaknya korelasi antara variabel bebas digunakan nilai
tolerance dan variance inflation factor atau VIF. Pengujian multikolinearitas dilihat dari besaran VIF (variance inflation factor) dan
tolerance regresi yang terbebas dari masalah multikolinearitas apabila nilai VIF < 10 dan
tolerance > 0,1 maka data tersebut tidak ada multikolinearitas (Ghozali, 2013). Hasil pengujian multikolinearitas dapat dilihat pada tabel berikut :
9 Tabel 3
Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel Colinearity
Statistic
Kesimpulan
Tolerance VIF
Diversifikasi 0,948 1,054 Tidak terjadi multikolinea ritas
Leverage 0,921 1,086 Tidak terjadi
multikolinea ritas Tingkat Kesempatan Investasi 0,933 1,072 Tidak terjadi multikolinea ritas Earning Growth 0,941 1,062 Tidak terjadi multikolinea ritas
Dummyseg 0,876 1,142 Tidak terjadi
multikolinea ritas
Ukuran 0,955 1,047 Tidak terjadi
multikolinea ritas
Umur 0,902 1,109 Tidak terjadi
multikolinea ritas Sumber Data : Olahan Data Sekunder Dari tabel diatas dilihat masing-masing variabel yaitu variabel diversifikasi perusahaan (Diver), leverage, tingkat kesempatan investasi, earning growth,
jumlah segmen usaha (Dummyseg), size (LnAsset) dan umur diperoleh nilai tolerance
masing-masing variabel > 0,1 atau nilai VIF < 10 Jadi dapat di simpulkan bahwa dalam model penelitian ini tidak terjadi masalah multikolinearitas.
4.2.3 Hasil Uji Autokorelasi
Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi, maka dilakukan pengujian
Durbin Watson (DW).
Tabel 4
Hasil Uji Autokorelasi
Nilai DW Keterangan
2,146 Tidak terjadi
autokorelasi
Sumber Data : Olahan Data Sekunder
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa nilai DW sebesar 2,146. Nilai tersebut akan dibandingkan dengan nilai tabel Durbin-Watson. Dari tabel DW diperoleh nilai batas atas (DU) sebesar 1,841. Pada kondisi DU < DW < 4-DU, sesuai dengan pedoman pengambilan keputusan autokorelasi maka dapat diambil keputusan bahwa tidak terjadi autokorelasi dalam model regresi. Maka dapat dilihat nilai DW 2,146 lebih besar dari batas atas (DU) 1,841 dan kecil dari (4-DU) 2,159 dan dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi.
4.2.4 Hasil Uji Heterokedastisitas
Pada penelitian ini untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas peneliti menggunakan Uji Glejser.
Tabel 5
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel Uji
Glejser
Signifikan Ket
Diversifikasi -0,808 0,420 Tidak terjadi heteroskedas tisitas
Leverage -1,506 0,134 Tidak terjadi
heteroskedas tisitas Tingkat Kesempatan Investasi 0,963 0,337 Tidak terjadi heteroskedas tisitas Earnings Growth 0,683 0,495 Tidak terjadi heteroskedas tisitas Jumlah Segmen 0,872 0,384 Tidak terjadi heteroskedas tisitas
Ukuran -1.590 0,113 Tidak terjadi
heteroskedas tisitas
Umur 1,691 0,092 Tidak terjadi
heteroskedas tisitas Sumber Data : Olahan Data Sekunder Dari tabel diatas dapat di jelaskan bahwa dalam model penelitian ini tidak terjadi
10 masalah heteroskedastisitas karena masing-masing variabel independen tidak mempunyai nilai signifikan yang secara statistik mempengaruhi variabel dependen (sig > 0,05).
4.3 Hasil Pengujian Hipotesis
Untuk melakukan pengujian hipotesis maka dilakukan pengujian determinan (R2), uji signifikan simultan (uji F) dan uji signifikan parameter individual (uji t).
Tabel 6 Hasil Uji Hipotesis
Variabel B T Sig Ket
Constant -0,992 -1,399 Diversifikasi -2,879 -2,861 0,005 H1 Diterima Leverage -2,298 -6,397 0,000 H2 Diterima Tingkat Kesempatan Investasi 1,074 5,290 0,000 H3 Diterima Earnings Growth 0,095 0,914 0,362 H4 Ditolak Jumlah Segmen -0,273 -0,876 0,382 H5 Ditolak Ukuran 0,141 3,445 0,001 H6 Diterima Umur -0,014 -2,296 0,023 H7 Diterima R2 = 0,310 F Hitung = 13,705
Sumber Data : Olahan Data Sekunder Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat hasil analisis regresi secara keseluruhan menunjukan R2 sebesar 0,310 yang berarti 31 % variabel excess value dapat dijelaskan oleh variabel diversifikasi perusahaan,
leverage, tingkat kesempatan investasi,
earning growth, jumlah segmen usaha, ukuran dan umur perusahaan, sedangkan sisanya sebesar 69 % dijelaskan oleh variabel lain diluar model regresi yang tidak diuji dalam penelitian ini. Dapat disimpulkan
bahwa model regresi linier berganda layak dipakai untuk penelitian karena sebagian besar variabel dependen sudah dijelaskan oleh variabel independen yang digunakan dalam model.
Hasil perhitungan diatas didapat nilai F hitung sebesar 13,705 dengan tingkat signifikansi 0 atau kecil dari 0,05 (0 < 0,05) menunjukan bahwa model regresi dapat digunakan untuk memprediksi atau dapat dikatakan diversifikasi perusahaan, leverage, tingkat kesempatan investasi, earning growth, jumlah segmen usaha, ukuran dan umur perusahaan secara simultan atau bersama-sama berpengaruh terhadap excess value.
4.4 Analisis Hasil Pengujian Hipotesis 4.4.1 Pengaruh Level Diversifikasi
Perusahaan terhadap Excess Value Hasil pengujian diperoleh nilai signifikansi untuk variabel diversifikasi sebesar 0,005, dimana nilai sig kecil dari alpha (0,005 < 0,05) berarti hipotesis pertama diterima yaitu level diversifikasi berpengaruh signifikan terhadap excess value.
Hal ini diduga dengan adanya diversifikasi perusahaan dapat meningkatkan pertumbuhan perusahaan lebih besar karena diversifikasi memberikan kesempatan kepada satu segmen usaha untuk memperoleh keuntungan dari segmen yang berbeda sehingga mampu meningkatkan kinerja perusahaan dan meningkatkan nilai
11 tambah bagi perusahaan berbeda dengan perusahaan segmen tunggal yang fokus pada satu jenis usaha saja.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Satoto (2009) dan Atami (2012) yang menunjukan bahwa diversifikasi perusahaan mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Berbeda dengan hasil penelitian dari Harto (2007) dan Setionoputri, dkk (2009) yang menunjukan bahwa level diversifikasi tidak signifikan berpengaruh terhadap excess value.
4.4.2 Pengaruh Leverage terhadap Excess Value
Hasil pengujian diperoleh nilai signifikansi untuk variabel leverage sebesar 0,000 dimana nilai sig kecil dari alpha (0,000 < 0,05) berarti hipotesis kedua diterima yaitu leverage berpengaruh signifikan terhadap
excess value.
Leverage yang tinggi menunjukan tingginya penggunaan dana dari kreditur dan pada kenyataannya pada penggunaan
leverage pada perusahaan diversifikasi lebih tinggi dari pada perusahaan tunggal. Akan tetapi pada kondisi saat ini penggunaan dana dari kreditur yang tinggi akan mengakibatkan perusahaan mengalami kesulitan keuangan sehingga menghambat alokasi modal diantara perusahaan. Dengan demikian, perusahaan yang melakukan diversifikasi yang bertujuan memanfaatkan
kapasitas hutang, akan menurunkan nilai perusahaan (Sianita, 2011).
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari, dkk (2009) menujukan bahwa adanya pengaruh variabel leverage terhadap kinerja perusahaan manufaktur di BEI.
4.4.3 Pengaruh Tingkat Kesempatan Investasi terhadap Excess Value Hasil pengujian diperoleh nilai signifikansi untuk variabel tingkat kesempatan investasi sebesar 0,000 dimana nilai sig kecil dari alpha (0,000 < 0,05) berarti hipotesis ketiga diterima yaitu tingkat kesempatan investasi berpengaruh signifikan terhadap excess value.
Dalam penelitian ini terlihat bahwa semakin tinggi nilai tingkat kesempatan investasi maka semakin tinggi excess valuenya berarti perusahaan yang memiliki tingkat kesempatan investasi yang tinggi mengindikasikan baiknya kinerja perusahaan. Pada saat perusahaan multi segmen melakukan investasi dengan melakukan subsidi silang dari segmen usaha yang kinerjanya baik ke segmen yang kinerjanya rendah dengan mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki akan mengakibatkan investasi yang dilakukan optimal sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan (Sianita, 2011).
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Setionoputri, dkk (2009) yang menunjukan bahwa tingkat
12 kesempatan investasi berpengaruh positif terhadap excess value value.
4.4.4 Pengaruh Earning Growth tehadap Excess Value
Hasil pengujian diperoleh nilai signifikansi untuk variabel earning growth
sebesar 0,362, dimana nilai sig besar dari alpha (0,362 > 0,05) berarti hipotesis keempat ditolak yaitu earning growth tidak berpengaruh terhadap excess value.
Hal ini diduga, tinggi atau rendahnya pertumbuhan laba suatu perusahaan tidak akan mempengaruhi nilai perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Setionoputri, dkk (2009) menunjukan bahwa earning growth
tidak berpengaruh terhadap excess value. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Sianita (2011) yang menunjukan bahwa earning growth berpengaruh positif terhadap excess value.
4.4.5 Pengaruh Jumlah Segmen Usaha terhadap Excess Value
Hasil pengujian diperoleh nilai signifikansi untuk variabel jumlah segmen usaha sebesar 0,382, dimana nilai sig besar dari alpha (0,382 > 0,05) berarti hipotesis kelima ditolak yaitu jumlah segmen usaha tidak berpengaruh terhadap excess value.
Banyaknya atau sedikitnya jumlah segmen yang dimiliki oleh perusahaan tidak mempengaruhi nilai perusahaan dimata investor. Pada penelitian ini para investor tidak melihat apakah suatu perusahaan
memiliki banyak atau sedikit segmen untuk berinvestasi. Apabila perusahaan memiliki profit yang tinggi otomatis perusahaan memiliki kinerja yang baik walaupun perusahaan tersebut memiliki segmen yang sedikit. Ini terlihat perusahaan yang segmen tunggal banyak juga memliki kinerja yang baik.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Setionoputri, dkk (2009) dan Sianita (2011) yang menunjukan bahwa jumlah segmen usaha berpengaruh negatif terhadap excess value.
4.4.6 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Excess Value
Hasil pengujian diperoleh nilai signifikansi untuk variabel ukuran perusahaan sebesar 0,001, dimana nilai sig kecil dari alpha (0,001 < 0,05) berarti hipotesis keenam diterima yaitu ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap
excess value.
Besarnya ukuran sebuah perusahaan mengindikasikan besarnya asset yang dimiliki suatu perusahaan sehingga perusahaan memiliki sumberdaya dan kesempatan investasi yang besar serta akan memiliki kestabilan dalam beroperasi. Dengan demikian besarnya ukuran sutau perusahaan meningkatkan peluang perusahaan untuk mengelola perusahaan dan memliki kinerja (excess value) yang lebih baik dibanding perusahaan segmen tunggal.
13 Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Setionoputri, dkk (2009) dan Sianita (2011) menunjukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap excess value.
4.4.7 Pengaruh Umur Perusahaan terhadap Excess Value
Hasil pengujian diperoleh nilai signifikansi untuk variabel umur perusahaan sebesar 0,020, dimana nilai sig kecil dari alpha (0,023 < 0,05) berarti hipotesis ketujuh diterima yaitu umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap excess value.
Umur perusahaan mengindikasikan bahwa semakin lama usia suatu perusahaan akan memiliki total aktiva yang semakin banyak pula sehingga perusahaan memiliki sumberdaya dan kesempatan investasi yang lebih besar dan pada akhirnya akan meningkatkan kinerja perusahaan (Sianita, 2011).
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian investor yang dilakukan oleh Harto (2007) bahwa umur perusahaan berpengaruh negatif terhadap excess value
dan Setionoputri, dkk (2009) yang menunjukan umur berpengaruh negatif terhadap excess value.
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian terhadap variabel independen yang diduga mempengaruhi
excess value pada perusahaan jasa dan dagang diperoleh kesimpulan variabel level
diversifikasi, leverage, tingkat kesempatan investasi, umur dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap excess value, sedangkan variabel earning growth dan jumlah segmen usaha tidak berpengaruh signifikan terhadap excess value.
5.2Saran
Bagi penelitian selanjutnya disarankan agar menambah jumlah sampel yang diteliti, tidak hanya memilih sampel perusahaan jasa dan dagang saja tetapi memilih semua jenis usaha termasuk perusahaan perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia sehingga hasil yang diperoleh dapat mewakili kondisi sebenarnya yang terjadi di Bursa Efek Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Atami, Aulia Pinto. 2012. Pengaruh Diversifikasi dan Good Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan yang Dimediasi oleh Profitabilitas pada Perusahaan Sektor Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 s/d 2011.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan.
Febriana, Dian. 2004. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Undrepricing Saham pada Perusahaan Go Public di BEJ Periode 2000-2002. Skripsi.
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro..
14 Handayani, Resti. 2009. Pengaruh Tingkat
dan Strategi Diversifikasi Terhadap Profitabiliy, Pertumbuhan dan Resiko Perusahaan pada Industri Manufaktur di Indonesia. Universitas Indonesia. Jakarta. Sumber : http://www.lontar.ui.ac.id//opac/them es/libri2/detail.jsp?id=127092&lokasi =lokal
Harto, Puji. 2005. Kebijakan Diversifikasi dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja: Studi Empiris Pada Perusahaan Publik di Indonesia, Simposium Nasional 8, Solo, 15 – 16 September. --- 2007. Pengaruh Diversifikasi
Korporat Terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 1.
Hartono M, Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi.
Edisi Pertama, Yogyakarta.
Kurniasari, Anis. 2011. Pengaruh Diversifikasi Korporat Terhadap Kinerja Perusahaan dan Resiko Dengan Moderasi Kepemilikan Manajerial. Skripsi. Universitas Diponegoro, Semarang.
Maryati, Sri. 2006. Pengaruh Kebijakan Diversifikasi Terhadap Kinerja Perusahaan. Skripsi. Universitas Bunghatta, Padang.
Sari, Inayah Adi, dkk. 2009. Pengaruh Strategi Diversifikasi dan
Karakteristik Perusahaan Terhadap Kinerja Perusahaan.JurnalAkuntansi dan Keuangan.
Satoto, Shinta Heru. 2009. Strategi Diversifikasi Terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol 13, No.2,280-287. Sekaran, Uma. 2011. Research Method for
Business, USA: John Wiley & Sons, Edisi 4, Penerbit Salemba Empat: Jakarta.
Setionoputri, Annaria, Carmel Meiden dan Dergibson Siagian. 2009. Pengaruh Diversifikasi Korporat Terhadap Excess Value. Simposium Nasional XII, Palembang.
Sianita, Lily. 2011. Pengaruh Diversifikasi Korporat Terhadap Excess Value.
Skripsi. Universitas Bunghatta, Padang.
Suwarni dan Elok Pakaryaningsih. 2007. Pengaruh Agency Problem dan Inside Shareholders terhadap Diversifikasi. Jurnal Riset dan Bisnis, Vol 4, No.2.